Generalisasi
Generalisasi (berasal dari bahasa latin generalis berarti umum) adalah kegiatan
menyimpulkan hal khusus kepada yang umum. Generalisasi atau kesimpulan umum
sangat diperlukan dalam ilmu sejarah. Dalam materi zaman prasejarah Indonesia,
generalisasinya adalah adanya penggunaan alat-alat batu, tulang dan tanduk.
Alat-alat dari batu yang ditemukan dibeberapa daerah di Indonesia
a. Chopper atau kapak genggam ditemukan didaerah Pegunungan Sewu- Pacitan,
Parigi-Sulawesi, Gombang-Jawa Tengah, Sukabumi-Jawa Barat, dan Lahat-Sumatra
Selatan.
b. Flakes ditemukan di Ngawi-Jawa Timur dan Sangiran-Jawa Tengah.
c. Chalcedon di temukan di Cabbenge-Sulawesi Selatan.
d. Pebble atau kapak genggam banyak ditemukan di Sumatra.
e. Kapak persegi dan lonjong yang terdapat di Lahat, Palembang, Bogor,
Tasikmalaya, Sukabumi dan Pacitan.
f. Kapak lonjong terdapat di Indonesia bagian Timur yaitu Irian, Seram, Tanimbar
dan Minahasa.
Alat-alat dari tulang
Di daerah Ngandong dan Sidoarjo dekat Ngawi banyak ditemukan alat-alat dari
tulang-tulang binatang. Ada alat dari tulang yang menyerupai ujung tombak yang
kedua sisinya bergerigi mungkin untuk menangkap ikan. Alat tulang berbentuk L
sebagai alat pemukul terdapat di goa Lawa Sampung, Ponorgo Jawa Timur, dan di
gua-gua di daerah Lamoncong Sulawesi Selatan.
Tanduk rusa dan alat tulang semacam belati digunakan untuk mengorek tanah
mencari ubi dan keladi, ditemukan di daerah Ngandong, Jawa Timur.
Peristiwa Revolusi Industri yang terjadi pada abad 17 tidaklah terjadi begitu saja.
Ingatkah Anda dengan peristiwa Renaissance ? Renaissance merupakan gerakan
kebudayaan yang ingin membangkitkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi
klasik. Salah satu dampaknya adalah kebebasan berpikir di berbagai bidang, seperti
ilmu pengetahuan yang menghasilkan banyak ilmuwan. Hal tersebut mendorong
ilmuwan-ilmuwan melakukan penemuan-penemuan baru. Termasuk James Watt
yang berhasil menemukan mesin uap. Penemuan mesin uap James Watt inilah yang
akhirnya mendorong lahirnya Revolusi Industri di Inggris.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa peristiwa Revolusi Industri tidaklah
berdiri sendiri. Revolusi Industri disebabkan oleh peristiwa Renaissance yang telah
melahirkan banyak ilmuwan dan penemuan-penemuan baru di berbagai bidang,
termasuk industri.
Konsep Sinkronik
Konsep sinkronik dalam sejarah artinya mempelajari peristiwa sejarah dalam kurun
waktu tertentu saja. Berbeda dengan diakronik yang melihat peristiwa sejarah
dalam hubungannya dengan peristiwa sejarah lainnya, maka dalam sinkronik
tidaklah demikian.
Dalam sinkronik, Anda hanya akan memelajari peristiwa sejarah dalam kurun
waktunya saja secara detail. Anda tidak perlu membandingkan dengan peristiwa
sejarah lainnya.
Contoh :
Jika Anda akan memelajari peristiwa pemberontakan G 30 S pada tahun 1965, maka
Anda akan memelajari peristiwa tersebut secara mendetil. Anda harus benar-benar
menggunakan konsep 5 W+1 H dalam peristiwa tersebut. Konsep 5 W terdiri dari
what, when, where, who, why dan how. Konsep 5 W+1 H itulah yang harus benarbenar dijawab dalam konsep berpikir sinkronik.
*Konsep Ruang *
Konsep ruang meliputi lingkungan, lokasi, tempat terjadinya peristiwa sejarah.
Sebagai contoh, Anda tentu mengenal bentuk-bentuk sejarah lokal (daerah), sejarah
nasional, dan sejarah internasional bukan ? Peristiwa-peristiwa sejarah yang
dipelajari itu ditentukan berdasarkan konsep ruang.
Konsep ruang dalam sejarah akan membantu kita untuk membandingkan antara
peristiwa yang terjadi di satu lokasi dengan peristiwa sejarah di lokasi lainnya dan
mengetahui apakah peristiwa sejarah itu saling berhubungan atau tidak. Banyak
peristiwa sejarah lokal yang diangkat menjadi sejarah nasional suatu negara karena
pengaruhnya yang sangat penting. Begitu juga dengan sejarah nasional yang
memengaruhi banyak Nnegara sehingga dijadikan sejarah internasional.
