Anda di halaman 1dari 13

A.

Generalisasi
Generalisasi (berasal dari bahasa latin generalis berarti umum) adalah kegiatan
menyimpulkan hal khusus kepada yang umum. Generalisasi atau kesimpulan umum
sangat diperlukan dalam ilmu sejarah. Dalam materi zaman prasejarah Indonesia,
generalisasinya adalah adanya penggunaan alat-alat batu, tulang dan tanduk.
Alat-alat dari batu yang ditemukan dibeberapa daerah di Indonesia
a. Chopper atau kapak genggam ditemukan didaerah Pegunungan Sewu- Pacitan,
Parigi-Sulawesi, Gombang-Jawa Tengah, Sukabumi-Jawa Barat, dan Lahat-Sumatra
Selatan.
b. Flakes ditemukan di Ngawi-Jawa Timur dan Sangiran-Jawa Tengah.
c. Chalcedon di temukan di Cabbenge-Sulawesi Selatan.
d. Pebble atau kapak genggam banyak ditemukan di Sumatra.
e. Kapak persegi dan lonjong yang terdapat di Lahat, Palembang, Bogor,
Tasikmalaya, Sukabumi dan Pacitan.
f. Kapak lonjong terdapat di Indonesia bagian Timur yaitu Irian, Seram, Tanimbar
dan Minahasa.
Alat-alat dari tulang
Di daerah Ngandong dan Sidoarjo dekat Ngawi banyak ditemukan alat-alat dari
tulang-tulang binatang. Ada alat dari tulang yang menyerupai ujung tombak yang
kedua sisinya bergerigi mungkin untuk menangkap ikan. Alat tulang berbentuk L
sebagai alat pemukul terdapat di goa Lawa Sampung, Ponorgo Jawa Timur, dan di
gua-gua di daerah Lamoncong Sulawesi Selatan.

Alat-alat dari tanduk

Tanduk rusa dan alat tulang semacam belati digunakan untuk mengorek tanah
mencari ubi dan keladi, ditemukan di daerah Ngandong, Jawa Timur.

B. Generalisasi,Kronologi Dan Periodisasi


Arti kronologi menurut Kamus Bahasa Indonesia (Badudu dan Zain, 1994) yaitu
berurutan sesuai dengan waktu kejadian yang dalam sejarah biasanya disebut

periodisasi. Periodisasi sejarah Indonesia terbagi menjadi zaman prasejarah dan


zaman sejarah.

Zaman prasejarah terbagi menjadi tiga yaitu zaman pra-sejarah, zaman


protosejarah, dan zaman sejarah.
1. Zaman Prasejarah
Prasejarah berasal dari kata pra artinya sebelum dan sejarah artinya masa yang
telah lampau. Secara umum orang mengartikan prasejarah ialah suatu zaman
ketika orang belum mengenal tulisan.
2. Zaman Protosejarah
Orang mengartikan zaman protosejarah adalah zaman sudah ada tulisan, tetapi
sumber tulisan itu berasal dari luar negeri dan beritanya masih sangat samar
samar.
3. Zaman Sejarah
Zaman sudah mengenal tulisan, yang dapat memberikan keterangan tentang
peristiwa peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Zaman sejarah Indonesia terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
a. Zaman kuno, dari abad ke-1 M sampai ke abad ke-14 M, masa berkembangnya
kebudayaan Indonesia yang di pengaruhi agama Hindu dan Budha.
b. Zaman Baru, dari abad ke-15 M sampai abad ke-18 M, yang membicarakan masa
berkembangnya budaya Islam sampai jatuhnya Mataram dan Banten ke tangan
imperialis Belanda.
c. Zaman Modern, dimulai pada masa pemerintah Hindia Belanda (1800) sampai
Indonesia merdeka tahun 1945.
Konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam sejarah
Konsep Diakronis
Konsep diakronis artinya melihat suatu peristiwa sejarah secara keseluruhan
sebagai suatu peristiwa yang disebabkan oleh peristiwa sejarah sebelumnya.
Peristiwa sejarah bukanlah suatu peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan peristiwa
yang disebabkan oleh peristiwa sebelumnya dan menyebabkan peristiwa
berikutnya.
Contoh :

