PENUTUP
12 3.1. Kesimpulan .....................................................................................
12 3.2. Saran ...............................................................................................
12 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
NU adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan terbesar dalam
lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna penting dan ikut menentukan
perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU lahir dan berkembang dengan corak dan
kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah,
maka NU menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang
ada di sekitarnya. NU tidak pernah berfikir menyatukan apalagi menghilangkan
mazdhab-mazdhab keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU
menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi
positif dengan tradisi dan budaya masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki
wawasan multikultural, dalam arti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau
budaya setempat, tetapi mengakui manifestasi tradisi dan budaya setempat yang memiliki
hak hidup di Republik Indonesia tercinta ini. Sebagai warga negara Indonesia, terkhusus
sebagai warga Nahdlatul Ulama alangkah baiknya kita mengetahui lebih dalam
mengenai apa itu Nahdlatul Ulama. Banyak hal yang bisa kita temukan dan kita kaji
dalam perkembangan organisasi ini sehingga kita dapat memetik segala hikmah kebaikan
yang bisa dijadikan motivasi dan semangat untuk kehidupan kita. Dalam Makalah ini,
penulis akan mencoba menguraikan sedikit tentang apa itu Nahdlatul Ulama, bagaimana
sejarah terbentuknya dan apa saja ajaran/pokok pikiran yang mendasar di Nahdlatul
Ulama ini. 1.2. Rumusan masalah 1) Apa itu Nahdlatul Ulama? 2) Bagaimana Sejarah
Terbentuknya Nahdlatul Ulama? 3) Apa saja ajaran/pokok pikiran yang ada di Nahdlatul
Ulama? 1.3. Tujuan 1) Mengetahui Apa itu Nahdlatul Ulama 2) Mengetahui Sejarah
Terbentuknya Nahdlatul Ulama 3) Mengetahui Ajaran/Pokok Pikiran yang ada di
Nahdlatul Ulama 1.4. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah hanya membahas
tentang 1) Pengertian Nahdlatul Ulama 2) Sejarah Terbentuknya Nahdlatul Ulama 3)
Ajaran/Pokok Pikiran yang ada di Nahdlatul Ulama BAB II PEMBAHASAN 2.1. Apa
itu Nahdlatul Ulama Nahdlatul Ulama disingkat NU, artinya kebangkitan Ulama.
Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal : 16 Rajab 1344 H / 31
Januari 1926 M di Surabaya. Nahdlatul Ulama sebagai jamiyah diniyah adalah wadah
dengan restu K.H. Hasyim Asyari memutuskan untuk mengirimkan delegasi sendiri
kemukatamar pada juni 1926 dengan membentuk komite sendiri yaitu komite hijaz.
Susunan Komite Hijaz : Penasehat : K.H. Abdul Wahab Hasbullah K.H. Cholil
Masyhuri Ketua : H.Hasan Gipo Wakil Ketua : H. Sholeh Syamil Sekretaris : Muhammad
Shodiq Pembantu : K.H. Abdul Halim Pada tanggal 31 Januari 1926 komite mengadakan
rapat di Surabaya dengan mengundang para ulama terkemuka di Surabaya dan dihadiri
K.H. Hasyim Asyari dan K.H. Asnawi Kudus. rapat memutuskan K.H. Asnawi Kudus
sebagai delegasi Komite Hijaz menghadiri muktamar dunia Islam di Mekkah. c. Tokohtokoh dibalik Berdirinya NU 1. Kiyai Kholil Kiyai Kholil lahir Selasa 11 Jumadil Akhir
1235 di Bangkalan Madura nama ayahnya Abdul Latif, beliau sangat berharap dan
memohon kepada Allah SWT agar anaknya menjadi pemimpin ummat. Pada tahun 1859
ketika berusia 24 tahun Kiyai Kholil memutuskan untuk pergi ke Mekkah dengan biaya
tabungannya, sebelum berangkat beliau dinikahkan dengan Nyai Asyik. Di Mekkah
beliau belajar pada Syeikh di Masjidil Haram tetapi beliau lebih banyak mengaji pada
para Syeikh yang bermazdhab Syafii . Sepulang dari Mekkah beliau dikenal sebagai ahli
fiqih dan thoriqot bahkan ia memadukan kedua ilmu itu dengan serasi dan beliau juga
hafizd kemudian beliau mendirikan pesantren di Desa Cengkebuan. Kiyai Kholil wafat
