2012 Common Cold Dan Anemia Pada Kehamilan
2012 Common Cold Dan Anemia Pada Kehamilan
Tutor :
dr. Agung Saprasetya Dwi Laksana, MSc.PH
Kelompok 1
Ganda Sapto Edhi Pambudi
Nafiisah
Arvi Tri Sulistiyani
Fitri Ayu Ramadona
Yudith Anindita
Ratna Ernita
Heidi Dewi Mutia
Maya Alvionita
Dwi Bamas Aji
Hardina Bawatri
Gladys Intan Kirana Nugraha
G1A012001
G1A012002
G1A012003
G1A012004
G1A012059
G1A012060
G1A012061
G1A012062
G1A012063
G1A012064
G1A012065
I. PENDAHULUAN
INFO 1
Seorang wanita Ny. Badai berusia 30 tahun datang sendiri untuk kunjungan
pertama kali ke dokter keluarga (DK) untuk memeriksakan keluhan pilek. Pilek
dirasakan sejak 2 hari yang lalu dengan lendir yang cukup banyak sampai dengan
menetes, encer dan jernih tidak berwarna. Hidung memerah, terasa gatal dan sering
bersin (sekali bersin tidak terjadi berulang-ulang), dan menjadi buntu/mampet pada
malam hari. Selain itu Ny. Badai juga mengeluh tenggorokan terasa kering dan nyeri
untuk menelan, nyeri kepala, badan terasa lemah, pegal-pegal dan demam ringan,
tidak menggigil. Lidah kurang dapat merasakan makanan sehingga nafsu makan
menjadi berkurang. Ny. Badai tidak berani minum obat untuk mengurangi
keluhannya karena sedang hamil. Ia berharap kehamilannya dalam keadaan baik.
Ny. Badai sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 5 bulan.
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang sangat ditunggu-tunggu setelah menikah
selama 6 tahun. Selama kehamilan, Ny. Badai sering mengalami masalah. Ia merasa
sering pusing, mudah lelah, tidak bersemangat, kadang-kadang nafas terasa berat dan
sesak. Keluhan dirasakan semakin berat pada sore hari terutama jika ia banyak
beraktivitas pada sore hari. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan mengganggu karena
membatasi aktivitas kerja Ny. Badai.
INFO 2
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada awal sampai dengan kehamilan bulan keempat, Ny. Badai sering mual
dan muntah, nafsu makan sangat menurun, dan tidak bisa minum susu karena dapat
memicu muntah. Muntah sedikit-sedikit berisi makanan atau cairan lambung
berwarna kekuningan, tidak ada riwayat keluar darah. Mual dan muntah semakin
berat pada pagi hari dan membaik jika makan buah-buahan yang segar. Berat badan
menurun sebanyak 3 kg.
Selama kehamilannya, Ny. Badai telah kontrol sebanyak 4 kali (sebulan
sekali) tetapi jarang minum vitamin yang diberikan oleh dokter karena tidak telaten
dan takut muntah.
Ny. Badai tidak mempunyai riwayat penyakit dan penggunaan obat yang
signifikan. Ia tidak pernah menderita penyakit serius sebelumnya, tidak pernah
dirawat di rumah sakit, tidak pernah operasi, tidak mempunyai riwayat alergi, dan
tidak pernah mengalami kecelakaan. Penyakit yang pernah diderita hanya influenza,
sakit maag, ataupun diare yang selalu sembuh setelah minum obat warung atau
berobat ke klinik. Frekuensi penyakit tersebut juga jarang, mungkin kurang dari
setahun sekali.
bubur ayam, nasi kecap, dan buah-buahan saja. Ny. Badai jarang berolahraga, tidak
mempunyai kebiasaan merokok maupun minum alkohol.
Ny. Badai merupakan anak terakhir dari lima bersaudara, semua kakaknya
laki-laki. Saat ini, Ny. Badai tinggal di perumahan daerah perkotaan bersama ibu dan
keluarga kakaknya yang ketiga yang telah dikaruniai 2 orang anak. Rumah yang
ditempati cukup luas, kurang lebih berukuran 10x12 m, terdiri dari ruang tamu, ruang
keluarga, 4 kamar tidur, dan 2 kamar mandi. Ny. Badai sering merasa tidak nyaman
berada di rumah karena ia merasa tidak cocok dan sering bertengkar dengan kakak
iparnya serta karena suasana rumah yang sangat ramai oleh anak-anak. APGAR Score
3.