Contoh :
Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya merupakan sejarah lokal yang diangkat
menjadi sejarah nasional karena pengaruhnya yang sangat besar terhadap
perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Peristiwa Perang Dunia I dan II dikategorikan sebagai peristiwa sejarah internasional
karena pengaruhnya yang besar terhadap negara lain di dunia.
Konsep Waktu
Konsep waktu dalam sejarah diperlukan untuk melihat perubahan dan keberlanjutan
yang terjadi dalam peristiwa sejarah. Kita mengurutkan setiap peristiwa sejarah
sesuai urutan waktu terjadinya (kronologis) ataupun mengelompokkan peristiwaperistiwa sejarah berdasarkan ciri-ciri tertentu (periodisasi), artinya kita mencoba
menerapkan konsep waktu dalam peristiwa sejarah. Hal ini penting untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih peristiwa sejarah (anakronis).
Contoh :
Periodisasi masa praaksara berdasarkan perkembangan teknologi dibagi :
1. Zaman batu tua (Paleolitikum)
Pada zaman ini, peralatan hidup sehari-hari masih terbuat dari batu yang belum
dihaluskan.
2. Zaman batu menengah (Mesolitikum)
Pada zaman ini, peralatan hidup sehari-hari sudah mulai dibuat dari batu yang
sebagian sisinya sudah dihaluskan.
3. Zaman batu muda (Neolitikum)
Pada zaman ini, peralatan hidup sehari-hari sudah mulai dihaluskan di kedua
sisinya.
4. Zaman batu besar (Megalitikum)
Zaman batu besar sudah mengenal peralatan dari batu berukuran besar yang
berfungsi untuk upacara kepercayaan.
Berdasarkan periodisasi tersebut kita dapat melihat perubahan yang terjadi pada
peralatan hidup sehari-hari. Ada perkembangan teknologi pembuatannya,
menunjukkan kemampuan berpikir manusianya pun meningkat. Keberlanjutannya
terlihat dalam proses perubahan bertahap dari tingkat sederhana ke tingkat yang
lebih kompleks.
4. Neozoikum
Berlangsung sekitar 60 juta tahun lalu. Keadaan bumi makin membaik dan suhu
bumi pun stabil. Muncul berbagai jenis kehidupan dan binatang besar secara lambat
laun berkurang. Zaman Neozoikum dibedakan atas :
a) Tersier
Muncul jenis hewan menyusui dan primata. Zaman ini terbagi menjadi Palleosen,
Eosen, Oligosen, Miosen, dan Pliosen.
b) Kuarter
Zaman ketika manusia sudah muncul, yakni sekitar 600.000 tahun lalu. Zaman ini
dibedakan atas :
Plestosen (Diluvium) *
Sekitar 600.000 tahun lalu, es dari Kutub Utara meluas menutupi permukan bumi
(Eropa Utara, Asia Utara, Amerika Utara) sehingga disebut juga zaman glasial.
Sebaliknya, ketika suhu panas, air menyusut dan permukaan air laut naik. Ini
disebut interglasial.
*Holosen (Alluvium)
Berlangsung sekitar 20.000 tahun lalu. Sebagian besar lapisan es di kutub mencair,
membentuk dangkalan-dangkalan. Mulai muncul manusia purba Homo sapiens.
Sementara itu, setelah munculnya manusia di bumi, mereka juga sudah mulai
belajar untuk bertahan hidup. Perkembangan kehidupan masyarakat awal Indonesia
ini terlihat dengan adanya perkembangan pada pola kehidupan sosial ekonominya.
Agar dapat lebih mudah memahami dan membandingkan setiap perkembangan
kehidupan awal tersebut, perhatikanlah uraian berikut :
1. Masa Berburu dan Meramu
Bergantung pada alam (food gathering).
Nomaden mengikuti hewan buruan dan tersedianya makanan.
3. Pithecanthropus Mojokertensis
Ditemukan oleh Von Koenigswald di Pearning, Mojokerto, tahun 1936. Ciri-cirinya
adalah :
Volume otak berkisar 650 cc dan 1000 cc jika sudah dewasa.
Pemakan segala.
Hidup sekitar 2,25 juta hingga 1,25 juta tahun lalu.
Tinggi sekitar 130-210 cm, berat badan 150 kilogram lebih.
Otot tengkuk menyusut, dahi masih menonjol, berdiri tegak, dan berjalan
sempurna.
4. Homo Soloensis
Ditemukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich di Lembah Bengawan Solo, Desa
Ngandong pada tahun 1931 dan 1934. Ciri-cirinya adalah :
Hidup sekitar 900.000-200.000 tahun lampau.
