Anda di halaman 1dari 23

Bird flu; Fowl plaque

PENDAHULUAN
disebabkan oleh virus influenza type A dari family
Orthomyxoviridae. Virus AI dapat menimbulkan
sindrom penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari
ringan/low pathogenic sampai yang bersifat fatal/highly
pathogenic.
Pada kasus yang ganas (akut) terjadi kematian
mendadak dalam jumlah besar tanpa disertai gejala
awal yang khas. Tingkat penyebaran penyakit dan
kematian mencapai 90% dan menyebabkan kerugian
ekonomi serta dapat menular ke manusia.

Lanjutan PENDAHULUAN
Secara histori, HPAI telah menyebabkan out break yang
meluas di industri peternakan ayam. Di AS dan negara
lainnya dengan sistem produksi yang modern telah mendapat
pengawasan yang ketat dari pemerintah melalui program
pencegahan dan pemberantasan termasuk adanya kontrol
lalu lintas secara ketat dan program pemusnahan
dipeternakan tertular.

Sejak Desember 2003 dilaporkan ada 8 negara di Asia yang


telah mendapat kerugian yang besar karena wabah AI oleh
sub type H5N1 termasuk di Indonesia.
Di Jawa Barat wabah AI dilaporkan pada akhir September
2003, walaupun kasus terjadi pada akhir bulan Agustus 2003
di Gunungsindur Bogor.

Lanjutan PENDAHULUAN
Selanjutnya dalam waktu yang relatif singkat dalam
periode September 2003 s.d. Desember 2004 (4 bulan)
telah menyebar di Kabupaten / Kota antara lain :

Bogor, Bekasi, Sukabumi, Kuningan, Bandung,


Indramayu, Purwakarta dan Kabupaten Cirebon.
Sebagian besar yang terserang adalah ayam layer.

Kasus kematian masih terjadi dalam jumlah yang


sedikit
pada periode bulan Januari 2005 di Kab.Bekasi, Kota
Sukabumi, Bandung, Indramayu, Purwakarta dan
Majalengka.

Virus Influenza A
Orthomyxovirus
Materi genetika RNA
dalam 8 segment
HA dan NA

Infeksi
Keganasan
pemicu antibodi pengebal
subtipe virus

Gen/protein lain juga


berperan dalam
keganasan

8 RNA Flu

Pernik-Pernik Virus AI

HA
Alat penempelan
Antigen penetralisasi khas
subtipe
Penanda Keganasan

Neuraminidase
Alat Pelepasan
Antigen penetralisasi

Polimerase
Enzim pengkopi RNA Virus
Faktor Spesies Barier

Nukleoprotein
Pembungkus Materi Genetik
Pemicu CMI cross-reactive

Protein NS1
interferon antagonist
Pemicu Badai Sitokin

Antigenic instability

Robert G. Webster,
Science's Compass: Enhanced Perspectives
A Molecular Whodunit (Science 7 September 2001:
Vol. 293. no. 5536, pp. 1773 1775)
6

Penyebab
Virus avian influenza dari famili

Orthomyxoviridae

Virus memiliki envelope dengan 2 antigen


permukaan: hemaglutinin (H) dan
neuraminidase (N) sebagai dasar
penggolongan virus (subtipe).
Terdapat 3 tipe virus (A, B dan C):
berdasarkan karakter antigenik protein M dalam
envelope virus dan nukleoprotein.
7

Virus AI . . .

Virus influenza tipe A menyerang


hewan domestik (equine, swine, avian)
menyebabkan epidemik pada manusia
Virus influenza tipe B dan C tidak
menyerang hewan
Pada virus tipe A terdapat 15
antigen H dan 9 antigen N terdapat
135 kemungkinan kombinasi (subtipe)

Virus AI . . .

