PENDAHULUAN
kredit
memiliki
peranan
yang
penting
terhadap
perkembangan
kepada pihak lain (nasabah atau borrower) dengan janji membayar dari penerima
kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang disepakati kedua belah pihak.
4,500,000
4,000,000
3,500,000
3,000,000
2,500,000
dalam miliaran rupiah 2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
Dapat dilihat berdasarkan grafik di atas, setiap tahun jumlah kredit yang disalurkan
oleh bank umum terus meningkat. Bersamaan dengan kondisi tersebut, bank akan
menghadapi suatu risiko yaitu risiko kredit.
Risiko kredit dalam perbankan adalah risiko yang dihadapi oleh bank ketika
kredit yang disalurkan bemasalah atau dapat dikatakan nasabah mengalami gagal
bayar. Seperti yang dikatakan di atas, pendapatan utama operasional bank berasal
dari bunga yang dihasilkan dari kegiatan menyalurkan kredit, oleh karena itu ketika
kredit yang disalurkan oleh bank tersebut mengalami masalah maka akan
berdampak pada pendapatan bank dan secara tidak langsung akan mempengaruhi
profitabilitas dan juga kesehatan bank tersebut. Ketika suatu bank sudah tidak dapat
menjaga profitabilitasnya akan sangat berdampak pada likuiditas nya dan kemudian
akan menurunkan kepercayaan masyarakat sehingga terjadi penarikan dana oleh
masyarakat kemudian bank tersebut
8,000
7,000
6,000
5,000
dalam miliaran rupiah 4,000
3,000
2,000
1,000
0
baku tentu akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan para pelaku usaha
karena meningkatnya biaya produksi. Ketika biaya produksi meningkat maka akan
berpengaruh terhadap harga output yang mereka hasilkan dan pada akhirknya akan
menurunkan tingkat pendapatan para pelaku usaha. Hal tersebut tentu akan
membuat pelaku usaha atau produsen mengalami kesulitan dalam mebayar
kewajibannya terhadap bank, sehingga bank harus menghadapi risiko kredit yang
lebih besar.
Ketika Bank Indonesia menentukan nilai BI rate, hal tersebut akan
berdampak terhadap seluruh perbankan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan
ketika Bank Indonesia menentukan suku bunga, akan diikuti oleh perubahan suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia. Ketika suku bunga SBI berubah, hal tersebut akan
diikuti oleh perbankan di Indonesia. Perubahan suku bunga, baik simpanan maupun
pinjaman akan mempengaruhi tingkat risiko kredit yang akan dihadapi oleh bank.
Ketika suku bunga pinjaman meningkat, akan meningkatkan risiko kredit yang
dimiliki oleh bank.
Bagi pelaku usaha, kurs atau nilai tukar dengan negara yang memiliki
hubungan perdagangan yang erat merupakan hal yang penting bagi usaha mereka.
Ketika kurs dalam negri melemah, hal ini akan membuat para importir kesulitan
dalam menjalankan usahanya. Ketika usaha terganggu, maka hal tersebut akan
berpengaruh terhadap pendapatannya dan tentu akan mengalami kesulitan dalam
membayar hutangnya. Oleh karena itu, perubahan tingkat kurs secara tidak
langsung akan berdampak terhadap tingkat pengembalian kredit atau risiko kredit
bank.
Semakin besar jumlah kredit yang disalurkan bank tentu akan menambah
tingkat risiko yang dihadapi bank. Loan to Deposit Ratio menggambarkan besarnya
kredit yang diberikan dibandingkan dengan dana yang dihimpun oleh bank tersebut.
Ketika suatu bank memiliki LDR yang tinggi, artinya dana yang disalurkan bank
tersebut dalam bentuk kredit terlalu besar dan menyebabkan bank tersebut menjadi
tidak likuid.
Besarnya modal suatu bank juga memiliki pengaruh terhadap tingkat
kesehatan bank tersebut. Tingkat modal bank dapat digunakan untuk mengurangi
risiko yang dialami bank tersebut. Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang
menghitung besarnya modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Semakin tinggi CAR yang dimiliki bank tersebut, maka semakin tinggi pula
kemampuan modal bank tersebut untuk mengurangi risiko yang dimiliki.
Kredit yang disalurkan bank merupakan sumber pendapatan utama bagi
bank untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu, besarnya
pendapatan operasional bank adalah cermin dari kemampuan manejemen bank
dalam mengelola kreditnya agar menghasilkan pendapatan bunga. Oleh karena itu
rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan juga net
interest margin (NIM) mencerminkan bagaimana kualitas manajemen mengelola
kreditnya untuk menghasilkan pendapatan bagi bank tersebut.
Berdasarkan kepemilikannya, bank terdiri dari bank persero, bank umum
swasta nasional, bank asing, bank pemerintah daerah, dan bank campuran. Bank
persero adalah bank yang mayoritas saham atau kepemilikannya dimiliki oleh
pemerintah (Siamat, 2005). Menurut Bank Indonesia, yang termasuk bank persero
antara lain adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara,
Bank Negara Indonesia.
4.50%
4.00%
3.50%
PERSERO
3.00%
BUSN Dev
2.50%
2.00%
BPD
1.50%
CAMPURAN
1.00%
ASING
0.50%
0.00%
2011
2012
2013
2014
Agt 2015
Bank persero tidak jauh berbeda dengan bank lainnya, karena tetap patuh
pada Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia. Akan tetapi karena
bank persero adalah milik pemerintah, maka bank ini menjadi perpanjangan tangan
pemerintah untuk merealisasikan program pemerintah baik melalui penyaluran kredit
maupun penyimpanan dana. Berikut adalah grafik perbandingan NPL bank
berdasarkan kepemilikannya
Grafik 1.3 Perbandingan NPL Bank
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, diola h (2015)
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa bank milik pemerintah baik daerah
(BPD) maupun nasional (Persero) memiliki kredit bermasalah yang tinggi
dibandingkan bank lainnya, terlebih bank persero yang memiliki skala nasional
ternyata juga tidak menjamin dapat menekan tingkat kredit bermasalahnya. Oleh
10
masyarakat
umum
tentang
faktor
yang