Anda di halaman 1dari 13

ACARA V

KONSISTENSI TANAH

ABSTRAK
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah kali ini berjudul Konsistensi Tanah dilaksanakan pada tanggal 21
Maret 2014 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum kali ini dilakukan bertujuan untuk menetapkan konsistensi tanah
dalam keadaan kering atau lembab. Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara
partikel-partikel tanah. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar
air tanah di atas kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada
kondisi kadar air kering udara. Tanah-tanah yang dipakai pada percobaan ini yaitu tanah Alfisol,
Entisol, Ultisol, Vertisol, dan Mollisol
Kata Kunci : Konsistensi tanah, konsistensi basah, konsistensi kering

PENGANTAR

Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2

Pengolahan tanah yang tepat sangat


membantu

keberhasilan

penanaman

yang

diusahakan. Pengolahan tanah untuk media


pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang
tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak
terlalu basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak
merusak struktur tanah.
Untuk menyatakan derajat hubungan
antara

partikel-partikel

tanah

dengan

kandungan air tanah digunakan angka-angka


konsistensi. Berdasarkan hal tersebut diatas
maka konsistensi tanah dapat didefinisikan
sebagai :
a.

Suatu sifat yang menunjukkan derajat

kohesi dan adhesi diantara partikel partikel


tanah;
b.

Ketahanan massa suatu tanah terhadap


perubahan bentuk yang diakibatkan oleh
tekanan dan berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah.

cara

yaitu

secara

kualitatif

dan

secara

kuantitatif. Prinsip penetapan secara kualitatif


adalah penentuan ketahanan massa tanah
terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan
pada berbagai kadar air tanah. Penetapan
konsistensi tanah secara kualitatif serimg
diistilahkan sebagai penentuan angka Atterbeg
karena Atterbeg adalah pelopor penetapan
batas-batas konsistensi tanah yang dinyatakan
dengan angka kandungan pada batas cair dan
batas plastis (lekat) suatu tanah (Wenny,
2009).
Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi
baik umumnya mudah diolah dan tidak
melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga
kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering.
Konsistensi

basah

merupakan

penetapan

konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah


di atas kapasitas lapang (field cappacity).
Konsistensi lembab merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah

sekitar kapasitas lapang (Boul et al., 1980)

(kejenuhan) dan sifat tanah seperti cairan

Konsistensi

kental (Saraswati, 2004).

kering

merupakan

penetapan

konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah

Tanah kohesif adalah tanah yang

kering udara. Oleh karena itu pentingnya

memiliki ikatan antar butiran yang kuat.Hal ini

mengetahui

untuk

terjadi karena ikatan antar muatan yang

mengetahui tanah tersebut layak apa tidak

terdapat disisi butiran sangat kuat. Gaya yang

untuk dikelola sebagai lahan pertanian.

bekerja antar butiran disebut juga gaya Van

Cara

konsistensi

penetapan

tanah

untuk

Der Waals, yaitu gaya tarik menarik atau tolak

kondisi lembab dan kering ditentukan dengan

menolak karena perbedaan muatan yang

meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan

dikandungnya. Salah satu jenis tanah yang

tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan

termasuk

berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab

lempung.Secara

atau lunak untuk kondisi kering. Apabila

memang memiliki ikatan antar butiran (sifat

gumpalan tanah sukar hancur dengan cara

kohesi) yang besar. Hal ini dapat dibuktikan

remasan tersebut maka tanah dinyatakan

secara sederhana, yaitu apabila kita injak tanah

berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab

lempung, pada umumya sebagian tanah yang

atau keras untuk kondisi kering. Dalam

kita injak akan menempel dialas kaki kita.

keadaan basah ditentukan mudah tidaknya

Apabila tanahyang berbutir halus mengandung

melekat pada jari, yaitu kategori: melekat atau

mineral lempung, maka tanah tersebut dapat

tidak

pula

diremas-remas (remolded) tanpa menimbulkan

membentuk

retakan.Sifat kohesif ini disebabkan adanya air

bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau

yang terserap (adsorbed water) di sekeliling

sukar

partikel lempung (Voroney et al., 2002)

melakat.

berdasarkan

Selain

mudah

membentuk

kemampuannya

konsistensi

itu,

tidaknya

dapat

bulatan;

dan

mempertahankan

bentuk

tersebut (plastis atau tidak plastis) (Wijarnako


et al., 2007)
Tanah

tanah

kohesi
visual

adalah
tanah

tanah
lempung

Konsistensi tanah juga mempunyai


hubungan dengan tekstur tanah. Tanah pasir

lunak,

dikatakan

memiliki

biasanya tak lekat, tak liat dan lepas.

konsistensi lunak ketika tanah tampak basah.