Peristiwa Revolusi Industri yang terjadi pada abad 17 tidaklah terjadi begitu saja.
Ingatkah Anda dengan peristiwa Renaissance ? Renaissance merupakan gerakan
kebudayaan yang ingin membangkitkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi
klasik. Salah satu dampaknya adalah kebebasan berpikir di berbagai bidang, seperti
ilmu pengetahuan yang menghasilkan banyak ilmuwan. Hal tersebut mendorong
ilmuwan-ilmuwan melakukan penemuan-penemuan baru. Termasuk James Watt
yang berhasil menemukan mesin uap. Penemuan mesin uap James Watt inilah yang
akhirnya mendorong lahirnya Revolusi Industri di Inggris.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa peristiwa Revolusi Industri tidaklah
berdiri sendiri. Revolusi Industri disebabkan oleh peristiwa Renaissance yang telah
melahirkan banyak ilmuwan dan penemuan-penemuan baru di berbagai bidang,
termasuk industri.
Konsep Sinkronik
Konsep sinkronik dalam sejarah artinya mempelajari peristiwa sejarah dalam kurun
waktu tertentu saja. Berbeda dengan diakronik yang melihat peristiwa sejarah
dalam hubungannya dengan peristiwa sejarah lainnya, maka dalam sinkronik
tidaklah demikian.
Dalam sinkronik, Anda hanya akan memelajari peristiwa sejarah dalam kurun
waktunya saja secara detail. Anda tidak perlu membandingkan dengan peristiwa
sejarah lainnya.
Contoh :
Jika Anda akan memelajari peristiwa pemberontakan G 30 S pada tahun 1965, maka
Anda akan memelajari peristiwa tersebut secara mendetil. Anda harus benar-benar
menggunakan konsep 5 W+1 H dalam peristiwa tersebut. Konsep 5 W terdiri dari
what, when, where, who, why dan how. Konsep 5 W+1 H itulah yang harus benarbenar dijawab dalam konsep berpikir sinkronik.
*Konsep Ruang *
Konsep ruang meliputi lingkungan, lokasi, tempat terjadinya peristiwa sejarah.
Sebagai contoh, Anda tentu mengenal bentuk-bentuk sejarah lokal (daerah), sejarah
nasional, dan sejarah internasional bukan ? Peristiwa-peristiwa sejarah yang
dipelajari itu ditentukan berdasarkan konsep ruang.
Konsep ruang dalam sejarah akan membantu kita untuk membandingkan antara
peristiwa yang terjadi di satu lokasi dengan peristiwa sejarah di lokasi lainnya dan
mengetahui apakah peristiwa sejarah itu saling berhubungan atau tidak. Banyak
peristiwa sejarah lokal yang diangkat menjadi sejarah nasional suatu negara karena
pengaruhnya yang sangat penting. Begitu juga dengan sejarah nasional yang
memengaruhi banyak Nnegara sehingga dijadikan sejarah internasional.

Contoh :
Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya merupakan sejarah lokal yang diangkat
menjadi sejarah nasional karena pengaruhnya yang sangat besar terhadap
perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Peristiwa Perang Dunia I dan II dikategorikan sebagai peristiwa sejarah internasional
karena pengaruhnya yang besar terhadap negara lain di dunia.
Konsep Waktu
Konsep waktu dalam sejarah diperlukan untuk melihat perubahan dan keberlanjutan
yang terjadi dalam peristiwa sejarah. Kita mengurutkan setiap peristiwa sejarah
sesuai urutan waktu terjadinya (kronologis) ataupun mengelompokkan peristiwaperistiwa sejarah berdasarkan ciri-ciri tertentu (periodisasi), artinya kita mencoba
menerapkan konsep waktu dalam peristiwa sejarah. Hal ini penting untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih peristiwa sejarah (anakronis).
Contoh :
Periodisasi masa praaksara berdasarkan perkembangan teknologi dibagi :
1. Zaman batu tua (Paleolitikum)
Pada zaman ini, peralatan hidup sehari-hari masih terbuat dari batu yang belum
dihaluskan.
2. Zaman batu menengah (Mesolitikum)
Pada zaman ini, peralatan hidup sehari-hari sudah mulai dibuat dari batu yang
sebagian sisinya sudah dihaluskan.
3. Zaman batu muda (Neolitikum)
Pada zaman ini, peralatan hidup sehari-hari sudah mulai dihaluskan di kedua
sisinya.
4. Zaman batu besar (Megalitikum)
Zaman batu besar sudah mengenal peralatan dari batu berukuran besar yang
berfungsi untuk upacara kepercayaan.
Berdasarkan periodisasi tersebut kita dapat melihat perubahan yang terjadi pada
peralatan hidup sehari-hari. Ada perkembangan teknologi pembuatannya,
menunjukkan kemampuan berpikir manusianya pun meningkat. Keberlanjutannya
terlihat dalam proses perubahan bertahap dari tingkat sederhana ke tingkat yang
lebih kompleks.

