Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS GENERAL ANASTESI

Os ABSES REGIO CRURIS DEXTRA

Oleh:
RENA IRTA YULIS
YANI AWALIATUN
YESICA FEBRIANY
YOHANES PURWANTO

KKS BAGIAN ILMU ANASTESI RSUD. BANGKINANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
2013

KKS Ilmu Anestesi RSUD BANGKINANGPage 1

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nam
: An. M.H
Umur
: 2 th 3 bulan
Berat badan
: 22 kg
Tinggi badan
: 115 cm
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Padang Merbau, Kampar
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 14 September 2013
No. RM
: 092637

II.

ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Sakit dan bengkak pada betis kanan sejak tiga minggu yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang anak laki-laki usia 2 tahun 3 bulan dibawa oleh orangtuanya ke Rumah
Sakit dengan keluhan betis sebelah kanan bengkak dan terasa sakit sejak tiga
minggu yang lalu, awalnya luka dan bengkak kecil di betis kanan semakin hari
semakin bertambah bengkak dan terasa sakit berdenyut dan badan terasa demam
terutama sejak seminggu terakhir.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat imunisasi wajib lengkap
- Tidak ada riwayat penyakit alergi
- Tidak ada riwayat penyakit asthma
- Tidak ada riwayat trauma sebelumnya
- Tidak ada riwayat operasi sebelumnya

d. Riwayat Penyakit Keluarga:


- Tidak ada riwayat DM
- Tidak ada riwayat penyakit alergi
- Tidak ada riwayat penyakit asthma
III.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran
: compos mentis

KKS Ilmu Anestesi RSUD BANGKINANGPage 2

Vital Sign
- Tekanan darah
- Respirasi
- Nadi
- Suhu
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Gigi
Telinga
Leher
Thorax
SD
ST
Cor
Abdomen
Vertebrae

: 110/70 mmHg
: 30 kali/menit
: 94 /menit, isi dan tekanan penuh
: 37 C
: Mesochepal, simestris, tumor (-)
: Konjungtiva anemis +/+, Sklera tidak iktenk
: Discharge (-) epistaksis (-), deviasi septum (-)
: Bibir kering (-), hiperemis (-), pembesaran tonsil (-),
: Gigi palsu (-)
: Discharge (-), deformitas (-)
: Simestris, trakea ditengah, pembesaran tiroid dan limfe (-)
: Pulmo : Simetris kanan kiri, retraksi dinding dada (-)
: vesikuler (+/+) normal
: Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
: BJ I-II reguler, bising (-)
: Status lokalis
: Tidak ada kelainan

b. Status Lokalis
Regio Cruris Dextra
Inpeksi
: Betis kanan teampak bengkak dan kemerahan, tampak abses
dengan ukuran 3x4 cm, erosi (+), pus (+)
Palpasi
: Betis kanan bengkak dan teraba hangat, nyeri tekan (+)
Gerakan
: Gerakan lutut dan pergelangan kaki kanan terbatas karena
Bengkak dan nyeri
IV.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 24 September 2013
Pemeriksaan darah lengkap :
Hb
: 8,5 g/dl
Leukosit
: 19.000 ul
Ht
: 24,2 %
Eritrosit
: 4.2 jt/ul (W 4 5 jt)
Trombosit
: 698000/ul
LED
: 10
Eusinofil
:0
Basofil
:0
Neutrofil Stab
: 12
Neutrofil Seg
: 60
Limfosit
: 60

KKS Ilmu Anestesi RSUD BANGKINANGPage 3

Monosit
Sel muda
V.

:25
:3

DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis pra operasi: Abses Regio Cruris Dextra
Diagnosis post operasi: Post Operasi Incisi Abses Regio Cruris Dextra
VI.

STATUS ANASTESI
ASA II (Pasien bedah dengan gangguan sistemik ringan, perubahan anatomi dan
fisiologi vaskularisasi di tungkai bawah kanan )

VII.

TINDAKAN
Dilakukan
Tanggal

: Incisi abses regio cruris dextra


: 25 September 2013

VIII. LAPORAN ANESTESI


a. Persiapan Anestesi
- Informed concent
- Puasa
Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung
-

karena regurgitasi. Untuk dewasa dipuasakan 6 jam sebelum operasi


Pemasangan IV line
Sudah terpasang jalur intravena menggunakan IV catheter ukuran 22
Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2

b. Penatalaksanaan Anestesi
Jenis anestesi : General Anestesi (GA)
Premedikasi :
- Dexamethason IV 4 mg
Medikasi Intra Operatif:
- Ketamin IV 10 mg
- N2O inhalasi 0,7 vol % dengan O2 0,2 vol %
Medikasi Post Operatif:
-

Ketorolac 30 mg

Teknik anestesi :
Karena anak kurang kooperatif maka sebelum anastesi inhalasi didahului dengan
induksi anastesi intra vena dengan ketamin 10 mg, kemudian pasien diposisikan
tidur terlentang dan dipasang oro-pharyngeal airway (OPA) dan diberikan
anastesi inhalasi dengan sungup muka ( face mask) ukuran 4 dengan mempertahan

KKS Ilmu Anestesi RSUD BANGKINANGPage 4

kan jalan napas head tilt -chin lift-jaw thrust, anastesi inhalasi menggunakan
kombinasi N20 7 vol % dan O2 2 vol %.

Jumlah cairan yang masuk :


Kristaloid = 802 cc
Cairan keluar selama operasi : 200 cc
Pemantauan selama anestesi :
Mulai anestesi : 16.30
Mulai operasi : 16.40
Selesai operasi : 17.00
Frekuensi nadi dan saturasi
Pukul (WIB)
Nadi (kali/menit)
Saturasi (%)

IX.

