etimologi sama dan semakna dengan kata al-mufa`alah (), yang artinya saling
berbuat. Pengertian harfiahnya: suatu aktivitas yg dilakukan oleh seseorang dengan
seseorang lain atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas
barang itu sendiri
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah
membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
Wadiah Yad Amanah - wadiah di mana si penerima titipan tidak bertanggungjawab atas
kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat
dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut
Wadiah Yad Dhamanah - wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan
barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan
titipan tersebut secara utuh setiap saat kala si pemilik menghendakinya.
Syirkah inn adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi
konstribusi kerja (amal) dan modal (ml). Syirkah ini hukumnya boleh berdasarkan dalil
as-Sunnah dan Ijma Sahabat (An-Nabhani, 1990: 148). Contoh syirkah inn: A dan B
insinyur teknik sipil. A dan B sepakat menjalankan bisnis properti dengan membangun
dan menjualbelikan rumah. Masing-masing memberikan konstribusi modal sebesar Rp
500 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut.
Syirkah mufwadhah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah di atas (syirkah inn, abdan, mudhrabah, dan wujh) (An-Nabhani,
1990: 156; Al-Khayyath, 1982: 25). Syirkah mufwadhah dalam pengertian ini, menurut
An-Nabhani adalah boleh. Sebab, setiap jenis syirkah yang sah ketika berdiri sendiri,
maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah lainnya (An-Nabhani, 1990: 156).
Adapun persamaan dan perbedaan antara musaqah, muzaraah, dan
mukhabarah yaitu, persamaannya adalah ketiga-tiganya merupakan aqad (perjanjian),
sedangkan perbedaannya adalah di dalam musaqah, tanaman sudah ada, tetapi
memerlukan tenaga kerja yang memeliharanya. Di dalam muzaraah, tanaman di tanah
belum ada, tanahnya masih harus digarap dulu oleh pengggarapnya, namun benihnya
dari petani (orang yang menggarap). Sedangakan di dalam mukhabarah, tanaman di
tanah belum ada, tanahnya masih harus digarap dulu oleh pengggarapnya, namun
benihnya dari pemilik tanah.
Pengertian Muzara'ah dan Mukhabarah
Muzara'ah adalah paruhan hasil sawah atau ladang antara pemilik sawah atau ladang
dengan penggarap dimana benihnya berasal dari pemilik. Sedangkan Mukhabarah adalah
paruhan hasil sawah atau ladang antara pemilik sawah atau ladang dengan penggarap
dimanan benihnya berasal dari penggarap.
Ahli Waris adalah orang-orang yang karena sebab (keturunan, perkawinan/perbudakan)
berhak mendapatkan bagian dari harta pusaka orang yang meninggal dunia.
Tanggung jawab Ilmuwan terhadap alam dan lingkungan
Ilmuwan merupakan sosok manusia yang diberikan kelebihan oleh Tuhan dalam
menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari kelebihannya ini maka Tuhan mengangkat
harkat dan martabat ilmuan tersebut di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara
sehingga mereka disanjung dan dihormati serta menjadi sumber solusi dari situasi-dan
kondisi lingkungan hidup manusia.
Karena ilmuwan tersebut telah diberi penghargaan oleh Tuhan maka peanaghargaan
tersebut membawasa kedalam posisi yang tinggi disbanding dengan manusia yang lain.
Dialah menjadi wakil Tuhan di bumi untuk menjadikan lingkungan hidup manusia
terpelihara dan membawa kebaikan kepada manusia itu sendiri. Dengan demikian dapta
diartikan bahwa ilmuan dijadikan Tuhan sebagai pemimmpin kelangsungan lingkungan
hidup manusia di muka bumi ini.
Isu Ekologi (lingkungan hidup) adalah salah satu isu global diantara HAM. Demokrasi,
yang semakin kencang dengungannya. Menurut Prof. Sayed Hosein Nasr dalam
makalahnya Islam environmental crisis, krisis lingkungan dewasa ini tidak hanya terdapat
dalam negara-negara maju yang notabene sebagai pelopor industrialisasi, tapi juga pada
Negara-negara Islam. Bias disebut, polusi di Qairo dan Teheran, erosi pada perbukitan di
Yaman, hingga penggundulan hutan besar-besaran di Malaysia dan Banglades (juga
Indonesia). Bagi Nasr krisis lingkungan hidup sekarang ini tidak bisa dibedakan lagi
antara dunia islam dan non Islam.
