Anda di halaman 1dari 37

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.

1 Februari 2010 | 415

DAFTAR ISI

SURAT REDAKSI
DAFTAR ISI
PENGGUNAAN ISTILAH ASING BIDANG PERHOTELAN DALAM KONTEKS
PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA RAGAM TULIS MAHASISWA STP
BANDUNG
Warta, S. Pd., M. Pd.
397 - 406
KAJIAN STILISTIKA
NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU DAN PETIR KARYA DEWI
LESTARI
Sugiarti
407 - 416
PERBANDINGAN GAYA BAHASA KIAS ANTARA PUISI TOETI
HERATY DAN PUISI DOROTHEA (Sebuah Studi Deskriptif Analistis
dengan Pendekatan Stilistika)
Ekarini Saraswati
417 - 435
GEOGRAFI DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR
PROBOLINGGO
Fetrina Rahma Dewi

436 - 445

PERUBAHAN PERILAKU PADATOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN


IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN
Sumita
446 - 457
ANALISIS BAHASA DEPRESI PADA ANAK
KETERGANTUNGAN OBAT DI PONDOK METAL PASURUAN
Nurul Ari Puspitosari

458 - 464

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 416


v

PERBANDINGAN GAYA BAHASA KIAS ANTARA PUISI TOETI


HERATY DAN PUISI DOROTHEA (Sebuah Studi Deskriptif
Analistis dengan Pendekatan Stilistika)
Ekarini Saraswati
Universitas Muhammadiyah Malang
Abstrak

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Puisi adalah bentuk
kesusa.str.aan yang paling tua.
Karya-karya besar dunia yang
bersifat monumental ditulis dalam
bentuk puisi. Karya.-karya pujangga
besar seperti: Oedipus, Antigone,
Hamlet, Macbeth, Mahabarata,
Ramayana. Ba_rta Yuda dan
seba.gainya ditulis da_lam bentuk
puisi. Puisi tidak hanya digunakan
untuk penulisan karya-karya. besar,
namun ternyata puisi juga sangat
erat kaitannya dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Tie.p ha.ri kita sering
mendengar. nyanyian-nyanyian baik
dari radio maupun televisi.
Nyanyian-nyanyian yang kita
dengarkan tida.klah semata-mata
hanya lagunya yang indah, tetapi
terlebih-lebih lagi isi puisinya
mampu menghibur kita.Tradisi be
rpuisisudah merupakan tradisi
leluhur, dalam masyarakat
Indonesia. Puisi yang paling tua
adalah mantra. Dalam masyarakat
desa terdapat tradisi mendendangkan
tembang-tembang pada saat
meninabobokan anak atau pada saat
peraya.an-perayaan tertentu.

Dari bentuk puisi sederhana


yang dilantunka.n dalam kehidupan
sehari-hari, puisi Indonesia telah
mengalami berbagai perubahan
bentuk dan isi. Pada periode 19201933 puisi-puisi yang muncul masih
mewarisi cora.k puisi lama mirip
pantun dan syair. Hanya saja
sampiran ditiadakan untuk
menjadikan puisinya lebih intens.
Corak puisi seperti syair tidak
digunakan sebagai cerita, namun
digunakan sebagai pengungkap
makna lebih padat.
Puisi-puisi periode 19331945 terjadi perkembangan yang
cukup pesat bagi dunia
kepenyairan. Puisi-puisi Pujangga
Baru berbentuk baru, bukan pantun,
syair atau gurindam. Bentuk dan
struktur puisinya mengikuti bentuk
atau struktur puisi baru seperti
soneta_, distichon, tersina, oktaf
dan sebagainya.
Periode 1945-1953 berbeda
dengan puisi Pujangga Baru yang
mengalami perubahan sebagiansebagian, pada periode ini
mengalami pembaharuan yang
bersifat menyeluruh. Bukan hanya
pembaharuan bentuk puisi, namun
juga faktor kejiwaan puisi dan

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 417

tema/amanat yang dikemukakan.


Puisi angkatan 45 memiliki struktur
yang bebas. Gaya atau aliran yang
banyak dianut a.dalah aliran
ekspresionisme dan realisme.
Periode 1953-1966 puisi
muncul bersifat revolusioner
berapi-api penuh semangat. Banyak
puisi yang bercorak romantik dan
kedaerahan atau mencoba menggali
kultur daerah. Periode 1966-1970
disebut Angkatan 66. Masa ini
didominasi oleh puisi yang bertema
sosial kanan yakni puisipuisi
demonstrasi dan puisi-puisi protes.
Periode 1970-sekarang
muncul puisi-puisi yang disebut
puisi kontemporer. Istilah-istilah
kontemporer ini menunjuk pada
waktu bukan pada model puisi
tertentu, sebab pada masa
kontemporer ini banyak model puisi
yang konvensional. Ciri-ciri puisi
pada periode ini bergaya mantra,
puisi kongkret, gaya pemakaian
prosais.
Toeti Heraty merupakan
salah seorang penyair wanita
Angkatan 66 sedangkan Dorothea
Rosa Herliany merupakan penyair
wanita angkatan sekarang. Kedua
penyair wanita ini merupakan
penyair-penyair wanita yang cukup
menonjol pada zamannya.
Mengingat perbedaan latar belakang
pemunculan puisi mereka yang
berbeda, maka gaya kepenyairan
mereka pun memiliki perbedaan.
Untuk mengetahui perbedaan gaya
kepenyairan mereka tersebut
digunakan pendekatan analisis yang
sesuai. Pendekatan yang sesuai
untuk itu adalah pendekatan
stilistika.

1.2 Perunusan Hasalah


Mengingat permasalahan
yang melatarbelakangi penelitian
ini begitu luas, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah
sehingga perma.salahan yang
dikemukakan lebih jelas. Adapun
permasalahan yang ingin diketahui
adalah gaya bahasa yang
ba_gaima.nakah yang paling
dominan dimunculkan oleh Toety
Herati maupun Dorothea dalam
puisi-puisi mereka dan apakah ada
persamaan a.tau perbedaan gaya
bahasa di antara puisipuisi mereka?
3. Metode Penelitian
3.1Objek Penelitian
Objek penelitian ini merupakan
seluruh puisi karya Toeti Heraty
dalam kumpulan puisinya yang
berjudul Nostalgi=Transendensi
dan kumpulan puisi Dorothea Rosa
Herliany yang berjudul Nikah
Ilalang. Adapun sampel yang
diambil berdasa.rkan sampel
purposif. Dari kumpulan-kumpula.n
puisi tersebut masing-masing
diambil sepuluh buah. Dari
kumpulan puisi Toeti Heraty
diambil puisi yang berjudul
"Nostalgi=Transendensi" "Wanita",
"Jakarta" "Cyclus", "Cintaku Tiga",
"Cocktail Party", "Surat dari Oslo",
"Elegi I", "Suatu Departemen di
Cilacap" dan "Manifesto"
sedangkan dari kumpulan puisi
Dorothea diambil puisi yang
berjudul "Nikah Ilalang",
"Kematian Repompong", "Rumah
yang Hilang", "Habis Kita dalam
Hujan", "Sungai Terlipat",
"Nyanyian Anakanak Bermain",
"Burung Lepas Sangkar", "Stasiun
Tak Bernama", "Memandang

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 418

Jakarta",dan "Whisper in The Night


"
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian ini
bersifat kua.litatif karena
penulis berpartisipasi langsung
dalam karya puisi yang diana
lisis. Adapun selanjutnya hasil
analisis tersebut dideskripsikan
dan dikomparatifkan sehingga
dapat diketahui persamaan dan
perbeda.an antara puisi Toeti
Heraty dan puisi Dorothea.
2.2 Stilistika dalan Rarya Sastra
Karya sastra adalah wacana
khas yang di dalam ekspresinya
menggunakan bahasa dengan
memanfaatkan segala kemungkinan
yang tersedia. Dipandang dari sudut
linguistik, dibandingkan dengan
wacana yang lain, dalam wacana sastra
terdapat gejolak fonologis, semantis,
sintaktik dan gejala linguistik tertentu
lainnya dengan frekuensi yang lebih
tinggi, misalnya dalam wujud aliterasi,
rima, metafor, arkaisme. Kajian
stilistika akan mengungkapkan
bagaimana caranya kemungkinan itu
dimanfaatkan dan bagaimana efeknya.
Stilistika berupaya menunjukkan
bagaimana unsur-unsur suatu teks
berkombinasi membentuk suatu pesan.
Dengan kata lain, bagaimana karya
sastra berlaku sebagai sarana
komunikasi. Sebuah wacana sastra
pada umumnya bertafsiran ganda
(multiinterpretable).
Rebenaran interpretasi dapat diuji
denga.n mengkaji segi bahasanya.
Itu berarti mungkin saja ada dua
atau tiga macam tafsiran, dan jika
ketiganya dapat dibuktikan

kebenarannya maka ketiganya


sahih.
Dalam pengkajian stilistika
yang paling penting ialah
menemukan ciri yang benar-benar
memberikan efek tertentu kepada
pembaca (atau pendengar), tidak
sekadar menghitung frekuensi
penggunaan sarana-sarana stilistika
dalam suatu karya.
2.3.5 Gaya Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan ini
pertama-tama dibentuk berdasarkan
perbandingan atau persamaan.
Membandingkan sesuatu dengan
sesuatu hal yang lain, berarti
mencoba menemukan ciri -ciri
yang menunjukkan kesamaan
antara kedua hal tersebut.
Perbandingan sebenarnya
mengandung dua pengertian,
ya.itu perbandingan yang
termasuk dalam ga.ya bahasa
yang polos atau langsung, dan
perbandingan yang termasuk
da.la_m ba_hasa kia.sa.n.
Pada mulanya, bahasa
kiasan berkemba.ng dari analogi.
Mula-mula, analog'i dipakai
dengan pengertian propvrsi;
sebab itu analogi hanya
menyatakan hubungan lruantitatif.
Misalnya. hubungan antara 3 dan
4 dinyatakan sebagai analog
dengan 9 dan 12. Seca.ra. lebih
umum dapat dikatakan ba_hwa
hubungan antara x dan y sebagai
analog dengan hubungan antara
nx dan ny. Dalam memecahka.n
banyak persamaan, dapat
disimpulkan
bahwa nilai dari suatu kuantitas
yang tidak diketahui dapat
ditetapkan bila diberikan

