Treatment of Achalasia in The Era of High-Resolution Manometry
Treatment of Achalasia in The Era of High-Resolution Manometry
Annals of
Abstrak
nyeri ulu hati,dan penurunan berat badan. Nyeri ulu hati dapat
Introduction
Akalasia adalah gangguan motorik esofagus yang ditandai
dengan hilangnya peristaltik dan kegagalan relaksasi dari
sfingter esofagus bagian bawah (LES) yang mengakibatkan
gangguan transportasi bolus dan stasis makanan di esofagus [1].
Kejadian Akalasia mempunyai proporsi yang sama pada pria
dan wanita dengan kejadian 1 dari 100.000 individu dan
prevalensi 10 dari 100.000. Puncak insiden terjadi antara 30
dan 60 tahun [2,3]. Gejala akalasia yang paling sering adalah
disfagia baik makanan padat atau cair, regurgitasi air liur, dan
kegagalan mencerna makanan, komplikasi respirasi (batuk
malam hari dan aspirasi), nyeri dada,
Department of Medical and Surgical Sciences, Gastroenterology and
Endoscopy Unit, Policlinico Sant Orsola-Malpighi, University of
Bologna, Bologna, Italy
Confl ict of Interest: None
Correspondence to: Francesco Torresan, Department of Medical and
Surgical Sciences, Gastroenterology and Endoscopy Unit, Policlinico
Sant Orsola-Malpighi, University of Bologna, Via Massarenti, 9,
40138 Bologna, Italy, Tel.: +39 051 6364358, email: francesco.torresan@aosp.bo.it
Received 17 October 2014; accepted 21 November 2014
menyerupai penyakit
refluks gastroesofageal (GERD).
Disfagia dan regurgitasi biasanya berespon terhadap
pengobatan, tetapi nyeri dada lebih sulit untuk ditatalaksana.
Skor Eckart simptomp merupakan skor grading yang paling
sering digunakan untuk mengevaluasi gejala, staging, dan
efisiensi dari dari tatalaksana akalasia. Skor gejala 0-1
menunjukkan stage 0, skor 2-3 menunjukkan stage I, skor 4-6
Stage II, dan skor>6 menunjukkan stage III. Stage 0 dan I
menunjukkan remisi dari penyakit. Sedangkan Stage II dan III
menunjukkan kegagalan penatalaksanaan. Patogenesis dari
akalasian belum diketahui secara pasti tapi diperkirakan karena
adanya pengaruh proses inflamasi neurodegeneratif yang
dipengaruh virus. Virus campak dan herpes diperkirakan
merupakan virus yang menyebabkan kejadian tersebut. Namun
teknik moekular gagal memastikan hal ini dan agen penyebab
dari hal tersebut masih belum diketahui. Ada juga hipotesis
yang menyatakan proses autoimun dirangsang oleh hal yang
belum diketahui pada subjek yang mempunyai predisposisi
genetik yang akan menyebabkan inflamasi kronik dan berujung
pada kerusakan neuron. Inflamasi kronik pada esofagus ini
menyebabkan hilangnya neuron inhibitor post ganglion pada
pleksus mientrik dan menyebabkan berkurangnya transmitter
inhibitor, nitric oxide dan peptida vasoaktif usus. Neuron
eksitasi tidak terpengaruh, hal ini nantinya akan menyebabkan
ketidakseimbangan antara neuron eksitasi dan inhibisi
www.annalsgastro.gr
Score
None
None
None
Occasional
Occasional
Occasional
None
Daily
Daily
Daily
5-10
Each meal
Each meal
Each meal
>10
<5
Type II
Type III
Dysphagia
Regurgitation
Retrosternal Weight
pain
loss
(kg)
Table 2 Manometric subtypes of achalasia according to Chicago
classifi cation
Annals of Gastroenterology 28
Treatment of achalasia
Karena patogenesis dari akalasia belum diketahui,
pengobatan masih belum tersedia hingga saat ini. Pilihan
pengobatan paliatif bertujuan untuk mengurangi gradien
seluruh LES, menghilangkan gejala utama dari disfagia dan
regurgitasi, meningkatkan pengosongan esofagus, dan
mencegah perkembangan megaesophagus [16]. Terapi
modalitas meliputi: terapi farmakologis, injeksi endoskopik
botulinum toxin (Botox), dilatasi pneumatik (PD), laparoskopi
Heller myotomy (LHM), dan peroral myotomy endoskopi
esofagus (POEM) [3,4]. Tidak ada intervensi yang signifikan
mempengaruhi peristaltik esofagus dan disamping itu intervensi
terapeutik hipertonus LES hingga sekarang, membutuhkan
prosedur ulangan [2].