Hal ini ditarik kesimpulan dari logika sederhana, pasti akan diperoleh jawaban bahwa
konsep Islam dan Barat (pelopor industrialisasi tanpa memperdulikan lingkunga) tentang
alam tidaklah berbeda. Karena dalam dunia Islam juga terjadi pengrusakan alam seperti
yang terjadi di Barat. Padahal kalau kita teliti lebih dalam ada perbedaan esensial antara
Barat dan Islam dalam memandang alam ini yang membuat umat Islam menjadi tidak
islami dalam berbuat dan memberlakukan alam ini, meskipun demikian, Islam tetap
hidup sebagai dorongan religius dan spiritual yang kuat. Dan pandangannya tentang
alam dan lingkungan hidup masih tetap terhujam dalam pikiran dan jiwa umatnya.
Adanya perjuangan umat Islam yang satu perlima penduduk dunia adalah merealisasikan
pandangan Islam tersebut agar membumi, dengan begitu keselarasan lingkungan hidup
dapat dirasakan.
Kesenjangan antara cita Islam dan fakta perbuatan kaum muslimin dalam masalah
lingkungan harus segera dihapuskan sehingga pada akhirnya, menjadi muslim sekaligus
pendekar lingkungan hidup.
Memelihara Lingkungan
Krisis ingkungan ldari sudut teologis (metafisik) bukanlah hanya persoalan politik dan
ekonomi belaka. Namum ada persoalan mendasar yang berhubungan dengan keyakinan
yang menjadi dasar tindakan dan prilaku seseorang. Krisis lingkungan yang sekarang
menjadi problem serius manusia pertama kali disulut oleh modernisasi (era
Industrialisasi) Yang terjadi di Barat. Sedangkanm dunia timur hanya mengekor jalan
yang telah dilaluai Barat, meski sebenarnya jalan itu telah bertentangan dengan
pandangan filsafat mereka sendiri.
Modernisasi Barat yang membuahkan konsumerisme, individualisme, hedonisme, adalah
kelanjutan dari filsafat materialisme yang mendasari bangunan peradabannya. Dalam
filsafat materialisme barat menempatkan esensi segala sesuatu hanyalah pada materi
semata : eksistensi manusia, tujuan hidupnya tidak lebih hanya materi saja. tidak ada
tempat lagi bagi nilai dan sesuatu yang transendental dalam bangunan pemikiran dan
peradaban yang dijungjung barat. Hidup di dunia ini adalah senyatanya, dan tidak ada
kehidupan lain selain dunia ini. Bahkan selogan Tuhan telah matiadalah jargon resmi
barat mengawali modernisasi peradabannya. Akibat lanjut dari filsafat materialisme di
atas adalah pandangannya tentang manusia yang sangat ekstrim. Manusia adalah
penguasa tunggal (yang bebas, merdeka) di alam ini. Manusia tidak akan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya selain pada dirinya sendiri karena tuhan telah
mati. Bagi mereka Tuhan adalah mitos yang hanya menakut-nakuti pikiran manusia untuk
berbuat bebas di alam ini. Juga dengan pandangannya bahwa kehidupan hanya ada di
dunia ini, membuat obsesi dan cita-cita mereka hanya sebatas menikmati kelezatan
materi yang ada di dunia. Maka terjadilah peradaban barat yang memobilisasi masa
untuk berebut kenikmatan duniawi tanpa mempedulikan nilai-nilai transendental. Gaya
hidup hedonisme, konsumerisme, individualisme adalah anak sah dari pandangan hidup
seperti di atas. Dari sinilah akar terjadinya ekploitasi alam secara besar-besaran tanpa
mesti memperhatikan keseimbangan dan keselarasannaya. Terjadi kolonialisme yang
dengan pongahnya menghabisi sumber-sumber alam Negara jajahannya merupakan
bukti nyata keserakahan manusia yang dimasuki pandangan materilaisme.
