Anda di halaman 1dari 4

Agama Abraham

Jika dicermati dengan saksma, religi yang berkembang di nuswantara adalah agama
Abraham atau millatu Ibrahim. Hal ini tertera misalnya, dalam catatan Fa Xian atau Fa
Shien sepulang dari India pada era tahun ketujuh Kaisar Xiyi (411 M)3. Fa Xian adalah
seorang ulama senior di China saat itu. Dia singgah di Yapoti (Jawa dan atau Sumatera)
Selama lima bulan. Dia menulis:
Kami tiba disebuah negeri bernama Yapoti (Jawa atau Sumatra). Di negeri itu,
agama Abraham sangat berkembang, sedangkan Buddha tidak seberapa pengaruhnya.
Catatan ini menjelaskan agama yang berkembang pada era awal sejarah Nuswantara.
Tapak kaki Purnawarman (395-434 M) pada Prasasti Tarumanegara4 secara langsung
menunjukan korelasi dengan millatu Ibrahim. Tradisi menyematkan tapak kaki pada batu
atau prasasti ini juga tradisi symbol Islam pra-Muhammad, yakni Maqam Ibrahim Atsar,
Nabi Ibrahim (3500 SM atau abad ke-34 SM). Hal ini menunjukkan prakarsanya dalam
membangun dan melestarikan baitullah Kabah di Haramain.
Menyematkan telapak kaki sebagai tanda juga dilakukan Nabi Muhammad SAW.
(571-632 SM). Telapak kaki beliau SAW. terdapat di Museum Nasional Turki, di Masjid
Jami, New Delhi, India, dan di Mesir. Di Nuswantara, di bekas area Kerajaan Tidore,
Maluku, juga terdapat situs yang dipercaya masyarakat setempat sebagai tapak Nabi
Muhammad SAW.5. demikian juga dengan tapak Rasul yang dipercayai masyarakat
Makassar dan Papua.
Tradisi menyematkan tapak kaki ini juga terdapat di Kutai, Kalimantan Timur.
Tradisi millatu Ibrahim lainnya adalah memberi hadiah atau bederma. Salah satunya
diwujudkan dalam budaya kuno penyembelihan sapi lalu dibagikan kepada rakyat dan
ulama. Tradisi ini masih dilestarikan oleh umat islam hingga saat ini, yaitu dalam Iedhul
Adha atau Iedul Qurban. Baik Raja Purnawarman (Tarumanegara) maupun Raja
Mulawarman (Kutai) juga melaksanakan ritual ibadah ini.
Qurban oleh Purnawarman, Tarumanegara, tertera pada Prasasti Tugu, Cilincing, Jakarta.
Sedangkan oleh Mulawarman, Kutai, tertera pada Prasasti Batu Yupa atau Muara Kaman,
tepian Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kedua prasasti menceritakan kedua raja
agung itu masih melaksanakan adat milatu Ibrahim. Mereka menyembelih 1.000 ekor
sapi. Dagingnya dibagikan kepada seluruh rakyat dan ulamanya. Tradisi kurban dengan
menyembelih sapi pasti bukan tradisi Hindu. Bagi umat Hindu Dharma, sapi merupakan
hewan suci dan keramat. Penyembelihan sapi pasti akan dilarang. Oleh karena itu,
qurban menyembelih sapi- hingga 1.000 ekor- sudah pasti merupakan tradisi millatu
Ibrahim. Tradisi ini terus bertahan di kalangan umat islam hingga sekarang.
Tarumanegara terletak di tepian Sungai Cisadane, Jawa Barat, dan menghadap ke Laut
Jawa, sedangkan Kutai di tepian Sungai Mahakam, Kalimantan TImur, menghadap ke
Selat Makassar. Kedua kerajaan tersebut sama-sama langsung berhubungan dengan
kesibukan lalu lintas perdagangan dunia (Jalur Sutra Laut) saat itu.

TEXT 1
Jika dicermati dengan saksma, religi yang
berkembang di nuswantara adalah agama
Abraham atau millatu Ibrahim.
Hal ini tertera misalnya, dalam catatan Fa
Xian atau Fa Shien sepulang dari India
pada era tahun ketujuh Kaisar Xiyi (411
M)3. Fa Xian adalah seorang ulama senior
di China saat itu.
Dia singgah di Yapoti (Jawa dan atau
Sumatera) selama lima bulan. Dia
menulis:
Kami tiba disebuah negeri bernama Yapoti
(Jawa atau Sumatra). Di negeri itu, agama
Abraham sangat berkembang, sedangkan
Buddha tidak seberapa pengaruhnya.
Catatan ini menjelaskan agama yang
berkembang pada era awal sejarah
Nuswantara.
Tapak kaki Purnawarman (395-434 M)
pada Prasasti Tarumanegara4 secara
langsung menunjukan korelasi dengan
millatu Ibrahim.
Tradisi menyematkan tapak kaki pada
batu atau prasasti ini juga tradisi symbol
Islam pra-Muhammad, yakni Maqam
Ibrahim Atsar, Nabi Ibrahim (3500 SM atau
abad ke-34 SM).
Hal ini menunjukkan prakarsanya dalam
membangun dan melestarikan baitullah
Kabah di Haramain.
Menyematkan telapak kaki sebagai tanda
juga dilakukan Nabi Muhammad SAW.
(571-632 SM). Telapak kaki beliau SAW.
terdapat di Museum Nasional Turki, di
Masjid Jami, New Delhi, India, dan di
Mesir.
Di Nuswantara, di bekas area Kerajaan
Tidore, Maluku, juga terdapat situs yang
dipercaya masyarakat setempat sebagai
tapak Nabi Muhammad SAW.5. demikian
juga
dengan
tapak
Rasul
yang
dipercayai masyarakat Makassar dan

TEXT 2
If it examined closely, growing religion in the
Archipelago is Abrahamic Religion or Relligion
Abraham.
This information shown for example in the
record of Fa Xian or Fa Shien after he was
returning from India in the era of the seventh
year of Emperor Xiyi (411 AD). Fa Xian is a
senior cleric in China at that time.