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 419

relasinya dengan sebuah


kuantitas
yang diketahui.
Sejak Aristoteles, kata
aalogi dipergunakan ba.ik dengan
pengertian huantitatif maupun
kualitatif. Dalam pengertian
kuantitatif, analogi diartikan
sebagai kemiripa.n atau
relasiidentitas antara dua_
pasa.ngan istilah berdasarkan
sejumlah besar ciri yang sama.
Sedangkan dalam pengertian
hualitat.if, analogi menyatakan
kemiripan hUbungan sifat
anta.ra dua perangkat istilah.
Dalam arti yang lebih luas ini,
analogi lalu berkembang menjadi
Iriasan. Gagasan-gagasan sering
dinyatalcan dengan ungkapan ungka.pan yang populer melalui
.
Kikirnya seperti kepiting batu
Bibirnya seperti delima merekah
Matanya seperti bintang timur
Kadang-kadang diperoleh
persamaan tanpa menyebutkan objek
pertama yang mau dibandingkan,
seperti:
Seperti menating minyak penuh
Bagai air di daun talas
Bagai duri dalam daging
b. Metafora
Metafora adalah semacam
analogi membandingkan dua hal
secara langsung, tetapi dalam bentuk
yang singkat: bunga bangsa, buaya
darat, buah hati, cendera mata
dan sebgainya.
Metafora sebagai
perbandingan langsung tidak
mempergunakan kata:
seperti, bah, bagai,
bagaihan dan sebagainya,

analogi kualitatif ini. Hal ini


tampak jelas dari seringnya
orang mempergunakan met.afora,
yang sebenarnya merupakan
sebuah contoh dari analogi kualitatif.
Perbandingan dengan analogi
ini kemudian muncul dalam
bermacam-macam gaya bahasa kiasan,
seperti diuraikan di bawah ini.
a. Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile adalah
perbandingan yang bersifat eksplisit.
Yang dimaksud dengan perbandingan
yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia
langsung menyatakan sesuatu sama
dengan hal yang lain. Untuk itu, ia
memerlukan upaya yang secara
eksplisit menunjukkan kesamaan itu,
yaitu kata-kata:seperti, bagaikan,
sama, sebagai, Iaksana dan sebagainya

sehingga pokok pertama


lansung dihubungkan dengan
pokok kedua. Proses
terjadinya sebenarnya sama
dengan simile tetapi seca.ra
berangsur-angsur keterangan
mengenai persamaan dan
pokok pertama dihilangkan
misalnya:
Pemuda adalah seperti
bunga bangsa-------- Pemuda
adalah bunga bangsa, Pemuda ------ Bunga bangsa
c. Alegori, Parabel dan Fabel
Bila sebuah metafora
mengalami perluasan, maka ia dapat
berwujud alegori,. parabel, atau
fabel . Ketiga bentuk perluasan ini
biasanya mengandung ajaran-ajaran

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 420

moral dan sering sukar dibedakan


satu dari yang lain.
A1egori adalah suatu cerita
singkat yang mengandung kiasan.
Makna kiasan ini harus ditarik dari
bawah permukaan ceritanya. Dalam
alegori, nama-nama pelakunya
adalah sifatsifat yang abstrak, serta
tujuannya selalu jelas tersurat.
Parabel adalah suatu kisah
singkat dengan tokoh-tokoh
biasanya manusia, yang selalu
mengandung tema moral. Istilah
pa.rabel dipakai untuk menyebut
cerita-cerita fiktif di dalam kitab
suci yang bersifat alegoris, untuk
memyampaikan suatu kebenaran
moral atau kebenaran spiritual.
Fabe1 adalah suatu metafora
berbentuk cerita mengenai dunia
binatang, di mana binatang-binatang
bahkan makhlukmakhluk yang tidak
bernyawa bertindak seolah-olah
sebagai manusia. Tujuan fabel
seperti parabel ialah menyampaikan
suatu prinsip tingkah laku melalui
analogi yang transparan dari tindak
tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan,
atau makhluk yang tak bernyawa.
d. Personifikasi atau Prosopopoeia
Persenafihasi adalah
semacam gaya bahasa kiasan yang
tidak menggambarkan benda-benda
mati atau barang-barang yang tidak
bernyawa seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan.
Persenofikasi (pengisahan)
merupakan suatu corak khusus dari
metafora, yang mengiaskan benda.benda mati bertindak, berbuat,
berbicara, seperti manusia.
Angin yang meraung di tengah
malam yang ge1ap i tu
menambah Iagi hetakutan kami

e. Alusi
Alusi adalah semaca.m acuan
yang berusaha mensugestikan
kesamaan antara orang, tempat, atau
peristiwa. Biasanya a.lusi ini a.dalah
suatu referensi yang eksplisit ata_u
implisit kepada peristiwa-peristiwa,
tokoh-tokoh atau tempat dalam
kehidupan nyata, mitalogi, atau
dalam karya-karya sastra yang
terkenal. Misalnya dulu sering
dikatakan bahwa Bandung adalah
Paris Jawa.
Ada tiga hal yang harus
diperhatikan untuk membentuk
sebuah alusi yang baik, yaitu:
(1) harus ada keyakinan bahw
hal yang dijadikan alusi
dikenal juga oleh pembaca;
(2) penulis harus yakin bahwa alusi
itumembuat tulisannya menjadi
lebih jelas;
(3) bila alusi itu menggunakan acuan
yang sudah umum, maka usahakan
untuk menghindari acuan semacam
itu.
f. Eponim
Adalah suatu gaya di mana
seseorang yang namanya begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu,
sehingga nama itu dipakai untuk
menyatakan sifat itu. Misalnya:
Hercules dipakai untuk menyataka
kekuatan; Helen dari Trvya untuk
menyatakan p. Irecant.ikan.
g. Epitet
Epitet adalah semacam acuan
yang menyatakan suatu sifat atau ciri
yang khusus dari seseorang atau
sesuatu hal. Keterangan itu adalah
suatu frasa deskriptif yang
menjelaskan atau menggantikan nama
seseorang atau suatu barang. Misalnya:

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 421

Putri malam untuk bulan


Raja rimba untuk singa, dan
seba.gainya.

h. Sinekdoke
Sinekdoke adala.h suatu istilah
yang diturunkan dari kata Yunani
synelrdechest.hai yang berarti
me.nerima bersamasama. Sinekdoke
adalah semacam bahasa figuratif yang
mempergunakan sebagian dari
sesuatu hal untuk
menyatakankeseluruhan (pars
prototo) atau mempergunakan
keseluruhan
untuk:menyatakan sebagian
(totem pro parte Misalnya:
Setiap kepa1a di kenakan
sumbangan sebesar Rp 1000, 00
i. Metonimia
Kata. metonimia
diturunkan dari kata Yunani
meta yang berarti menunjukkan
perubahan dan anona yang
berartl nama. Dengan demikian
metonimia adalah suatu gaya
bahasa yang mempergunakan
sebuah kata untuk menyataltan
suatu hal lain, karena
mempunyai pertalian yang
sangat dekat. Hubungan itu
dapat berupa penemu untuk hasi l
penemuan, pemilik untuk barang
yang dimiliki, akibat untuk
sebab, sebab untult akibat, isi
untuk menyatakan kulitnya, dan
sebagainya. Metonimia dengan
demikian adalah suatu bentuk
dari sinekdoke.
Ia membeli sebuah
Chevrolet

j. Antonomasia
Antonomasia juga
merupakan sebuatu bentuk
khusus dari sinekdoke yang
berwujud penggunaan sebuah
epiteta untuk menggantikan
nama diri, atau gelar resmi, atau
jabatan untuk menggantikan
nama diri. Misalnya:
Yang Mu1ia tak dapat
menghadiri pertemuan itu
k. Hipolase
Nipolase adalah semacam
gaya bahasa di mana sebuah kata
tertentu dipergunakan untuk
menerangkan sebuah kata yang
seharusnya dikenakan pada sebuah
kata yang lain. Atau secara singkat
dapat dikatakan bahwa hipalase
adalah suatu kebalikan dari suatu
relasi alamiah antara dua komponen
ga.gasa.n.M isa.lnya :
la berbaring di atas
sebuah bantal yang gelisah
1. Ironi, Sinisme dan Sarkasme
Ironi diturunkan dari kata
eironia yang berati penipuan atau
pura-pura. Sebagai bahasa kiasan,
ironi atau sindiran adalah suatu
acuan yang ingin mengatakan
sesuatu dengan makna. atau maksud
berlainan dari apa. yang terkandung
dalam rangkaian kata-katanya. Ironi
merupakan suatu upaya literer yang
efektif karena ia menyampaikan
impresi yang mengandung
pengekangan yang besar. Entah
dengan sengaja atau tidak,
rangkaian kata-kata yang
dipergunakan itu mengingkari
maksud yang sebenarnya. Sebab itu,
ironi akan berhasil kalau pendengar
juga sadar akan maksud yang
disembunyikan dibalik

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 422

rangkaian kata-katanya. Misalnya:


Tidak diragukan lagi
bahwa Andalah orang'nya,
sehingga semua Irebijahsanaan
terdahulu harus dibatalkan
seluruhnya.'
Kadang-kadang dipergunakan
juga istilah lain, yaitu sirtispre
yang diartikan sebagai suatu
sindiran yang berbentuk kesangsian
yang berbentuk ejekan terhadap
keikhlasan dan ketulusan hati.
Sinisme diturunkan dari sautu
aliran filsafat Yunani yang mulamula mengajarkan bahwa kebajikan
a.dalah satsatunya kebaikan, serta
hakikatnya terletak dalam
pengendalian diri dan kebebasan.
tetapi, kemudian mereka menja.di
k.ritikus yang keras atau kebiasaankebiasaan sosial dan filsafat-filsafat
lainnya. Walaupun sinisme dianggap
lebih keras dari ironi, narnun
kadang-kadang maaih suka.r
diadakan perbedaan antar keduanya.
Bila contoh mengenai ironi diubah,
maka. akan dijumpai gaya yang
lebih sinis.
Tidah diraguhan lagi bahwa
Andalah orangnya, sehingga
senrua kebijaksanaan akan lenyap
bersamanru!
Dengan kata lain sinisme adalah
ironi yang lebih kasar sifatnya.
Sarkasme merupakan suatu
acuan yang lebih kasar daripada
ironi dan sinisme. Ia adalah suatu
acuan yang mengandung kepahitan
dan celaan yang getir. Sarkasme
dapa.t saja bersifat ironis,dapat juga
tidak, tetapi yang jelas a.dalah
ba.hwa gaya ini selalu akan
mernyakiti hati kurang enak
didengar. kata sarkasme diturunkan
dari kata Yunani sarkasme yang

lebih jauh diturunkan dari kata kerja


sahasein yang berarti "merobekrobek, daging seperti anjing", "
menggigit bibir karena marah" atau
"berbicara dengan kepahitan".
Mu1ut kau harimau kau
m. Satire
Ironi sering kali tidak harus
ditafsirkan dari sebuah kalimat atau
acuan, tetapi harus diturunkan dari
suatu uraian yang panjang. Dalam
hal terakhir ini, pembaca yang tidak
kritis a.tau yang sederha.na
pengetahua.nnya, bisa sampai pada
kesimpulan yang diametral
bertentangan dengan apa yang
dimaksudkan dengan penulis, atau
berbeda dengan apa yang dapat
ditangkap oleh pembaca kritis.
Untuk memahami apakah bacaan
bersifat ironis atau tidak, pembaca
atau pendengar harus mencoba
meresapi implikasi-implikasi yang
tersirat dalam baris-baris atau nadanada suara, bukan hanya pada
pernyataan yang eksplisit itu.
Pembaca harus berhati-hati
menelusuri batas antara perasaan
dan kegamblangan arti harfiahnya.
Uraian yang harus ditafsirkan
lain dari makna permukaannya
disebut satire. Rata satire
diturunkan dari kata satire yang
berarti talam yang penuh berisi
macam-macam buah-buahan. Satire
adalah ungkapan yang
menertawakan atau menolak
sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus
bersifa.t ironis. Satire mengandung
kritik tentang kelemahan manusia.
Tujuan utamanya agar diadakan
perbaikan secara etis maupun estetis.
.