16.30

117

100

16.35

118

100

16.40

120

100

16.45
16.50

122
127

100
100

16.55

139

100

17.00

140

100

PROGNOSA
Dubia ad bonam

PEMBAHASAN

KKS Ilmu Anestesi RSUD BANGKINANGPage 5

A. PRE OPERATIF
Meskipun operasi incisi abses yang dilakukan merupakan tindakan operasi elektif,
tetapi persiapan anestesi dan pembedahan harus selengkap mungkin karena dalam
pemberian anastesi dan operasi selalu ada resiko apalagi pasien masih berusia kurang
dari 3 tahun. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan alat, penilaian dan
persiapan pasien, dan persiapan obat anestesi yang diperlukan. Penilaian dan
persiapan penderita diantaranya meliputi :
- informasi penyakit
- anamnesis/alloanamnesis kejadian penyakit
- riwayat imunisasi, riwayat alergi, riwayat sesak napas dan asthma, diabetes
-

mellitus, riwayat trauma, dan riwayat operasi sebelumnya.


riwayat keluarga (penyakit dan komplikasi anestesia)
makan minum terakhir (mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi atau

muntah pada saat anestesi)


Persiapan operasi yang tidak kalah penting yaitu informed consent, suatu
persetujuan medis untuk mendapatkan ijin dari pasien sendiri dan keluarga pasien
untuk melakukan tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien dan keluarga
pasien diberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi selama operasi
dan post operasi. Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien
termasuk dalam klasifikasi ASA II

B. INTRA OPERATIF
Anastesi pada pasein dengan umum 2 tahun 3 bulan ini menggunakan anastesi
inhalasi sungkup muka yaitu anastesi menggunakan kombinasi obat berupa gas
melalui sungkup muka dengan pola nafas spontan. Komponen trias anastesi yang
dicapai adalah hipnotik, analgesi, dan relaksasi otot ringan.
Anastesi menggunakan anastesi inhalasi dengan sungkup muka karena durasi
operasi tidak lama. Karena anak kurang kooperatif maka sebelum anastesi inhalasi
didahului dengan induksi anastesi intra vena dengan ketamin 10 mg, kemudian pasien
diposisikan tidur terlentang dan dipasang oro-pharyngeal airway (OPA) dan diberikan
anastesi inhalasi dengan sunkup muka ( face mask) ukuran 4 dengan mempertahan
kan jalan napas head tilt -chin lift-jaw thrust, anastesi inhalasi menggunakan

kombinasi N20 7 vol % dan O2 2 vol %.


Pada pasien ini berikan cairan infus NaCl 0,9 % sebagai cairan fisiologis untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. HES juga diberikan untuk
mempertahankan circulating blood volume. Pasien sudah tidak makan dan minum
16 jam, maka kebutuhan cairan pada pasien dengan BB = 22 kg:

KKS Ilmu Anestesi RSUD BANGKINANGPage 6

Pemeliharaan cairan per jam:


2X 10) + (2 X 10) + (1 X 2) = 42 mL/jam

Pengganti defisit cairan puasa:


16 X 42 mL = 672 mL
Kebutuhan kehilangan cairan saat pembedahan:
4 X 22 = 88 mL
1 jam pertama = (50 % X defisit puasa ) + pemeliharaan + pendarahan operasi :
336 + 42 + 88 = 466 mL
1 jam kedua = (25 % X defisit puasa ) + pemeliharaan:
168 + 42 = 210 mL
Jumlah terapi cairan:
42 + 672 + 88 = 802 m + 1,5 NaCl 0,9 % (kristaloid)
Ditambah dengan tranfusi = (Hb normal-Hb pasien ) x BB x jenis darah (PRC x 3)
= (12 8,5) x 22 x 3 = 231 cc

C. POST OPERATIF
Setelah operasi selesai, pasien bawa ke ruang observasi. Pasien berbaring
dengan posisi terlentang karena efek obat anestesi masih ada dan tungkai tetap lurus
untuk menghindari edema. Observasi post operasi dilakukan selama 2 jam, dan
dilakukan pemantauan vital sign (tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory rate)
setiap 30 menit. Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit. Setelah keadaan umum stabil,
maka pasien dibawa ke ruangan bedah untuk dilakukan tindakan perawatan lanjutan.

KESIMPULAN
Anak laki-laki usia 2 tahun 3 bulan dengan diagnosis pra operasi abses regio cruris
dextra dan diagnosis post operasi: post operasi incisi abses regio cruris dextra, dilakukan
incisi abses regio cruris dextra Tanggal 25 September 2013 mulai anestesi 16.30, mulai
operasi 16.40, selesai operasi 17.00 dengan durasi anastesi 30 menit.
Karena anak kurang kooperatif maka sebelum anastesi inhalasi didahului dengan
induksi anastesi intra vena dengan ketamin 10 mg, kemudian pasien diposisikan tidur
terlentang dan dipasang oro-pharyngeal airway (OPA) dan diberikan anastesi inhalasi dengan
sungup muka ( face mask) ukuran 4 dengan mempertahan kan jalan napas head tilt -chin liftjaw thrust, anastesi inhalasi menggunakan kombinasi N20 7 vol % dan O2 2 vol %, dan
analgetik post operasi menggunakan ketololac 30 mg IV. Evaluasi post operatif dilakukan di
ruangan bedah, tungkai kanan masih diposisikan tidur terlentang, puasa post operasi selama
KKS Ilmu Anestesi RSUD BANGKINANGPage 7

6 jam dan bolleh makan minum selama tidak ada mual dan muntah dengan mengawasi tandatanda vital setiap 30 menit.

KKS Ilmu Anestesi RSUD BANGKINANGPage 8

Anda mungkin juga menyukai