TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah
penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia.
Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu
daerah, maka penyebaran penyakit
diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan
atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut.
Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia
tersebut dengan makanan dan minuman.
Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk
sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk kedalam baik berupa minuman maupun
makanan tidak menyebabkan/ merupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air
baik berasal dari sumber , jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan
untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air
yang sangat diperlukan.(Sutrisno.T,2004)
3. Air angkasa
Air angka yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan atau salju. Air hujan
jumlahnya sangat terbatas , dipengaruhi antara lain oleh musim, jumlah, intensitas dan
distribusi hujan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh letak geografis suatu daerah dan lainlain. Kualitas air hujan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara atau atmosfer daerah
tersebut. Pencemaran yang mungkin timbul antara lain berupa debu dan gas. Pada
umumnya kualitas air hujan relatif baik, namun kurang mengandung mineral dan sifatnya
mirip dengan air suling. Air hujan biasanya banyak dimanfaatkan apabila sukar
memperoleh atau terkendala dengan air tanah serta air permukaan, pada daerah
bersangkutan. Pemanfaatan air hujan tersebut biasanya bersifat individual. Caranya, air
hujan yang berasal dari talang-talang rumah ditampung pada tandun-tandun air yang telah
dilengkapi dengan saringan sederhana (Kusnaedi, 2002).
2.4 Klorida
Klorida banyak ditemukan di alam, hal ini di karenakan sifatnya yang mudah
larut. Kandungan klorida di alam berkisar < 1 mg/l sampai dengan beberapa ribu mg/ldi
dalam air laut. Air buangan industri kebanyakan menaikkan kandungan klorida demikian
juga manusia dan hewan membuang material klorida dan nitrogen yang tinggi. Kadar Cldalam air dibatasi oleh standar untuk berbagai pemanfaatan yaitu air minum, irigasi dan
konstruksi.
Konsentrasi 250 mg/l unsure ini dalam air merupakan batas maksimal konsentrasi
yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. Konsentrasi klorida dalam air dapat
meningkat dengan tiba-tiba dengan adanya kontak dengan air bekas. Klorida mencapai air
alam dengan banyak cara. Kotoran manusia khususnya urine, mengandung klorida dalam
jumlah yang kira-kira sama dengan klorida yang dikonsumsi lewat makanan dan air.
Jumlah ini rata-rata kira-kira 6 gr klorida perorangan perhari dan menambah jumlah Cl
dalam air bekas kira-kira 15 mg/l di atas konsentrasi di dalam air yang membawanya, di
samping itu banyak air buangan dari industri yang mengandung klorida dalam jumlah
yang cukup besar.
Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia.
Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfectan. Unsur ini apabila berikatan
dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin, dan dapat merusak pipa-pipa air.
Konsentrasi maksimal klorida dalam air yang ditetapkan sebagai standar persyaratan oleh
Dep. Kes. R.I. adalah sebesar 200,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang dianjurkan,
dan 600,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno.T, 2004).
klorida
adalah
metode
argentometri.
Metode
argentometri
(titrasi
pengendapan) dapat dilakukan dengan beberapa cara yang melibatkan ion perak,
diantaranya adalah cara mohr, cara volhard, dan cara fajans. Pada titrasi ini biasanya
digunakan larutan baku perak nitrat 0,1 M dan larutan baku Kalium Tiosianat 0,1 M.
Kedua pereaksi ini dapat diperoleh sebagai zat baku utama, namun Kalium Tiosianat agak
mudah menyerap air sehingga larutannya perlu dibakukan dengan larutan perak nitrat.
Kedua larutan baku ini cukup mantap selama salam penyimpanan asalkan disimpan
dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya.
Pelarut yang digunakan harus air yang benar-benar murni, atau air suling. Kalau
tidak kekeruhan akan muncul karena pengaruh ion klorida yang ada di dalam air. Jika
larutan itu disaring, kemudian dibakukan dengan NaCl secara gravimetri.
Selain larutan Kalium Tiosianat, larutan amonium tiosianat 0,1 M sering juga
dipakai sebagai larutan baku di dalam titrasi argentometri. Namun, karena amonium
tiosianat sangat mudah menyerap air, maka harus dibakukan dulu dengan larutan baku
perak nitrat memakai cara titrasi volhard (Rivai.H, 1995).
2.5 Sulfat
Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam. Ia merupakan
sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh pencucian perut
yang cukup besar.
Sulfat penting dalam penyediaan air untuk umum maupun untuk industri, karena
kecenderungan air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk
membentuk kerak air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Sulfat merupakan
suatu bahan yang perlu dipertimbangkan, sebab secara langsung merupakan penanggung
jawab dalam dua problem yang serius yang sering dihubungkan dengan penanganan dan
pengolahan air bekas.
Masalah ini berupa masalah bau dan masalah korosi pada perpipaan yang
diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik. Efek
laksatif pada sulfat ditimbulkan pada konsentrasi 600-1000 mg/l, apabila Mg+ dan Na+
merupakan kation yang bergabung dengan SO4, yang akan menimbulkan rasa mual dan
ingin muntah.
Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Dep. Kes. R.I untuk SO4
dalam air minum adalah sebesar 200-400 mg/l (Sutrisno.T, 2004)
2.6 Spektrofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat
kimia mempunyai tingkat energi radiasi yang berbeda, maka transisi perubahan energinya
juga berbeda. Berarti suatu spektrum yang diperoleh dengan memplot beberapa fungsi
frekuensi terhadap frekuensi radiasi elektromagnetik adalah khas untuk spesies kimia
tertentu dan berguna untuk identifikasi.
Pada analisis spektrokimia, frekuensi dari 10-10.000 Hz, misalkan gelombang
audio sampai 1022 Hz. Dimana perubahan energi disebabkan oleh transisi rotasi, vibrasi,
elektronik dan inti. Dasar analisis spektroskopi adalah interaksi radiasi dengan spesies
kimia. Selama analisis spektrokimia, perlu sekali digunakan cahaya dari satu panjang
gelombang, yaitu radiasi monokromatis (S.M.Khopkar, 2003).
mendapatkan
hasil
pengukuran
yang
akurat
didalam
analisa
d) Warna dan zat organik (kalau > 20 mg/l) juga mengganggu. Cara
menghilangkannya yaitu sampel harus di uapkan dengan hati-hati dalam oven
(5500C), kemudian didinginkan dan dilarutkan kembali dengan HNO3(p).
e) Kekeruhan lebih tinggi dari 5 NTU dapat mempersulit pembacaan pada alat
spektrofotometri.(Sumestri.S,1987)
Gangguan-gangguan lain yang terjadi pada saat pengukuran juga dapat
mengganggu hasil analisa adalah:
a) Sidik jari, kotoran padat yang melekat kuat pada sel yang digunakan, sehingga
dapat menyerap radiasi dari sinar yang di hasilkan.
b) Penempatan sel dalam sinar harus ditiru kembali
c) Gelembung gas tidak boleh ada didalam lintasan optik, karena dapat mengganggu
pada saat pembacaan hasil.
d) Panjang gelombang, ketidakstabilan pada sirkuit harus diteliti dan diperbaiki.
(Underwood, A.L, 1980)