Ny. Badai memiliki hubungan yang cukup baik dengan tetangga-tetangganya
meskipun tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan bersama seperti pengajian/arisan.
Review System
Ny. Badai mengeluh demam ringan, pusing, mudah lelah, pilek, nyeri menelan,
dan kadang-kadang sesak nafas. Ia juga mengakui perubahan pola makan menjadi
sangat buruk akibat kehamilannya. Ia juga menyangkal batuk, nyeri dada, gangguan
buang air besar atau buang air kecil, bengkak di kedua kaki. Ia juga menyangkal
mengalami emotional distress meskipun sering tidak puas dengan kehidupan keluarga
dan pernikahannya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :cukup baik
Tinggi badan 165 cm
Berat badan 54 kg
Tekanan darah 110/70 mmHg
HR :104x/menit, RR 24 x/menit
Temperatur axilla 37,2C
Kepala
Mata conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Telinga dalam batas normal
II. PEMBAHASAN
A. Klarifikasi Istilah
1. Dokter keluarga
Merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada komunitas, dengan titik berat pada keluarga, tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit namun sebagai bagian dari
unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu secara
aktif mengunjungi penderita dan keluarganya (Prasetyawati, 2008).
2. Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Pengertian keluarga antara
lain sebagai berikut (Efendi, 2009):
a. UU No. 10 tahun 1992 : unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami, atau istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau
ibu dan anaknya
b. Marilyn M. Friedman (1998) : kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
c. Duval dan Logan (1986) : sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran,
dan
adopsi
yang
bertujuan
untuk
menciptakan,
peran
masing-masing,
dan
menciptakan
serta
berhubungan
dengan
orang
lain.
Fungsi
ini
dibutuhkan
untuk
d.
e.
f.
g.
h.
wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
Keluarga Serial (serial family), terdiri dari pria dan wanita yang telah
menikah dan mungkin telah punya anak, ttp kemudian bercerai dan
masing-masing meinikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan
i.
B. Batasan Masalah
1. Identitas
Nama
Usia
Status
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
: Ny. Badai
: 30 tahun
: G1P0A0, bulan ke-5
: Wanita
: Staf Administratif di hotel berbintang 4
: Purwokerto
2. RPS
a. Keluhan Utama : pilek
b. Onset
: 2 hari yang lalu
c. Kualitas
: lendir menetes, encer, jernih, tidak berwarna
d. Kuantitas
: cukup banyak
e. Faktor pemberat : beraktivitas, terutama pagi dan sore hari
f. Faktor peringan : istirahat dan makan buah segar
g. Keluhan Penyerta :