Awal kehidupan masyarakat Indonesia


Berdasarkan geologi, maka zaman sejarah awal dibedakan menjadi beberapa
zaman sebagai berikut :
1. Archaekum
Belum ada kehidupan di bumi akibat kondisi bumi yang sangat panas. Kulit bumi
pun masih dalam proses pembentukan. Berlangsung sekitar 2.500 juta tahun
lampau.
2. Paleozoikum
Kondisi bumi belum stabil, masih berubah-ubah, dan curah hujan tinggi. Mulai
muncul kehidupan dalam bentuk hewan bersel satu, tumbuhan tingkat rendah
(ganggang). Berlangsung sekitar 340 juta tahun lampau.
3. Mesozoikum
Iklim dan curah hujan di bumi mulai stabil, suhu bumi masih sering berubah. Mulai
muncul makhluk hidup seperti ikan, amfibi, reptil. Bahkan muncul makhluk besar,
seperti Dinosaurus.
Masa Mesozoikum dapat dibedakan atas :
1) Masa Trias (245 juta-208 juta tahun lalu)
Pada masa ini, dinosurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama
kali. Cynodont, sejenis reptilia mirip mamalia pemakan daging, mulai berkembang.
Mamalia pertama mulai muncul dan reptilia air (penyu dan kura-kura) semakin
banyak.
2) Masa Jura (208 juta-145 juta tahun lalu)
Masa Jura adalah zaman kejayaan Dinosaurus yang menguasai daratan, sedangkan
lautan dikuasai reptilia laut seperti Ichthyosaurus dan Plesiosaurus. Adapun di
angkasa didominasi reptilia terbang, seperti Pterosaurus serta Pterodactyl.
3) Masa Kapur (145 jta-65 juta tahun lalu)
Masa ini merupakan puncak kejayaan Dinosaurus raksasa dan reptilia terbang.
Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi berbagai ragam dan
bentuk.
Masa Kapur ditandai oleh kepunahan besar-besaran. Teori yang menerangkan
penyebab kepunahan ini cukup banyak, di antaranya adalah teori tentang jatuhnya
meteorit raksasa yang membentur bumi dengan benturan sangat dahsyat.
Benturan meteorit ini menimbulkan panas dan kebakaran sehingga terjadi
penguapan besar-besaran yang menghasilkan asap dan awan tebal. Awan ini

menghalangi sinar matahari sehingga terjadi pendinginan global dan penipisan


oksigen yang mengakibatkan sebagian tumbuhan, hewan pemakan tumbuhan, dan
hewan pemakan daging juga mati. Dinosaurus yang merupakan hewan berdarah
panas tidak mampu bertahan hidup pada iklim seperti itu dan akhirnya punah.

4. Neozoikum
Berlangsung sekitar 60 juta tahun lalu. Keadaan bumi makin membaik dan suhu
bumi pun stabil. Muncul berbagai jenis kehidupan dan binatang besar secara lambat
laun berkurang. Zaman Neozoikum dibedakan atas :
a) Tersier
Muncul jenis hewan menyusui dan primata. Zaman ini terbagi menjadi Palleosen,
Eosen, Oligosen, Miosen, dan Pliosen.
b) Kuarter
Zaman ketika manusia sudah muncul, yakni sekitar 600.000 tahun lalu. Zaman ini
dibedakan atas :
Plestosen (Diluvium) *
Sekitar 600.000 tahun lalu, es dari Kutub Utara meluas menutupi permukan bumi
(Eropa Utara, Asia Utara, Amerika Utara) sehingga disebut juga zaman glasial.
Sebaliknya, ketika suhu panas, air menyusut dan permukaan air laut naik. Ini
disebut interglasial.
*Holosen (Alluvium)
Berlangsung sekitar 20.000 tahun lalu. Sebagian besar lapisan es di kutub mencair,
membentuk dangkalan-dangkalan. Mulai muncul manusia purba Homo sapiens.