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 423

n. Inuendo
Inuendo adalah semacam
sindiran dengan mengecilkan
kenyataan yang sebenarnya. Ia
menyatakan kritik dengan sugesti
yang tidak langsung, dan sering
tampaknya tidak menyakitkan hati
kalau dilihat sambil lalu. Misalnya:
Setiap hali ada pesta, pasti ia
akan sedihit mabuk karena terlalu
kebanyahan minum.
o. Antifrasis
Antifrasis adalah semacam
ironi yang berwujud penggunaan
sebuah kata dengan makna
kebalikannya, yang bisa saja
dianggap sebagai ironi sendiri atau
kata-kata yang dipakai untuk

menangltal kejahatan, roh jahat dan


sebagainya.
Lihatlah sang Raksasa
t.elah tiba (maksudnya si
Cebol ) .
p. Pun dan Paranomasia
Pun atau paranomasia adalah
kiasan dengan mempergunakan
kemiripan bunyi. Ia merupakan
permainan kata yang didasarkan
pa.da kemiripanbunyi, tetapi
terdapat perbedaan besar dalam
maknanya.
Tangga1 dua gigi saya
tangga1 dua
Bngkau orang kaya! Ya,
kaya monyet

PEMBAHASAN
Pembahasan Hasil Analisis Puisipuisi Toeti Heraty
a. NOSTALGI = TRANSENDENSI
Nostalgi sama dengan
transendensi
betul, ini permainan kata
Iagi-1agi kata asing
tapi apa sih yang tidak asing
tapi itu hanya i1usi
kembali pada
nostalgi

berarti kehilangan
yang dulu-dulu dibayangkan
hanya tidak mencekam 1agi,
harena
1embut. dengan ironi

Puisi di atas merupakan puisi


ide yang berbicara tentang konsep
nostalgi dan transendensi. Pada bait
I diungkapkan bahwa nostalgi sama
dengan transendensi. Dalam bait I
ini penyair ingin mengungkapkan
bahwa selama ini kedua istilah
tersebut dikenal secara umum
memiliki makna Yang berbeda. juga
penggunaannya. Agar tidak terjadi
kesenjangan pengetahuan antara

penyair dan pembaca, maka oleh


penyair diungkapkan dalam bentuk
pernyataan. Jadi, bersifat deduktif.
Selanjutnya penyair mnguraikan
tentang ma.kna. kedua istilah tadi.
Nostalgi merupakan kenangan masa
lalu yang indah-indah. Namun,
penyair mengungkapkan leulbut
dengan iror2i. Ja.di, sebenarnya
mengenang masa lalu merupakan
pemikiran yang tidak berpijak pada

saat kini yang berkilas balik


siapa tahu nanti...
kini - dulu - nanti. teratasi
bukankah itu transendensi?

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 424

kenyataan, yaitu hari ini. Karena


tadi sama yang merupakan pemikiran
sekarang sudah tua, maka kita
mendalam tentang sesuatu hal..Apakah
mengenang masa muda yang indah.
itu hal masa lalu atau kini dan esok
Pada bait kedua penyair
Adapun di.ksi yang digunakan
kelihatannya ingin mengungkapkan
transendensi dan nostalgi itu sendiri,
sering bahwa nostalgi itu lari dari
juga ada kata ilusi. Sering orang
kenyataan kini yang sulit. Maka,
merasa bangga dengan menggunaka.n
pada bait kedua ini oleh penulis
kata asing, na.mun sebenarnya hanya.
ditekankan bahwa kalau semua
permainan kata yang sifatnya khayalan
persoalandapat teratasi pada setiap
saja. Pada dasarnya nostalgi itu sendiri
masa pun, ma.ka itu merupakan
sama dengan kenangan masa lalu atau
transendensi, jadi sesuatu itu
yang sifatnya mengungkapkan
bermakna.
pengalaman yang telah berlalu.
Terlihat bahwa puisi ini
demikian juga dengan transendensi
mengandung ironi terhadap cara
kalau diungkapkan dengan kata-kata
hidup sebagian orang yang senang
biasa merupakan hal yang bermakna,
mengenang masa lalu yang seolah
berarti atau berguna. Pernyataan itu
saat kini dia tidak bahagia. Penyair
ditegaskan dengan adanya kata ironi
ingin mengungkapkan untuk apa
dan kilas balik.
sebenarnya nostalgi itu kalau kita
Dalam puisi ini tidak tersurat
senantiasa dapat memecahkan
mengadung gaya bahasa tertentu,
masalah yang kita ha.dapi pada
tetapi secara keseluruhan gaya secara
setiap saat yang kita jalani, malah
keseluruhan merupakan gaya ironi.
lebih bermakna (transendensi). istilah
b. WANITA
Hari ini hari minggu pagi kulihat tiga wanita
tadi berjalan latubat. harena Iialnn,va hain berwiru
meningga1kan rumah depan menuju jalan
terlentang antara pohon palma berderetan
jarii hati-hati memegang wiru katalru sedangkan tangan lincah
mengelus rambut rapi kenakala n kerikil menggoyahkan tumit selop
tinggi belum Iagi angin melambaikan selendang warna -warni
menengok ke kiri ke kanan mereka berhenti gelisah Irarena kain
berwiru dan bertumit tinggi, rambut terbelai angin dan panas
matahari, - becah 1a1u - me.relra segera mus.vawarah suaranya tinggi
nada-nada tinggi tawar-menawar rupanya dimulai
entah mengapa kasak -kusuk terhenti ,ternyata
bung becak mengayunkan kakinya Iagi dan mereka
asyik dan riang akhirnya t.idak tampak olehhu Iagi
meninggalkan halaman depan agaknya mencari rindang
deretan pohon sepanjang jalan, asyik dan riang
gerak, warna, irama rapi membawa kesungguhan
arisan pada mznggu pagi ini wanita
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 425

berapalah kemesraan sepanjang umur


tiada berlimpah tiada mencuhupi
karena kau dengan t.ah acuh, t.iada peduli
membawa pilu yang tak tersembuhhan
dan tak hausadari, tak kausadari
Sesuai dengan judul,
keseluruhan isi puisi di atas
mengungkapkan cara hidup
kebanyakan wanita pada umumnya.
Pada bait I tergambar bagaimana
wanita pada hari Minggu (libur)
meninggalkan rumah dengan berjalan
lambat karena kain panjang yang
melilit kakinya. Pemakaian kain
panjang biasanya pada suatu peristiwa
yang resmi atau suatu pesta.
Sedangkan pohon palma menunjukkan
bahwa daerah itu merupakan daerah
tempat orang-orang yang berada bukan
daerah kumuh yang bau.
Pada bait kedua terlihat adanya
penggunaan kata aku dan kau yang
menunjukkan adanya suatu hubungan
dialogis. Di sini kata aku menunjukkan
aku itu hadir dalam puisi ini.
Tergambar dalam bait ini beberapa
gerakan genit yang biasanya dilakukan
wanita seperti, memegang wiru kain,
mengelus rambut memakai selop
tinggi, juga selendang yang melambailambai.
Pada bait III ini terlihat persona
aku menghilang dan menganggap yang
melakukan semua kegenitan itu adalah
mereka. Selanjutnya digambarkan
kembali sikap-sikap ciri khas wanita
seperti gelisah dengan dan
dandanannya serta bersuara tinggi.
Kebiasaan ini dilanjutkan pada bait IV
tentang tawar-men awar, dan kasak
kusu k.
Pada bait V merupakan
penjelasan tujuan mereka berdandan.

Ternyata tujuan mereka berdandan


hanya untuk mengikuti arisan. Arisan
merupakan kegiatan wanita untuk
berkumpul dengan cara
mengumpulkan uang yang kemudian
diadakan pengundian untuk menentuan
siapa yang berhak memiliki uang
tersebut. Jadi, arisan itu masalah yang
tidak, menuntut kening berkerus atau
cara bicara yang meyakinkan.Di sini
mungkin penyair ingin
mengungkapkan suatu keironian
bagaimana susahnya seorang wanita
dengan dandanannya hanya untuk
menghadiri pertemuan yang tidak
terlalu berarti.
Pada bait V penyair
mengingatkan wanita bahwa hidup ini
tidak hanya untuk kemesraan
(pertemuan arisan) saja ada yang lebih
penting dari itu. Keadaan wanita
seperti itu (dandan dan arisan
menimbulkan kepiluan
Puisi bermakna tentang
kehidupan wanita yang lebih banyak
menghabiskan usia untuk berdandan
dan arisan suatu hal yang tidak
berguna. Ini merupakan ironi yang
tidak. disadarinya.
Gaya bahasa yang bersifat
persenofikasi adalah kenakalan
kerikil menggoyahkan tumit selop
tinggi
Gaya bahasa. yang
diungkapkan mengandung keironian.
Wanita seolah lebih banyak sibuk
dengan dandanan bukan dengan
pikiran-pikiran.