1) Hidung memerah, gatal, sering bersin tanpa berulang, dan sering
mampet pada malam hari
2) Nyeri tenggorokan, odinofagia, cephalgia, badan lemah, pegal-pegal,
dan demam ringan
3) Lidah kurang dapat merasakan makanan sehingga nafsu makan turun
4) Sering pusing, mudah lelah, nafas berat, tidak bersemangat, dan sesal
nafas terutama pada sore hari
3. RPD
a. Sejak awal kehamilan, sering mual, muntah, nafsu makan sangat turun,
dan tidak bisa minum susu
9
4. RPK
a. Ayah meninggal akibat hipertensi lama dan stroke
b. Ibu menderita Diabetes Mellitus, rutin kontrol ke dokter spesialis penyakit
dalam
c. Kakak laki-laki pertama mengidap hipertensi
d. Kakek (dari ayah) meninggal akibat hipertensi
e. Kakak laki-laki pertama ayah meninggal karena sakit ginjal
f. Kakak laki-laki kedua ayah menderita hipertensi
g. Saudara perempuan ayah meninggal beberapa saat setelah melahirkan
h. Kakek (dari ibu) meninggal akibat Diabetes Mellitus
i. Adik laki-laki dari ibu meninggal akibat kecelakaan lalu lintas
j. Adik laki-laki lainnya dari ibu menderita Diabetes Mellitus
5. RSE
a. Telah menikah selama 6 tahun dan tinggal berjauhan dengan suami
sehingga jarang bertemu
b. Berpendidikan terakhir S1 Manajemen dan bekerja sebagai staf
administratif pada hotel bintang 4 di Purwokerto
c. Sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya
dengan
10
f. Tidak merasa nyaman tinggal di rumah karena merasa tidak cocok, sering
bertengkar dengan adik ipar, dan rumah dirasa terlalu ramai dengan
adanya anak-anak
g. APGAR Score : 3
h. Hubungan baik dengan tetangga namun jarang mengikuti pengajian dan
arisan
C. Analisis dan Pembahasan Masalah
1. Apa itu diagnosis holistik dan bagaimana penerapannya pada kasus?
Diagnosis holistik adalah penentuan diagnosis pasien
yang
11
FARINGITIS
AKUT
RHINITIS
AKUT
HIPERTENSI
Anamnes Tenggorokan
is
kering,
odinofagia,
demamringan,
badan lemah
Rinorea,
hidung
tersumbat,
rasa gatal
pada
hidung,
bersin
bersin,
pasien
merasa
dingin,
demam
ringan
Pusing, sakit
kepala,
pertimbangkan
pula
Riwayat
Penyakit
Keluarga
Hidung edema
dan hiperemis,
demam, keluar
cairan
Demam,
TD
tinggi
pada
>120/80
rinoskopi
mmHg
anterior,
tampak
mukosa
udem,
cavum nasi
sempit, ada
sekret
seros/mukus
.
KOH
bila Skin prick
disebabkan
test,
IgE,
jamur
eosinofil
Darah lengkap
(hitung jenis
leukosit),
pewarnaan
Muksa hidung
merah, palatum
merah,
pembesaran
tonsil,
hiperemis
di
faring.
Aspek
Pemeriks
aan Fisik
Pemeriks
aan
Penunjan
g
Faring
hipermis,
tonsil
tidak
membesar, bisa
ada
eksudat
tergantung
penyebab
ANEMIA
PADA
KEHAMILAN
Mudah lelah,
penurunan
merasa
makanan
karena atrofi
papilalidah,
ibu
hamil
rentan karena
peningkatan
kebutuhan zat
besi
akibat
sirkulasi
uteroplasenta
di trimester
2-3
Konjungtiva
tampak
anemis.
Jika
parah
dapat terjadi
jari
tabuh,
stomatitis
angularis,
atrofi papil
RHINITIS
VASOMOTOR
Nasal
kongesti,
rinore,
sneezing,
gatal
pada
hidung, pada
ibu
hamil
risiko
meningkat
karena
peningkatan
estrogen dan
progesteron,b
ersin
tidak
berulang.
Konka udem,
merah, cairan
serous atau
mukus
Skin
prick
test
akan
menyingkirkan
DD
rhinitis alergi
Kadar
IgE
spesifik
12
gram, kultur
TIBC
meningkat
Bila dilihat kembali dengan pemeriksaan fisik, didapatkan hasil:
a) Diagnosis klinis: rhinofaringitis akut ec virus (common cold)
2
3
4
5
Ketergantungan terhadap
orang lain
Melakukan pekerjaan seperti Masih
bisa
melakukan
sebelum sakit
perawatan terhadap dirinya,
bisa berkerja di luar rumah
secara mandiri
Melakukan pekerjaan ringan Mulai mengurangi aktivitas
sehari-hari di dalam/ di luar pekerjaan
rumah
Bisa melakukan pekerjaan Bisa melakukan pekerjaan
ringan di dalam rumah dan ringan di dalam rumah dan
melakukan
perwatan
diri melakukan perawatan diri
sendiri
sendiri
Hanya
bisa
melakukan Tidak melakukan aktivitas
perwatan diri hanya keadaan kerja dan tergantung pada
tertentu
keluarga
Tidak
bisa
melakukan Sangat tergantung kepada
perawatan diri sendiri
orang lain
kesehatan
yang
berkesinambungan.
Dengan
demikian
pelayanan
2)
3)
e. Koordinasi
Sebagai koordinator yang mengurus segalahal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien. Mulai dari memberikan informasi yang sejelas-jelasnya
sampai dengan merujuk ke spesialis yang di butuhkan oleh pasien (Ratna
et all, 2009).
f. Family and community oriented
Mengikutsertakan keluarga dalam proses kesembuhan dari pasien. Bisa
dengan memberikan suport, mengawasi dalam minumobat, serta melihat
bila kondisi pasien semakin buruk (Ratna et all, 2009).
proses
penyembuhan
pasien.
Dokter
keluarga
dapat
Keluarga fungsional
b.
Keluarga disfungsional
c.
a. Genogram
1) Definisi
Menurut Rakel, genogram keluarga adalah alat yang digunakan oleh
dokter dan tenaga medis lainya untuk meringkas pada satu halaman
besar sejumlah informasi yang berkaitan dengan keluarga.
