Anda di halaman 1dari 9

Visum et Repertum

Definisi

Pengertian arti harafiah dari Visum et Repertum yakni berasal dari kata visual yang berarti
melihat dan repertum yaitu melaporkan.Sehingga jika digabungkan dari arti harafiah ini
adalah apa yang dilihat dan diketemukansehingga Visum et Repertum merupakan suatu laporan
tertulis dari dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat dan
diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain,kemudian dilakukan
pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya. Dalam Stbl tahun 1937 No 350
dikatakan bahwa visa et reperta para dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter yang
diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajarannya di Indonesia.

Jenis dan Bentuk Visum et Repertum

Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan),
visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah, dan visum et repertum psikiatrik.
Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum mengenai tubuh/raga manusia yang
dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan jenis terakhir adalah mengenai
jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana. Visum et repertum
dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas putih dengan kepala
surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat
singkatan dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi
penjelasan bahasa Indonesia.

Visum et Repertum Jenazah

Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat identitas
mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya.
Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta,
apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan dalam/autopsi (pemeriksaan
bedah jenazah).

Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi :


1. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan
jenazah secara teliti dan sistematik.
2. Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan membuka rongga
tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala dilakukan pemeriksaan
penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi, toksikologi, serologi, dan
sebagainya.
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan
penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti tersebut di atas.

Fungsi dan tujuan Visum et Repertum

Maksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di
pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi
VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal
184.
Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:
-

Keterangan saksi
Keterangan ahli
Keterangan terdakwa
Surat-surat
Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:


-

Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim


Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat
Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan VeR
yang lebih baru

Bila VeR belum dapat menjernihkan persoalan di sidang pengadilan, hakim dapat meminta
keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan
atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa
atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan.

Bagian bagian dari Visum et Repertum

Sudut kanan atas:

alamat tujuan SPVR(Rumah sakit atau dokter), dan tgl SPVR.


Rumah sakit (Direktur) :
Kepala bagian / SMF Bedah
Kepala bagian / SMF Obgyn
Kepala bagian / SMF Penyakit dalam
Kepala bagian I.K.Forensik.

Sudut kiri atas:


-

alamat peminta VetR,


nomor surat, hal dan
lampiran.
Bagian tengah :

Disebutkan SPVR korban hidup / mati


Identitas korban (nama, umur, kelamin, kebangsaan, alamat, agama dan pekerjaan).
Peristiwanya (modus operandi) antara lain
Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . .
Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).
Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).
Mati karena (listrik, tenggelam, senjata api/tajam/tumpul dsb).

PEMBUKAAN
Kata Projustitia dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak
perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.

PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
-

Identitas pemohon visum et repertum.


Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum.
Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).
Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan.
Identitas korban.
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu korban

meninggal.
- Keterangan mengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan waktu saat
korban diterima dirumah sakit.
-

PEMBERITAAN.
Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum.
Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
Hasil pemeriksaan tambahan.
Syarat-syarat :
Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam
Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat sentimeter).
Tidak dibenarkan menulis diagnose luka,(luka bacok, luka tembak dll).
Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan)

KESIMPULAN.
- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
- Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan, pendengaran,
perasa, penciuman dan perabaan).
- Sifatnya subjektif.

PENUTUP.
- Memuat kata Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu
menerima jabatan.

- Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

Prosedur, permintaan, penerimaan dan penyerahan Visum et Repertum

Pihak yang berhak meminta Ver:


- Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara untuk
menjalankan undang-undang.
- Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
- Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.
- Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.
Syarat pembuat:
-

Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
Di wilayah sendiri
Memiliki SIP
Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR
korban hidup, yaitu:

- Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.


- Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarganya.
-

Juga tidak boleh melalui jasa pos.


Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan Dokter.
Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
Ada identitas korban.
Ada identitas pemintanya.
Mencantumkan tanggal permintaan.
Korban diantar oleh polisi atau jaksa.

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR
jenazah, yaitu:
- Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
- Harus sedini mungkin.
- Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.