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 426

JAKARTA
Jakarta
tidak aman bagiku selalu
terungkap 1agi sega1a yang 1a1u
betapa 'kan kuredakan kepedihan
ini betapa kerinduan
keharuan ini, adalah
kepedihan cerah cuaca Iuas
menggetarkan siang hari yang biru
menggetar pula jaringan Iuka -luka buku
yang telah di timbun dengan kenangan
dengan kenangan,kenangan selalu
kerinduan panas hari yang menyilau
merangsang uap dan debu
pada bayang-bayang sejuk di taman hening
tergolak rasa menyeluruh
tersingkap akhirnya pada takdir
keharuan malam yang menvesakkan
malam tiada membawa harap
tidah tergenggam kepiluan hati
tidak terjawab pertanyaan
oleh lentera malam di jalanan senyap
kusangka sejarah bergerak maju
betapa beda Salemba dahulu
tetapi
Jakarta selalu...
Makna yang terungkap dalam
kenangan-kenangan. Seperti halnya.
puisi di atas adalah makna keberadaan
pada bait II keadaan iklim Jakarta
Jakarta yang dibandingkan dengan
dibandingkan dengan keadaan hati
Salemba (pras prototo) yang
si aku. Dengan cuaca panas yang
menunjukkan tempat studi terkenal
menyilau menyadarkan aku pada
yaitu Universitas Indonesia.
takdir. Demikian juga. pada bait III
Pada bait I terlihat bahwa bagi
bagaimana suasana malam
aku Jakarta merupaka kota yang
menimbulkan kepiluan, harapan dan
menjadikan perasaannya tidak aman,
pertanyaan-pertanyaan.
yang membuat a.ku sedih, rindu dan
Semua kepedihan dan
haru. Mengapa. demikian, pada bait II
kepiluan itu dijawab pada bait IV.
diterangkan karena cuacanya yang
Semua itu terjadi karena Salemba
panas juga jaringan lukaluka buku. Di
tempat aku studi tidak bergerak
sini penyair menggunakan gaya bahasa
maju padahal Jakarta berbeda.
personifikasi tentang buku yang luka.
Gaya bahasa yang banyak
Rata buku itu sendiri diterangkan pada
diguna.kan pada puisi di ata.s
baris berikutnya sebagai simbol dari
adalah gaya bahasa personif ikasi,
pengalaman hidup yang diwarnai
yaitu :kepedihan cuaca, luka-luka
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 427

buku, kerinduan panas, dan

lentera malam

d. CYCLUS
sejenak pun tak akan kubiarhan
hiruk pikuk pikir dan getir
merasuki hati
hutan belalang yang tak terseberangi lagi
karena kau telah resmi minta diri
resmi bersikap menunggu memberi waktu
untuk berkemas
melemparkan diri dalam api, ah janda
setia dan peraraan suci
tidak diharaphan
hanya ketulusan untulr berjabat tangan
tersenyum ringan
harapan dahulu,, penyesalan kini
merupakan Iarangan, hanya menghela nafas
karena berlomba dengan waktu
menghitung bulan dan hari, puIa
membuang kesempatan, karena selalu segera
sudah sampai di sini saja
menghilang dari hidupku, melepaskan
dekapan bersyarat di atas pulav
terdampar oleh gerak harapan akhir
bertumpu erat
dengan pertimbangan-pertimbangan getir
di perhatasan, Iamhaian tangan dan
diarrl-diam mulai menanggapi tanda-tanda
penuh arti, suatu bukti
bahwa telah kauredakan pencarian peran
yang enggan menambatkan diri pada usia
antara manusia
karena kaubelai. dengan kata, hangati
dengan berahi, suatu bukti
hati dengan nikmat. madu dan pelangi
lembut jati diri menari,menjelajahi
bukankah segala ingin kauke.ahvi?
sega1a ingin kauketahui
karena asing, mungkin tersayang
seperti maut. tampak demikian, tidur
membawa mimpi di peraduan
paduan, dengan yang mesra, dengan kedahsyatan
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 428

yang masih asing, yang baru lampau,


yang telah hilang
Makna puisi di atas
menggambarkan perputaran
kehidupan. Kembali penyair
mengungkapkan puisi idenya
tentang kehidupan. Pada bait I
menggambarkan kesetiaan wanita
yang tidak menghiraukan galaunya
perasaan dan pikiran melemparkan
diri ke dalam api untuk
menunjukkan kesetiaan. Upacara ini
biasanya dilakukan di India yang
merupakan upaca simbol kesetiaan
istri terhadap suaminya yang
meninggal. Adapun gaya bahasa
yang digunakan gaya bahasa
simbolik yaitu hutan belalangYang
tak terseberangi hutan belalang ini
menunjukkan adanya kegaduhan.
Bela.lang merupakan binatang
sejenis unggas kecil kalau banyak
dan kalau bisa berbentuk hutan akan
mengakibatkan ramai.
Pada. bait II penyair
mengajalt pembaca untuk
merenungkan tentang kehidupan,
tentang harapan, tentang penyesalan
yang semuanya itu tidak ada. artinya
karena bagaimanapun hidup ini
berlomba dengan waktu dan
kesempatan. Kalau kita hanya
terpaku pada khayalan tentang
harapan dan penyesalan maka kita
akan kehilangan waktu dan
kesempatan.

Pada bait III persona aku


mulai muncul yang melepaskan
semua harapan dan
penyesalannya dengan bertumpu
pada pertimbangan pikiran
sekalipun getir. Di dalam
perjalanan kehidupa.n yang
rnelewati perbatasan akan
menemuhan tanda.tanda telah
menambatkan kehidupan yang
tidak menyenangkan.
Menambatkan sebagian
peran hidup yang tidak
menyenangkan itu dengan cara
menghibur diri dengan kata -kata, dengan pemenuhan
kenikmatan berahi. Itu semua
untuk menari dan menjelajahi
hal yang belum diketahui.
Semua yang ingin diketahui itu
diterangkan pada b ait
berikutnya seperti maut, mimpi
yang dahsyat dan mesra.
Ga ya bahasa yang banyak
dipergunakan pada puisi di atas
ada.lah metafora: hutan belalang
yang tak tersebrangi, melepaskan
dekapan bersyarat di pu1au,
terdampar o1eh gerak harapan
akhir, manambatkan dzri pada
vsia antara manusia, kaubelai
deng'an kata, membuahi hati
dengan nikmat madir dan pelangi.

e. CINTAKU TIGA
cintaku tiga, secara hanak-hanah
menghitung jari
kusebut satu per satu kini
yang pertama serasa dan dalam hatinya
tidak terduga
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 429

hertahun-tahun hu jadi idaman


mesraku membuat. pandangnya sayu mungkin
ia merasa iba padaku
ingin aku membenam diri, melebur
dalam mesra rayu, iba dan sayu
pandangnya yang begitu sepi, tapi ia
paling mudah untuk dikelabui yang lain., berfilsafat. ringan dan kesabaran
tak pernah kalepas ia dari pandangan
petuah orang, - Iidah tidak bertulang tak kupedulikan karena ia
kata-katanya tepat untuk setiap perist iwa
sesudah akhirnya mengecap bibirnya
.ia tinggalkan aku dan sesudah itu?
ah, biasa saja, tak sesuatu yang terjadi
menrang ia tidak begitu peduli perlu pula kusebut yang ketiga, bukannya
lebih baik dirahasiahan saja, karena
ia datang hanya malam hari, eng'se1 pintu pun
telah diminyaki
svaranya tegang, rendah menghela
ke sorga tirai ranjang
pandang pesona tajam memaksa, ahhirnya
menghitung hari setiap bulan
meskipun itu urusan nanti
Ketiga cinta yang aku miliki
kapan kujumpai pada Satu orang?
Makna puisi di atas
menggambarkan pengalaman
bercinta dari si aku dalam hidupnya.
Dia pernah merasakan tiga. Cinta
yang berbeda, yaitu cinta kanakkanak cinta yang mudah dikelabui,
cinta remaja cinta yang hanya untuk
kesenangan dan cinta dewasa cinta
untuk bersatu.
Pada bait I diungkapkan
perasaan cinta aku pada waktu
kanak-kanak. Diungkapkan
bagaimana perasaan cinta pada
waktu kanak-kanak seperti sebuah
lagu seriosa yang kedalaman
perasaan itu sendiri tidak terduga.
Perasaan yang tumbuh a.dalah

perasaan iba., sepi dan sayu. Semua


perasaan itu mudah dikelabui. Ini
menggambarkan bagaimana
sebenarnya perasaan kanak-kanak
yang polos yang tidak begitu
mengerti benarapa itu cinta,
sehingga setiap perilaku yang
terungkapkan begitu spontan dan
dapat dikelabui.
Pada bait selanjutnya.
diungkapkan perasaan cinta
berikutnya yang diwarnai kata-kata
yang sedikit berfilsa.fat, petuah
orang tua, mengecap bibir dan
semua itu berlalu tanpa berbekas.
Perasaan cinta ini lebih banyalt
bersifat polesan-polesan saja. Dari

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 430

mulai kata-kata yang terucapkan juga


Perasaan yang berkecamuk membuat
pertemuan jasmani yang hanya basa
ketegangan dan paksaan Jadi, cinta
basi. Dalam cinta ini peranan orang tua
yang terungkap mengharuskan adanya
masih dominan. Jadi, dapat dikatakan
suatu kewajiban. Masalah waktu tak
perasaan cinta yang kedua ini terjadi
diperhitungkan yang penting dijalani.
pada saat usia remaja.
Cinta ini merupakan cinta dewasa
Pada bait III diungkapkan
yang menuntut kewajiban-kewajiban.
perasaan cinta yang sebenarnya harus
Gaya bahasa yang digunakan
dirahasiakan. Ini bisa menggamba.rkan
adalah ga.ya bahasa metafora: yang
bahwa cinta itu sudah mendalam
pertama serasa dari dalam hatinya
sehingga tidak layak untuk
tidak terduga, melebur dalam mesra
diungkapkan. Ini bisa dibaca pada
rayu, pandangnya yang begitu sepi,
baris berikutnya bahwa cintanya yang
Iidah tidak bertulang, ia datang hanya
ketiga datang pada malam hari, saat
malam hari, pandang pesona tajam
yang sepi sehingga engsel pintu pun
memahsa.
diminyaki tidak boleh berbunyi.
f . THE MOON IS HIGH
Bulan tinggi di 1angit
ini kali bukan bulan sabit
di pulau Gilimeno, di pasir pantai
di seberang pengalaman, tangan
yang luput menggapai
Bu1an tinggi di Iangit
memang putih bulat genderang
bertalu, bercak perak cemerlang
cemara berde.rap, ombak berderai
nafsu hidup, cinta makna
keping-keping yang perlu
dirangkai
Bu1an tinggi di langit
madu Sumbawa di Mataram!
tanya-jawab menyentuh sengit
bulan madu yang gerah
dalam senandung kesenjangan
bi1a ti vi sudah mati percakapan
terhenti bila perahu sudah haram
Ini kali kau memang mahir
mengulur ta1i tambang penyelamat.
dari pulau ke pulau, aku
tenggelam belum, terapung tidak
tanpa jangkar tertamhat.
Bu1an sihir membelai
properti Melbourne & Sydney di atas pantai
menopang pendopo dengan bugenvil
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 431