Tinggi badan 1,30 s.d 2,1 meter, beratnya 30 hingga 150 kg.
MASA MESOLITIKUM
Zaman Mesolitikum disebut juga zaman batu tengah atau zaman batu madya dan
diperkirakan berlangsung pada masa Holosen (10.000 tahun yang lalu).
Perkembangan kebudayaan pada masa ini berlangsung lebih cepat dibanding masa
sebelumnya. Hal ini disebabkan, antara lain :
Keadaan alam yang sudah relatif stabil, sehingga memungkinkan manusia dapat
hidup lebih tenang dan mengembangkan kebudayaannya.
Manusia pendukungnya adalah dari jenis Homo sapien, mahluk yang lebih cerdas
dibandingkan pendahulunya.
Manusia pada masa ini mempunyai tempat tinggal agak menetap dan mulai
bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya
berlokasi di tepi pantai dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi
tersebut banyak ditemukan sisa kebudayaan manusia pada zaman itu.
Pada masa ini, manusia telah mampu membuat gerabah dari tanah liat, selain
kapak genggam Sumatra (Sumatralith pebble culture), alat tulang (bone culture),
dan sejumlah flakes (flakes culture). Kehidupan manusia semi-sedenter, banyak dari
manusia purba yang tinggal di gua-gua di tebing pantai, yang dinamakan dengan
abris sous roche, dimana banyak ditemukan tumpukan sampah dapur yang di sebut
dengan kjokkenmoddinger.
MASA NEOLITIKUM
Masa Neolitikum juga dikenal dengan zaman batu muda dan diperkirakan
berlangsung pada tahun 2000SM. Pada masa ini, manusia sudah hidup menetap
dan mulai bercocok tanam dengan membuka hutan. Hewan-hewan liar juga sudah
mulai dijinakkan dan diternakkan.
Manusia pada masa ini telah menetap dalam satu perkampungan dengan rumahrumah yang dibangun tidak beraturan. Mereka membangun rumah berdekatan
dengan ladang-ladang mereka. Bangunan rumah pada masa ini berbentuk bulat
dengan tiang dan atap terbuat dari jerami. Penggunaan tiang pada bangunan
mereka ditujukan untuk menghindari bahaya binatang buas dan banjir.
Perkembangan pada masa ini sudah sangat maju, alat-alat yang dihasilkan sudah
bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi semua bagiannya telah dihaluskan.
Alat-alat yang dapat ditemukan, antara lain, beliung persegi, kapak lonjong, alatalat obsidian, mata panah, gerabah, dan perhiasan.
Beliung persegi ditemukan hampir seluruh kepulauan Indonesia, terutama bagian
barat seperti Desa Sikendeng, Minanga Sipakka dan Kalumpang (Sulawesi),
Kendenglembu (Banyuwangi), Leles Garut (Jawa Barat), dan sepanjang aliran sungai
Bekasi, Citarum, Ciherang, dan Ciparege (Rengasdengklok).
Kapak lonjong ditemukan terbatas hanya di wilayah Indonesia bagian timur seperti
Sulawesi, Sangihe-Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanibar dan Papua. Kapak ini
umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajam.
Bagian tajam diasah dari dua arah sehingga menghasilkan bentuk simetris.
Alat-alat obsidian merupakan alat-alat yang dibuat dari batu kecubung. Alat-alat
obsidian ini berkembang secara terbatas di beberapa tempat saja, seperti dekat
Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung dan Danau Cangkuang Garut (Leuwiliang
Bogor), Danau Tondano (Minahasa), dan sedikit di Flores Barat.
MASA MEGALITIKUM
Von Heine Geldern membagi Masa Megalitikum menjadi :
1) Megalitikum tua, 2500 hingga 1500 SM.
2) Megalitikum muda, 1000 SM.
Masa Megalitikum timbul akibat perkembangan budaya yang sangat pesat dari
zaman Neolitikum. Indonesia menjadi tuan rumah budaya megalit Austronesia di
masa lalu. Beberapa situs megalit banyak ditemukan diseluruh pelosok nusantara.
Menhir, Dolmen atau meja batu, patung batu leluhur, dan struktur step-piramid
yang disebut punden berundak ditemukan di berbagai lokasi di Jawa, Sumatera,
Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil.
Punden Berundak dan menhir dapat ditemukan di Paguyangan Cisolok dan Gunung
Padang, Jawa Barat. Situs megalit Cipari yang juga berada di Jawa Barat
menampilkan monolit, teras batu, dan sarkofagus. Punden berundak diyakini
sebagai pendahulu dan kemudian menjadi desain dasar struktur candi HinduBuddha di Jawa setelah masyarakat pribumi menerima kehadiran Hinduisme dan
Buddhisme. Borobudur abad ke-8 dan Candi Sukuh abad ke-15 jelas menampilkan
struktur step-piramid.