Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

Sistem politik menurut David Easton:


seperangkat interaksi yang diabstraksi dari totalitas perilaku sosial, melalui mana nilai-nilai
disebarkan untuk suatu masyarakat.
Sistem politik terdiri dari alokasi nilai-nilai.
Pengalokasian nilai-nilai tersebut bersifat paksaan.
Pengalokasian tersebut mengikat masyarakat secara keseluruhan.
Jadi pengertian sistem politik menurut David Easton adalah: sistem politik merupakan
serangkaian proses yang terdiri dari banyak bagian-bagian,

saling berkaitan yang

menjalankan alokasi nilai-nilai (berupa kebijakan-kebijakan atau keputusan ) yang alokasinya


bersifat otoritatif ( dikuatkan oleh kekuasaan yang sah sah ) dan mengikat masyarakat.
Menurut David Easton, sistem politik adalah keseluruhan interaksi yang mengakibatkan
terjadinya pembagian yang diharuskan dari nilai-nilai bagi suatu masyarakat .

Easton juga menggariskan 4 atribut yang perlu diperhatikan dalam mengkaji sistem
politik. Keempat atribut tersebut adalah :
1. Unit-unit dan batasan-batasan suatu sistem politik
Di dalam kerangka kerja suatu sistem politik, terdapat unit-unit yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling bekerja sama untuk mengerakkan roda kerja sistem politik. Unit-unit
ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk menjalankan sistem politik
seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, lembaga masyarakat sipil, dan
sejenisnya. Unit-unit ini bekerja di dalam batasan sistem politik, misalnya cakupan
wilayah negara atau hukum, wilayah tugas, dan sebagainya.
2. Input-output
Input merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input yang masuk
dari masyarakat ke dalam sistem politik berupa tuntutan dan dukungan. Tuntutan secara
sederhana dijelaskan sebagai seperangkat kepentingan yang belum dialokasikan secara
merata oleh sistem politik kepada sekelompok masyarakat yang ada di dalam cakupan
sistem politik. Di sisi lain, dukungan merupakan upaya dari masyarakat untuk
mendukung keberadaan sistem politik agar terus berjalan. Output adalah hasil kerja

sistem politik yang berasal baik dari tuntutan maupun dukungan masyarakat. Output
terbagi dua yaitu keputusan dan tindakan yang biasanya dilakukan oleh pemerintah.
Keputusan adalah pemilihan satu atau beberapa pilihan tindakan sesuai tuntutan atau
dukungan yang masuk. Sementara itu, tindakan adalah implementari konkrit pemerintah
atas keputusan yang dibuat.
3. Diferensiasi dalam system
Sistem yang baik haruslah memiliki diferensiasi (pembedaan/pemisahan) kerja. Di masa
modern adalah tidak mungkin satu lembaga dapat menyelesaikan seluruh masalah.
Misalkan saja dalam pembuatan undang-undang pemilihan umum di Indonesia, tidak bisa
cukup Komisi Pemilihan Umum saja yang merancang kemudian mengesahkan. DPR,
KPU, lembaga kepresidenan, partai politik dan masyarakat umum dilibatkan dalam
pembuatan undang-undangnya. Meskipun bertujuan sama yaitu memproduksi undangundang partai politik, lembaga-lembaga tersebut memiliki perbedaan di dalam fungsi
pekerjaannya.
4. Integrasi dalam system
Meskipun dikehendaki agar memiliki diferensiasi (pembedaan atau pemisahan), suatu
sistem tetap harus memperhatikan aspek integrasi. Integrasi adalah keterpaduan kerja
antar unit yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Undang-undang Pemilihan
Umum tidak akan diputuskan serta ditindaklanjuti jika tidak ada kerja yang terintegrasi
antara DPR, Kepresidenan, KPU, Partai Politik dan elemen-elemen masyarakat.

Pada umumnya, hubungan-hubungan elemen dalam sistem politik ditentukan oleh 4


Variabel :
Kekuasaan; Cara untuk mencapai hal yang diinginkan, dan/atau membagi sumbersumber kekuasaan.
Kepentingan; Tujuan-tujuan yang dikejar oleh pelaku-pelaku atau kelompok politik.
Kebijakan; hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam
bentuk perundang-undangan.
Budaya Politik; orientasi subjektif dari kelompok atau individu dalam sistem politik.