Sebaliknya

Dalam keadaann kering, tanah lunak bisa jadi

konsistensi sangat liat, sangat teguh, dan keras.

memiliki konsistensi gembur. Tanah lengket,

Tanah geluh di antara kedua sifat konsistensi

air terhubung ke sebagian besar air tanah pada

yang ekstrim itu (Darmawijaya, 1997). Faktor-

tekanan yang sama yang ada pada seluruh

faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah

tanah. Oleh karena itu, titik lengket adalah

adalah kadar air tanah, bahan-bahan penyemen

kadar air dimana adhesi maksimum terjadi dan

agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah,

dimana tanah normal diolah. Tanah cair,

tingkat agregasi, dan faktor-faktor penentu

kelembapan

struktur tanah (tekstur, macam lempung, dan

tanah

mendekati

saturasi

tanah

lempung-berat

ber-

kadar bahan organik). Batas-batas Atterberg

atau batas-batas konsistensi adalah persen

adalah konsistensi tanah, kelekatan, dan

berat kadar lengas tanah (Eurocansult, 1989).

plastisitas. Metode yang digunakan pada

Nilai-nilai Atterberg adalah batas liat atas

percobaan kali ini adalah metode secara

(BLA) atau batas cair (BC), Batas lekat (BL),

kualitatif.

Surplus (S), batas liat bawah (BLB) atau batas


gulung (BG), indeks keliatan (Ip), batas
berubah warna (BBW) atau batas kerut (BK),

HASIL DAN PEMBAHASAN

dan jangka olah (JO) (Notohadiprawiro, 2000).


Tabel Hasil Pengamatan Konsistensi
Tanah
METODOLOGI
Percobaan
Laboraturium

ini

Jurusan

dilaksanakan
Tanah,

di

Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada

Jenis Tanah

Konsistensi Kering

Entisol
Ultisol
Alfisol
Vertisol
Mollisol

Agak Keras
Agak Keras
Sangat Keras
Sangat Keras
Sangat Keras

tanggal 21 Maret 2014. Alat yang digunakan


Konsistensi

pada percobaan ini adalah cawan sebagai

merupakan

ketahanan

tempat adonan tanah. Bahan yang digunakan

tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar,

adalah tanah kering udara diameter 2 mm,

yang merupakan indikator derajat manifestasi

contoh tanah bongkah, dan air aquadest.

kekuatan dan corak gaya fisik (kohesi dan

Pada percobaan tanah kering, tanah

adhesi) yang bekerja pada tanah selaras

bongkah ditekan di antara ibu jari dan jari

dengan tingkat kejenuhan airnya. Penurunan

telunjuk. Bila tidak hancur, bongkah ditekan di

kadar air akan menyebabkan tanah kehilangan

antara ibu jari dan telapak tangan. Selanjutnya

sifat

sifat tanah dapat dilihat pada tabel konsistensi

(plasticity), menjadi gembur (friable) dan

tanah. Pada percobaan tanah basah, tanah

lunak (soft) serta menjadi keras dan kaku

kering udara denga diameter 2 mm dibasahi

(coherent) pada saat kering.

dengan air aquadest hingga menjadi adonan

Beberapa

atau pasta yang homogen. Pasta tanah dipijit di

konsistensi tanah adalah:

antara ibu jari dan jari telunjuk. Sisa pasta

tanah yang ada pada kedua jari menjadi

kelekatan

(stickness)

faktor

yang

dan

keliatan

mempengaruhi

Tekstru tanah.
Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan
rendah karena pada tanah yang teksturnya

indikator konsistensi tanah. Sifat tanah dapat

kasar

dilihat pada tabel kelekatan. Kemudian pipa

sedikit

menyebabkan

tanah dibuat dan kriteria mengikuti tabel

mengandung
daya

liat

plastisitasnya

sehingga
rendah,

Tabel Hasil Percobaan Konsistensi Tanah.

begitu pula sebaliknya.


Kadar air tanah.
Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah

Parameter yang diamati dalam praktikum ini

dan air akan menjadikan tanah lembek seperti

plastisitas. Hasil percobaan disajikan dalam

cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan

tunggal dan sifat konsistensi lepas-lepas.

batas plastisnya.
Jenis liat.
Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan

Sebaliknya tanah yang bertekstur lempung

jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat


tanah tersebut baok dalam keadaan kering,
lembab maupun basah.