alang-slang dan puring, cemas roboh


sebelum naskah selesai
karena usia diterpa badai
Bu1an tinggi di Iangit
terang benderang seperti gemerincing
bunyi mata uang asing, menyebar
karang tercemar dan mimpi turis
petualang
bulan madu, lirik Iagu dan sisa meIodi
dicari dan nyaris ketemu
Makna puisi di atas
menggambarkan sesuatu yang tinggi
yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Pada bait pertama tergambar bahwa
bulan itu bulan purnama yang biasanya
kalau bulan purnama menimbulkan
pesona yang tinggi, menimbulkan
angan-angan. Bulan itu di suatu pulau
yang terpencil yang sulit untuk
menjangkaunya. Pada bait pertama ini
bulan merupa.kan simbol dari sesuatu
yang sulit dijangka.u apakah itu
harapan atau keinginan.
Pada bait kedua bulan
diumpamakan seperti genderang yang
bercak perak cemerlang. Bulan yang
berwarna kuning akan menimbulkan
cahaya yang cemerlang dengan bercak
warna putih. Becak warna putih
merupakan simbol dari warna-warna
kehidupan yang bergairah. Ini dapat
dilihat pada bait berikutnya yang
mengungkapkan segisegi kehidupan
Yang menggairahkan seperti nafsu
dan cinta yang merupahan
kepingan-kepingan yang harus
dirangkai.
Pada bait ketiga bulan
dihubungkan dengan madu. Madu
di sini ada. hubungannya. dengan
bulan madu perkawinan.
Keberadaan bulan yang tinggi
berhubungan dengan bulan madu

Yang tidak menyenangkan yang


banyak diwarnai lagu-lagu yang
tidak terpadu juga percakapan yang
mandek. Pengertian bulan di sini
sama dengan bulan pada bait yang
pertama diartikan sebagai hal yang
sulit dijangkau. Ini ditegaskan pada
bait
selanjutnya yang mengibaratkan
kekasihnya seorang penyelama.tapi
aku sebagai kekasihnya dibiarkan
dalam keadaan yang tidak menentu.
Pada bait V bulan dikatakan
sebagai sihir yang membelai seperti
perumahan dipinggir pantai atau
bunga bogenvil di pendopo. Namun
dengan keberadaan bulanyang
taempesonakan itu membuat
kecemasan akan tidak selesainya
naskah atau keinginan, harapan
yang telah dipersiapkan karena
dimakan usia.
Pada bait VII bulan
diibaratkan seperti gemerincing
uang asing yang dipakai untuk
kesenangan-kesenangan yang
merusakkan kehidupan seperti
karang tercemar, petualangan turis
sehingga kehidupan itu sendiri yang
harusnya merupakan sebuah
perpaduan lirik dan melodi yang
indah tidak ditemukan.

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 432

Gaya bahasa yang banyak


dipergunakan pada puisi di atas
:adalah gaya bahasa simile: bulan ...
putih bulat generang, bulan sihir
membelai, terang benderang seperti
gemerincing bunyi mata uang asing.
Gaya bahasa personifikasi: cemara
berderap, menopang pe.ndopo dengan
bogenvil, alang-alang dan puring
cemas roboh.
g. ELEGI I
oleh garis-garis jingga
tergores kesabaran senja
belum juga terungkap
lapisan awan rrlenimbun
rahasia me.ndehap
di Iubuk hati
bayangkan
ha t i -ha t i , cemas, tanggal kan
satu per sat.u angan dan mimpi
apa pula yang terhawa serta (!,}
walhasil, tidak menemuhan
intinya lagi
rnesra, gelora berahi
kira-kira demikian nyatanya:
seperti nyala angin
meratapi mati bertahap
yang lambat menyelinap
dalam hati

Makna. puisi di atas


menggambarkan tentang perasaan.
Pada bait I terungkap bagaimana
suatu rahasia tidak bisa terungkap
karena ada yang nenutupi seperti
awan yang menimbun sekalipun ada
bias-bias yang menerangi garisgaris jingga.
Bait kedua mengungkapkan
bahwa
dengan
hati-hati
dan
perasaan
cemas
dapat
menghilangkan mimpi-mimpi juga
angana.ngan, na.mun tidak akan
menemukan inti yang sebenarnya.
Kemesraan dan semangat
berahi hanya seperti nyala angin.
Bukan nyala api. Penyair ingin
mengungkapkan bahwai kesenangan
berahi hanya nyala angin yang
membelai bukan nyala api yang.
menimbulkan semangat hidup tetapi
nyala angin yang menyayangkan
adanya kematian.
Gaya bahasa yang digunakan
personifikasi : tergores kesabaran
senja, tanggalkan satu per satu
angan dan mimpi. ; simile: seperti
nya1a angin meratapi mati
meratapi mati bertahap yang
lambat menyelinap dalam hati.

h. SUATU DEPARTEMEN
DI JALAN CILACAP
kau katakan padaku
pesan terakhir:
bawakan keindahan dan
kemudaan selalu
ruang menyesak, karena
keusangan debu membiak
map-map, berkas dan kertas dengan
ujun-ujung Iayu dan harapan-harapan
telah ditumpuk,.diperam
membisu dalam debu
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 433

gairah, semula menggetar


bangunkan nyala-nyala jingga pada
hidup yang hijau muda,
jadi coretan-coretan
secarik kertas dengan ketikan permohonan
yang dibiarkan saja
Jendela terbuka dan tirai menyisi
Iewatkan matahari menghangati
jam-jam kerja yang semakin pendek
disobek sana sini karena
meja-meja 1engang, asbak mengkilat
dan telpon herdering berkali-Ira1i
sua.ra hilang dalam iseng
yang berlipat. ganda ini
ah, manusia hidup kukuh-tenang
dengan akar dalam-dalam mencekam bumi
dan rapat-rapat, seminar, Iaporan
serta prasaran, naskah-naskah kerja
wejangan o1eh bapak-bapak atau wakilnya ?
hidup manusia terlalu membara
dan tanpa isyarat akan menganggap sepi
tumpukan debu yang berkumandang
menyentuh anak-anak penjual Koran
di depan pintu, mobil-mobil dinas
berderetan datang dan Ia1u
memang.
jauh dari hidup
dan pesan akhirmu
Makna puisi di atas
menggambarltan bagaimana
kacaunya suatu kantor
pemerintahan dalam menangani
permasulahan rakyatnya. Bait I
mengungkapkan bagaimana
seseorang mengumbar janji -janji
tentang keindahan ini dapat
diibaratkan keramahan,
kebersihan atau kesabaran. Juga
kemudaan yang melambangkan
semangat.
Namun, pada bait II
diungkapkan suatu kebalikan
dari janji-janji itu seperti
keadaan kantor yang penuh

debu, juga kertas-kertas yang


berisi harapan orang lain layu
tidak dikembangkan atau tidak
ditindaklanjuti
Bait III menegaskan
kembali suasana pada bait kedua
bagaimana sebenarnya sesuatu
yang semula berkobar yang
menjadi surat permohonan
akhirnya dibiarkan. Semua
kejadian itu karena semakin
pendeknya jam -jam kerja, meja meJa yang lengang karena tidak
ada kegiatan dan dering telepon
yang tidak diangkat karena tidak
ada orang Setelah digambarkan

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 434

bagaimana suasa na fisik suatu


Gaya bahasa yang
kantor, pada bait berikutnya
digunakan: metafora: bawahan
digambarkan keadaan orangkeindahan dan kemudaan
orang di da.lamnya.
Se1a1u,. manusia hidup kukuh
Digambarkan seperti orang yang
tenang dengan akar dalam-dalam
kukuh dan tenang, orang yang
menceham bumi, hidup manusia
berpendidikan yang mengikuti
terlalu membara, , personif ikasi :
rapat-rapat, seminar-seminar
ruang menyesak karena keusangan
juga yang tekun mendengarkan
debu membiak, map-map,berkas
petuah-petuah atasa n. Pada bait
dan kertas dengan ujung-ujung
selanjutnya diungkapkan bahwa
Iayu dan harapan-harapan telah
hidup yang terlalu semangat
di tumpuk , diperam, membisu
sering menganggap sepi masalah
dalam debu, gairah, semula
kecil (debu) yang hanya
menggetar bangunkan nyala-nyala
dimiliki oleh anak -anak penjual
jingga pada hidup yang hi jau
koran yang lalu lalang didekat
muda,tumpukan debu
Yang
mobil-mobil dinas yang
berkumandang.
mentereng yang akhirnya jauh
dari hidup yang manusiawi dan
janji yang telah dikemukakan.
i. MANIFESTO
aku tuntut kalian
ke pengadilan., tanpa pihak yang menghakimi
siapa tahu, suap-menyuap telah neluas menjulang
sampai ke Hakim Tertinggi
siapa jamin, ia tak berpihak sejak semula
karena dunia, pula semesta, pria yang punya
sejak saat itu -- sejak Hawa jadi Bunda
ah, sudah lama sebelumnya
kecut. Hatimu menyaksikan kebesarannya
Induk Agung, yang melejitkan turunan
makhluk-makhluh kecil., buta, telanjang
putus digigitnya tali pusar, dijilat. bersih
disusukan saksama, kemudian
diajarkan di seantero jagad raya
begitulah mamalia dipersiapkan
bagi Darwin dengan pertarungan hidupnya
perkara kecil membelenggu wanita dengan
tetek bengek yang malah disyukuri olehnya
secara serius, dungu dan syahdu
sementara itu -- karena memang kerdil, takabur
dalam kelicikan -- kau menggigil kekhawatiran
Ia1u
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 435