Pharmacological therapy
Manajemen farmakologis berperan minimal dalam
pengobatan akalasia esofagus karena adalah sedikitnya pilihan
terapi[17]. Dua agen farmakologi yang palingsering digunakan
adalah nitrat dan calcium channel blockers. Nitrat menghambat
kontraksi LES yang normal dengan meningkatkan konsentrasi
oksida nitrat dalam sel otot polos, yang kemudian
meningkatkan kadar adenosin monofosfat siklik sehingga
menstimulasi relaksasi otot. Wen et al, dalam review terbarunya
dilakukan dua penelitian acak untuk menilai keberhasilan nitrat
dalam pengobatan akalasia. Mereka menyimpulkan bahwa
tidak ada obat yang bisa direkomendasikan [18]. Antagonis
kalsium memblokir masuknya kalsium dan menyebabkan
kontraksi otot esofagus. Nifedipin, dalam dosis sublingual 10-
Annals of Gastroenterology 28
4 F. Torresan et al
PD
Resolution of pressurization
Annals of Gastroenterology 28
Absent peristalsis
Normal IRP
Type II
LHM
Annals of Gastroenterology 28
6 F. Torresan et al
PD versus LHM
Saat ini, PD dan LHM adalah pilihan pengobatan yang
paling efektif untuk akalasia. Keputusan mengenai pendekatan
ini mengalami kesulitan karena kurangnya uji coba secara acak
terkontro dalam kelompokl besar. Campos et al dalam review
mereka melaporkan peningkatan 68% pada 1065 pasien yang
diobati dengan PD versus tingkat peningkatan 89% dari LHM
di 3.086 pasien [38]. Pada tahun 2006, sebuah studi crosssectional oleh Vela dkk menunjukkan tingkat keberhasilan yang
sama untuk PD dan LHM. 106 pasien menjalani PD dan 73
pasien diobati dengan LHM. Keberhasilan didefinisikan jika
regurgitasi atau disfagia kurang dari tiga kali per minggu atau
tidak ada pengobatan alternatif, dilaporkan terdapat 96% untuk
kelompok PD vs 98% untuk kelompok LHM pada 6 bulan
follow up. Tingkat keberhasilan yang menurun menjadi 44% vs
57% pada 6 tahun setelah nya[31]. Pada tahun 2007 Kostic et al
melakukan uji coba terkontrol secara acak yang
membandingkan PD dengan balon Rigiflex dan LHM dengan
Toupet fundoplication [67]. Hasilnya menunjukkan keunggulan
prosedur operasi, tapi keterbatasannya adalah hanya 51 pasien
yang diteliti dengan tindak lanjut yang terbatas dalam 1 tahun
[67]. Akhirnya, pada tahun 2011 Boeckstaens et al melaporkan
hasil trial achalasia di Eropa , dengan percobaan acak klinis
membandingkan PD dan LHM dengan Dor fundoplication. 201
pasien diacak untuk tindakan PD dengan Rigiflex balon (30
dan 35 mm dengan sampai tiga dilatations berulang) atau LHM.
Keberhasilan terapi didefinisikan sebagai penurunan skor gejala
Eckardt bawah 4. Setelah dua tahun follow up, tingkat
keberhasilan terapi yang dibandingkan adalah 86% dan 90%
pada PD dan LHM. Pengosongan barium dan tekanan LES
membaik untuk kedua kelompok. Redilatation dilakukan pada
23 dari 95 pasien (25%). Berdasarkan data tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa LHM tidak mencapai tingkat
keberhasilan terapi yang lebih dominan dibandingkan dengan
PD sebagai pengobatan utama untuk akalasia, setelah follow up
rata rata 43 bulan, dan, karena itu, salah satu dapat
direkomendasikan sebagai terapi awal.