Kandungan bahan organik.


Kandungan bahan organik mempengaruhi day
serap tanah akan air, apabila kandungan bahan
organiknya sedikit maka kemampuan tanah
untuk menyimpan air juga menjadi rendah

akan mempunyai struktur gumpal, pejal atau


baji dan mempunyai konsistensi agak teguhteguh pada kondisi kering dan plastis bila
basah. Hal tersebut dikarenakan sifat partikel
penyusun tanah (pasir, debu, dan lempung)
yang

mempengaruhi

sebagai

mana

dijelaskan

diatas,

bahwa

kandungan air tanah juga mempengaruhi


konsistensi tanah.
Metode

gaya

suatu
yang

tanah

akan

bekerja

pada

sifat fisik yang saling berkaitan.


Bardasarkan

percobaan

yang

dilakukan didapatkan hasil untuk Entisol pada


kondisi kering konsistensinya agak keras, dan
pada kondisi basah konsistensinya agak plastis
dan agak lekat, hal ini dikarenakan Entisol

yang

digunakan

untuk

menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan


basah dan kering yaitu menggunakan metode
kualitatif. Metode ini biasanya dilakukan di
lapangan atau bisa juga di laboratorium.
Penetapan

pada

partikel-partikel tanah sehingga menghasilkan

begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga


berpengaruh pada konsistensi tanah karena

terdapat

konsistensi

secara

kualitatif

dilakukan dengan menekan bongkah tanah


diantara ujung telunjuk dengan ibu jari atau
ujung ibu jari dengan pangkal tangan untuk
kondisi kering dan membuat pasta tanah lalu
diamati untuk kondisi basah. Penetapan secara
kualitatif dapat digunakan untuk melihat
tingkat kelekatan, keliatan, pada konsistensi
basah dan tingkat kekerasan pada konsistensi
kering. Metode ini dipilih karena mudah, cepat
dan membutuhkan alat dan bahan yang
sederhana.
Konsistensi berhubungan erat dengan
derajat struktur dan juga kelas tekstur tanah.
Contohnya apabila suatu tanah dengan tekstur
pasir maka akan mempunyai struktur butir

didominasi oleh fraksi pasir. Kemudian Ultisol


memiliki konsistensi agak keras pada kondisi
kering, serta bersifat plastis dan sangat lekat
pada kondisi basah, karenah didominasi
lempung. Alfisol berkonsistensi sangat keras
pada saat kering dan bersifat plastis dan lekat
pada saat basah. Tanah Mollisol dan Vertisol
memiliki konsistensi yang relative sama. Pada
tanah Vertisol pada kondisi basah bersifat
plastis dan lekat, sedangkan pada kondisi
keringnya sangat keras karena sama sekali
tidak bisa dipecahkan. Dan terakhir Mollisol,
pada kondisi kering berkonsistensi sangat
keras sama seperti Vertisol, dan pada kondisi
basah berkonsistensi sangat plastis dan sangat
lekat.
Menurut
memiliki

Sarief

konsistensi

(1985),
gembur

Ultisol
(lunak),

sedangkan pada percobaan didapat hasil sangat


keras. Menurut Tan (1986), Tanah Entisol
memiliki konsistensi lepas-lepas, namun pada

percobaan didapat hasil agak keras. Menurut

dikelompokan menjadi 2 yaitu (1) kualitatif

Darmawidjaya (1992) Ciri - ciri tanah Vertisol

(biasanya di lapangan dan di laboratorium)

adalah- (1) tekstur lempungan,(ii) tanpa

dengan menekan bongkah tanah diantara ujung

horison elluvial dan struktur lapisan atas

telunjuk dengan ibu jari atau ujung ibu jari

granuler dengan lapisan bagian bawah gumpal

dengan pangkal tangan. Penetapan secara

atau pejal. (iv) mengandung kapur, (v)

kualitatif dapat digunakan untuk melihat

Koefisien pemuaian dan pengkerutan tinggi

tingkat kelekatan, keliatan, pada konsistensi

dengan berubahnya kadar air (vi) konsistensi

basah dan tingkat kekerasan pada konsistensi

luar biasa liat (extremely plastic). Dengan

kering. Metode ini lebih sering dilakukan di

melihat ciri-ciri tersebut maka sesuai dengan

lapangan karena lebih simpel dan tidak

hasil percobaan. Tanah rendzina memiliki

membutuhkan alat dan bahan yang rumit. (2)

kemiripan

kuantitatif

dengan

vertisol

pada

hasil

di

laboratorium)

dengan

percobaan sehingga dapat dikatakan memiliki

pendekatan angka-angka atterberg yaitu batas

konsistensi yang sama dengan vertisol karena

cair (BC), batas gulung (BG), batas lekat (BL),

keduanya memiliki kadar lempung yang cukup

dan batas berubah warna (BBW). Metode ini

tinggi. Tanah Alfisol memiliki konsistensi

lebih sering dilakukan di laboratorium karena

teguh atau dapat dikatakan keras, lekat dan

lebih rumit dan membutuhkan alat yang lebih

plastis,

banyak.

