Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

BLOK EARLY CLINICAL AND COMMUNITY EXPOSURE I (ECCE I)


PBL KASUS 2
SKABIES DAN ASMA BRONKHIAL

Tutor :
dr. Agung Saprasetya Dwi Laksana, MSc.PH
Kelompok 1
Ganda Sapto Edhi Pambudi

G1A012001

Nafiisah

G1A012002

Arvi Tri Sulistiyani

G1A012003

Fitri Ayu Ramadona

G1A012004

Yudith Anindita

G1A012059

Ratna Ernita

G1A012060

Heidi Dewi Mutia

G1A012061

Maya Alvionita

G1A012062

Dwi Bamas Aji

G1A012063

Hardina Bawatri

G1A012064

Gladys Intan Kirana Nugraha

G1A012065

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

INFO 1
Seorang anak laki-laki Bima usia 9 tahun datang bersama ibunya untuk
kunjungan pertama kali ke dokter keluarga (DK) untuk memeriksakan keluhan gatal
pada sela-sela jari kedua tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
dirasakan sepanjang hari, semakin berat dan hebat pada malam hari, sehingga Bima
sering tidak bisa tidur dengan nyenyak. Rasa gatal menjalar hingga telapak tangan,
siku, ketiak dan selangkangan. Bima sering mengaruk bagian-bagian tubuh yang gatal
hingga luka dan mengeluarkan cairan. Belum ada riwayat pengobatan yang dilakukan
untuk keluhan ini. Ia merasa khawatir karena hampir seluruh keluarganya menderita
keluhan yang sama.
INFO 2
Riwayat Medis
Bima tidak pernah menderita penyakit gatal seperti ini sebelumnya. Bima
mempunyai riwayat sesak nafas kumat-kumatan sejak 6 tahun yang lalu. Sesak nafas
kumat jika terlalu lelah dan terkena debu. Sesak nafas disertai bunyi ngik-ngik,
batuk dengan dahak kental, dan kadang hingga mengeluarkan banyak keringat.
Keluhan akan segera membaik apabila berobat ke puskesmas dan diasap. Pada
awalnya, penyakit sesak ini jarang kumat, mungkin hanya sekitar 2-4 kali pertahun.
Tetapi dalam 1 tahun terakhir sesak 1 hingga 2 kali sebulan.
Selain sesak, tidak ada riwayat penyakit yang signifikan/penting. Jika sakit
panas, pilek atau diare, Bima selalu dibawa ke puskesmas dengan fasilitas Jamkesmas
dan selalu sembuh dalam beberapa hari. Frekuensi penyakit tersebut jarang, mungkin
hanya 1-2 kali per tahun. Bima tidak pernah dirawat di RS, tidak pernah dioperasidan
tidak pernah mengalami kecelakaan.
Riwayat Sosial Ekonomi
Bima adalah seorang pelajar kelas 3 SD di sebuah SD negeri. Bersama
kakaknya yang berusia 11 tahun, kadang-kadang Bima bekerja menyemir sepatu di
stasiun. Di samping sekolah dan bekerja, Bima masih dapat bermain bersama temantemannya di bantaran sungai. Ayah Bima adalah lulusan SD yang bekerja sebagai
tukang becak, sedangkan ibunya tidak lulus SD yang bekerja sebagai tukang cuci.
2

Penghasilan keluarga tidak menentu, rata-rata 700 ribu hingga 1 juta rupiah per
bulannya.
Bima bersama keluarganya (ayah, ibu, dengan 3 saudaranya) tinggal di sebuah
rumah tidak permanen di bantaran sungai banjaran. Luas rumah 4x6 m2 yang terdiri
atas 2 kamar tidur, ruang keluarga dan dapur. Sementara untuk keperluan MCK,
keluarga Bima memanfaatkan WC umum di sungai. Rumah menyerupai rumah
panggung dengan lantai kayu, dinding kayu, dan anyaman bambu serta atap seng.
Sirkulasi udara kurang baik karena jendela jarang dibuka. Daerah tempat tinggal
Bima merupakan daerah padat penduduk dengan pengelolaan sampah dan limbah
yang kurang baik (dibuang ke sungai). Tidak ada hewan peliharaan atau tanaman di
lingkungan rumah.
Meskipun sering hanya berlauk kerupuk dan sayuran saja, keluarga Bima
selalu membiasakan makan bersama. Makan selalu menggunakan tangan dan mereka
tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Mereka mempunyai
kebiasaan mandi pagi dan sore dengan menggunakan 2 handuk secara bersama-sama
yang dicuci 1 bulan seklai. Tidur dengan kasur tidak pernah dijemur, sprei dicuci
sebulan sekali. Kegiatan peribadatan juga dilakukan secara rutin meskipun tidak ada
bimbingan dari pemuka agama.
Bima mempunyai hubungan yang baik dan dekat dengan orang tuanya. Setiap
permasalahan dapat dihadapi bersama-sama dan selama ini tidak ada masalah serius
yang dapat mengguncang ketentraman keluarga. APGAR Score 8. Keluarganya juga
mempunyai hubungan baik dengan masyarakat di lingkungan sekitar dengan
senantiasa mengikuti kegiatan perkumpulan kampung.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak (laki-laki) dan kedua adik Bima (perempuan dan laki-laki) mempunyai
keluhan yang sama, yaitu gatal-gatal di telapak tangan dan kaki. Keluhan yang sama
pada ayah dan ibunya disangkal. Ibu dan adik bungsu Bima mempunyai riwayat
alergi ikan. Jika makan ikan, mata terasa gatal dan bengkak serta timbul bentol-bentol
yang terasa gatal di seluruh tubuh.

