Anda di halaman 1dari 470

http://inzomnia.wapka.

mobi

The Devil's DNA


Peter Blauner
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
The Devil's DNA Diterjemahkan dari Slipping Into Darkness
penerjemah, Ella Elviana; Untuk Peg, Mac, dan Mose
Dengan terimakasih dan rasa hormat pada Rob Mooney dan
Michael C. Donnelly, dua yang terbaik
Komentar :
Sebuah kisah kriminal yang memikat dan sangat menegangkan
........Kirkus Reviews
Thriller berlatar kota New York terbaik sampai saat ini
........The New York Times
Novel kriminal yang menakjubkan
........New York Daily News
Kisah misteri yang amat memuaskan ........Newsweek
Thriler yang berliku dan tak terduga
........Publisher Weekly
Luar biasa...Novel yang sungguh memuaskan
........Boston Globe
PROLOG
HANTU-HANTU KELAPARAN
2003

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tak lama setelah melewati pintu gerbang besi dan keluar


menuju halaman hijau alam pedesaan Pemakaman Cricklewood,
Francis X. Loughlin mendapati ketenangan sore pertengahan
Oktober itu dikoyak oleh derak dan rintihan alat pengeruk
yang bekerja.
Ia menoleh ke sekeliling, berusaha mencari tahu di mana
mereka menggali. Kini tak ada apa-apa lagi di tempat benda itu
sebelumnya berada. Sebuah debam logam keras lain membuat
sekelompok angsa terbang tinggi di atas makam besar di sisi
Kolam Cypress. Ia mengawasi burung-burung itu menghilang
dari jarak pandangnya, tepat sebelum ia memperkirakan, satu
lagi pertanda terganggunya keserasian alam.
Dua puluh tahun.
Ia mengambil sisi sebelah kiri malaikat granit pertama dan
mengikuti suara mesin-mesin di Hemlock Avenue, melewati
kebun jambangan berpayung rimbunan daun, rangka kayu peti
mati, dan peti-peti mati di atas tanah, tempat orang-orang
terkemuka beristirahat tak jauh dari para kuli pelabuhan,
biarawati bersebelahan dengan atlet-atlet bintang baseball,
Putri India di sebelah Raja Glamor, yang Wafat Alamiah
berdampingan dengan mereka yang Mati Mendadak.
Akankah pekerjaannya bertambah mudah jika mereka bisa
bicara tentang saat-saat terakhir mereka? Ataukah hirukpikuk dan kebingungannya akan terasa terlalu berat? Apa yang
terjadi? Hanya begini sajakah? Nomor telepon polisi hanya
lelucon. Aku menginginkan lebih dari ini! Ia menghalangi
matanya dari terjangan debu. Apakah orang bahkan dapat
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mendengar suara tinggi lembut kewanita-wanitaan berkata,


"Permisi, tapi saya rasa Anda tak boleh berada di sini"!
Ia berjalan lambat-lambat melewati tugu peringatan Perang
Saudara, lelaki kulit putih kekar mengenakan mantel panjang
tiga perempat, dengan bahu sarung-tinju, dada bidang
Etruscan-nama bangsa di peradaban kuno Eropa- dan bentuk
perut yang layak dia peroleh di usia empat puluh sembilan.
Garis rambutnya telah mundur menuju rerumputan di
perbatasan kulit kepala, memperlihatkan sepasang alis jahat
pada wajah suci nan bejat. Meski begitu, para wanita masih
menyukainya, karena ia bisa menyimak tanpa menyela untuk
membual tentang para Raksasa dan karena ia tampak seperti
seorang pria yang dapat memperbaiki alat-alat yang rusak dan
mengembalikannya dalam keadaan berfungsi tanpa banyak
menyumpah dan mengeluh tentang betapa sulit pekerjaannya..
Mungkin belum dua puluh tahun, simpulnya. Tanah belum
menampakkan kekuatannya dalam waktu sesingkat itu. Ada
bekuan di batu-batu nisan, kepingan es di makam bawah tanah,
dan ranting-ranting pohon bagai pembuluh darah rusak di langit
putih kosong. Mungkin nanti setelah Thanksgiving.
Terpaan angin tajam menggetarkan pohon mapel,
menghembuskan sapuan dedaunan mati ke pergelangan kakinya.
Ia merasakan sesuatu mengenai manset celananya dan
membungkuk ke bawah meraih lembaran lima puluh dolar di
sana. Diambilnya uang itu dan diperiksa, tampak olehnya uang
itu tak hanya palsu tapi juga separo terbakar. Hembusan angin
lain meniupkan aroma ganjil antara bebek panggang dan dupa
yang menyala. Matanya mencari-cari penjelasan, melewati salib
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

batu lalu ke atas bukit, sebelum menemukan satu keluarga Cina


tengah berkumpul mengelilingi gundukan, lilin-lilin gaya lama
dan bebungaan tersusun di sekitar peti mati tertutup kelambu.
"Hey, Francis X; que pasal" sebuah suara memanggilnya dari
belakang. "Bangun! Kau tak lihat kami melambai padamu?"
Ia berbalik dan melihat enam orang berdiri di samping sebuah
kuburan yang menganga, tengah menatapnya seolah ia
pengantin pria yang muncul dalam keadaan mabuk ke pesta
pernikahan. Satu persatu, dikenalinya sebagian besar dari
mereka adalah rekan-rekannya dari kantor kejaksaan atau
bagian forensik. Di belakang mereka, alat keruk itu masih
bekerja, menggali lubang di dekat batu nisan: allison wallis,
1955-1983. Sebuah cakar baja menggapai ke dalam lubang, lalu
muncul dengan setumpuk tanah. Cakar itu memutar dan
memuntahkan muatannya ke atas papan kayu lapis yang
terhampar untuk melindungi rerumputan, bau busuk humus
yang menghantam kayu menyembulkan cacing-cacing tanah dari
dalam perutnya.
"Hey, hey, Scottie, coba jelaskan." Francis memasang wajah
iseng saat mendekat sembari menyapa teknisi video yang
sedang memasang tripod di atas parit.
"Tidak seperti biasanya bukan, Francis?" kata Scott Ferguson,
seorang lelaki berkuncir penuh lagak dari Unit Bukti Visual
yang senang membagi-bagikan kartu nama, berusaha mencari
kerja sampingan akhir minggu dengan memfilmkan pernikahan,
bar mitzvahs, dan pembaptisan. "Biasanya kalau kita taruh
mereka di bawah, mereka tidak keluar-keluar lagi."
"Memang."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Galibnya, ia hanya mendekati Scottie di TKP, saat darah masih


melekat di dinding, secara harfiah. "Jadi, ada apa?" kata
Scottie. "Aku berusaha bertanya pada Paul, tapi ia bilang ini
bagianmu."
"Begitu, ya?"
Francis melongok ke seberang kuburan tempat Paul Raedo,
teman lamanya, sang jaksa penuntut, sedang berbincang penuh
semangat dengan seorang wanita dari kantor forensik,
menunjuk ke arahnya sesekali, tak pelak lagi berusaha
menimpakan kesalahan. Empat anggota penggali kubur berdiri
dengan seragam hijaunya, bertumpu pada sekop dan beliung,
menunggu melakukan pekerjaan yang lebih pasti daripada
sekadar menggali-gali peti mati.
"Ya, dia mengatakan satu hal padaku," aku Scottie.
"Menurutnya ini kasus paling aneh yang pernah dia alami."
"Jangan percaya omong kosong."
"Ya, aku tak tahu lagi bagaimana kau menyebutnya. Seorang
gadis tewas dua puluh tahun lalu dan darahnya muncul pada
mayat lain minggu kemarin."
"Sepertinya si brengsek Paul mengatakan cukup banyak
padamu." Francis melirik ke kejauhan.
Alat keruk itu menggeram dan bergoyang-goyang pada
penahannya sembari mengangkut bongkahan-bongkahan kecil
berwarna cokelat dari dalam tanah, menghujani orang-orang di
dekatnya dengan debu. Francis merasa sedikit senang melihat
Paul terbatuk-batuk sambil mengibas-ngibas kotoran dari
kelepak jaketnya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi, apa-apaan ini?" tanya Scottie. "Kau mengubur gadis yang


salah?"
"Begitulah menurut ibunya," ujar Francis, teringat ketika ia
berdiri tepat di tempat yang sama bersama Eileen Wallis; satu
tangannya memegangi lengan wanita itu untuk mencegahnya
melompat ke dalam, jauh di tahun 1983. "Aku berusaha selalu
berpikiran terbuka."
"Lalu bagaimana tentang pemuda yang kau jebloskan ke penjara
itu? Menurut Paul, ia sudah dikurung selama dua puluh tahun."
"Memang malang nasibnya, tapi apa yang bisa kau lakukan? Aku
masih tetap mengawasinya. Semua orang melakukan sesuatu."
Mesin itu terus menggali. Tiap kerukan logam ke dalam tanah
seperti menggali ulu hatinya, sebuah pengingat bahwa ada yang
keliru dalam penanda waktunya. Dokter membantumu lahir ke
dunia, pengurus pemakaman mengantarmu kembali ke dalam
tanah, dan jika terjadi sesuatu yang tidak beres di antara
kedua waktu itu, orang akan memanggil polisi. Mungkin ia tak
selalu sempurna, tapi jika kau membutuhkan seseorang untuk
membawamu dari tempat kejadian perkara (TKP) ke dalam
kubur, ia selalu berpikir ia adalah orang yang tepat untuk
pekerjaan itu. Ia tidak mesti menghibur orang-orang yang
berduka
seperti halnya pastor atau petugas pemakaman, ia hanya
menjaga semua urusan seadil-adilnya. Tapi kini dirinya merasa
seakan-akan telah mengecewakan anak buahnya. Seharusnya ia
menjadi wakil mereka, seorang hamba masyarakat, utusan
mereka: seorang Politisi untuk Mereka yang Mati. Siapa lagi
yang akan memastikan segala kebutuhan mereka terpenuhi?
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Siapa lagi yang akan memutar pergelangan mereka,


menghubungi orang-orang, mengetuk pintu, dan bicara panjang
lebar atas nama mereka? Siapa lagi yang akan membela dan
berjuang demi orang-orang ini?
"Apa aku mencium sebuah tuntutan di angin atau seseorang
sedang membakar dupa?" hidung Scottie mencium-cium.
"Ada pemakaman orang Cina di atas bukit."
Francis menunjuk dengan uang kertas yang separo hangus
miliknya ke arah bunyi bel yang berdentang pelan, batangbatang dupa berasap, dan seorang pendeta yang mengenakan
jubah kuning memandu keluarga si mati untuk menyanyi
bersama.
"Apakah mereka membayar orang untuk datang atau
bagaimana?"
"Tidak." Francis memasukkan uang itu ke dalam sakunya. "Itu
uang neraka."
"Apa?"
"Uang neraka. Membelanjakan uang untuk di alam baka. Kalau
orang yang meninggal dibiarkan kelaparan, mereka akan
kembali dan menghantuimu."
"Mungkin mestinya kau melemparnya ke dalam." Teknisi itu
mengangguk saat salah seorang penggali kubur melongok ke
bawah ke dalam lubang kubur dan mengacungkan dua
jempolnya. "Ada yang bertingkah di sini."
"Mungkin sudah telat untuk itu," kata Francis.
Perlahan-lahan cakar baja itu terangkat dan orang-orang itu
turun ke dalam lubang dengan beliung dan sekop, bersiap-siap
membersihkan peti itu dari tanah.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

BAGIAN 1
DI SEBUAH KAMAR SEMPIT
Waktu terkurung dalam sangkar, di sebuah jam Bulova yang
menguning dengan pola batang-batang keperakan tipis di
permukaannya.
Anak lelaki itu duduk di ruang kosong yang dibangun dari batu
bata, serapuh telur dalam karton, menatap hampa. Jarum jam
bergerak dalam sentakan-sentakan kecil di atasnya. Dasi
merah putih terpasang di leher dan tas hijau tergeletak di
samping. Bulu mata yang panjang mengerjap-ngerjap dan kumis
tipisnya yang batu muncul, tak lebih tebal dari rambut di
lengan, berkedut di atas bibirnya.
Ia lebih terlihat seperti berumur dua belas tahun daripada
tujuh belas. Terlalu lembek untuk melakukan perbuatan kejam
yang tengah mereka bicarakan. Sembilan dari empat belas
tulang di wajah gadis itu remuk, hanya menyisakan rahang yang
hancur. Mereka bahkan tak dapat memakai catatan gigi untuk
mengidentifikasi gadis itu: kakak lelakinya mengidentifikasi
mayat itu berdasarkan tahi lalat di pahanya. Sang ibu tak
kuasa melihatnya. Ada lebam kecil di vagina, tetapi yang paling
mengganggu Francis X., karena beberapa alasan, adalah cedera
di mata kanan. Sesuatu menusuk kelopak matanya,
mengeluarkan cairan mata yang membuat selaput pelanginya
berwarna biru.
"Ia sudah menghubungi pengacara?" Francis mengawasi anak
itu dari kaca satu arah.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Belum, tapi ia sedang memikirkannya," kata Sersan Jerry


Cronin. "Ia tidak bodoh."
Kuku-kuku jemari anak itu mengetuk-ngetuk meja kayu, seperti
irama rumba yang kacau. Saat mendengar gema di ruang kosong
itu, ia berhenti dan kembali menatap hampa, pelan-pelan
tersadar dirinya tengah diperhatikan. Bahunya yang ramping
naik turun dalam blazer merah gelap sekolah parokinya, makin
terkulai dengan berlalunya waktu, terlihat jelas dua luka kecil
berwarna merah di dagunya.
"Sully berhasil mengorek sesuatu dari anak itu?"
"Kau tahu Sully." Sersan itu mendengus. Ia seorang pria kecil
yang tangguh, yang kian lama tampak semakin tangguh.
"Pendekatannya kasar. Caranya terlalu keras dan ia mencoba
menanamkan ketakutan terhadap Tuhan pada anak itu. Kami
sepakat untuk mencari pendekatan lain."
"Jadi apakah kau akan memberikan kuncinya atau
menyingkirkanku?"
"Kau akan mendapatkan kuncinya. Dengan syarat."
"Apa itu?"
"Bos-bos besar mengawasi."
Francis melihat para bos berkumpul di koridor kantor bagai
gagak-gagak di kabel telepon. Al Barber, kawan ayahnya dari
kantor Departemen Utama, berbincang dengan Robert 'Si
Turki' McKernan, sang kepala departemen. Tak lagi menjadi
orang jalanan, hanya mengurus administrasi. Gerakan
refleksnya menumpul, badan melebar, mata mengecil seiring
makin mahir mengenali memo-memo peringatan ketimbang
senjata tersembunyi.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis bertatapan dengan McKernan beberapa saat sebelum


pimpinan itu menutup pintu. "Ia tak suka padaku. Si Turki itu."
"Tentu saja ia tak suka padamu," ujar si sersan, mengangkat
bahu. "Baru dua tahun pindah dari bagian narkotika, delapan
belas bulan mangkir dari kepolisian? Yang benar saja. Kau tak
akan berdiri di sini kalau bukan berkat ayahmu. Tapi kubilang
padanya, sejujurnya, 'Anak ini detektif hebat.' Aku
memberitahunya bahwa kaulah yang berhasil menangkap si
Penembak Harlem Meer dan menyelamatkan gadis kecil itu dari
atap. Kubilang, 'Kalau kau menempatkan Francis di satu kamar
bersama seseorang, ia akan mengatakan segalanya. Interogator
terbaik yang pernah kutemui. Punya bakat alami hebat, seperti
Mantle saat memukul bola bisbol atau Pavarotti menyanyi
opera. Semua orang membicarakan kehebatan yang pernah ia
lakukan.'"
"Lalu ia bilang oke?"
"Boro-boro," jawab si sersan. "Ia tetap tak ingin kau terlibat.
Tapi Barber dan aku mengeroyoknya, dan orang tua itu
mengatakan hal-hal baik padanya. Kau diberi satu kesempatan."
"Terima kasih."
"Jangan berterima kasih padaku. Kalau membuat ini semua
buruk, kau akan membuatku susah, Sobat." Sersan itu menjawil
lengannya. "Francis, satu hal
lagi."
"Apa?"
"Sully belum pernah membacakan hak-haknya. Para bos sedikit
khawatir, dengan umur Julian yang baru tujuh belas dan
sebagainya."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku akan mengatur agar ia menandatangani kartu Miranda


(Lembar isian yang diberikan polisi pada tersangka berisi
peringatan akan hak-hak mereka untuk didampingi pengacara
saat diinterogasi)."
Francis bergegas melewatinya, mengambil tas kanvas hitam dan
memasang wajah santai. Tidak menampakkan kesan tertekan.
Kenapa harus? Hanya karena kejadian ini telah mengisi halaman
surat kabar selama dua hari terakhir? Hanya karena walikota
dan komisaris polisi telah memberikan konferensi pers? Hanya
karena semua orang bertingkah seakan-akan ia, Francis X.
Loughlin dari Blackrock Avenue di Bronx, akan bertanggung
jawab secara pribadi atas sepertiga pajak kota yang akan
dipindahkan ke daerah pinggiran jika si pembunuh tak
tertangkap akhir minggu ini? Hanya karena ini kesempatan
terbaiknya untuk kembali lagi setelah tugas kecilnya di pusat
rehabilitasi? Hanya karena ia telah bertemu dengan keluarga si
gadis dan berjanji secara pribadi bahwa ia akan mengusutnya?
Hanya karena ayahnya telah meminta maaf atas perbuatannya
dan mungkin akan segera tiba di sini, mengawasinya dari
belakang?
Ia melangkah menuju ruang interogasi dan pintu menutup di
belakangnya dengan suara klek keras yang dingin.
"Sedang baca apa?"
Julian Vega menengadah dari buku yang diambilnya dari tas,
seperti anak rusa mengintip dari belakang semak, lalu dengan
malu-malu mengangkat sampul buku bergaya futuristik perak
dan hitam berjudul ChiJdhood's End.
"Arthur C. Clarke. Apa itu sejenis fiksi ilmiah?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Untuk ketiga kalinya aku membaca buku ini." Julian terlihat


malu-malu. "Memang isinya tidak hebat, tapi tiap kali kubaca
aku bertambah mengerti sedikit-sedikit."
"Isinya tentang apa?" Francis menyantaikan diri duduk di kursi
yang lebih tinggi di seberang meja, sadar bahwa para bos
sedang berbaris di balik kaca, siap menilainya.
"Para Raja." Suara anak itu terlalu berat untuk tubuhnya yang
kurus kering. "Mereka makhluk asing cerdas yang muncul
begitu saja dan bertingkah seakan-akan hendak
menyelamatkan bumi dari perang dan penyakit, padahal mereka
yang mendalangi seluruh peristiwa."
"Selalu ada udang di balik batu, ya?" Francis mengambil buku
itu dan mengamati sampul belakangnya. "Aku juga suka
membaca. Tapi kebanyakan buku biografi dan sejarah."
"Itu masa lampau. Aku senang membaca tentang hal-hal yang
belum terjadi."
"Hmm." Francis membiarkan kalimatnya menggantung selama
beberapa detik sebelum menaruh kembali buku itu dan
menatap Julian, menegaskan aturan dasar tak tertulis: satusatunya jalan keluar dari sini adalah lewat aku.
"Jadi, kau tahu mengapa kami meminta kau mampir ke sini hari
ini?"
"Ya. Pria tadi memberitahuku. Kau ingin bicara tentang
Allison."
Francis mengambil buku catatan kecil berwarna kuning dan
menaruhnya di atas meja, di antara mereka. Sejenak mereka
berdua sama-sama merasakan kehadiran orang ketiga dalam
ruangan tersebut.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Menurut gambaran keluarganya, korban adalah gadis mungil


kesayangan semua orang. Berambut merah berantakan dengan
mata gelap; bahu ramping berbintik dan senyum berawan.
Orang mengerti mengapa ia masih tetap mengenakan kartu
pengenal di usia dua puluh tujuh, ia tak terlihat lebih tua
daripada para bocah yang ditanganinya di ruang gawat darurat
bagian anak-anak. Para dokter dan perawat yang diwawancarai
Francis di Bellevue bercerita bahwa ia tak perlu terlalu
membungkuk di meja periksa. Semua sepantar dengannya. Tak
peduli betapa orang tua pasien menjerit-jerit atau cemas
setengah mati di koridor, ia tak pernah menaikkan suara atau
terpaksa berbicara manis saat harus menjahit luka atau
memperbaiki tulang. Ia ngobrol dengan anak-anak seolah-olah
dirinya kawan mereka.
Ia memang tidak seperti Heidi dan bukitnya-Heidi mungkin
tidak punya pakaian dalam Dior hitam mahal di lemari baju atau
foto Keith Hernandez, pemain bisbol Mets, terpasang di bagian
bawah cermin, atau memo gulung di meja sebelah tempat tidur.
Namun, Heidi mungkin tak pernah terus tinggal setelah
tugasnya menangani anak sebelas tahun pengidap kanker otak
selesai, memegangi tangannya dan membacakan bagian tak
senonoh dari sebuah majalah humor. Dan tiga hari yang lalu,
seseorang menghantamnya dengan palu godam begitu keras
sehingga salah satu pasak masuk ke dalam lobus frontalnya.
"Apa ayahmu tahu kau di sini, bercakap dengan kami?" tanya
Francis, tahu anak ini dijemput Sully pada jam makan siang di
luar St. Crispin's School di East 90th Street.
Julian menggeleng. "Aku sudah telepon, tapi kadang ia sulit
mendengar dering telepon bila sedang bekerja di basement."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ia pengawas apartemen, bukan?"


Anak itu memamerkan senyum bangga sesaat. "Ya, ia mengurus
segala sesuatunya. Tujuh puluh dua unit apartemen."
"Oke. Tak apa-apa. Ini hanya prosedur resmi yang harus
dilakukan pada setiap orang untuk membantu kami. Kau tahu
bahwa kau punya hak menyewa pengacara, bla bla bla..."
Francis hampir dapat mendengar bunyi desahan lega dari balik
kaca. Hingga beberapa tahun kemarin, ia mungkin tak bisa
menanyai anak kelas tiga SMA
tanpa didampingi seorang dewasa. Tetapi kemudian si psikopat
kecil bernama Willie Bosket membunuh dua penumpang kereta
bawah tanah ketika berusia lima belas dan-sim salabim!-hukum
baru pun lahir.
"Lalu kami biasanya mengatakan sesuatu seperti," Francis
merendahkan suara meniru gaya polisi di film-film, "jika kau
tak mampu menyewa pengacara, kami akan menyediakan
bantuan hukum untukmu.' Kau mengerti semua omong kosong
itu, kan?!. Omong-omong, apa kau sudah menelepon ibumu?"
"Ia sudah meninggal." Julian melipat tangannya di atas meja.
"Benarkah?"
"Ya. Sudah lama sekali. Kanker." "Berapa usiamu waktu itu?"
"Empat tahun."
"Aku kehilangan ibuku saat usiaku sembilan," ujar Francis.
"Benarkah?"
Francis meletakkan satu tangannya di perut. "Komuni
Pertamaku berlangsung di kamar tempat ia dirawat empat
minggu sebelum kematiannya...."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia duduk kembali dan menunggu. Orang lain punya cara lebih


mudah untuk membangun sebuah hubungan. Tapi kadang
sebungkus rokok dan setangkup hamburger tak cukup. Goresgores nyata mesti muncul. Luka psikologis. Kau harus
memberikan syok hebat untuk meruntuhkan pertahanan diri
seseorang.
"Aku masih berdoa pada Santo Christopher untuk ibuku," anak
itu berkata perlahan, merogoh ke bawah kerahnya dan
memperlihatkan sebagian rantai yang melingkari leher kepada
Francis. "Ayah memberiku sebuah medali."
"Sama." Francis menyodorkan kartu Miranda dengan acuh tak
acuh untuk ditandatangani Julian. "Aku tahu bagaimana
rasanya. Kau menginginkan sesuatu yang tak seorang pun dapat
berikan. Kadang kau bahkan tak tahu apa itu. Kau hanya ingin
saja. Tolong tanda tangani di sini."
Bulu mata panjang itu bergerak-gerak dan setitik sinar tampak
di sudut mata Julian. Ia mendengus dan menunduk ke arah
kartu itu dengan perasaan malu.
"Tapi yang kau angankan selalu sama, kan?" ujar Francis,
mengalihkan perhatian. "Kau menginginkan apa yang diinginkan
semua orang." Ia mendorong kartu itu. "Tidak apa-apa. Kau tak
perlu menuliskan nama lengkapmu. Cukup inisialmu."
Berusaha menjernihkan mata dengan punggung tangan, Julian
mencoret-coret di samping tanda peringatan itu, senang
melakukan sesuatu yang tampak dewasa dan penting.
"Tampaknya kau cukup baik dalam mengurus dirimu sendiri,"
kata Francis, menarik perhatian anak itu kembali, khawatir
kalau-kalau Julian mulai membaca peringatan itu dengan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

saksama. "Mestinya kau bertemu denganku saat aku seumur


denganmu. Aku betul-betul kacau. Ujung kemeja selalu keluar.
Rambut tak pernah kusisir. Sepatu selalu lepas-lepas." Ia
tertawa kecil mengingat-ingat. "Kau pernah melakukan hal itu,
ketika mesti menuliskan namamu di kaus dengan spidol hitam
karena tak ada orang lain untuk membantumu menjahitkan
label?"
"Kadang, tapi aku masih punya papi untuk mengurusku. Kami
saling mengurus satu sama lain."
Francis mengangguk, mengerti. Duda itu dan anaknya tinggal
bersama di basement apartemen tersebut. Anak itu selalu
membawakan kotak peralatan ayahnya, dan mencoba-coba kunci
inggris atau tang sebelum waktunya.
Ia menaruh kartu Miranda kembali ke saku, misi tercapai.
"Nah, Julian. Kau sedang bekerja di apartemen Allison di
malam sebelum... "
"Hoo-lian."
"Ha?"
Anak lelaki itu tampak malu. "Orang tuaku memanggilku Joolian, bukan Julio, karena mereka tak ingin aku terdengar
seperti anak-anak Puerto Rico lain di daerah kami. Tapi
kemudian aku mulai diolok-olok di sekolah, Jadi ayah mulai
memanggilku Hoolian, sang Hooligan."
"Aku bisa paham." Francis setengah menghormat. "Bisa kau
bayangkan bagaimana rasanya sekolah di Regis dengan nama
seperti Francis Xavier Loughlin."
Rambut-rambut halus di atas bibir Julian tersentak.
"Benarkah? Kau sekolah di Regis?"
"Empat tahun."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kurasa kami bertanding sepak bola dengan kalian tahun lalu."


"Mungkin." Francis bercanda dengannya. "Oke. Kau bilang pada
Detektif Sullivan bahwa kau berada di apartemen Allison
malam sebelumnya."
"Yeah. Toiletnya bermasalah."
Francis seolah mendengar suara batuk dari balik kaca. "Maaf?"
"Tangki toiletnya tak terisi dengan benar. Barangkali bocor.
Jadi yang kukerjakan sebetulnya adalah mempererat sendinya.
Agar bisa menghasilkan tekanan cukup kuat dan toiletnya bisa
menyiram 3 galon air dengan kuat. Kucing pun bisa tersedot di
penghisap itu."
"Begitu." Francis mengangguk dan merogoh ke dalam tas
kanvas yang dibawanya ke ruangan itu. "Hoolian, aku ingin
menanyakan sesuatu. Apakah ini milikmu?"
Ia menjatuhkan tas barang bukti Ziploc itu di atas meja. Tas
itu mengempis diikuti bunyi puf lambat, memperlihatkan palu
godam baja di dalamnya. Kekusaman tas itu mengaburkan
serbuk sidik jari pada pegangan karet hitam dan noda darah
kering di puncaknya.
"Sepertinya begitu." Hoolian menggosok-gosok dagu sambil
berpikir-pikir. "Pasti kutinggalkan di kamar mandinya. Di mana
Anda menemukannya?"
"Di ruang penyimpanan selang kebakaran, di bawah tangga."
"Brengsek. Kok bisa ada di sana? Kukira aku meninggalkannya di
kamar mandi itu."
Francis mengangkat bahu, tak memperlihatkan kepuasan bahwa
Hoolian baru saja mengakui senjata pembunuhan itu' miliknya.
"Jadi, kau mengatakan pada Detektif Sullivan bahwa kau
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

ngobrol dengan Allison beberapa saat setelah selesai


memperbaiki toiletnya?"
"Ya, kadang-kadang kami ngobrol. Kami adalah, kau pasti
paham, teman." "Teman?"
"Ya..." Hoolian memperbaiki posisi duduk, sedikit bingung.
"Ia...gadis yang baik. Kami sering berbincang-bincang. Ia
membantuku menulis esai untuk lamaran kuliahku."
"Oh ya? Ke mana kau melamar?"
"Columbia. Ayah selalu ingin aku kuliah ke sana."
"Bagus." Francis memanyunkan bibirnya. "Aku sendiri cuma
lulusan Fordham."
Perlahan-lahan tangan itu turun dari dagunya, sehingga Francis
dapat berfokus pada sepasang goresan gelap menyilang.
"Tetap saja, rasanya sedikit aneh untuk daerah kalian,"
katanya. "Orang-orang di Manhattan biasanya tak kenal
tetangganya."
"Oh, aku kenal semua orang." Goresan itu melebar,
memperlihatkan retak sedikit. "Aku besar di sana sejak
berumur tiga tahun. Ayahku bilang aku seperti walikota,
ngobrol dengan orang-orang di lift, keluar masuk dapur
mereka, membawakan belanjaan. Allison baru menyewa
apartemen di sana sekitar delapan bulan, tapi kami langsung
dekat. Kami sama-sama suka Star Trek..."
"Oh ya?"
"Ya, aku pernah datang suatu malam untuk memperbaiki
wastafelnya saat ia sedang menonton The Menagerie. Anda
tahu episode itu? Itu dua bagian dari episode percobaan, 'The
Cage,' dengan Jeffrey Hunter bermain sebagai Kapten Pike.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tahu kan, waktu makhluk-makhluk Talosian dengan kepala


bohlam besar menahannya di balik kaca dan memasukkan
gambaran-gambaran gila ke dalam kepalanya, berusaha
membuatnya tetap tinggal..."
Francis mengangguk, membatin: inilah sebab mengapa beberapa
pria tak pernah bercinta.
"Tak banyak wanita yang suka fiksi ilmiah, kan?"
"Aku tak tahu. Sepertinya kakak lelakinya yang menularkan hal
itu."
Hoolian melirik ke arah kaca yang terpasang di dinding,
berangsur-angsur menyadari bahwa seseorang di balik kaca itu
mungkin sedang memperhatikan dirinya.
Mereka sudah pasti tengah berusaha sekuat mungkin
melakukan telepati dengan Francis. Meminta padanya untuk
mempercepat pekerjaan, untuk segera memperoleh pernyataan
terkutuk itu, lalu membungkusnya untuk diserahkan pada
walikota dan pihak kepolisian dalam acara bincang-bincang TV,
Live at Five. Francis Senior dapat muncul sewaktu-waktu di
sana, bersiap menyatakan pendapat tanpa diminta.
"Lalu, jam berapa kau selesai memperbaiki toilet?" tanya
Francis, tak memedulikan orang-orang di balik kaca dan bersiap
memasang jebakan berikut.
"Sekitar pukul sepuluh. Aku ingat ia sedang menonton Channel
Five dan mereka mengucapkan hal yang sama setiap hari. 'Kini
pukul jam sepuluh malam. Anda tahu di mana anak-anak Anda?'"
Francis membolak-balik buku catatan dan kecewa melihat
jawaban konsisten, sama dengan yang dilontarkan pada Sully.
Slogan brengsek tak berguna yang diingat semua orang itu
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pasti berhasil menyediakan sekitar delapan ratus alibi dalam


setahun.
"Berapa lama kau tinggal setelah memperbaiki kebocoran itu?"
"Tak tahu." Hoolian mencubit bahunya. "Sejam, mungkin
setengah jam. Sulit dipastikan."
"Mengapa? Bukankah kau bilang berita sudah mulai?"
Jangan menyerang, Francis memperingatkan diri sendiri.
Bersabarlah. Ingat: memberi waktu lebih baik daripada
menggunakan kekerasan. Waktu lebih baik daripada mesin
detektor kebohongan atau saksi mata. Waktu dapat
memberat-kanmu. Waktu dapat membebani bahu dan
mempermainkan benakmu. Waktu dapat membuatmu lapar dan
lemah. Waktu akan memberimu waktu.
"Kami pindah saluran ke MTV dan membuat popcorn," kata
Hoolian, hampir tak sadar dengan ucapannya sendiri yang
membuat kedudukannya makin goyah. "Ia baru langganan TV
kabel. Dan tiap kali video klip Duran Duran muncul, tak lama
kemudian pikiran mulai melayang. Lalu setelah beberapa lama,
ia mulai mengantuk. Ia harus ada di rumah sakit pukul delapan
esok paginya."
Kedengarannya begitu manis, dokter muda cantik ini tertidur
di depan TV bersama pemuda tujuh belas tahun yang sedang
bergairah di dekatnya.
"Apakah, mungkin, kepalanya menyender di bahumu?"
"Mungkin saja." Sedikit daging tampak bersungguh-sungguh
menonjol di antara kedua alis anak itu. "Kenapa kau ingin tahu?"
"Ya, bagi kami, penting mengetahui semua detil secara tepat.
Kami mengumpulkan sidik jari, helai-helai rambut. Kami harus

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mencari tahu barang ini milik siapa agar tidak membuat


kesalahan dan mengurung orang yang salah."
Bulu mata panjang itu mengibas. "Aku masih belum mengerti."
"Begini. Aku punya beberapa barang bukti yang sedang kucari
penjelasannya. Pintu depan gedung ini dikunci setelah tengah
malam. Oke? Satu-satunya yang punya kunci adalah penghuni
apartemen dan pengawas gedung. Dan ayahmu sedang keluar
malam itu. Jadi, kau yang pegang kunci. Satu-satunya jalan
masuk lain adalah dengan memencet bel depan dan
membangunkan penjaga pintu. Dan itu tak pernah terjadi.
Benar?"
Hoolian mengangguk, menggaruk-garuk bagian dalam pahanya.
"Nah, tak ada tanda-tanda perusakan pintu di apartemen
Allison. Tak ada tamu yang memencet bel lewat tengah malam.
Kau orang terakhir yang melihatnya malam itu. Gadis itu tak
masuk kerja esok paginya. Ayahmu membukakan pintu pada
polisi, yang menemukannya pada pukul sepuluh. Tolong jelaskan
padaku."
Bagian akhir ini tampaknya mengejutkan Hoolian, bak tohokan
dari sisi kiri, muncul titik putih dari kehijauan yang makin lama
makin besar hingga menamparnya di mulut. "Kau tak berpikir
ayahku ada hubungannya dengan semua ini, kan?"
"Tidak. Aku tidak berpikir begitu."
Mereka sudah memeriksa Osvaldo sebelumnya. Ia pergi kencan
malam itu, pergi bersama seorang guru kelas empat bernama
Susan Armenio, makan malam di Victor's Cafe, lalu berdansa di
Roseland, meninggalkan penjaga pintu tua pemabuk bernama
Boodha dan Hoolian mengurus apartemen. Mungkin hal itu
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

membuat si anak marah, Ayahnya mengkhianati ibunya atau


apa. Mungkin ia hanya menginginkan perhatian. Orang tak
pernah tahu.
"Kalau begitu, aku tak tahu apa yang harus kukatakan." Hoolian
meraba goresnya, kebingungan. "Kurasa aku harus menelepon
ayahku lagi. Ia mungkin sudah selesai bekerja di basement."
"Oke." Francis berdiri. "Tentu saja, kau boleh menghubunginya,
tetapi ada hal lain yang ingin kutanyakan padamu... "
Ia merogoh ke dalam tas di kakinya, mengeluarkan sebuah
album foto. Ia menaruhnya di depan Hoolian.
"Kau tahu apa ini, bukan?"
Hoolian menatap buku itu seakan benda itu bernapas.
"Itu album foto Allison Wallis. Kami menemukannya di balik
lemari kamar tidurmu."
Ia hampir dapat mendengar bunyi darah mengucur dalam
pembuluh anak ini. "Ayahku membolehkan kalian memeriksa
kamarku?"
"Ia mengizinkan kami memeriksa apartemenmu pagi ini.
Katanya, 'Carilah di mana pun.'"
Francis mengamati mata Hoolian yang seakan membayangkan si
pengadu itu. "Ia mengizinkan aku meminjamnya," ujar Hoolian.
"Begini, Hoolian. Aku duduk di sini, bicara padamu sebagai lakilaki. Tidakkah menurutmu kita harus selalu bersikap jujur?
Mengapa kau menyembunyikan sesuatu di balik lemari kamarmu
jika kau hanya 'meminjamnya'?"
Hoolian tampak kehilangan kemampuan bicara.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Baiklah." Francis mundur sejenak. "Mari kita permudah


situasinya. Kalian saling berteman. Kau suka padanya. Kau
memperbaiki toiletnya. Kau berharap ia balas menyukaimu."
"Tidak, tidak seperti itu.... "
"Dengar." Francis memutar kursinya ke sisi Hoolian: kini
pembicaraan antar lelaki. "Aku juga pernah mengalami hal
seperti ini. Aku juga ingin dekat dengan gadis-gadis saat aku
seumurmu. Itu wajar. Tiap kali gadis itu melihatmu, bagaikan
magnet yang menarik jantungmu dari dada. Kau sekarat dan ia
bahkan tak mengetahuinya. Aku benar, bukan?"
Hoolian ragu-ragu, menyentakkan rantai di dalam kerah
kemejanya.
"Aku tak. berkata ia sengaja mempermainkanmu, tapi bukankah
mungkin ia sengaja mengambil keuntungan darimu, meski
sedikit?"
"Tidak. Ia baik."
"Aku tidak berkata ia bukan gadis baik." Francis bangkit dan
berdiri di sampingnya. "Tapi bahkan orang baik-baik pun
kadang suka mengambil keuntungan. Lihat dari sudut pandang
gadis itu. Kau seorang anak yang penuh rasa ingin tahu, yang
senang main-main ke sana kapan saja, memperbaiki sesuatu dan
menemaninya. Kau adalah bantal tempatnya tertidur. Kau
nyaman."
Hoolian mengerjap, seakan dirinya ditampar. O, ya. Francis
meneruskan langkahnya. Kau masuk perangkapku, Nak.
"Seolah-olah ia tak tahu betapa ia menginginkanmu."
"Tidak seperti itu." Hoolian menggeleng, bulu matanya
mengerdip-ngerdip gugup. "Ia punya pacar."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"O, ya? Siapa namanya? Apakah kau pernah bertemu


dengannya?"
"Tidak... "
Francis maju beberapa sentimeter. Ia telah menghabiskan dua
belas jam sebelumnya untuk memastikan bahwa Allison tak
memiliki pacar tetap sejak
tahun terakhir kuliahnya di Amherst. Dan, orang itu,
mahasiswa kedokteran penyuka Frisbee bernama Doug Wexler,
sedang berada di Guatemala saat ini, menjalankan program
vaksinasi anak bersama dua suster Maryknoll.
"Lalu, apa yang terjadi?" tanya Francis. "Kalian bertengkar
karena ia mengetahui bahwa kau mengambil album fotonya?"
"Tidak, ia tidak tahu tentang itu," ujar Hoolian terlalu cepat,
lalu menyadari apa yang baru saja diakuinya. "Aku bermaksud
mengembalikannya. Aku hanya ingin melihat keluarganya
seperti apa."
"Lalu apa yang akan kau lakukan, menggunakan kuncimu sendiri
untuk masuk ke apartemennya saat ia sedang pergi?" Francis
menaruh satu kaki di kursinya yang kosong dan meregang ke
depan seperti seorang pelari.
"Kurasa lebih baik aku bicara dengan seorang pengacara."
Dari sudut matanya, Francis melihat pegangan pintu berputar
seakan-akan para Raja bersiap memasuki ruangan. Ia
menggelengkan kepala, meminta waktu. Jangan hancurkan. Aku
hampir dapat. Waktunya untuk menjatuhkan bom.
"Baiklah, kalau begitu, aku ingin bertanya tentang satu hal lagi"
Ia mengambil tas barang bukti kedua dan menjatuhkannya di
meja di depan Hoolian. Tas itu mengeluarkan bunyi kempis lalu
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