hasil

percobaan

kesamaan Adanya

menunjukkan
hasil

Hubungan tekstur, struktur, dan konsistensi

percobaan sepeti pada tanah Ultisol yang pada

tanah sangat erat seperti Contoh hubungan 3

hasil

kerang

sifat fisik tanah tersebut adalah suatu tanah

sedangkan menurut penelitian lain bersifat

dengan tekstur pasir maka akan mempunyai

lunak dapat diakibatkan karena standar keras-

struktur butir tunggal dan akan mempunyai

lunak yang berbeda pada setiap praktikan

struktur

(penetapan konsistensi tanah secara kualitatif

mempunyai konsistensi agak teguh (kering)

ini bersifat subjektif sehingga memungkinkan

dan plastis bila basah

percobaan

perbedaan pada
bersifat

agak

gumpal,

pejal

atau

baji

dan

adanya kesalahan penilaian).


Manfaat mengetahui konsistensi tanah
dibidang pertanian dibidang pertanian adal;ah

KESIMPULAN

dapat mempermudah pengolahan tanah karena


tiap

tanah

berbeda-beda.

mempunyai
Dengan

konsistensi
perilaku

keras berurutan yaitu Vertisol = Mollisol =

yang

tersebut

sehingga

mampu

meningkatkan

produksi

konsistensi

dapat

pertanian.
Penentuan

nilai

Alfisol > Entisol > Ultisol


Tingkat Plastisitas dari yang paling plastis
berurutan yaitu Mollisol > Ultisol =

diharapkan mampu membuat konsistensi tanah


sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam

Tingkat konsistensi tanah dari yang paling

Alfisol = Vertisol > Entisol


Tingkat kelekatan tanah dari yang paling
lekat yaitu Mollisol = Ultisol > Alfisol =
Vertisol > Entisol

Tan, K. H. 1986. Dasar Dasar Kimia Tanah.


Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.

DAFRTAR PUSTAKA
Boul, S. W., F. P. Hole, and R. J. Mc. Cracken.
1980. Soil Genensis and Classifation.
The IOWA State University Press, Ames
Darmawijaya, M. L. 1997. Klasifikasi Tanah.
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Walker, J. P., and T. J. Vyn. 2002. Changes in


Soil Organic Matter. Agriculture and
Agri Food, Canada

Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan


Lingkungan.
Universitas
Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Saraswati.2004. Indikator mutu tanah. Warta
Sumber Daya Lahan Vol 1 No. 4.
Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Umum. Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran,
Bandung.

Voroney,R.P., & Vyn,T.J. 2002. Changes in


Soil Organic Matter. Agriculture and
Agri-Food, Canada.

Weny. 2009. <http:///E:/sifat-fisika-tanahbagian-5-konsistensi.html> Diakses 23


Maret 2014
Wijanarko, A., Sudaryono, dan Sutarno. 2007.
Karakteristik Sifat Kimia dan Fisika
Tanah Alfisol di Jatim dan Jateng. Iptek
Tanaman Pangan. 2(2): 214- 226.

ACARA VI
BAHAN ORGANIK
ABSTRAK
Acara VI praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah yang berjudul Bahan Organik Tanah dilaksanakan pada
hari Jumat 21 Maret 2014 di Laboraturium Dasar Ilmu Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kadar C-Organik dan kadar

bahan organik tanah. Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa


organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik
berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil
mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang
terlibat dan berada didalamnya. dalam praktikum ini digunakan sampel tanah yaitu alfisol,
entisol, ultisol, rendzina, dan vertisol. Pengujian dilakukan secara kuantitatif di laboraturium dengan
menggunakan metode Walkley and Black. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa setiap jenis tanah
memiliki kadar C-organik yang berbeda-beda. Semakin besar kandunga C-organik, semakin besar pula
kandungan bahan organik tanah atau begitu pula sebaliknya.
Kata Kunci: Bahan Organik, Metode Walkley and Black, C-Organik