POEM
Meskipun perawatan awal saat akalasia efektif, PD
dikaitkan dengan perlunya penatalksanaan ulang (25%) dan
myotomy bedah masih membutuhkan laparoskopi dan diseksi
dari gastroesophageal juction. Dengan demikian, ada minat
dalam mengembangkan teknik baru yang menggabungkan
pendekatan endoskopik dengan prinsip-prinsip operasi alami
transluminal endoskopi untuk bedah myotomy. Teknik ini
disebut POEM [68]. Sayatan longitudinal 2 cm dibuat pada
permukaan mukosa untuk membuat pintu masuk ke ruang
submukosa. Kemudian terowongan submukosa dibuat untuk
mencapai LES dan untuk membedah serat otot melingkar 7 cm
di atas esofagus dan 2 cm panjang lambung. Inoue et al
mempelajari 17 pasien dan melaporkan tingkat keberhasilan
100% dan penurunan yang signifikan dari tekanan LES [2,6].
Serangkaian penelitian lain menegaskan tingkat keberhasilan
yang tinggi (85-100%) bahkan setelah beberapa PD
sebelumnya, meskipun follow up hanya 6 bulan [39,69-72].
Selain itu, karena tidak ada prosedur antireflux termasuk dalam
teknik ini, risiko untuk keparahan GERD meningkat hingga
46% [39]. Tindak lanjut yang lama dan percobaan terkontrol
acak prospektif dengan standar LHM dan / atau PD diperlukan
sebelum menerima POEMI sebagai pilihan pengobatan baru
untuk akalasia.
Other therapies
Annals of Gastroenterology 28
Future therapies
Semua pendekatan untuk pengobatan akalasia menargetkan
untuk perbaikan kerongkongan daripada mencoba untuk
memperbaiki kelainan yang mendasari dan mengembalikan
fungsi motilitas. Mengingat fakta bahwa enterik yang diinervasi
neuron esofagus dan LES bisa menghilang karena mekanisme
autoimun, terapi imunosupresif secara teoritis di anggap dapat
mencegah perkembangan penyakit [77]. Namun, pada saat
diagnosis, jumlah neuron sudah menurun, menyebabkan
disfungsi signifikan dan gejala. Studi lain eksperimental pada
tikus menunjukkan bahwa transplantasi sel induk saraf
mungkin menjadi pilihan terapi masa depan [78]. The
neurospheres, disebut sel induk saraf, dapat diisolasi dan
dibiakkan dari biopsi mukosa yang dibuktikan dengan Metzger
et al. Mereka
Concluding remarks
Munculnya teknik terbaru dari HRM sebagai alat diagnostik
telah membantu mengidentifikasi tiga subtipe dari akalasia
yang menunjukkan respon yang berbeda untuk endoskopi atau
terapi bedah. Subklasifikasi ini telah memfasilitasi pemilihan
pengobatan yang tepat untuk setiap pasien, terdapat
peningkatan efektivitas pengobatan secara keseluruhan.
Menurut pendapat kami, pasien tua yang berisiko tinggi dan
orang-orang dengan penyakit penyerta yang berat harus
menjalani Botox, sementara semua pasien lain dapat dianggap
sebagai risiko rendah dan memperoleh perawatan bedah atau
endoskopi (Gambar. 2). Pilihan antara PD atau operasi mungkin
tergantung pada keahlian lokal.
References
1. Boeckxstaens GE. Th e lower oesophageal sphincter.
Neurogastroenterol Motil 2005;17( Suppl 1):13-21.
2. Vaezi MF, Pandolfi no JE, Vela MF. ACG clinical guideline: diagnosis
and management of achalasia. Am J Gastroenterol
2013;108:12381249 ; quiz 50.
3. Francis DL, Katzka DA. Achalasia: update on the disease and its
treatment. Gastroenterology 2010;139:369-374.
4. Boeckxstaens GE, Zaninotto G, Richter JE. Achalasia. Lancet
2014;383:83-93.
5. Vaezi MF, Baker ME, Achkar E, Richter JE. Timed barium
oesophagram: better predictor of long term success aft er pneumatic
dilation in achalasia than symptom assessment. Gut 2002;50:765-770.
6. Boeckxstaens GE, Annese V, des Varannes SB, et al. Pneumatic
dilation versus laparoscopic Hellers myotomy for idiopathic achalasia.
N Engl J Med 2011;364:1807-1816.
Annals of Gastroenterology 28
8 F. Torresan et al
Annals of Gastroenterology 28
Annals of Gastroenterology 28