PATOGENITAS VIRUS
1.highly pathogenic avian influenza
(HPAI)

2.low pathogenic avian influenza


(LPAI)

Subtipe H5 dan H7 dikenal ganas

SIFAT VIRUS

Virus dapat bertahan di lingkungan terutama dalam kondisi


lembab dan dingin, misalnya di dalam kotoran unggas
selama 30 ~ 35 hari pada suhu 4C atau selama 7 hari
pada suhu 20C

Virus sangat peka dan tidak tahan terhadap:


1. Pemanasan : 56C selama 3 jam, 60C selama 4,5
menit, atau 80C selama 1 menit.
2. Pelarut lemak (eter, detergen)
3. Sinar ultraviolet
4. Desinfektan: Iodine, formalin 2 ~ 5%, amonium
kuartener, asam paraasetat, hidroksiperoksida, senyawa
fenol, klorin, dll.

10

..Lanjutan Sifat Virus


Penyakit ini bersifat Zoonosis, yaitu dapat menular
ke manusia
Masa inkubasi: sangat cepat (beberapa jam) s/d 3
7 hari (14 hari)

11

1. Cairan/lendir yang berasal dari lubang hidung, mulut,


mata (conjunctiva) dan lubang anus (tinja) dari unggas
sakit ke lingkungan
2. Kontak langsung dengan ayam sakit
3. Secara tidak langsung melalui pakan, air minum,
pekerja kandang, kandang dan peralatan peternakan,
rak telur, keranjang ayam dan alat transportasi yang
tercemar virus AI
4. Unggas air sebagai reservoir virus AI
12
Present_by:KESWAN 2005M

CARA PENYEBARAN PENYAKIT


Lendir mata, hidung & tinja ayam
sakit yang mengandung virus
Ayam sakit

Ayam sakit

Ayam sehat

Burung air (liar dan domestik) :


sumber alami virus AI

Petugas, peralatan kandang,


truk ransum dan ayam hidup
yang diperjualbelikan
13

Penularan
Reservoar (virus pada burung sehat:

migratory waterfowl, shore birds, sea birds)


Virus terdapat pada feses dan eksudat
hidung
Virus dapat disebarkan melalui:
burung/unggas terinfeksi, udara, peralatan,
wadah telur, air, kendaraan dan
orang/pekerja

14

Gejala Klinik pada Unggas


Sangat bervariasi:
Mati mendadak
Jengger, pial, kulit dada dan paha berwarna biru
keunguan (sianosis);
Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung;
Pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala;
Perdarahan di bawah kulit (sub kutan);
Perdarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki dan
telapak kaki;

Kematian unggas : dapat mencapai 100%


15

16

17

18

19

20

10

21

KEMATIAN PADA UNGGAS

22

11

KEMATIAN PADA UNGGAS

23

BENGKAK PADA KAKI

24

12

KEMATIAN PADA UNGGAS

25

DIAGNOSA / PEMERIKSAAN
1.

Diagnosa lapangan/gejala klinis :


Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru
keunguan (sianosis).
Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung.
Pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala.
Perdarahan di bawah kulit (sub kutan).
Perdarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki.
Unggas mengalami diare dan kematian tinggi.

2.

Bedah bangkai :
Perdarahan subkutan, bintik-bintik perdarahan pada otot dan jaringan
lemak.
Perdarahan pada organ trakhea, pankreas dan peradangan pada usus,
hati dan limpa.
Bintik-bintik pendarahan merata pada proventikulus, udema (timbunan
cairan) dan pendarahan pada ovarium (kandung telur).
Perdarahan pada kaki yang sering diikuti udema.

26

13

Lanjutan DIAGNOSA/PEMERIKSAAN
3.

Diagnosa Laboratorium :

Pemeriksaan terhadap luas/swab kloaka, trakhea atau


feses segar dan serum (dari unggas yang masih
hidup) dengan HI & HA test, PCR
Pemeriksaan jaringan saluran pencernaan (dari
unggas yang sudah mati).
Dilakukan oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) WatesYogyakarta dan Balai Penelitian Veteriner (Balitvet)
Bogor.

27

Pencegahan & Pengendalian . . .