tanda jasa -- status ayah -- kau sematkan di dada


tanpa ditunjang fakta biologis, barangkali
tidak apa, demi warisan, ego dan
kelangsungan evolusi
Kemudian kau dekritkan: wanita itu pangkal dosa
sebungkah daging, segumpal emosi
sekaligus embesil dan bidadari
dilipat jari kaki, dihunci pangka1 paha
dicadari, gerak -gerih dibebani menjadi
tari lemah gemulai
ia tertunduk karena salah, gentar, patuh
mengecam d i r i
dan alihirnya boleh juga, ia dimanja
seka1i -ka1i
Ia1u seperti anah-anak keranjingan, bukanhah
bahaya dari pengganggu telah disingkirkan
kau sibukkan diri dengan permainan:
sepak bola, biliar, gulat dan perang jihd
i1mu, teknologi karena bebas kreatif
perang, polusi, proton , neutron
pingpong antara Moskow, Peking dan Washington
gemetar tak sadar'., ingin perang -perangan
sementara menunggu saat. saling memusnahkan
laut dikuras, sungai -danau diracuni
Iapisan ozon digerogot, sampah konsumen
ke mana dibuang -- percuma,
itu urusan para antariksawan
humi itu kue enersi yang halal dibagi -bagi
pada pesta ulang tahun, dengan Ii1in yang nyala
-- sumbu bencana Ia1u nrenyanyi panjang usianya
memang, upacara memberi khidmat, seperti
diplomasi, jadi sandi-sandi
yang semakin su1it. untuk dipahami
kepada anak -anak ini
berbaju seragam, bertanda bintang, berjuhah hitam
dengan wejangan, retorik, agitasi
telah kita percayakan nasib bumi
makhluk-makhluk kerdil, diburu kecemasan kastrasi
hanya kenal sat.u hencana riil : impotensia
membusungkan dada 1ewat psikoana1isa, karena
solidaritas mafia dengan Bapa di Sorga
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 436

akhirnya merestui emansipasi wanita


aku tuntut. kalian
sekali lagi, -- saatnya nrunghin terlambat sudah
perang telah berkecamuk,ekosistem telah buyar
pengungsi di mana -mana, menipu, lapar, terkapar
dari diplomasi jadi lawakan, yang sungguh
tak lucu Iagi
sementara
lrami telah diam cukup lama, herkorban demi
-egornu dan sekian banyah abstrahsi
apa warnita kini harus selamat.kan dunia
tiba-tiba pembangunan jadi urusan kami juga
ta pi --.
kalian telah kehilangan gengsi
seperti badut. yang tunggang langgang lari dalam
bencana akhirnya panggil ibu juga
tapi -demi anakku laki-laki .
tuntutan aku tarik kembali
dan jadi pengkhianat. atau-- nemang karena sudah terlambat.
Sesuai dengan judulnya makna
puisi di atas menggambarkan suatu
pernyataan tentang keberadaan wanita.
Pada bait I tergamba.r suatu
pernyataan sikap dari perempuan
untuk menuntut ke pengadilan tanpa
ada yang menghakimi harena tidak
a.kan ada yang membela sebab dunia.
semuanya milik pria. Pada bait II
terungkap bagaimana sebenarnya
wanita telah dipersiapkan untuk
melahirkan turunan yang membuat
kecut para pria. Pada bait III
diungkapkan bagaimana pria yang
tidak melahir, namun dengan pongah
dan kekerdilannya menyebut dia
sebagai ayah demi ego dan
kelangsungan evolusi. iJntuk
mengukuhkan keeksistensian pria
maka wanita dianggap sebagai pangkal
dosa, yang kurang pikir datl dipenjara
dalam penjara pria yang tidak bisa
berbuat. semaunya untuk menghibur
dimanja sekali-sekali. Dengan

menyingkirkan wanita, maka pria.


dapat leluasa berbuat sesuatu di luar
rumah dan membuat kerusakan di
bumi. Dengan kaku menerapkan
berbagai kata-kata atau wejangan yang
ditakutkan hanya satu impotensi.
Emansipasi barumulai ketika
semuanya. sudah musnali karena
perang, dan penghancuran bumi di
mana-mana. Dengan kelemahan
wanita yang berkorba.n untuk
memenuhi ego pria CI harus juga
menanggung pembangunan. Semua
keserakahan pria menjadikan dia
seperti ba.dut yang lari tunggang
langgang. Semuanya sudah terlambat
untuk menarik tuntutan atau menjadi
penghianat.
Diksi Yang digunakan:
manifesto, suap-menyua.p, hakim
tertinggi, jamin, dunia, semesta.,
Hawa, induk agung, makhlukmakhluk kecil, buta., telanjang,
seantero, jaga.t, raya, mamalia,

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 437

Darwin, tetek bengek, dungu,


syahdu, kerdil, ta.kabur, kelicikan,
tanda jasa, fakta biologis, warisa,
ego, evolusi, dekritkan, pangka.l
dosa, wanita, embesil, bidadari,
dicadari, lemah gemulai, tertunduk,
mengecam diri, dimanja,
keranjingan, sepak bola, biliar,
perang jihad, ilmu, teknologi, proton,
netron, Moskow, Peking,
Washington, memusnahkan, lapisan
ozon, antariksawan, enersi, upacara,
khidmat, diplomasi., sandi-sandi,
seragam bintang, jubah, hitam,
retorik, agitasi, kastrasi, riil,

impontensia, psikoanalisa,
solidaritas, mafia, ekosistem,
terkapar, abstraksi, gengsi, badut,
Gaya ba.hasa. Yang
digunakan : hiperbola
suapmeenyuap telah meluas
menjulang, induk agung
melejitkan turunan,, simile wanita
itu pangkal dosa, sebungkah
daging, segumpal emosi, bidadari
dilipat jari kaki., bumi itu kue
enersi yang halal dlbagi-bagi,
seperti badut yang tunggang
langgang Iari

j. GENEVA EULAN JULI


ahhirnya
pasrah kepada musim
dan hidup jadinya seperti buku
(yang tidak terIalu tebal tentu)
dengan halaman berurut
untuk diba1ikan satu per satu
bila tidak
tiba-tiba gadis di Geneva itu
menyeberang jalan begi tu saja
sambil berlari tidak peduli tapi
hati-hati membawa bunga di tangannya
memang kuingat
perempuan tua herkerudung hitam
dengan keranjang mawar melewati meja
dan kau bertanya sederhana:
"
Apakah suka bunga-bunga?"
seperti biasa
Kujawab dengan kebimbangan pan jang
dengan jari
pada daguku kupalingkan mukaku penuh
kepadamu
j an j i pun
terkalahkan o1eh musim yang
rebah-rebah pada hari tanpa angin
mawar pun
tinggalkan debu, malam geneva hangat nafsu
akan tinggalkan kantuk dan terlalu penat nanti
sedangkan
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 438

gelisah: terganggu risau takpasti Iagi


siapa engkau siapa aku ini
munghin sekali
engkau dalam kereta antara Paris
dan Geneva me.nut.up jendela janganlah
angin mengganggu rambutku
atau waktu
pernah suatu kelancaran telah terjadi
turun dari kereta api, sekali Iagi kau
rayu singgah di kota tanpa nama
untuk menikmatinya bersama-sama
mengembara
adalah menanggalkan nama, melepaskan bumi
benda-benda kemilau dipermainlran angin
dan sungai
mana pula yang Iebih nyata, berjalar
merunduk karena angin kencang, atau
gemerlapan lampu di Amsterdam
bunga,malam, dan knta-kota
tersisip antara yang sengaja dikenang
merata, seperti kata-kata di hari senja
meski
semakin menjurang ruang antara
ucapan yang bertumbuhan
bila tidak
tiba-tiba kelepak sayap angsa putih
berlima perlahan menjelang bulan
tinggalkan danau menggenang sunyi
kita terdiam
sejak dahulu memang, yang
tidak terucapkan, lebih berarti
Makna puisi di atas
menggambarkan pengembaraan di
kota Geneva. Bagaimana
sebenarnya aku berhubungan
dengan orang lain tanpa saling
kenal da.n tanpa mengetahui
makna yang mereka lakukan. Bait
pertama mengungkapkan suatu
itepasrahan pada musim untuk
membalikkan lembaran-lembaran
hidup yang telah dilalui. Pada bait
berikutnya mengungkapkan
akibatnya ka.lau tidak pasrah

seperti seseorangga.dia yang


tiba.-tiba menyeberang atau
perempuan tua yang menawarkan
bunga dengan berpakaian hitam.
Pada bait ketiga penyair kembali
menceritakan pada bait pertama
tentang kepasrahan tentang peran
yang harus dilakonka.n. Sekalipun
dengan bimbang dia. harus
menjawab lawan bicaranya.
Akhirnya dia kalah dan mengikuti
perjalanan waktu untuk
tinggalkan kantuk dan bergumul

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 439

dengan kehangatan nafsu di


Geneva
Pada bait berikutnya si
aku menyadari bahwa di antara
mereka tidak saling mengenal,
yang dia kenal hanya perkiraan
saja bahwa dia itu seorang yang
memperhatikannya. Atau yang
merayunya untuk menikmati kota.
Pada bait berikutnya jelas bahwa
yang dilakukan di aku adalah
mengembara dengan
menanggalkan identitas.
Bagaimana menghadapi semua itu
apakah menunduk karena terpaan
cobaannya yang berat atau
menantang gemerlap dunia.
Perjalanan yang dilalui
ada yang dikenang sekalipun ada

ruang antara ucapan yang


bertumbukan. Namun, bagaimana
sebenarnya hidup ini dikenang,
biasanya yang tidak terucapkan
lebih berarti..
Diksi Yang digunakan:
musim, buku, gadis, geneva. bunga,
perempuan tua, kebimbangan, ja.nji,
rebah-rebah, hangat nafsu, kantuk,
penat, Paris, kereta, rayu, singgah,
mengembara, menanggalkan nama,
benda-benda kemilau, gemerlapan
lampu, Amsterdam, malam, kotakota, hari senja, sayap angsa putih,
danau, sunyi, lebih berarti.

3.3 Puisi-puisi Dorothea


a. NIKAH ILALANG
engkau nikahi ilalang, bermvah di negeri
semaksemak. diamlah dalam kemirisik angin
yang mengecoh cakrawala.
tapi orang-orang Ia1u melayat. padamu. Terasa
kelam perkawinan dan pesta syahwat. engkau
butuhkan bungabunga ditaburhan. dvadoa
penghabisan, dan ziarah bertubitubi
enghau nikahi ilalang. luas kebun Iuas bumi
luas langit. Iuas batinmu. engkau
nikahi kesunyian yang di tinggalkan abadabad
nanti. berkumur jagat hewankecil yang
mencari rumahrumah dalam tangis dan sekarat
Makna puisi di atas
menggambarkan bagaimana
perihnya sebuah pernikahan seperti
layaknya menikahi ilalang. Pada bait
I tergambar suatu dialog antara aku
dan kau. Dikatakan nikahi ilalang.

Siapa sebenarnya engkau dan ilalang


itu? Pada baris selanjutnya
dikatakan berumah di semak-semak.
Memang biasanya ilalang hidup di
antara semak-semak. Pada baris
berikutnya tergambar kehidupan

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 440

ilalang sendiri yang kalau


terlihat indah dari luar, namun
tertiup, a.ngin aka.n kemerisik
sebenarnya perkawinan itu
dan apabila dilihat dari atas
sendiri seperti suasana
kehidupan di bawah pohon
kematian, kesunyian dan hidup
ilalang tidak kelihatan.
dari penderitaan orang-orang
Namun, ternyata kalau
yang kesusahan.
kita. baca pada bait II nikah
Diksi yang digunakan:
ilalang itu sendiri sebuah
ilalang, semak -semak, kemirisik
simbol karena pada bait ini
angin, cakrawala, melayat, pesta
digambarkan suatu suasana
syahwat, bunga -bunga, doadoa,
kematian da.lam pernikahan itu.
ziarah, luas, bumi, langit,
Pada bait III kembali
batinmu, kesunyian, berabad permasalahannya sama dengan
abad, hewan kecil, tangis,
bait I, ni kahi ilalang dalam
sekarat,
suasana kelengangan, kesunyian
Ga ya bahasa yang
dan kehidupan makhluk kecil
digunakan: beruma.h di negeri
yang bersusah pa yah dalam
semaksemak, diamlah dalam
mencari nafkah .
kemerisik angin, engkau nikahi
Pada dasarnya puisi di
kesunyian yang ditinggalkan
atas menggambarkan suatu
abad nanti, berku mur jagat
suasana perkawinan yang seperti
hewan kecil.
kehidupan ilalang. Dalam
perkawinan tersebut ada.
b. KEMATIAN KEPOMPONG
engkau ikut da1am arakarakan itu, menuju
rumahcinta yang tak berpintu. aku yang mengusung
dan kitaga1i liang buat dirisendiri. doadoa 1upa
dibacahan; tibatiba terucapkan amin yang
berkepanjangan .
engkau melayat: tubuhmu sendiri, tersesat.,saat
bertapa, tetapi pesta memang teramat sederhana
kita berdua minggir ke.sudutsudut., dan hercakap
entahapa tiba tiba ki ta bercinta .bersetubuh
dengan kekosongan; alangkah siasia. kubelit
nafasrnu dengan juntaianrambut. dari Iudahku.
tetapi kita bercinta: melengkapkan kenimatan
senggama, sebelum musim berziarah keburu tiba
kita berdua minggir. sampai tepiyang paling sepi.
Dan engkau tersesat saat bertapa. tibatiba. tapi,
sungguh . kita sempatbercinta : dalam temperatur
yang gi1a !

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 441

Makna puisi di atas


menggambarkan suasana suatu
kematian yang diibaratkan
seperti kepompong. Pada. bait I
tergambar suatu dialog kepada
seseorang/kekasihnya. Mereka
bersama-sama membuat liang kubur
sendiri tanpa doa -doa. Mereka
melayat tubuh mereka
sendiri.Ini dapat dilihat
kehidupan kepompong itu sendiri
yang hanya hidup
sendiri./tersesat saat bertapa /
bertapa biasanya merupakan
itegiatan merenungkan diri dengan
meninggalkan kesenangan
duniawi. Namun ini tersesat,
mengapa? Pada bait berikutnya
tergambar bagaimana mereka
bercinta yang membara.
Jadi, pada dasarnya puisi
ini menggambarkan, kehidupan

tercinta yang melewati batas akan


mengakibatkan seperti.
membuat lubang kubur sendiri.
Diksi Yang di gunakan:
rumahcinta, mengusung,
doadoa, amin, tersesa.t, bertapa,
pesta, sederhana, minggir,
sudutsudut, bercakap, bercinta,
bersetubuh, kekosongan, siasia.,
kubelit, juntaian rambut, musim
berziarah, temperatur,
Ga ya bahasa yang
digunakan: rumah cinta tal -;
berpintu, kitagali liang buat
dirisendiri, tibatiba terucakan amin
yang berkepanjangan, kita berdua
minggir ke sudut-sudut, bersetubuhdengan kekosongan, kubelit nafasmu
dengan juntaianrambut dari ludahku,
sampai tepi yang sepi, tersesat saat
bertapa,

c. RUMAH YANG HILANG


aku sudah pulang, sebelum matahari surut.
keba1ik matamu . ku temui orangorang yang
mendesahkan namamu.barangkali katakata
telah mnjadi kaca. hurufhuruf dalam kristal.
dan juga embun
aku sudah pulang, hekasih. sedang kau, entah
di mana. kecuali kedinginan embun, di tengah
sahara hatiku
.
kesunyian pernah menjajikan padahu nyanyian
daun bambu. dalam padang yang luas. perjalanan
pulang yang tak juga rampung. dongengdongeng.
dan rumputrumput. sunyi.
kemarilah, kekasih. aku sudah menunggumu
-dalam gema shalawat. dan adzan gaib. Hanya
mesjid, di seberang rumah, tersipu jika pintunya
kumasuki.

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 442

Makna puisi di atas


menggambarkan perasaan yang
hilang karena kekasihnya pergi.
Pada bait I tergambar bagaimana si
aku sedang mencari kekasihnya
hingga. lidahnya kelu tak terucapkan
ka.ta-kata lagi. Dia menunggu
kekasihnya yang hilang yang
membuat si aku kesepian. Pada bait
terakhir sia.ltu menyeru kekasihnya
dengan kekuata.n rohani sekalipun
ini membuat malu dalam pengertian
agama..
Jadi, rumah hilang merupkan
simbol dari hati yang sepi karena
kehila.ngan kekasihnya.
Diksi yang digunakan:
matahari, surut, mata, mendesahkan,
.

nama, kata_kata, kaca, kristal,


embun, pulang, kedinginan,
sahara, kesunyian, daun bambu,
padang, rampung,
dongengdongeng, rumputrumput,
salawat, azan, gaib, tersipu,
Gaya bahasa yang
digunakan: sebelum mata.hari
surut ke balik matamu,
mendesahkan tiamamu, katakata
telah menjadi kaca, hurufhuruf
dalam kristal, kedinginan embun
di tenga.h sahara hatiku,
nyaziyian daun bambu,
dongengdongeng dan
rumputrumput sunyi, hanya
mesjid, di seberang rumah,
tersipu jika pintunya kumasuki

d. HABIS KITA DALAM HUJAN


habis kita dalam hujan. Obrolan
segumpal musim cuma jadi debudebu di jalanan.
ke indahan hidup : katakata yang berlepasan dari
sekuntum bunga, terjelma da1am kalimatkalimat.
setumpuk kitab, terkunyah dalam pikiran, kita
obrolkan, kit a Iupahan, debudebu menguruk
ingatan kita. lalu kau berteduh. hujan, cepat
datang, menghabiskan semua.
kita berteduh di bawah kaki arangorang gagap.
seperti katak, kau berontak. tapi kita berteduh, ya?
hujan menghabiskan semua. kita selalu tingga1 menunggu
jadi gerimis,1a1u cemas hujan 1agi, hujan Iagi.
hujan 1agi .
Ma kna pui si di at a s
ke kua sa a n ora ng ya n g t a k
ni e ngga m ba rka n se rnua ya n g
m a m pu a ka n m e nj a di t a k
di m i li ki ha bi s ol e h huja n. Pa da
be ra rt i .
ba i t I t e rga m ba r ba ga i ma na
J a di , pe nge rt i a n huja n
huj a n se ba ga i si m bol se suat u
da l a m pui si di at a s m e rupa ka n
ya n g da pa t m e m usna hka n.
si m bol da ri ke kua ta n ya n g
Ka t a -ka t a i nda h, pe la j a ra n
m e m usna hha n sem ua .
a ka n ha bi s de nga n huja n. Pa da
ke i nda ha n hi dup j uga
ba i t II t e rga m ba r ba ga i m a na
ke c e rda sa n.
ka l a u be rl i ndung di ba wa h
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 443

Pe ngguna a n di ksi : huj a n,


se gum pa l , m usi m , de bude bu,
kata.kata., berlepasan, sekuntum,
bunga, kalimatkalimat, kitab,
terkunyah, pikiran, menguruk,
berteduh, orangorang gagap,
katak, berontak,
Gaya bahasa. yang
dipergunaha.n: habis kita dalam

hujan, segumpal musim jadi


debudebu di jalanan, katakata
yang berlepasan dari sekuntutn
bunga, terl-:utiyc.h dalam pil:irati, debudebu menguruk
pikiran, kita berteduh di bawah
kaki orangorang gagap, seperti
katak, kau berontak, hujan
menghabiskan semua,

e. SUNGAI TERLIPAT
aku simpan lukisanmu: sebuah sungal. kubayangan
anakanak bermain. katakkatak berenang di pinggirnya.
daunan enggan jatuh. ularular melintas, tanpa nafsu
pada ketajaman racun pada taringnya.
matahari, Iihatlah, menyemhul dan menyelinap pada
rimbun awal-akhir muara.
tapi aku simpan Iukisanmu, sebab ia mengalirkan
airmata. mengalirkan kalmat-demikalimat yang bercerita.
kau takmendengarnya. tapi bacalah bagaimana ia menutup
kesedihannya. tanpa kekuatan melukis hehidupannya.
kakikaki raksasa menindihnya.
aku simpan lukisanmu, aku lipat. aku singkirkan: dalam
kalbv!
Makna puisi di atas
Jadi, pengertian sungai itu
menggambarkan angan sendiri pada puisi di atas merupakan
angan;janjijanji yang diutarakan
janji-janji. yang indah yang diberikan
oleh seseoran g pada si a.ku
seseorang pada si aku.
sepeti kehidupan sungai yang
Diksi yang digunakan : sungai,
inda.h yang membuat
anakanak, katakatak.tak, daunan,
kepedihan. Pada bait pertama
ularular, menyembul, menyelinap,
diga.mbarkan bagaimana siaku
rimbunmelukis, kakikaki raksasa.,
menyimpan janjijanji yang
Gaya bahasa: daunan enggan
indah seperti keindahan sebuah
jatuh, ularular melintas, tanpa. nafsu
sungai. Pada bait III keindahan
pa.da ketajaman racun pada taringnya,
sungai itu membuat kepedihan
matahari, menyembul dan menyelinap
yang akhirnya l ukisan/janji pada rimbun awal-akhir muara, aku
janji itu oleh si aku
simpan lukisanmu, aku lipat. aku
disingkirkannya.
singkirkan: da.lam kalbu!

