Ekstrak tumbuhan
Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat
digunakan sebagai bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi. Ekstrak
sebagai bahan awal dianalogkan dengan komoditi bahan baku obat yang
dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Berbagai
penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi juga
dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang
diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat
bahan alam tersebut. Pembuatan ekstrak tumbuhan berkhasiat obat
dilanjutkan dengan standardisasi kandungan untuk memelihara keseragaman
mutu, keamanan dan khasiat.
Terpenuhinya standar mutu produk/bahan ekstrak tidak terlepas dari
pengendalian proses, artinya bahwa proses yang terstandar dapat menjamin
produk yang terstandar. Inilah hal yang sementara ini banyak dilakukan, yaitu
dengan bahan baku terstandar dan proses yang terkendali/terstandar, maka
akan diperoleh produk atau bahan ekstrak terstandar tanpa penerapan
pengujian atau pemeriksaan. Padahal pengujian atau pemeriksaan persyaratan
parameter standar umum ekstrak mutlak harus dilakukan dengan berpegang
pada manajemen pengendalian mutu eksternal oleh badan formal atau badan
independen.
2.2.
Standardisasi
Standardisasi adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara
pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu
kefarmasian, mutu dalam arti memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan
farmasi),
termasuk
jaminan
(batas-batas)
stabilitas
sebagai
produk
sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop),
kandungan kimianya tidak dijamin selalu konstan karena adanya variabel
bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses
pasca panen dan preparasi akhir. Variasi senyawa kandungan dalam produk
hasil panen tumbuhan obat (invivo) disebabkan beberapa aspek diantaranya
aspek genetik (bibit), lingkungan (tempat tumbuh dan iklim), rekayasa
agronomi (fertilizerdan perlakuan selama masa tumbuh), serta panen (waktu
dan paska panen) (Anonim, 2000).
a. Standardisasi simplisia
Syarat yang harus dipenuhi antara lain kemurnian simplisia, tidak
mengandung peptisida berbahaya, logam berat, dan senyawa toksik dan
beberapa persyaratan lain dalam Farmakope Indonesia.
b. Standardisasi ekstrak
Parameter yang ditetapkan dalam standardisasi ekstrak antara lain
parameter spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik yaitu identitas,
organoleptik, senyawa terlarut pada pelarut polar dan non polar serta profil
kromatografi. Sedangkan parameter non spesifik yaitu susut pengeringan
dan bobot jenis, kadar air, kadar abu, sisa pelarut, dan residu pestisida.
2.3.
2.4.
Parameter
cemaran
mikroba
digunakan
untuk
menentukan
2.5.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
Departemen Kesehatan.
Badan POM RI. 2005. Standardisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah
Satu Tahapan Penting Dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Info
POM. Vol. 6. No. 4.
Muhtadi, dkk., 2012. Potensi Daun Salam (Syzigium polyanthum Walp.) Dan Biji
Jinten Hitam (Nigella sativa Linn) Sebagai Kandidat Obat Herbal
Terstandar Asam Urat. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 13. No. 1.