BAB III
HASIL KAJIAN
Narasumber: Bapak Cecep Sihabudin (anggota BPD Semplak Barat)
Lokasi: Desa Semplak Barat, Kec. Kemang, Kab. Bogor
1. Bagaimanakah sistem politik di wilayah setempat? Apakah bersifat sebebas-bebasnya
(liberal) atau dibebaskan tapi dengan batas-batas tertentu (demokratis) atau hanya diatur
oleh kalangan tertentu saja tanpa ada campur tangan warga secara keseluruhan (sentralistik)
Berhubung kita hidup di negara yang menganut sistem demokrasi, maka kami selalu berusaha
untuk mendemokrasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan politik, kita melibatkan
seluruh elemen masyarakat dalam proses politik dan bahkan membebaskan mereka namun
masih dalam batasan-batasan tertentu.

Apabila melihat sikap masyarakat atau berbicara tentang sikap masyarakat dalam mengikuti
proses kegiatan politik sangatlah beraneka ragam. Apabila kita berbicara tentang tuntutan,
tuntutan pasti akan selalu ada baik itu bersifat positif maupun negatif, baik yang sifatnya
membangkitkan maupun menjatuhkan. Ada pula dukungan, dukungan dari masyarakat
setempat sangatlah besar dan nyata, terutama warga yang sadar akan perlunya partisipasi
mereka demi perbaikan desa tempat ia tinggal menjadi lebih baik lagi. Tidak lepas dari kedua
bentuk sikap masyarakat diatas, sikap apatis terkadang masih terlihat pada beberapa individu
saja, tetapi itu tidak menjalar hingga merambat pada individu lainnya, sikap apatis tersebut
ada karena ketidakcocokan antara individu dengan individu lainnya.

Cara memberikan aspirasi berbeda-beda ada yang langsung ke pemerintahan desa demi untuk
mendapat interaksi langsung sehingga mengetahui sejauh mana pemimpinnya respek kepada
warganya dan ada juga yang memberikan informasinya melalui pelantara karena ada faktorfaktor tertentu.

Biasanya ketua RT dan RW beserta tokoh-tokoh masyarakat setempat yang mensosialisasikan


terkait pentingnya partisipasi mereka dalam kegiatan politik sehingga terdapat timbal balik
dalam kegiatan tersebut.

Jalan yang diambil dan dikerjakan oleh RT/RW/tokoh masyarakat dalam hal ini diawali
dengan sebuah pendekatan pada individu atau kelompok yang terkait lalu mereka mencari
solusinya bersama sehingga tidak lagi terlihat satu warganya pun yang memiliki sikap apatis.

Agar proses pengambila keputusan dapat diamati, dipelajari dan ditetapkan dengan tepat,
maka perlu adanya pembagian tugas pada pihak-pihak terkait, baik antar RT, RW, maupun
desa.

Biasanya keputusan tersebut ditinjau kembali terlebih dahulu. Apa yang dituntut, siapa yang
menuntut, dan apa alasannya menuntut? Maka dari situlah akan ada perundingan bersama apa
perlu atau tidak tuntutan tersebut diterima.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari data yang telah kita dapatkan, maka telah kita temukan perbedaan pandangan terhadap
sistem politik di wilayah Semplak Barat, Bogor. Narasumber yang telah kita teliti yaitu
Remaja masjid selaku warga dengan Pak Cecep selaku anggota BPD Desa Semplak Barat,
Bogor.
Hasil wawancara dari kedua narasumber adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sistem politik di wilayah setempat? Apakah bersifat sebebas-bebasnya
(liberal) atau dibebaskan tapi dengan batas-batas tertentu (demokratis) atau hanya
diatur oleh kalangan tertentu saja tanpa ada campur tangan warga secara keseluruhan
(sentralistik)
Menurut Fachri selaku remaja masjid, dia mengatakan bahwa di wilayah Semplak
Barat, bentuk sistem politiknya masih demokratis walau terkadang sudah mulai ke
arah sentralistik.
Menurut Pak Cecep selaku anggota BPD, menganut sistem demokrasi, karena
melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam proses politik dan bahkan
membebaskan mereka namun masih dalam batasan-batasan tertentu.
2. Bagaimanakah sikap masyarakat setempat dalam mengikuti setiap proses kegiatan
politik yang ada di wilayah tersebut (tuntutan/dukungan/sikap apatis)?
Menurut Fachri, masyarakat di wilayah Semplak Barat lebih bersikap apatis dalam
proses kegiatan politik.
Menurut Pak Cecep, sikap warganya dalam mengikuti proses kegiatan politik
beraneka ragam, ada masyarakat yang mendukung, dan ada juga masyarakat yang
bersikap acuh.

3. Bagaimana cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat setempat apabila ingin


memberikan aspirasinya? Apakah melalui perwakilan atau secara langsung? Bila ada,
bagaimana prosesnya?
Menurut Fachri, bila warga ingin memberikan aspirasinya lebih kepada perwakilan
dimana perwakilan menurut dia yaitu melalui orang yang memiliki power di daerah
itu.
Menurut Pak Cecep, penyaluran aspirasi oleh warga ada dua cara yaitu berbicara
langsung dengan pemerintahan desa atau melalui perantara.
4. Apakah ada hal-hal yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu (penanggung jawab

urusan politik) dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat?


Menurut Fachri, sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi warga biasanya melalui
forum forum masjid atau saat pengajian rutin.
Menurut Pak Cecep, biasanya sosialisasi di lakukan oleh ketua RT dan Rw atau Tokoh
Masyarakat setempat berkaitan dengan kegiatan politik , seperti pemilu, pemilihan
Kepala Desa , Ketua RT dan RW.
5. Bagaimana sikap pihak-pihak terkait (rt/rw/tokoh masyarakat) apabila ada warganya
yang bersikap apatis atau tidak peduli terhadap kegiatan politik di wilayah tersebut?
Menurut Fachri, RT, RW dan Tokoh Masyarakat turut serta dalam memberikan
penyuluhan agar warganya tidak aptis ( cuke )terhadap kegiatan politik.
Menurut Pak Cecep. Melalui pendekatan pada individu atau kelompok yang terkait
untuk mencari solusinya bersama sehingga tidak lagi terlihat ada satu warganya pun
yang memiliki sikap apatis.
6. Apakah output hasil pengambilan keputusan masih bisa dirundingkan kembali apabila
ada warga yang menuntut? Bila ada bagaimana prosedurnya? Bila tidak berikan
alasannya?
Menurut Fachri, kalau di lihat dari peraturan desa bisa saja di lakukan apabila ada
persetujuan dari 50 % warga sekitar dari jumlah keseluruhan warga.
7. Menurut Pak Cecep, Biasanya keputusan tersebut ditinjau atau di kaji kembali terlebih
dahuluterkait kasusnya. Apa yang dituntut, siapa yang menuntut, dan apa alasannya
menuntut? Maka dari situlah akan ada perundingan bersama apa perlu atau tidak
tuntutan tersebut diterima.

Menurut analisis kelompok kami, jika disambungkan dengan teori David Easton hubunganhubungan elemen dalam sistem politik ditentukan oleh 4 Variabel :
Kekuasaan; Cara untuk mencapai hal yang diinginkan, dan/atau membagi sumbersumber kekuasaan.
Kepentingan; Tujuan-tujuan yang dikejar oleh pelaku-pelaku atau kelompok politik.
Kebijakan; hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam
bentuk perundang-undangan.
Budaya Politik; orientasi subjektif dari kelompok atau individu dalam sistem politik.
Bagian dari kekuasaan terlihat masih adanya pengaruh eksternal dalam setiap kegiatan politik
yang dilakukan oleh warga, yakni dari tokoh-tokoh setempat yang mempunyai power.
Contoh, pada saat pemilihan legislatif lebih membiarkan sebuah tokoh menentukan pilihan
untuk kita, baik partai maupun figurnya.
Bagian dari kebijakan politik terlihat dari keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh BPD
dalam memilih ketua RT, RW maupun Lurah sedangkan dalam remaja Masjid tidak ada
kebijakan yang berlaku secara umum hanya dilingkup remaja Masjid saja yang berbentuk
AD/ART.
Sedangkan untuk budaya politik, warga di wilayah Semplak Barat

Anda mungkin juga menyukai