rubuh, lebih perlahan dari tas sebelumnya yang berisi palu


godam, menghembuskan asap tak berbau lewat sebuah lubang
kecil. "Kau tahu apa ini, bukan?"
Hoolian menggelengkan kepala, menatap gumpalan kapas kecil
berdarah di dalamnya.
"Maksudmu kau tak tahu bagaimana pembalut bekas Allison
ditemukan dalam keranjang sampah di kamar mandimu?"
Anak itu tampak lesu seperti tas itu.
"Seseorang pasti menaruhnya di sana," jawabnya lemah.
"Bagaimana caranya?"
"Aku tak tahu. Aku tak pernah melihat barang seperti itu
sebelumnya."
Kesabaran Francis habis. "Hoolian, ayolah. Kami punya ahli
serologi yang bisa menjelaskan bahwa yang ada di kapas ini
adalah darah Allison. Ini adalah bukti yang tak dapat
dibantah... "
"Tapi aku mengatakan yang sebenarnya." Bibir anak lelaki itu
bergetar. "Aku bahkan takut menyentuh sesuatu seperti itu."
"Jadi bagaimana caranya benda ini ada di kamar mandimu?
Bisakah kau jelaskan padaku?"
Hoolian mencengkeram pegangan kursi, seorang pemuda Katolik
yang dihadapkan pada bukti nyata dosa-dosanya.
"Pasti kau yang menaruhnya di sana."
"Aku?" Francis menyentuh dadanya, kaget. "Setelah aku
memperoleh album foto Allison di lemarimu dan darahnya pada
alat milikmu? Apakah itu masuk akal?"
Hoolian memajukan badan sedikit ke depan, bulu matanya
mengerjap-ngerjap panik.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Begini." Francis menyentuh pundak anak itu, seolah ia adalah


pastor tempat mengaku dosa. "Ceritakan menurut versimu
sendiri. Buat aku mengerti."
Hoolian menggelengkan kepala kembali, berpegang pada
penyangkalan samar.
"Kalau begitu aku akan membantumu," kata Francis lembut.
"Kau berada di sampingnya di sofa. Mungkin ia membiarkanmu
menyentuhnya dan berpura-pura tak menyadarinya. Mungkin ia
membiarkanmu mengangkat betisnya. Ia membiarkanmu
meraba-raba makin cepat. Lalu tiba-tiba, ia merasa dirinya
terlalu baik untukmu. Ia berusaha menghentikanmu di tengahtengah aksi. Dan, ia tak bisa melakukan hal itu pada lelaki,
kan?"
"Aku tak membunuhnya."
"Hoolian, aku memperhatikan sepasang goresan di dagumu.
Mereka tepat di depan wajahku."
Hoolian menyentuh lukanya secara tak sadar. Malang baginya,
kulitnya berwarna campuran: bukan cokelat keemasan seperti
orang-orang Latin, tapi tidak juga merah muda seperti anakanak kulit putih. Kulitnya berwarna pucat dan tipis di dekat
tulang, hampir transparan. Luka yang sembuh dalam sehari
pada anak-anak lain sulit hilang pada dirinya.
"Aku terluka saat bercukur. Aku sudah bilang pada detektif
yang tadi."
"Julian, lihat aku. Oke? Bukan waktunya lagi bertingkah seperti
anak-anak. Kau ingat pembicaraan kita tentang bagaimana kita
berdua telah kehilangan ibu?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Terdengar bunyi di udara seperti air mendidih. Kita hampir


berhasil. Sebentar lagi. Ia telah membuktikan bahwa Hoolian
adalah pemilik senjata pembunuh itu. Ia berhasil membuat
anak itu mengaku bahwa dirinya mencuri album foto gadis itu,
yang memperlihatkan bahwa ia terobsesi. Sidik jarinya ada di
semua tempat. Dan mereka tinggal mencocokkan darah Julian
dengan sampel darah yang mereka peroleh dari bawah kuku
gadis itu, untuk melengkapi bukti-bukti. Yang ia butuhkan
hanya meraih angka terakhir dan menghilangkan keraguan
apapun sebagai pernyataan.
"Jadi kau sadar bahwa ibumu tengah mengawasi dirimu saat
ini?"
Hidung Hoolian kembang-kempis. Sudut matanya kembali
berkilau. Ada sesuatu di sana.
"Aku beri tahu, kau harus mempertanggungjawabkan
perbuatanmu."
Anak itu tetap menggelengkan kepala. "Tapi itu tidak benar."
"Jangan bicara seperti itu terus," cetus Francis, memainkan
kartu yang sangat berharga ini. "Kau tahu ibumu ada di sana
dan jiwanya terluka karena ia takut kau tak akan berjumpa
dengannya di surga."
Anak itu membuka mulut, namun hanya terdengar bunyi elak
kering.
"Ia tidak membesarkanmu untuk menjadi seorang pembohong,
bukan?"
Anak itu memandang ke sekeliling mencari-cari sesuatu untuk
mengusap mata dan membersihkan hidungnya, tapi Francis
berteguh hati tak akan membawakan kotak tisu ke ruangan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Perasaan itu akan membunuhmu dari dalam. Kau tahu, kau


harus meminta ampun."
Hoolian menggigit bibir dan menggelengkan kepala lagi, kali ini
dengan geram.
Ayolah. Kau ingin membeberkannya padaku. Semua orang ingin
mengaku.
"Kau harus melakukannya, Saudaraku." Francis mencoba
memengaruhi. "Kau harus melakukan hal yang benar. Aku
memberimu jalan keluar. Aku tahu kau anak yang baik."
Ya, aku temanmu. Siapa lagi yang akan mencoba menaruhmu ke
dalam penjara selama sisa hidupmu?
Hoolian mengambil napas dalam-dalam, melipat tangannya di
pangkuan, dan menatap punggung jari-jarinya yang kecil dan
pucat.
"Yang kuminta darimu hanya bertanggung jawab atas
perbuatanmu. Aku hanya minta kau bersikap jantan."
Sendi-sendi itu meremas lebih erat, punggung jari-jari kecil itu
memperlihatkan pembuluh-pembuluhnya.
Francis menyilangkan tangan, tersadar dirinya ikut tegang. Hal
yang dilupakan para Raja di balik kaca itu adalah tak semuanya
omong kosong dan pura-pura. Tentu, kau boleh menjadi sok
bijak setelahnya, mencari perhatian pers dan menunjuk "si
terdakwa" di pengadilan dan berkata, "Kami Warga Masyarakat
mengutukmu dan membuangmu. Pergilah dari pandangan semua
laki-laki dan wanita baik-baik yang bebas." Tetapi terkadang,
di kamar mungil yang sunyi ini, sebelum para pembela dan
tukang ketik masuk, ada waktu sesaat ketika kau hampir
berada di pihak si penjahat. Bukan di atasnya atau di seberang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sambil menilainya. Tetapi tepat di inti masalah bersamanya,


selangkah demi selangkah, setara dengannya, melihat segala
sesuatu dari sudut pandang orang itu. Dan, setidaknya di
pikiranmu sendiri, melakukan hal yang sama dengan yang ia
telah lakukan. Karena jika tidak, mengapa seseorang akan
cukup mempercayaimu untuk menceritakan hal terburuk yang
pernah dia lakukan? Kau tak pernah dapat menjelaskannya pada
orang-orang awam yang baik-baik, normal dan taat hukum.
Untuk membuat seseorang menyerah, untuk membuatnya
berada di pihakmu, kau harus menempatkan jiwa, kasih sayang,
kau harus berpihak pada dirinya- meski hanya untuk sesaat
sebelum ia mengakui perbuatan. Lalu setelah itu, tentu saja,
kau dapat kembali memunggungi dirinya dengan tenang dan
memanfaatkan permohonan sepelenya yang sia-sia agar
dipahami untuk menghancurkan hidupnya.
"Jadi, bagaimana menurutmu?" tanyanya, siap meraih pulpen.
"Apakah kau akan bersikap jantan atau tidak?"
Anak itu menengadah, seolah baru tersadar dirinya baru saja
mencapai akhir masa kanak-kanaknya.
"Kau bilang aku bisa bicara dengan ayahku."
BAGIAN II
ANAK YANG DILUPAKAN DUNIA
2003
Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah gadis bertato
itu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia baru saja keluar dari mobil van saat dilihatnya gadis itu
berjalan dengan angkuh di bulevar. Seorang dewi Queens Plaza
dengan kulit bak porselen serta rambut merah, dan tubuh yang
mengubah sehelai t-shirt Misfits menjadi gaun malam yang
elegan. Sebuah sobekan pada kain itu memperlihatkan tali bra
hitam yang tersampir di bahu putihnya bagai cakar kucing.
Rasa lapar yang telah lama terlupakan mulai bergejolak di
tubuhnya. Gadis-gadis tak terlihat semenarik ini ketika ia
pergi. Dulu mereka tak begitu ramping dan menggiurkan
seperti sekarang. Begitu berani membawa diri dengan
menawan, begitu berani cara mereka memandang.
Tetapi kemudian matanya tertuju pada garis hitam yang
melingkari otot bisep gadis itu. Tato kawat berduri. Bukan
kawat berduri biasa, tetapi pita belati dengan ujung-ujung
tajam dari jenis mengerikan yang biasa terdapat di puncak
dinding penjara. Ia memandangi tato itu, bertanya-tanya
mengapa seseorang dengan kecantikan alami seperti itu-atau
lebih tepatnya, mengapa siapa pun yang merdeka-akan
melakukan hal ini pada diri sendiri.
Melihat hasrat yang muncul di wajah sang pemuda, gadis itu
memeletkan lidah. Sebuah anting-anting emas kecil terlihat di
dekat ujung lidahnya bak mutiara di atas beludru merah muda.
Ia menjulurkan dan mengibas-ibaskan lidah pada pemuda itu,
menikmati keterkejutan dan kekagetan yang ditimbulkannya,
lalu meneruskan perjalanan, dengan gaya yang mengingatkan
pada seekor anak kucing menjilati krim dari bibirnya.
Lelaki itu merapikan tas besarnya yang terbuat dari handuk
tua yang dijahit dengan benang gigi, dan menyentak ikat
pinggangnya dengan gugup. Baju lamanya tak lagi muat. Baju
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

kerja berwarna birunya, yang entah bagaimana berhasil


bertahan dua puluh tahun di gudang penyimpanan negara,
terlalu ketat di bagian leher dan celana Levi' s-nya terlalu
sempit. Bukan hanya dirinya tambah berisi berkat olahraga
angkat beban dan mengonsumsi tepung-tepungan, tapi mode
pun telah berganti.
Dilihatnya sekelompok remaja lelaki memakai jins begitu
rendah hingga saku belakangnya berada di belakang lutut
mereka, menikmati makanan Cina di samping Cadillac Escalade.
Cahaya ultraviolet melingkari pelek mobil itu, dan sebuah lagu
rap dari pengeras suara meneriakkan hal-hal yang tak pernah
terlontar dalam lagu-lagu ketika ia pergi.
Ia melepaskan sabuk yang mendadak tampak terlalu tinggi di
pinggang, mengingat-ingat dirinya sendiri saat berusia tujuh
belas, membeli jeans. ini di sebuah toko di East 86th Street
seharga delapan belas dolar. Gadis siswa sekolah swasta yang
bekerja sebagai kasir tersenyum malu-malu dan menyelipkan
rambutnya di belakang telinga.
Gadis itu kini mungkin telah menikah, dengan tiga orang anak
dan dua mobil di rumah pinggiran kota. Dan di sinilah ia
sekarang, dua puluh tahun kemudian,
terdampar di Queens Plaza saat larut malam musim panas,
seorang pria dewasa, dengan otot-otot hasil latihan di penjara,
bulu mata tercukur, rambut hitam tebal agak kelabu di pelipis,
dan parut seperempat inci di bawah dagu. Itu semua
menunjukkan: inilah anak yang tercerabut dari semua
kelembutan yang pernah menjadi bagian dirinya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Sesuatu bernama kereta W, yang dulu belum ada, berderakderak melewati trotoar yang ditinggikan, menciut-ciut dan
memekik seperti teko teh, gerakan jendela-jendela yang
berlalu melontarkan cahaya kekuningan kasar di atas jalan.
"Hey, Hooligan, kau butuh tumpangan?"
Timberwolf, seorang pria tinggi besar yang ia kenal saat di
Attica, baru saja keluar dari mobil van Dinas Koreksi di
belakangnya, dengan tubuh setinggi 190 sentimeter dan berat
127 kilogram, membawa tas kertas cokelat berisi pakaian, tshirt yang tak terpasang rapi, dan tali sepatu kets tak terikat
seperti anak empat tahun menunggu seorang dewasa
menafikannya.
"Sepupuku seharusnya menjemput dengan taksi, tapi entahlah,"
ujar Hoolian, suaranya parau dan berpasir akibat musim dingin
yang panjang. "Kurasa ia mungkin salah paham dan mengira aku
datang dengan bus Rikers pukul empat tiga puluh. Atau mungkin
ia bosan menunggu dan sudah pergi lagi."
"Ya, menunggu memang menyebalkan." T-wolf menguap. "Tujuh
tahun kuhabiskan gara-gara menjual dua botol kecil ganja. Dan,
mereka menambah enam bulan lagi di Rikers garagara
perampokan omong kosong yang tak melibatkanku sama sekali.
Berapa lama hukumanmu?"
"Aku dipenjara sejak 1984."
"Gila, itu lebih dari separo umurmu!" T-wolf mencengkeram
dadanya. "Kita betul-betul harus mencarikanmu wanita malam
ini. Kau datang ke tempat yang tepat."
Ia menunjuk ke seberang jalan ke sebuah "klub lelaki" yang
menamakan diri Shenanigans(Berandal) dalam huruf-huruf
genit merah rubi, hanya dua blok dari pusat perekrutan Korps
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Marinir. Namun, pikiran bahwa ia berada dalam jarak sentuh


dengan wanita membuat jantung Hoolian mulai berdebar cemas.
"Oh, tidak, terima kasih. Kalau sepupuku datang dan aku tak
ada, bagaimana?"
"Kau mungkin belum pernah bersama wanita sungguhan dalam
dua puluh tahun, Nak. Mereka bisa menunggu beberapa menit."
"Tidak, sepertinya aku tidak ikut. Aku sudah cukup
menyusahkan keluargaku."
"Baiklah, aku mengerti." T-wolf mendesah. "Sepertinya aku
harus menjadi penjaga keluargaku. Aku akan memikirkanmu,
Sobat."
"Jangan terlalu sering. Lakukan saja apa yang mesti kau
lakukan."
"Heh-heh." T-Wolf menggulung bagian atas tasnya. "Kau akan
memikirkan tawaran yang kita bicarakan itu, bukan?
Keponakanku mungkin butuh beberapa orang di blok ini."
Bagus, pikir Hoolian. Aku mengambil risiko merusak kebebasan
ini dengan menjual ganja ke beberapa anak-anak brengsek yang
bahkan belum lahir ketika aku dijebloskan ke penjara.
"Aku menyimpan nomor teleponmu." Ia meninju kepalan tangan
T-Wolf. "Tetap kuat."
"Peace." T-Wolf mengambil tasnya dan ragu-ragu. "Kau yakin
tak akan ikut?"
Hoolian mengerdip dan menggelengkan kepala, mendengar
suara gentar itu, dan paham bahwa bahkan hanya dalam waktu
tujuh tahun, acara penghitungan kepala, penguncian sel, razia
sel mendadak, dan program harian teratur dapat membuat pria
bersepatu nomor 14 sekalipun takut menyeberang jalan sendiri.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak, Sobat, aku harus mengurus diriku sendiri," ujarnya.


"Tergelincir sekali saja, aku akan kembali ke sana."
"Oke, aku mengerti."
Dengan lambat dan enggan, pria besar itu berjalan tergesagesa, ujung tali sepatu Nike-nya terseret-seret dan bergesek
di trotoar. Sebuah mobil polisi putih-biru meluncur,
memperhatikan adegan tadi. Hoolian merasakan kecemasan
merayapi kulitnya seperti kaki-kaki serangga di antara rambutrambut halus di punggung. Apakah mereka tahu ia baru keluar
penjara malam itu? Bagaimana jika mereka melihat ia bicara
pada T-Wolf? Tidak, itu gila. Mereka tidak memiliki kuasa
sejauh itu. Tetap saja. "Tidak boleh bertemu dengan sesama
narapidana," kata hakim, saat mengabulkan pengurangan
hukumannya. Ia putuskan untuk membuang nomor telepon TWolf jika sempat.
Mobil-mobil berseliweran sembarangan. Ia menengok lagi ke
arah-jalan, menduga-duga di mana sepupunya, Jessica. Wanita
itu belum pernah berkunjung ke penjara dan ia tak yakin masih
bisa mengenalinya.
Ia merogoh-rogoh saku mencari uang receh dan menemukan
dua keping koin dua puluh lima sen bersama dua lembar dua
puluh dolar yang dipinjamkan pengacaranya. Ia akan pergi ke
mana jika Jessica tak muncul? Setelah
bertahun-tahun bergantung hanya pada kuku tangannya
sendiri, permintaan jaminannya tiba-tiba saja dipenuhi hingga
ia hampir tak punya waktu untuk bersiap-siap. Pikirnya, ia
beruntung menemui hakim sebelum Thanksgiving. Alih-alih
begitu, dirinya terburu-buru dibawa ke Rikers dan digiring ke
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

ruang dengar pendapat kecil yang suram, hampir takjub ketika


mendengar Hakim Santiago mempersingkat masa hukuman
meski memperingatkan bahwa tuduhannya masih berlaku.
Dengan perut keroncongan gara-gara perjalanan panjang naik
van, ia menemukan telepon umum dengan kata-kata "Puji
Tuhan" dan "Hisap Anu" tergores di lapisan pelat logamnya dan
memasukkan koin dua puluh lima sen.
"Yo, yo, yo, 'pa kabar, ini Jes-sick-ahh," terdengar suara
sepupunya itu setelah dering keempat, suara bayi menangis di
belakangnya. "Aku tak bisa menerima telepon sekarang. Hey,
diam, brengsek, aku lagi bicara. Kau tahu aturannya, kan?
Tunggu hingga bunyitip."
Ia menaruh kembali telepon dengan lembut. Mungkin sepupunya
lupa atau memutuskan tak ingin terlibat. Bisakah ia
menyalahkannya? Jessica baru berusia-berapa, ya- mungkin
tiga atau empat tahun ketika dirinya pergi.
Ia menengadah, mengawasi kereta berangkat dari stasiun,
roda-rodanya mengeluarkan bunyi anggun dari gesekan antar
baja dan percik membutakan di atas rel yang membuat seluruh
sistem sarafnya bergidik.
"Hey, kau." Mobil polisi yang tadi melewatinya kini menepi di
pinggir jalan. Seorang sersan muda dengan kemeja biru dengan
potongan rambut cepak melongokkan kepala keluar jendela.
"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?"
Hoolian merasa lumpuh melihat seragam itu. "Tidak apa-apa."
"Lakukan di tempat lain. Aku muak melihatmu."
Ia mengangkat tas, tak ingin mencari masalah secepat ini, dan
mulai berjalan naik ke stasiun, kakinya kaku dan kejang garagara terlipat terus di kursi sempit di sebelah T-Wolf. Ia
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berhenti di tengah tangga, berusaha menenangkan diri.


Setelah bertahun-tahun berada di bawah sinar merah lampu
penjara yang menjemukan, lampu neon mencolok di jalan besar
itu hampir membakar matanya bak bahan bakar jet. buat
mereka yang tahu bahwa ada sesuatu di luar sana, demikian
bunyi iklan cenayang berwarna merah menyala di gedung
sebelah. pernahkah anda terluka? sebuah iklan pengacara
bertanya di pintu samping warna hijau emerald.
"Bisa minta karcis?" ia berhenti di bilik petugas karcis.
"Apa?" Wanita berkulit gelap di belakang kaca itu mengenakan
kaus MTA dan perhiasan India mungil berkilauan di tengahtengah keningnya.
"Saya bilang, bolehkah saya minta karcis?"
"Sudah tak dijual lagi di sini, Sayang," katanya. "Ke mana saja
kau?"
Wajahnya menghangat. Ia seorang pria yang menghabiskan
waktu bertahun-tahun mempelajari undang-undang dan menulis
surat-surat resmi kepada para hakim pengadilan banding dari
perpustakaan penjara, namun tak tahu cara naik kereta.
"Aku pergi lama." Ia mengambil uang dua puluh dolar, bersiap
meminta belas kasihan wanita itu. "Apa yang mesti kulakukan?"
Sebentuk pengertian membuat perhiasan di alisnya terangkat.
Ia mengambil uang itu, menekan beberapa tombol, dan
menjatuhkan kartu emas ke dalam cekungan di bawah sekat
tanpa melihat padanya.
"Pastikan garis-garisnya menghadap ke arah yang benar."
Hoolian mengangguk penuh syukur dan bergegas melewati
pagar berputar dan menuju peron, bertanya-tanya bagaimana
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

ia akan melewati sepuluh menit berikutnya. Tak ada yang


memberitahunya semua bakal sesulit ini. Ia menunduk ke
bawah dari pagar pembatas ke arah jalan. Sesaat ia goyah
karena pusing. T-Wolf dan empat orang lain yang baru saja
keluar dari van berada di luar Shenanigans, terlalu
bersemangat dan bertengkar terlalu gaduh, saling berteriak
dan mengadu dada seolah-olah mereka lebih tertarik untuk
menarik perhatian polisi daripada masuk ke klub.
"Oke! Oke! Pertanyaanku, siapa yang menaruh omong kosong itu
di otakmu? Oke? Siapa yang menaruh omong kosong itu di
pikiranmu?"
Bukan aku, Hoolian berkata pada diri sendiri, sambil berpaling.
Beberapa dari mereka tak sabar untuk kembali lagi ke penjara.
Bagi mereka terlalu sulit hidup di luar penjara, harus membuat
keputusan-keputusan sendiri sepanjang waktu. Tapi ia merasa
sudah cukup di sana. Ia tak bisa bertahan sehari lebih lama lagi
dari deraan kebosanan, stres berkepanjangan, perasaan
dikontrol total namun sekaligus tak aman. Menengok ke arah
rel, dalam sinar kereta yang kian dekat, ia melihat sekumpulan
penghuni penjara yang ribut dan kacau, memenuhi aula asrama
Auburn, tiba-tiba mereda saat seorang pria kecil bernama
Pellet jatuh ke lantai, dengan sebilah batang sepanjang 35
sentimeter tertanam begitu dalam di leher hingga ujungnya
menembus pita suara.
Gemuruh itu mereda dan kereta pun berhenti, pintu membuka
di hadapannya. Hoolian melongok sekali ke dalam. Setelah
melihat tak ada coret-coretan di

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sana, ia bertanya-tanya apakah ini hanya gerbong contoh yang


tak ditujukan bagi pelanggan umum.
Tapi, lalu didengarnya seruan familier kondektur, menyerukan
nama tempat perhentian berikutnya. Haruskah ia naik? Satusatunya alamat Jessica yang ia punya adalah kompleks
perumahan Surfside Gardens di Coney Island. Ia memutuskan
cepat-cepat dan melangkah maju, berpikir akan mencoba
menelepon lagi setelah sampai di sana. Pintu itu menutup di
belakangnya dan dia pun duduk, membuat suara decit di salah
satu ujung bangku, berusaha tak mengambil terlalu banyak
tempat meski tak ada seorang pun di dekatnya. Sebuah iklan di
kejauhan berbunyi, Paus itu telah Kembali, Kehidupan Laut
telah Kembali Dibuka. Memangnya ke mana si paus pergi?
Bagaimana ia bertahan hidup saat pergi?
Kereta itu bergoyang, melewati langsiran rel datar dan lebar
yang diterangi lampu dan gudang-gudang yang gelap. Di sebelah
kanan, langit Manhattan berkilau bagaikan puncak-puncak dan
lembah seperangkat grafis dari kaca dan beton.
Di Times Square, satu keluarga Yahudi Hasidik naik. Si ayah
mengenakan kemeja putih, dengan janggut seperti rambut
kemaluan berwarna kemerahan, topi fedora hitam, dan seorang
bayi perempuan tertidur lengket di dadanya seperti monyet
kecil. Istrinya yang hamil besar bergoyang-goyang di belakang
dengan wig dan gaun panjang kelabu, bersama dua anak laki-laki
kecil lengkap dengan kopiah Yahudi dan rambut ikal di samping.
Hoolian meraba medali Santo Christopher dan berpikir tentang
ayahnya: seorang duda berusia tiga puluh lima tahun, yang
menaruh seluruh harapan pada dirinya, yang berharap Hoolian
memenuhi impian yang ia lupakan ketika keluar dari sekolah dan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

bekerja sebagai petugas kebersihan di Upper East Side.


Ayahnya, yang membaca Cervantes dan Dickens di lift servis
dan membawakan belanjaan para wanita ke dapur mereka demi
tip hari Natal. Ayahnya, yang mengajari cara mendempul bak
mandi, mendorongnya untuk melamar ke Universitas Columbia
lewat jalur beasiswa, dan selalu berbicara bahasa Inggris di
rumah.
Ia ingat bahwa seminggu sebelum dia pergi ke pusat kota, saat
ayahnya mengumpulkan sanak keluarga yang masih tersisa
untuk pesta perpisahan di Orchard Beach. Orang-orang Puerto
Rico Riveria, begitu Papi menyebutnya. Ray Barretto dan Fania
All-Stars mengalun di kotak musik. Tia-nya, Miriam, membawa
babi panggang. Pamannya memancing bebatuan dengan galah
bambu. Sepupu-sepupunya dari Bayamon bermain voli. Dan,
ayahnya mengangkat gelas separo kosong berisi cerveza kala
matahari tenggelam dan berkata, "Untuk anakku, mi hijo. Aku
tak pernah berhenti mempercayaimu, muchacho. Aku tak akan
pernah putus asa membawamu pulang."
Ini adalah sebuah kesedihan tak terperi. Hoolian merasa
mendidih dan dengan geram menghapus air mata. Dasar
brengsek kau, maricon kecil. Kenapa kau menangis sekarang? Ia
menghantamkan tinju pada bangku di sebelahnya, teringat
bagaimana para penjaga di Attica menolak permohonannya
untuk pergi ke acara pemakaman Papi. Keparat-keparat itu tak
pernah memberinya kesempatan. Ia meninju bangku itu sekali
lagi dan menggigit bibir bawahnya keras-keras, sadar bahwa
kesedihan seperti itu suatu hari kelak akan berangsur

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menghilang sejalan waktu atau sebaliknya, menghancurkan


dirinya berkeping-keping.
Si Hasid dan keluarganya memperhatikannya dengan sedih.
"Apa kalian lihat-lihat?" ujarnya.
Di perhentian selanjutnya, mereka pindah ke gerbong lain.
Hoolian melipat tangan di dada dan membenamkan dagu,
menunduk dalam-dalam hingga kereta keluar dari terowongan
panjang dan naik melewati atap-atap di Borough Park. Jadi,
begini cara orang hidup sekarang: jemuran pakaian di
sepanjang daerah kumuh, sehelai bendera Amerika menghias
sebuah balkon, seorang pelari kesepian di larut malam di
treadmill sasana kebugaran, dan sepasang orang tua menonton
televisi di sofa. Ia merasa seperti Charlton Heston di akhir
film Planet of the Apes, menatap Patung Liberty separo
terkubur di pasir dan menyadari dunia yang ia kenal telah mati.
Sudah jam satu lewat ketika ia akhirnya sampai di Stillwell
Avenue, perhentian terakhir kota itu. Hotel Terminal
terbentang di seberang jalan. Ia menuruni tangga dan
menyeberang ke Surf Avenue, mencari telepon umum untuk
menghubungi Jessica kembali. Mereka, Orang-Orang Malam
Putus Asa berkumpul di depan Nathan's dan Popeyes Chicken;
Yang Tak Tahu Harus Ke Mana, Para Pelarian, Yang Tak Pergi
Jauh-jauh, Yang Kelebihan Obat dan Yang Tak Tertangani,
Orang-Orang Hina dan orang-orang yang berkumpul di dekat
mereka hanya agar mereka punya seseorang untuk diremehkan.
Dan, tentu saja, para Pengelana seperti dirinya: lelaki-lelaki
yang berjalan di trotoar dengan hati-hati, berusaha tak
menabrak orang lain, meminta maaf dengan tergesa sambil
menengadah menatap langit, berusaha mengira-ngira waktu dan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

jarak, dan tetap tak percaya bahwa mereka akhirnya benarbenar keluar.
Terasa olehnya desir angin dingin dari laut dan samar-samar
teringat olehnya sebuah bilik di jalan bertahun-tahun silam.
Bulan membakar lubang putih keabuan di langit hitam. Kincir
Putar mulai memadamkan lampu-lampu. Ia berjalan menuju
pantai dan anehnya merasa pantai itu tenang dan berwarna
emas pudar dalam cahaya remang-remang Dermaga
Steeplechase. Sebuah net voli terkulai turun, seolah menunggu
para
pemain tiba. Laut terus bergulung-luas, kekal, dan tak acuhbibir tipis ombak berubah menjadi keriting kecil saat
menghempas pantai.
Ia berdiri di atas rel, berusaha mencari cakrawala, ingat
dirinya pernah berjalan mundur ke arah ombak bersama
ayahnya saat Hari Baptis St. John terakhir itu. Hampir dua
puluh tahun sejak terakhir kali ia melihat laut. Ia sudah lupa
betapa laut bisa membuatnya merasa begitu kecil dan remeh,
seakan dirinya hanya partikel kecil yang mengambang di atas
permukaan bola mata raksasa yang dapat melihat segala
sesuatu. Betapa kecil arti saat-saat kebebasan ini dalam
putaran-putaran peristiwa. Dulu ia terbiasa menipu diri sendiri
bahwa Tuhan memiliki rencana untuknya, sebuah rancangan
yang berangsur-angsur akan tersingkap sendiri dan entah
bagaimana membenarkan semua hal yang pernah dilewatinya.
Tetapi kini ada pengingat bahwa Tuhan sibuk. Tuhan mungkin
sedang menghitung ombak dan menamai awan. Tuhan berpikir
tentang kepiting batu di Laut Atlantik atau gelembung sabun di
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kairo. Tuhan berpikir tentang infeksi bakteri di Peru dan


kumbang tahi di Afrika, tentang pola cuaca di Lingkar Pasifik
dan jejak-jejak ban di sebelah lapangan parkir Taconic. Tuhan
tak punya waktu untuk memikirkan penghuni penjara bernomor
01H5446 dalam sistem pemasyarakatan negara bagian New
York.
Jadi, Hoolian berteriak kepada angin. Teriakan pahit yang
berkata, Aku masih di sini, pada bulan, bintang, Kincir Putar,
keluarga Hasid di kereta bawah tanah, sel kosong yang dia
tinggalkan, penjaga penjara, para narapidana dengan hukuman
seumur hidup, parahacker dan waria, mahkamah tertinggi, para
kriminal, bayangan ibu dan ayahnya, anak-anak yang tak sempat
lahir dari sperma yang terbuang, dan ya, Sang Mesin Waktu itu
sendiri. Dengan segala hormat, bunyi seperti itu mestinya bisa
mendorong ombak kembali ke laut dan menyisakan rumput laut
mati terombang-ambing di sepanjang garis pantai.
Namun saat itu semua selesai, laut masih tetap di sana,
mengumpulkan bebatuan dan membuyarkan mereka dengan
acak, menimbulkan bunyi bak tepuk tangan, lamat-lamat.
3
Tepat sehari sebelum Hari Buruh, Francis sadar dirinya buluh
waktu dua kali lebih lama untuk menemukan kunci mobil. Selasa
pagi, ia akhirnya menyerah dan memenuhi janji pertemuan
dengan dokter yang telah ia tunda-tunda sejak sebelum Natal
tahun lalu.
Ia melangkah ke dalam ruangan putih kecil itu, membuka topi
bisbol dengan huruf X di depan-cendera mata dari film Spike
Lee yang pernah ia urus masalah keamanannya bertahun-tahun
silam-dan meletakkan dagu di atas sebuah pelat logam. Lewat
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

lensa mata kanan ia melihat sesuatu yang tampak seperti TV


cembung, namun entah bagaimana, suasananya seperti akan
melakukan pengakuan dosa. Pada dinding cekung di
belakangnya, empat lampu
putih kecil muncul dalam formasi berlian di bawah suar kuning
yang menyilaukan.
Si teknisi, seorang Rusia pirang murung berahang besar,
menaruh alat hitung di tangannya. "Nanti akan ada kilatan
cahaya di sekitar target itu, terang atau buram," ujarnya
dengan aksen yang membuat Francis ingin menghubungi
Amnesty International. "Setiap kali Anda melihat cahaya,
tekan alat picunya. Usahakan buat mata Anda tetap diam."
"Tak masalah."
Namun segera setelah uji jarak pandang dimulai, ia makin
tegang dan telapak tangannya berkeringat. Beberapa kilatan
cahaya tampak jelas, sejelas moncong api di lorong gelap. Yang
lain hanya berupa utas samar, yang sangat jauh ke tepi hingga
ia harus bertanya dua kali pada dirinya sendiri apakah ia
memang melihat kilatan itu.
"Jangan hanya menekan picunya," perintah wanita itu.
"Konsentrasi."
Francis berusaha lagi. Sudah lebih dari satu tahun sejak ia tak
lagi dapat menggunakan senjata, dan gerak refleksnya juga tak
seperti dulu lagi. Kawan-kawan latihan menembaknya menelepon
tiap beberapa minggu sekali, bertanya-tanya kapan ia akan
kembali ke tempat latihan di Rodman's Neck. Ia terlambat
menekan pemicu setengah detik, sadar jika dalam tembakmenembak sungguhan ia mungkin sudah mati.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Horasho, dokter ingin bicara denganmu." Teknisi itu


memencet tombol untuk mencetak hasil uji tersebut. Ia
seolah-olah berkata, "Horror show," tapi Francis lalu teringat
itu adalah kata dalam bahasa Rusia yang berarti bagus.
"Ya, Anda memperoleh nilai sangat baik dalam uji fiksasi," kata
Dr. Fricdan sambil berjalan menuju mang periksa beberapa
menit kemudian dengan membawa sebuah grafik. Ia seorang
pria gemuk berusia lima puluhan'yang mulai mengalami
kebotakan, mengenakan kaca mata bergagang hitam, mata
mengedip-ngedip cepat, dan yang paling tampak jelas bagi
Francis, adalah rambut-rambut yang lupa dicukur di dekat
tenggorokannya.
"Anda sangat baik menjaga mata untuk tetap diam. Teknisi
bilang Anda tak banyak berkedip. Kebanyakan orang akan
berkedip atau mereka akan kekeringan."
"Kekeringan sudah pasti bukan masalah saya," Francis berputar
di kursinya, menunggu.
"Meski begitu, masalahnya ada pada hasil positif dan negatif
Anda yang tidak tepat."
"Mengapa?" Bintik-bintik kecil dan bayangan sisa-sisa tes tadi
masih timbul tenggelam di depan matanya.
"Anda memijit target tiga kali pada saat tak ada apa-apa di
sana. Dan Anda melewatkan enam persen kilatan yang memang
muncul."
Francis menggosok-gosok kelopak mata dan mengangkat bahu,
seolah hal itu tak penting. "Apa lagi?"
"Ambang zona abu-abu Anda...juga tak baik."
"Jadi, apa artinya?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dokter itu menekan buku-buku jari ke bawah rahangnya dan


menyerahkan hasil cetakan komputer itu. "Silakan baca
sendiri."
Awalnya, grafik itu tampak seperti lembar kerja matematika
anak kelas tujuh yang tak berbahaya. Serangkaian bintik-bintik
berbentuk kue pai, masing-masing dengan cincin hitam
membayangi sekelilingnya. Berapa persen grafik yang terisi,
anak-anak? Tetapi makin lama Francis menatapnya, makin
banyak kata-kata yang terbaca olehnya seperti garis batas,
simpangan pola, dan yang paling tak menyenangkan, bintik buta.
Ia mulai menyadari, bayangan pada bentuk-bentuk itu lebih
mirip serangkaian gerhana matahari daripada persoalan
geometri. Dan, jauh di persendian serta otot-ototnya, ia mulai
merasa sedikit ngeri.
"Apa ini?" Ia menyerahkan kembali lembaran itu.
"Itu menunjukkan kemampuan Anda membedakan gradasi halus
antara terang dan gelap. Dari apa yang Anda katakan, Anda
sudah beberapa lama mengalami kesulitan melihat di malam
hari."
"Butuh waktu agak lama bagi mata saya untuk beradaptasi,"
aku Francis. "Anda ingin diagnosisnya atau tidak?" "Untuk
itulah saya ke sini." "Baik."
Dokter itu menatap tajam, menunggu untuk memastikan jika
Francis mengerti. "Ini adalah penyakit genetik yang
memengaruhi retina di belakang mata Anda... "
"Ya... "
"Penyakit ini melumpuhkan sel-sel fotoreseptor di sepanjang
tepi luar..."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis mengangguk-angguk, sesekali mengeluarkan suara


"hmmm" dan "ooh," yang menunjukkan ketertarikan dan
keterkejutan pada waktu-waktu yang tepat, meski bintik-bintik
dan bayangan di depan matanya tetap muncul-muncul seperti
kembang api.
"Penglihatan sentral Anda akan tetap bertahan beberapa
lama...." "Oke."
"Tetapi penglihatan tepi Anda kian menyempit seperti
terowongan." Suara dokter itu makin menjauh, seolah
terdengar dari ujung koridor yang panjang. "Penglihatan malam
Anda juga makin memburuk... "
"Lalu setelah itu?"
Wajah si dokter tampak mengabur, seakan-akan Francis
melihatnya lewat lensa mata ikan. "Saya khawatir kami tak
punya obat untuk ini."
"Jadi, saya akan buta," ia mendengar dirinya mengatakan hal
yang sudah jelas, berpura-pura dirinya tak sedang mengalami
peristiwa roh keluar dari tubuh sekarang ini.
"Ya, buta menurut hukum," dokter mengoreksi ucapannya.
"Kebanyakan orang masih bisa melihat sesuatu, bahkan jika
hanya bayangan sekalipun."
Semua benda di ruangan itu mendadak seperti ditarik menjauh
darinya, huruf E besar di puncak grafik menyusut menjadi E
kecil.
"Saya menduga, Anda telah menemui spesialis lain tentang hal
ini dalam beberapa.tahun belakangan," ujar dokter itu ramah.
"Saya sudah menduga, memang ada yang tak beres," aku
Francis, berusaha melawan rasa mual. "Tapi saya selalu
menganggap hal itu akan berangsur-angsur hilang."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hanya bagian terakhir yang bohong. Dalam hatinya, ia selalu


tahu sesuatu sepertinya akan terjadi, bahkan sebelum ia mulai
tersandung benda-benda beberapa tahun terakhir ini. Ia
merasakan kegelapan membayanginya sejak kecil, mengintip di
tepian, muncul di sana-sini. Ia telah berusaha mengabaikannya,
mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia telah berhasil
melewati masa-masa kritis dan kondisi nyaris buta. Tapi, di
lubuk hati, ia tahu kondisi buruk itu tak pernah benar-benar
hilang. Kegelapan itu selalu menumpuk dan menekan di balik
pintu, berusaha untuk masuk.
"Jadi, berapa lama lagi sebelum saya buta?"
"Tergantung dari cara pewarisannya." Dr. Friedan membuka
kelopak mata Francis seraya menyorotkan lampu pen ke
matanya. "Beberapa orang dapat terus memfungsikan matanya
selama bertahun-tahun. Kebanyakan butuh bantuan tongkat
pada usia empat puluh. Mungkin tak akan terjadi apa-apa dalam
waktu dekat."
"Saya punya paman, seorang deputi inspektur, yang
memerlukan anjing pemandu saat usianya enam puluh."
"Seorang polisi?" Dokter itu membuka kelopak mata Francis
lebih lebar.
"Saudara laki-laki ibu saya."
"Ya, mungkin dari sana Anda mewarisinya."
Francis merasa otot-otot matanya menegang berusaha
menutup diri dari cahaya yang menyoroti tepi korneanya, sinar
laser putih menyilaukan yang makin kuat hingga seperti sebuah
jari yang menusuk ke kantung mata.
"Baiklah, cukup."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia panik dan menarik tubuhnya, tak mampu melihat apa-apa


selama beberapa detik. Beginilah kelak rasanya nanti.
Tercerabut dari deretan orang-orang sehat, normal dan
mandiri, dan terusir ke tempat lain. Mereka akan
memasanginya sebutan baru; mereka akan mengasingkan
dirinya ke wilayah khusus penderita cacat di pertandingan bola
dan bus-bus; mereka akan membantu mencarikannya tempat
duduk dan mungkin mengulurkan headphone di bioskop; mereka
akan memberinya pamflet dan rekaman untuk mendengarkan
apa yang akan membantunya pada "masa penyesuaian"; mereka
akan membuat hidupnya makin terbatas dan terbatas hingga ia
tak dapat berfungsi lagi.
"Boleh saya tanya apa pekerjaan Anda, Pak. Loughlin?" Dokter
itu memeriksa berkasnya. "Sepertinya di sini tak ada informasi
asuransi."
"Saya bekerja di bidang telemarketing," jawabnya otomatis.
"Benarkah?" Dokter itu memandang tajam dari atas
kacamatanya. "Saya tidak menyangka:"
"Saya punya kemampuan membujuk."
"Ya, baguslah pekerjaan Anda bukan sopir truk."
"Mengapa?"
"Hilangnya daya penglihatan malam hari dapat muncul begitu
saja. Hal itu dapat muncul dengan sangat perlahan atau sangat
cepat. Anda harus memonitornya secara hati-hati."
"Anda berkata saya harus berhenti menyetir?"
"Saya hanya mengatakan bahwa Anda harus mengukur
kemampuan diri sendiri." Dokter menyangga mata kiri Francis
untuk pemeriksaan lebih lengkap. "Di hari-hari tertentu Anda
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

akan melihat lebih jelas ketimbang hari-hari lain. Tapi saya


yakin Anda tak ingin membahayakan jiwa orang lain atau
mendapat kecelakaan akibat situasi ini."
"Tidak. Tentu saja tidak."
Francis memejamkan kedua mata. Seumur hidup ia selalu
menjadi si Panutan. Orang pertama yang dicari untuk menyerbu
sarang gembong narkotika atau bersaksi di sidang pembunuhan.
Biarkan Francis yang menyelesaikan. Ia pecandu adrenalin.
Tapi, kini inderanya yang lain mulai ikut menghilang. Ujung
jarinya mulai kebas, lidahnya terasa tebal, pendengarannya
seperti timah selama beberapa detik, seperti transistor tua
kehilangan sinyal.
"Anda butuh waktu?" Dokter itu menepikan lembar grafik.
"Tidak. Kenapa?"
"Ini situasi yang berat. Kebanyakan orang akan sangat
emosional."
Ia memandang melewati pundak si dokter ke arah poster
sayatan menyilang bola mata, hadiah dari salah satu pabrik
obat besar. Dari samping, gambar itu mirip ikan mas koki
dengan lusinan garis berlabel mencuat keluar darinya. Selaput
pelangi, kornea, anterior chamber, sklera, bulbar sheath,
ciliary zonules. Namun makin lama dia menatap, bentuk itu
makin berubah. Bola itu menyinarkan bentuk oranye yang lebih
cerah lalu bergetar dan memburam seperti matahari yang siap
meledak.
Jadi, inilah masa depannya. Satu hari nanti cahaya akan padam
dan dunia benda tak akan pernah lagi dia lihat.
Ia mulai berpikir tentang segala sesuatu yang belum pernah dia
lihat sebelumnya. Bagaimana dengan tur mobil ke Irlandia yang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pernah ia janjikan pada Patti? Giant's Causeway. Kastil-kastil


di Dunluce dan Carrickfergus. Rumah leluhur (konon) di County
Armagh yang selalu disebut-sebut ayahnya. Apakah kelak ia
harus selalu berada di kursi penumpang?
Lupakan Irlandia. Bagaimana kalau hanya jalan-jalan ke toko
cat di Court Street? Ia harus pergi ke sana sekarang dan
melihat roda warnanya, memeriksa setiap corak sebelum
ambang zona kelabunya makin rendah. Atau, mungkin ia pergi
saja ke Belmont, duduk di bangku, menonton kuda-kuda
berpacu. Hanya untuk melihat gerakan otot di bawah kulit
hewan itu, menonton naik turun panggulnya dan berusaha
membekukan setengah detik saat keempat kuku itu
meninggalkan tanah.
Ia teringat pamannya yang menyimak pertandingan Yonkers di
dapur apartemen tua di Perempatan Bronx. Tongkat tersandar
di dinding, membiarkan anjing pemandunya menjilati remahremah yang jatuh dari piringnya, selalu berteriak memanggil
Francis atau saudara perempuannya untuk mencarikan rokok
meski benda itu hanya berjarak lima belas sentimeter dari
sikunya.
Aku tak mau seperti itu, pikir Francis. Lebih baik kumakan
pistolku. Ia tak akan mengatakan kepada siapa pun, setidaknya
untuk sekarang. Dengan enam bulan sebelum promosi menjadi
Detektif Kelas Satu dan bonus lima ribu dolar setahun untuk
pensiunnya? Persetan dengan kursus Braille dan audiobook.
Persetan anjing pemandu dan tongkat logam itu. Persetan
bertanya pada orang asing untuk membantu menyeberang jalan.
Ia baik-baik saja. Daya fiksasinya masih baik.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Saya akan baik-baik saja," ujarnya. "Benarkah?"