Bagi Prof Sayyed Hossen Nasr, dengan pandangan barat bahwa manusia sebagai
pengusaha tunggal (tanpa kehadiran Tuhan) telah menjadikan manusia sewenang-
wenang dalam memperlakukan alam bagi seorang pelacur yang terus dieksploitir tanpa
memberikan imbalan yang layak.keserakahan dan kerakusan Barat telah menghancurkan
keseimbangan dan keselarasan alam. Hal di atas sangat berbeda dengan pandangan
Islam tentang alam . Bagi Prof , Fazrur Rahman membicarakan alam dalam konsep Islam
tidak bisa dipisahkan dari pembahasan tentang Tuhan dan manusia. Membahas salah
satunya pasti akan menyeret tema lainnya dalam pembicaraannya. Dalam Islam Tuhan
(baca: Allah SWT) adalah pemilik tunggal alam semesta, dimana manusia termasuk
didalamnya. Namun begitu manusia mempunyai kedudukan yang sangat unik dan khas
dibandingkan makhluk-makhluk Allah lainnya.
Manusia diberi akal pikiran dan nafsu, dimana tidak diberikan pada makhluk lainnya.
Dengan bekal akal pikiran itulah Allah memberikan mandat sebagai khalifah di bumi agar
mengurusi (mempergunakan dan memeliharanya) alam mini sebaik baiknya sebagai
mana temaktub dalam Al-Quran pada (Qs: 2:30; Qs:7:129; Qs:27:62; Qs:35:39;
Qs:38:26). Kewenangan manusia untuk mempergunakan alam bukanlah hak mutlaknya
tapi merupakan hak yang telah direkomendasikan oleh Allah SWT. Dan suatu saat akan
diminta pertanggungjawaban oleh pemilik sejatinya. Oleh karenanya manusia
berkewajiban memelihara keseimbangan dan keselarasan alam agar tidak rusak seperti
pertama kali Allah meminjamkan pada manusia. Sebagai mana termaktub dalam Qs. AlQhashash (28) ayat 77 (dan carilah pada apa yang Allah karuniakan kepada kamu negeri
akhirat, tetapi janganlah engkau melupakan nasibmu di dunia ini. Berbuatlah kebaikan
sebagai mana Allah telah berbuat kebaikan kepada kamu; dan janganlah kamu berbuat
kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan).
Sebagai khalifah di bumi manusia sekaligus sebagai hamba Allah yang berkewajiban
untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan ajaran-ajaran yang telah diturunkan
kepada umat manusia.Untuk dapat beribadah dengan khusu dan istiqamah (mantap
dalam keimanan) manusia harus lebih mengenal dan memahami Khaliknya. Dalam
rangka mengenal dan memahami Allah itulah alam semesta digunakan sebagai media
untuk memngerti dan memahami rahasia Allah. Dzat yang mutlak. Tentu bersama-sama
dengan mengkaji dan memahami ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Quran. Perpaduan
anatara ayat kauniyah (alam semesta) dan ayat Al-quran akan memmberikan ilmu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Jadi dalam
pandangan Islam alam semesta mempunyai dua fungsi; pertama, untuk memenuhi
kebutuhan manusia agar bisa beribadah kepada Allah. Kedua, sebagai media untuk
memahami kekuasaan, kebesaran, dan keluasan dzat Allah.
Dengan dua peranan alam bagi manusia menurut konsep Islam inilah tindakan eksploitasi
alam secara brutal yang mengesampingkan keselarasan dan keseimbangannya tidak bisa
ditolerir ajaran Islam, dan krisis lingkungan yang melanda dunia saat ini merupakan
persoalan besar dalam memahami perannan manusia sebagai khalifah sekaligus hamba
Allah di bumi. Manusia telah menjadikan dirinya sebagai raja yang mempunyai kekuasaan
mutlak atas semesta. Dan meniadakan pertanggungjawabannya nanti dihadapan Allah
atas tindakannya terhadap alam semesta.
Bagi seorang muslim menyelamatkan lingkungan hidup adalah merupakan perintah
agamanya, tidak hanya sekedar mencari legitimasi agama atas isu-isu lingkungan hidup
yang semakin keras dendangnya. Karena dengan lingkungan yang sehatlah seorang
muslim dapat melangsunglkan ibadah dan menjadikan alam sebagai media mengenal
dan memahami Allah, disamping kitab suci.
Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda: Barangsiapa menempuh satu
jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR.
Muslim)
HADIST TENTANG KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
1. Hadits Keutamaan Mempelajari Al Quran
Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Quran dan
mengajarkannya. (HR. Bukhari)
2. Hadits Keutamaan Membaca Al Quran
Artinya : Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah
memudahkannya ke jalan menuju surga. (HR. Turmudzi)
7. Hadits Menuntut Ilmu
Artinya : Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat. (Al Hadits)
Kata iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fiil).
- - yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.
[2] Dalam kamus al-Munjid disebut, al-iman berarti :
[3] ,
Bukan kafir, pembenaran secara mutlak.
Imam al-Ghazali mengartikannya dengan : [4] yaitu pembenaran.
Pada Al-quran, ditemukan kata iman mengandung dua makna, yaitu Pertama : aman,
mengamankan, atau memberikan ke-amanan (Q.S.106 : 4) dan kedua: mengandung
makna ; yakin, percaya atau beriman (Q.S. 2 : 285)
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja :
- Yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat,
selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan
penyerahan diri.[10] Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan
pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian
kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri
kepada Allah.[11]
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fiil) yaitu :
artinya : Perbuatan baik.( ) .[15] Menurut pengertian istilah ada beberapa definisi
dan pengertian yang diberikan oleh ulama yaitu :
Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh Allah dalam
segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah
seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah.[16]
Menurut Imam Nawawi ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba
merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan sebagainya.[17]
Dalam prespektif teologi keberadaan akal dan wahyu mendapatkan perhatian yang serius
dari kalangan umat Islam. Hal tersebut ditandai oleh kuatnya pertentangan yang terjadi
pada sebagian aliran teologi dalam Islam seperti Mutazilah dan Ahlussunah. Menurut
Mutazilah dengan Akal, manusia dapat mengetahui akan adanya Tuhan sekalipun tanpa
bantuan Wahyu. Adapun fungsi wahyu adalah sebagai konfirmasi dan informasi atas apa
yang telah diketahui oleh akal. Sedangkan menurut Ahlussunah khusus pada firqah
Asyariah menyatakan bahwa betul manusia dengan akalnya dapat mengetahui adanya
Tuhan, namun untuk mengetahui tata cara menyembahnya (beribadah) diperlukan
Wahyu.
Kedudukan antara wahyu dalam islam sama-sama penting. Karena islam tak akan
terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat
berpengaruh dalam segala hal dalam islam. Dapat dilihat dalam hukum islam, antar
wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum islam berbicara yang identik
dengan wahyu, maka akal akan segerah menerima dan mengambil kesimpulan bahwa
hal tersebut sesuai akan suatu tindakan yang terkena hukum tersebut.karena
sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki kesamaan yang diberikan Allah namun kalau
wahyu hanya orang-orang tertentu yang mendapatkanya tanpa seorangpun yang
mengetahu, dan akal adalah hadiah terindah bagi setiap manusia yang diberikan Allah
Manusia diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang
lain. Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya tersebut adalah
dengan dengan pemberian akal pikiran dalam penciptaannya. Akal inilah yang dapat
membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Dengan akal itu Allah SWT telah memuliakan manusia, mengangkat derajatnya dengan
derajat yang tinggi. Akal adalah alat untuk berpikir, Allah SWT menjadikan akal sebagai
sumber tempat bermula dan dasar dari ilmu pengetahuan. Imam Ghazali mengatakan
sebagaimana dikutip oleh Wahbah Az-Zuhaili, penyebutan kata yang terkait dengan
al-aqlu dalam Al-Quran sedikitnya ada lima puluh kali dan penyebutan Uulin-nuhaa
sebanyak dua kali.[1]
Allah SWT berfirman dalam S. Al-Jastiyah ayat 3-5:
( 4)( 3)
(5)
Artinya: Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan
pada binatang-binatang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan
hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi
sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berakal
Persamaan & Perbedaan Antara Akhlak, Etika dan MoralP
Persamaan
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila yang dapat dipaparkan
sebagai berikut:
Pertama, akhlak, etika, moral dan susila mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik.