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 444

f. BURUNG LEPAS SANGKAR


kicau perkutut berhenti saat kaulepaskan
dari sangkarnya. para pencari menyulut abor
Ia1u menghitung perdu demi perdu, dahan demi
dahan pohon. senja demi senja yang merah.
: sudah kauterimakah ti1gram pada sehelai
bulu itu?
sebuah dunia lepas, adalah sangkar baru: katanya.
1a1u setelah melipat tilgram itu: kaubayangkan
rumahrumah yang tak pernah dihuni. halaman
dengan rumputrumput dan belukar yang tinggi.
di luar jendela: cuaca makin purba dan
menggigilkan !
Makna puisi di atas
menggambarkan orang yang hilang.
Bait I menggambarkan burung yang
hilang dan orang-orang banyak yang
mencarinya. Pada bit selanjutnya
mengatakan adanya telegram tentang
kebebasan hidup. Pada bait III
tergambar suasana kemuraman dan
kesepian.
Jadi, puisi di atas
menggambarkan kebebasan itu akan

menimbulkan kesepian dan berbagai


tantangan.
Diksi yang digunakan:
burung, sangkar, obor, perdu,
pohon, senja, .tilgram, sehelai
bulu, rumputrumput, purba,
Gaya bahasa: menghitung
perdu demi perdu, tilgram pada
sehelai bulu, rumahrumah yang
tak pernah dihuni , cuaca makin
purba dan menggigilkan,

g. NYANYIAN ANAK ANAK BERMAIN


dari sumur yang sama kutimha darah dan
keringat semuaorang. kusaring kebekuan, 1a1u
kutiup: menjadi bulan.
cahaya menylinap antara rindangperadaban.
masihkah kaubutuh bayangbayang?
kuikat purnama dengan lidahku, setelah Ietih
memeras darah dan keringat sendiri. Kukembalikan
bagi 1angit suwung.
tibatiba mendung. bulan kehilanganbayang.
kupanggi1 anakanak. biar menadah airmata
sendiri

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 445

Makna puisi di atas


menggambarkan perjuangan
hidup yang membawa anak ke
dalam kesengsaraan. Pada
bait I digambarkan
bagaimana susahnya mencari
kehidupan dengan memeras
keringat dan darah dan
menjadikannya sempurna.
Ketika sedang apes hanya
memberikan air mata bagi
anak-anaknya.
Diksi: sumur, darah,
kebekuan, bulan, rindang

perdaban, bayangbayang,
purnama, letih, langitsuwung,
airmata,
Gaya bahasa: kutimba
darah, kusaring kebekuan, kutiup
menjadi bulan, cahaya
menyelin,ap antara
rindangperadaban, ltuikat
purnama dalam lidat - :ku, meremas
darah dan keringat sendiri,
kuliembalikan bagi langitsuwung,
bulan kehilangan bayang,
menadah airmata sendiri

h. ELEGI PARA PENDAKI


bumi ini untukmu. biarpun hujan
menelanjanginya seperti bayi. kesuburan
akan menjanjikan padamu sengheta yang manis.
di 1angit., warna gelap rebah di hatimu.
maha letakkan di tanggu1-tanggu1 irisan
daging yang menawarkan kita luka, sebelum
banj.r mengikisnya. setiap wahtu, kau harus
menyediahan untukku. sebelum setiap dendam
menggoresnya 1ebih du1u.
La1u pert.umpahan darah tak terelakkan.
tapi 1ebih baik ketimbang benci senantiasa
menjamur di balik senyum para malaikat
dan bidadari.
Makna puisi di atas
menggambarkan nyanyian bagi
pendaki. Pada bait I
menggambarkan keindahan bumi
yang disediakan bagi yang mendaki.
Pada bait II ada. kata-kata irisan
daging, ini dapat diungkapkan
sebagai hati yang merupaka.n
segumpal daging. Dapat dikatakan
hati yang menyakitkan. Pada bait
III diterangkan lebih jauh akibat

dari irisan daging itu yang


mengakibatkan pertumpahan darah.
Jadi, kembali lagi bahwa
kata pendaki merupakan simbol dari
orang petualang di bumi yang
menyaltitkan hati orang lain
sehingga mengakibatkan
pertumpahan darah. Dapat juga
dikatakanpendaki di sini merupakan
simbol dari orang yang ambisi
menaklukan bumi tanpa
memandang orang lain sehingga.

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 446

menyakiti dan terjadi pertumpahan


seperti bayi, kesuburan akan
darah.
menjajikan padamu sengketa yang
Diksi: bumi, kuburan,
manis, di langit, warna gelap
sengketa, tanggul-tanggul, daging,
rebah di hatimu, daging yang
luka, banjir, dendam, pertumpahan
menawarkan,kita luka, benci
darah, menjaniur, malaikat,
senantiasa menjamur,
bidadari,
Gaya bahasa.: bumi ini
untukmu, hujan menelanjanginya
i. WHISPER IN THE NIGHT
Ophellia
Ophe1lia menjerit. suaranya menghitamhan
warna kolam. Ikanikan tak 1agi menari
di puncak gelombang. tak 1agi ke. sungai.
pada ruang tunggu : den tam jantung' dan
nafas percin taan .
suaranya, menyusup di detikdetik jam.
Ophe11ia menjerit.. bayangbayangnya
mengendap diantara piano. suara yang
meryenandungkan orkes kematian
Makna puisi di atas
ketakutan seerang gadis pada
malam hari. Pada. bait I
digambarkan ada. seseorang yang
menjerit sehingga menakutkan.
Pada bait. kedua tergambar adegan
percintaandan pada bait III ada
kematian.
Jadi, puisi di atas
menggambarkan percintaan yang
menyebabkan kematian.

Diksi: Ophellia, kolam,


ikanikan, puncak, gelombang,
jantung, ruang tunggu, detikdetik
jam, piano, orkes kematian,
Gaya bahasa: suaranya
menghitamkan warna kolam,
suaranya menyusup di
detikdetikjam, bayangbayangnya
mengendap di antara piano,

j. MEMANDANG JAKARTA
ada yang Iebih berarti dari sekuntumbunga
yang tergeletak di tepi jalan. atau seekor
burung yang hinggap di atap rumah.
ada yang 1ebih berarti dari mernungut.
bunga dan menemba burung.aku di antara
kalian. menduga jarak pemberhentian.
lalu kita berhamburan seperti sampah
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 447

dari truk sampah. merebutkan satu tempat


untuk berpijak. dan kita tak sempat
memikirkan:- mengapa kita berdiri diantara
daftar harga, dan boleh di tawar?
Makna puisi di atas
menggambarkan keadaan sebuah
kota besar yang hirukpikuk tanpa
henti dan di tengah kehidupan
duniawi. Bait I menggambarkan
bagaimana sesuatu yang berarti
melebihi sekuntum bunga dan
seeekor burung. Pa.da bait kedua
ada kata jarak pemberhentian. Bait
III mengganibarkan kehidupan yang
telah dirasuki kehidupan materi.
Jadi, puisi di atas
menggambarkan kehidupan kota
Jakarta yang hiruk pikuk dengan
kehidupan materi tidak sernpat
memikirkan keindahan bunga atau
burung.
Diksi: sekuntum bunga, jalan,
burung, pemberhentian, sampah,
daftar harga,
Gaya bahasa: sekuntum
bunga yang tergeletak di tepi jalan,
menduga jarakpemberhentian, kita
berhamburan seperti sampah dari
truk sampah, kita berdiri di antara
daftar harga dan boleh ditawar
3.4 Perbandingan Gaya Bahasa
yang digunakan Toeti Heraty dan
Dorothea Rosa Herliany
Berdasarkan hasil
pembahasan analisis di atas terlihat
ada perbedaan gaya bahasa yang
digunakan kedua penyair tersebut.
Toeti memandang berbagai
permasalahan hidup dengan lebih
menggunaltan pemikiran filsafat
sedangkan Dorothea lebih
menggunakan perasaan. Gaya
bahasa yang dominant digunakan

Toety adalah gaya bahasa ironi


sedangkan gaya ba.hasa yang
d.igunaltan oleh Dorothea lebih
banyak menggunakan gaya bahasa
simbolis.
3.5 Kesimpulan
Toety dan Dorothea
merupakan dua penyair wanita.
dari dua periode sastra yang
berbeda. Keduanya merupakan
penyair yan
g sering dibicarakan.
Toety merupakan penyair pada
periode "66 sedangkan Dorothea
penyair dari periode saatra
kontemporer. Dari kedua
penyair ini penulis ingin
mengetahui lebih banyak
tentang ga ya bahasa kedua
penyair tersebut.
Untuk mengetahui keclua
ga ya bahasa penyair di atas
maka pendekatan yang sesuai
untuk menganalisisnya. adalah
pendekatan stilistika.Pendekatan
stili stika adalah pendekatan
yang menekankan pada aspek
bahasa puisi. Adapun untuk
mengetahui ga ya bahasa yang
digunakan teori terctang bahasa
kias. Adapun metode penelitian
yang digunakan adalah nietode
analisis-komparatif. . Jenis
penelitian itu sendiri adalah
penelitian kualitatif karena
peneliti terlibat langsung dalam
objef. penelitian ya.itu teks
puisi itu sendiri.

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 448

Berdasarkan pembahasan
hasil analisis puisi, puisipuisi Toeti
lebih condong pada jenis puisi ide
sedangkan puisi-puisi Dorathea
merupakan puisi-puisi ekspresif.
Gaya bahasa yang digunakan pun
berbeda. Puisi-puisi Toety lebih

banyak mengguna.kan gaya. bahasa


irani, sedangkan gaya. bahasa yang
digunakan Dorothea adalah gaya
bahasa simbolis.

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 449

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1984. Pengantar Memahami Unsur -unsur Karya Sastra.
Malang: FPBS IKIP Malang..
Chatman, Seymour. 1968. An Introduction to the Language of Poetry.
Boston: Houghton Mifflin Company, ,
Darma, Budi. 1985. "Parkembangan Puisi Indonesia". Dalam Horison, No. 8,
Tahun XX Agustus.:
Effendi, S. 1982. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga Mustika
Alam.
Herliany,, Dorothe Rosa. 1995. Nikah Ilalang. Yogyakarta ;; Yayasan Pustaka
Nusatama.
Junus, Umar. I981. Perkembanpan Puisi Indonesia dan Melayu
Modern. Jakarta: Bhratara.
Luxemburg,, Jan van. et. al. 1906. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Pradopo, &.-i.chmat~Djoko. 19B5. Pengkaijan Puisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Rosidi, Ajip. 1977 . Laut Biru Langit Biru. Jjakarta: Pustaka Jaya.
Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkas.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta. Airlangga.
Teeuw, A. 1983a. Membaca dan Menilai Karya Sastra. Jakarta: Gramedia.
Teeuw, A. 1983b. Tergantung pada Kata Jakarta: Pustaka Jaya

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 450

Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010 | 451

Anda mungkin juga menyukai