"Tentu. Saya sudah terbiasa mendengar kabar buruk dalam
menjalani pekerjaan."
"Begitukah?" Dokter itu melengkungkan alis. "Telemarketing
pasti lebih berat daripada yang saya duga."
4
"Dahulu kala, di negeri antah berantah... "
Hoolian berbaring seperti jam mati di sofa cokelat butut milik
sepupunya, Jessica, sebentar-sebentar mengedut tak sadar,
sementara TV meraung dan sekelompok anak gadis kecil
bermain baju-bajuan di sekelilingnya.
"Saya, Aku, sang penguasa kegelapan pengubah wujud,
melepaskan kejahatan tak terperi.... "
Ia membuka mata dan dilihatnya setan berwujud kartun di
layar TV dengan kepala garpu dan bibir hijau, lalu setengah
tertidur kembali selama beberapa
detik sementara narator berkisah tentang seorang kesatria
muda pemberani yang maju dengan pedang ajaib untuk
menantangnya.
Saat separo terjaga, ia melihat dirinya sebagai si samurai
muda dengan pedang, di tangga menuju ruang pengadilan
memakai jubah putih, rambutnya digelung di belakang dengan
sumpit, pedangnya melengkung dan berkilat-kilat saat ia ayunayunkan ke arah musuh-musuh dari segala penjuru.
"Kini si PANDIR ingin kembali ke masa lalu... "
Ia mengayunkan pedang lagi dan kerumunan itu menahan napas
dan menyingkir, dan tampaklah seorang gadis terbujur di
hadapannya, tercekik dan memperlihatkan luka sayatan di
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tenggorokan. Jantungnya menciut saat ia melihat ayahnya di


belakang gadis itu, memangku kepalanya dan berbisik dalam
bahasa Spanyol, berusaha menenangkan. Lo siento, muchacha.
Lo siento.
Ia mendadak duduk dan menemukan seorang gadis kecil
berwajah boneka pucat dan rambut hitam kusut menatapnya,
melambai-lambaikan sebuah gagang di depan wajahnya.
"Maukah kau membantuku?"
Ia menggosok-gosok mata, berusaha tersadar sepenuhnya,
rasa kantuk masih terasa perih di sudut matanya. Sudah
hampir pukul empat pagi saat ia akhirnya berhasil menghubungi
Jessica di telepon, yang baru saja pulang dari klub, dan
berjalan menuju apartemennya. Bahkan di waktu selarut itu, ia
menyadari ada sesuatu yang tak beres. Cuaca terlalu panas dan
tak ada apa-apa di kulkas kecuali satu karton jus jeruk
Tropicana, beberapa wadah masakan Cina, dan setengah galon
susu yang sudah tiga hari lewat dari tanggal kedaluwarsa. Lima
orang tinggal di sana berbagi satu kamar tidur sesak, dengan
dinding berjamur, cermin pecah dan kursi toilet yang retakretak. Sebelum menunjukkan sofa pada Hoolian, Jessica
memberitahunya agar jangan ribut karena ia memiliki tiga
"bayi," yang membutuhkan tidur. Tetapi kini setelah melihat
berkeliling, ia juga tahu bahwa sepupunya itu juga memiliki
barang-barang modern: TV layar lebar, sebuah Playstation 2,
dan stereo high-tech dengan lampu merah kecil yang berubah
dari piramida menjadi garis datar seiring irama.
"Aku tak bisa mencapai belakangnya." Gadis itu melambailambaikan benda yang kemudian ia kenali sebagai sisir di depan
wajahnya. "Tolong sisirkan untukku."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian menutupi tubuhnya dengan selimut dan melihat jam di


atas TV sudah menunjukkan hampir pukul delapan. Mengapa
anak-anak ini tidak pergi ke sekolah?
"Ayolah!" Gadis itu menyorongkan sisir itu padanya dengan
tidak sabar, usianya baru enam tahun dan terbiasa meminta
perhatian.
Ia ragu-ragu, tak yakin dirinya dapat mempercayai dirinya
sendiri.
"Cepatlah!"
Ia mengambil sisir itu dan dilihatnya gadis itu berputar seperti
seorang diva meminta penata gaya agar membuatnya terlihat
cantik. Gumpalan rumput laut kusut berkilauan berada di depan
matanya. Rasanya salah merusak keadaan itu, ikut campur
dengan semarak alami liar yang memikatnya.
"Kau kenapa?" Gadis kecil itu melirik dari balik bahunya. "Kau
bodoh?"
Dengan lembut Hoolian meletakkan sisir itu ke belakang kepala
si gadis dan perlahan-lahan menyapukannya ke bawah, sadar
tak pernah melakukan hal ini sebelumnya.
"Lebih keras lagi," paksa gadis kecil itu.
Hoolian celingak-celinguk, berharap Jessica atau pacarnya, si
"Eksklusif akan keluar kamar dan mengambil alih pekerjaan ini.
Tapi pintu kamar mereka masih tertutup dan dua gadis kecil
lainnya bermain baju-bajuan, mengabaikan mereka dan
bergerak-gerak seperti jago disko.
Hoolian menarik sikat di antara helai-helai rambut gelap itu,
menyadari anak ini sudah cukup lama tak mencuci rambut.
"Aw! Terlalu keras!"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia memajukan badan, berkonsentrasi, menahan tubuh si anak


dengan satu tangan di atas tempurung kepala kecilnya yang
rapuh, perlahan-lahan menyapukan sisir sikat itu ke bagian
rambut yang lain, karena yang paling kusut sudah selesai.
"Nah, sekarang kau sudah bisa!"
Hoolian menemukan iramanya, mulai terbiasa dengan luncuran
jemarinya. Payah, di sinilah aku sekarang, menyikat rambut
anak kecil. Tanpa merasa segan-segan, anak itu duduk di atas
lututnya. Hoolian meraih selimut untuk menutupi badannya,
khawatir sentuhan halus tubuh yang hangat akan membuatnya
ereksi.
Tentu saja, kemudian pintu kamar terbuka dan si Eksklusif
keluar, pria berpantat menonjol dengan rambut dikepang kecilkecil dan badan seperti jari tengah yang tak terpasang baik,
menggaruk-garuk selangkangannya yang
memakai Jockeys gaya bikini warnabeige. Hoolian sudah separo
menduga, pria itu memakai heroin, dengan peralatan yang
tergeletak sembarangan. Ia menatap Hoolian dan gadis kecil di
pangkuannya dengan sorot mata keledai sambil melangkah
menuju dapur, mengambil jus jeruk dari kulkas, dan langsung
minum dari karton. Jelas sekali bukan tipe orang yang disukai
Hoolian. Pria itu meninggalkan karton di meja dapur dan
berjalan melewati mereka berdua, tangannya di belakang
sekarang, menggaruk-garuk pantat sambil menyeka mulut.
"Itu ayahmu?" tanya Hoolian, menyentuh gadis di pangkuannya.
"Bukan, Eksklusif milik adik bayiku. Tapi ia cemburuan."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Beberapa menit kemudian Jessica muncul, dengan mata


mengantuk memakai T-shirt bertuliskan "Tiipac 4 ever", celana
dalam merah muda, dan cat kuku cokelat.
Ia memberi isyarat pada Hoolian untuk ikut ke dapur dan
menunduk menatap lantai. "Sepertinya kau tak bisa tinggal di
sini malam ini."
"Kenapa!" Ia melihat gadis kecil yang rambutnya ia sisir tadi
mengintip dari balik kulkas.
"Kau tahulah." Jessica mengepit ibu jari kakinya di antara dua
jemari kaki lain. "Pacarku tak ingin kau dekat-dekat anak-anak
saat ini."
"Kau membelaku, kan?"
"Ia sangat protektif." Ia melihat sekilas ke arah pintu kamar,
dan si Eksklusif muncul kembali. "Ia tak suka pria lain
menyentuh anak-anakku."
Hoolian menatap bolak-balik mereka berdua, berusaha
menebak siapa yang memegang kekuasaan di sini. "Tapi, ibumu
dan ibuku bersaudara. Bagaimana tentang la familia?"
"Aku minta maaf." Jessica menengadah dengan mata sedih.
"Tolong jangan membenciku karena ini."
"Jangan membencimu? Kau sepupuku dan kau mengusirku ke
jalan. Maumu aku bagaimana, berterima kasih?"
"Yo, man." Eksklusif datang ke dapur. "Ada masalah apa?"
"Tidak ada masalah. Aku hanya bicara dengan sepupuku." "Ia
memintamu pergi. Jadi, kenapa kau tak angkat kaki saja?"
"Kenapa kau tak urus saja dirimu sendiri?" Hoolian
mengepalkan tangan. "Hah?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dilihatnya Eksklusif terpaku dan melirik ke belakang ke arah


kamar tidur, seolah ia meletakkan keberaniannya di sana.
Pandangan sepupunya yang ikut menengok ke kamar tidur
mencuatkan perasaan tak beres yang memberi tahu Hoolian
bahwa mungkin ada sepucuk pistol di bawah ranjang.
"Oh, lupakan sajalah, man," Hoolian melambai dengan jijik.
"Kalian tak cukup berharga untuk membuatku kena masalah."
Ia kembali ke sofa dan mulai memasukkan pakaian ke tas
besarnya, sadar gadis kecil itu masih mengikutinya, seakanakan kulitnya sedang meleleh, memperlihatkan monster
memalukan yang gemetar di baliknya, tertutupi oleh luka-luka
yang mengucur dan bisul-bisul yang pecah.
"Yo, lagi pula aku tak tahu apa yang kau harapkan," kata
Jessica. "Kau mungkin la familia, tapi aku bahkan tak kenal
dirimu."
5
Daftar menu di kedai kopi itu lebih panjang ketimbang novel
War and Peace karya Leo Tolstoy, dan Francis mulai merasa
lelah menyimak setiap halaman dengan kolom-kolom kecil menu
harian spesial, soups du jour, panekuk sarapan, makan siang
bungkus, roti lapis tiga tumpuk, pencuci mulut ala Yunani, dan
kudapan Meksiko. Ya ampun, mereka benar-benar serius
membuat daftar ini! Beberapa tahun lagi ia mungkin butuh
seseorang untuk membacakan semua ini. Ia menutup buku
berlapis kulit itu dengan enggan dan melirik pelayan.
"Berikan saja dua telur orak-arik dengan sepotong daging
goreng, dan secangkir kopi," ujar Francis, menentang
peringatan Dr. Friedan tentang efek makanan terhadap

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

penyakitnya. "Dan, aku minta muffin Inggris dengan mentega di


atasnya."
Di seberang meja, Paul Raedo, asisten Jaksa Wilayah
Manhattan, memesan sepiring wortel mentah dan secangkir teh
Lipton dengan madu dan gula yang berlimpah.
"Dan, mereka bilang aku orang aneh," gerutu Francis.
Paul, yang meminta Francis sarapan bersamanya di dekat City
Hall, adalah tanda seru berwujud manusia, peluru kendali
ramping dengan setelan Brooks Brothers. Francis terkadang
merasa sedikit tak nyaman saat berdiskusi
mengenai kasus dengannya di kantor, karena Paul kadang tibatiba suka meloncat-loncat seperti anak hiperaktif, rambutnya
yang dipotong pendek mencuat seperti ratusan ujung kuku kecil
menembus tempurung kepala, suspender hitam mencengkeram
pundaknya seperti borgol. Tapi, ia cukup oke untuk berada di
sampingnya dalam barikade, selalu siap mengambil tanggung
jawab, setuju bicara tawar-menawar pembelaan hanya setelah
ia menunjukkan gerbang neraka pada si terdakwa. Lebih dari
sekali Francis menolak ikut Pertandingan Poker Pembantaian
Selasa Malam milik Paul yang terkenal itu, beranggapan bahwa
setelah hari panjang dan brutal di bagian pembunuhan, hal
terakhir yang ia butuhkan adalah uangnya tetap aman.
"Bagaimana keadaan anak-anak?" tanya Paul, menutup daftar
menu bersampul kulit dengan suara pfft bisu dan
menyodorkannya pada pelayan seperti berkas rahasia.
"Ah, kau tahulah, saling bersaing untuk melihat siapa yang bisa
lebih dulu membuat ayahnya kena serangan jantung."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis agak khawatir dengan orang-orang tak berkeluarga


yang bertanya terlalu banyak tentang anak-anaknya,
menganggap mereka punya agenda tersendiri. Dengan para
wanita, hal itu hanya kadang-kadang disentil di balik senyum,
seperti penembak jitu di belakang bayangan. Namun dengan
para lelaki yang bukan kawan dekat, itu lebih seperti manipulasi
terang-terangan, sebuah upaya mencuri hati untuk meminta
kompensasi.
"Bukankah kau punya seorang putra yang menjadi tentara?"
kerling Paul.
"Baru saja dikirim ke Korea," jawab Francis sambil
menggerutu, berusaha mengabaikan pikiran yang membuat
perutnya terasa disusupi air es. "Putriku yang mewarisi otak
ibunya.
Belajar genetika di Smith. Katanya ia ingin membuktikan mata
rantai yang hilang dari ayahnya."
Seringai nakal tersungging di wajah Paul. Lelaki itu tak
mengerti apa-apa. Ia belum pernah berniat menikah. Pacarpacarnya tampak hanya datang dan pergi tiap enam bulan. Alihalih menyiapkan pernikahan, kebanyakan waktu luangnya
dihabiskan untuk merencanakan liburan olahraga ekstrem.
Sementara orang lain menaruh foto-foto keluarga di kantor, ia
memilih memajang foto-foto saat bersepeda melintasi Rusia,
paralayang di Yucatan, dan bodysurfing di Maui. Dan, untuk
alasan yang tak pernah ia jelaskan pada Francis, sebuah rudal
harpoon menggantung di dinding, di seberang potret Jenderal
George Armstrong Custer dengan seragam tentara Union-nya.
"Jadi, ada apa, Paul?" katanya, ingin fokus pada hal lain selain
kesehatan atau putranya sejenak.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kurasa kau sudah dengar tentang Julian Vega." "Ada apa


dengannya?"
"Ya, kau tahu ia telah bertahun-tahun mengirim surat dari
penjara, mengungkit tentang keterangan saksi dan apakah
pengacaranya kompeten..."
Sejak meninggalkan ruang kerja dokter tadi pagi, Francis
sudah menyiapkan berbagai topik untuk mengalihkan
pembicaraan, seperti berita TV kabel, tetapi kini semua
mendadak hilang.
"Mungkin aku pernah dengar dari seseorang," jawabnya.
"Hakim Santiago mengizinkan dengar pendapat di Rikers
kemarin. Dan setelah mendengarkan semua argumen Julian
tentang isu kompetensi, ia memutuskan untuk mengabulkan
mosi itu dan membatalkan dakwaan."
Pelayan datang membawa kopi pesanan.
"Mana pemanis Sweet 'n Lcw-nya?" ujar Francis, menoleh ke
sana-kemari. "Bukankah restoran seharusnya selalu
menyediakan Sweet 'n Low di meja?"
Tiba-tiba saja, penting sekali baginya semua hal berada di
tempat yang tepat.
"Tepat di sebelahmu, Francis." Paul menunjuk tepi meja, tepat
di luar bidang pandangnya. "Dengar, memang sudah pasti kau
akan jengkel."
"Yang benar saja, Paulie." Ia mengambil bungkusan merah
muda. "Kenapa tak seorang pun yang berpikir untuk
memberitahuku lebih awal?"
"Apa yang akan kau katakan di sidang dengar pendapat itu?
Masalah ini tak ada hubungannya denganmu. Hampir semua
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang dibela Ralph Figueroa ingin kasusnya dibuka kembali,


karena ia bajingan bejat pecandu obat yang tak pernah
mengatakan pada klien bahwa mereka punya hak untuk
membela diri. Mereka telah menjatuhkan empat kasusnya
dalam tiga bulan terakhir ini."
"Dan, tak pernahkah terpikir olehmu bahwa aku mungkin
keberatan dengan hal ini? Apa kau lupa kejadian di Auburn
beberapa tahun lalu?"
"Hakim diyakinkan bahwa itu murni kecelakaan. Aku menaruh
catatan tentang hal itu dalam berkas kasus."
"Sebuah kecelakaan?" Francis menyobek bungkusan itu dan
menuangkan sakarin di atas permukaan hitam yang mengilat.
"Keparat kecil itu berusaha memukulku di lorong. Untung
penjaga ikut melerai, karena aku sudah siap menghajarnya."
Pintar sekali kau bicara, Helen Keller. Saat itu, Francis sama
sekali tidak siap. Terburu-buru berjalan di lorong dalam
sebuah kunjungan untuk menemui calon Kepala Inspektur saat
ia mendengar suara di luar ruang makan, memanggil, "Hey,
embustero." Ia tak melihat Hoolian melangkah keluar dari
barisan dan menyergapnya hingga hampir terlambat. Lagi pula
ia tak akan mengenali anak itu, setelah bertahun-tahun tak
berjumpa.
"Mestinya aku punya kesempatan bersaksi tentang kasus itu
dalam dengar pendapat," omel Francis, menyadari semua itu
mestinya merupakan pertanda awal.
"Hakim berketetapan bahwa Hoolian sudah dihukum enam puluh
hari dikucilkan gara-gara tindakan tersebut dan itu sudah
cukup baginya." Paul mengangkat telapak tangan saat pelayan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

datang membawakan teh dan wortel mentahnya. "Tak ada


kontak fisik. Jadi aku tak tahu apa lagi yang kau harapkan."
"Jadi, begitu saja? Ia sudah bebas? Mungkin orang kantor
mentraktirnya sarapan juga?"
"Ayolah, Francis, jangan begitu." "Jangan begitu apa?"
Pelayan itu meletakkan telur dan daging goreng pesanannya.
"Jangan ingatkan kau? Itu yang ingin kau katakan?"
"Bukan... "
"Memangnya kau ingat kasus ini? Kau sudah mengecek
berkasnya lagi?"
"Ya, aku sudah memeriksa berkasnya, Francis." Paul mengambil
wortel dan menggigitnya separo.
"Jadi, tentu kau ingat tentang anak dan botol itu?" "Apa?"
"Anak dengan botol susu terkutuk terikat mengelilingi
lehernya."
Paul berhenti mengunyah dan menggeser wortel setengah
hancur dari satu sisi mulutnya ke sisi yang lain. "Apa yang kau
bicarakan?"
"Kau tak ingat?"
"Tolong jelaskan."
Francis melirik sekeliling restoran, sadar dirinya menoleh
terlalu lebar dari lazimnya untuk melihat jika ada yang
mendengarkan. "Kau ingat gadis itu bekerja di Bellevue, kan?"
ia merendahkan suara.
"Ya. Ia bekerja di ruang gawat darurat bagian anak-anak."
"Benar. Persis. Nah, tepat sebelum libur Natal sebelum ia
meninggal, guru kelas tiga dari salah satu sekolah sok elit di
kota pergi ke ruang gawat darurat bersama anak lelaki berusia
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

delapan tahun. Ayahnya seorang pengacara terkenal di sebuah


firma terhormat. Tapi guru itu tahu ada sesuatu yang tak
beres, karena anak itu menderita lebam-lebam di kedua lengan
dan nyeri hebat di perut setiap hari. Allison mulai memeriksa
anak itu dan mendapati bahwa anak itu mempunyai benjolan
besar di bawah kausnya. Dan ketika diangkat, ternyata ada
botol bayi terikat di sekeliling lehernya."
"Aku masih tak ingat," Paul menghisap gerahamnya.
"Jadi Allison melakukan pekerjaannya, seperti halnya kita akan
bertindak dalam situasi seperti itu," kata Francis. "Ia bicara
empat mata dengan anak itu. Ia bicara padanya, mencurahkan
perhatian. Ia bermain Monopoli dengannya. Ia berhasil
mendapatkan kepercayaan anak itu. Dan, kemudian ia
mengetahui bahwa ayah si anak, Tuan Korporat Hebat Tahi
Kuda, mengatakan anak itu bertingkah seperti bayi. Menangis
dan mengompol di ranjang. Jadi, jika bertingkah seperti bayi
lagi, ia harus memakai botol bayi ke sekolah. Anak kelas tiga
SD, Paulie. Bayangkan."
Francis mengaduk kopinya lagi, tak ingin mengambil risiko
meminta susu karena bisa saja wadah susu tepat di sebelahnya.
"Semua perawat berada di luar ruangan ketika Allison
berusaha mengambil botol itu darinya. Anak malang itu
histeris, memohon padanya, 'Tolong, tolong, jangan-janganAyah akan sangat marah. Tolong jangan membuatku
melepasnya.' Hati mereka hancur. Padahal mereka perempuanperempuan tegar. Mereka sudah pernah melihat hal-hal buruk.
Mereka membuatmu terlihat seperti gadis paduan suara."
"Francis, ayolah... "

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Allison lalu menghubungi si ayah dan mengomelinya. Gadis


baik-baik ini, yang ibunya menulis buku anak-anak. 'Kau,
bajingan keparat, aku akan menghubungi petugas sosial, aku
akan menghubungi Biro Kesejahteraan Anak dan
melaporkanmu...' Dengan seorang perawat Jamaika
menyemangati di belakangnya."
"Ia berhasil memenjarakan orang itu?"
"Lelaki itu hanya dikenai keterangan." Francis mengaduk
kopinya. "Bajingan. Dan, ya, aku mencurigainya sebagai
pembunuhnya saat itu. Tapi terkutuk itu sedang berada di
Gstaad bersama pacarnya."
"Itu sudah lama sekali, Francis. Seperti dari Abad Kegelapan.
Semua hal kini berbeda."
"Gadis itu salah seorang dari kita." Francis menatap,
penglihatan sentralnya masih berfungsi. "Ia orang baik."
"Hey, Francis. Jangan membuatku menjadi orang jahat. Ini
masalah rumit. Orang ini dikurung saat berusia tujuh belas dan
keluar setelah tiga puluh tujuh tahun. Banyak orang akan bilang
kita telah berhasil."
"Dan Allison akan berusia empat puluh enam... "
"Oke, oke." Paul menaruh wortelnya. "Tak ada yang mengatakan
kita menyerah. Ini kejahatan keji. Tak diragukan lagi. Orangorang masih ingat. Bukan tugas kita membiarkan pembunuh
bebas sebelum hukuman mereka selesai."
"Terutama jika ada yang berniat menjadi hakim."
"Itu tuduhan murahan, Francis." Rambut-rambut menegang di
kulit kepala Paul. "Kau tahu itu."
"Jadi ternyata itu benar."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tentu saja, Francis juga sudah mendengar gosip itu. Setelah


bertahun-tahun, orang seperti Paul tak hanya duduk-duduk
menunggu Jaksa Wilayah pensiun atau wafat. Mereka terus
menaruh ambisi dan bahkan berpolitik. Wajar saja jika Paul
ingin menjadi hakim. Ia tak punya sifat atau kemampuan sosial
yang cocok di sektor swasta-tak ada istri untuk menenangkan
ketegangan dan menyajikan ilusi akan pesona pesta perusahaan.
Di kursi hakim, ia akan lebih bersinar dan bebas membantah
tanpa ada perlawanan, memuaskan balas dendam dengan baik di
tahun-tahun senjanya.
"Jadi dari mana kita memulai?"
"Secara resmi belum ada keputusan dibuat," Paul menuangkan
air panas ke dalam cangkir teh. "Kita punya pilihan meneruskan
dakwaan seolah-olah ini masih 1983 atau tak mengambil
tindakan sama sekali. Tapi ada hal lain yang ingin kubicarakan
denganmu."
"Apa itu?"
"Debbie Aaron menjadi pengacara Hoolian." "Kau bercanda?"
"Maunya begitu. Hoolian pasti sudah menyusuri separo
pengacara di New York sebelum akhirnya pergi padanya"
"Debbie A, si keparat itu."
Ia mendorong telurnya yang tiba-tiba berbau tidak enak,
merenungi lingkaran bekas piring di atas meja.
"Kau kenal dengannya saat ia mengerjakan kasus narkotika di
kantor kita, kan?" Paul mengambil kantung teh dari cangkir
dengan sendok.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Yeah, kami memanggilnya 'A keparat' karena ia selalu


berusaha menggoyahkan kesaksian sebelum kami bersaksi di
pengadilan."
Bagaimana kau tahu ia membawa senjata, Detektif? Apakah
kau benar-benar melihat uang yang beralih tangan? Mengapa
kau tak menemukan narkotika lebih banyak di apartemennya?
Selama tiga detik pertama, pikirnya, ia agak tertarik pada
wanita itu. Ia senang pada wanita yang dapat menonjolkan
kehebatannya. Tapi ia kemudian sadar wanita ini hanya akan
membuat jengkel dengan tuntutannya yang galak akan
kejujuran dan meremehkan kompromi- mereka akan seperti
dua gergaji listrik yang bertarung.
"Kita harus berjalan dengan hati-hati." Paul melingkarkan
benang di sekeliling kantung tehnya. "Entah apa kau
mendengarnya atau tidak, tapi Debbie sudah mengajukan
gugatan pada pihak kepolisian atas sebuah dakwaan keji."
"Tentang masalah dengan Marty Delblanco di satuan duadelapan itu?"
Francis pernah mendapat masalah sulit terkait gosip di
departemennya. Seorang pecandu yang dikurung di Harlem
karena memerkosa dan membunuh seorang nenek berusia
delapan puluh tahun baru-baru ini dibebaskan setelah lima
belas tahun berkat bukti DNA dan penarikan kembali
pernyataan saksi. Dan sekarang Debbie A, menuntut atas
namanya, dengan tuduhan bahwa detektif yang menangani telah
memukulinya agar ia memberi pengakuan lengkap. Marty adalah
detektif itu. Yang mengejutkan semua orang, bukan hanya
karena kepolisian dan pemerintah kota disebut-sebut dalam

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tuntutan 3,2 juta dolar itu, namun Marty juga dikenai gugatan
secara pribadi sebesar 750 ribu dolar.
"Menurut gosip, Debbie berlaku keras pada polisi karena
pernah menikah dengan detektif di satuan sembilan-nol yang
suka memukulinya," jelas Paul.
"Mereka kini sudah berpisah. Ia memenjarakan suaminya
dengan delik kekerasan rumah tangga."
"Apakah Marty membayar tuntutan itu?"
"Ganti rugi masih tanda tanya. Ia mestinya memperlakukan
anak itu dengan baik agar mendapatkan pernyataannya. Tidak
jelas apakah ada orang lain yang mesti bertanggung jawab
untuk hal tersebut."
Francis melekatkan lidahnya ke langit-langit mulut. "Brengsek,
kau tak akan cemas oleh kasus ini, kan?"
Paul meremas sisa-sisa kantung teh. "Kita harus bersatu,
Francis."
"Apa maksudmu? Aku tak pernah memanipulasi Hoolian. Ia
menempatkan dirinya sendiri di tempat kejadian."
Paul merendahkan suara. "Ayolah, Francis. Kita semua tahu
penyelidikan itu tak pernah sempurna."
"Apa maksud perkataanmu itu?"
Paul menaruh sendok dan kantung teh di sisi cawan,
membiarkan keheningan berbicara sendiri.
"Kau juga tahu bahwa kau sendiri tidak sempurna, Yang Mulia.
Aku tak pernah dengar Asosiasi Pengacara Amerika memberi
pujian atas caramu menangani beberapa penyelidikan awal."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Paul melekukkan tangannya ke belakang kepala tanpa sadar.


"Ya, anggap saja ada beberapa hal yang mungkin sebenarnya
bisa kita lakukan secara berbeda?"
Francis melempar tisu. "Tentu, kenapa tidak? Anggap saja
semua ini hanya uji coba agar kita melakukan hal yang benar
lain kali."
"Senang kau menganggap hal ini lucu."
"Jadi, apa yang ingin kau lakukan?"
"Kurasa kita harus di pihak yang menganggap bahwa dakwaan
itu masih berlaku dan penyelidikan masih berlangsung," kata
Paul, meniru kerut alis bijak dan dagu berwibawa orang yang
bekerja di kantor pelayanan publik. "Tak ada dari mosi empatempat puluh yang berkontradiksi dengan fakta-fakta yang
mendasari kasus itu. Jika Debbie A ingin melawan kita, ia harus
membuktikan adanya unsur kesengajaan untuk mengabaikan
bukti spesifik."
"Benar," kata Francis. Uraian itu mulai merayapi kepalanya lagi.
"Dan ia akan kesulitan membuktikan hal itu. Sudah dua puluh
tahun berlalu. Aku tak tahu ke mana ia akan mencari saksi... "
Arroyo. Hernandez. Francis sudah lebih dulu menceburkan diri
dalam putaran arus, berusaha mengingat nama-nama yang
muncul dalam penyelidikan awal. Ia teringat dirinya masih
menyimpan buku-buku catatan lama di rumah.
"Francis...," sela Paul.
"Apa?"
Paul memajukan badan di meja, memandang tajam dari topeng
ilmu hukum, sekali lagi. "Kita yakin kita menangkap orang yang
tepat, bukan?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Julian Vega membunuhnya," ujar Francis tegas. "Pintu depan


gedung itu dikunci setelah tengah malam. Tak ada orang lain
yang dapat masuk ke apartemennya kecuali mereka punya
kunci, seperti ia. Sidik jarinya ditemukan pada senjata
pembunuh. Tak ada orang yang terlihat pergi. Darah gadis itu
menciprati peralatan tukangnya... "
Tapi, ia menyadari ada semacam kedangkalan pada litani-doa
yang diungkapkan sambut-menyambut pada upacara kebaktianitu kini, setelah lama waktu berlalu, seperti doa penganut
agnostik.
"Apakah sudah memberi tahu keluarganya, tentang apa yang
terjadi?"
"Aku sudah menelepon untuk mencari jejak mereka melalui
Pelayanan Korban," kata Paul samar. "Tapi nomor telepon
terakhir yang kuhubungi sudah dicabut. Mereka banyak
berpindah-pindah sejak 1983."
"Jadi, Hoolian keluar dan mereka masih belum
mengetahuinya?"
Pauf terlihat malu, mengingatkan Francis bahwa bahkan orang
paling matematis di dunia pun terkadang tak bisa mengerjakan
soal matematika dasar.
"Bagaimana kalau mereka lebih dulu membacanya di surat
kabar?"
"Aku berharap kau bisa bicara pada mereka, Francis." Kedua
alisnya naik.. "Kita ingin mereka ada di pihak kita. Kita tak ingin
mereka menjelek-jelekkan kita di hadapan media saat kita
mengerjakan kasus ini kembali. Kita tak ingin terlihat bodoh."
"Lalu kenapa kau tak melakukan sesuatu saat dengar
pendapat?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku tak menyangka kita akan kalah."