PENGANTAR
Bahan

organik

tanah

tanah dapat dianalis dalam hubungan dengan


merupakan

timbunan binatang dan jasad renik yang


sebagian telah mengalami perombakan. Bahan
organik ini biasanya berwarna cokelat dan
bersifat koloid yang dikenal dengan humus,
Humus terdiri dari bahan organik halus yang
berasal dari hancuran bahan organik kasar
serta senyawa-senyawa baru yang terbentuk
dari hancuran bahan organik tersebut melalui
suatu kegiatan mikroorganisme dalam tanah.
Bahan

organik

mencakup

semua

bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan


hewan, baik yang hidup maupun yang telah
mati, pada berbagai tatanan dekomposisi.
Bahan organik tanah lebih mengacu pada
bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang
telah

mengalami

baik

sebagian/

perombakan/dekomposisi
seluruhnya,

yang

telah

mengalami humifikasi maupun yang belum


(Fountaine et al., 2004)
Kandungan bahan organik di wilayah
tropika serupa dengan yang ada di wilayah
iklim sedang. Oksisols yang sangat lapuk
mempunyai kandungan bahan organik yang
lebih

tinggi

daripada

ditunjukkan

oleh

warnanya yang kemerah-merahan. Faktor yang


mempengaruhi

kandungan

bahan

organik

tambahan bahan organik tahunan dan laju


pelapukan tahunan (Dudal and Supraptoharjo,
1961)
Bahan organik merupakan perekat butiran
lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan
belerang. Bahan organik cenderung mampu
meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan
didalam tanah dan jumlah air yang tersedia
pada

tanaman.

Akhirnya

bahan

organik

merupakan sumber energi bagi jasad mikro.


Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia
akan terhenti (Supriyadi, 2008).
Sumber primer bahan organik dalam
tanah Alfisol adalah jaringan tanaman berupa
akar, batang, ranting dan daun. Jaringan
tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan
akan terangkut ke lapisan bawah serta
diinkorporasikan

dengan

tanah

tersebut

(Sutanto,2005).
Kandungan organik tanah biasanya
diukur

berdasarkan

kandungan

karbon

kandungan
(C)

C-organik

bahan

organik

bervariasi antara 45%-60% dan konversi Corganik menjadi bahan = % C-organik x 1,724.
Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh
arus

akumulasi

bahan

asli

dan

arus

dekomposisi dan humifikasi yang sangat


tergantung

kondisi

lingkungan

(vegetasi,

iklim,

batuan,

praktik

meningkatkan aktivitas biologis tanah, serta

Arus dekomposisi jauh lebih

untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi

penting dari pada jumlah bahan organik yang

tanaman. Bahan organik itu sendiri merupakan

ditambahkan. Pengukuran kandung bahan

bahan yang penting dalam menciptakan

organik tanah dengan metode walkey and

kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia

black ditentukan berdasarkan kandungan C-

maupun biologi tanah. Bahan organik adalah

organik (Moshou et al., 2007).

bahan pemantap agregat yang tiada taranya.

pertanian).

timbunan,

dan

Bahan organik tanah terbentuk dari

Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation

jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan

(KTK) berasal dari bahan organik. Bahan

fauna, perakaran tanaman yang hidup dan

organik juga merupakan sumber energi dari

yang

sebagian besar organisme tanah. Sumber

mati,

yang

terdekomposisi

dan

mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru

bahan

yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus

(sumber sekunder). Kadar bahan organik tanah

merupakan bahan organik tanah yang sudah

dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase

mengalami prubahan bentuk dan bercampur

dan pengolahan dari tanah tersebut. Bahan

dengan mineral tanah (Sutanto,2005).

organik ditentukan kadarnya oleh para peneliti

Bahan

organik

yang

terlapuk

akan

memiliki nisbah C/N yang lebih rendah.

organik

adalah

jaringan

tanaman

tanah melalui penetapan jumlah unsure karbon


organiknya (Sutanto, 2005).