Riwayat medis dari keluarga ayah tidak cukup banyak dan signifikan. Kakek
dan nenek Bima masih hidup dan tidak diketahui memiliki riwayat tertentu. Ayah
bima adalah anak keempat dari 5 bersaudara. Kakak pertama (laki-laki) diketahui
menderita penyakit asam urat. Sementara kedua kakaknya yang lain (keduanya
perempuan) tidak diketahui memiliki penyakit tertentuk. Begitu juga dengan adik
(laki-laki), tidak memiliki riwayat penyakit tertentu.
Riwayat medis keluarga ibu cukup signifikan. Kakek Bima menderita
penyakit darah tinggi. Sedangkan nenek Bima mempunyai riwayat penyakit yang
sama dengan ibu Bima, yaitu alergi ikan. Ibu Bima adalah anak pertama dari 6
bersaudara (semua adiknya perempuan). Adik ketiga dan keempat mempunyai
riwayat asma.
Review System
Bima mengalami gatal-gatal di sela-sela jari tangan dan kaki, pergelangan
tangan, siku, ketiak dan selangkangan. Tidak ada keluhan demam, pusing,
batuk/pilek, sakit perut, gangguan BAB dan BAK. Bima juga tidak mengalami
perubahan pola makan maupun penurunan berat badan. Riwayat sesak berulang (+).
Meskipun mengalami kesulitan ekonomi, Bima menyangkal adanya stress emosional
atau ketidakpuasan dalam keluarganya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :cukup baik, tampak kurus
Tinggi badan 125 cm Berat badan 24 kg
Tekanan darah 110/70 mmHg
HR 96x/menit, RR 20 x/menit
Temperatur axilla 36,6C
Kepala
Mata conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga dalam batas normal
Hidung dalam batas normal
4

Tenggorok, tonsil T0/T0, faring dalam batas normal


Toraks
Jantung dan Paru dalam batas normal
Abdomen
Datar, supel, timpani, bising usus dalam batas normal
Ektremitas
Tidak ditemukan adanya edema maupun sianosis, capillary refill kurang dari 1 detik
II. PEMBAHASAN
A. Klarifikasi Istilah (ini masih dari yg PBL 1 May, sama aja mungkin,
daripada gak ada kan kemren gak ada yang diklarifikasi. hehe)

1. Dokter keluarga
Merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada komunitas, dengan titik berat pada keluarga, tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit namun sebagai bagian dari
unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu secara
aktif mengunjungi penderita dan keluarganya (Prasetyawati, 2008).
2. Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Pengertian keluarga antara
lain sebagai berikut (Efendi, 2009):
a. UU No. 10 tahun 1992 : unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami, atau istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau
ibu dan anaknya
b. Marilyn M. Friedman (1998) : kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
c. Duval dan Logan (1986) : sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran,

dan

adopsi

yang

bertujuan

untuk

menciptakan,

mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,


emosional, serta soasial dati tiap anggota eluarga.
d. Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) : dua atau lebih individu
yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
5

perkainan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai

peran

masing-masing,

dan

menciptakan

serta

mempertahankan suatu budaya.


Menurut Friedman (1998), terdapat beberapa fungsi keluarga antara lain
sebagai berikut (Suprajitno, 2003) :
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang uatama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan

dengan

orang

lain.

Fungsi

ini

dibutuhkan

untuk

perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.


b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan umah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi danmenjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care funcion), yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga.
Sementara itu, bentuk-bentuk keluarga yang tinggal dalam satu rumah
akan menyebabkan stressor yang berbeda. Bentuk-bentuk keluarga menurut
Goldenberg (1980) dalam Edison (2011), yaitu:
a. Keluarga Inti (nuclear family), terdiri dari suami, isteri dan anak kandung
b. Keluaraga Campuran (extended family), disamping suami, isteri dan anak
kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis
vertikal dan ataupun garis horizontal yang dapat berasal dari pihak suami
c.

atau pihak istri.


Keluarga Campuran (blended family), terdiri dari suami, istri, anak
kandung dan anak tiri.

d.

Menurut Hukum Umum (common law family), terdiri dari pria dan wanita
yang tidak terikat dalam perkawinan yang sah serta anak-anak mereka

e.

yang tinggal bersama.