Francis menyimak pandangan Paul yang benar-benar bingung,
heran luar biasa bahwa orang akan mempertimbangkan
serangkaian fakta yang sama dengan yang ia miliki dan
mengambil keputusan berbeda. Dan saat itu juga, ia melihat
kekuatan dan kelemahan seorang pria. Kepastian mutlak akan
budinya sendiri yang telah menjadikan Paul sebagai jaksa
sukses dan nyaris tak pernah gagal di setiap hubungan sosial.
"Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Francis. "Tapi kau
berutang banyak padaku, Hakim."
"Francis, takakankulupakan kebaikanmu."
"Tolong panggilkan saja pelayan," katanya, setelah yakin bahwa
memang tak ada susu di meja. "Kopi ini terlalu keras."
6
Hoolian mengusap matanya yang lelah, mempelajari peta kereta
api, dan akhirnya menemukan rute dari Coney Island menuju
kantor pengacaranya. Kerabatnya sendiri mengusir seolah ia
seekor anjing buduk. Ia meraba medali Santo Christopher dari
ayahnya.. Berharap minimal ia sempat mandi dulu sebelum
pergi. Rasanya ia masih bisa mencium bau penjara di kulitnya.
Kereta melintasi sebuah tanah pekuburan, barisan nisan rendah
mengusam seperti gigi-gigi perokok akibat polusi. Tanah orang
mati. Anda berangkat dari tanah orang mati. Tolong siapkan
paspor.
Kantor pengacaranya berada di atas Kinko's di Astor Place di
Manhattan. Lalu-lintas riuh di sekeliling patung kubus raksasa
hitam yang tampak susah-payah menyeimbangkan dirinya
sendiri di satu sudut. Tergesa-gesa pergi ke mana orang-orang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

ini? Metabolismenya masih mengikuti kala di penjara: waspada,


menahan diri, peka terhadap perubahan.
Di ruang tunggu, duduk seorang pria yang tampak bingung,
mengenakan topi mandi karet putih wanita. Ia mengangguk
ramah, bak kawan lama Hoolian. Di sebelahnya, seorang
perempuan mungil dan kurus berusaha mengendalikan tiga
anak-anaknya yang liar yang tengah bergoyang-goyang di atas
karpet cokelat, dan seorang kakak dengan kaki sebesar sansak
sedang bicara sendiri mengenai kumpulan CD untuk sebuah
pesta. Butuh beberapa saat bagi Hoolian untuk menyadari
bahwa si sulung itu memakai headset di balik topi bisbolnya.
Sang sekretaris sungguh tak peduli pada mereka semua. Ia
seorang gadis kulit putih gemuk dengan cat kuku biru dan
rambut Rastafarian, meminta sejumlah
penelepon untuk menunggu. Teka-teki silang koran New York
Times yang baru separo terisi tergeletak di sebelah keyboard
komputernya.
Hoolian berdiri di hadapannya, berusaha menarik perhatian
gadis itu dan menyadari sekali lagi bahwa ia telah menatap
terlalu lama-seperti pada gadis Kawat Duri kemarin malam.
Berapa lama memangnya seseorang boleh menatap? Mungkin
ada aturannya. Ia menahan tatapan selama dua ketukan lalu
mulai berbalik.
"Ya?" gadis itu menengadah.
"Julian Vega bermaksud bertemu Ibu Aaron."
"Oh, Julian, mari masuk." Deborah Aaron menyembul keluar
dari belakang pintu kayu. "Aku sudah menunggumu."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian menoleh pada orang-orang yang telah menunggu lebih


lama, setengah berpikir mestinya ia meminta maaf karena
memotong, tetapi lalu berpikir, persetan. Mereka akan
melakukan hal yang sama dengannya.
Ia melangkah masuk ke dalam kantor, menutup pintu di
belakangnya selagi Nona A mengulurkan tangan. "Selamat."
Sentakan kecil dari pergelangan tangan wanita itu membuatnya
membusung. Ia menyodorkan pipi untuk bercium pipi, tetapi
Hoolian menoleh ke sisi yang salah dan malah menyapu bibir
wanita itu.
"Uh, terima kasih." Hoolian menangkap aroma bunga lilac di
kulitnya.
"Silakan duduk."
Apakah sebuah ciuman mengandung makna seorang wanita
menyukaimu ataukah itu sikap sopan saja? Dengan hati-hati ia
duduk di kursi di depan meja wanita itu, dengan hati-hati
menaruh tas besarnya di pangkuan. Kawan-kawan penghuni
penjara mengganggunya saat pengacara ini berkunjung ke
penjara, seorang wanita New York tangguh berwajah boneka
porselen yang bicara terlalu cepat dan selalu terdengar seperti
terengah-engah. Mereka menceritakan kisah para narapidana
yang melakukan hal-hal buruk kepada pengacara wanitanya di
ruang jenguk saat penjaga melihat ke arah lain dan anak-anak
memasukkan koin dua puluh lima sen, satu persatu ke dalam
mesin kudapan.
Tapi Hoolian tak akan mengambil risiko semacam itu saat masih
berada di kurungan. Wanita ini telah mengemudi 150 mil ke
utara dalam hujan deras untuk bertemu dengannya, menangani
kasus tanpa dibayar setelah ia ditolak setengah lusin
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pengacara lain selama bertahun-tahun. Wanita itu telah


membaca surat-surat yang mati-matian ia kirimkan-kadang
empat atau lima surat sehari-yang mengungkit isu Amandemen
Keempat dan menggarisbawahi
kelalaian dalam catatan pengadilan. Debbie menanggapi perkara
itu dengan serius saat Hoolian mengaku telah dijebak dan
menulis pada Paul Raedo di kantor Jaksa Wilayah secara terusmenerus untuk meminta DNA-nya diuji tanpa pernah menerima
jawaban. Wajar saja dirinya sedikit jatuh cinta pada wanita
itu-ia hampir tak tidur malam sebelum jadwal kunjungan wanita
itu, mencari tahu kutipan dan aturan barang bukti dari
perpustakaan hukum untuk membuat pengacara tersebut
terkesan, dan jantung Hoolian melompat saat mendengar
ketukan sepatunya yang efisien di lantai batu dingin.
Namun kini berbeda. Tak ada petugas yang mengawasi mereka
dari jendela kecil di pintu. Ia merasakan setitik pelembab bibir
wanita itu di sudut mulutnya. Dalam cahaya kantor yang lebih
terang-sedikit lebih sempit dan sesak oleh buku yang lebih dari
dugaannya-ia bisa melihat penampilan Debbie yang menarik
namun letih oleh rasa cemas. Tampak beberapa helai rambut
putih di antara rambut pirangnya, beberapa lingkaran di bawah
mata, dan lesung pipi mulai terlihat makin dalam. Dalam
beberapa tahun ke depan, perempuan ini akan tercebur dalam
penuaan dini atau menjelma menjadi semacam wanita
menggairahkan yang selalu dikelilingi laki-laki belia yang dengan
riang membawakan kopi ke ranjangnya.
"Maaf, aku tak bisa menjemput dan mengantarmu dari Rikers
setelah acara dengar pendapat," katanya dengan senyum
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tertahan. "Masalahnya, baby sitter-ku harus pulang awal garagara anaknya sakit. Dan aku tak punya orang untuk
menggantikannya... "
"Tak apa. Aku bisa pulang sendiri."
"Oh, aku lega." Ia berhenti, mengingatkan dirinya sendiri untuk
bernapas. "Kau tidur nyenyak di tempat sepupumu?"
"Uh, ya. Rasanya enak. Maklum. La familia."
Hoolian mafhum: ia mengawali dengan keliru karena berbohong
pada pengacaranya, tapi apa lagi yang bisa ia ucapkan?
Sebagian dirinya masih seorang anak Nuyo-Rican di sekolah
blanco, yang ingin membuat para gadis terkesan.
"Oh, itu bagus." Ia mengangguk sambil melamun. "Bagaimana
perasaanmu menjadi orang bebas?"
"Lumayan." Hoolian menatap berkeliling, memperhatikan lukisan
jari anak kecil di sebelah ijazah hukum wanita itu di dinding,
ujungnya yang diselotip melambai-lambai akibat angin AC. "Aku
terus berpikir, kau akan mengatakan padaku bahwa ini hanya
lelucon dan aku harus kembali."
"Tidak, ini bukan lelucon. Tapi kita punya masalah serius untuk
didiskusikan."
Hoolian memeluk tas besarnya di pangkuan ke dada, mendengar
sejumput ketegangan. "Jadi, apa kata Jaksa Wilayah? Apakah
mereka akan menghentikan tuntutannya?"
"Aku khawatir, tadi pagi aku telah melakukan pembicaraan yang
tak memuaskan dengan Paul Raedo." Kata-kata itu meluncur
seperti rentetan kembang api di telinganya. "Mereka akan
mengambil sikap bahwa hakim membatalkan vonismu karena

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

masalah 'teknis'." Debbie membengkokkan jarinya membuat


tanda kutip. "Tapi, dakwaan awal masih berlaku."
Hoolian mengempaskan badan kembali ke kursi, menyadari
bahwa semua ini memang terlalu indah untuk menjadi
kenyataan.
"Hadapi saja. Kemarin itu kita beruntung." Wanita itu
memajukan badan, sejajar dengannya. "Empat kasus pengacara
lamamu ditolak beberapa bulan terakhir ini. Hal semacam itu
kadang terjadi, tapi biasanya tak sekaligus. Kita berenang di
antara gelombang pasang."
Beruntung? Kemarahan mulai bergolak-dalam dirinya. Jika
beruntung, ia tidak akan dijebak sejak awal. Jika beruntung,
ayahnya tak akan menyewa Ralph Figueroa. Bajingan tua
pecandu obat itu tak pernah mengatakan bahwa ia. punya hak
bersaksi atas dirinya sendiri atau bahwa mereka ditawari
pengajuan banding lima hingga lima belas tahun oleh Jaksa
Wilayah. Ia ternyata telah mengacaukan kasus-kasusnya
selama bertahun-tahun-melewati tenggat, muncul dalam
keadaan tak siap, mengisi berkas yang salah. Dan, mengambil 12
ribu dolar dari tabungan Papi. Pengacara itu kini tinggal di panti
jompo di Florida, mungkin minum dari toilet dan dengan tenang
sama sekali tak tahu bahwa empat hakim negara bagian yang
berbeda terpaksa menyingkirkan putusan juri lama akibat
kelalaiannya yang menjijikkan. "Maaf, Julian. Ini politis."
Mendadak saja ia kembali berada di ruang sidang, berenang
dalam teror adrenalin dan setelan jas kelabu gatal yang
dibelikan ayahnya. Petugas membacakan putusan itu dan ia
merasa tubuhnya mendingin. Bersalah, bersalah, bersalah...
tiap kali mereka mengambil suara anggota juri, ia kehilangan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

beberapa derajat suhu tubuhnya. Giginya gemeletuk saat


penjaga meraih tangannya dan memaksa bangkit, begitu
bungkuk hingga ia hampir tak bisa menoleh untuk mengucapkan
selamat tinggal pada Papi saat mereka membawanya kembali ke
penjara.
"Oke, tunggu, tunggu." Wanita itu bisa melihat paras memucat
dari wajah pria di hadapannya. "Ini semua hanya persoalan
membentuk citra dan meraih posisi. Semuanya mungkin akan
baik-baik saja."
"Mungkin?" geramnya. "Nona A., jangan bicara padaku tentang
mungkin. Katakan saja apa yang harus aku lakukan dan biar aku
laksanakan hal itu."
"Dengar. Ini bukan kasus biasa."
Hoolian menyadari bagaimana wanita itu berbicara dengan
lebih perlahan dan berhenti untuk mengambil napas tiap
beberapa kalimat, seolah ia terbiasa berurusan dengan orangorang yang sulit mendengar atau sengaja bebal.
"Tak diragukan lagi. Aku menghabiskan hampir dua puluh tahun
untuk sesuatu yang mereka jebakkan... "
"Julian, aku di pihakmu." Nona Aaron mengangkat tangan.
"Oke? Aku hanya mencoba menyodorkan fakta-fakta
kepadamu. Kenyataannya, ini adalah kasus sulit. Aku ingat
kasus ini pada tahun ketigaku di kantor Jaksa Wilayah. Semua
wanita membicarakannya, karena kami semua seumur dengan
korban. Dan, sayangnya, orang belum melupakan. Jadi, kini Paul
Raedo menyiapkan diri untuk sebuah persidangan. Ia tak ingin
terlihat mundur."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Keparraaaat." Kata-kata itu meluncur keluar. "Jadi aku harus


kembali ke penjara? Itukah yang kau coba katakan?"
"Dengar, kau telah menderita banyak dan aku mengerti betapa
marah dirimu. Jadi aku mengusulkan ini padamu." Ia mengusap
kalung mutiaranya satu persatu dengan kelembutan setengah
sadar. "Aku akan menghubungi Paul kembali dan melihat apakah
kita bisa membuat kesepakatan tanggal minggu depan. Kau akan
mengaku bersalah dan Hakim Bronstein akan memberimu masa
pelayanan dan artinya itu... "
"Tidak."
Aaron melepaskan mutiaranya dan menatap pintu dengan gugup.
Ia mungkin berpikir telah bersikap sangat bijaksana dan penuh
alasan. Tapi wanita itu tak hadir di rumah sepupunya pagi tadi.
Ia tak mendengar pernyataan kerabatnya itu, aku bahkan tak
mengenal dirimu. Ia tak melihat pandangan gadis kecil itu dari
balik kulkas. Pandangan itu akan terus menghantui Hoolian
seperti pisau yang menancap di punggung.
"Tidak, aku tak akan mengaku apa pun," ia mulai bicara, lalu
berhenti, sadar betapa dua dekade hidup di penjara telah
menggerus kesopanannya. "Maaf. Aku tak akan mengaku apaapa. Aku ingin namaku pulih."
Wanita itu menundukkan kepala. "Julian, mari saling jujur satu
sama lain.," katanya. "Kau telah menghabiskan lebih dari separo
hidupmu di penjara. Apakah kau tak ingin ini semua berakhir?"
"Tentu saja."
"Lalu mengapa kau tak tutup saja kasusnya? Aku tahu
bagaimana inginnya Paul Raedo dan Francis Loughlin membalas
dendam."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan jika aku mengaku bersalah atas apa yang mereka


jebakkan, bagaimana aku akan mengangkat wajah? Heh?
Apakah aku akan bisa menjadi pengacara sepertimu dengan
tuduhan kejahatan? Apakah aku akan mampu membayar sewa
rumah dan membeli tempat layak untuk kutinggali?"
Raut wajahnya berubah saat berbicara. Ada sepasang gunting
di belakang matanya kini.
"Julian, saatnya kita bertindak praktis," ujar Debbie. "Aku
tahu betapa keras kau berusaha agar kasus ini tetap berlanjut.
Tetapi ada batas seberapa jauh angan-angan akan terkabul."
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, setelah bertahun-tahun, kau dapat meyakinkan diri
bahwa dirimu tak bersalah dan bahwa kau dikhianati sistem.
Tapi jika kita terus berada di jalur ini, kita akhirnya akan
kembali di persidangan dan fakta-fakta akan muncul. Dan
mereka tak selalu seperti yang kau inginkan."
Amarah membuat wajahnya pucat. "Kau menuduh aku
pembohong?"
"Aku hanya berkata aku tak ingin kau terluka lebih dari yang
sudah kau tanggung." Ia menepuk dadanya menekankan. "Dan,
sejujurnya, aku tak mampu menginvestasikan lebih banyak lagi
dana untuk tuntutan publik yang tak punya harapan." Ia bangkit
dan duduk di ujung mejanya. "Kesalahan penahanan adalah
kasus yang sangat sulit dibuktikan. Kau harus menunjukkan
bahwa polisi dan jaksa sengaja mengabaikan atau merusak
bukti yang dapat membebaskanmu."
Hoolian terdiam beberapa saat, beban tas besarnya menekan
di pangkuan. Semua barang yang ia kumpulkan dan simpan saat
ia dipaksa pergi. Sikat gigi berhelai tumpul yang sudah harus
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

diganti; kaleng sup yang dibeli di toko kelontong yang tak tega
ia buang; jam alarm kecil yang ia perbaiki di toko perbaikan
mesin kecil; kaus kaki yang ia pakai rangkap saat lututnya
terbenam salju di halaman penjara di dekat perbatasan
Kanada, berusaha menonton laporan pertanian di TV; buku
Childhood 's End yang ia simpan di tas Jansport di hari ketika
Detektif Loughlin memintanya mampir di kantor polisi. Amplop
tempat ia bersandar. Pengingat dari kehidupan yang ia pikir
ada di genggaman. Tahun-tahun itu. Yang dicuri darinya,
tercabik seolah seorang perampok mengambil dompetnya untuk
memperoleh segepok uang, dan melemparkannya ke selokan. Itu
yang terus terasa menyakitkan. Bahwa tak ada seorang pun
yang peduli. Tak ada yang memperhatikan. Tak ada yang
mencoba berlaku adil.
Mereka menghempaskan wajahnya ke tanah dan melanjutkan
kehidupan yang sentosa. Ia berusaha bangkit dan menerima
segalanya; tersenyum dan mengangkat bahu, Hoolian yang tak
ambil pusing dan jalan terus, tetapi perasaan itu terus tumbuh
dalam dirinya seperti makhluk dalam film Alien. Hingga suatu
hari makhluk itu meledak keluar dengan rahang mengerikan dan
gigi-gigi yang menetes-netes, meninggalkan onggokan kulit tak
berguna di belakangnya.
"Nona Aaron, orang-orang itu berbohong," katanya dengan
dingin. "Mereka berbohong dan mengambil semua yang aku
miliki dan semua yang seharusnya kumiliki. Aku melewatkan
pemakaman ayahku dengan berada di kurungan isolasi. Dan,
sekarang kau mencoba bilang padaku bahwa tak ada seorang
pun yang harus membayarnya? Oh. Aku tak bisa hidup jika
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

begitu. Kalau kau tak ingin membawa kasus ini ke tingkat lebih
tinggi dan terus membelaku, aku akan mencari pengacara yang
bersedia melakukannya."
Dilihatnya wajah wanita itu turun dan tangannya menutup di
dekat mutiaranya. O, iya, Hoolian berhasil mencengkeram
perhatiannya. Sejak di penjara, ia telah belajar melihat dengan
cepat titik terendah manusia, menilai tingkat kebutuhan dan
dahaga mereka dalam sekilas. Ia telah mengenali lukisan di
sebelah ijazah sarjana hukum itu, dan kini mengetahui bahwa
wanita itu menyimpan foto kedua anaknya di lemari, seorang
anak lelaki dan perempuan, tanpa foto seorang suami. Jadi, ia
adalah orang tua tunggal yang membutuhkan keberhasilan dari
kasus ini, hampir sebesar yarig Hoolian butuhkan.
"Kau tahu, kita menjalankan operasi sulit di kantor ini," ia
memperingatkan Hoolian. "Aku tak punya banyak sumber yang
bisa kugunakan, untuk menyewa detektif swasta atau hal
semacam itu. Jika ingin aku tetap meneruskan kasus ini, kau
harus ikut membantu mendanai dan melakukan kerja nyata
untukmu sendiri."
"Tak apa," ujar Hoolian. "Aku menghabiskan dua puluh tahun
dalam sistem hukuman negara. Aku tak keberatan mengotori
tanganku."
"Ya, baiklah kalau begitu." Wanita itu mendesah. "Sepertinya
aku harus menyiapkan berkas-berkas dan memberi tahu Jaksa
Wilayah bahwa kita tak akan mempertimbangkan tawaran apa
pun."
7
Francis mendengar gemeresik suara daun yang gugur di bawah
sepatunya saat berjalan menyusuri West 89th Street menuju
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

rumah merah kecokelatan milik keluarga Wallis. Beginilah


perubahan musim dalam beberapa tahun ke depan. Udara
mendingin selama beberapa minggu, beberapa keping salju
meleleh di wajah, lalu-bum-sebongkah es di trotoar
membuatnya terpeleset. Bagaimana dengan menyaksikan pohon
mapel gula tumbuh di depan sebuah tanda jalan di
Rego Park, begitu cerah dan elok seperti penari Moulin Rouge
yang mengapung-apungkan rok dalamnya? Bagaimana dengan
pohon sycamore di Riverside Park yang berganti warna, seperti
dewa matahari yang menetes-neteskan api ke dalam daundaunnya? Ia seharusnya pergi ke pedesaan bersama Patti
malam ini, hanya untuk mengamati bintang-bintang sebelum
mereka tergelincir.
Ia melihat Tom Wallis dari separo blok, rambut yang merah
dan kulitnya yang cerah, menyapu di depan rumah, memakai
pantalon ketat dan kemeja putih dengan kerah terkancing,
seolah-olah baru pulang kerja tengah hari.
"Hai."
"Apa kabar, Francis?" Tom menaruh sapunya ke samping dan
mengulurkan tangan.
"Senang bertemu denganmu, Kawan." Francis melewatkan jabat
tangan itu dan memberinya pelukan hangat. "Kau tampak
sehat."
Memang benar. Kebanyakan keluarga korban menua sebelum
waktunya. Orang bisa melihat sepuluh tahun berlalu di wajah
mereka segera setelah kabar buruk itu disampaikan, mata
mereka surut ke dalam tengkorak saat Anda mengucapkan
"Saya turut berduka atas wafatnya anggota keluarga Anda."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dan melihat mereka di persidangan bahkan lebih buruk lagi:


kulit semakin kelabu, rambut menipis, postur merosot saat
mereka menyadari bahwa ini bukan masalah keadilan, melainkan
integritas proses itu sendiri. Bahwa kompromi-kompromi sunyi
pengacara dan saksi-saksi setengah hati yang kebingungan
adalah satu-satunya ya'ng mereka miliki untuk meredakan
kepedihan.
Tapi Tom, yang lahir lima tahun sebelum Allison, tak tampak
jauh berbeda dari sejak terakhir kali Francis melihatnya, di
Landmark Tavern pada 1986, berbincang tenang sambil
menikmati ginger ale dan roti soda. Ia masih menyimpan
penampilan petani muda yang takjub melihat puting beliung
pertamanya di kejauhan, rahangnya mulai mengendur, kening
yang tinggi sedikit berkerut di atas sepasang alis yaAng
hampir tak terlihat dan kulit putihnya yang kontras dengan
rambut merah, seperti wanita-wanita di keluarganya.
"Senang sekali kau ada di rumah saat kuhubungi."
"Kehidupan seorang salesman." Tom menyentuh ruang di antara
kedua alisnya dengan gaya malu-malu yang sama, sedikit gugup,
yang masih Francis ingat. "Pergi hampir setiap waktu lalu
pulang ke rumah siang hari di hari kerja. Sudah lama sekali,
Francis."
"Memang. Aku kehilangan jejak kalian. Dulu aku selalu
mengirimi ibumu kartu setiap Natal dan Paskah."
"Yah, kami memang sering pindah." Tom mengangguk, hanya
kilasan singkat bibirnya yang menipis yang menunjukkan bahwa
ia tak nyaman dengan kunjungan ini. "Kami tinggal di rumah
ibuku di Sag Harbor selama beberapa waktu. Lalu kami
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mencoba pergi ke Connecticut. Tapi kau tahu bagaimana


rasanya. Tak bisa tinggal di sana, tak ada tempat lain senyaman
rumah sendiri."
"Sering kudengar. Memang sulit menetap."
"Itulah kami, Wallis para Pengembara."
"Ibumu tinggal denganmu sekarang?"
"Ya. Harganya cocok, maka kami menjual tempat tinggal kami di
Danbury dan pergi." Tom mengedip cepat, tak ada tanda-tanda
mengajak Francis masuk. "Ternyata cukup lumayan. Kami
membayar cicilan rumah dengan menyewakan lantai atas, dan
ibu memiliki tempat sendiri di dekat kebun. Jadi ia bisa
menemui cucu-cucunya setiap waktu dan masih memiliki kamar
mandinya sendiri."
"Wah, aku tak tahu kau telah menikah, Tom."
"Kami baru merayakan ulang tahun pernikahan yang kesepuluh."
Ia meraba cincin emas di jarinya, tercenung. "Ia wanita hebat
dari Indiana. Kami punya dua gadis kecil, tiga dan enam tahun...
"
Tom membungkuk untuk mengambil bungkus permen karet
Swedish Fish yang tertiup ke atas tangga depan.
"Nah, ada apa, Francis? Di telepon, kau bilang ada sesuatu yang
penting yang perlu didiskusikan."
"Aku tak tahu apakah kau telah mendengar hal ini atau tidak.
Mereka membebaskan Julian Vega."
Tom bangkit perlahan-lahan, bungkusan itu membuat suara
gemeresik di tangannya. "Apa yang kau bicarakan?"
"Percayalah padaku. Aku tahu ini kacau. Aku juga baru saja
mengetahuinya."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Mereka-membebaskan-nya?" Tom mengulang kata-kata itu,


seolah ia siswa yang sedang belajar bahasa Inggris. "Bagaimana
bisa terjadi?"
"Ini masalah teknis. Mereka mengabaikan dakwaan jaksa
karena ia mengklaim pengacaranya tak pernah memberi tahu
bahwa ia mempunyai hak untuk bersaksi. Itu omong kosong.
Jangan khawatir akan hal itu. Kita akan menjebloskannya
kembali ke penjara."
Tom mulai menggosok-gosok ruang halus di antara kedua
alisnya, seakan-akan berusaha mencerna informasi itu ke dalam
kepalanya. "Maksudmu kita harus mengulangi lagi segalanya?"
"Tom, aku minta maaf. Tak semestinya hal ini terjadi."
"Wow...maksudku, wow." Semburat merah muda mulai menyala
di rautnya yang halus. "Mengapa tak seorang pun memberi tahu
kami tentang hal ini?"
"Semuanya terjadi begitu mendadak. Tak ada yang menduga
hal ini."
Oh, Paul Raedo, betapa kau berutang banyak padaku.
"Ya Tuhan. Aku tak tahu apakah ibuku sanggup menanggung
kejadian ini."
"Kau ingin aku yang mengabarkan padanya?"
Tom menggeleng, warna alami pucat wajahnya berangsurangsur kembali perlahan. "Kurasa itu bukan ide yang baik."
"Mengapa tidak?"
Tom mengambil napas dalam, seakan dirinya baru saja
mengendarai sepeda anak-anak di jalan setapak yang curam dan
panjang.
"Ia tak lagi menjadi dirinya sendiri. Sudah sejak lama."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Oh, ya?"
Francis mengutuk dirinya sendiri karena tak mengikuti
perkembangan. Tetap berhubungan dengan keluarga korban
sebenarnya menjadi bagian dari pekerjaannya Tentu saja,
beberapa telepon merupakan siksaan, para ibu yang menangis,
"Mengapa Tuhan mengambil anakku yang tampan?" meski kau
tahu betul bahwa si Anak Tampan itu sebenarnya bajingan kecil
pengedar narkotika-penganiaya pelacur, dengan pisau belati di
mulut saat ditemukan. Tapi kau harus melakukannya. Bukan
hanya karena menghibur keluarga yang ditinggalkan adalah hal
yang baik tetapi karena kau tak pernah tahu. Bisa saja dua-tiga
tahun dari sebuah kebuntuan, kau menganggap kasus itu tak
akan pernah terpecahkan, ketika si Nenek tiba-tiba
menghubungi, bersaksi bahwa dirinya menonton As the World
Turnssaat Nona Itu melenggak-lenggok dengan pantat
besarnya dan perhiasan berkilauan yang mengingatkannya pada
gadis
pacar si Anak Tampan yang terlihat sebelum pembunuhan, yang
kemudian diketahui ternyata memiliki suami pencemburu yang
baru saja tiba dari Ekuador.
"Aku tahu ibu terlihat seolah kuat selama persidangan." Tom
mencengkeram sapunya. "Tapi lalu ia seolah-olah hancur
berkeping-keping. Kau tahu sendiri, ia terus-menerus berusaha
menulis buku yang sama selama dua puluh tahun."
"Ya."
Tidak aneh. Mereka yang paling lama mampu mengendalikan diri
kadang jatuh paling keras. Ia ingat Eileen duduk di baris kedua
di ruang sidang tiap hari, wanita kuat berambut merah ini yang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tak pernah memakai rias wajah dan membesarkan dua anak di


kota ini setelah suaminya, pelukis ekspresionis abstrak gagal,
mendadak pergi ke Paris bersama penari Meredith Monk
berusia delapan belas tahun.
"Apa yang terjadi? Ia kedengaran baik-baik saja saat terakhir
kali aku bicara dengannya."
"Awalnya ia kelihatan memburuk perlahan-lahan tetapi makin
lama makin cepat." Mulut Tom mengeras. "Tepat setelah
persidangan, ia mulai pergi ke acara makan bersama bermacammacam support group bagi para orang tua yang anaknya
dibunuh. Itu dapat dimengerti. Tapi ia kemudian mulai
berselisih tentang masalah sepele dengan mereka. Mengeluh
bahwa orang-orang hanya datang ke pertemuan ketika orang
yang membunuh buah hati mereka akan disidangkan dan mereka
butuh banyak orang untuk menghadiri persidangan."
"Tentu," Francis menggerutu dengan simpatik, mengerti hal itu
tak pernah bisa diabaikan.
"Kemudian setelah beberapa lama, ia mulai bergaul dengan
lingkungan lain. Semacam New Age begitulah. Orang-orang
yang tertarik dengan kristal penyembuh dan aromaterapi. Kau
mengerti, kan, semua omong kosong itu."
"Kau tak tampak terkesan."
"Bagaimana aku bisa terkesan?" Tom mengambil bola kertas
timah. "Aku menjual peralatan medis profesional. Orang-orang
ini adalah musuh kami. Tetapi ibu kemudian mulai tergaet oleh
orang-orang yang benar-benar sinting. Yang mengira mereka
bisa bicara dengan orang-orang mati."
"Kau bergurau. Ibumu?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis tak dapat membayangkannya. Yang tengah mereka


bicarakan adalah seorang wanita New York yang bijak dan
keras kepala, wanita yang mengerti
jati dirinya. Seorang gadis yang pernah memerankan Ophelia
dalam sandiwara Hamlet versi Richard Burton di Julliard.
Seorang aktris yang pernah bekerja sama dengan Cassavetes
dan meninggalkan semua itu untuk membesarkan anak-anaknya.
Seorang wanita yang menemukan kembali jati dirinya sebagai
penulis buku cerita anak-anak setelah suaminya minggat.
Francis ingat pernah membacakan salah satu ceritanya, Hello,
Walls, pada putrinya, Kayleigh, beberapa tahun setelah kasus
tersebut berakhir dan terpesona oleh betapa matang, lucu, dan
mengerikan sekaligus-seolah-olah penulisnya memiliki semacam
pemahaman subversif dengan para pembaca mungilnya tanpa
sama sekali tak melibatkan orang tua.
"Ya, ibu selalu sedikit...maniak.'" Tom melemparkan kertas
timah itu ke dalam keranjang sampah dengan jijik. "Tetapi
setelah adikku meninggal, ia semakin depresi hingga sama
sekali tak dapat bangkit dari tempat tidur saat pagi. Ia
mengira orang-orang ini-parasalesman minyak ular ini- dapat
membantunya. Mereka berkata padanya bahwa Allison tak
benar-benar mati."
"Apa?" Francis merasa tulang rahangnya retak.
"Salah satu 'pemandu arwah' mengatakan bahwa orang lainlah
yang dikubur di makamnya." Tom menatap kakinya, terlihat
malu. "Menurutnya telah terjadi kekeliruan. Mayat yang
tertukar. Gadis lain dibunuh dan wajahnya dirusak, sehingga
tak ada yang mengenalinya... "
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dengar, Tom, bukannya apa-apa, ibumu wanita hebat, tapi ia


itu adikmu. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."
Berhati-hati menyebutnya dengan ia, bukan hanya mayat itu.
"Kau tak perlu meyakinkanku. Aku melihatnya juga di kamar
mayat. Tapi penyangkalan terus berlanjut."
"Ya, aku paham."
Francis mengangguk, menyadari dirinya belum menuliskan
tanggal pertemuan berikutnya bersama Dr. Friedan.
"Kemudian ia mulai menemui detektif swasta. Burung-burung
bangkai yang berjanji akan menemukan adikku." Tom menyapu
bungkus permen karet Wrigley's di tangga. "Seratus lima puluh
dolar sejam untuk mencari jejak setumpuk tanda bukti ATM.
Seakan-akan mereka akan menemukan adikku duduk di Taco
Bell di Kenosha bersama Amelia Earhart."
"Tak ada yang bercerita tentang hal ini padaku."
"Masalahnya, ia kelihatan lebih baik dua tahun belakangan ini."
Tom terus berusaha menyapu bungkus permen karet itu,
semakin frustrasi melihat benda
itu tak mau berpindah juga. "Terutama sejak gadis-gadisku
bertambah besar. Mereka membawanya keluar dari kabut.
Terutama Michelle, anak bungsuku. Mereka bagai kacang dalam
kulit, ia dan ibuku. Ia bahkan mirip Allison saat seumurnya."
Francis berpaling ke arah jendela di kebun, mengira baru saja
melihat seseorang dari sudut matanya.
"Aku benar-benar mengira matahari mulai bersinar lagi," ujar
Tom. "Satu hari kami sedang berada di taman bersama anakanakku di dekat patung Alice in Wonderland dan ibu tiba-tiba
berpaling padaku dan berkata, 'Aku merasa seakan dianugerahi
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

kesempatan kedua.' Dan untuk sesaat, rasanya ia kembali


menjadi dirinya yang dulu. Aku seakan merasa ia akhirnya
kembali. Tetapi sekarang kau mengatakan bahwa kami harus
memulai lagi segalanya..." Ia terkulai. "Aku tak tahu lagi."
"Dengar, tak seorang pun menginginkan hal ini terjadi."
"Kau tahu apa yang luar biasa aneh?" Mendadak Tom berkata.
"Ia menyukai anak itu. Julian. Percayakah kau? Ia bertemu
dengannya di gedung itu, saat berkunjung. Ia menganggap hal
itu menyenangkan, ketika anak itu selalu menguntit Allison.
Seakan ia punya kesempatan untuk bersama dengannya."
"Mungkin saat itu tampaknya cukup lugu."
"Mereka berdua seharusnya dapat menduga."
Tom mengambil bungkus permen karet itu dari tangga dan
melemparnya ke keranjang sampah, sebuah kilatan api tampak
di bawah kedua alisnya yang pucat.
"Ya, baiklah, aku tak akan berbantahan." Francis mengangkat
kedua tangannya. "Aku hanya bilang bahwa siapa pun dapat
melewatkan tanda-tandanya. Saat aku menahan Julian, ia
tampak seperti anak umur dua belas tahun."
"Tentu saja. Aku tak bermaksud bertengkar. Aku hanya tak
bisa"
"Aku mengerti."
"-mengulangi semua siksaan ini sekali lagi." Tom menunduk dan
melihat coreng kelabu permen karet itu tetap tinggal di
tangga. "Kurasa kita harus bersiap menerima telepon dari pers
mulai sekarang."
"Kau tak perlu bicara pada mereka. Hubungkan saja langsung
ke kantor Jaksa Wilayah."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau tahu, sebagian dari diriku ingin semua dihentikan,"


katanya, menendang onggokan permen karet.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, sudah cukup semua ini. Aku.... hanya.... ingin....
semua ini...
diakhiri." "Apa?"
Tom memaksa ujung sepatunya mencungkil permen karet itu.
"Maksudku, kita sudah menghadapi masalah ini selama dua
puluh tahun. Kami seolah korban profesional. Itu saja yang
membuat kami dikenal. Dan aku muak akan hal itu."
Francis menatapnya, sesaat terkejut oleh kata itu, diakhiri:
Itu bukan sesuatu yang ingin direnungkan oleh seorang lelaki
yang kehilangan penglihatannya.
"Kalau begitu, apa yang akan dikatakan ibumu?"
"Maaf?"
"Bagaimana kelak perasaannya jika ia membaca koran minggu
depan dan melihat bahwa kasus itu sama sekali ditutup?"
Tom mengangkat kakinya dan melihat sebuah sulur elastis
menempel di sol sepatunya. "Sejujurnya, Francis, ia bahkan
hampir tak pernah membaca koran lagi. Ia lebih sering
tenggelam dalam dunianya sendiri."
Francis menggelengkan kepala. "Aku telah berjanji padanya,
Tom. Aku berkata padanya bahwa seseorang harus
mendapatkan balasan atas apa yang terjadi."
"Aku mengerti, tetapi-ah, brengsek." Tom berusaha
menggesekkan kakinya pada tepi tangga.
Francis mengamati, berpikir betapa beberapa hal terusmenerus melekat.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau tahu, aku seperti menabrak tembok dalam kasus ini,"


katanya. "Maksudku, aku benar-benar menabrak tembok,
Tommy. Beberapa orang mungkin bilang aku sedikit berlebihan.
Dan aku tak akan melakukan itu pada sembarang orang. Tapi
aku punya perasaan khusus tentang keluargamu."
"Aku tahu itu, Francis. Aku tahu ibuku mempercayaimu."
"Ya, kami punya beberapa persamaan."
"Apa itu?"
"Kau tahu, kematian dalam keluarga. Ibuku ditabrak mobil saat
aku berumur sembilan tahun."
"Ya, ampun, aku tak tahu itu." Tom tampak tertegun, semburat
merah muda itu mengabur di balik alis.
"Ya, ia mengalami koma sebelum wafat, tapi..." Francis sadar
dirinya tengah memainkan antena ponsel, menarik ulurnya
keluar. "Pokoknya, ibumu agak mengingatkanku padanya." Ia
berhenti. "Jadi ketika aku mengambil kasus ini, ia membuatku
berjanji untuk melakukan hal terbaik."
"Oh, aku ingat."
"Karena itu aku merasa tidak seharusnya jika kita
melupakannya begitu saja. Aku ingin bicara dengannya tentang
apa yang terjadi."
"Ia sedang tak ada di rumah saat ini."
Francis melihat ke jendela bawah tangga lagi, hampir yakin
seseorang baru saja berada di sana semenit yang lalu.
"Kalau begitu, tolong minta belia menghubungiku jika ia
setuju. Ia percaya padaku untuk tetap menangani kasus ini.
Kami memiliki perasaan yang sama."
"Itu bagus, Francis. Cuma ada satu hal."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa itu?"
Tom meringis kesal melihat permen karet menempel di ujung
sepatunya dan menggelengkan kepala. "Ibuku sudah gila."
8
Dahulu kala ada seorang perempuan yang berharap memperoleh
anak, namun ia tak dapat menggapai keinginan itu. Eileen
menjauh dari tirai dan kembali ke mejanya. Perempuan gila itu
berceloteh pada novelnya. Dari kamar-sebelah-kebun yang
sebenarnya dapat menghasilkan 1.900 dolar per bulan untuk
putranya. Ia membuka buku dongeng itu lagi, mengaduk teh,
dan menggosok-gosok kaki yang dibungkus stoking hangat di
lantai kayu. Akhirnya wanita itu menemui tukang sihir, dan
berkata, "Aku sangat ingin memiliki seorang anak; dapatkah
kau memberitahuku di mana aku bisa mendapatkannya? " Ya,
tentu saja, dari situlah masalah berawal. Percaloan bayi lewat
seorang tukang sihir.
"Oh, itu mudah diatur," kata penyihir itu. "Ini ada sejumlah biji
untuk kau semaikan di ladang.... "
"Pemakaian awal obat penyubur-dan oleh wanita lajang!"
Pikirannya memerintahkan untuk menuliskan hal itu besarbesar, tetapi huruf-huruf yang muncul hanya tulisan kecil di
buku catatan, efek samping aneh terbaru dari obat yang
dikonsumsinya.
Lalu apa yang terjadi? Ia kembali membaca Hans Christian
Andersen Treasury yang tergeletak di meja untuk mencari
ilham. Wanita mandul itu membayar sejumlah uang dan
menanam biji-bijian itu, lalu, lihat, dan perhatikan!- sebuah
tulip elok menyembul.Hmm. Kemudian ia mencium kelopak bunga
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

merah dan emas yang menguncup-ya, ini adalah dongengkelopak itu purt membuka, dan di atas benang sari beledu hijau
itu-betapa jelas penggambarannya!-tampak seorang gadis yang
mungil sekali.
Tetapi apakah ia berwujud wanita muda sempurna atau masih
berupa anak-anak? Eileen menatap tulip asli yang dipajangnya
di atas meja, seolah-olah rahasia itu tersimpan di balik daundaun hijaunya yang mengerut. Tidak, ia tak bisa menegaskan
pikirannya. Buntu lagi.
Disobeknya halaman buku catatan yang tengah ia kerjakan,
meremas, dan melemparnya ke keranjang sampah di bawah
meja yang telah penuh oleh benda-benda buangan sepanjang
pagi. Ditaruhnya pena, jari-jarinya yang penuh noda tinta kaku
akibat obat baru itu. Tak bisa konsentrasi sama sekali. Tak
sedikit pun. Ia berjalan pelan kembali menuju jendela dan
bersembunyi di balik tirai, mengamati dua pria yang ngobrol di
trotoar. Bukan simbolisme seksual yang nyata yang terusmenerus mengganggu pekerjaannya, ia berkesimpulan. Semua
kisah besar memiliki sifat erotis kuat di baliknya: Rapunzel,
Rumpelstiltkin, Sleeping Beauty. Namun yang mengganggu
adalah, tiadanya perasaan. Ini mestilah salah satu kisah
tersedih yang pernah disusun. Seekor katak besar buruk
menculik Thumbelina untuk menikahi anaknya, membawanya ke
atas bunga lili di tengah-tengah sungai, dan ia tak lagi pernah
melihat sang ibu.
Tapi, Anderson tak pernah menyebut-nyebut tentang
kepedihan hati si ibu. Tak pernah ia mempertimbangkannya!
la terus berceloteh tentang si katak dan tikus buta dan burung
walet yang ternyata mati.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Perempuan itu kembali ke mejanya dan sekali lagi menghadapi


sehelai kertas kosong. Bagaimana mungkin ia pernah mengira
dirinya dapat menceritakan perasaan kehilangan seorang anak?
Ia pasti sudah terlalu dicekoki obat saat menyetujui kontrak
ini, jauh di masa-masa awal pemerintahan Ronald Reagan.
Garis-garis biru halus di halaman itu tampak mengabur di
depan matanya, tak meninggalkan apa pun untuk ditulisi.
Bagaimana kau melukiskan perasaan sekarat akibat kedukaan?
Bagaimana kau menulis tentang hati yang direnggut
ke satu sudut gelap? Darah yang mengering di nadi. Abu yang
tak pernah dapat kau ludahkan dari mulut. Hilangnya kecapan
dengan perlahan-lahan. Tawa orang lain yang terasa
menjijikkan.
Ibu yang malang itu duduk di samping jendelanya setiap malam,
menaburkan kelopak tulip di kakinya, menunggu si anak kembali,
kepedihan hebat menyelimuti seperti awan. Mungkin ia menjadi
begitu gemuk, memamah keripik kentang dan es krim;
mengamati garis warna-warni siaran percobaan TV. Mungkin ia
mabuk tiap malam dan bangun tiap pagi dikelilingi botol-botol
pinot dan chardonnay yang kosong, bertanya-tanya bagaimana
semua botol itu ada di sana. Mungkin yang membuatnya tetap
bertahan hidup adalah potongan-potongan kecil harapan yang
terus melekat. Benda-benda kecil yang nyaris tak terlihat.
Gerakan di rerumputan, perubahan angin, suara samar di malam
hari, kabar burung bahwa seseorang pernah melihat
Thumbelina mengapung di atas bunga lili atau duduk di atas
meja judi di Vegas. Bahkan, mungkin dua pria yang tepat
berada di luar jendelanya, menyebut namanya keras-keras.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