Penurunan jumlah C pada bahan organi ini

Lapisan atas profil tanah biasanya cukup

berarti penurunan jumlah energi yang tersedia

banyak mengandung bahan organik dan

bagi jasad renik tanah. Dengan demikian

biasanya berwarna gelap karena penimbunan

perkembangan

akan

(akumulasi bahan organik tersebut). Lapisan

berkurang sehingga hara-hara tanaman yang

dengan ciri demikian sudah umum dianggap

dibebaskan dari peromabakan bahan organik

sebagai daerah (zone) utama penimbunan

akan dengan mudah digunakan oleh tanaman.

lahan organik yang disebut tanah atas atau

Pada kondisi ini proses mineralisasi akan lebih

tanah olah. Sub soil adalah tanah dibagian

dominan dengan proses imobilisasi. Bahan

bawahnya, yang mengalami cukup pelapukan,

organik yang segar mengandung nisbah C/N >

mengandung sedikit bahan organik. Lapisan

30 biasanya menunjukkan imobilisasi yang

organik yang berlainan itu terutama dalam

lebih

mineralisasi.

tanah yang sudah mengalami pelapukan di

Bahan organik yang akan dikategorikan

daerah lermbah (Buckman, 1982). Pada tanah

sebagai matang apabila mengandung nisbah

dengan drainase buruk, dimana air berlebih,

C/N <18. Tanah-tanah pertanian biasanya

oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang

mengandung bahan organik engan nsbah C/N

buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan

antara 8 hingga 10 (Foth et al., 1972)

organik

penting

jasad

renik

dibandingkan

tanah

dan

tinggi

daripada

tanah

Bahan organik tanah sangat berperan

berdrainase baik. Disamping itu vegetasi

dalam hal memperbaiki sifat fisik tanah,

penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah

juga mempengaruhi kadar bahan organik

agar dingin dan setelah dingin ditambahkan 2-

tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan

padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-

ditambahkan air aquadest hingga volume 50ml

faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar

dengan botol pancar. Labu takar lalu ditutup

menilainya sendiri. (Hakim et al., 1986).

dan kemudian digojok sampai homogen dan

tetes

indicator

difenilamin.

Lalu,

tanah dibiarkan mengendap. Larutan jernih


METODOLOGI

diambil sebanyak 5ml dengan pipet volume


5ml,

lalu

dimasukkan

ke

dalam

labu

Percobaan ini dilakukan pada hari

Erlenmeyer 50ml dan ditambahkan 15ml

Senin, tanggal 11 Maret 2013 di Laboraturium

aquadest. Setelah itu, larutan tersebut dititrasi

Dasar Ilmu Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas

dengan FeSO4 1N hingga warna menjadi

Pertanian Universitas Gadjah Mada. Pada

kehijauan dan dicatat volume titrasinya.

percobaan ini, alat yang digunakan antara lain

Langkah tersebut diulangi untuk keperluan

labu takar 50ml, pipet volume 10ml, pipet

blanko tanpa tanah.

volume

5ml,

gelas

ukur

10ml,

labu

Erlenmeyer 50ml, dan buret. Bahan yang


digunakan dalam percobaan ini yaitu contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN

tanah kering udara diameter 0,5mm, garam


kalium dikromat 1N (K2Cr2O7 1N), asam sulfat

Tabel Hasil Pengamatan Bahan Organik Tanah

pekat (H2SO4 pekat), garam besi (II) sulfat 1N


atau fero sulfat 1N (FeSO4), dan indicator
difenilamin.
Pada percobaan ini, metode yang
digunakan adalah metode Walkley and Black.
Tahapan yang dilakukan dalam metode ini
adalah

tahapan

antara,

yang

Jenis Tanah
Entisol
Ultisol
Alfisol
Vertisol
Mollisol
Metode

C
1,976%
2,2%
2,95%
3,0004%
4,17%

yang

digunakan

pada

artinya

praktikum kali adalah metode Walkley and

kandungan bahan organik ditentukan oleh

Black. Alasannya menggunakan metode ini

besarnay C-organik hasil titrasi kemudian

karena metode ini sederhana, cepat, dan tidak

dikalikan dengan konstanta tertentu. Pada

memerlukan peralatan yang mahal. Namun,

metode ini, contoh tanah kering udara dengan

hasil oksidasi dari metode ini tidak dapat

diameter 0,5mm ditimbang seberat a gram lalu

mencapai hasil yang optimal, yang mana

dimasukkan ke dalam labu takar 50ml dan

metode ini hanya mampu mengoksidasi bahan

ditambahkan 10ml K2Cr2O7 1N dengan pipet

organic antara 60%-70%. Bila dibandingkan

volume 10ml. selanjutnya, 10ml H2SO4 pekat

dengan metode uji cepat maka metode

ditambahkan secara perlahan lalu digojok

Walkley and Black ini memiliki kelebihan

dengan gerakan memutar dan mendatar.