Vaksinasi unggas
Higiene personal (mencuci tangan
setelah kontak dengan alat/bahan
tercemar; menggunakan masker pada
peternakan tertular)
Pendidikan masyarakat/konsumen &
peningkatan kepedulian masyarakat
(public awareness)
28

14

GERAKAN TUMPAS AI

(DICANANGKAN BPK. PRESIDEN RI TGL. 29 SEPTEMBER 2005 DI


PASURUAN-JAWA TIMUR)

Tidak perlu panik dan khawatir berlebihan dengan flu burung,


karena penyebabnya adalah virus lemah yang mudah mati
oleh panas.

Usahakan kebersihan kandang unggas dan semprotkan


bahan-bahan disinfektan (antihama).

Mencuci tangan dengan air sabun setelah kontak dengan


unggas maupun produknya.

Proteksi anak-anak dan lansia dari kontak langsung dengan


unggas terutama yang terlihat sakit.

Amankan makanan dengan memasak daging dan telur


unggas terlebih dahulu sebelum disantap.

Segera lapor kepada aparat berwenang jika ada unggas yang


sakit atau mati mencurigakan.

29

9 LANGKAH PENANGGULANGAN AI
1.

Pelaksanaan biosecurity secara ketat.

2.

Tindakan pemusnahan unggas selektif (Depopulasi) di


daerah tertular.

3.

Pelaksanaan vaksinasi/pengebalan.

4.

Pengendalian lalu lintas unggas, produk dan limbahnya.

5.

Surveillans dan penelusuran.

6.

Peningkatan kesadaran masyarakat (Public awareness).

7.

Pengisian kembali (Restocking) unggas.

8.

Tindakan pemusnahan unggas secara menyeluruh


(Stamping out) di daerah tertular baru.

9.

Monitoring, pelaporan dan evaluasi.


30

15

1. PELAKSANAAN BIOSECURITY SECARA KETAT


Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan
pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk
mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan
peternakan tertular (sumber penyakit) dan penyebaran
penyakit. Biosecurity dilakukan dengan melaksanakan antara
lain:
a. Desinfeksi (tindakan pensucihamaan) dengan melakukan
penyemprotan menggunakan desinfektan.
b. Sanitasi adalah suatu penataan kebersihan yang
bertujuan meningkatkan/mempertahankan keadaan yang
sehat.
c. Pengawasan lalu lintas dan tindakan karantina / isolasi
lokasi peternakan tertular dan lokasi tempat-tempat
penampungan unggas yang tertular.
31

1. BIOSECURITY

32

16

2. PELAKSANAAN VAKSINASI
Vaksinasi dilakukan terhadap semua jenis unggas yang sehat
sesuai dengan anjuran yang memproduksi vaksin dan
menggunakan vaksin yang dianjurkan pemerintah

33

3. SURVEILLANCE DAN PENELUSURAN

Untuk mempermudah dalam surveillans/


pengamatan penyakit dan
penelusurannya setiap warga masyarakat
wajib melaporkan dan memberikan
informasi yang jelas tentang ciri-ciri
penyakit yang timbul, asal mula kejadian
maupun informasi lain yang diperlukan
serta bersedia untuk dilakukan
pengambilan bahan pemeriksaan
penyakit.

34

17

. SURVEILLANCE

35

4. PENGENDALIAN LALU LINTAS UNGGAS,


PRODUK DAN LIMBAHNYA
Bagi yang melakukan pengeluaran dan pemasukan unggas
hidup, telur dan produk unggas (karkas/daging unggas) serta
limbah peternakan (kotoran) harus disertai dengan dokumen /
surat keterangan yang menyatakan bahwa semua yang
tersebut di atas berasal dari peternakan yang bebas penyakit
Avian Influenza