9
Di bawah kantor pengacaranya, Hoolian melihat sebuah kedai
minum kopi berwarna karamel elegan bernama Starbucks, di
sebelah pintu masuk menuju kereta bawah tanah. Para
mahasiswi bermata kuyu dan rambut acak-acakan duduk di
meja-meja bulat, mengetik di laptop dan membaca novel abad
sembilan belas di dekat jendela. Lapar dan lelah, ia masuk dan
memesan chicken Caesar salad, seiris pai ubi, dan satu venti
decaf vanilla latte, sambil berpikir bahwa suaranya terdengar
begitu anggun ketika gadis di depannya memesan minuman. Ia
terkejut saat meniup cangkir dan ternyata isinya separo saja.
Tetap saja, ia merasa seperti mengalami kemunduran status
sosial dengan membayar untuk makan. Ia makan dengan cepat
dan sembunyi-sembunyi dengan tangan melengkung melindungi
santapannya. Seorang gadis cantik yang duduk di meja sebelah
menarik leher turtleneck-nya sampai dagu dan membalik
halaman novel Les Miserables. Ketika berjalan keluar, Hoolian
menganggukkan kepala kepadanya lalu tersadar ia masih
membawa peralatan makan, seolah-olah ada petugas jaga
menunggu di pintu untuk menerima benda-benda itu.
Bagaimanapun juga, ia memutuskan bahwa ini tempat yang
menyenangkan dan ia akan kembali lagi dalam waktu dekat,
sambil membawa novel klasik miliknya sendiri.
Beberapa blok kemudian, ia melihat sebuah tempat yang
hampir sama di Union Square, juga bernama Starbucks, wanitawanita di dalamnya terlihat lebih tergesa-gesa dan mendesak.
Ia berjalan ke arah barat melewati taman itu, kadang merasa
ragu-ragu, antara mengetahui dirinya punya pekerjaan yang
harus dilakukan, dengan keinginan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berhenti dan melihat-lihat. Pada orang-orang Meksiko yang


sedang membongkar krat-krat buah di depan toko bodega
Korea, angka-angka yang muncul di papan digital, iklan film seri
Sex and the City di bus. Wanita-wanita dengan sepatu yang
terlihat seperti sepatu uji coba. Pria dengan ponsel yang
ditaruh ke telinga melihat padanya dengan tatapan kesal,
seolah-olah berdiri di sana dengan pakaian usang yang dekil,
menatap langit, ia telah mengganggu fantasi tentang kehidupan
glamor yang tengah mereka tuju.
"Berhenti bertingkah seolah kau dalam lagu Country-nya.
Stevie Wonder." Seorang pengendara sepeda dengan celana
ketat kuning terang dan kaca mata goggle membelok cepat,
hampir menggilas ujung sepatu bot Hoolian.
Tentu saja, tingkahnya begitu mencolok. Ia pasti tampak
seperti makhluk Klingon atau Manusia yang Jatuh ke Bumi.
Masalahnya adalah, ia tak bisa berhenti mengamati. Kota ini
tetap sama, tapi berbeda. Lebih bersih, lebih sulit ditembus.
Orang tak lagi dengan mudah menggoreskan nama di jantung
kota ini dengan sekaleng semprotan cat pada dinding kosong.
Ciri khas kota yang lama sudah sirna, digantikan yang baru.
Dulu kata-kata "Met Life" terpampang di gedung Pan Am.
Tempat itu seperti layar mainan Etch-A-Skecthsetengah
rubuh, dengan beberapa garis tebal terhapus dan jutaan pola
samar yang hanya terlihat kalau kau melihat cukup dekat.
Ia berhenti di Rite Aid untuk membeli sikat gigi baru dan
sepasang gunting kuku agar tubuhnya tetap terawat. Kemudian
ia pergi ke kantor Administrasi Tenaga Kerja di 14th Street
dan berusaha mencari cara agar dirinya memenuhi syarat untuk
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mengerjakan layanan publik. Morales, wanita berambut


menjulang di belakang sebuah meja kecil, mengatakan ia punya
pilihan untuk tinggal di rumah penampungan atau mencoba
bergabung dengan program penanganan rehabilitasi
penyalahgunaan obat. Ketika ia menjelaskan dirinya tak pernah
terlibat dalam obat-obatan, wanita itu terlihat tak percaya.
Hoolian lalu sadar, lebih mudah untuk berbohong dan menyebut
dirinya seorang pecandu daripada meyakinkan wanita di
hadapannya bahwa ia telah dipenjara tanpa alasan yang jelas.
Wanita itu memintanya untuk menelepon kembali kalau-kalau
ada tempat lowong di rumah penampungan mantan penghuni
penjara.
Pukul satu ia tiba di lingkungan bekas tempat tinggalnya,
bertanya-tanya apakah ia bertindak terlalu jauh bila berusaha
meyakinkan Nona A bahwa masih ada orang-orang di sana yang
bersedia menolong. Setidaknya beberapa ciri khas lingkungan
ini masih ada. Toko sepeda di 88th Street, toko alat tulis yang
menjual Irish Echo dan tiket lotre, bengkel perbaikan sepatu
Gus, tempat potong rambut Romeo dengan tiang garis-garis
permen di depan. Ia berdiri diam beberapa saat di luar
halaman sekolah St. Crispin's, mencermati gadis-gadis dengan
rok pendek kotak-kotak bertarung dengan anak laki-laki yang
memakai blazer marun dan pantalon abu-abu. Jendela kantor
kepala sekolah
terlihat berdebu, dan ia bertanya-tanya dengan rasa nyeri
menohok tajam apakah Pastor Flaferty masih hidup. Rohaniwan
tua itu telah menulis surat rekomendasi pada Universitas
Columbia dan meyakinkan Papi bahwa anaknya memiliki masa
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

depan cerah. Semacam cekikan rasa malu menyelimuti Hoolian


saat ia membayangkan dirinya berlari menuju pendeta itu dan
menyaksikan kekecewaannya dalam diam.
Ia meneruskan berjalan menuju kota, dan tak lama menyadari
dirinya tengah memperhatikan kanopi hijau terang yang
familier di seberang lalu lintas yang merayap pelan, dengan
angka putih 1347 berdesir halus dalam angin sepoi.
Ia berkata pada diri sendiri, ia punya hak berada di sana
seperti siapa pun juga. Ini rumahnya. Ini adalah blok
tempatnya tumbuh besar. Ini adalah bagian kota yang paling
diakrabinya. Di trotoar ini, ia pertama kali belajar naik sepeda.
Julian, putra pengelola gedung. Sekali lagi, ia merasakan rindu
yang menyakitkan, teringat pada Bu Lunning dari 5E yang
memberinya sebuah Combat GI Joe pada suatu Natal. Tentu
saja, kini ia mengerti ayahnya tentu lebih menyukai empat
lembar dua puluh dolaran dalam amplop putih bersih. Meski
begitu, saat itu hadiah tersebut membuat Hoolian merasa
dirinya pangeran kecil di gedung ini, berlari ke sana-kemari
dengan topi penjaga pintu yang terlalu besar tercangklong di
kepala dan peluit taksi terkalung di leher, semua orang
tersenyum dan mencari-carinya.
Semua itu kini lenyap. Ia menelan ludah, bertanya-tanya apa
yang sedang kawannya, T-Wolf, kerjakan saat ini. Mungkin
kembali ke Carpenter Avenue di Broruc, berpesta untuk kedua
kalinya dalam dua hari, mengisap ganja, keluarganya
membawakan berpiring-piring penuh ayam goreng dan pacar
lamanya mampir untuk menengok. Satu rasa marah yang asing
menyelimuti dirinya selama beberapa saat: mengapa Papi tak
membesarkannya di kota, yang lebih dekat dengan para
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

kerabat dan kawan-kawan yang akan menyambut


kedatangannya kembali? Seorang putra pengelola gedung bukan
siapa-siapa. Ia bukan anggota kelas atas maupun kelas rendah.
Ia bukan kalangan atas tapi juga bukan orang jalanan, bukan
orang Amerika maupun Puerto Rico. Ia bukan sampanye atau
minuman soda. Ia tak berada di atas atau di bawah. Ia
terperangkap di antara lantai-lantai gedung.
Dengan tangan merogoh dalam-dalam ke saku, ia berjalan tanpa
tergesa-gesa menuju kanopi itu, bermaksud melihat-lihat
sebentar, kalau-kalau masih ada orang lama di sana. Papi
bekerja di gedung ini selama dua puluh dua tahun. Salah satu
pengelola Puerto Rico di daerah ini. Artinya, kita harus dua kali
lebih bersih dan bekerja dua kali lebih keras, Bung Kecil.
Selalulah mulai bekerja pukul enam pagi, pakai kemeja putih
dan dasi, pantalon hitam, rambut disisir ke belakang tapi
jangan terlalu berminyak. Mudah dicari tapi tak boleh terlihat.
Sembunyi-sembunyi tapi dapat diandalkan. Meniup peluit untuk
menyediakan taksi. Menjaga asbak lobi tetap bersih.
Menggosok lantai marmer di lorong. Menyapu trotoar.
Memeriksa asuransi para pengontrak. Memastikan
lift servis bekerja. Ya, Bu. Tidak, Bu. Saya akan membawa hasil
cucian ke atas. Akan saya panggilkan pelayan. Akan saya bawq
resep ini ke apotek. Akan saya sediakan mobilnya.
Dua puluh dua tahun ia melatih matanya agar selalu terbuka
dan menutup mulut, menyimpan ambisi di ruang paket bersama
bungkusan-bungkusan UPS dan kiriman toko minuman anggur
Sherry-Lehmann. Dan, ketika putra tunggalnya dikurung,
mereka memperlakukannya bak imigran ilegal bau apak yang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

baru turun dari kapal, yang akhirnya memaksanya untuk


berhenti. Tentu saja, saat itu perhatian Papi begitu tersita
oleh kasus itu sehingga ia berhenti membuang debu dari asbak
dan bergantung pada Valium.
Tiang kuningan kanopi itu berkilau di bawah cahaya matahari.
Penjaga pintu bertubuh kecil dan berwajah seperti tikus
dengan seragam hijau hutan dengan kepang emas pada bahu
menatap padanya dengan curiga saat melintas. Jadi, akhirnya
orang-orang Irlandia kembali mengendalikan tempat ini.
Hoolian memperhatikan dengan kepuasan sembunyi-sembunyi,
keset karet hitam yang diinjak si penjaga pintu itu sedikit
usang, dan bagian bercap 1347 di atasnya telah terhapus oleh
sol-sol keras dan hak sepatu. Seandainya Papi ada, ia pasti akan
segera menggantinya.
Ia berjalan ke ujung blok dan berbalik untuk melewati gedung
itu lagi, jantungnya mulai berdebar. Ayolah. Jangan jadi
pengecut. Kau tahu apa tujuanmu ke sini. Mengapa orang lain
harus menolongmu jika kau sendiri tak dapat menolong diri
sendiri? Penjaga pintu itu memperhatikannya dengan mata
seperti celah pistol. Yeah, kau tahu aku tak bermaksud baik,
kan? Untuk apa lagi orang sepertiku berkeliaran di lingkungan
ini?
Atau, mungkin lebih buruk lagi, ia tahu. Mungkin ia sudah
mendengar putra pengawas lama baru saja keluar dari penjara
dan kemungkinan besar akan kembali ke tempat kejadian. Salah
satu mitos polisi lama yang kadang memang benar.
Hoolian pasti sudah ngobrol dengan puluhan orang di penjara
yang tertangkap gara-gara mereka terus-terusan berkubang
dalam kotorannya sendiri seperti lalat. "Osvaldo?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia membeku, mendengar nama ayahnya dipanggil jelas untuk


pertama kalinya setelah bertahun-tahun. Ia terus berjalan,
mengira suara itu pasti muncul dari kepalanya sendiri.
"Osvaldo, kaukah itu?"
Seorang wanita tua duduk menjemur diri di tabung pemadam
kebakaran tepat di sebelah pintu masuk. Entah bagaimana
Hoolian merindukan wanita ini,
dengan jaket bolero merah, rok yang serasi, dan sepatu hak
tinggi dari kulit yang berkilauan. Rambutnya dicat hitam
kebiruan, dan ketika ia mengedip, bulu matanya mengibas
kelopak mata seperti sikat penabuh drum di atas kulit drum
yang telah terlalu sering dipukul.
"Ya Tuhan," katanya. "Sudah lama sekali!"
Hoolian memandangnya bingung hingga ia teringat pada nama
dan nomor apartemen itu. Nona Powell, 14A. Dengan lukisan
repro Degas di foyer, piano besar Steinway di ruang keluarga,
dan tempat lilin kristal di ruang makan. Peralatan asli kuningan
di wastafel kamar mandi yang selalu bocor.
"Coba kulihat dirimu sekarang." Ia mengangkat lengannya yang
gemetar, mengajak masuk. "Ke mana saja kau?"
Hoolian melangkah perlahan, tak yakin apa yang mesti ia
ucapkan. Usia tua telah merayapinya bak hujan asam, menodai
gigi dan mengotori tangannya dengan bintik-bintik. Tapi
matanya masih menyiratkan pandangan seorang gadis yang
menunggu diajak berdansa.
Ia memalingkan pipi, mengharapkan ciuman. Aroma bunga mati
dari parfumnya membuat Hoolian sedikit tercekik. Tapi sebuah
insting memaksanya menahan napas. Ia mungkin dapat
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menolong. Ia mungkin masih punya uang, setidaknya. Ia pasti


punya perhiasan yang cocok dengan Degas dan Steinway itu.
Hoolian menaruh bibirnya pada pipi wanita tua itu, dan rasanya
seolah ia mencium prasasti Magna Carta.
Wanita itu menyentuh kedua bahunya perlahan, mendorongnya
ke belakang agar dapat melihat dengan jelas.
"Kau kelihatan sehat," katanya. "Tak menua sedikit pun.
Bagaimana bisa?"
"Berkat mengangkat barang berat." Ia menonjolkan lengannya
gugup. "Menjaga darah agar tetap terpompa."
Wanita itu sejak dulu memang agak aneh. Kata ayahnya, ia
adalah kerabat jauh industrialis terkenal Andrew Carnegie. Ia
tinggal di sini sejak sekitar 1923, seorang gadis pemalu dengan
lutut menonjol dan gusi seperti kuda. Konon, orang tuanya dulu
pernah membuat pesta besar-besaran untuk ulang tahunnya
yang keenam belas, berharap agar anaknya itu keluar dari
tempurungnya: sebuah band disiapkan di ruang keluarga,
katering nomor satu di dapur, dan undangan berukir indah yang
disebarkan pada semua teman sekelasnya di Spence dan para
pemuda di kota seberang, Collegiate. Saat pukul delapan
berlalu, tak seorang pun yang datang. Hanya ada gaun pesta
merah muda yang tak akan dikagumi siapa pun, berpiring-piring
hidangan mahal yang sia-sia, dan
para musisi dengan tuksedo sewaan yang terus-menerus
menengok arloji mereka.
Sejak itu, menurut Papi, Nona Powell hampir tak pernah
meninggalkan apartemennya kecuali untuk duduk di luar di
samping hidran selama sekitar satu jam tiap sore. Namun
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pernah, saat berusia delapan tahun, ia melihat wanita itu di


ayunan di Taman Bermain Mariner di Central Park, memandang
langit sambil melamun, seolah-olah ia menunggu seseorang
untuk datang dan mendorong.
"Bagaimana kabar anakmu?" tanyanya. "Anakku?"
Butuh waktu sesaat bagi Hoolian untuk menyadari bahwa
usianya kini hampir seusia ayahnya saat wanita itu terakhir kali
melihat. Hingga kini, ia tak banyak menyadari kemiripan antara
ia dan ayahnya dari cermin di selnya, masih separo berharap
melihat dirinya yang berusia tujuh belas memandang balik
padanya.
"Ia berusaha sebaik-baiknya," ujarnya, ikut bermain sebab
mengoreksi cerita saat ini hanya akan membuat Nona Powell
ketakutan. "Berusaha tetap kuat."
"Ia anak yang begitu baik." Ia mengangguk pada lalu lintas yang
mendesing dan mendesau. "Julian. Nama yang sungguh indah
untuk anak lelaki."
"Tapi pantatnya ditendangi gara-gara nama itu di sekolah,"
gumamnya kesal.
"Dulu ia sering naik ke sini dan menemaniku."
"Ya."
Hoolian mengangguk, penjaga pintu itu memandangnya dengan
waswas dari bawah bayangan kanopi, seolah-olah seseorang
bermaksud mengambil alih pekerjaannya yang menyedihkan.
"Dulu aku selalu memakai bermacam-macam alasan agar dia
mampir," kata Nona Powell, merasuk lebih jauh ke dalam
lamunan. "Aku menumpahkan bubuk kopi ke toilet dan menaruh
terlalu banyak kertas toilet, hanya agar ia naik ke atas dengan
penyedot WC."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau melakukan itu?"


Hoolian menggelengkan kepala. Putra pengawas. Selalu
bersemangat untuk naik ke atas dengan peralatannya saat Papi
terlalu sibuk. Apakah Nona Powell salah satu yang suka
mengambil keuntungan darinya? Ia memikirkannya beberapa
saat, berusaha meyakinkan diri bahwa memang begitulah
kejadiannya, agar ia bisa membenarkan tindakannya naik ke
atas dan melakukan perbaikan atas permintaan tanpa dibayar.
Tetapi ia lalu teringat bagaimana wanita itu kadang
membolehkannya duduk di meja makan kayu oak besar dengan
buku kalkulusnya, mengerjakan PR, menghindari apartemennya
di bawah yang suram tanpa kehadiran seorang ibu, sinar
matahari siang menyorot dari tirai tua dan membentuk prisma
pada tempat lilin kaca, menciptakan pelangi kecil di atas kayu
saat wanita itu menyibukkan diri di dapurnya yang besar,
membiarkan pintu terbuka untuk sesekali memperhatikan
Hoolian. Sudah lama sekali ia mengizinkan dirinya sendiri
berpikir tentang sore-sore sunyi yang panjang itu, berdua
meredam kesepian hingga pukul enam, ketika ia harus mulai
menyiapkan makan malam untuk Papi.
"Aku tak pernah percaya..." Mendadak ia sadar akan ucapannya
yang bakal membuat suasana tak enak. "Ya, menurutku sungguh
menyedihkan apa yang terjadi. Aku sangat kenal gadis itu. Aku
selalu menyapanya di lift. Ia hanya menyewa tapi begitu baik."
"Orang-orang masih membicarakannya?"
Wanita itu menengadah padanya, kabut itu sedikit menghilang.
"Tak begitu sering lagi. Kejadian itu sangat menyedihkan."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya. Akhir hidupku juga." Hoolian melihat matanya yang


dikelilingi warna merah muda membuka lebar. "Atas apa yang
terjadi pada putraku," ia mengoreksi.
"Tentu saja."
Penjaga pintu itu menghilang ke dalam gedung, meninggalkan
pintu masuk tak terjaga selama sesaat.
"Jadi," kata Hoolian, tiba-tiba melihat kesempatan untuk
menolong dirinya sendiri dengan jalan berbeda."Orang-orang
lama masih ada?"
"Maksudmu?"
"Misalnya, Willie dari lift belakang. Nestor, portir..." Bulu mata
itu berkedip-kedip bingung. "Oh," ujarnya setelah beberapa
lama. "Lelaki tua yang bekerja di atap?"
"Betul."
"Julian kadang membawanya ke sini, untuk membantu menyusun
perabot ruang keluarga. Kecil tapi kuat seperti banteng. Tak
banyak bicara bahasa Inggris."
"Persis."
Ia mengangguk kembali, menangkap perasaan tak nyaman
wanita itu. Ia tahu, terlalu dini ia kembali ke sana. Apa yang ia
harapkan, spanduk "selamat datang"? Orang-orang ini ingin
melupakan dirinya, bersikap seakan-akan ia tak pernah ada.
Lihatlah dari sudut pandang mereka: melihatnya tumbuh besar
di depan mata mereka sendiri, membiarkannya masuk ke dalam
rumah mereka, memperlakukannya hampir seperti anak sendiri.
Ia adalah bukti dari ketulusan mereka, bukti dari sikap orang
yang percaya bahwa semua orang sederajat, membiarkan si
anak Puerto Rico mondar-mandir di dapur mereka.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dan, bagaimana ia menunjukkan penghargaan atas hal itu? Ia


mengkhianati mereka, menegaskan ketakutan mereka yang
terbesar, menghancurkan kedamaian dan kesucian rumah
mereka. Ia membunuh salah satu dari mereka, anggota kelas
mereka, yang terbaik, si gadis sempurna.
"Ia itu musisi, kan?" kata Nona Powell, masih menggenggam
tirai masa lalu. "Wajahnya kecil agak feminin tapi tangannya
besar dan kuat dengan jari-jari panjang. Ia bisa memainkan
piano."
"Memang. Papi bilang ia bergabung dengan salah satu banci
terbaik di Santo Domingo sebelum pindah ke sini."
Kalaupun wanita itu menyadari kelepasan omongnya, ia tak
peduli. "Kau ingat, aku punya Steinway tua besar itu di ruang
keluargaku? Piano itu mungkin belum disetel lagi sejak pesta
ulang tahunku yang keenam belas. Tapi suatu sore ia datang
dengan anak itu dan, ya ampun, seolah-olah George Gershwin
tiba-tiba muncul di apartemenku."
Hoolian masih dapat membayangkan portir tua itu merangkak
menuju keyboard setelah mereka memindahkan sofa di
belakang meja kecil. Memeriksa nadanya dengan perlahan,
awalnya ragu-ragu, seperti seseorang naik tangga spiral dalam
keadaan gelap. Bolak-balik hampir tak beraturan, hingga orang
baru menyadari bahwa untaian bunyi acak itu sebenarnya
adalah sebuah melodi. Tangan kirinya merangkai bunyi, lalu
perlahan-lahan masuk ke musik yang indah. Nada pedal yang
dalam bergema ke langit-langit dan gemerlapan di jendela.
Jarijari yang panjang dan melengkung menghujam dan
berdansa, memukul dan melecut, menukik dan bermain tango,
meluncur dan bermain mambo.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau ingat kita pernah berdansa?" katanya.


Bagaimana mereka bisa seperti itu, ngomong-ngomong? Apakah
wanita itu yang mengajaknya, atau sebaliknya? Selama
beberapa saat Hoolian merasa seperti anak kecil lagi, menari
waltz di atas karpet Persia merah tua saat senja sambil
Nestor bermain piano dengan gegap gempita, Cole Porter di
satu tangan,
Thelonious Monk di tangan yang lain, seluruh ruangan terasa
mengancamnya terbang lepas. Mereka bergerak ke sana-kemari
satu sama lain dengan canggung, awalnya. Hoolian, yang
biasanya mengidap perasaan kikuk di pesta-pesta, mengikuti
langkahnya, menontonnya melakukan pirouet dan arabesque
yang mungkin ia pelajari dari les balet privat di ruangan itu. Ia
ingat wanita itu tersenyum, senang telah membuatnya gembira,
lalu berputar dan menaruh tangan di pinggangnya. Ia akan
memegang erat-erat, tak ingin merusak tariannya, khawatir
terkena masalah. Tapi wanita itu bersikeras ingin menjatuhkan
diri padanya, mengait kaki-kakinya, men-cantel tangan dan
kakinya, seakan-akan menariknya ke dalam kenangan pribadi.
Dan untuk beberapa saat, mereka berdansa seolah ia masih
berusia enam belas dan Hoolian tak bertambah tua sehari pun,
seolah-olah mereka pasangan yang membuat seluruh penduduk
East S ide iri dan ini adalah peristiwa utama musim ini.
"Kurasa yang kau maksud adalah putraku," kata Hoolian lembut,
tahu ia tak bisa menunda waktu lebih lama lagi. "Oh, ya, tentu
saja."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia memperlihatkan gigi-giginya yang rapat lewat senyum kikuk


malu-malu dan dengan segera Hoolian mengerti bahwa wanita
itu sudah tahu identitas asli dirinya sejak tadi.
"Jadi, portir itu masih bekerja di sini?" tanyanya, agak terlalu
antusias.
"Tidak. Kurasa ia pergi sebelum kau. Benar, tidak? Atau
mungkin aku keliru. Maafkan wanita tua yang bingung ini."
Terkutuk. Seharusnya ia tahu tak akan semudah itu. Tentu
saja tidak. Mengapa seluruh dunia harus tetap seperti dulu?
Orang-orang bertambah tua, berganti pekerjaan, beranakpinak, kehilangan rambut, memakai nama baru. Mereka berubah
menjadi noda cahaya yang berlalu melintasinya.
Penjaga pintu itu muncul kembali dari dalam gedung. "Hey,
Bung," panggilnya. "Tolong ke sini sebentar?"
Hoolian meminta diri dengan mengangguk dan berlalu, sekali
lagi menjawab pada seragam itu alih-alih pada lelaki yang
mengenakannya. "Ada apa?"
"Kenapa kau mengganggu wanita tua itu?"
"Tidak. Aku kenal dengannya."
"Kau kenal dengannya...."
"Ayahku dulu bekerja di sini. Ini gedungnya."
Mata seperti tikus itu menyempit, berpikir. Pria kecil berseragam yang mungkin berpikir pita kecil di bahunya itu
membuatnya seperti Napoleon dengan peluit taksi. "Kau anak
pengawas lama itukah?"
"Ya," jawab Hoolian, lalu mendadak tersadar mestinya ia tak
menjawab demikian. "Dulu aku tinggal di lantai pertama... "

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Oke, aku tahu siapa kau." Penjaga pintu itu mengangguk,


dengan tingkah seolah ia juara dunia tinju kelas bantam.
"Aku hanya mampir sebentar, untuk memeriksa. Kalau-kalau
ada kawan ayahku yang masih di sini. Willie Hernandez masih
bekerja di sini?"
"Aku tak tahu Willie."
"Bagaimana dengan Nestor, portir itu?"
"Tak ada yang bernama Nestor."
"Kau ini ngomong apa, Bung? Ia bekerja untuk ayahku."
"Hey, Sobat, aku ingin bertanya satu hal padamu."
"Apa?"
Penjaga pintu itu meringis pada Nona Powell, melewati bahu
dan merendahkan suaranya. "Kenapa kau tak pergi saja dari
sini?"
"Apa katamu?"
"Kau dengar."
"Hey, Bung, kau tak mesti kasar seperti itu. Aku hanya datang
untuk melihat apa yang terjadi."
"Yang terjadi adalah aku bukan saudaramu, dan ini bukan lagi
gedung milik ayahmu."
"Ya, tapi pasti masih ada orang-orang di sini yang masih
mengenalnya. Ia bekerja di sini dari tahun 1962 hingga 1984..."
"Ya, aku juga dengar. Tempat ini waktu itu benar-benar payah."
"Heh, itu tidak benar." Hoolian merasa seakan-akan perutnya
baru ditendang. "Tarik kembali ucapanmu."
"Ayahmu hampir membuat gedung ini rubuh. Sekarang kenapa
kau tak pergi keluar saja sebelum aku memanggil polisi?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian tersadar dirinya memegang erat-erat gunting kuku


dalam saku dan menatap nadi hijau, tepat di atas kerah
penjaga itu.
"Kenapa kau mesti berlaku seperti itu? Aku tak pernah
menyakitimu."
"Dengar, aku tak cari masalah denganmu. Pergi saja dari blok
ini."
"Oh, jadi sekarang blok ini milikmu? Kupikir aku punya hak
untuk berada di sini."
"Kau punya hak untuk ditendang di pantat. Kau ini kenapa,
Goblok?"
"Tidak, Bung, aku tidak goblok. Aku sekolah di St. Crispin's."
"Bagus buatmu." Pandangan penjaga pintu itu menajam,
menusuk dengan rasa bencinya. "Kukira itu membuatmu menjadi
paling jago di antara orang-orang buangan, ya?"
Tusuk ia. Pikiran Hoolian berkecamuk amarah. Keluarkan
gunting itu dan tikam segara, sebelum ia sadar apa yang
mengenainya. Ia membayangkan si penjaga pintu jatuh berlutut
dengan tangan menutupi samping lehernya dan darah
menyembur keluar di antara jemari. Tapi kemudian raungan
sirene polisi membuatnya kembali sadar.
"Setidaknya, biarkan aku mengucapkan selamat tinggal pada
wanita tua itu," ujarnya, berusaha menahan diri.
"Melambai saja." Penjaga pintu menghalangi. "Ia akan
mengerti."
Hoolian mengangkat tangan untuk melambai. Tapi Nona Powell
sudah memejamkan mata dan wajahnya kembali ke arah cahaya,
melamunkan kembali mimpi ulang tahunnya keenam belas
tentang patung-patung es berbentuk angsa, band memainkan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Rhapsody in Blue" di ruang keluarga, dan pemuda-pemuda


dengan jas makan malam putih dan rambut berminyak yang
menyukai gerakan arabesque.
10
"Jam menunjukkan pukul sepuluh. Tahukah Anda di mana anakanak Anda?"
Tepat saat berita lokal dimulai, Patti D'Angelo dari Brooklyn
berjalan ke ruang tamu rumahnya di Carroll Garden dan
menemukan suaminya, Francis X., telentang di kursi malas
dengan kantung es di lutut.
"Apa yang terjadi padamu?"
"Meja pendek brengsek," gerutunya. "Kakiku terantuk, hendak
mengambil telepon."
"Siapa yang menelepon?"
"Tak ada siapa-siapa. Kuangkat dan tak ada suara apa-apa."
"Hmm. Mungkin salah satu mantan pacarmu menguntit."
Patti memperhatikan kantung es itu dan duduk di lengan kursi.
Mungkin berpikir suaminya itu jatuh dari mobil, dilihat dari
tingkahnya yang sering menabrak-nabrak barang akhir-akhir
ini. Francis tahu pada akhirnya ia harus bercerita tentang
keadaan ini pada Patti, tapi pikirannya buyar tiap kali berusaha
membayangkan percakapan itu.
Istrinya akan mengerti. Ia pasti peduli. Ia akan pergi ke
perpustakaan dan mencari-cari di Internet. Ia akan berburu
informasi. Ia akan mulai menghubungi tempat-tempat untuk
mengikutkan Francis dalam program dan klinik yang sesuai bagi
orang-orang dengan kondisi seperti itu. Ia akan tahu tongkat
jenis terbaik dan di mana kelompok pendukung saling bertemu.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dan, Francis benci itu. Karena itu berarti awal dari rasa
kasihan.
"Bagaimana harimu?" tanya istrinya, memijat otot-otot yang
menonjol di punggung lehernya. "Sulit."
"Oh?"
Wajar, Francis merasa bersalah. Mereka telah berusaha untuk
lebih sering ngobrol belakangan ini. Mereka berdua tak lagi
menginginkan perkawinan tradisional khas polisi yang
berprinsip "jangan tanya, jangan bilang-bilang", dengan tak
pernah membicarakan apa yang ia lakukan seharian. Istrinya
juga sedikit bersinggungan dengan dunianya, dengan lima tahun
bekerja sebagai jaksa, sehingga tak begitu ketakutan jika
suaminya kebetulan menyebut, misalnya, percikan darah, noda,
atau septisemia. Dua puluh dua tahun mereka bersama, dua
anak, melintasi sungai dan menerobos hutan, menuju Lembah
Bayangan dan kembali menyongsong matahari, kadang bahkan
berlibur, di Cancun. Dan kini ia berada di sini, duduk terlalu
dekat ke layar TV, benjolan sebesar bola pingpong menghujam
lututnya, tak mengatakan pada istrinya tentang hal terpenting
yang terjadi pada mereka sejak anak-anak lahir.
"Kasus brengsek lama muncul lagi ke permukaan," ujarnya.
"Mereka mengizinkan Julian Vega bebas lebih awal."
"Yang benar?"
"Nih, lihat. Kau pikir aku bohong?"
Dipakainya remote untuk mengeraskan suara TV. Roseanna
Scotto tengah menyampaikan siaran langsung kepada Lisa
Evers yang berdiri di seberang jalan 1347 Lexington.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Roseanna, pepatah bilang semua yang lama kini baru kembali,


dan di sini di Upper East Side, kenangan akan kasus
pembunuhan mengerikan kembali hidup... "
"Sungguh menggelikan," kata Francis, tanpa berpaling. "Mereka
menghapus dakwaan karena pengacaranya tak memberi tahu
bahwa ia punya hak untuk bersaksi. Seakan-akan itu masalah
orang lain juga."
"Jadi kau kecewa."
"Tentu saja. Aku bekerja keras untuk kasus itu."
Tampak potongan adegan singkat dan wajah Debbie Aaron
mengisi layar, terlihat letih dan menderita dengan latar
belakang tumpukan miring buku-buku hukum di rak yang
melengkung.
"Ini adalah contoh klasik polisi yang menyalahgunakan
kewenangan mereka," ujar Debbie. "Detektif yang bertanggung
jawab atas investigasi menetapkan klien saya sebagai
tersangka sebelum mereka menyelidiki petunjuk lainnya..."
"Lihat? Itulah yang membuatku kesal." Francis melambaikan
tangan, senang ada kesempatan untuk melampiaskan kekesalan.
"Ia tahu dirinya tak punya kasus sungguhan. Jadi ia hanya asal
bunyi..."
"Ia terlihat baik, si Deb itu." Patti menegakkan punggung.
"Terlihat wajar." "Kau lebih cantik."
"Hmm." Istrinya menyusurkan jemari di sepanjang garis cahaya
tubuhnya dan menatap tajam suaminya.
"Mereka membuat fakta-faktanya sesuai untuk melawan klien
saya," kata Deb pada kamera. "Omong kosong," kata Francis.
"Ia tak bisa mendengarmu." Patti meremas belakang leher
suaminya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan beberapa hal teramat janggal yang terjadi dalam


investigasi ini perlu dicermati ulang," ujar Deb tepat sebelum
layar berganti pada cuplikan kasus dua puluh tahun lalu.
"Terjadi kegagalan persidangan yang nyata."
Francis melihat pintu Seksi 19 mengayun terbuka dan menatap
dirinya di usia dua puluh sembilan, Hoolian, si pelaku kejahatan,
berjalan melewati sekumpulan kamera dan mikrofon.
Semua tampak begitu berbeda dari sudut ini. Saat itu,
peristiwa ini nyata sekali merupakan saat-saat kejayaan: keluar
dari maraton meletihkan di kamar sempit dengan pernyataan
mengguncangkan. Menebus noda-nodanya di kepolisian dengan
memecahkan kasus terbesar tahun itu. Ayahnya sendiri, yang
bertahun-tahun dicengkeram Alzheimer, menggelinding di
sampingnya, menyeringai pada si Turki seolah berkata 'kubilang
juga apa'. Jadi mengapa kelihatannya seakan akulah si papa?
Francis bertanya pada dirinya sendiri. Aku mengerjakan tugas
dengan baik. Aku menabrak tembok tapi berhasil membuatnya
kembali utuh. Pekerjaan kutunaikan. Aku membuat seseorang
membayar atas perbuatannya. Tetapi kini ia di layar, dasi
miring, ujung kemeja keluar, berwajah seperti anjing dan
kusut, seolah-olah punya sesuatu yang disembunyikan.
Bukankah ia pernah menyaksikan cuplikan yang sama dua puluh
tahun lalu, dalam layar yang lebih kecil, bersama Patti yang
sedang hamil delapan bulan dan Francis Jr. tertidur di ranjang
bayi? Dan, bukankah waktu itu Patti bersandar padanya,
mencium, dan mengucapkan betapa bangga ia padanya?
Dan, di sana kembali muncul Hoolian, dengan tangan terborgol
di belakang dan blazer St. Crispin's menyampir di pundak.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dalam mata pikirannya, Francis ingat anak itu menampakkan


senyum musang sekilas, seolah yakin akan memenangi kasus ini
dengan suatu cara. Tapi, menonton tayangan itu kembali
sekarang, Francis melihat kumis tipis itu menyentak naik,
menampakkan sepasang gigi depan yang besar, dan ia sadar
anak itu ternyata ketakutan belaka.
"Ia begitu belia," kata Patti. "Aku lupa hal itu."
"Tidak membuatnya urung meremukkan wajah gadis itu."
"Aku hanya bilang itu mengejutkan. Ia tampak begitu manis."
Francis meremas paha istrinya. Tak seperti Debbie A. dan Paul
Raedo, Patti bukan pembenci yang baik. Ia tak punya bakat
untuk itu, tak seperti jaksa penuntut lain. Sebab dalam
hatinya, ia adalah orang baik, mantan gadis gemuk yang hanya
menginginkan orang lain menyukainya. Alih-alih menyelidiki tiga
pembunuhan mengerikan di East 125th Street pukul empat
pagi, Patti menghabiskan sebagian besar waktunya dua puluh
tahun ini dengan mempelajari seni memaafkan, menerjunkan
diri membesarkan anak, memupuk persahabatan, makanan
sehat, perbaikan rumah, dan akhirnya karier kecil
untuk dirinya sendiri sebagai personal trainer untuk para CEO
di Manhattan. Pendeknya, menjalani hal yang disebut orang
normal sebagai kehidupan.
Di layar, tampak potongan gambar Paul Raedo, kulit kepalanya
mengendur penuh perhatian, memberikan pernyataan resmi
dari kantor Jaksa Wilayah. "Komentar kami saat ini hanya
bahwa para juri membuat keputusan berdasarkan bukti-bukti
dan kami merasa yakin hal itu akan mendukung."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi, apakah mereka akan mencabut dakwaannya?" Patti


bicara padanya, tak pernah merasa simpatik pada Paul Raedo.
"Tentu saja tidak. Ia dihukum dua puluh lima tahun. Ia harus
menyelesaikan masa hukumannya."
"Memangnya kau siapa, Ayatullah Khomeini? Kau telah
mendapatkan dua puluh tahun dari anak ini. 1 idakkah itu
cukup?"
"Hey, bukan aku yang menentukan vonis. Hakim dan juri melihat
fakta-fakta yang sama dengan yang kulihat. Aku hanya
memastikan tak ada yang melupakan si korban."
"Jadi, apa kau akan mengulang keseluruhan kasus ini sekali
lagi?"
"Ya... "
Perhatian Francis beralih, menyaksikan Debbie A. memberikan
pernyataan terakhir. "Tragedinya adalah seorang pemuda
kehilangan kebebasan untuk sesuatu yang tak pernah ia
lakukan."
Francis mengecilkan volume TV dengan remote. "Apa yang
harus kulakukan? Berdiri di sana, tersenyum, saat seseorang
menyebutku bajingan pembohong?"
"Apa pedulimu? Kukira kau akan pensiun segera setelah
promosi jabatan menjadi Detektif Kelas Satu pada April ini."
Francis ragu-ragu, tak ingin membicarakan ancaman
mencemaskan tentang pertanggungjawaban yang disinggung
Paul pagi tadi. "Aku hanya ingin memastikan bahwa kasus ini
benar-benar berakhir."
"Kenapa? Kau akan pergi ke suatu tempat tanpa
memberitahuku?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak, aku hanya... " Ia mulai menggosok-gosok mata sebelum


kemudian menghentikan dirinya sendiri. "Lupakan saja, Patti.
Oke? Tak usah dipikirkan."
Patti bangkit. "Kalau kau mengerjakan kembali kasus ini,
kuharap aku tak harus membatalkan acara Thanksgiving di
Florida. Aku sudah menyerahkan deposit
untuk kondominium itu, dan Kayleigh akan datang dari Smith
bersama seorang kawan."
"Aku yakin kasus itu sudah selesai nanti."
Wanita itu berjalan menuju kamar. "Frankie menelepon
sebelum kau pulang."
"Oh ya?" Francis memutar tubuh. "Bagaimana keadaannya?"
"Ia bercerita tentang segala hal kecuali yang aku ingin tahu.
Persis seperti ayahnya. Meski sejauh yang aku tahu, belum ada
omong-omong tentang pemindahtugasan."
"Anak brengsek itu akan membuatku mati. Kuharap ia puas."
"Aku mau tidur," desah istrinya, tak ingin bertengkar.
"Mungkin aku akan ketemu kau di sana. Aku pakai gaun tidur
tipis."
"Ya, aku akan menyusul sebentar lagi." Ia memperhatikan Patti
menjauh dan mengubah posisi kantong es di lututnya.
Beginilah ia sekarang. Ia mengambil remote dan mengubah
saluran ke pertandingan Yankee. Mariano Rivera mengalahkan
Red Sox, perseteruan lama bergulir kembali. Kutukan Bambino.
Ia menonton separo inning namun tak dapat berkonsentrasi
dari satu pitchkepitch berikutnya. Diubahnya saluran TV dan
menemukan liputan tentang Irak di Fox News Live. "America at
War" dan bendera tampak di sudut kanan bawah. Jejeran tank
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