Ada keterangan terjadinya kejahatan.


Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
Ada identitas pemintanya.
Mencantumkan tanggal permintaan.
Korban diantar oleh polisi.
Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam, penerimaan
surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas waktu bagi dokter
untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum selesai, batas
waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.
Lampiran visum

Fotografi forensic
Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
Penjelasan istilah kedokteran
Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)

Perbedaan Visum et Repertum dengan catatan medis lainya.

Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta tindakan
pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan oleh dokter atau
institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari pasien atau atas
kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis ini berkaitan dengan
rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam pasal 322 KUHP.
Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120, 179 dan 133
KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan meskipun Visum et
Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan dari penyidik dan
digunakan untuk kepentingan peradilan.
Ketentuan ketentuan hukum dalam Visum et Repertum
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Selanjutnya,keberadaan Visum et Repertum tidak hanya diperuntukkan kepada seorang korban
(baik korban hidup maupun tidak hidup) semata, akan tetapi untuk kepentingan penyidikan juga
dapat dilakukan terhadap seorang tersangka sekalipun seperti VR Psikiatris. Hal ini selaras
dengan apa yang disampaikan dalam KUHAP yaitu :
Pasal 120 (1) KUHAP
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus.
Apabila pelaku perbuatan pidana tidak dapat bertanggung jawab, maka pelaku dapat dikenai
pidana. Sebagai perkecualian dapat dibaca dalam Pasal 44 KUHP sebagai berikut:
Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya,
disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu
karena penyakit (ziekelijke storing), tidak dipidana.
Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan karena
jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat
memerintahkan supaya orang itu dimasukkan dalam Rumah Sakit Jiwa, paling lama satu tahun
sebagai waktu percobaan.
Ketentuan tersebut dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan
Pengadilan Negeri.
Dalam menentukan adanya jiwa yang cacat dalam tumbuhnya dan jiwa yang terganggu karena
penyakit, sangat dibutuhkan kerjasama antar pihak yang terkait, yaitu ahli dalam ilmu jiwa
(dokter jiwa atau kesehatan jiwa), yang dalam persidangan nanti muncul dalam bentuk Visum et

Repertum Psychiatricum, digunakan untuk dapat mengungkapkan keadaan pelaku perbuatan


(tersangka) sebagai alat bukti surat yang dapat dipertanggungjawabkan.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu sebagaimana
bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik
sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini
adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan
dan jiwa manusia. Oleh karena Visum et Repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana
yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak
berwenang meminta Visum et Repertum , karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai
dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP).
Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanki pidana :
Pasal 216 KUHP :
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau mengga-galkan
tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan
dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
HASIL PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN LUAR :
1. Korban seorang Laki-laki,dan seorang perempuan.
2. Tidak ditemukam adanya lebam mayat dan kaku mayat positif.
3. Korban berlabel dan tidak bersegel, keadaan gizi baik.
kedua pupil mata melebar
bibir atas dan bawah membiru
di bawah leher tidak ada bekas jeratan kain
4. Dada : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.
5. Perut : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.
6. Punggung : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.
7. Alat kelamin luar : tidak ditemukan adanya kelainan
8. Anggota gerak atas : tidak ditemukan satupun tanda-tanda kekerasan
9. Anggota gerak bawah : tidak ditemukan satupun tanda-tanda kekerasan

PEMERIKSAAN DALAM :
1. Kepala / leher: tidak ditemukan adanya kelainan
2. Dada :
paru dan jantung tidak ditemukan kelainan.
perut : tidak ditemukan adanya kelainan

KESIMPULAN :
1. Korban seorang Laki-laki dan seseorang perempuan pasangan suami istri
2. Pemeriksaan Luar : tidak ditemukan adanya kelainan maupun luka-luka akibat kekerasan
benda tumpul maupun tajam.
3. Pemeriksaan Dalam: tidak ditemukan adanya kelainan

Anda mungkin juga menyukai