Sementara itu, setelah munculnya manusia di bumi, mereka juga sudah mulai
belajar untuk bertahan hidup. Perkembangan kehidupan masyarakat awal Indonesia
ini terlihat dengan adanya perkembangan pada pola kehidupan sosial ekonominya.
Agar dapat lebih mudah memahami dan membandingkan setiap perkembangan
kehidupan awal tersebut, perhatikanlah uraian berikut :
1. Masa Berburu dan Meramu
Bergantung pada alam (food gathering).
Nomaden mengikuti hewan buruan dan tersedianya makanan.

Gua sebagai tempat tinggal yang dekat mata air.


Telah ada pembagian kerja, laki-laki berburu dan perempuan meramu.
Mengenal pemimpin yang dipilih berdasarkan kekuatan fisik .
Mengenal sistem kepercayaan.
Mengenal api, beraktivitas hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi (makan).
2. Masa Bercocok Tanam
Mengenal cara bercocok tanam dan beternak (food producing).
Semi sedenter.
Berhuma dan ladang berpindah.
Mengenal barter.
Mengenal seorang pemimpin yang disebut kepala suku yang berdasarkan
kekuatan fisik, pikiran, dan kemampuan spiritual serta berperan sebagai mediator
antara kehidupan roh nenek moyang dengan kehidupan mereka.
Mengenal sistem kepercayaan.
3. Masa Perundagian
Pembagian kerja yang terspesialisasi.
Hidup sedenter (menetap).
Pemimpin dipilih berdasarkan primus inter pares artinya memilih pemimpin yang
paling pandai di antara mereka.
Mengenal bertani, berladang, dengan sistem irigasi yang baik. Jenis tanaman pun
makin beragam, seperti umbi, palawija, padi.
Mengenal teknik pembuatan logam.
Mengenal konsep kepercayaan animisme dan dinamisme.
Hubungan antar daerah semakin intensif.

A. Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Sejumlah ilmuwan memberikan pendapat mengenai nenek moyang bangsa
Indonesia.

1. Prof. Dr. H. Kern


Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Asia karena ada kesamaan bahasa
yang digunakan di Kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Campa dari akar bahasa Austronesia.
2. Robert von Heine Geldern
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Asia Tengah. Hal ini dibuktikan
dengan penemuan sejumlah artefak sebagai benda budaya yang memiliki
kesamaan dengan di daratan Asia.
3. Willem Smith
Terdapat 3 kelompok bangsa dengan bahasa yang berbeda, yaitu bangsa yang
berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan bangsa yang berbahasa
Austria. Bahasa Austria dibagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro Asia dan
bangsa yang berbahasa Austronesia (cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia).
4. Hogen
Bangsa Indonesia yang mendiami pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Mereka
kemudian bercampur dengan bangsa Mongol yang disebut Proto Melayu (Melayu
Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda).
5. Drs. Moh. Ali
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina. Mereka tinggal di huluhulu sungai daratan Asia dan datang secara bergelombang ke Indonesia.
Prof. Dr. Krom
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Cina Tengah karena di daerah
tersebut terdapat sumber sungai besar. Mereka menyebar ke kawasan Indonesia
sekitar 2000-1500 SM.
7. Dr. Brandes
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari bangsa-bangsa yang bermukim di
daerah-daerah sebelah utara Pulau Formosa, Taiwan; sebelah barat Pulau
Madagaskar; sebelah selatan yaitu Jawa, Bali; sebelah timur hingga tepi pantai
batas Amerika.
8. Prof. Muhammad Yamin
Bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia sendiri, bukan dari daerah lainnya.
Hal ini disebabkan temuan fosil dan artefak lebih banyak dan lebih lengkap
daripada daerah lainnya di Asia.

B. Proses Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Proses persebaran nenek moyang bangsa Indonesia dimulai pada zaman Pleistosen,
ketika terjadinya zaman es (glasial). Kepulauan Indonesia bersatu dengan daratan
Asia. Laut dangkal yang ada di antara pulau-pulau Indonesia bagian Barat surut
sehingga membentuk Paparan Sunda, yang menyatukan Indonesia bagian Barat
dengan daratan Asia. Sementara di bagian timur, terbentuklah Paparan Sahul yang
menyatukan Indonesia bagian timur dengan Australia.

Nenek moyang bangsa Indonesia diperkirakan adalah orang-orang Melayu. Bangsa


Melayu ini terbagi menjadi :
1. Proto Melayu (Melayu Tua)
Mereka memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1500-500 SM dan datang melalui
jalan barat yaitu Semenanjung Melayu-Sumatera-seluruh wilayah Indonesia. Ada
juga yang melalui jalur timur yaitu melalui Kepulauan Filipina-Sulawesi-seluruh
wilayah Indonesia. Mereka yang datang melalui jalur barat membawa kebudayaan
kapak persegi, sedangkan melalui jalur timur membawa kapak lonjong. Keturunan
Proto Melayu contohnya orang Dayak, Toraja, Mentawai, Nias, dan Papua.
*2. Deutro Melayu (Melayu Muda) *
Mereka masuk ke Indonesia sekitar tahun 500 SM melalui jalur barat, yaitu
Semenanjung Melayu-Sumatera-wilayah Indonesia. Mereka sudah mengenal benda
logam dan kebudayaannya disebut kebudayaan Dongson. Bangsa Deutro Melayu
berkembang menjadi suku Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Minang, dan lainnya.
Berdasarkan perbedaan ras, manusia dan masyarakat awal di Indonesia setelah
zaman purba dibagi menjadi :
a. Weddoid
Ras Weddoid datang ke Indonesia sebelum bangsa Melayu. Mereka berkembang di
Sumatera, Palembang, Jambi, Sulawesi Tenggara (Toala), dan Siak.
b. Papua Melanesoid (Negrito) *
Merupakan nenek moyang bangsa Papua dan Melanesia. Mereka berkembang
menjadi suku Semang (Malaysia) dan Negrito (Filipina).
*c. Melayu Tua dan Melayu Muda

C. Jenis Manusia Purba


Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari tentang manusia purba. Berikut ini
adalah beberapa manusia yang muncul pada masa praaksara.
1. Meganthropus Paleojavanicus
Ditemukan oleh Von Koenigswald dan Marks di Sangiran, Jawa Tengah pada tahun
1939 dan 1941. Meganthropus berasal dari kata mega artinya besar dan
anthropusartinya manusia. Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus adalah :
Hidup sekitar 2 juta-1 juta tahun yang lalu.
Memiliki badan yang tegap dan rahang yang kuat.
Masih mengumpulkan makanan berupa umbi dan buah .
2. Pithecanthropus Erectus
Ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi pada tahun 1890. Disebut juga
manusia kera yang berjalan tegak. Adapun ciri-cirinya adalah :
Tinggi badan 165-170 cm, berat badan +/- 100 kg.
Volume otak sekitar 900 cc.
Makanan sudah mulai diolah, mengenal api, dan memakan daging.
Hidup antara 1 juta-0,5 juta tahun lalu.

3. Pithecanthropus Mojokertensis
Ditemukan oleh Von Koenigswald di Pearning, Mojokerto, tahun 1936. Ciri-cirinya
adalah :
Volume otak berkisar 650 cc dan 1000 cc jika sudah dewasa.
Pemakan segala.
Hidup sekitar 2,25 juta hingga 1,25 juta tahun lalu.
Tinggi sekitar 130-210 cm, berat badan 150 kilogram lebih.
Otot tengkuk menyusut, dahi masih menonjol, berdiri tegak, dan berjalan
sempurna.

4. Homo Soloensis

Ditemukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich di Lembah Bengawan Solo, Desa
Ngandong pada tahun 1931 dan 1934. Ciri-cirinya adalah :
Hidup sekitar 900.000-200.000 tahun lampau.
Tinggi badan 1,30 s.d 2,1 meter, beratnya 30 hingga 150 kg.

Kebudayaan zaman praaksara


Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba yang hidup pada
zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis,
Meganthropus Palaeojavanicus, dan Homo Soloensis. Fosil ini ditemukan di aliran
Sungai Bengawan Solo.
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolitikum
tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
a) Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di
daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak seperti pada umumnya, tetapi
tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum
dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di
Pacitan, alat-alat banyak juga ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara).
b) Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk
rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu, di dekat
Sangiran, ditemukan alat sangat kecil dari batuan yang amat indah. Alat ini
dinamakan Serbih Pilah dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan).
Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa
seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan yang ditemukan di
Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan).
Zaman Paleolitikum ditandai dengan kehidupan manusia yang masih sangat
sederhana. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolitikum, yakni :
1. Hidup berpindah-pindah (nomaden).
2. Berburu (food gathering).
3. Menangkap ikan.

MASA MESOLITIKUM
Zaman Mesolitikum disebut juga zaman batu tengah atau zaman batu madya dan
diperkirakan berlangsung pada masa Holosen (10.000 tahun yang lalu).
Perkembangan kebudayaan pada masa ini berlangsung lebih cepat dibanding masa
sebelumnya. Hal ini disebabkan, antara lain :
Keadaan alam yang sudah relatif stabil, sehingga memungkinkan manusia dapat
hidup lebih tenang dan mengembangkan kebudayaannya.
Manusia pendukungnya adalah dari jenis Homo sapien, mahluk yang lebih cerdas
dibandingkan pendahulunya.
Manusia pada masa ini mempunyai tempat tinggal agak menetap dan mulai
bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya
berlokasi di tepi pantai dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi
tersebut banyak ditemukan sisa kebudayaan manusia pada zaman itu.
Pada masa ini, manusia telah mampu membuat gerabah dari tanah liat, selain
kapak genggam Sumatra (Sumatralith pebble culture), alat tulang (bone culture),
dan sejumlah flakes (flakes culture). Kehidupan manusia semi-sedenter, banyak dari
manusia purba yang tinggal di gua-gua di tebing pantai, yang dinamakan dengan
abris sous roche, dimana banyak ditemukan tumpukan sampah dapur yang di sebut
dengan kjokkenmoddinger.
MASA NEOLITIKUM
Masa Neolitikum juga dikenal dengan zaman batu muda dan diperkirakan
berlangsung pada tahun 2000SM. Pada masa ini, manusia sudah hidup menetap
dan mulai bercocok tanam dengan membuka hutan. Hewan-hewan liar juga sudah
mulai dijinakkan dan diternakkan.
Manusia pada masa ini telah menetap dalam satu perkampungan dengan rumahrumah yang dibangun tidak beraturan. Mereka membangun rumah berdekatan
dengan ladang-ladang mereka. Bangunan rumah pada masa ini berbentuk bulat
dengan tiang dan atap terbuat dari jerami. Penggunaan tiang pada bangunan
mereka ditujukan untuk menghindari bahaya binatang buas dan banjir.
Perkembangan pada masa ini sudah sangat maju, alat-alat yang dihasilkan sudah
bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi semua bagiannya telah dihaluskan.
Alat-alat yang dapat ditemukan, antara lain, beliung persegi, kapak lonjong, alatalat obsidian, mata panah, gerabah, dan perhiasan.
Beliung persegi ditemukan hampir seluruh kepulauan Indonesia, terutama bagian
barat seperti Desa Sikendeng, Minanga Sipakka dan Kalumpang (Sulawesi),
Kendenglembu (Banyuwangi), Leles Garut (Jawa Barat), dan sepanjang aliran sungai
Bekasi, Citarum, Ciherang, dan Ciparege (Rengasdengklok).

Kapak lonjong ditemukan terbatas hanya di wilayah Indonesia bagian timur seperti
Sulawesi, Sangihe-Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanibar dan Papua. Kapak ini
umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajam.
Bagian tajam diasah dari dua arah sehingga menghasilkan bentuk simetris.
Alat-alat obsidian merupakan alat-alat yang dibuat dari batu kecubung. Alat-alat
obsidian ini berkembang secara terbatas di beberapa tempat saja, seperti dekat
Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung dan Danau Cangkuang Garut (Leuwiliang
Bogor), Danau Tondano (Minahasa), dan sedikit di Flores Barat.

MASA MEGALITIKUM
Von Heine Geldern membagi Masa Megalitikum menjadi :
1) Megalitikum tua, 2500 hingga 1500 SM.
2) Megalitikum muda, 1000 SM.

Masa Megalitikum timbul akibat perkembangan budaya yang sangat pesat dari
zaman Neolitikum. Indonesia menjadi tuan rumah budaya megalit Austronesia di
masa lalu. Beberapa situs megalit banyak ditemukan diseluruh pelosok nusantara.
Menhir, Dolmen atau meja batu, patung batu leluhur, dan struktur step-piramid
yang disebut punden berundak ditemukan di berbagai lokasi di Jawa, Sumatera,
Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil.
Punden Berundak dan menhir dapat ditemukan di Paguyangan Cisolok dan Gunung
Padang, Jawa Barat. Situs megalit Cipari yang juga berada di Jawa Barat
menampilkan monolit, teras batu, dan sarkofagus. Punden berundak diyakini
sebagai pendahulu dan kemudian menjadi desain dasar struktur candi HinduBuddha di Jawa setelah masyarakat pribumi menerima kehadiran Hinduisme dan
Buddhisme. Borobudur abad ke-8 dan Candi Sukuh abad ke-15 jelas menampilkan
struktur step-piramid.

Anda mungkin juga menyukai