2) Indikasi penggunaan genogram (Azwar,2004)
a) Kondisi-kondisi dalam keluarga yang memiliki arti keturunan.
16
dan
menempatkan
penekanan lebih besar pada pendidikan pasien (misalnya, terusmenerus mendorong penghentian merokok jika ada riwayat keluarga
paru kanker atau penyakit arteri koroner).
g) Menunjukkan bahwa hubungan keluarga menjadi perhatian dari
dokter keluarga dan penting untuk kesehatan setiap anggota keluarga.
4) Komponen genogram (Azwar,2004)
a) Tiga generasi atau lebih.
b) Nama semua anggota keluarga.
c) Usia atau tahun kelahiran seluruh anggota keluarga.
17
d)
e)
f)
g)
h)
APGAR Score
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga
ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score
meliputi (Prasetyawati, 2008) :
1) Adaptation
Merupakan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi
dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan
saran dari anggota keluarga lain
2) Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh
anggota keluarga tersebut.
3) Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru
yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
19
4) Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antara
anggota keluarga.
5) Resolve
Menggambarkan
kepuasan
anggota
keluarga
tentang
SCREEM
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM
score dengan rincian sebagai berikut (Prasetyawati, 2008) :
1) Social
Melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar.
2) Culture
Melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama,
dan perhatian terhadap sopan santun.
3) Religious
Melihat bagaimana anggota keluarga dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agamanya.
4) Economic
Melihat status ekonomi anggota keluarga.
5) Educational
Melihat tingkat pendidikan anggota keluarga.
6) Medical
Melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memadai.
d.
20
Usia
Event
Dari keluarga ayah :
1. Kakek dari ayah meninggal karena hipertensi
2. Nenek dari ayah meninggal dengan sebab
tidak diketahui
3. Kakak pertama ayah meninggal karena sakit
ginjal
4. Kakak
kedua
ayah
meninggal
karena
hipertensi
5. Kakak ketiga
ayah
meninggal
setelah
melahirkan
6. Adik pertama ayah terkena hipertensi
Dari keluarga ibu :
1. Kakek meninggal karena DM
2. Adik pertama ibu meninggal
2007
2008
23 tahun
24 tahun
karena
2014
30 tahun
.... sekarang ... 30 tahun
(2014)
hamil
f) Menyarankan untuk pergi rekreasi untuk mengurangi stress
(Alweis et.al, 2014).
g) Tidak ada pengobatan spesifik untuk infeksi virus
h) Istirahat
i) Makan dan minum secukupnya
22
pekerjaan yang diberikan kepada Ny. Badai pun tidak terlalu berat
(Phelps, 2010).
2) Edukasi penyakit pada komunitas yang berhubungan dengan
lingkungan rumah, di sini perlu juga diberikan penjelasan kepada
tetangga karena jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan disamping
keluarga, tetanggalah orang terdekat yang dapat dimintai bantuan
(Phelps, 2010).
3) Ny. Badai dapat diberi edukasi untuk meningkatkan interaksi dengan
tetangga, misalnya dengan ikut pengajian atau arisan. Tetangga dan
teman-teman juga dapat diberi penyuluhan untuk menghindari
penyakit yang sama dan untuk memberi dukungan pada pasien.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alweis, R., Greco, M., Wasser, T., & Wenderoth, S. (2014). An initiative to improve
adherence to evidence-based guidelines in the treatment of URIs, sinusitis,
and pharyngitis. Journal of community hospital internal medicine
perspectives, 4(1).
Anonim. 2012. Pediatrics Clinical Treatment Guidelines. Rwanda: Ministry of
HealthRepublic of Rwanda.
Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On Family
Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore
Bakta IM, Suega S, Dharmayuda TG. 2009. Anemia Defisiensi Besi. Dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Edison. 2011. Bentuk-bentuk Keluarga. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas
Efendi F., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Mengel, Mark B. 2003. Fundamentals of Clinical Practice 2nd Ed. New York: Plenum
Publisher.
Pramudianto, Arlina. 2010. MIMS Indonesia. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Gramedia.
Prasetyawati, Arsita Eka. 2008. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Available at:
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pd
f (diakses pada 12 November 2014)
Phelps, Kerryn. 2010. General Practice: The Integrative Approach. Australia:
Elseiver.
Rakel. 2002. Textbook of Family Practice. Philadelphia
Ratna, Rosita et all. 2009. Kebijakan Akselerasi Pengembangan Pelayanan Dokter
Keluarga. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI
Suprajitno. 2003. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik. Jakarta :
EGC
25