di jalanan Baghdad, satu lagi konvoi diserang di gurun, dan


tetap tak ditemukan senjata pemusnah massal. Dan, ke sinilah
mereka mengirimkan putraku.
Tak banyak yang bisa meringankan pikiran kusut. Ia beralih ke
Star Trek beberapa saat. Kapten Kirk mondar-mandir di planet
Styrofoam yang sama, berkasih-asmara dengan wanita berkulit
hijau di masa-masa sebelum ia mulai bermain sebagai polisi
dalam filmT.J. Hooker. "The Cage." Bukankah film itu yang ia
bicarakan dengan Hoolian, jauh di masa itu? Hanya, anak itu
berkata bahwa Jeffery Hunter bermain sebagai kapten di
Enterprise. Bukankah ia orang yang sama dari The Searchers
yang membantu John Wayne menelusuri gadis yang diculik
orang Indian?
Oke, kini kau menyimpang terlalu jauh dari usaha menghibur
diri, Loughlin. Ia mematikan TV dan duduk di sana, merenung
dalam kesunyian.
Matanya berkelana ke rak-rak buku yang ia buat beberapa
tahun lalu, memindai tulang-tulang buku yang belum rusak, yang
ia koleksi untuk bacaan senggang di masa pensiun. Kini terpikir
olehnya bahwa suatu hari kelak, dalam waktu yang tak begitu
lama, lagi ia harus memutuskan buku mana yang akan menjadi
buku
terakhir yang ia baca. Ia mencari-cari kandidat yang paling
mungkin. Shelby Foote, Gettysburg. Stephen Ambrose, D-Day.
Atau pengarang favoritnya yang baru, Ernest Shackleton
dengan Endurance. Bajingan keras kepala yang mengejar
hasratnya sendiri. Berusaha memimpin sebuah kru ke
Antartika namun kemudian kapalnya hancur oleh jarum-jarum
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

es yang tajam. Ia membuat putusan yang berani, terjun ke


dalam sekoci bersama lima orang lain, untuk mencari
pertolongan dari delapan ratus mil sungai es dan air yang
tersapu badai. Bagi Francis, keajaibannya bukan hanya karena
ia menyelamatkan setiap orang tapi karena entah bagaimana ia
berhasil melintasi semua ruang kosong itu tanpa kehilangan
akal sehat.
Ya, Tuhan, rasanya ia butuh minum.
Ia mendengarkan detak jarum jam di dapur. Pikirannya retakretak namun menyatukan diri kembali. Ia harus menyerahkan
laporan besok. Ia harus terus bertingkah seakan tak ada
masalah. Ia harus menemui dokter lain dan mencari pendapat
kedua. Detik jam itu berubah menjadi ketukan tongkat di
trotoar. Suatu hari nanti menyeberangi Union Street akan
menjadi sesukar melintasi Antartika, rianya, ia mungkin hanya
tertabrak mobil seperti ibunya di Grand Concourse.
Tidakkah itu pikiran yang menyenangkan!
Di mana ia melihat botol vodka separo kosong waktu itu?
Tidakkah botol itu kian berdebu di suatu tempat dekat mesin
pemanas air di basement, menunggu dibuang? Ia tak perlu
sampai mabuk. Hanya beberapa jari di mug Grateful Dead tua,
sekadar melepas kepenatan sedikit.
Huh, jangan menjadi bajingan murung yang mengasihani diri
sendiri, Francis. Ayahmu menjadi seperti itu dan lihat apa yang
terjadi padanya. Mestinya ia bisa lebih baik dari itu, kan?
Setidaknya untuk hampir dua puluh tahun yang ia punya.
Meninggalkan minum-minum, mengabdikan diri untuk keluarga,
menunaikan pekerjaan tanpa cacat, jenis polisi yang bisa
diandalkan jika sahabat mereka terbunuh. Jadi, mengapa
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

matanya berubah menjadi sepasang bola tak berguna? Apakah


ini pembalasan atas sesuatu atau hanya noda biasa dari Dosa
Asal?
Ia selalu memiliki semacam hubungan timbal balik kasar dengan
Yang Maha Kuasa, mendapat hajaran jika sekali waktu ia
tergelincir. Setelah ibunya meninggal, ia berpikir entah
bagaimana itu pasti salahnya, mungkin karena ia tidak cukup
banyak berdoa jika diminta ibunya, karena itu ia mencoba
melakukan penebusan dosa. Lima tahun sebagai anak altar
membuat keluarga selamat, pikirnya. Tetapi lalu ia mangkir,
memutuskan bahwa semua itu hanya omong kosong-jadi, lebih
baik ia menjadi si tolol pengisap ganja. Hingga
sebuah kecelakaan mobil di jalan tol membuat saudara
perempuannya memakai penyangga leher dan ketakutannya
akan Tuhan kembali.
Ia tak pernah benar-benar menjadi anak berandal yang ingin
membangun reputasi. Hanya, sesuatu sesekali mencambuknya
kembali ke jalan tak benar. Ia akan mulai sedikit membuat
masalah dengan Patti tak lama setelah mereka menikah dan
hampir tertembak peluru dalam sebuah razia narkotika. Atau,
ia akan mulai minum-minum lagi dan Kayleigh kemudian harus
dibawa ke ruang ICU khusus bayi akibat infeksi ginjal.
Tapi waktu pun berlalu, semua berjalan dengan baik, dan kau
pun akan berpikir dirimu telah bersih. Hingga putramu masuk
tentara tanpa memberi tahu dan retinamu mulai memburuk.
Ia meremas lengan kursi dan mulai bangkit, jam di atas tungku
dapur masih berdetik dengan kencang. Diakhiri. Kata yang Tom
Wallis gunakan itu terus mengganggunya. Seolah-olah kata itu
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sesuatu yang nyata, sesuatu yang bisa kau tiduri, ia berusaha


bersabar jika orang mengucapkan kata itu, sebab, apa
gunanya? Akhir adalah apa yang mereka ingin percayai bahwa
hal itu mungkin, seperti rahmat Tuhan atau Perlindungan
Kesehatan Universal. Tetapi, lalu kau punya Ellen Wallis yang
mulai sinting, mengatakan pada orang-orang bahwa anak
gadisnya masih hidup. Tidak terdengar seperti ingin
'mengakhiri', bukan?
Mungkin tak akan ada sesuatu yang terjadi dalam waktu dekat
ini. Penglihatan tepimu akan berangsur-angsur menyempit
seperti terowongan.
Hentikan. Ia sudah memutuskan tak akan berpikir tentang hal
itu. Bagaimana tentang kasus ini? Ia memikirkan dua belas hal
yang mesti ia katakan pada Paul Raedo.
Penyelidikan ini memang tidak sempurna. Kita harus bersatu,
Francis.
Ia sadar dirinya selalu separo khawatir kasus ini akan muncul
kembali. Bukan ia ragu bahwa Hoolian pelakunya. Anak itu
sudah menjalani persidangan, bukan? Pengacaranya punya nyali
untuk memeriksa silang Francis di kursi saksi, menyatakan
bahwa Allison bisa saja menduplikasi kuncinya sendiri dan
memberikan pada orang lain. Tetapi bukti-bukti di lapangan
memberatkan Hoolian. Memangnya kenapa jika ia tak bersaksi
atas namanya sendiri? Segera setelah ia duduk di kursi saksi,
ia akan terjebak oleh fakta-fakta yang dijejalkan ke
tenggorokannya. Bukankah ini kasus mutlak tanpa cacat?
Tentu saja tidak. Tapi Francis tak berutang permintaan maaf
apa pun. Juri mampu mengaitkan semua fakta. Total hanya
butuh dua setengah hari sebelum mereka memutuskan bahwa
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian bersalah untuk pembunuhan tingkat dua. Dan jika


Hakim Robins menjatuhkan hukuman dua puluh lima tahun- ya,
itu kesialannya, bukan? Ralph Figueroa telah mengajukan
tawaran penurunan masa
hukuman lima hingga lima belas tahun, dan memutuskan untuk
menggulirkan dadu. Karena itu persetan semua, sebagaimana
yang selalu tercantum di kartu Natal sebelum Patti
memaksanya untuk mengubah. Kasus ditutup.
Ia mematikan lampu di sebelah kursi malas dan menyadari
betapa ruang ini mendadak terlihat begitu gelap. Ketiadaan
cahaya sama sekali membuatnya mendengar bunyi-bunyian
dalam rumah dengan jelas, decitan halus kayu yang naik turun.
Bagaimana Shackleton melakukannya? Tanpa peta, tanpa jejak
kaki untuk dilacak. Bagaimana ia menemukan posisinya dalam
belantara tak terpetakan itu?
Kau akan pergi ke suatu tempat tanpa memberitahuku?
Secara refleks, Francis menarik rantai dan menyalakan lampu
kembali agar ia dapat menemukan jalan menuju tangga.
11
Merasa lapar dan lelah, beberapa menit menjelang pukul
sebelas, Hoolian berjalan menuju kafe tua yang dulu bernama
Leon's di Second Avenue. Ayahnya pernah punya kawan
seorang pelayan di sana bernama Nita yang kadang
memperbolehkan ia memakai kamar mandinya. Waktu itu,
Leons's adalah tempat kumal yang menyediakan sup dan burger
dengan papan nama neon merah, dengan permen mint berwarna
kusam di mangkuk perak di sebelah kasir, dan cangkir-cangkir
kopi biru murahan dengan hiasan pilar-pilar gaya Yunani.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Restoran baru itu bernama Cafe Florence; karpetnya hijau


mulus, dengan perabotan berpanel kayu kenari, dan hidangan
tuna seharga 8,95 dolar. Ia masuk dengan sepenuh hati,
memergoki permen mint yang sama dalam mangkuk perak di
sebelah meja kasir.
Pegawai kafe mulai mengelap meja-meja, tapi Nita tak terlihat.
Sebuah pisau steik berkilauan di meja. Hoolian mengambilnya
cepat-cepat saat bergegas menuju toilet pria. Bagaimana pun,
gunting kuku tak akan cukup untuk melindungi diri, yang ia
sadari setelah beradu mulut dengan si penjaga pintu.
Ia mencuci tangan dua kali dengan sabun merah muda
beraroma harum, mengacak rambut, menyadari rambutnya
sudah terlalu panjang, lalu keluar dari toilet berusaha terlihat
biasa-biasa. Seorang pelayan berwajah seperti tirai merosot
tengah mengisi botol saus yang telah setengah kosong.
"Hoolian?" wanita itu berbalik. "Kaukah itu?"
Hoolian tersenyum dan mengangkat tangan, dengan gugup
menutupi parut di dagunya.
"Coba lihat dirimu! Nino!?" ia memeluknya. "Kau telah dewasa.
Apa yang terjadi pada putra kecilku ini?"
Wanita itu juga telah berubah. Dulu kencang kencang dan
kurus, seperti penari tango, dengan mata berkilat-kilat angkuh
dan mulut mencibir seolah mencari-cari mawar untuk digigiti.
Tetapi, perjalanan waktu telah melembutkan dan
membentuknya, menghaluskan tepi-tepi, menambah berat
beberapa kilogram, dan mengimbuhkan sedikit sentuhan sang
Perawan Suci pada senyumnya yang letih.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia melepaskan pelukan untuk mencermati Hoolian. "Kukira kau


dihukum dua puluh lima tahun."
"Ya, aku keluar sekarang. Setidaknya untuk beberapa saat."
"Bueno! Que gusto!"
Hoolian ragu-ragu, menyadari dirinya kini di luar lingkaran akar
Spanyol-nya. Sejujurnya, ayahnya hanya mengajari bahasa itu
sedikit saja dan ia tak banyak memakainya di penjara, lebih
senang menghabiskan waktu di perpustakaan hukum, alih-alih
bergabung dengan para Raja Latin dan Las Neitas.
"Ayahmu selalu yakin kau akan baik-baik saja. Ia dulu selalu
berkata, 'Nos se ocupe! Anak itu lebih kuat daripada aku."
Hoolian memikirkan ayahnya yang meninggal sendirian di Rumah
Sakit Metropolitan dan merasakan uap beracun mulai
berkumpul di dalam dirinya.
"Ayo, duduklah, kau sedang apa?" ia mengisyaratkan Hoolian ke
sebuah kursi kosong. "Di mana kau tinggal?"
"Tinggal?"
"Kau punya tempat bermalam?"
Hoolian melipat tangan, menahan gelombang kemarahan dan
keletihan. "Aku sedang mengerjakan beberapa hal."
"Tapi mereka tak akan memasukkanmu kembali ke sana,
bukan?"
"Ya... " matanya berkedip dan berusaha tampak riang. "Mereka
belum benar-benar menghapus dakwaannya. Tapi itu hanya
omong kosong teknis. Aku tak punya kaitan sama sekali dengan
semua yang mereka tuduhkan. Gadis itu temanku."
"Aku tahu itu, Sayang."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian menengok untuk melihat kalau-kalau ada orang lain


mencuri dengar. "Pengacaraku berkata, aku harus berusaha
menolong diriku sendiri jika ingin namaku pulih, tapi, bangsat,
aku tak tahu apa yang mesti kulakukan."
Sudut mulut wanita itu turun dan ia menyadari anak yang ia
kenal dua puluh tahun lalu tak pernah menyumpah.
"Maaf. Aku terlalu lama dikelilingi orang-orang kasar."
"Tak apa. Aku cukup senang berjumpa denganmu."
Hoolian membasahi bibir, berusaha mengabaikan rasa perih di
perutnya. Lembaran dua puluh dolar terpampang bersama
sebuah cek di bawah tempat garam di ujung meja. Ia berpikir,
betapa mudah untuk mengambilnya ketika Nita berpaling.
"Hey, bukankah kau pernah menjaga anak-anak di apartemen
kami?" ia memaksa diri untuk kembali memusatkan perhatian.
"Tentu. Dari situlah aku mengenal ayahmu. Aku pengasuh bayi
paruh waktu di sana. Nyonya Foster di 9B."
"Wanita itu bercerai?" ia membayangkan wanita paruh baya
meluncur melewati lobi mengenakan celana j eans pendek dan
sepatu boot sepaha untuk bersenang-senang ke kota.
Mulut Nita menipis membentuk garis tegang. "Terlalu sibuk
bertengkar dengan pengacaranya mengenai tunjangan dan
bersenang-senang dengan pria-pria beristri daripada mengurus
anak perempuannya. Aku bersumpah, kadang aku ingin
membawa pergi anaknya ke rumahku."
"Jadi kau kenal semua orang lama di apartemen."
"Tentu saja. Aku adalah Don Corleone dari Mafia Pengasuh
waktu itu. Dan aku pernah berkencan dengan Willie, si tukang
itu."
"Si curang yang bekerja di lift belakang itu?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, kukira ia waktu itu menarik."


Willie Pembangkang, sebutan ayahnya dulu. Karena orang-orang
tak pernah bisa menghubunginya lewat walkie-talkie saat
dibutuhkan. Ia selalu main-main dengan kawan lain di basement
atau muncul terlambat untuk memasang cincin penutup di bak
cuci piring seseorang ketika pelayan baru yang manis ada di
dekatnya.
"Ia akrab dengan si tua Nestor, kan?" "Siapa?"
Hoolian bertanya-tanya apakah ia berani untuk berharap. Ia
begitu lapar dan lelah hingga tak tahu apa yang lebih ia
butuhkan: makanan enak atau uluran bantuan bagi kasusnya.
"Nestor. Portir itu, yang bekerja di lantai bawah. Orang tua
yang bermain piano. Kurasa ia berasal dari Santo Domingo.
Lelaki kecil kuat bungkuk. Yang agaknya kau bisa
menjatuhkannya dengan tembakan polong sampai kau
melihatnya mengangkut kulkas di punggung."
"Oh, Nestor." Nita menepuk tangan. "Si Cha-Cha Man."
"Ya."
"Oh, tentu saja aku ingat bribon kecil itu. Ia pintar main piano,
bro. Tahukah kau, ia pernah tinggal di Kuba beberapa tahun
dan bermain di salah satu band terbaik di Havana sebelum la
Revolucion!"
"Tidak, aku tak tahu."
Memalukan baginya untuk mengakui betapa tak perhatian
dirinya waktu itu. Dulu, Nestor hanya lelaki tua yang bekerja
pada ayahnya dan bermain domino dengannya, kadang-kadang.
Tak pernah terpikir oleh Hoolian untuk bertanya apakah
Nestor memiliki keluarga di suatu tempat atau kehidupan lain.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Bukan hanya karena bahasa Inggris Nestor begitu payah.


Tetapi ada penghalang lain, semacam luka dalam dirinya, bak
seorang aristokrat yang jatuh dan menolak bicara tentang
kesukaran masa lalu.
"O, iya," tukas Nita. "Kami dulu suka pergi sepulang bekerja ke
La Fuego di H2th Street. Di sana ada mesin pemutar lagu di
sudut dan setelah menenggak beberapa gelas tequila, ia
sungguh-sungguh bisa menari. Tango, mambo, bolero, puchanga,
meringue, bugalu,apa pun. Ia akan mengajak kita berdansa di
atas bar. Mengapa kau ingin tahu tentangnya?"
"Kurasa ia bisa membantuku."
Sepasang kakek-nenek di bilik belakang melambaikan cek pada
Nita, memintanya memutuskan sebuah perselisihan remeh di
antara mereka.
"Ayahku menulis surat saat aku di penjara, bercerita ia pernah
menemui Willie suatu malam di bar di Second Avenue." Jelas
Hoolian. "Dan setelah mereka minum-minum beberapa lama,
Willie berkata suatu waktu Nestor pernah
memberi semacam isyarat padanya bahwa ada sesuatu yang tak
pernah ia ungkapkan pada polisi. Tapi Papi tak pernah bisa
melacak jejak Nestor dan mengetahui apa yang ia maksud."
"Dan kau berpikir hal itu akan membuat perbedaan sekarang?"
"Itu yang terbaik yang aku punya." Hoolian tenggelam sesaat
sebelum menegakkan diri kembali. "Pikirkan. Nestor bekerja di
basement malam itu. Dan hanya ada dua jalan keluar dari
gedung. Depan dan belakang... "
Hoolian meraih lap dan pulpen yang tergeletak di meja konter,
dan mulai merancang skenario. Bertahun-tahun ia begitu
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

terkungkung, berusaha menceritakan kisahnya pada siapa saja


yang mau mendengarkan-sesama narapidana, penjaga penjara,
konselor senior, pendeta-dan kini ia hampir tak bisa
menenangkan tangannya karena bersemangat.
"...dan pintu darurat di basement mengarah ke gang di belakang
gedung apartemen," lanjutnya, melukis garis dan panah.
"Setelah tengah malam, pintu depan dikunci,"
Ia memastikan wanita itu mengikutinya. "Kau harus
membangunkan Boodha, si penjaga pintu, di lobi untuk
membukakan pintu. Atau kau harus memiliki kunci sendiri,
seperti para penyewa. Dan jalan lain keluar dari gedung adalah
melalui pintu darurat di belakang, tepat melalui kursi gemuk
besar tempat Nestor tidur."
Nita menyentuh pundaknya seolah ingin menyela, namun kini
setelah katup itu terbuka ia tak bisa lagi memotongnya.
"Jadi, jika ia bersaksi melihat sesuatu atau orang lain masuk
dan keluar dari gedung antara tengah malam dan pukul sepuluh
pagi ketika mereka menemukan mayatnya, mereka harus
mengakui bahwa mereka menjebakku."
"Bukankah polisi pernah bicara dengannya, sebelumnya?"
"Ya, benar" Hoolian mengejek, menjawab cepat untuk
mencegah jeratan berbahaya ini berbalik. "Seorang polisi dan
jaksa yang tak bisa berbicara Spanyol. Kau tahu apa yang
terjadi? Mereka mengintimidasinya habis-habisan. Lelaki kecil
itu hampir tak bisa bicara Inggris, dan ia bukan anggota
serikat buruh. Bahkan tak punya paspor resmi. Ia tahu mereka
sudah menjebakku. Mereka tak ingin ada sesuatu yang
menghalangi tujuan itu. Jadi tentu saja ia mengatakan pada
mereka apa yang ingin mereka dengar. 'Tidak, aku tak melihat
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

apa-apa.' Jadi, ia membuat pernyataan omong kosong pada


Asisten Jaksa Wilayah, meninggalkan kota sebelum
persidangan karena tak ingin datang ke pengadilan untuk
bersaksi dan dideportasi kembali ke Santo Domingo... "
Makin banyak bicara, makin meyakinkan ia, terdengar oleh
dirinya sendiri. Ya, ketidakadilan besar telah terjadi di sini.
Seseorang harus membayar hal yang telah mereka lakukan
padanya. Yang harus ia lakukan hanya mencengkeram lelaki tua
itu dan memuntir lengannya sedikit untuk membuka mata dunia.
"Aku yakin ia masih hidup," Hoolian bersikeras, menaruh pena
dan menunjukkan sketsanya. "Tak mungkin ia setua itu."
"Sayang, ia mungkin sudah berusia enam puluh saat itu."
Ucapan wanita itu ia anggap sebagai goresan kecil belaka.
"Kalau saja aku bisa menemuinya barang sebentar...."
"Muchacho... "
"...Aku yakin ia pasti membelaku. Ia berutang pada ayahku..."
"Sayang." Nita menepuk tangannya, tak ingin susah-susah
melihat gambarannya. "Kurasa ia sudah meninggal dunia."
"Apa?"
"Terakhir kudengar, ia sakit. Ia bilang pada Willie bahwa ia
menderita kanker hati dan akan kembali ke Dominika untuk
menengok keluarganya."
"Tapi itu tak berarti ia sudah mati," katanya. "Apakah Willie
punya alamatnya?"
"Willie?" wanita itu mendengus. "Sudah bertahun-tahun aku
tak melihat bajingan itu. Ternyata ia punya istri dan anak di
Bronx dan keluarga lain di San Juan. Bagaimana itu? Aku baru

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tahu semuanya pada 1986. Kita tak pernah bisa menebak


orang."
"Mungkin ia sembuh," Hoolian bersikeras, harapannya bagai
korek api diterbangkan angin. "Kanker hati tak selalu
membunuh, kan?"
"Sayang, ia bahkan sudah setengah tak waras."
"Benarkah?"
"Kau harus makan sesuatu. Kau tampak pucat."
Ia sadar keringat lembab dingin keluar dari pori-porinya,
seakan-akan ia sedang demam. "Tidak, terima kasih, aku tak
bisa makan."
"Berapa lama kau berada di luar?"
"Sejak kemarin malam." Ia mengusap alisnya. "Aku
mengandalkan orang tua terkutuk itu untuk membelaku."
Ia menatap botol saus kosong yang berbaris seolah mereka
bagian dari bank darah. Mendadak saja, semua hal buruk yang
menimpanya tak lagi berpijak sendiri. Pemakaman ibunya di St.
Theresa. Ruang interogasi. Gedung pengadilan. Halaman
penjara di Dannemora. Sel di Attica. Tempat-tempat itu semua
sama. Bahkan kafe ini. Itu semua hanya ilusi. Ia tak pernah
benar-benar keluar dari sarang.
"Kau percaya padaku, kan? Kau tahu kejadiannya tidak seperti
yang mereka katakan."
"Dengar," katanya, menepuk tangan Hoolian. "Kau letih. Kau
terlalu keras berusaha melakukan terlalu banyak hal. Echa un
trago. Echa una siesta."
Perlahan-lahan Hoolian bangkit, sebuah tabung uap dari bak
cuci terangkat di dekat pintu dapur. Baginya, semua
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

perjuangan dan kerja keras untuk memulihkan nama baik hanya


buang-buang waktu yang menyedihkan. Sebuah sisi dalam
dirinya bertanya-tanya apakah ia mesti menyerah dan
memikirkan tawaran kantor Jaksa Wilayah untuk mengaku
bersalah. Setidaknya semua ini akan berakhir.
Tetapi tiap kali hampir menetapkan keputusan untuk menerima
tawaran itu, ia kembali membayangkan wajah putri sepupunya
yang menatap dari balik kulkas. Anak itu menganggap dirinya
sejenis binatang kotor. Jika pun anak itu mengingat sesuatu
tentang dirinya, ia tak akan ingat apa-apa tentang betapa
lembut Hoolian menyikat rambutnya. Ia akan memilih percaya
pada kata-kata ibunya bahwa lelaki itu berusaha melakukan
sesuatu yang buruk padanya. Dan, itu sama sekali tak bisa ia
terima.
"Aku merasa tak enak badan." Hoolian memegang perutnya
yang lemah.
"Aku bisa menyuruh koki memasak huevos rancheros untukmu.
Aku ingat dulu kau suka masakan itu."
Hoolian mulai merogoh saku, namun wanita itu memukul
tangannya. "Largo de aqui!" katanya. "Kutendang pantatmu jika
kulihat kau mengeluarkan dompet."
Hoolian menyerah, tersentuh dan merasa terintimidasi,. begitu
Nita pergi ke dapur dan memberikan pesanannya pada juru
masak.
"Benarkah kau tak punya tempat untuk bermalam?" Nita
kembali duduk.
Hoolian menggelengkan kepala, tak ingin membicarakan
peristiwa di rumah sepupunya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ay." Nita memutar mata menatap tas besarnya. "Pasti kau pun
tak punya pekerjaan."
"Aku keluar terlalu cepat sebelum mereka sempat merancang
rencana pembebasan. Mestinya aku masih di sana."
"Ya, tak ada pekerjaan apa-apa di sini untukmu," katanya,
seolah-olah laki-laki di hadapannya itu salah satu dari antrean
pria yang mencoba memanfaatkannya.
Mungkin ia sudah terlalu menuntut. Nita adalah wanita berhati
baik yang mungkin sering mencurahkan kebaikan pada hewanhewan tersesat yang kemudian berbalik dan menggigitnya. Ia
melahap telur yang disajikan dan bersiap-siap pergi. Mungkin ia
bisa naik kereta A dan tidur sepanjang perjalanan jauh bolakbalik ke Far Rockaway, hingga kondektur mengusirnya keluar.
"Ada sebuah kamar kecil di bawah," ucap Nita diam-diam.
"Apa?"
"Ruang penyimpanan kecil. Tukang antar barang kadang-kadang
tidur di sana. Memang tidak bagus. Kau harus tidur di antara
rak-rak, bersama kaleng-kaleng sup dan lemak babi. Tapi tak
akan ada yang mengganggumu di sana."
Hoolian menatap wanita itu, berusaha mengerti. Ia bukan tak
pernah menerima kebaikan di penjara. Seorang penjaga kadang
memberi kelonggaran hukuman dalam sebuah pelanggaran
remeh; narapidana lain kadang membolehkannya memakai pelat
panas di selnya. Tapi kau tak bisa mengandalkan semua itu.
Kebaikan identik dengan kelembutan, identik dengan
kelemahan, dan itu adalah penyakit yang mesti dihilangkan.
Lebih baik dianggap pencuri, pemerkosa, atau bahkan
pembunuh, daripada dianggap sebagai lelaki yang, katakanlah,
seperti ayahnya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tapi kau harus diam-diam," ucap Nita sambil bangkit. "Aku tak
ingin pemilik tahu kau ada di sana. Aku butuh pekerjaan ini."
"Terima kasih."
Ia menahan desakan dalam dirinya untuk memeluk wanita itu
sebagai rasa syukur, ia masih belum cukup mempercayai dunia
untuk terlihat menyentuh seorang wanita.
"Dan, taruh kembali pisau steik itu." Nita menunjuk saku
Hoolian. "Aku sudah mempertaruhkan nyawa untukmu."
12
Tom turun ke bawah menuju apartemen setelah siaran berita
selesai dan menemukan ibunya tengah memegang segelas
anggur merah setengah kosong dengan filter rokok
mengambang di dalamnya.
"Bagus," katanya, sinis. "Bukankah Dr. Spencer bilang Ibu
harus mulai mencampur pinot noir dengan obat antipsikosis dan
Prozac?"
"Bukankah sudah kukatakan betapa aku benci obat-obat itu?"
"Dan Ibu mengira minum bersamanya akan membantu?"
"Aku tak suka efek obat-obat itu." Rahangnya mengeras.
"Rasanya kepalaku dipenuhi kapas. Tulisanku jadi kecil-kecil.
Membuatku melihat hal-hal yang sebenarnya tak ada. Apakah
aku sudah menceritakan yang terjadi kemarin malam?"
"Apa?"
"Aku bangun, kehausan, dan kukira aku minum sebotol air. Esok
paginya aku menemukan sebotol minyak zaitun di meja."
Tom mengerucutkan bibir, jijik. "Ibu ingin masuk ruang gawat
darurat lagi? Apakah itu yang Ibu coba lakukan?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tom menoleh ke arah meja antik dari kayu ek yang


diselamatkan ibunya dari Sag Harbor. Setangkai tulip layu
dalam vas, kelopaknya berjatuhan, dan sisa-sisa sobekan
kertas berhamburan dari keranjang sampah seperti sayapsayap patah.
"Setidaknya Ibu pergi ke halaman belakang jika ingin
merokok." Tom mengambil gelas anggur dan mengaduk-aduk
puntung. "Michelle menderita asma, siapa tahu ibu lupa."
"Oh, jadi sekarang aku nenek yang buruk juga."
Tom memijit-mijit ruang di antara kedua alisnya seolah-olah
sedang berusaha menyatukan satu retakan. Tom, pria malang
yang lama menderita. Yang mungkin sudah muak menghabiskan
enam tahun untuk menjaga ibunya yang sinting. Disertai rasa
malu, wanita itu ingat saat menonton Tom yang berusaha
bermain football di Central Park ketika kecil dan menyadari
selama beberapa saat bahwa ia tak menyukai anak lelakinya itu.
Tingkah yang kikuk, perawakan yang tak atletis, kelakuan
berpura-pura tahu aturan permainan. Wajah yang berubah
merah muda jika mengeluarkan sedikit saja tenaga. Tom tak
pernah
berhasil melakukan hal-hal dengan wajar seperti saudara
perempuannya; Allison bisa mengambil raket tenis dan mulai
melakukan pukulan voli dengan segera. Pada Tom, semua hal
berpotensi mempermalukan dirinya. Eileen terus-menerus
membandingkan Tom dengan anak lain dan kemudian merasa
bersalah sesudahnya. Namun, pada akhirnya, Tom
memperlihatkan kemampuan. Ia berubah menjadi pemimpin
keluarga, mengambil alih keuangan dan menganugerahinya tak
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

hanya satu, tapi dua cucu perempuan untuk melegitimasi


eksistensinya yang goyah akliir-akhir ini.
"Mungkin Ibu tahu, Francis Loughlin mampir ke sini tadi," kata
Tom. "Ia membawa berita yang membuatku kesal."
"Aku menunggu." Ibunya melipat tangan di pangkuan dengan
sikap anggun seorang bangsawan.
"Mereka membebaskan Julian Vega lebih awal. Mereka
melepaskan dakwaannya. Kini ia orang bebas."
Wanita itu mengangguk, berusaha mempertahankan kesunyian
bermartabat.
"Aku berkata padanya mungkin lebih baik semua ini dihentikan
saja. Kita sudah terlalu banyak menderita. Tapi ia merasa ia
berutang pada Ibu untuk tetap membuat kasus ini bergulir.... "
Ibunya terus mengangguk-angguk, tak dapat berhenti.
"Kubilang aku tak setuju, tapi berjanji menyampaikan
pesannya." Tom sedikit bersemu merah. "Menurut ia, Ibu akan
paham keinginannya."
Akhirnya wanita itu berhenti menggerak-gerakkan kepala dan
berpaling pada Tom, perlahan-lahan menampakkan keyakinan
diri. Kau menunggu dan terus menunggu sesuatu, lalu ketika hal
itu terjadi, kau seperti tak pernah mengharapkannya.
Terdengar bunyi halus di belakang tenggorokannya. Hanya
gumaman, hampir tak seperti kata-kata. Tetapi segala sesuatu
di alam semesta ini tergantung dari cara orang menyimpannya.
Eileen meluruskan punggung, berusaha mengingat-ingat latihan
yang biasa dilakukan para aktor. Rileks. Tarik napas. Ciptakan
pemahamanmu sendiri akan waktu. Ia melemaskan bahu kembali
dan perlahan-lahan menghembuskan napas yang seakan
menukik-nukik. "Kau tahu, Ibu telah berpikir-pikir," ujarnya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa?"
"Mungkin ada alasan mengapa aku tak bisa menyelesaikan buku
ini. Mungkin ini bukan waktu yang tepat. Maksudku, menulis
ulang Hans Christian Anderson, karena karya itu
begitu...hangat. Tidakkah begitu menurutmu?"
"Aku tak tahu, Bu," jawabnya, lemah. "Aku bukan si anak
kreatif di rumah ini."
"Aku berpikir-pikir tentang proyek lain."
"Oh?"
"Kau tahu, aku semakin tertarik pada bidang ilmiah belakangan
ini. Bagaimana tubuh bekerja. Bagaimana pikiran memperbarui
diri... "
"Bu... "
"Pernahkah kau berpikir tentang sistem bintang ganda, Tom?"
"Rasanya belum." Tom mendesah.
"Hampir setiap bintang yang kau lihat di malam hari memiliki
satu kawan. Tapi yang satu biasanya mendominasi yang lain,
sehingga kau hampir tak bisa melihatnya. Yang menarik adalah
bahkan jika yang satu mati, saat keduanya berada dalam jarak
cukup dekat, bintang itu dapat mulai menarik hidrogen
sehingga ia bisa menyala kembali. Tetapi ia lalu melepaskan
ledakan supernova, dan yang tertinggal hanya * lubang hitam."
"Bu, sudah malam. Kukira kita sudah pernah membahas hal ini."
"Ia bintangku yang gemilang."
"Kukira, bintang Ibu yang gemilang adalah anak-anakku." Tom
menatap langit-langit.
"Aku ingin ia tahu aku tidak lupa padanya."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jika benar-benar mengira ia masih hidup, kenapa Ibu masih


ingin melihat kasus ini kembali ke pengadilan?" Tom berdiri,
menggigiti bibir. "Bisakah Ibu jelaskan?"
"Ia membutuhkan satu pertanda. Jika melihat kasus ini kembali
menarik perhatian, ia akan tahu bahwa kita masih mencari
dirinya. Bahkan bintang yang sedang sekarat pun dapat menyala
kembali."
"Ibu juga bilang bintang-bintang itu dapat mengisap kehidupan
bintang lain." Tom pergi ke wastafel dan membuang isi gelas
anggur. "Aku ada pekerjaan
besok pagi-pagi, setelah itu akan kutelepon Spencer untuk
mengatur obat-obat
Ibu."
"Tom... " "Apa?"
"Itu semua kesalahanku, kan?"
"Lupakan, Bu." Ia mengambil puntung rokok dari saringan
wastafel dan menaruhnya di tempat sampah. "Ibu telah
melakukan yang terbaik."
13
Keesokan sorenya, Francis pergi menuju gudang penyimpanan
barang bukti NYPD di Long Island City, sebuah gedung empat
tingkat berselimut debu di kawasan industri dengan garasigarasi truk, pusat daur ulang, toko karpet, dan klub-klub
striptease bertebaran.
Jantungnya serasa tenggelam saat melewati gerbang, melintasi
potongan karpet gaya Oriental yang dihamparkan ke lantai
semen. Dari sudut mata, ia melihat bahwa satu-satunya
pegawai di sana adalah Sersan Brian Mullhearn.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Gustav Mauler, sebutkan namamu."