Keluaraga Orang Tua Tunggal (single parent family), terdiri dari pria atau
wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau

f.

mungkin tidak pernahmenikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.


Keluarga Hidup Bersama (commune family), terdiri dari pria, wanita dan
anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggung jawab serta

g.

memiliki kekayaan bersama.


Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family), terdiri dari pria dan

h.

wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
Keluarga Serial (serial family), terdiri dari pria dan wanita yang telah
menikah dan mungkin telah punya anak, ttp kemudian bercerai dan
masing-masing meinikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan

i.

masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga.


Keluarga Gabungan (composite family), terdiri dari suami dengan
beberapa isteri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa
suami dan anak-anaknya (poligami) yang hidup bersama.

B. Batasan Masalah
1. Identitas
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
2. RPS
a. Keluhan Utama
b. Onset
c. Kualitas
d. Kuantitas
e. Faktor pemberat

: Bima
: 9 tahun
: Laki-laki
: Siswa SD
: gatal-gatal terutama malam hari
: 1 minggu yang lalu
: menganggu tidur
: sepanjang hari
: malam hari, menggaruk bagian yang gatal sehingga

luka dan mengeluarkan cairan


f. Faktor peringan : g. Keluhan Penyerta :
1) Menjalar hingga telapak tangan, siku, ketiak dan selangkan
3. RPD
(may, ini belum aku masukin)

4. RPK
(may, ini belum aku masukin)

5. RSE
(may, ini belum aku masukin)

C. Analisis dan Pembahasan Masalah


1. Apa itu diagnosis holistik dan bagaimana penerapannya pada kasus?
Diagnosis holistik adalah penentuan diagnosis pasien

yang

mempertimbangkan aspek bio-psiko-sosial dari pasien dan keluarganya yang


berefek pula pada penatalaksanaannya.
Diagnosis holistik ini memiliki lima aspek, yaitu:
a. Aspek Personal
- Keluhan Utama/Reason for encounter : gatal-gatal, terutama di malam
-

hari
Keluhan Penyerta : tidak bisa tidur nyenyak, gatal menjalar dari sela-sela

jari, telapak tangan, siku, ketiak dan selangkangan


Kecemasan/Anxiety : keluhan sangat menganggu dan keluhan dirasakan

oleh beberapa keluarga lainnya


- Harapan/Excpected : sembuh dari penyakit
b. Aspek Klinis
- Diagnosis : Skabies dan Asma Bronkial intermiten
- Differential Diagnosis
Aspek

Skabies

Creeping Eruption Candidiasis

Cutis Bronkitis

Kronik

Anamnesis

(RI, 2014)
(Hidalgo, 2014)
(Fayyaz, 2014)
Ditemukan dua dari Keluhan gatal dan Keluhan gatal pada Didapatkan keluhan
empat tanda kardinal, panas pada daerah lipatan genitocrural, batuk produktif dan
meliputi
nocturna,

pruritus yang sering kontak axilla, tangan, dan hipersekresi


serangan dengan

tanah, kaki. Lesi berbentuk selama 3 bulan per

berkelompok, terdapat misalnya di telapak eritema


gambaran pada kulit kaki,
tipis, dan ditemukan genitalia,
tungau
pemeriksaan
mikroskopis
2014)

yang

luas tahun selama 2 tahun

pantat, dengan lesi satelit.


dan

pada tangan.

berturut-turut. Gejala
pertama

yang

muncul adalah batuk

Mempunyai
(RI, riwayat

mukus

lama
tidak

menggunakan alas

untuk

mengeluarkan
mukus, baru muncul

kaki saat kontak

wheezing

sebagai

dengan tanah

tanda

adanya

obstruksi

saluran

nafas.

Berbeda

dengan asma, yang


gejala

awalnya

adalah

wheezing

akibat
bronkospasme,
diikuti batuk karena
adanya hipersekresi
mukus.
Dari inspeksi terlihat Terdapat

Pemeriksaan Pemeriksaan
Fisik

menggunakan

lup

mencari kanalikuli
Pemeriksaan Tes
Penunjang

tinta

Burrow,

yaitu

dengan

UKK

makula retraksi

terdapat lesi satelit


Pemeriksaan dengan
KOH

10%

pewarnaan

pada papul skabies,

penyebab

kemudian

kandidiasis,

dihapus

dengan

alkohol.

Jejak

terowongan

akan

intercostal

eritema, vesikel, dan saat bernafas

meneteskan tinta pena


segera

untuk
jamur
yaitu

Candida Albicans

tampak sebagai garis


yang

karakteristik

berbelok-belok karena
adanya

tinta

yang

masuk. Tes ini mudah


sehingga

adanya

dapat

dikerjakan

pada

bayi/anak dan pasien


nonkooperatif

Tabri

(2005).
1. Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei dan produknya. Diagnosis Skabies dapat
ditegakkan dengan didapatkannya 2 dari 4 tanda cardinal, yaitu (Handoko, 2010):
- Proritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
-

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang

berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.


Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk gaaris lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika
timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi,
dan lain-lain).
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum

korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus,
bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak dan telapak kaki (Handoko, 2010).
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan meneteskan larutan
methylene blue pada lesi lalu dibiarkan dan dihapus menggunakan kertas tisu.
Bila warna larutan methylene blue menetap, berarti tes positif.
2. Creeping Eruption
Creeping eruption adalah kelainan kulit yang merupakan peradangan
berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh
invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing (Aisah, 2010).

10

Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula
akan timbul papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear
atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3mm, dan berwarna
kemerahan. Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang
berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan
(burrow). Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari (Aisah, 2010).
Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan
paha, juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat
larva berada (Aisah, 2010).
3. Bronkitis Akut
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis
bronkitis yaitu bronkitis akut dan kronik. Gejala utama bronkitis akut adalah
batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai
dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan,atau hijau. Selain
batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini (Muttaqin, 2008):
1. Demam
2. Sesak napas
3. Bunyi napas mengi atau ngik
4. Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada
Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi
saluran pernafasan lainnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
baik, tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea, mungkin ditemukan
adanya nasofaringitis. Pada auskultasi paru didapatkan ronki basah kasar yang tidak
tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi
dan krepitasi.
4. Asthma bronkial
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai
dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran
napas. Ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada
malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik pasien asma, sering
ditemukan perubahan cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk anatomi toraks.
Pada inspeksi dapat ditemukan napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan
11

otot napas tambahan di leher, perut dan dada. Pada auskultasi dapat ditemukan
mengi atau ekspirasi memanjang (Rengganis, 2008).
Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan. Ada
beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung
ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah, dan berair
(konjungtivitis alergi), dan eksem atopi, batuk yang sering kambuh (kronik)
disertai mengi, flu berulang, sakit akibat perubahan musim atau pergantian cuaca,
adanya hambatan beraktivitas karena masalah pernapasan (saat berolahraga),
sering terbangun pada malam hari, riwayat keluarga (riwayat asma, rinitis atau
alergi lainnya dalam keluarga), memelihara binatang di dalam rumah, banyak
kecoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah. Pemeriksaan penunjaang
yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis asma adalah Spirometer, Peak
Flow Meter, X-ray thorax (Rengganis, 2008).
c. Aspek Interna, merupakan faktor risiko internal pasien yang memberi efek
kepada keadaan pasien saat ini :
1) Berisi faktor-faktor risiko internal yang dapat mempengaruhi kondisi
sehat sakit individu pasien dan keluarganya
2) Meliputi : Usia, Jenis kelamin, Ras, Genetik, perilaku individu sakit
3) Faktor-faktor risiko internal ini merupakan confounding factors terjadinya
sehat-sakit
Aspek Interna pada kasus ini adalah :
1. Anak laki-laki dengan usia 9 tahun
2. Dengan perilaku individu dan keluarga yang kurang sehat yaitu :
- Tidak pernah mencuci tangan sebelum makan, dan selalu makan
menggunakan tangan
- Menggunakan handuk sehari-hari secara bersamaan dan dicuci satu
-

bulan sekali
Tidak pernah menjemur kasur
Sprei dicuci satu bulan sekali
Tidur bersama-sama
Kecukupan gizi yang kurang
12

- Melakukan kegiatan MCK di sungai


3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Ibu dan adik bungsi memiliki alergi ikan
- Riwayat hipertensi dan asam urat dari keluarga ayah, diabetes mellitus
dan asma dari keluarga ibu
d. Aspek Eksternal
1) Berisi faktor-faktor risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kondisi
sehat-sakit individu pasien dan keluarganya
2) Meliputi : perilaku sakit anggota keluarga lain, hubungan interpersonal,
sosek, pendidikan, lingkungan rumah dan lingkungan local sekitarnya.
3) Factor-faktor eksternal ini merupakan determinant factors terjadinya
sehat-sakit.
Aspek ekterna pada kasus ini adalah :
1. Riwayat Pendidikan dan Sosial Ekonomi, meliputi :
- Pendidikan orang tua yang rendah
- Penghasilan sedikit
2. Keadaan rumah
- Tidak memiliki MCK
- Ventilasi buruk
- Rumah tidak ideal (bukan rumah permanen dari kayu dan bambu)
- Ukuran rumah yang tidak ideal
3. Keadaan Lingkungan sekitar
- Lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk
- Pengelolahan limbah yang tidak baik
e. Aspek Scale Score
Tabel 1. Scale Score System (Kekalih, 2008)
Skala
1

Aktivitas menjalankan fungsi


Ketergantungan terhadap org lain
Melakukan
pekerjaan
seperti Mandiri dalam perawatan diri dan bekerja

sebelum sakit
Pekerjaan ringan

dalam dan luar rumah


Pekerjaan ringan dan bisa melakukan Pekerjaan ringan dan perawatan diri

perawatan diri
Perawatan diri

tertentu, posisi duduk dan berbaring


Perawatan diri oleh keluarga
Perawatan diri oleh orang lain, posisi Sangat bergantung dengan orang lain

sehari-hari,

hanya

di dalam dan luar rumah


di Aktivitas kerja mulai berkurang

masih dikerjakan sendiri


keadaan Tidak
melakukan
aktivitas

kerja.