tanggal 29 Ramadlan 1343 H dalam usia 91 th. hampir semua pesantren di Indonesia
sekarang masih mempunyai sanad dengan pesantren Kiyai Kholil. b. K.H. Muhammad
Hasyim Asyari Beliau adalah seorang ulama yang luar biasa hampir seluruh kiyai di
Jawa memberi gelar Hadratus Syeikh (Maha Guru) beliau lahir selasa kliwon 24
Dzulqadah 1287 H bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 di Desa Gedang,
Jombang. Ayahnya bernama K. Asyari Demak Jawa Tengah. Ibunya bernama Halimah
putri dari Kiyai Utsman pendiri pesantren Gedang. Dalam rangka mengabdikan diri
untuk kepentingan ummat maka K.H. Muhammad Hasyim Asyari mendirikan pesantren
Tebuireng, jombang pada tahun 1899 M. Dengan segala kemampuannya, Tebuireng
kemudian berkembang menjadi Pabrik pencetak kiai. Pada tanggal 17 Ramadlan 1366
H bertepatan dengan 25 Juli 1947M K.H. Muhammad Hasyim Asyari Memenuhi
panggilan Ilahi. c. K.H. Abdul Wahab Hasbullah Beliau adalah seorang ulama yang
sangat alim dan tokoh besar dalam NU dan bangsa Indonesia. Beliau dilahirkan di Desa
Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada bulan Maret 1888. Semenjak kanak-kanak
beliau dikenal kawan-kawannya sebagai pemimpin dalam segala permainan. Langkah
awal yang ditempuh K.H. Wahab Hasbullah kelak sebagai bapak pendiri NU, itu
merupakan usaha membangun semangat nasionalisme lewat jalur pendidikan yang
sengaja dipilih nama Nahdlatul Wathan yang berarti Bangkitnya Tanah Air. 2.3. Ajaran
atau Pokok Pikiran Nahdlatul Ulama Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi
sosial keagamaan yang berhaluan Ahlu as-Sunnah Wa al-Jamaah, sebagai wadah
pengemban dan mengamalkan ajaran Islam Ala Ahadi al-Mazhabi al-Arbaah dalam
rangka mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dengan kata lain sebagai
salah satu ormas tertua, NU merupakan satu-satunya organisasi masa yang secara
keseluruhan bahwa Ahlu as-Sunnah Wa al-Jamaah sebagai mazhabnya. Sehingga, ketika
NU berpegang pada mazhab, berarti mengambil produk hukum Islam (fiqh) dari empat
Imam Mazhab, yaitu mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafii dan mazhab
Hambali. Dalam kenyataannya NU lebih condong pada pendapat Imam Asy-Syafii, oleh
karenanya NU sering dicap sebagai penganut fanatik mazhab Syafii. Hal ini dapat
dilihat dari cara NU mengambil sebuah rujukan dalam menyelesaikan kasus-kasus atau
permasalahan-permasalahan yang muncul. Alasan yang sering dilontarkan adalah umat
Islam Indonesia mayoritas bermazhab Syafii. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Jamiyah
Diniyah Islamiyah yang bertujuan membangun atau mengembangkan insan dan
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT senantiasa berpegang teguh pada kaidahkaidah keagamaan (ajaran Islam) dan kaidah-kaidah fiqh lainnya dalam merumuskan
pendapat, sikap dan langkah guna memajukan jamiyah tersebut. Dalam bidang
keagamaan dan kemasyarakatan alam pikiran (pokok ajaran) Nahdlatul Ulama (NU)
secara ringkas dapat dibagi menjadi tiga bidang ajaran yaitu; bidang aqidah, fiqh, dan
tasawuf. Dalam bidang aqidah yang dianut oleh NU sejak didirikan pada 1926 adalah
Islam atas dasar Ahlu as-Sunnah Wa al-Jamaah. Faham ini menjadi landasan utama bagi
NU dalam menentukan segala langkah dan kebijakannya, baik sebagai organisasi
keagamaan murni, maupun sebagai organisasi kemasyarakatan. Hal ini ditegaskan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), bahwa NU mengikuti Ahlu
as-Sunnah Wa al-Jamaah dan menggunakan jalan pendekatan (mazhab). Adapun faham
Ahlu as-Sunnah Wa al-Jamaah yang dianut NU adalah faham yang dipelopori oleh Abu
Hasan al-Asyari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Keduanya dikenal memiliki
keahlian dan keteguhan dalam mempertahankan itiqad (keimanan) Ahlu as-Sunnah Wa
al-Jamaah seperti yang telah disyaratkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya. Jadi