diantaranya metode ini dapat mengekstrak

Setelah itu, larutan didiamkan selama 30menit

berbagai

bentuk

pengukurannya

rata-rata 10oC. Bila kelembaban

warna,

angka

efektif meningkat, kadar bahan

kualitatif dan ketelitiannya yang lebih tinggi,

organic dan N juga bertambah.

serta dapat menggunakan berbagai jenis bahan

Hal

kimia. Namun disis lain, metode inipun

hamabatan

menggunakan

hara,

perubahan

memiliki kekurangan dibandingkan dengan


metode uji cepat yaitu prosedur dari metode

itu

menunjukkan
kegiatan

suatu

organisme

tanah.
Tekstur tanah juga cukup berperan, makin

ini termasuk lama/baku. Manfaat khemikalia

tinggi jumlah liat maka makin tinggi

dalam percobaan ini yaitu K2Cr2O7 berfungsi

kadar bahan organic dan N tanah, bila

sebagai pemecah C-organik tanah sedangkan

kondisi lainnya sama. Tanah berpasir

penggunaan H2SO4 yaitu sebagai oksidator.

memungkinkan

Namun secara umum penggunaan beberapa


jenis khemikalia berfungsi untuk membantu

aerasi

buruk.

Hal

ini

menyebabkan kadar bahan organic dan N

percobaan ini karena zat tersebut berfungsi

tinggi daripada tanah dengan drainase

untuk menghilangkan gangguan yang mungkin

baik. Disamping itu vegetasi penutup

ditimbulkan oleh adanya ion Fero.

tanah dan adanya kapur di dalam tanah

Beberapa factor yang mempengaruhi

juga mempengaruhi kadar bahan organic

Bahan Organik tanah yaitu :

tanah.
Topografi berperan dalam penyimpanan

kadar bahan organic dan N. kadar

dan pencucian bahan organic. Misalnya

bahan

terbanyak

di daerah lereng yang curam yang sering

ditemukan di lapisan atas setebal

terjadi erosi biasanya bahan organiknya

20cm

organic
(15-20%).

bawah

kadar

Semakin

bahan

ke

organic

rendah.
Penggunaan

lahan

juga

sangat

itu

mempengaruhi kandungan bahan organic.

bahan

Misalnya antara tanah perkebunan dan

organic memang terkonsenterasi

hutan pasti memiliki kandungan yang

di lapisan atas.
Factor iklim yang berpengaruh

berbeda.

semakin
disebabkan

baik

sehingga bahan organic cepat habis.


Pada tanah dengan drainase buruk,
karena

tanah. Tidak digunakannya H3PO4 dalam

Kedalaman lapisan menentukan

yang

dimana air berlebih, oksidasi terhambat

proses penetuan nilai BO pada tiap-tiap jenis

oksidasi

berkurang.
akumulasi

Hal

Bahan

organic

tanah

juga

adalah suhu dan curah hujan.

mempengaruhi beberapa sifat tanah seperti

Makin ke daerah dingan kadar

sifat fisik, kimia dan biologis. Kaitannya

bahan organic dan N makin tinggi.

dengan sifat fisik tanah, bahwa bahan organic

Pada kondisi yang sama kadar

merangsang agregat serta memantapkannya,

bahan organic dan N bertambah 2

hal ini menjadikan kemampuan tanah dalam

hingga 3 kali tiap suhu larutan

menahan air menjadi meningkat. Warna tanah

menjadi coklat hingga hitam, sehingga tanah

Berdasarkan hasil percobaan yang

lebih optimal dalam penyerapan energy radiasi

dilakukan terhadap penentuan bahn organic

matahari yang mengakibatkan suhu tanah lebih

pada beberapa jenis tanah didapat data berupa

konstan pada suhu potensial kerja bakteri.

kadar C-organik% yang kemudian dijadikan

Bahan organikpun menurunkan plastisitas,

dasar perhitungan dalam penentuan kadar BO

kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat. Dan

tanah. Berdasarkan percobaan ini didapatkan

pengaruhnya

yaitu

hasil untuk kadar bahan organik tanah Entisol

penambahan bahan organic berpengaruh dalam

3,408%, Ultisol 3,78%, Alfisol 5,09%, Vertisol

peningkatan KPK kemudian berdampak pada

5,15% dan Mollisol 7,19%.

terhadap

sifat

kimia

peningkatan kemampuan tanah untuk menahan

Setiap tanah memiliki karakteristik

unsur-unsur hara. Selain itu bahan organic

yang berbeda tergantung dengan kandungan

merupakan penambah hara N, P, K bagi

bahan organic sendiri-sendiri. Menurut Munir

tanaman

(1995) tanah regosol atau yang sering kita

dan

hasil

mineralisasi

oleh

mikroorganisme. Bahan organic yang masuk

sebut

ke dalam tanah pun dapat mempengaruhi pH

organiknya rendah yaitu sekitar 1% karena

tanah.