"Francis X., sehat dan bernapas."
Sersan itu tak terburu-buru menyingkirkan sekaleng mi wijen
dingin dan mengelap tangan dengan tisu. Ia bangkit dari meja
dan mereka saling berjabat tangan kaku ala teman lama yang
tak dapat lagi menerima kehadiran satu sama lain.
Francis tahu, mestinya ia menelepon terlebih dulu, untuk
memastikan bahwa yang bertugas adalah orang lain.
Dentam musik disko Hot 97 di radio kantor entah bagaimana
memperkuat suasana penuh derita tempat ini. Cat mengelupas
dari pipa-pipa yang menonjol keluar, jamur bermunculan di
ventilasi AC, dan tanda peringatan korupsi harus dilaporkan ke
provost separo tenggelam di balik kulkas penyok.
"Mereka bilang, orang baik mati muda, Sersan." Francis
menyunggingkan senyum terpaksa sambil memasukkan angkaangka identitasnya. "Jadi kita berdua tak perlu khawatir
tentang itu, kan?"
Sejujurnya, Mullhearn terlihat seperti salah satu barang yang
disimpan di antara drum-drum minyak sejak 1972. Rambut
kelabu lemas, kumis tikus, bahu kaku, raut wajah seperti spons.
Di balik lensa kontak, matanya berwarna seperti penghapus
pensil; di atasnya, alisnya tampak seperti semak belukar. Ia
bergerak perlahan dan dengan sekuat tenaga, seolah-olah
terlambat untuk tiap respons ototnya.
"Kita sama-sama mengalami masa-masa liar di bagian narkotika,
bukan?" ujarnya.
"Aku masih menyimpan perih dan nyeri gara-gara itu." Francis
menyentuh punggung bawahnya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau ingat waktu jatuh dari pagar jeruji lantai tiga di Baruch
Houses di Housten Street?"
"Justru itu... "
"Ya, ampun, kukira kau sudah mati, Francis. Kami berlima
mengelilingimu, menunggu pendeta muncul untuk melaksanakan
upacara terakhir. Kau bahkan tak bernapas. Mendadak saja kau
terduduk, 'Mana dompetku?' seolah-olah kau baru berlalu dari
meja kasir dan salah satu dari kami mengambilnya."
Francis menyeringai. "Kita beruntung keluar dari tempat itu
dengan utuh."
"Beberapa dari kita lebih dari utuh." Mauler bersandar di
belakang meja. "Lihat aku, lihat kau. Aku menyalakan TV
malam-malam, dan kau lebih sering muncul di TV daripada OJ.
Simpson."
"Lebih seperti Homer Simpson."
"Ya, kau cukup berhasil dalam kariermu." Mullhearn mengambil
garpu lagi. "Kudengar April nanti kau pensiun."
"Kau harus tahu kapan mesti mempertahankan pekerjaan dan
kapan melepaskannya."
"Yeah, kau selalu tahu cara untuk keluar sebagai pemenang, aku
yakin itu." "Itu keberuntungan semata, Kawan. Itu saja."
"Lebih tepatnya mungkin keberuntungan secara genetis."
Mauler menyisakan helai panjang dari garpunya. "Kalau ayahku
bekerja di Departemen Nomor Satu, posisi kita pasti terbalik."
"Hey, hey..."
Francis merasa ini akan menjadi negosiasi panjang. Meski
kariernya menanjak dua puluh tahun terakhir ini, Mauler
dibuang ke semacam tempat suci pelayanan masyarakat yang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pahit, Polisi Karet yang menjaga buku-buku kuno dan Senjata


Canggih Mematikan Abad Kedua puluh.
"Jadi, apa yang bisa kulakukan untukmu?"
"Aku mencari barang apa saja yang kau punya dari kasus Allison
Wallis. Kurasa Paul Raedo dari kantor Jaksa Wilayah telah
mengirim faks sebelumnya."
"Baru pertama kali aku dengar."
"Tapi kau tentu tahu kasus yang kumaksud. Kau yang paling
bagus ingatannya di gedung ini, Bri. Tentang dokter perempuan
yang terbunuh di apartemennya oleh anak pengawas gedung
pada tahun 1983..."
Mauler mengernyit sedikit, seolah melihat mobil lain melaju
cepat dari spion belakang. "Memangnya ada apa dengan kasus
itu?"
"Permohonan banding-omong-kosong-bangsat-terkutuk itu
dikabulkan," sahut Francis, menjawab ringan. "Kami akan
membuka kembali kasus ini, untuk memastikan bahwa semuanya
telah dikerjakan dengan benar."
"Oh?"
"Aku butuh semua berkas yang kau punya. Kartu noda darah,
sampel otopsi, goresan kuku, pakaian apapun yang mereka
simpan... "
Mata Mauler mulai berenang di balik lensa matanya yang
berdebu. "Kau bilang ini kasus pembunuhan tahun 1983?"
"Ada masalah?"
"Ya ampun, Francis, kau tak punya kasus baru?" Mauler
melempar tisu, menggapai laci meja, dan menyodorkan formulir
kuning serta bantalan cap pada Francis. "Kau bisa mulai dengan
mengisi formulir ini dan membuat cap sidik jari."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bri, aku agak terburu-buru sekarang." Francis menengok


arloji, ternyata sudah menunjukkan pukul tiga kurang
seperempat. "Bisa kita lewatkan saja bagian ini?"
"Bung, ini untuk berkas resmi. Meski komisaris sendiri yang
datang, ia tetap harus mengisi formulir ini. Kita tak bisa
membiarkan orang keluar-masuk mengambil barang tanpa
pertanggungjawaban."
Sebelum Francis dapat membantah, telepon berdering di
sebelah patung tokoh kartun Secret Squirrel di atas meja dan
Mullhearn menggunakan kesempatan itu untuk mengangkat
telepon dan berpaling darinya.
"Ya-aahh, ada apa, bay-bay?" ia melagu, mendadak berubah
wujud dari seorang Irlandia tua getir dan kasar menjadi
seorang penyanyi rap playboy yang pintar bicara. "Rindu
padaku?"
Francis mengisi beberapa kalimat pertama dalam formulir,
berusaha tetap menjaga sopan-santun basi ini. Ia menengadah
dan menampak tanda yang ia lewatkan sebelumnya: balas
dendam dengan garis silang melewatinya. Tentu saja, itulah
keadaan biasa di sini. Mauler dan dirinya pernah menjadi
peminum berat saat bekerja di bagian narkotika, menembaki
botol-botol Budweiser untuk mempersiapkan diri melakukan
penggerebekan dan menenggak scotch dari wadah besar untuk
menenangkan diri setelahnya. Hingga, suatu ketika, Francis
entah bagaimana kepergok tertidur di tempat minum di sebuah
ruang hakim pengadilan di Manhattan, tanpa celana dengan
senjata yang hilang. Ayahnya berhasil menangkis ancaman
sanksi yang datang dan mengeluarkan Francis dengan tamparan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

keras. Tiga puluh hari penundaan gaji dan sebulan di markas


untuk mengurus "kejahatannya".
Namun, ketika Mauler kepergok mengemudi di jalan yang salah
di Astoria Boulevard enam bulan kemudian dengan napas
berbau alkohol, ia tak punya kenalan berkuasa seperti Francis
untuk dimintai tolong. Akhirnya, ia terpaksa berkarier dengan
menghitung pensil sementara Francis berhasil memperoleh
lencana emas.
"Bri?" Francis memanggil setelah selesai menempelkan sidik
jarinya di formulir. "Kurasa aku sudah selesai mengisi formulir.
Bisa kau bantu aku, mungkin ada tisu atau apa?"
"Sebentar." Mauler mengacungkan satu jarinya. "Dengar, Say,
nanti telepon aku lagi dan kita bicarakan hal itu. Aku ada
urusan dengan orang ini. Oke? Aku ingin kita berdua merasa
nyaman."
Ia menutup telepon dan berputar menghadap Francis, kembali
mengambil peran sebagai si Birokrat yang Terlindas Jaman itu.
"Apa katamu tadi?"
"Berkas Wallis dari tahun 1983." Francis menoleh ke sanakemari mencari sesuatu untuk mengelap tangan. "Mestinya ada
beberapa barangnya di sini. Kami mengambil seprai, sidik jari,
serat karpet, darah dari bawah kuku korban... "
"Ya, ya, ya." Mullhearn melepas kacamata. "Kukira sekarang aku
ingat. Orang itu menulis surat padaku beberapa kali."
"Siapa?"
"Si terdakwa. Namanya aneh." "Julian Vega?"
"Ya. Aku pasti telah menerima sekitar dua belas surat darinya.
Salah satu sahabat penaku. Ia dan pengacaranya ingin semua
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

omong kosong tentang uji DNA itu. Seperti halnya semua orang
sok sekarang. Mereka bersikap seolah-olah itu segampang
melakukan tes kehamilan." Ia menyenggol telepon menjauh,
topik yang tak menyenangkannya saat ini. "Pipislah di batangan
itu, lihat tanda plus, dan kau akan keluar dari penjara. Kuberi
tahu, ya... "
Francis menggosok sisa-sisa minyak di antara ujung jarinya.
"Tunggu sebentar. Kau bilang Julian Vega menulis surat-surat
padamu, ingin tahu apa ia bisa menggunakan DNA untuk
membuktikan bahwa bukan darahnya yang kita ambil dari kukukuku gadis itu?"
"Ya, bukan cuma padaku. Ia juga menulis ke Jaksa Wilayah.
Tapi sudah lama aku tidak mendengar kabar darinya. Kukira
kami tak lagi saling mencinta."
Francis butuh beberapa saat untuk memikirkan segala
sesuatunya tentang hal ini, seluruh informasi ini mendadak
muncul seperti planet tak dikenal di tepi tata surya.
"Lalu, apakah ia memperoleh apa yang dicarinya?"
Mauler menyeka kacamata dengan ujung dasi. "Kau bercanda?"
"Tidak. Kenapa?"
"Kau pernah melihat-lihat tempat ini? Ini seperti negeri
Indiana Jones. Kami masih punya tumpukan barang dari
peristiwa 9/11 yang bahkan belum sempat dikerjakan."
Francis mengambil tisu untuk mengelap tinta dari jari-jarinya,
teringat kehebohan saat terakhir kali ia berkunjung ke gudang
ini pada musim semi lalu, mencari bukti perkosaan lama.
Hanggar pesawat terbang yang terbentang luas penuh dengan
bukti-bukti yang berpotensi keliru diarsipkan. Rak-rak baja
menjulang disesaki tong-tong kardus berukuran 250 liter.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ratusan sepeda curian menumpuk di gudang tambahan, seperti


sisa-sisa Tour de France. Seorang operator forklift mondarmandir menggilasi karpet gulung yang ternyata menyimpan
bukti helai rambut penting dari sebuah kasus pembunuhan. Dan
yang paling aneh, sebuah koleksi alat-alat pemanggang gaya
pinggiran dan gerobak jajan dorong berjejer di dinding.
Suasananya tak seperti
akhir film Raiders of the Lost Ark, tapi seperti toko alat-alat
rumah tangga yang dikelola seorang pecandu. Akhirnya ia
menyerah mencari barang yang dimaksud dan memilih pergi
untuk mendapatkan keterangan baru dari saksi asli.
"Kukira mereka akan merapikan tempat ini," kata Francis,
melempar tisu itu ke tempat sampah.
"Merapikan? Merapikan? Kau sedang mabuk? Maksudku,
catatan kami cukup baik, tapi yang benar saja. Orang sudah
menaruh barang di tempat yang salah sejak 1895. Kau bisa
menemukan Hakim Crater di salah satu tong barang bukti. Jadi
pendeknya: tidak. Julian tak mendapatkan apa yang ia cari.
Kami baru saja mendapat musibah atap rubuh besar-besaran
akibat hujan yang merusakkan barang bukti senilai lima tahun.
Aku tak tahu ke mana separo barang-barang itu. Jadi kami
bilang padanya bahwa barang bukti itu tak lagi ada."
"Ya, sekarang ia sudah bebas dan kasusnya kembali ke
pengadilan. Jadi kurasa lebih baik kita mulai mencari benda
itu."
"Ah," Mullhearn tersenyum menatap jam. "Aku keluar sepuluh
menit lagi, Sobat. Ada seorang wanita muda yang tak sabar
bertemu denganku."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis membayangkan dirinya benar-benar akan tersesat


berkelana dalam lorong-lorong tanpa akhir, berusaha mencari
dua berkas dengan penglihatan yang terbatas. Dilihat dari
keadaannya, boleh jadi ia akan terkunci semalaman. "Brian, aku
betul-betul butuh bantuanmu. Kasus ini benar-benar sangat
berarti."
"Kita sama-sama tahu, tak ada yang dapat menahanku di sini
setelah pukul tiga," kata Mauler.
"Aku benar-benar akan berutang padamu, Sobat." "Oh, jadi
sekarang kita sobat, Francis?"
"Apa maksudmu?" Francis memeriksa jari-jarinya, memastikan
tak ada tinta yang tersisa. "Aku tak mengerti maksudmu."
"Kubilang, kau pikir sekarang kita sobat? Kau dan aku?"
"Kita saling kenal, satu sama lain. Punya ikatan."
"Lucu. Karena kurasa kita tak punya ikatan apa-apa. Kukira kita
hanya dua lelaki yang pernah berbuat kacau di masa lalu. Dan,
karier salah satu dari kita naik, sementara yang lain tidak."
"Tiap orang punya pendapat masing-masing."
"Tidak, pendapat diarahkan." Mullhearn menaruh kacamatanya
kembali. "Sedangkan ini kenyataan. Salah satu dari kita
memperoleh lencana karena ia punya seseorang yang
melindungi. Sementara yang lain berakhir di tempat sampah.
Aku tak ingat kau pernah menelepon dan menawarkan agar
ayahmu memberikan jaminan untukku. Aku bakal segera keluar
dari sini dalam sembilan menit."
"Brian, kau harus membantuku mencari tong itu." "Maaf?"
"Kubilang, kau harus membantuku mencari apa yang
kubutuhkan."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bangsat, kubantu kau, pasti." Mullhearn menjatuhkan


makanannya ke tempat sampah.
"Kalau kau ingin mengasihani dirimu sendiri selama sisa
hidupmu, itu urusanmu, aku tak akan memberitahumu cara
memperbaiki apa yang telah kau lakukan."
Francis bicara dengan tenang dan datar, seolah-olah sedang
bicara pada seorang tersangka. Tak perlu drama berlebihan.
Cukup pandangan sejajar dan nada bicara normal seorang lelaki
yang memberi tahu lelaki lain bahwa sebuah buldoser akan
merubuhkan rumahnya.
"Masalahnya aku punya terpidana pembunuhan berusia dua
puluh tahun yang baru saja dilepas. Pembunuh yang kujebloskan
bebas dengan jaminan. Aku punya tuduhan yang memerlukan
bukti baru untuk mendukungnya. Ini pekerjaanku, Brian. Bos di
departemen menyuruhku cepat-cepat, dan percayalah padaku,
itu semua bukan karena perilaku dan pesonaku. Tapi karena aku
membuat mereka tampak oke. Dan mereka akan menyerangmu
seperti Godzilla terkutuk jika aku mengatakan bahwa kau
bersikap tak membantu."
"Demi Tuhan, Francis, kenapa kau brengsek oegini, sih?"
"Hanya istriku yang tahu alasannya." Ia menggosok-gosok
kedua tangan. "Dan, ia tak pernah mengungkapkan-atau
setidaknya ia tak bilang padaku. Sekarang, dari mana kita
mulai?"
14
"Boleh saya minta Toffee Nut latte dalam gelas besar dan
seiris caramel cheesecake?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian masuk ke gerai Starbucks di Astor Pl.ace, menurutkan


keinginannya pada makanan manis. Gadis di meja kasir, dengan
topi bisbol hitam dan celemek hijau, menatapnya seolah-olah ia
baru saja memesan sebungkus heroin murni.
"Kau suka gula, kan?"
Gadis itu berpaling untuk mengambil pesanan, meninggalkannya
bertanya-tanya apakah ia mengucapkan sesuatu yang keliru.
Kemarin, Nona A. menyuruhnya untuk beristirahat sejenak dari
kegiatan hukum dan bersenang-senang sedikit. Nikmati
kebebasanmu. Seolah-olah ia tahu hal itu tak berlangsung lagi
seusai sidang pengadilan esok.
Akhirnya ia gunakan uang yang diperolehnya dari pekerjaan
aneh-aneh di penjara dan memotong rambut gaya cepak yang
pantas untuknya di Astor Place Barbers. Tampak cukup bagus,
pikirnya, dengan sedikit janggut yang ia pelihara untuk
menutupi parut di dagu serta jaket dan dasi murah dari toko
yang ia beli untuk menciptakan kesan baik pada hakim.
Ia meregangkan diri dan menguap, lega punya waktu beberapa
jam untuk tidur. Setelah berdebat lama dengan petugas
kesejahteraan sosial, ia akhirnya berhasil memperoleh tempat
di rumah persinggahan di Bed-Stuy, berbagi satu kamar tidur
sesak dengan tiga mantan narapidana lain di ranjang
bertingkat. Memang kurang nyaman, berbagi laci pakaian
bersama lelaki lain dan satu kamar mandi dengan sembilan
orang lain, tapi sewanya hanya enam puluh dolar seminggu dan
satu-satunya kekurangan lain hanya keharusan menghadiri sesi
terapi kelompok untuk berdiskusi tentang "masalah kecanduan"
palsunya itu. Bagaimana pun juga, dunia ini akan membuatmu

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menjadi pembohong, kalau bukan kau lebih dulu menjadi salah


satunya.
Gadis itu membawakan minuman dan kue yang dipesannya dan ia
membayar tujuh dolar, menyisipkan tiap lembaran ke meja
kasir dan. menghitung-hitung: dirinya masih punya sekitar lima
puluh dolar untuk kupon makanan yang bisa membuatnya
bertahan hingga akhir minggu.
Saat ini, ia tak bisa memikirkan hal itu. Ia hanya ingin pergi
jauh dari para pengacara dan ruang sidang serta para birokrat
selama beberapa waktu. Ia hanya ingin menenangkan diri
bersama alunan Miles Davis di radio dan suara wanita cantik
berbicara dengan nada rendah di latar belakang. Setelah
bertahun-tahun terkurung sel lembab dua kali tiga meter,
sebagian dari dirinya begitu ingin merasakan kenikmatan
sederhana seperti tangkai bunga yang menggeliat mencari
matahari.
Dengan lembaran koran iklan di satu tangan dan buku di tangan
lain, ia berjalan di antara para wanita yang menempati mejameja bulat. Wanita
sedang menelepon dengan ponsel, wanita dengan pakaian kerja
formal, wanita membaca buku tentang Mancisme dan fisika
kuantum, wanita dengan sepatu roda, wanita menatap dengan
sepi ke layar laptop seakan-akan masalah terpampang di sana,
wanita berpegangan tangan dengan wanita lain, wanita
menganalisis detil-detil penting hidupnya, wanita memakai syal
dan kerudung pendek milik sang nenek, wanita dengan kaus
FCUK, wanita dengan jaket militer dan blus gaya petani.
Wanita yang bebas dan menyingkirkan versi diri mereka
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sendiri yang berbeda, wanita yang belum digayuti gelambir


lemak, nyeri sendi, pernikahan yang keropos, dan utang
berlimpah.
Ia memilih meja dekat jendela dan membuka berkas yang ia
bawa, menikmati paduan aroma parfum, Kenyan double A, dan
rambut yang baru dicuci.
Untuk kedua kali dalam beberapa hari terakhir, ia bertanya
pada diri sendiri apakah memang teramat buruk jika ia
mencoba melepaskan diri dari persidangan. Kasusnya telah lama
sekali. Separo wanita di sini mungkin bahkan belum lahir saat ia
ditahan. Mengapa ia tak seperti orang lain saja untuk beberapa
saat?
Gadis yang telah ia perhatikan sebelumnya telah kembali ke
meja, menarik kerah turtleneck-nya hingga dagu dan
membiarkannya merosot selagi ia asyik membaca Les
Miserables. Tumitnya yang ramping menyilang di antara kakikaki kursi, dan rambutnya digelung di belakang kepala. Jepit
ketidakbahagiaan yang menggoda beberapa lelaki untuk
mencoba membongkarnya demi membebaskan gadis itu. Hoolian
meretakkan punggung buku Les Miserables miliknya dan mulai
membaca tentang si pengembara lapar di malam yang dingin,
angin pegunungan Alpen menusuki tubuhnya.
Mencari perlindungan dalam sebuah pondok, ia mendaki pagar
kayu, merobekkan pakaian, hanya untuk menemukan dirinya
sendirian dalam kandang bersama seekor buldog yang
menggeram-geram.
"Bagaimana, apakah kau suka?" ujarnya, diam-diam mencuri
pandang pada gadis itu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kini dengan leher baju turun dari dagunya, ia tampak seperti


seorang gadis di atas punggung kuda,' hidung bengkok panjang
dan tulang pipi tinggi ala bangsawan dihiasi awan rambut ikal
pirang. Ia kembali mencubiti remah-remah di sudut kue scone
kismisnya.
"Buku." Hoolian menunjukkan buku Les Miserables edisi Signet
yang ia beli dari penjual kaki lima kemarin. "Kita membaca buku
yang sama."
Lidah gadis itu menyodok di dalam pipinya, dan gumpalan itu
perlahan menyusut.
"Bukunya tebal tapi bagus. Ya, kan? Aku sedang membacanya."
Gadis itu mendesah panjang dan kembali menghadapi sconenya, menaruh remah-remah kecil di ujung lidah. Ia sedikit
mengingatkannya pada Allison: menaruh beberapa tetes madu
ke sendok, menjilati ujungnya dengan nikmat, lalu menaruh
toples berbentuk beruang itu jauh-jauh agar tak tergoda.
"Lalu, bagaimana menurutmu?"
Jemari gadis itu berderap di samping cangkirnya dengan
gelisah. Jari-jemarinya tampak lebih gemuk dari anggota tubuh
yang lain, seakan-akan ada wanita lain dengan selera makan
yang lebih sehat terperangkap dalam dirinya.
"Lumayan," sahutnya akhirnya. "Sedikit sentimentil, mungkin."
Hoolian bertanya-tanya apakah perempuan itu punya kesukaan
juga pada fiksi ilmiah seperti Allison, atau satu-satunya
kesamaan yang mereka miliki mungkin hanya menunda-nunda
makan.
"Ya, ya, aku tahu maksudmu. 'Sentimentil.' Seakan-akan,
penulisnya agak berlebihan meramu cerita."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Gadis itu mengangkat bahu, acuh tak acuh dan kembali


menggumuli bukunya.
"Tapi, menurutku, aku bersimpati pada si lelaki," lanjut Hoolian,
masih berusaha membuat gadis itu tertarik.
Ia separo berpaling dan menarik kerah ke atas, tak begitu
menutupi dagunya kali ini. Hoolian tak bisa menebak apakah
wanita itu ingin dirinya melanjutkan bicara atau tidak. Sejak
awal ia tak pernah punya kemampuan untuk membaca pikiran
wanita, dan apa yang terjadi pada Allison jelas tak membantu.
Di titik ini, ia tak yakin mampu menebak apakah seorang wanita
tertarik tanpa perlu duduk di pangkuan dan menjulurkan lidah
ke tenggorokannya.
"Maksudku, lelaki ini, lelah bukan main, kelaparan, berjalan kaki
sejak fajar, bersedia menukar uang tunai dengan senjatanya
demi ranjang dan sesuatu untuk dimakan. Dan orang-orang ini
terus-menerus mengusirnya. Semua hanya karena sedikit
kesalahan yang tak patut ia dapatkan di masa lalu."
"Dari mana kau tahu?"
"Apa?"
"Kau bilang kau baru mulai membaca." Ia akhirnya menggigit
bongkahan yang cukup besar. "Dari mana kau tahu ia tak
bersalah jika kau belum membaca sejauh itu?"
"Kau bisa tahu dari cara ia menulis tentang dirinya."
"Tapi mungkin kau hanya dibodohi oleh...rasa simpati" ujarnya
dengan sedikit cadel.
Hoolian menunduk ke arah deretan sesak kalimat-kalimat
terjemahan itu. Mungkin ia melewatkan sesuatu. Selama
bertahun-tahun, yang benar-benar pernah habis ia baca
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

hanyalah fiksi ilmiah dan beberapa bagian dari Kitab Hukum


Pidana Negara Bagian New York. "Mungkin kau benar." Dengan
canggung ia mengangkat cangkir latte-nya untuk bersulang.
"Kita tak bisa begitu saja membuat asumsi atas orang lain."
Hoolian menaruh cangkirnya kembali dan meluruskan dasi,
melirik bayangannya di cermin di dinding: seorang lelaki dengan
kilatan perak metalik di rambutnya, berusaha ngobrol dengan
seorang gadis yang terlalu muda untuknya. Sekali lagi ia
tersentak karena tak segera dapat mengenali dirinya sendiri.
"Ternyata menyenangkan juga, ya, ada tempat seperti ini,
tempat orang bisa nongkrong tanpa ada yang mengganggu,"
kata Hoolian, menirukan nada percakapan biasa yang ia dengar
orang lain gunakan. "Ada banyak tempat seperti ini di kota?"
"Kau bercanda, ya?" gadis itu mengerutkan dahi. "Tidak.
Kenapa?"
"Kau tak tahu Starbucks? Memangnya, kau ini baru keluar
penjara atau bagaimana?"
"Maaf?" Ia tidak mendengar jelas perkataan gadis itu.
"Tempat seperti ini ada di tiap sudut kota... "
"Ya, tapi kenapa kau mengucapkan apa yang baru saja kau
katakan tadi? Kau tak mengenalku."
Rasanya seolah gadis itu baru menyiram kopi panas di mukanya.
"Lupakan. Oke?"
"Aku hanya tak mengerti kenapa kau berkata seperti itu."
Gadis itu berpaling dan menarik kerahnya naik ke hidung
seperti topeng perampok kereta api jaman koboi. "Nona, aku
bicara padamu... "

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia mengambil bukunya kembali dan mulai membaca, bertindak


seolah lelaki di sampingnya tak hadir.
"Maaf." Hoolian menaikkan suara. "Kau tahu, amat tidak sopan
tak menatap orang yang sedang berbicara padamu."
Beberapa wanita di meja-meja sebelah berhenti bicara dan
menoleh, seakan-akan ia tengah meniup saksofon bernada
sumbang keras-keras di tengah-tengah musik manis yang
mereka mainkan.
"Yo, apakah aku menyinggungmu!" ia melotot, menolak
diabaikan. "Jika aku mengatakan sesuatu, tolong katakan saja...
"
Mereka semua kini menatapnya, bertanya-tanya siapa lelaki
sinting ini. Mereka mungkin mengira ia sejenis tunawisma
bermata liar yang sedang keluar dari jalanan, mencoba mencari
perhatian. Mereka tak tahu dirinya seseorang yang
berpendidikan. Mereka tak tahu ia pernah punya masa depan
yang hampir secerah masa depan mereka. Mereka tak mengerti
betapa semua itu dapat direnggut begitu saja dari seseorang,
bahwa seseorang dengan kehalusan budi dan perasaan tulus
dapat berubah menjadi binatang bukan atas kesalahannya,
bahwa ia kurang dari seminggu keluar dari tempat di mana
menatap seseorang dengan keliru bisa membuat matamu
ditusuk garpu.
"Aku hanya ingin menjalin percakapan denganmu seperti orang
normal," ia bersikeras, masih berusaha didengar.
Manajer gerai berjalan ke arahnya, seorang kulit putih kaku
dengan lengkung kecil alis yang dimaksudkan untuk mengalihkan
perhatian dari kulit bopengnya yang membawa petaka.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Maaf, Sir, saya terpaksa harus meminta Anda meninggalkan


tempat ini." "Yeah, oke, tunggu sebentar... "
Hoolian mengangkat tangan, meminta sedikit pengertian, tapi
pria itu mundur seolah ia baru ditampar.
"Oh, ayolah....jangan seperti itu...."
Hoolian berusaha bergurau, mengubah gerakannya menjadi
pukulan karate main-main, tapi pria itu mulai memberi isyarat
pada gadis Asia di belakang konter, membuat isyarat telepon
dengan ibu jari dan kelingkingnya, mungkin menyuruhnya
menelepon 911.
"Hey, bro, tomalo con calma." Hoolian menjatuhkan tangan.
"Kalem saja."
Tapi pria itu terus mundur, ketakutan. Jadi, untuk apa lagi
saling bertengkar? Ke mana pun ia pergi, seseorang pasti
mengganggunya; berusaha membuatnya melakukan sesuatu yang
tak ingin ia lakukan. Entah bagaimana mereka tahu emosinya
selalu di atas dan mereka hanya tinggal menyenggol sedikit
untuk membuatnya kehilangan kendali.
"Tuan, saya persilakan Anda menikmati secangkir kopi di gerai
lain kami." Manajer itu menunjuk ke arah pintu. "Tetapi saya
sungguh-sungguh meminta Anda untuk pergi... "
"Baik, baik, aku mengerti." Hoolian mengancingkan jaket dan
mengambil buku. "Kau tak perlu memintaku dua kali."
Ia berjalan menyusuri meja-meja kecil, menoleh ke belakang
untuk terakhir kalinya pada gadis dengan kaus turtleneck
hitam itu.
15

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Pintu ruang sidang berderit terbuka dan Francis menoleh,


berusaha mencari sumber bunyi.
Para reporter yang datang untuk mencari tahu apakah dakwaan
Hoolian akan dihapus pagi ini sibuk berbisik-bisik. Dov Ashman,
fosil tua kasar yang meliput sidang untuk Daily News pada
1984, menaruh cakar berbentuk tangan di atas lutut sintal
belia milik Judy Mandel dari Trib. Allen Robb, keparat dari
Times yang mengenakan dasi lengkung, mulai berbisik-bisik
pada si sembrono dari Post yang namanya tak dapat Francis
ingat. Pintu terbanting menutup dan akhirnya ia menemukan
titik fokus: Eileen Wallis memasuki ruang sidang bersama Tom
yang menempel di lengannya.
Jackie Kennedy sendiri tak akan bisa membuat adegan masuk
yang lebih dramatis. Setelan Chanel muram yang serasibernuansa gelap namun bukan hitam suram-dipadukan lipstik
gelap warna anggur pada wajah putih salju, matanya
tersembunyi di balik sepasang kaca mata gelap. Rambutnya
masih cenderung ke arah warna jahe daripada kelabu dan
bentuk tubuhnya masih bagus, tetapi ia berjalan dengan sedikit
kaku di gang kecil di antara tempat duduk. Francis tak akan
menyalahkannya jika ia masih di bawah pengaruh obat-obatan
saat ini; jika dalam situasi seperti itu mungkin ia akan
melakukan hal serupa. Tetapi ada sesuatu yang agung darinya,
seakan-akan kedukaan telah menempatkannya di luar manusiamanusia hidup.
Bahkan, kedatangannya saja telah menjadi pernyataan
tersendiri. Pernyataan yang berbunyi, Tahan dulu. Yang
berkata bahwa tanah telah terusik. Yang berkata bahwa
setidaknya satu orang di ruangan ini tak cukup siap untuk
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

'melanjutkan hidup.' Namun ketika ia berhenti di barisan


depan dan duduk di samping, Francis tak melihat tanda-tanda
perkenalan darinya. Eileen tak ingat
tentang waktu yang pernah mereka habiskan bersama,
membandingkan kepedihan dan berusaha menerima hal-hal yang
sulit diterima.
"Eileen." Francis menyentuh lengan wanita itu selagi ia
bermaksud duduk. "Francis Loughlin. Aku datang untuk
Allison."
Sepasang mata itu hampir tak mengerjap di balik lensa
berwarna itu.
"Terima kasih telah datang, Francis." Tom menggapai melewati
ibunya untuk menjabat tangan Francis.
"Ah, tentu saja, aku tak mungkin melewatkannya."
Secara teknis sebenarnya banyak tempat lain yang bisa ia
datangi pagi ini. Mestinya, ini hari cuti dan ia sudah hampir
menghabiskan waktu lembur tak resmi tahun ini. Belum lagi
setidaknya masih ada enam kasus investigasi yang boro-boro
bisa ia kerjakan.
Pintu samping terbuka dan dengung percakapan mendadak
lenyap. Paul Raedo berhenti menggeledah berkas di meja jaksa,
dan bangku kayu tua mendecit saat semua orang memajukan
badan ke depan untuk mendapatkan pemandangan yang lebih
jelas. Julian Vega baru saja masuk dan mengambil tempat di
samping Debbie Aaron di meja pembela.
Francis hampir tak mengenali pada awalnya. Pria kekar
bertubuh besar dengan rambut cepak dan sedikit janggut,
leher kuat menjulur dari jaket wol abu-abu dengan kemeja
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

marun dan dasi hitam. Ia terlihat pantas sebagai seseorang


yang sedang berkampanye di East Harlem atau paling jelek
didakwa atas penipuan bursa.
"Harap tenang di ruang sidang," Tony Barone, petugas
pengadilan, menegur, alisnya meloncat seperti dua paruh kumis
Stalin di kening.
Hoolian berpaling untuk menoleh dan memeriksa kerumunan. Ia
mungkin bertambah lima kilogram, kebanyakamdi otot, sejak
terakhir mengejar Francis di koridor penjara. Cara berdirinya
kini mengeras, khas mantan narapidana, bahu di belakang, dagu
terangkat, mata yang mati. Tetapi ketika ia melihat Francis,
wajahnya berubah menjadi senyum pahit separo seakan-akan
berkata, Kita bertemu lagi, amigo. Debbie A. menyadari apa
yang sedang diperhatikan Hoolian, mengerutkan dahi, dan mulai
berbisik di telinga sang klien, mmitnya sedikit keluar dari
sepatu sewaktu berjingkat.
"Semua berdiri."
Hakim Miriam "Langsung ke Pokok!" Bronstein masuk, hampir
tenggelam di balik jubah hitam besar, keriting hitam
membingkai wajah mungil berkerut seorang
nenek berusia tujuh puluh dua tahun yang masih mengendarai
sepeda ke gedung pengadilan tiap hari dari Upper West Side.
Francis mengingatnya sebagai pengacara lembaga bantuan
hukum, mudah jengkel dan siap beradu pendapat, tak pernah
mau percaya bahwa polisi dapat memperoleh pengakuan resmi
dari tersangka tanpa penggunaan buku Yellow PagesManhattan
di atas kepalanya. Karena maju ke kursi hakim lewat koneksi
politik, ia berusaha sungguh-sungguh agar berlaku lebih adil,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tetapi ketenangan berwibawa sering diganggu ledakan


kemarahan, seolah-olah semua orang di ruang sidang mendadak
mengingatkannya pada anak-anaknya yang terkenal
mengecewakan.
"Lanjutkan, Pembela." Ia memberi isyarat pada Paul dan
Debbie A. agar mendekat. "Ada kasus apa sekarang? Jadwalku
penuh hari ini."
"Yang Mulia, ini melanjutkan kasus Warga melawan Julian
Vega," Paul berkata, yang di pengadilan awal dulu duduk di
bangku kedua. "Hakim Santiago menganugerahi mosi empatempat puluh terdakwa di Rikers Island beberapa hari yang lalu
dan-"
"Ya, ya, ya," potong Bronstein. "Langsung ke pokoknya! Kau siap
membawa kasus ini ke pengadilan?"
Paul sedikit bergoyang di tumitnya. Ia sudah memperingatkan
Francis bahwa Bronstein tahu ia mengincar posisi hakim. Jadi
mungkin ia bakal menerima beberapa jotosan, pagi ini.
"Saat ini, Yang Mulia," sahutnya. "Kami menggunakan hak untuk
terus maju."
Debbie A. angkat bicara. "Yang Mulia, saya tak ingin membuang
waktu lebih lama lagi, saya ingin mengajukan pencabutan
dakwaan ini dengan segera."
"Atas dasar apa?"
"Kekeliruan ganda. Sama sekali inkonstitusional bagi klien saya
untuk disidangkan dua kali dalam kejahatan yang sama."
"Usaha yang bagus." Mata hakim itu mengernyit di belakang
kacamata bingkai tanduk, mungkin melihat sosok mudanya
dalam Debie A yang tangkas dan kecut. "Tapi jika dakwaan asli

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dicabut, seakan-akan pengadilan awal tak pernah terjadi. Anda


tak bisa mendapatkan keduanya, Pembela."
Francis melihat Deb memiringkan badan untuk menjelaskan,
tetapi Hoolian menolak, ia memahaminya dengan baik.
"Ada hal lain sebelum kita menentukan tanggal sidang?"
"Ya, Yang Mulia." Paul mendekati bangku hakim. "Warga ingin
mengajukan mosi untuk menghentikan jaminan untuk Saudara
Vega. Kami yakin setelah sembilan belas setengah tahun di
penjara, ia berpotensi tinggi meninggalkan negeri ini. Juga,
saat masih ditahan ia terus menunjukkan kecenderungan
melakukan kekerasan. Ia ditempatkan di sel isolasi selama tiga
puluh hari karena berusaha menyerang petugas kepolisian. Dan
kantor kami memiliki dokumen Direktorat Pemasyarakatan
yang membuktikan bahwa dirinya ditempatkan di unit rumah
khusus dalam peristiwa lain akibat insiden yang melibatkan
penusukan pada-"
"Oh, itu keterlaluan." Debbie A. mencibir, setelan jaket
cokelat menyampir di bahunya. "Hal itu bukan bagian dari
catatan pengadilan ini dan sudah pasti tidak relevan terhadap
jaminan. Itu hanya usaha murahan Tuan Raedo di depan media."
Dan juga efektif, dinilai dari bisik-bisik di antara reporter.
Francis, yang menghabiskan empat jam membongkar-bongkar
laporan Direktorat Pemasyarakatan kemarin, menoleh ke
sekeliling dan melihat Dov Ashman memiringkan badan kepada
Judy Mandel, memastikan ia mendengar dengan benar.
"Ya, Nona Aaron pasti ahli tebakan murahan karena dalam
wawancara ia menciptakan kesan meragukan investigasi awal,"
balas Paul. "Komentarnya jelas dimaksudkan untuk
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

memengaruhi juri. Saya ingin meminta perintah penghentian


pemberitaan beropini."
"Hei, jangan seperti anak kecil." Hakim itu melepaskan kaca
mata. "Kita bahkan belum mulai apa-apa dan kalian berdua
sudah bertengkar di persidangan."
Francis kembali bersandar, tangannya menyilang di puncak
bangku, meremehkan beberapa ucapan terakhir Deb. Beberapa
kali ia merasa seakan dirinya yang disidangkan di sana.
"Saya tak akan menarik kembali jaminan tersebut." Hakim itu
menatap dengan tajam. "Terdakwa tidak kabur sebelum sidang
awal terdahulu, tak ada alasan memberikan sanksi padanya.
Sekarang bisa kita langsung saja ke pokok persoalan dan
menentukan tanggal persidangan jika kita akan mengulangi
semua ini lagi?"
Francis diam-diam memperhatikan Eileen Wallis, mengamati
cara ia menghadapi semua ini. Tetapi perhatian wanita itu
sedang beralih, ia merabai pegangan buku saku Coach-nya.
Dalam cahaya ruang sidang yang menyedihkan, kulitnya, yang
masih begitu lembut tanpa cacat di usia empat puluhannya, kini
mulai memperlihatkan bintik-bintik kecil, seperti vas yang
ditinggalkan terlalu lama di tungku pembakaran.
"Yang Mulia, kami ingin memulai seleksi juri tanggal 2
Desember, karena Thanksgiving dan Hanukkah berdekatan
tahun ini." Paul menganggukkan kepala, berusaha
memperlihatkan kesan sopan.
"Itu hampir tiga bulan!" protes Debbie A. "Kasus klien saya
telah menggantung selama dua puluh tahun. Ia berhak
memperoleh penjadwalan lebih cepat."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Itu persiapan yang terlalu lama, Tuan Raedo," ujar hakim,


mengenakan kacamata kembali. "Kenapa harus menunda?"
"Bu Hakim, kami yakin ada bukti di berkas kasus yang akan
memungkinkan kami membuktikan kesalahan Saudara Vega yang
tak diragukan lagi. Perkembangan teknologi DNA tak ragu lagi
akan menunjukkan bahwa Julian Vega membunuh Allison
Wallis."
"Jadi mana buktinya?!" Deb mengangkat tangan sebagai isyarat
olok-olok yang sudah begitu dikenal Francis. "Klien saya telah
berusaha meminta bukti tersebut sejak 1995!"
"Ya, apa yang terjadi?" Hakim itu menoleh pada Paul, mulai
tampak jengkel. "Mengapa bukti itu belum diberikan?"
"Yang Mulia, kami tidak naif. Kita semua tahu divisi fasilitas
kearsipan kita kekurangan dana dan kurang pegawai. Setiap
orang berusaha menambah kapasitas, bahkan jika Nona Aaron
ingin berpura-pura sebaliknya. Orang-orang keluar dari gudang
barang bukti di Queens dalam empat hari terakhir. Buktinya
ada di sana. Hanya salah taruh."
"Salah taruh!" Deb mengejek. "Salah taruh!" ia mengangkat
tangan lebih tinggi lagi, memastikan pihak media mengerti
maksudnya. "Yang Mulia, mengapa klien saya harus menanggung
akibat dari sesuatu yang menjadi kesalahan administrasi orang
lain? Kita anggap saja seperti itu. Kedengarannya seolah kita
mungkin harus meminta penuntut khusus untuk menyelidiki apa
yang terjadi di sini."
"Oh, ayolah." Hakim itu menggapai palu, bersiap memanggil
semua orang ke ruangannya. "Bisakah kita membahas satu
masalah saja saat ini?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis mengangguk, mafhum mengapa ia mengagumi Deb.