dalam melaksanakan ajaran Islam, bila dikaitkan dengan masalah-masalah aqidah harus
memilih salah satu di antara dua yaitu al-Asyari dan al-Maturidi. Sementara dalam
bidang fiqh ditegaskan bahwa: Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Jamiyah Diniyah
Islamiyah beraqidah Islam menurut faham Ahlu as-Sunnah Wa al-Jamaah dan mengikuti
faham salah satu mazhab empat: Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali. Namun dalam
prakteknya para Kyai adalah penganut kuat dari pada mazhab Syafii. Jadi dengan
demikian NU memegang produk hukum Islam (fiqh) dari salah satu empat mazhab
tersebut, artinya bahwa dalam rangka mengamalkan ajaran Islam, NU menganut dan
mengikuti bahkan mengamalkan produk hukum Islam (fiqh) dari salah satu empat
mazhab empat sebagai konsekuensi dari menganut faham Ahlu as-Sunnah Wa alJamaah. Walaupun demikian tidak berarti terus Nahdlatul Ulama tidak lagi menganut
ajaran yang diterapkan Rasulullah SAW. sebab keempat mazhab tersebut dalam
mempraktekkan ajaran Islam juga mengambil landasan dari al-Quran dan as-Sunnah di
samping Ijma dan Qiyas sebagai sumber pokok penetapan hukum Islam. Adapun alasan
kenapa Nahdlatul Ulama dalam bidang hukum Islam (fiqh) lebih berpedoman kepada
salah satu dari empat mazhab; Pertama, al-Quran sebagai dasar hukum Islam yang
pokok atau utama bersifat universal, sehingga hanya Nabi SAW. yang tahu secara
mendetail maksud dan tujuan apa yang terkandung dalam al-Quran. Nabi SAW sendiri
menunjukkan dan menjelaskan makna dan maksud dar al-Quran tersebut melalui
sunnah-sunnah beliau, yaitu berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir. Kedua, sunnah Nabi
SAW. yang berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang hanya diketahui oleh
para sahabat yang hidup bersamaan (semasa) dengan beliau, oleh karena itu perlu untuk
memeriksa, menyelidiki dan selanjutnya berpedoman pada keterangan-leterangan para
sahabat tersebut. Namun sebagian ulama tidak memperbolehkan untuk mengikuti para
sahabat dengan begitu saja. Maka dari itu untuk mendapatkan kepastian dan kemantapan,
maka jalan yang ditempuh adalah merujuk kepada para ulama mujtahidin yang tidak lain
adalah imam madzhab yang empat, artinya bahwa dalam mengambil dan menggunakan
produk fiqh (hukum Islam) dari ulama mujtahidin harus dikaji, diteliti dan
dpertimbangkan terlebih dahulu sebelum dijadikan pedoman dan landasan bagi
Nahdhatul Ulama. Oleh karena itu, untuk meneliti dan mengkaji suatu produk fiqh
(hukum Islam) dalam NU ada suatu forum pengkajian produk-produk hukum fiqh yang
biasa disebut Bahsul Masail ad-Diniyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan).
Jadi dalam forum ini berbagai masalah keagamaan akan digodok dan diputuskan
hukumnya, yang selanjutnya keputusan tesebut akan menjadi pegangan bagi Jamiyah
Nahdlatul Ulama. Faham Nahdlatul Ulama dalam bidang tasawuf. Tasawuf sebenarnya
merupakan dari ibadah yang sulit dipisahkan dan merupakan hal yang penting, terutama
yang berkaitan dengan makna hakiki dari suatu ibadah. Jika fiqh merupakan bagian lahir
dari suatu ibadah yang segala ketentuan pelaksanaannya sudah ditetapkan dalam agama,
untuk mendalami dan memahami bagian dari ibadah, maka jalan yang dapat ditempuh
adalah melalui tasawuf itu sendiri. Di antara berbagai macam aliran tasawuf yang tumbuh
dan berkembang, NU mengikuti aliran tasawuf yang dipelopori oleh Imam Junaid alBagdadi dan Imam al-Gazali. Imam Junaid al-Bagdadi adalah salah seorang sufi terkenal
yang wafat pada tahun 910 M di Irak, sedangkan Imam al-Gazali adalah seorang ulama
besar yang berasal dari Persia. Untuk kepentingan ini, yaitu membentuk sikap mental dan
kesadaran batin yang benar dalam beribadah bagi warga Nahdlatul Ulama, maka pada
tahun 1957 para tokoh NU membentuk suatu badan Jamiyah at-Tariqah al-Mutabarah
badan ini merupakan wadah bagi warga NU dalam mengikuti ajaran tasawuf tersebut.