He stopped at Yapoti (Java or Sumatra) for


five months. He writes:
We arrived in a land called Yapoti (Java or
Sumatra). The country's highly developed
religion of Abraham, while the Buddha is not
much influence.
This record explains the religion that
developed in the era of the early history of the
archipelago.
Footprints of Purnawarman (395-434 AD) in
the inscription of Tarumanegara directly shows
the correlation with Relligion Abraham.
The tradition of pinned footprints on a rock or
inscription is also the tradition of pre-Islamic
symbol of Muhammad, the Station of Ibrahim
Atsar, the Prophet Abraham (3500 BC or the
34th BCE).
It shows initiative in building and preserving
the Sacred House Kaaba at Haramain.
Pinned feet as a sign also carried the Prophet
Muhammad. (571-632 BCE). The soles of his
feet are also found in the National Museum of
Turkey, at the Jami ', New Delhi, India, and
Egypt.
In the archipelago, in the former area of
Sultanate of Tidore, Maluku, there are also
sites that are believed by local communities
as the footprint of the Prophet Muhammad as
well as the "Messenger footprint" who
believed by community of Makassar and
Papua.

Papua.
Tradisi menyematkan tapak kaki ini juga
terdapat di Kutai, Kalimantan Timur.
Tradisi millatu Ibrahim lainnya adalah
memberi hadiah atau bederma.
Salah satunya diwujudkan dalam budaya
kuno penyembelihan sapi lalu dibagikan
kepada rakyat dan ulama.
Tradisi ini masih dilestarikan oleh umat
islam hingga saat ini, yaitu dalam Iedhul
Adha atau Iedul Qurban.
Baik Raja Purnawarman (Tarumanegara)
maupun Raja Mulawarman (Kutai) juga
melaksanakan ritual ibadah ini.
Qurban oleh Purnawarman, Tarumanegara,
tertera pada Prasasti Tugu, Cilincing,
Jakarta.
Sedangkan oleh Mulawarman, Kutai,
tertera pada Prasasti Batu Yupa atau
Muara Kaman, tepian Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur.
Kedua prasasti menceritakan kedua raja
agung itu masih melaksanakan adat
milatu Ibrahim.
Mereka menyembelih 1.000 ekor sapi.
Dagingnya dibagikan kepada seluruh
rakyat dan ulamanya.
Tradisi kurban dengan menyembelih sapi
pasti bukan tradisi Hindu.
Bagi umat Hindu Dharma, sapi merupakan
hewan suci dan keramat.
Penyembelihan sapi pasti akan dilarang.

The tradition of embed footprints is also found


in Kutai, East Kalimantan.
Another Relligion Abraham traditions is "give
reward" or charity.
One of them is embodied in the ancient
culture of cow slaughter and then distributed
to the people and the clergy.

This tradition is still preserved by Muslims


until this day, namely in Eid al-Adha or Eid
Sacrifice.
Both King Purnawarman (Tarumanegara) and
King Mulawarman (Kutai) also carry out the
ritual of worship.
The sacrifice that conducted by Purnawarman,
the king of Tarumanegara Kingdom was listed
on the Tugu inscription in Cilincing, Jakarta.
Whereas the king of Kutai Kingdom,
Mulawarman, was stamped on the Batu Yupa
inscription or Muara Kaman, in the banks of
the Mahakam River in East Kalimantan.
Both inscriptions tell that great king was still
carrying out a customary of Abraham
Relligion.
They slaughter 1,000 head of cows. Then the
meat is distributed to all their people and
clerical.
The tradition of sacrifice by slaughtering a
cow is definitely not belong to Hindu tradition.

For the Hindus, the cow is a holly and


sacred animal.
The slaughtering of cows will definitely
prohibited.
Therefore, the sacrificial slaughter of cow - up
to 1,000 tail- is certainly a tradition of
Relligion Abraham.

Oleh karena itu, qurban menyembelih


sapi- hingga 1.000 ekor- sudah pasti
merupakan tradisi millatu Ibrahim.
Tradisi ini terus bertahan di kalangan umat This tradition persisted among Muslims until
today.
islam hingga sekarang.
Tarumanegara terletak di tepian Sungai
Cisadane, Jawa Barat, dan menghadap ke
Laut Jawa, sedangkan Kutai di tepian
Sungai Mahakam, Kalimantan TImur,
menghadap ke Selat Makassar.
Kedua kerajaan tersebut sama-sama
langsung berhubungan dengan kesibukan
lalu lintas perdagangan dunia (Jalur Sutra
Laut) saat itu.

Tarumanegara kingdom located on the banks


of the Cisadane, West Java, and facing the
Java Sea, while the Kutai kingdom is located
on the banks of the Mahakam River, East
Kalimantan, facing the Makassar Strait.
Both kingdoms are together directly related to
the traffic rush of world trade (the Silk Road of
the Sea) at that time.

Anda mungkin juga menyukai