36

18

5. PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT


(PUBLIC AWARENESS)
Sosialisasi mengenal penyakit flu burung, bahaya dan upaya pencegahannya
wajib dilakukan baik oleh aparat maupun masyarakat mengingat penyakit flu
burung dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi maupun kesehatan
bagi masyarakat.
Penyampaian informasi melalui media massa, poster, penyebaran
leaflet, sticker, spanduk dan CD AI.
Rapat koordinasi tingkat Kabupaten Sukabumi, dipimpin oleh Bupati
Sukabumi, dihadiri Muspida, Dinas/Instansi, Camat, Kepala Puskesmas
dan Direktur Rumah Sakit
Sosialisasi kepada para Penyuluh Pertanian dan Ibu-ibu Dharma Wanita
Persatuan serta ibu-ibu PKK
Kampanye Flu Burung oleh Menteri Pertanian
Sosialisasi di Tingkat Kecamatan yang dipimpin oleh Camat dihadiri
Kades/Lurah, Ketua BPD, PKK dan Tokoh Masyarakat

37

6. TINDAKAN PEMUSNAHAN UNGGAS (DEPOPULASI)


SELEKTIF DI DAERAH TERTULAR
a. Pemusnahan selektif (depopulasi)
Pemusnahan selektif (depopulasi) adalah suatu tindakan untuk
mengurangi populasi unggas yang menjadi sumber penularan
penyakit. Langkah pemusnahan selektif (depopulasi) unggas yang
terserang Avian Influenza menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Tindakan pemusnahan selektif (depopulasi) dilakukan terhadap
semua perternakan tertular Avian Influenza yang ditetapkan
melalui diagnosa secara klinis dan patologi anatomis oleh
dokter hewan.
2. Tindakan pemusnahan selektif (depopulasi) di peternakan
tertular dilakukan terhadap semua unggas hidup yang tertular
(sakit) dan unggas sehat yang sekandang dengan cara
mengeutanasi (membunuh) atau menyembelih sesuai prosedur
pemotongan unggas yang berlaku.
38

19

.DEPOPULASI
3.
4.

b.

Pelaksanaan penggantian selektif (kompensasi) sebagai


akibat tindakan pemusnahan disesuaikan dengan dana yang
disediakan oleh pemerintah pusat.
Tindakan pemusnahan selektif (depopulasi) di semua lokasi
peternakan tertular dan perlakuan selanjutnya terhadap
unggas yang mati (disposal) dilaksanakan oleh peternak
sendiri dibawah pengawasan Dinas Peternakan. Khusus untuk
peternakan rakyat/kecil pelaksanaannya dibantu oleh
pemerintah.

Disposal
Disposal adalah prosedur untuk melakukan pembakaran dan
penguburan terhadap unggas mati (bangkai), karkas, telur,
kotoran (feses), bulu, alas kandang (sekam), pupuk dan pakan
ternak yang tercemar serta bahan dan peralatan lain
terkontaminasi yang tidak dapat didekontaminasi/didesinfeksi
secara efektif.
39

7. TINDAKAN PEMUSNAHAN UNGGAS SECARA


MENYELURUH (STAMPING OUT) DI DAERAH
TERTULAR BARU
Pemusnahan unggas secara menyeluruh (stamping out) adalah
memusnahkan seluruh ternak unggas yang sakit maupun yang
sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua unggas
yang berada dalam radius 1 km dari peternakan tertular tersebut.

40

20

.
DEPOPULASI

41

8. PENGISIAN KEMBALI (RESTOCKING)


UNGGAS
Pengisian kembali (restocking unggas) dapat dilakukan
sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan setelah dilakukan
pengosongan kandang dan semua tindakan dekontaminasi
(desinfeksi)

42

21

43

Jika terjadi kecurigaan atau


adanya kasus positif AI pada
unggas maka:
1. Unggas yang berada dalam satu kandang dan
disekitarnya harus secepatnya dimusnahkan untuk
memutus rantai penularan penyakit.
2. Jangan mengkonsumsi ayam sakit/mati. Bila yang
sakit atau mati mendadak, relakan untuk
dimusnahkan
3. Dilarang membuang bangkai unggas di tempat
sampah, sungai, kebun atau digunakan sebagai
pakan ikanI Bangkai unggas dimasukan kedalam
lubang sedalam 2 meter, dibakar, diberi kapur dan
dikubur.
4. Desinfeksi semua peralatan kandang yang kontak
dengan unggas mati
44

22

45

23

Anda mungkin juga menyukai