Dalam perkembangannya pada tahun 1979 saat muktamar NU di Semarang badan
tersebut diganti namanya Jamiyah at-Tariqah al-Mutabarah an-Nadiyyah. Dengan
melihat nama badan tersebut di mana di dalamnya ada kata nadhiyyin ini menunjukkan
identitasnya sebagai badan yang berada dalam linkungan Nahdhatul Ulama. Selanjutnya,
sejalan dengan derap langkah pembangunan yang sedang dilakukan, maka Nahdlatul
Ulama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan bangsa harus
mempunyai sikap dan pendirian dalam dan turut berpartisipasi dalam pembangunan
tersebut. Sikap dan pendirian Nahdlatul Ulama ini selanjutnya menjadi pedoman dan
acuan warga NU dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara. Sikap NU
dalam bidang kemasyarakatan diilhami dan didasari oleh sikap dan faham keagamaan
yang telah dianut. Sikap kemasyarakatan NU bercirikan pada sifat: tawasut dan itidal,
tasamuh, tawazun dan amar maruf nahi munkar. Sikap ini harus dimiliki baik oleh aktifis
Nahdlatul Ulama maupun segenap warga dalam berorganisasi dan bermasyarakat : 1.
Sikap Tawasut dan Itidal. Tawasut artinya tengah, sedangkan Itidal artinya tegak. Sikap
tawasuth dan itidal maksudnya adalah sikap tengah yang berintikan kepada prinsip
hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah-tengah
kehidupan bersama. Dengan sikap dasar ini, maka NU akan selalu menjadi kelompok
panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersikap membangun serta
menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatarruf (ekstrim). 2. Sikap
Tasamuh. Maksudnya adalah Nahdlatul Ulama bersikap toleran terhadap perbedaan
pandangan, baik dalam masalah keagamaan teruma hal-hal yang bersifat furu atau yang
menjadi masalah khilafiyah maupun dalam masalah yang berhubungan dengan
kemasyarakatan dan kebudayaan. 3. Sikap Tawazun. Yaitu sikap seimbang dalam
berkhidmad. Menyesuaikan berkhidmad kepada Allah SWT, khidmat sesama manusia
serta kepada lingkungan sekitarnya. Menserasikan kepentingan masa lalu, masa kini dan
masa yang akan datang. 4. Amar Maruf Nahi Munkar. Segenap warga Nahdlatul Ulama
diharapkan mempunyai kepekaan untuk mendorong berbuat baik dan bermanfaat bagi
kehidupan bermasyarakat, serta mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan
merendahakan nilai-nilai kehidupan manusia. Dengan adanya beberapa aspek tersebut di
atas, diharapkan agar kehidupan umat Islam pada umumnya dan warga Nahdlatul Ulama
pada khususnya, akan dapat terpelihara secara baik dan terjalin secara harmonis baik
dalam lingkungan organisasi maupun dalam segenap elemen masyarakat yang ada.
Demikian pula perilaku warga Nahdlatul Ulama agar senantiasa terbentuk atas dasar
faham keagamaan dan sikap kemasyarakatan, sebagai sarana untuk mencapai cita-cita
dan tujuan yang baik bagi agama maupun masyarakat. BAB III PENUTUP 3.1.
Kesimpulan Nahdlatul Ulama sebagai jamiyah diniyah adalah wadah para Ulama dan
pengikut-pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan dan
mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Nahdlatul
Ulama (NU) adalah merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut
membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Alloh
Swt, cerdas, trampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan
cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham
keagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. 3.2. Saran Dengan
membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat tentang
pentingnya mengetahui sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama, meneladani para tokoh
nasional yang merupakan para pendiri Nahdlatul Ulama ini yang dengan pemikiran dan
perjuangannya beliau dapat membuat koridor hubungan keagamaan secara horizontal
yang bersifat baik. Selain itu juga kita hendaknya tahu, apa yang menjadi tujuan dan
ajaran/pokok pikiran dari Nahdlatul Ulama tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_%27Ulama
http://ilmutuhan.blogspot.com/2012/03/sejarah-dan-pokok-pikiran-nahdlatul.html
http://my-dock.blogspot.com/2013/03/sejarah-singkat-kelahiran-nahdlatul.html