Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan
konsep-konsepnya tentang hakikat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan pendidikan serta
hakekat proses pendidikan. Tetapi keduanya antara pedagogi dan pedagogik tidak dapat
dipisahkan secara jelas. Keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan, saling memperkuat
peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Dalam bahasa Inggris kata yang berhubungan dengan pedagogik, yaitu pendidikan
dengan menggunakan perkataan education. Sekarang digunakan untuk merujuk pada
keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal
tersebut. Kata education berhubungan dengan kata Latin educere yang berarti mengeluarkan
suatu kemampuan (e = keluar, ducere = memimpin), jadi berarti membimbing untuk
mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan di dalam diri anak.
Selanjutnya makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan
pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh seorang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati (1991) mengemukakan beberapa definisi pendidikan
sebagai berikut:
1) Menurut John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
2) SA. Bratanata dkk pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan
cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya untuk mencapai
kedewasaannya.
3) Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
4) Langeveld : Mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai kedewasaan.
5) Bojonegoro : Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam
pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan.
6) Rosseau : Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi
dibutuhkan pada masa dewasa.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti
khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam
arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh Drijarkara (dalam
Sadulloh dkk), bahwa :
Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi
pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi
pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia
purnawan.
Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi
pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri
sebagai manusia purnawan.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan
keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan
figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung jawab membantu memanusiakan,
membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan
ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna.
Dari uraian diatas pedagogik pembahasannya terbatas kepada anak, jadi yang menjadi
objek kajian pedagogik adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang
belum dewasa, menurut Langeveld disebut situasi pendidikan. Jadi proses pendidikan menurut
pedagogik berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa. Pendidik dalam hal ini
bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak
yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak dapat menjadi
dirinya sendiri.
mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa
pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
2) Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia : tanggung
jawab orang tua, masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah.
3) Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan
memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut andragogi yang berasal
dari bahasa Yunani andr dan agogos. Dalam bahasa Yunani andr berarti orang dewasa dan
agogos berarti memimpin atau mendidik. Knowles (1980) mendefinisikan andragogi sebagai
ilmu atau seni dalam membantu warga belajar. Berbeda dengan pedagogik yang dapat diartikan
sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak.
Orang dewasa, tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, melainkan dari segi sosial
dan psikologis. Secara biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah mampu
melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia melakukan peranperan sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang
dikatakan dewasa bila ia telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang
diambil.
Andragogik adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik dewasa. Untuk itu
sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar untuk :
Mengidentifikasi kebutuhan.
Merumuskan tujuan belajar.
Ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar.
Ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar.
c.
Mengajar berarti memberi pelajaran tentang ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan
kemampuan berpikirnya. Atau disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah
kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Pengajaran atau pendidikan
intelektual marupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengajaran mempunyai arti
lebih sempit dari pendidikan.
Lebih sempit lagi perkataan latihan, seperti latihan menggambar, latihan membaca dan
menulis, latihan naik sepeda, latihan menembak dan sebagainya. Latihan ialah usaha untuk
memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi
mekanisasi atau pembiasaan.
Tujuan dari ketiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian
yang terpadu, terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa.
Tujuan pengajaran yang bersifat intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang
dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal,
yaitu mampu berpikir logis, kritis, objektif, sistematis, analitis, integratif dan inovatif.
Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan
adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan
sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar.
Jika kita perhatikan, kita temukan gejala mendidik dalam pergaulan antara orang dewasa
dengan anak (yang belum dewasa). Tetapi tidak setiap pergaulan dengan orang dewasa dan anak
mengandung arti mendidik, seperti bila seorang yang sedang berusaha supaya dagangannya laku
dibeli oleh anak sekolah. Bahkan pergaulan antara anak dengan orang dewasa kadang-kadang
tidak membawa anak ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya ada orang dewasa yang menjual
gambar-gambar porno kepada anak-anak. Pendidikan hanya ditujukan terhadap anak yang belum
dewasa oleh orang yang telah mencapai kedewasaan dengan tujuan yang positif dan konstruktif,
supaya anak mencapai kedewasaan. Jika tujuannya negatif dan tidak konstruktif bahkan
destruktif hal itu tidak dikatakan pendidikan, tetapi disebut demagogi.
Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan, oleh Hoogveld diartikan "agar
dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri". Kedewasaan menurut Langeveld diartikan
sebagai "kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggungjawab sendiri".
Anak hidup dalam berbagai situasi yang mengandung segala kemungkinan; karena itu ia
selalu memperoleh pengaruh oleh berbagai faktor, dari rumah, sekolah, masyarakat secara luas
dan pengaruh alam sekelilingnya. Majalah, koran, atau buku-buku yang dibaca anak, film yang
dilihatnya, kawan-kawan sepermainan, sawah, ladang atau laut yang mengelilinginya, semuanya
berpengaruh terhadap perkembangannya. Tetapi segala pengaruh tersebut walaupun bersifat
positif dan konstruktif, tidak dapat disebut pendidikan. Bila ada pendapat bahwa segala pengaruh
positif disebut pendidikan, pendapat itu dapat disebut "Panpedagogisme". Pendidikan dalam ilmu
mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa
terhadap anak yang belum dewasa; dan pengaruh tersebut harus bersifat positif dan konstruktif.
Pentingnya Pendidikan
1.
2.
a)
b)