13

berbaring pasif
(misal tenaga medis)
Pada kasus ini, pasien termaksud ke dalam scale score 1 karena pasien tidak
mengeluh mengalami penurunan atktivitas.
2. Apa saja prinsip-prinsip dalam pendekatan layanan Family Medicine?
a. Personal care
Hubungan erat antara dokter dan pasien. Pasien mungkin berkonsultasi
tidak hanya ketika ia sedang sakit tetapi mencari nasihat sebagai seorang
teman dan mentor (Ratna et all, 2009).
b. Primary care
Dokter keluarga adalah pemberi pelayanan kesehatan yang pertama kali di
temui oleh pasien dalam menyelesaikan masalahnya (Ratna et all, 2009).
c. Continuing care
Pelayanan berpusat pada pasien bukan pada penyakitnya. Adanya
hubungan jangka panjang antara dokter dan pasien dengan pelayanan
kesehatan

yang

berkesinambungan.

Dengan

demikian

pelayanan

kesehatan tidak berbatas pada satu episode penyakit. Terutama untuk


kasus-kasus kronik yang perlu monitoring rutin dan pelayanan
komplikasi yang mungkin muncul, misalnya hipertensi, DM,
hiperlipidemia, dll (Ratna et all, 2009).

d. Comprehensive care
Ada 3 pengertian (Ratna et all, 2009) :
1) Pelayanan mencakup semua usia
2) Pelayanan melingkupi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif
dan paliatif
3) Pelayanan meliputi bio-psiko-sosial

e. Koordinasi
Sebagai koordinator yang mengurus segalahal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien. Mulai dari memberikan informasi yang sejelas-jelasnya
sampai dengan merujuk ke spesialis yang di butuhkan oleh pasien (Ratna
et all, 2009).
f. Family and community oriented
Mengikutsertakan keluarga dalam proses kesembuhan dari pasien. Bisa
dengan memberikan suport, mengawasi dalam minumobat, serta melihat
bila kondisi pasien semakin buruk (Ratna et all, 2009).

14

3. Apa yang dimaksud dengan Family Dinamic? Bagaimana cara pengukurannya


dan aplikasi dalam kasus? (may ini dari yang laporan PBL 1 cuma
diganti gambar genogram nya aja sama family line nya gak ada yg
bikin,

sama

aja

kan?

Daripada

cuma

langsung

gambar

genogramnya aja.hehe)

Dinamika keluarga merupakan gambaran dari interaksi dan hubungan


di antara individu anggota keluarga yang nantinya akan menjadi refleksi dan
mempengaruhi kesehatan fisik, mental, dan spiritual dari masing-masing
individu di dalam satu keluarga. Yang termasuk dalam dinamika keluarga
dapat berupa (Azwar, 2004) :
a. Perkembangan atau tantangan adaptif
Misalnya pada kejadian kelahiran anak, penyakit pada individu di
keluarga yang dapat menyebabkan berkurangnya fungsi keluarga tersebut.
b. Kombinasi yang unik antara sumber daya dan beban
Misalnya status ekonomi dan pendidikan.
Dokter keluarga harus bisa memiliki pemahaman mengenai dinamika
keluarga, karena hal ini dapat digunakan untuk membantu dalam menegakkan
diagnosis dan mengenali faktor faktor apa saja yang dapat membantu dan
menghambat

proses

penyembuhan

pasien.

Dokter

keluarga

dapat

menggunakan alat penilaian keluarga untuk membantu menilai kondisi


dinamika keluarga pasien. Alat alat tersebut dapat berupa (Azwar, 2004) :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Genogram
Family Life Cycle
Family Life Line
Family Map
Family APGAR
Family SCREEM
Dari hasil penilaian menggunakan alat alat tersebut, keluarga dapat

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (Azwar, 2004) :


a.
b.
c.

Keluarga fungsional
Keluarga disfungsional
Mid range families

15

a. Genogram
1) Definisi
Menurut Rakel, genogram keluarga adalah alat yang digunakan oleh
dokter dan tenaga medis lainya untuk meringkas pada satu halaman
besar sejumlah informasi yang berkaitan dengan keluarga.
2) Indikasi penggunaan genogram (Azwar,2004)
a) Kondisi-kondisi dalam keluarga yang memiliki arti keturunan.
b) Juga dapat digunakan untuk menggambarkan masalah yang sifatnya
turun-temurun yang tampaknya memiliki insiden yang tinggi dalam
keluarga
c) Masalah ini tidak murni genetik, mereka mungkin terkait faktor
sosial atau lingkungan atau ciri-ciri keluarga atau kebiasaan yang
mempengaruhi anggota keluarga masa depan untuk kemungkinan
masalah berkembang
d) Genogram juga dapat menunjukkan masalah yang tidak diketahui
etiologi yang umum dalam keluarga
e) Genograms tidak perlu digunakan secara rutin dengan setiap pasien.
Genogram paling efektif bila diterapkan secara selektif.
3) Manfaat genogram (Azwar,2004)
a) Untuk meninjau secara cepat situasi keluarga, seperti pernikahan
kedua atau anak-anak di hadir dari pernikahan sebelumnya
b) Membiarkan dokter lain, perawat, dan lain-lain untuk menilai dan
memahami keluarga secara cepat, sehingga meningkatkan perawatan
yang komprehensif.
c) Membangun hubungan dengan menggunakan nama pertama anggota
keluarga dan mengetahui siapa yang tinggal di rumah .
d) Mengidentifikasi sekilas faktor risiko yang signifikan dalam anggota
keluarga, seperti keluarga riwayat diabetes mellitus dan obesitas atau
riwayat keluarga jantung koroner.
e) Menyadari kebutuhan untuk skrining pada pasien yang berisiko
tinggi (misalnya, kebutuhan untuk lebih sering mammogram jika ada
riwayat kanker payudara dalam keluarga)
f) Mempromosikan perubahan gaya hidup

dan

menempatkan

penekanan lebih besar pada pendidikan pasien (misalnya, terus-

16

menerus mendorong penghentian merokok jika ada riwayat keluarga


paru kanker atau penyakit arteri koroner).
g) Menunjukkan bahwa hubungan keluarga menjadi perhatian dari
dokter keluarga dan penting untuk kesehatan setiap anggota keluarga.
4) Komponen genogram (Azwar,2004)
a) Tiga generasi atau lebih.
b) Nama semua anggota keluarga.
c) Usia atau tahun kelahiran seluruh anggota keluarga.
d) Kematian termasuk usia atau tanggal kematian dan penyebabnya.
e) Significant penyakit atau masalah dari anggota keluarga.
f) Anggota yang tinggal bersama di rumah yang sama.
g) Tanggal pernikahan dan perceraian.
h) Daftar dari anak sulung dari setiap keluarga ke kiri, dengan saudara
yang terdaftar berurutan ke kanan.
i) Kunci yang menggambarkan semua simbol yang digunakan.
j) Simbol dipilih untuk kesederhanaan dan visibilitas maksimum

17

18

Gambar 1. Simbol pada Genogram

19

20

Gambar 2. Simbol pada Genogram

Gambar 3. Genogram Kasus


b.

APGAR Score
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga
ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score
meliputi (Prasetyawati, 2008) :
21

1) Adaptation
Merupakan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi
dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan
saran dari anggota keluarga lain
2) Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh
anggota keluarga tersebut.
3) Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru
yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
4) Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antara
anggota keluarga.
5) Resolve
Menggambarkan

kepuasan

anggota

keluarga

tentang

kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga


yang lain.
Skor untuk masing-masing kategori adalah :
0 : jarang / tidak sama sekali
1 : kadang-kadang
2 : sering / selalu
Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata-rata 5 kurang, 6-7
cukup, dan 8-10 adalah baik.
c.

SCREEM
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM
score dengan rincian sebagai berikut (Prasetyawati, 2008) :
1) Social
Melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar.
2) Culture

22

Melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama,


dan perhatian terhadap sopan santun.
3) Religious
Melihat bagaimana anggota keluarga dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agamanya.
4) Economic
Melihat status ekonomi anggota keluarga.
5) Educational
Melihat tingkat pendidikan anggota keluarga.
6) Medical
Melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memadai.
d.

Family Life Line


Family life line adalah alat yang digunakan untuk mendesripsikan
kronologi kehidupan yang membuat stress/kejadian klinis dan bagaimana
mengatasinya.Family life line juga bisa digunakan menggambarkan

sejarah sebuah keluarga (Azwar, 2004).


4. Apakah yang dimaksud dengan rumah sehat dan apa saja kriteria dari rumah
sehat?
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan
area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana
pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO,
rumah

adalah

struktur

fisik

atau

bangunan

untuk

tempat

berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani


dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga
dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan,
2001).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah
bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana
pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara
fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat
bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan
yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik (Mukono, 2000)

23

Kriteria Rumah Sehat Menurut Winslow dan APHA


Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk
tinggal

secara

permanen.

Berfungsi

sebagai

tempat

untuk

bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat


berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan
fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.
Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health
Association (APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria
sebagai berikut
a.

Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan,


penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari
kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang


cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan
penghuni rumah.
c.

Memenuhi persyaratan

pencegahan

penularan

penyakit antarpenghuni rumah, yaitu dengan penyediaan air


bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan

pencegahan

terjadinya

kecelakaan,

baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah


antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang
tidak

mudah

roboh,

tidak

mudah

terbakar,

dan

tidak

cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir (Mukono,


2000).

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah


sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

24

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, meliputi


3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
a.

Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai,

b.

ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.


Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan

c.

kotoran, pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.


Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan
dirumah, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban,
membuang sampah pada tempat sampah.
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat

adalah:
a.

Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat
menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata

b.

kerangka atap serta mudah dibersihkan.


Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri,
beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat
memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan
kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari

c.

basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.


Lantai
Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil
waktu dipijak, permukaan lantai

mudah

dibersihkan.

Lantai

tanah

sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab
sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya.
Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai
d.

ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah.


Pembagian ruangan / tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan
fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah:
1) Ruang untuk istirahat/tidur
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua
dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya
25

jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan


dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi
kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.
2) Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari
hasil pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan.
Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari
dapur dapat teralirkan keluar.
3) Kamar mandi dan jamban keluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu
e.

lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.


Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan
dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh
buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan
harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya:
1) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai
ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan
ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai
ruangan.
2) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap
kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.
3) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua
lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses

f.

aliran udara lebih lancar.


Pencahayaan
Cahaya
yang cukup
rumah merupakan

kebutuhan

kuat

untuk

manusia.

penerangan
Penerangan

di

dalam

ini

dapat

diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya buatan. Yang perlu
diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.
1) Pencahayaan alamiah
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari
ke dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari
26

rumah yang terbuka, selain untuk penerangan, sinar ini juga


mengurangi kelembaban

ruangan,

mengusir

nyamuk

atau

serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu.


Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang
terdapat dalam sebuah rumah adalah: baik, bila jelas membaca dengan
huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca huruf kecil,
kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar
membaca huruf besar.
2) Pencahayaan buatan
Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan,
g.

seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.


Luas Bangunan Rumah
Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat,
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat,
dikatakan memenuhi syarat jika 8 m2 / orang.

5. Bagaimana penanganan komprehensif untuk pasien pada kasus?


a. Patient centered
1) Rencana penegakan diagnosis
a) Pemeriksaan hitung jenis leukosit
b) Pewarnaan gram untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang
menginfeksi (Mengel, 2003)
2) Rencana pengobatan
a) Skabies (Siregar, 2004):
a.

Sulfur presipitatum/ belerang endap 2-5% salep + asam


salisilat 2%. Dapat dipakai untuk anak usia di bawah 2
tahun, tapi kekurangannya bau dan kotor. Dipakai sesudah
mandi dan dibiarkan 8-12 jam lalu bilas, dilakukan selama
3-4 hari berturut-turut.
27

b.

Gama

benzene

heksaklorida

(gameksan)

0,5-1

salep/krim. Dioles 8-12 jam, efektif untuk semua stadium


tungau, tapi tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan anakanak karena bersifat toksik.
c.

Krim permetrin 5%. Untuk usia lebih dari 2 tahun. Sama


seperti yang lainnya, dipakai selama 8-12 jam lalu bilas,
dapat diulangi lagi 1 minggu kemudian

d.

Emulsi benzil benzoate 20-25% selama 24 jam.

e.

Kromatiton 10% berfungsi sebagai antiparasit dan antigatal

f.

Antihistamin:

klorfeniramin

maleat

(CTM)

untuk

mengurangi rasa gatal.


b) Asma Bronkhial (GINA, 2014; McFadden; 2000):
a. Reliever:
- Anjuran A: beta 2 agonis inhalasi
- Anjuran B: beta 2 agonis oral short acting, antikolinergik,
teofilin
b. Controller:
- Anjuran A: glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah,
leukotriene modified
- Anjuran B: teofilin
3) Rencana edukasi pasien (McFadden, 2000; Siregar, 2004):
a) Obat topical scabies tidak boleh terkena air atau barang lain
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

sampai waktu bilasnya


Cuci tangan kalau mau makan
Pakai alas kaki
Jangan sering main di kali
Hindari pemakaian handuk bergantian
Jaga asupan nutrisi, makan makanan seimbang
Edukasi tentang scabies merupakan penyakit menular
Hindari kontak dengan orang yang sehat
Edukasi asma bronkial dari segi patofisiologi, faktor pencetus, dan

pencegahan
j) Hindari allergen
k) Edukasi penyakit familial yang terdapat dalam keturunan, yaitu
atopi dan hipertensi
b. Focus family
28

a)
b)
c)
d)
e)

Dukungan pada pasien dan keluarga yang terkena, semua diobati


Rajin cuci handuk dan sprei dengan air panas atau direbus
Jemur kasur rutin di bawah sinar matahari
Edukasi rumah sehat
Edukasi penyakit familial yang terdapat dalam keturunan, yaitu

atopi dan hipertensi


c. Community oriented
a) Edukasi lingkungan untuk jaga kebersihan dan tentang rumah sehat
b) Periksa tetangga kalau ada yang tertular penyakit yang sama
c) Beri pengobatan untuk yang terkena juga.
6. Apa saja Five Level of Prevention Menurut Leaval fan Clark?
Leavell dan clark

membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5

tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.
Usaha-usaha pencegahan itu adalah (Azwar, 2004):
A. Masa sebelum sakit (pre-pathogenesis)
1. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion).
2. Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific
protection).
B. Pada masa sakit (patogenesis)
1. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (Early diagnosis and treatment).
2. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan

bekerja yang

diakibatkan

sesuatu

penyakit

(Disability

limitation).
3. Rehabilitasi (Rehabilitation).
1. Health promotion
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya
(Azwar, 2004).
Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :
-

Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.

Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan, seperti :


29

a.
b.
c.
d.

Penyediaan air rumah tangga yang baik,


Perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah,
Membuka jendela agar sirkulasi udara baik,
Rajin membersihkan rumah sehingga debunya berkurang berefek

pada berkurangnya faktor resiko terjadinya asma bronkial.


e. Mencuci tangan ketika makan,
f. Mandi minimal 2x sehari menggunakan sabun dan tidak memakai
handuk secara bersama,
g. Rajin mencuci handuk dan pakaian lainnya.
-

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat misalnya melalui penyuluhan

2. Specific protection
Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu
(Azwar, 2004):
Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :
- Isolasi penderita atau menghindari kontak langsung dengan penderita skabies
agar tidak tertular .
3. Early diagnosis and treatment
Tujuan utama dari usaha ini adalah (Azwar, 2004):
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap
jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan
segera.
b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :
-

Mengobati penderita secara komprehensif.


Mengobati semua orang yang telah berhubungan dengan penderita skabies.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala
penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu
30

menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya


tergantung

pada

baiknya

jenis

obat

serta

keahlian

tenaga

kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu


-

diberikan.
Cuci semua handuk , pakaian , sprei dalam air hangat untuk membunuh
tungaunya.

Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan (Azwar, 2004):


-

Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit.


Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

4. Disability limitation
Dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh
kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan
tersebut tidak bertambah berat (dibatasi),dan fungsi dari alat tubuh yang menjadi
cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin. Pada kasus diatas

pasien yang

menderita skabies dan asma bronkial, penyakit ini tidak mengakibatkan kecacatan
yang berarti (Azwar, 2004).
5. Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat,sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
untuk

dirinya

dan

masyarakat,semaksimal-maksimalnya

sesuai

dengan

kemampuannya. Pada kasus diatas, tidak mennyebabkan adanya masalah dengan


masyarakat , sehingga tidak perlunya dilakukan rehabilitasi (Azwar, 2004).
Rehabilitasi ini terdiri atas (Azwar, 2004):
31

a. Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalmaksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan, patah
kakinya perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama
dengan kaki yang sesungguhnya.
b. Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan
dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau
gangguan mental.
c. Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya
sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthesis
usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu
sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu.

DAFTAR PUSTAKA
Aisah, Siti. 2010. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Azwar, Azrul. 2004 . A Primer On Family Medicine Practice. Singapore International
Foundation : Singapore
32

GINA. 2014. Pocket Guide for Physicians and Nurses. Dapat dilihat di:
http://www.ginasthma.org/local/uploads/files/GINA_Pocket_2014_Jun11.pdf
Fayyaz,

Jazeela.

2014.

Bronchitis.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/297108-overview

(diakses

at:
pada

18

November 2014)
Handoko, Ronny P. 2010. Skabies dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hidalgo,

Jose

A.

2014.

Candidiasis.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/213853-overview

(diakses

at:

pada

18

November 2014)
____________. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan No 829 Tahun 1999. Persyaratan
Kesehatan Perumahan. Lembaran Negara RI Tahun 1999 No 829. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Kekalih A. 2008. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer Pendekatan
Multi Aspek. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.
McFadden ER. 2000. Penyakit Asma. Dalam Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam
Harisson. Jakarta: EGC
Mukono.

2000.

Prinsip

Dasar

Kesehatan

Lingkungan.

Edisi

Kedua.Surabaya. Airlangga University Press.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Prasetyawati, Arsita Eka. 2008. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Available at:
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.p
df (diakses pada 12 November 2014)

Ratna, Rosita et all. 2009. Kebijakan Akselerasi Pengembangan Pelayanan Dokter


Keluarga. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI
Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah
Kedokteran Indonesia.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014. Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer. Lembaran Negara RI Tahun
2014 No. 5. Sekretariat Negara. Jakarta.
33

Siregar RS. 2004. Atlas Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC
Tabri, F. 2005. Skabies Pada Bayi dan Anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL,
Kurniati DD, editor. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tschopp JM, Frey JG, Pernet R, Burrus C, Fordan B, Morin A, et al. 2002.
Bronchial asthma and self-management education : implementation of
Guidelines by an interdisciplinary programme in health network. Swiss Med
Weekly. 132 : 92-97

34

Anda mungkin juga menyukai