biologis,

tanah regosol didominasi oleh pasir. Untuk

pemberian bahan organic ke dalam tanah dapat

tanah Grumusol atau Vertisol secara umum

meningkatkan

aktivitas

Vertisol mengandung bahan organic sedikit

mikroorganisme. Hal ini dikarenakan bahan

(lebih rendah dari 1%) khususnya jika

organic

energy bagi

pengolahan tanah dilakukan terus menerus dan

mikroorganisme di dalam tanah. Selain itu

tidak pernah diberikan pupuk hijau. Rindzina

juga bahan organic segar yang ditambahkan ke

merupakan tanah padan rumput, kandungan

dalam tanah akan meningkatkan kegiatan jasad

bahan organiknya bervariasi 5-15 % dan

mikro dalam dekomposisi bahan organic yang

biasanya dalam status lanjut. Sedangkan untuk

nantinya akan menghasilkan humus.

tanah latosol/ultisol serta mediteran/alfisol

Sedangkan

pada

pertumbuhan

merupakan

sumber

sifat
dan

Dalam bidang pertanian penambahan


bahan organic ke dalam tanah mempengaruhi
proses

pertumbuhan

Entisol

kandungan

bahan

secara umum kandungan bahan organiknya


dari rendah sampai sedang.

melalui

Jika dibandingkan dengan hasil yang

perbaikan sifat dan cirri tanah. Walaupun

didapatlkan, maka ada beberapa perbedaan

bahan organic dapat mempengaruhi proses

seperti kandungan bahan organic Entisol yang

pertumbuhan tanaman secara langsung tetapi

menurut pembanting sekitar 1% sedangkan

kebanyak

mempengaruhi

yang didapat 3,408% bahkan untuk tanah

pertumbuhan tanaman melalui perbaikan fisik

Vertisol yang menurut pembanding harusnya

seperti

tanah,

kadar BOnya kurang dari 1% namun dari hasil

meningkatkan KPK, dan meningkatkan NPK

percobaan didapatkan hasil 5,15%. Sedangkan

dalam tanah yang kemudian mendukung

untuk Rendzina/Mollisol, Alfisol dan Ultisol

pertumbuahan suatu tanaman.

cenderung

bahan

tanaman

dengan

organic

perbaikan

porositas

sesuai

dengan

pembanding.

Perbedaan hasil yang didapatkan dengan


pembanding
kurangnya

dapat

disebabkan

ketelitian

praktikan

karena

Bahan Organik merupakan nilai kadar

saat

Bahan Organik yang terdapat di dalam tanah.

penimbangan, pemipetan maupun titrasi, atau

Dari

dapat pula disebabkan oleh factor pengambilan

kandungan bahan organic mulai dari yang

tanah/asal

tertinggi hingga terendah yaitu Mollisol,

tanah

yang

dipakai

untuk

praktikum.

percobaan

yang

dilakukan

hasil

Vertisol, AAlfisol, Ultisol dan Entisol


KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bharat
Karya Aksara, Jakarta
Dudal

dan
Supraptoharjo.
1961.<http://ilearn.unand.ac.id/pluginf
ile.php/17581/mod_resource/content/1
/
Klasifikasi%20Tanah
%20Indonesia.pdf> Diakses pada
23 Maret 2014

Fontaine, S., G., Bardoux, L. Abbadie, and


Mariotti. 2004. Carbon input to soil
may decrease carbon content.
Ecology Letters, 7: 314-320
Foth, N. D., and L. M. Turk. 1972.
Fundamentals of Soil Science 5th
edition. Jhon Willey and Sons, Inc.,
New York

Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G.


Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha,
Go Bang Hong, H. H. Bailey, 1986.
Dasar-dasar
Ilmu
Tanah.
Universitas Lampung, Lampung.
Moshou, D., Vrindts, E., De Ketelaere, B., De
Baerdemaeker, J., and Ramon, H.,
2007. A neural network based plant
classifier, Comput. Electron. Agric.
31 (1), 5-16.
Munir, H. Moch . 1995 . Tanah-tanah Utama
Indonesia . Pustaka Jaya, Malang .
Supriyadi, Slamet. 2008. Kandungan bahan
organik sebagai dasar pengelolaan
tanah di lahan kering Madura.
Embryo wol.5 No.2: 178-179
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Kanisius, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai