Anda di halaman 1dari 3

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana

penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah
menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 % , dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat juga berakibat terjadinya gagal
ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini seringkali disebut silent killer
karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada
organ-organ vital. Penyakit ini menyebabkan tingginya biaya pengobatan dikarenakan
alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan
penggunaan obat jangka panjang (Depkes, 2006).
Menurut The Seventh Joint National Committee On Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) setiap orang dengan
tekanan darah sistolik >140 mmHg atau diastolik >90 mmHg didiagnosis hipertensi.
Sedangkan WHO (World Health Organization) berdasarkan tekanan sistolik maupun
diastolik, yaitu jika sistolik 160 mmHg dan diastolik 95mmHg. Dengan pergantian
definisi ini prevalensi hipertensi menjadi 2 kali lipat. Hipertensi umumnya mulai pada
usia muda, sekitar 5 sampai 10% pada 20 - 30 tahun. Bagi pasien hipertensi yang berusia antara 40
70 tahun, setiap peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20
mmHg atau tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg akan meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskular (Kusmana, 2009).
Hipertensi nyambung ke kardiovaskuler

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian melihat


pola pengobatan dan peresepan obat antihipertensi pada pasien dengan penyakit
ginjal kronis (chronic kidney disease/CKD) yang dilaksanakan di Rumah Sakit RSUP
DR. M. Djamil Padang. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan
dengan menggunakan metode penelitian observasi prospektif dengan mengumpulkan
data rekam medik dan obat yang digunakan oleh penderita penyakit ginjal kronis.

Kusmana, D. 2009. Hipertensi : Definisi, Prevalensi, Farmakoterapi dan


Latihan Fisik. Cermin Dunia Kedokteran, 36, 3, 161-167
DiPiro, J.T. dkk. 2008. Pharmacotherapy Patophysiologic Approach
(Seventh Edition), United State : McGraw Hill Companies, Inc
Departemen Kesehatan R.I. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Hipertensi, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Penelitian ini adalah penelitian


observasional bersifat deskriptif. Penelitian
dilaksanakan di Puskesmas Sario pada bulan
Juli 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah
penderita hipertensi yang terdaftar dalam buku
register dan berobat di Puskesmas Sario pada
bulan Januari - Mei 2012.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasional yang
meliputi nama pasien, jenis kelamin pasien,

umur pasien,jumlah kunjungan pasien,


pengukuran tekanan darah, nama obat,
golongan obat, dosis, aturan pakai, dan
persentase pemberian obat. Data yang diambil
adalah data sekunder dari buku register pasien
hipertensi di Puskesmas Sario.
Data yang dikumpulkan dianalisis
secara deskriptif, Persentase penggunaan obat
dihitung dengan rumus:
=
Dimana P = persentase, f = frekuensi, N =
Jumlah Pasien Hipertensi, 100 = nilai konstan.

Pengelolaan hipertensi dengan pengobatan berupa obat antihipertensi.


Pemilihan antihipertensi ditentukan oleh keadaan klinis pasien, derajat hipertensi
dan sifat obat antihipertensi tersebut. Faktor yang perlu diperhatikan pada
pemberian obat antihipertensi dari segi klinis pasien adalah kegawatan atau bukan
kegawatan, usia pasien, derajat hipertensi, insufisiensi ginjal, gangguan fungsi hati
dan penyakit penyerta (Depkes, 2006). Terdapat beberapa kriteria untuk dapat
dikatakan suatu pemberian obat sudah rasional atau tidak. Prinsip dari pemberian
obat yang rasional adalah terpenuhinya enam tepat, yaitu tepat pasien, indikasi,
dosis, waktu pemberian dan tepat informasi. Secara singkat pemakaian atau
peresepan suatu obat dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan untuk
memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali atau kemungkinan
manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya
(Hapsari, 2011).

Penelitian ini adalah penelitian dekskriptif retrospektif non analitik. Waktu


penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013. Tempat penelitian
yaitu di Puskesmas Simpur Bandar Lampung. Jumlah sampel dihitung dengan
rumus Notoatmodjo diperoleh jumlah sampel sebesar 96 resep. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara proportion random sampling. Data diolah dengan
menggunakan analisis data univariat. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa menderita
hipertensi tanpa penyakit penyerta dan mendapat pengobatan antihipertensi serta
tercatat pada rekam medik rawat jalan di Puskesmas Simpur Bandar Lampung
periode Januari-Juni 2013, resep yang terdapat usia dan jenis kelamin, resep
utuh/tidak sobek, resep yang masih bisa terbaca dan resep yang ditulis oleh
dokter. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah resep yang hilang, resep yang
hilang, resep yang sedang digunakan oleh pasien dan resep dengan pasien usia
lansia.
Penelitian ini diawali dengan permohonan izin meneliti di Puskemas
Simpur melalui surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
dan telah lulus kaji etik Fakultas Universitas Lampung. Lalu dilakukan
pengumpulan resep dengan menggunakan lembar kerja penelitian. Setelah semua
data terkumpul, dilakukan penggolahan data menggunakan software pengolahan
data dan program aplikasi komputer.

Anda mungkin juga menyukai