Kedua, akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah
kualitas akhlak, etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok orang, maka semakin
rendah pula kualitas kemanusiaannya.
Ketiga, akhlak, etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok orang tidak sematamata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi
merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan
aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan,
serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang
tinggi.
Perbedaan
Selain ada persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila sebagaimana diuraikan di
atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing dari
keempat istilah tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai segi-segi perbedaan yang
dimaksud:
Pertama, akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah. Nilainilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan,
sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah.
Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan
kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam
dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani.
Etika besifat temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan
orang-orang yang menganutnya
Jujur terpercaya : Kejujuran merupakan fondasi terpenting dalam bangunan akhlak. Tanpa
kejujuran akan hilang kepercayaan. Selembut apapun sikap seseorang, seramah apapun
tutur katanya, bahkan seproduktif apapun kegemarannya menolong orang lain, tetap saja
semua itu tidak banyak membantu jika tidak jujur. Orang lemah lembut tapi tidak jujur
akan diprasangkai punya maksud buruk di balik keramahannya itu.
Adapun cara untuk bisa jujur terpercaya hal-hal yang mesti dilakukan adalah:
Jujur perkataan : Pastikanlah bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan kita terlebih
dulu telah melalui proses pertimbangan yang matang. Jangan sampai kita tergelincir
dengan mengatakan sesuatu berupa kebohongan, sengaja atau tidak. Ketika sekali saja
berbohong, maka kebohongan itu akan terus menghatui dan memenjarakan dirinya. Dia
akan ketakutan jika sewaktu-waktu kebohongannya akan terbongkar. Dia akan terus
menutupi kebohongannya dengan berbohong kembali agar kehormatannya selamat.
Menepati Janji : Janji itu sejenis sumpah, dan sumpah itu adalah hutang yang akan
terbawa sampai mati. Siapapun yang berjanji, maka janji itu benar-benar harus
diperjuangkan mati-matian untuk ditepati. Kita harus rela berkorban demi janji ini
ditepati. Karena kesanggupan menepati janji adalah bukti kemuliaan akhlak seseorang.
Melaksanakan amanah : Hai orang-orang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad saw) dan janganlah kalian mengingkari amanah-amanah yang
dipercayakan kepadamu sedang kalian mengetahui. (QS al-Anfal [8]: 27). Bertanggung
jawablah bila melakukan kesalahan. Seberat apapun hukuman dunia yang harus dipikul
karena kesalahan itu, masihlah lebih ringan dibandingkan hukuman berupa siksa Allah
yang perihnya tiada terlukiskan oleh gambaran apapun. Bertanggung jawablah selaku
orang mumin. bertanggung jawablah selama di perjalanan. Jangan menyerobot, tak mau
antri, dan selalu berbuat bising di jalan. Dll.
Ramah dan lemah lembut : keramahan merupakan perpaduan dari amalamal hati, niat yang tulus, serta kegigihan untuk selalu bersikap baik.
Keramahan merupakan tahap awal kemuliaan akhlak. Alasannya adalah :
Moral dan etika adalah dua hal yang tidak terpisahkan karena pada dasarnya moral
adalah tingkah laku yang telah diatur atau ditentukan oleh etika. Moral sendiri dibedakan
menjadi dua, yaitu moral baik dan moral jahat. Moral baik ialah segala tingkah laku yang
dikenal pasti oleh etika sebagai baik, begitu juga sebaliknya dengan moral yang jahat.
Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah laku
seseorang. Moral berkenaan dengan norma norma umum, mengenai apa yang baik
atau benar dalam cara hidup seseorang.
Contoh moral adalah:
Tidak terdapat adanya unsur suatu pemaksaan suatu agama tertentu kepada orang lain,
dengan demikian masyarakat dan bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai nilai HAM.