Siapa yang tak ingin diwakili oleh pengacara yang dapat
membuat setiap peristiwa menjadi alasan bagi sebuah Perang
Suci? Ia adalah salah seorang sosok perempuan kuat, cerdik,
dan tangguh. Setiap celah harus memiliki jawaban, setiap
tawaran permohonan adalah tohokan pribadi bagi integritasnya.
Sementara itu, Francis memanfaatkan momentum itu dari
perubahan suasana di kubu media. Ia melirik dan melihat Dov
Ashman membolak-balik buku
catatan, menggelengkan kepala, melihat bahwa Paul pernah
mengangkat masalah catatan hukuman Hoolian untuk
mengalihkan perhatian dari tiadanya bukti-bukti DNA.
"Ahhhh." Hakim Bronstein mengerutkan dahi, tak terbiasa
menjadi orang paling rasional di ruang sidangnya sendiri. "Aku
tak mengerti mengapa kalian berdua tidak mendiskusikan kasus
ini dulu sebelum membawanya ke ruang sidang. Tuan Raedo,
tidak bisakah kau hargai Saudara Vega atas waktu yang telah
terbuang darinya dan membiarkan hal-hal berlalu setelah dua
puluh tahun?"
"Yang Mulia, dengan segala hormat, Saudara Vega dengan jelas
menyatakan bahwa ia tak tertarik untuk membuat pengakuan
bersalah. Dan yang lebih penting lagi, keluarga Nona Wallis
hadir di sini hari ini." Paul berpaling, memberi isyarat pada Tom
dan Eileen dengan anggukan hormat. "Apapun sebutannya atas
penderitaan yang dijalani Saudara Vega, ia masih hidup. Tetapi
keluarga ini belum memperoleh kedamaian sejak 1983. Ini
tentang wanita muda dengan potensi tak terkira. Dan, Anda

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

boleh yakin bahwa ibunya tak akan duduk di barisan depan hari
ini jika ia merasa keadilan telah ditegakkan dengan memadai."
Francis melihat Eileen mulai memain-mainkan pegangan buku
sakunya dan mengeluarkan kertas kuning terlipat, penuh oleh
tulisan cakar ayam di kedua sisi.
"Jangan sekarang, Bu," gumam Tom, menggapai ibunya dan
berusaha membuatnya tetap tenang di kursi.
Hoolian menoleh untuk melihat langsung wanita itu, bibir
bawahnya sedikit mencuat. Francis membatin bahwa hal itu tak
bermakna apa-apa, banyak sosiopat pintar meniru emosi
manusia normal. Tetap saja, ia merasa terganggu. Berapa
banyak dari pria-pria itu yang benar-benar menunggu saat yang
tepat? Biasanya ketika dihadapkan pada keluarga korban,
mereka akan menatap ke kejauhan dan mengatakan omong
kosong tentang menemukan Tuhan dan menyadari kekuatan
pengampunan kekal.
"Cukup." Hakim mengambil pena. "Aku menjadwal sidang pada
17 Oktober. Tuan Raedo, Anda akan hadir atau tidak usah sama
sekali. Cukup banyak waktu untuk Anda mencari barang bukti
itu."
"Yang Mulia, ada kemungkinan masih ada saksi-saksi yang harus
dicari. Sudah hampir dua puluh tahun berlalu."
"Jika kau tak punya kasus untuk disidangkan tanggal 17, saya
akan mencabut dakwaan ini." Hakim itu menandatangani berkas
dan menyerahkannya pada petugas. "Ada lagi yang lain?"
"Tidak, Yang Mulia." Debbie A. mengangguk, sangat mengerti
untuk membiarkan segalanya berjalan begitu saja.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kasus berikutnya." Hakim itu mengetok-ngetokkan palu saat


terdakwa lain bersama pengacaranya beralih untuk
menggantikan tempat Hoolian dan Deb di meja pembela,
seperti pergantian dalam pertandingan hoki.
Apa yang bisa kau lakukan? Paul mengangkat telapak tangan
sementara Debbie A. menatap Francis yang cemberut,
mulutnya membentuk garis miring merah mungil. Aku tahu apa
yang kau lakukan, Bajingan. Tapi apa yang mereka berdua samasama tidak ketahui? Pengacara. Selalu menganggap mereka di
atas segalanya, tak pernah mengira akan terkena percikan
darah sungguhan pada setelan Donna Karan dan Armani
mereka. Merendahkan orang-orang kasar kaum pekerja dan
gelandangan penggerutu yang mesti membereskan segalanya.
Mengapa Francis masih peduli? Ia telah melakukan tugas,
memainkan perannya. Jika seseorang ingin menyebarkan
kotoran ke mana-mana dan menuduh ia sedikit melampaui
batas, biarkan mereka membuktikannya. Silakan. Seret ia ke
pengadilan lain kali. Ia akan menemukan satu cara untuk berdiri
tegak. Ia mengangguk pendek saat Hoolian keluar dari pintu
samping bersama Deb. Sampai nanti, companero.
Gemeresik kertas mengalihkan perhatiannya. "Tapi aku belum
membaca pernyataannya," protes Eileen, kertas kuning
gemetar di tangannya.
"Bukan waktunya, Bu." Dengan lembut Tom mengeluarkan
kertas itu.
"Kau akan memperoleh kesempatannya, Eileen," Francis
berusaha meyakinkan. "Kami akan pastikan hal itu."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Oh, Francis, ini orangnya." Wanita itu berpaling, akhirnya


mengenali, memperhatikan lelaki itu dari puncak kepalanya yang
membotak hingga perut. "Bagaimana kau bisa seperti ini!"
"Terjadi begitu saja." Ia tertawa.
Wanita itu mencengkeram pergelangan tangan Francis dan
dengan mengejutkan, meremasnya kuat-kuat. "Ingat apa yang
kaujanjikan padaku... "
"Percayalah, aku belum lupa."
"Kau bilang kau tak akan melupakan anakku. Kau harus
menemukannya untukku."
"Tapi-"
"Mereka mengubur gadis yang salah."
Sebelum Francis menemukan jawaban yang masuk akal, Tom
telah menggamit ibunya. "Terima kasih, Francis," katanya,
menuntun keluar dari bangku dan gang sementara media mulai
mengelilingi dan membuntuti mereka, seperti ikon religius di
festival jalanan Italia. "Kita akan terus kontak-kontak."
"Tolong keluar dengan tenang," demikian pengumuman petugas
pengadilan bersamaan dengan hilangnya mereka dari pandangan
mata Francis. "Sidang masih berlangsung."
BAGIAN III
KEHENINGAN SEBUAH BINTANG JATUH
Ada semacam kelengangan menggelisahkan di rumah tempat
para lelaki yang baru keluar dari penjara bisa menginap, satu
kegelisahan yang berhembus menembus dinding-dindingnya.
Orang cenderung memilih sisi ranjang paling tepi dan menonjol
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

oleh barang-barang berharga yang diam-diam disembunyikan di


bawahnya. Mesin-mesin dalam tabuh menjadi lebih bergema
dan patut diperhatikan. Sendawa keras tengah malam, buang
gas diam-diam, erangan melumpuhkan gara-gara mimpi buruk;
semua menjadi bagian dari atmosfer umum. Penggunaan kamar
mandi dapat menjadi sangat kompetitif dan dipolitisasi seperti
Dataran Tinggi Golan.
Pada 1 Oktober, Hoolian terjaga dan berbaring di sisi ranjang,
gelisah, menunggu berkas sinar matahari yang berkilau-kilau
bagai mutiara muncul di sudut kumal jendela berjeruji. Pukul
enam kurang seperempat jam, dengan hati-hati, ia menuruni
tangga tempat tidur bertingkat dan merayap melewati tiga
kawan sekamar yang tengah mendengkur dengan membawa
handuk di tangan. Dalam beberapa menit mereka akan berbaris
di koridor di luar kamar mandi, menggedor-gedor pintu dan
menyumpahi dirinya karena menghabiskan seluruh air panas.
Ia menutup pintu di belakangnya dan berpaling ke arah cahaya.
Sekali lagi, di sana tampak wajah ayahnya di cermin, di atas
wastafel, memarahinya. Kau bangga pada dirimu, bobo? Ia
menarik kaus lengan panjang dan memeriksa parut-parut gelap
panjang yang mengeras setelah bertahun-tahun di tulang
rusuknya. Dadanya tampak janggal, telanjang tanpa medali
Santo Christopher, dan belakang lehernya masih terasa
terbakar di tempat rantai itu diambil.
Pintu mulai terbuka dan dengan kasar pintu itu didorong hingga
menutup dengan tangannya yang terbalut.
"Yo, buka, Bung," terdengar suara erangan tergesa di sisi lain
pintu. "Sebentar."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ayolah, G. Aku tidak main-main. Sudah hampir meledak nih."


Ia menarik kausnya kembali dan membuka pintu. Si mulut besar
berambut gimbal yang dipanggil "Sapi," yang selalu berusaha
meyakinkan semua orang bahwa ia pernah menjadi penguasa di
sebuah wilayah pemukiman, melangkah masuk, dan segera saja
mengambil alih sebagian besar ruang di lantai.
Ia meraih tali celana olahraganya, merogoh sebentar ke dalam,
dan akhirnya mengeluarkan penisnya yang kecil.
"Kau tahu, aku sudah mengawasimu, Nak." Dengan santai ia
melirik dari bahunya sementara kencing ke dalam toilet,
wajahnya membulat, nyaris terlihat feminin seperti gadis-gadis
geisha yang terlalu matang.
"Yeah, kenapa?"
Sapi menyeringai melihat balutan di belakang tangan Hoolian.
"Kubilang, aku tahu apa yang kau lakukan, bertingkah sok jujur
seperti itu."
"Apa katamu, Bung?"
"Kau bukan yang seperti kau katakan."
"Bung, selesaikan saja urusanmu dan keluarlah dari sini."
Hoolian menyentakkan lengan kausnya untuk menutupi balutan
itu. "Aku sedang bersiap-siap kerja."
Ia baru akan mulai bekerja di toko swalayan, dan sudah
memutuskan untuk selalu menjadi orang pertama yang datang
tiap pagi di sana.
"Pengetahuan adalah sumber kekuatan." Sapi menarik ikat
pinggangnya dan berbalik dari toilet tanpa membilas.
"Terkutuk, kau tak tahu apa-apa tentangku."
Sapi memasang tubuhnya di pintu, menghalanginya. "Aku sudah
mengecek dirimu dari internet di perpustakaan, booyy. Aku
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tahu kau dihukum dua puluh tahun bukan karena masalah


narkotika."
"Kenapa kau tak urus saja dirimu sendiri?"
"Kau berbohong di setiap sesi terapi kelompok yang kau hadiri.
Kau bukan pemakai." Ia menggapai lengan baju Hoolian. "Biar
kulihat lenganmu. Aku yakin kau bahkan tak pernah memegang
jarum."
"Singkirkan tanganmu dariku." Hoolian mendorongnya. "Apa aku
minta kau untuk menyentuhku?"
"Yeah, aku tahu, kau bajingan penipu sejak pertama kulihat
matamu, G."
"Yeah!" Mendadak Hoolian mencengkeram kemeja lelaki besar
itu. "Yah, aku juga sudah memeriksa dirimu, pendejo. Dan,
kudengar kau bukan pengedar heroin kelas kakap. Kudengar kau
ditangkap karena menyodomi seorang gadis kecil. Kau ingin
kubeberkan hal itu di pertemuan kelompok berikutnya?"
Si Sapi berusaha tersenyum sementara air kencingnya
berputar keras di toilet.
"Mungkin lebih baik kita saling menghindari satu sama lain
untuk beberapa waktu." Dengan lembut ia menyentakkan
kemejanya dari cengkeraman Hoolian.
"Memang semestinya begitu, Brengsek." Hoolian menohok dada
si Sapi yang kendur keras-keras untuk memastikan ucapannya.
"Sekarang lebih baik kau main-main dengan orang lain saja. Aku
harus bersiap-siap bekerja."
17

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Pagi yang cerah," Francis menyeka bekas hujan dan


memperlihatkan lencananya pada petugas berseragam yang
menjaga pintu. "Bagaimana ceritanya, Johannesburg?"
"Ia masih di bak mandi." Petugas patroli itu tampak seperti
berumur dua belas tahun. Jerawat sekolah paroki, hidung
mencuat, mata gugup loper koran yang kepergok mengintip
jendela tetangga. "Mudah-mudahan perutmu kuat."
Francis menepuk perutnya saat petugas itu bergeser.
"Inspektur menginjak-injaknya bak trampolin."
Ia mencatat waktu kedatangan di buku kecil dan memeriksa
pintu untuk mengecek tanda-tanda pendobrakan paksa.
"Kurasa kau telah memeriksa gadis itu dengan baik,"
celetuknya santai. "Peri kapur tak mampir ke sini ya?"
"Siapa?"
"Salah seorang dari orang-orang tolol itu berpikir untuk
menarik garis di sekitar mayat itu."
"Aku tak menyentuh apa pun."
"Bagus. Bahaya mencampuradukkan seni murni dan patroli
keliling."
Ia mengangguk, menaruh buku catatannya kembali di saku, dan
memasukkan tangan ke saku depan, memastikan ia tak
menyentuh apa-apa. Harus ekstra hati-hati zaman sekarang
agar tidak menginjak barang bukti. Pelan-pelan. Tak usah
terburu-buru. Francis melangkah melewati serambi kecil dan
menuju ruang tamu bagai gajah terikat tali kencang.
Ia memeriksa ruangan, masih berusaha terbiasa untuk melihat
benda-benda yang dapat orang lain lihat dengan segera.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Apartemen yang pertama kali ditinggali saat dewasa. Salah


satu dari tempat sesak seharga 2.200 dolar sebulan di Upper
East Side tanpa penjaga gedung, pipa ledeng berusia tujuh
puluh tahun, dan pemandangan dari sebuah lubang udara. Ia
merasa denyut nadinya perlahan-lahan kian cepat, mesin
penghitung Geiger dalam tubuh yang mati saat pertama kali ia
masuk ke rumah korban. Sebuah pot tanaman paku tergantung
di bawah tirai Venesia. Sofa lapis biru gemuk dengan sehelai
kain terletak di ujung meja yang tertutup syal, dengan lampu
halogen berleher kurus menjulur di sisinya seperti seorang ibu
menoleh dari balik pundak sang putri. Ia pergi ke samping dan
melihat boneka beruang bersandar di bantal dengan celemek
perawat kuno dan topi Palang Merah.
Francis menyadari dirinya sebagai lelaki besar yang menyusuri
apartemen seorang wanita muda, kehadiran aroma pria yang
tak diinginkan seperti orang sinting di salon kecantikan. Jika
itu tempat tinggal putrinya, ia pasti akan dengan serta-merta
diusir keluar.
Dengan menggerakkan kepala ke segala arah yang telah
menjadi kebiasaannya, dengan cepat ia melihat rak buku kayu
pinus produksi IKEA di sisi kanan ruangan, rak-rak dipenuhi
CD, dan buku-buku yang diatur menurut ukuran. Tak pernah
tahu kapan seseorang akan memiliki buku Final Exit, manual
bunuh diri, dan-bum-kau telah menemukan motif dan
metodenya bahkan sebelum mayatnya ditemukan. Alih-alih
begitu, ia malah menemukan buku Angela's Ashes. Pride and
Prejudice. The Human Stain. Atonement. The Dispossessed.
Judul-judul lain tampak dibebani makin banyak makna
belakangan ini. The God of Small Things. Ia berhenti di judul
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

terakhir itu, tergelitik. Sesuatu yang dibutuhkan semua


detektif bagian pembunuhan tengah menatapnya. Dewa dari
saksi-saksi yang tak dapat dipercaya, uji mitokondria, pola
sebaran bercak, isi ponsel, pemindaian racun, kapas DNA,
detektor kebohongan, kotak peralatan sidik jari, logam pencari
jejak, tanda-tanda lebam, dan serat karpet. Mestinya ada
tempat pemujaan bagi Dewa Hal-hal Kecil di bagian
Pembunuhan. Tepat sebelum berpaling, ia melihat buku di
sebelahnya, Physician's Desk Reference; dan di sisi lain adalah
buku kumal berjudul The Illustrated Man.
Ia menoleh kembali ke arah boneka beruang berseragam
perawat itu, dan cahaya di ruangan tampak memburam. Ia tak
menghiraukan hal tersebut dan terus mencari-cari, tak melihat
tanda-tanda nyata perlawanan kasar. Kotak perangkat TV kabel
masih bertengger di atas pesawat TV Sony di sudut, dan. vas
bunga ramping dengan tulip merah tampak tak terganggu di
atas meja antik di ujung.
Francis berpaling ke kiri, penghitung Geiger dalam tubuhnya
berdetak makin cepat saat dirasakannya ia kian mendekat ke
arah mayat. Entah bagaimana ia sudah mengetahui sebelum
melihatnya bahwa jalan menuju dapur ada di hadapan. Apakah
ia pernah ke gedung ini sebelumnya? Dari jendela ia melihat,
pertama, kotak sereal berserat tinggi dan toples madu
berbentuk beruang. Tak bermakna apa-apa, ia membatin.
Banyak orang memiliki benda itu. Matanya bergerak menuju
mosaik sesak foto Polaroid di muka kulkas. Sekali lagi sambil
memperhatikan langkahnya, ia berputar ke samping pintu dan
masuk ke dalam untuk melihat lebih jelas.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak. Hampir empat puluh foto anak-anak. Dengan celah


di gigi, parut di mulut, jarum infus di lengan mereka, mulut
sumbing, penyangga leher, jahitan kupu-kupu, dan bantalan di
telinga mereka.
Tidak, korban ini bukan perawat atau dokter biasa. Tentu saja
tidak. Ia pasti seorang yang bekerja dengan anak-anak.
Duk. Ia menatap keran yang menetes, menahan dorongan untuk
mematikan keran sebelum diambil sidik jarinya.
Didengarnya suara pria ngobrol diam-diam di dekatnya, suara
pria yang bekerja di apartemen seorang wanita. Mereka
mungkin memperbaiki pendingin ruangan atau mengganti lampu.
Ia meninggalkan dapur dan pergi menuju kamar tidur.
Tirai menutup, tapi ranjangnya siap ditiduri, bantal-bantal
lembutnya gemuk ditepuki dan bertumpuk, sehelai selimut
tebal berbulu halus terlipat dua. Ia menoleh ke arah meja rias
kayu mapel dan jantungnya seakan meloncat saat melihat
pemain berkumis yang mengenakan topi Mets. Tetapi ia
kemudian menyadari itu hanya Mike Piazza, catcher top saat
ini, bukan Keith Hernandez, yang bermain di first base dua
puluh tahun lalu. Itu masih tak berarti apa-apa, ia
memperingatkan diri sendiri. Banyak gadis menonton
pertandingan olah raga zaman sekarang. Ia memeriksa fotofoto lain di meja itu. Di setiap foto selalu tampak gadis
bermata gelap lembut dengan rambut berwarna jerami.
Tampaknya ia penyuka berbagai kegiatan. Di satu foto, ia
bermain golf dengan sepasang orang tua, mungkin kakek dan
neneknya. Di foto lain, ia tengah melakukan putaran ice skates
di depan sorakan penonton. Sang korban, tentu. Wajahnya
menyiratkan semacam kepantasan dan sedikit berbau zaman
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Victoria yang membuat Francis berpikir tentang anting-anting


khusus berdebu yang
ditemukan di belakang laci seorang kerabat yang meninggal
dunia. Tetapi ada semacam sifat agresif di sana yang
menahannya dari kesan teramat murni dan suci, bentuk
mulutnya yang tegas, sikap suka bersaing dari dagunya yang
mencuat.
Lampu merah mesin penjawab telepon berkedip-kedip panik di
meja sebelah ranjang.
"Francis X.!" Sebuah suara menjerit dari kamar mandi. "Tak
ada keadilan, tak ada kedamaian, Sayang!"
"Jimmy Ryan, ceritakan padaku." Ia bergerak menuju ambang
pintu.
Rekan kerja lamanya, yang kini di bagian TKP, berlutut di
pinggiran bak mandi kuno dengan kaki berbentuk cakar, tikus
berkepala ikan trout yang mengenakan jaket olahraga tweed,
tengah mencari-cari petunjuk. Tiga puluh lima tahun di
Kepolisian, namun ia tak perlu memperlambat gerakannya garagara cacat terkutuk sepertinya. Bahkan setelah ia
memenangkan 6 juta dolar dari bermain lotre sepuluh tahun
lalu, Ryan tak ingin mendengar kata pensiun. Ia terlalu terbiasa
dengan suara dering telepon, mencari-cari santapan tengah
malam, buku catatan identitas, saat-saat di ruang pengajuan
para tersangka ketika saksi mulai menggigit-gigit bibir karena
gugup. Ia tahu, ia tak akan bisa beristirahat. Lelaki sepertinya
selalu bermain raket setiap Sabtu dan mulai melupakan namanama cucunya pada hari Kamis.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Seorang lelaki kulit hitam kurus dengan setelan pelaut berdiri


di sampingnya, dasi hitam diselipkan dengan elegan ke dalam
kemeja, tengah sibuk mengambil gambar dengan kamera.
"Rashid Ali, perkenalkan kawan barumu," kata Jimmy. "Francis
X. Loughlin. Detektif paling tajam kedua di Satuan Manhattan
North. Mestinya ia jadi nomor satu kalau saja aku tidak
kembali bertugas."
Pria kulit hitam itu menurunkan kamera dan berjabat tangan,
perasaan meremehkan menyelimuti Francis bagai lumut
Spanyol. Oh, ini lagi, pikir Francis. Silakan dimulai acara jilatmenjilatnya. Mata Rashid menatap terlalu lama pada emblem
bendera Amerika dan tiket terusan di kelepak mantel panjang
Francis. Tanpa tergesa ia memeriksa bungkusan itu, tahu
Francis akan menjadi pengawasnya.
"Apa kabar?" ujar Francis. "Kau dari gugus satu-sembilan?"
"Benar."
"Kawah candradimuka-ku dulu."
Sekarang giliran menyelidiki kencan butanya. Pria kulit hitam
berusia tiga puluhan, berotot dengan sudut-sudut tubuh yang
keras. Potongan janggut tipis, tulang pipi bak pahatan dalam,
bentuk badan huruf V. Bahkan cukuran rambutnya pun
bersudut, atau itu hanya susunan gigi?
"Bagaimana kau bekerja sama dengan sobatku, Gary Wahl?"
Francis bertanya tentang sersannya dulu.
"Kapten?" Rashid mengerutkan hidung, seolah-olah baru
mencium kotoran kucing. "Sedikit tak cocok di sana-sini. Kami
bisa menyelesaikannya."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Sudah kuduga aku akan dapat yang seperti ini. Francis


menggelengkan kepala. Dengan nama Muslim pula.
"Jadi, apa yang kita punya?"
Rashid bergeser ke samping, memberikan pemandangan jelas
pada Francis. "Terkutuk."
Ia harus mundur selangkah untuk menyerap segalanya dengan
jelas. Satu bola api yang angkara telah meledak di ubin di atas
bak mandi, alur ruwet darah menetes-netes ke celah dinding.
Bahkan setelah 25 tahun dalam pekerjaan ini dan mungkin
hampir mendekati lima ratus mayat, pembunuhan tak pernah
benar-benar kehilangan kekuatan biadabnya, kemampuan untuk
membuatnya terhina secara pribadi, yang berkata padanya
agar maju atau keluar dari situ. Ia memaksa diri untuk tak
terburu-buru, menyusun ulang semua fakta, mengambil napas,
membuang napas, berkonsentrasi.
Segalanya tampak beriak-riak membentuk lingkaran dari sana.
Gadis di bak mandi berpinggiran ombak-ombak itu terlihat
sedikit lebih kecil dan lebih gelap ketimbang fotonya. Ada
kelebat garis-garis cat mencolok mata yang membuat
rambutnya terlihat sedikit merah. Satu tangan terkulai lemas
di satu sisi, ujung jemari sedikit menyentuh bagian ujung cakar
bak mandi itu. Ia mungkin sedang bersantai setelah hari yang
panjang di pekerjaannya, hanya bak mandi itu kosong dan ia
hanya mengenakan bra hitam tanpa celana dalam. Lutut kirinya
tertekuk di hadapannya, seolah-olah ia sedang berpose untuk
kalender porno.
Francis mendesis saat separo berjongkok untuk memeriksa
lebih teliti kerusakan yang terjadi. Darah masih membasahi
lubang hidung yang menunjukkan bahwa ia belum lama tewas,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dan celah di bibir bawahnya menunjukkan bahwa ia telah


ditonjok dengan keras di mulutnya, minimal sekali.
Tenggorokannya digorok dua kali. Sekali tampak janggal,
seakan-akan pisaunya tersangkut, dan sekali lagi lebih dalam
usaha yang kedua,
menciptakan semprotan kabut halus hingga ke langit-langit.
Darah kental menggenang di sekitar tulang selangkanya.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Jimmy Ryan. "Si pembunuh
memulai dengan memukuli wajah lalu menggorok lehernya?"
"Aku tak tahu." Perlahan Francis mengangkat alis dan melihat
sejumput rambut berdarah dan sebagian isi otak di kaitan
handuk. "Kurasa mungkin ia membuat pingsan terlebih dulu,
dengan membenturkan kepala ke dinding. Jika gadis ini masih
sadar ketika dipukuli, tangannya mungkin akan lebih ke atas di
depan wajahnya. Siapa yang menelepon polisi?"
"Pengganti tugas jaganya di RS Mount Sinai," kata Rashid.
"Gadis ini seharusnya menggantikan salah seorang dokter pukul
enam sore kemarin. Ia tak muncul. Padahal ia tak pernah
terlambat. Jadi mereka langsung tahu ada sesuatu yang
terjadi. Mereka meninggalkan sekitar selusin pesan di mesin
penjawab di sini dan menyerantanya sekitar seratus kali. Pagi
tadi mereka menelepon apartemen ini dan pengelola
membolehkan mereka masuk."
Francis bangkit perlahan-lahan, seperti penyelam yang
berusaha tak terjangkit rasa mual akibat tekanan air. "Siapa
namanya?"
"Christine Rogers," kata Jimmy.
"Oke," sahut Francis.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia memutuskan untuk menangani kasus ini seperti kasus baru


lainnya untuk saat ini, tak terburu-buru mengambil kesimpulan.
Tabula rasa. Yang kuketahui adalah apa yang tak kuketahui.
Ia menoleh pada orang baru itu. "Pernah menangani kasus yang
mendapat liputan besar media sebelumnya?"
"Mengapa?" tanya Rashid. "Kau pikir ini akan lebih menjadi
berita besar daripada jika hal ini terjadi di perumahan
Edenwald di Bronx?"
"Apakah aku mendengar nada sinis?"
Rashid menyeringai.
Ya, kau lebih mengerti, Saudaraku. Kau tahu bahwa apa pun
yang kukatakan, itu tak diperhitungkan. Gadis kulit hitam
mungkin tak akan membuat walikota dan komisaris polisi
merasa perlu mengadakan konferensi pers tentang
pembunuhannya. Seorang gadis kulit hitam tak akan menjadi
topik utama berita lokal malam ini dan menjadi berita utama di
tabloid besok pagi. Seorang gadis kulit hitam tak akan
mendapat enam detektif yang sibuk cekcok tentang
kasusnya, meski sekali waktu si korban mirip dengan seseorang
yang mungkin saja tinggal di lingkungan tempat tinggal mereka,
bersekolah dengan anak mereka, mungkin bahkan pergi ke
gereja yang sama.
"Detektif Ali baru memperoleh lencananya bulan Januari," kata
Jimmy penuh arti sambil membungkuk keluar dari kamar mandi.
"Di mana kau bertugas sebelumnya?" tanya Francis.
"Bagian narkotika Brooklyn Utara." Rashid menjelaskan. "Kami
melakukan banyak operasi penyamaran-penangkapan. Beberapa
kasus yang kami tangani muncul di koran. Kami menangani gang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Blood Money Sex di Brownsville. Topik utama di Live at


Fivebersama Sue Simmons, mengisi halaman depan Daily News
esok harinya. Jadi, ya, aku tahu bagaimana berurusan dengan
media."
"Oke, aku hanya ingin memastikan bahwa kita sama-sama tak
akan membocorkan kasus ini," ujar Francis.
"Aku tak akan bicara pada siapa pun."
"Bagus." Francis kembali melirik tangan si gadis, kukunya
pendek dan tak dicat. "Kau tak akan menaruhnya di kantong
bukti?"
"Apa?"
"Kubilang, kau lebih baik taruh kantung di tangan gadis itu.
Tukar dan alihkan. Ia mungkin memiliki darah atau kulit si
penjahat di bawah kukunya."
Rashid mengeluarkan sepasang kantung Ziploc dari sakunya.
"Tolong, jangan plastik." Francis mengerutkan dahi. "Kertas.
Gunakan kantung kertas cokelat."
Rashid melotot padanya. "Mengapa kau harus bicara seperti itu
padaku?" "Seperti apa?"
"Seakan-akan aku sedang mengisi barang belanjaanmu."
Francis menengadah, matanya menemukan retak akibat
tekanan di langit-langit.
"Dengar," katanya. "Bukan merendahkan. Tapi kau harus
memberi si kulit ruang untuk bernapas. Jika tidak, barang
bukti itu akan membusuk."
"Aku tahu itu. Kau tak perlu menguliahiku."
"Yah, maaf, tapi hanya karena punyamu sebesar anggur dan
bisa pergi ke rumah bandar narkoba penuh oleh Tec 9 dengan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

perhiasan emas seharga lima ribu dolar, tak berarti kau


mengetahui segala sesuatu yang mesti diketahui tentang
menjalankan investigasi pembunuhan. Oke?"
Rashid menyilangkan tangan di depan dada, seperti penyanyi
rap yang berpose untuk sampul majalah, defensif dan tak
terjangkau. "Oh, sekarang aku jadi si keparatnya, ya?"
"Ya, Tuhan... "
Francis mendesah dan melihat mayat itu kembali, bak tua itu
tampak tumbuh membesar selagi menyimpan gadis itu.
Sekarang setelah matanya fokus, ia dapat melihat ada jejakjejak jelas darah lengket di bawah kuku-kukunya dan apa yang
tampak sebagai helai rambut kemerahan terlilit melingkari
buku jari, mungkin ditarik dari kepala penyerangnya. Jadi, ia
melawan, ternyata. Oke, pikirnya. Tertangkap kau. Aku tahu
dari mana asalmu.
"Jadi, apa lagi yang kau ingin kulakukan?" tanya Rashid tak
sabar dengan kameranya.
"Ikuti saja jejaknya. Periksa saluran dan pipa di sini dan di
dapur untuk mencari darah dan rambut. Jimmy akan
mengantongi sikat gigi di wastafel, siapa tahu kita
mendapatkan sesuatu dari helai sikatnya. Ambil rekaman mesin
penjawab telepon dan hubungi Unit Respons Bantuan Teknis
untuk membantu memperoleh catatan telepon. Cari siapa tahu
gadis itu punya ponsel. Periksa e-mail-nya. Lalu periksa alamat
ini untuk memeriksa jika ada mantan narapidana bersyarat
tinggal di gedung ini atau keluhan dari tetangganya."
"Mau sekalian kubawakan cucianmu di binatu sambil aku di
sana?"
"Apa?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak. Cuma bertanya-tanya apa yang akan kau lakukan selagi


aku mondar-mandir."
"Aku akan menghubungi kepala departemen agar ia tidak
membuat kita sinting, menanyakan kabar terbaru tiap lima
menit, lalu aku akan memeriksa jika ada rekaman di kamera
keamanan yang kulihat di lift."
"Tak ada." Rashid menggelengkan kepala. "Kosong. Itu kamera
plasebo. Aku sudah memeriksanya. Mudah ditebak."
"Hey, hey, sobatku, Rashid. Kau sudah jauh mendahuluiku."
Rashid mengusap pipi dan mengangkat kamera sekali lagi, tak
ingin terpancing untuk cekcok. "Terserah, Bung."
"Oke, kita selesaikan semua ini dan biarkan orang-orang TKP
mengurus bukti-bukti perkosaan." Francis mengambil buku
catatan kecilnya untuk membuat sketsa tata letak kamar
mandi. "Ingat, selalulah berpikiran terbuka. Tak ada yang tak
relevan. Siapa pun dapat melakukan apa saja."
"Hey, Francis!" panggil Jimmy dari ruang lain. "Kau mau aku
menembak kepalamu?"
Francis mengikuti arah suaranya, satu kaki di depan kaki lain,
jalan kecil di antara kedua ruangan yang berpotensi menyimpan
sesuatu. "Ada apa?"
Ia telah memeriksa seluruh ruangan dengan saksama, dan
kenyataan bahwa dirinya tak segera melihat Jimmy membuat
dadanya menegang. Apakah daya penglihatannya sudah
sedemikian memburuk? Berangsur-angsur matanya
menyesuaikan diri dan menemukan Jimmy di seberang ruangan
dengan carikan kertas di tangan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku mencari-cari di sini dan kulihat gadis ini memiliki meja


kecil di sebelah ranjang dengan laci dan kupikir, apa salahnya!"
Jimmy mengangkat bahu. "Mungkin ia punya buku harian atau
buku alamat dengan nama-nama yang berguna di dalamnya."
"Benar sekali," ujar Francis.
"Jadi aku mengacak-acak laci, dan kulihat ia menyimpan
setumpukan kliping koran di bawah beberapa barang lain. Dan
kupikir, itu aneh. Untuk seorang wanita, maksudku. Aku juga
suka meninggalkan koran di lantai kamar mandi, istriku sering
siap menelepon komandan... "
"Jimmy, bisa langsung ke pokok persoalannya saja?"
"Jadi aku melihat-lihat dan kau tahu apa yang kutemukan?"
Ia memegang salah satu klipnya dan Francis maju selangkah,
tak begitu percaya pada penglihatannya. "Kau main-main
denganku, Ryan?"
"Serasa deja vu, bukan, Francis?"
"Apa itu?" Rashid ikut masuk ke dalam kamar.
"Gadis itu mengumpulkan kisah dari koran tentang orang yang
Francis jebloskan ke penjara tahun 1983. Ia baru saja bebas
karena dakwaannya dicabut."
"Untuk tuduhan apa hukumannya itu?"
Francis menatap topik utama halaman-lima dari koran Post
yang diayun-ayunkan Jimmy di hadapannya.
"Membunuh dokter wanita."
Ia merasa seakan diguyur air es, seolah-olah tengkoraknya
lepas dari kepala.
Apa yang dimaksud mereka dengan deja vu itu? Hanya
gangguan mental sekejap, satu lompatan dari rentetan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

peristiwa, pengalihan alur informasi dari simpanan ingatan


jangka pendek ke ingatan jangka panjang, sehingga itu terlihat
seolah pernah terjadi. Ia merogoh saku untuk mengambil
pulpen dan membuat catatan, kemudian tersadar ia sudah
memegangnya.
"Kau tak apa-apa, Francis?" Jimmy melirik. "Kau tampak sedikit
pucat."
"Aku tak apa-apa." Ia meng-klik pulpennya. "Tapi, Jimmy,
tolong aku satu hal."
"Apa?"
"Lain kali jika kau tanya apakah aku ingin kepalaku ditembak,
tunggu hingga aku menjawab ya, oke?"
Eileen sedang berusaha memakaikan baju yang serasi dengan
sweter korduroi untuk sekolah pada para cucu saat Tom masuk
ke kamar.
"Ada apa ini?" ia menaruh kopinya dengan keletihan seorang
pria yang menunggu hingga berusia 46 tahun untuk memberikan
seorang cucu pada ibunya. "Aku sudah menyiapkan pakaian
untuk mereka."
"Mereka ingin yang ini. Mereka bilang ingin terlihat mirip hari
ini."
"Oops, I did it again!" anak-anak itu mulai melompat-lompat di
atas tempat tidur. "Sejak kapan?"
"Mereka sedang dalam masanya saja," ujar Eileen, berusaha
membuat Stacy, yang paling tua, duduk diam untuk disikat
rambutnya. "Adikmu sama seperti ini saat seusia mereka.
Selalu ingin mengenakan apa yang kupakai."
"Baik sekali Ibu berpikir seperti itu," gumam Tom. "Hey, apa
yang terjadi pada bibir Ibu?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku membentur cermin kamar mandi." Eileen menyentuh


tanda di bawah hidungnya. "Jangan menua. Tak ada
keuntungannya sama sekali."
Tom masih menatap luka itu ketika Stacy menjatuhkan diri di
pangkuan dan memeluknya. Tentu saja, adiknya lalu ikut-ikutan,
bersaing minta dipangku. Dikelilingi wanita-wanita yang
membutuhkan, putranya itu memiliki hidup yang lengkap.
Segalanya lebih mudah buat seorang ayah. Anak perempuan tak
pernah menghargai ibunya lewat cara yang sama. Mereka selalu
bertengkar, ada rasa tak suka menggumpal, rasa cemburu
membara. Eileen teringat betapa kulitnya pecah-pecah ketika
ia mengandung Allison, dan ibunya sendiri, yang tak punya hati
lembut, berkata bahwa ia pasti mengandung anak perempuan.
"Anak wanita selalu mencuri kecantikan ibunya."
"Mengapa Ibu bangun pagi-pagi sekali?" tanyanya, melirik ke
arah jam Little Mermaid. "Aku tak mendengar Ibu ke atas saat
aku di dapur, membuat kopi."
"Aku sudah di sini. Stacy memanggil malam-malam. Aku tak
tahu bagaimana kalian berdua tetap bisa nyenyak tidur."
"Ibu dengar dari bawah?"
"Aku tak bisa tidur. Satu lagi efek samping menyenangkan dari
kombinasi obat-obat yang kuminum."
Ia membuat putranya takut lagi. Eileen dapat merasakan dari
caranya mengabaikan anak-anak dan berkonsentrasi
mengancingkan mansetnya.
"Mungkin Ibu cukup pelan-pelan saja," katanya. "Kadang hal-hal
seperti ini butuh penyesuaian."
"Aku tak keberatan bangun sedikit lebih pagi."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tom menyentuh alisnya, sedikit bingung. Tak pelak lagi ia


berpikir, Ibu kembali berpura-pura. Harus mulai mengawasinya.
Jaga agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Jaga agar
wanita sinting ini tetap di basement.
"Di mana Jen?" Ia mencari-cari. "Kupikir ia sudah bangun."
"Ia bilang lagi-lagi badannya terasa tak enak."
Tom tampak menerima penjelasannya dengan senyum datar.
Tom yang malang. Setelah semua peristiwa dalam hidupnya, ia
mungkin berharap akhirnya mendapatkan seorang perempuan
yang benar-benar baik dan pintar mengurus rumah tangga
tanpa cela, dan bukan perempuan memusingkan dengan perilaku
tak beres.
"Aku harus bersiap-siap." Ia menyentakkan ujung dasi. "Aku
akan mengantar anak-anak ke sekolah sebelum pergi ke
Morristown. Biarkan mereka memakai pakaian yang mereka
inginkan."
19
Pintu otomatis mengayun terbuka dan Hoolian melangkah
menuju Met Foods, ia merasakan desiran dingin rasa takut,
setengah berandai-andai bahwa Lydia, kasir jelita yang selalu
tersenyum padanya, dengan anting-anting sebesar borgol
berkedip-kedip dalam pendar cahaya toko, mendadak menunjuk
dengan kukunya yang panjang melengkung dan dicat perak
dengan ketakutan dan mulai menjerit, "Asesino! Asesino!"
Pembunuh.
Alih-alih demikian, gadis itu hanya melambai dan kembali ke
belakang untuk membantu rekannya yang bertugas
membungkus belanjaan, menghitung kembalian, sen demi sen.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian pergi ke mesin absen untuk melubangi kartunya. Di


sebelah pengumuman berisi lowongan pekerjaan terpasang
kalender yang ia pelototi setiap hari sejak manajer toko setuju
memberinya kesempatan kerja paruh waktu. Hidupnya kini
berkutat di seputar angka-angka. Enam belas hari sejak
tanggal sidang terakhir. Enam belas hari lagi sampai tanggal
sidang berikutnya. Sepuluh hari sejak ia mengisi lamaran di
sini, menjawab 'tidak' pada kolom pertanyaan apakah ia pernah
melakukan tindak kejahatan. Itu bukan kebohongan, katanya
pada diri sendiri, dakwaan telah "dibekukan." Dua puluh empat
hari lagi sampai ia masuk serikat, yang akan membuat dirinya
lebih sulit dipecat.
Setiap hari adalah perjuangan. Ya, terkadang ada buncah
kesenangan. Aroma perubahan musim, kuning matahari yang
menyusut, kerah naik, garis hem turun, lagu penutup radio
akhir musim panas mengalun di belakang jendela mobil yang
tertutup, anjing-anjing kecil mengenakan sweter di jalanan,
potongan-potongan kaset berkilauan yang misterius
bergelantungan di dahan pohon seperti kertas perak pohon
Natal. Tetapi di setiap peristiwa itu, selalu ada tanda-tanda
tak terbaca, salah paham menakutkan, saat-saat semburan
amarah dan akibat tak disengaja, lubang-lubang hitam dalam
yang memaksanya untuk menelan. Semuanya sama sekali tak
sama, untuk berada di luar, seperti yang ia duga sebelumnya.
Semut-semut tak pernah berhenti merayapi kulitnya. Ia
menyentuh tengkuk, masih merasakan bekas kalung yang
direnggut.
"Yo, Jools, aku perlu bicara denganmu. Segera."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia tersentak dan berputar, menemukan Angel, sang manajer


toko, yang mengawasinya dari bilik yang ditinggikan, tempat ia
menghabiskan sebagian besar waktu untuk mengawasi kerajaan
ritel sepuluh lorongnya, ditambah hasil bumi dan kios makanan.
"Quepasa? " Hoolian menguatkan diri.
"Ayo jalan-jalan sebentar bersamaku, amigo." Angel mengambil
langkah-langkah kecil. "Orang lain tak perlu mendengar ini."
Ia menggamit lengan Hoolian dan menariknya menuju ruangan
kecil sunyi di dekat tangga basement. Hoolian meraba pisau
Leatherman barunya yang ia bawa-bawa di saku, berharap ini
bukan sebuah pemecatan kasar yang setengah ia duga akan
terjadi. Ia benar-benar ingin dihargai oleh lelaki kecil rewel
ini, yang banyak mengingatkan kepada ayahnya dengan kemeja
putih licin dan dasi. Betapa ia merasa sangat bersalah setelah
wawancara pertama, ketika mengatakan keluarga mereka samasama berasal dari kota sebelah dekat San Juan namun tak
menyebutkan dirinya baru keluar dari penjara.
Sejak saat itu, ia telah menunggu-nunggu untuk dipecatseperti ini. Tentu saja, mestinya ia yang melakukan inisiatif,
sadar bahwa namanya dapat muncul di koran kapan saja. Setiap
hari, ia berkata pada dirinya sendiri, ia akan pergi ke kantor
Angel saat waktu pulang dan mengaku, tetapi setiap malam pula
ia selalu mendapatkan alasan lain untuk menunda. Itu bukan
salahku, demikian ia membatin. Itu adalah tanggung jawab
Angel. Mestinya, Angel sudah tahu siapa dirinya dari semua
pemberitaan itu; lelaki itu mestinya memeriksa riwayat
hidupnya lebih teliti.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa aku melakukan suatu kesalahan?" dengan gugup ia


menggosok-gosokkan ibu jarinya ke permukaan halus pisau yang
melipat.
uQue mosca te ha picado?" Memangnya ada yang bilang begitu?
"Tidak, hanya..."
Ia tersadar dirinya berkedut-kedut dan mengerjap-ngerjapkan
mata. Tak tahu bagaimana cara mengunci lutut, menetapkan
mata, atau melemaskan bahu.
"Sepertinya posisi itu akan terbuka minggu depan di kios
makanan." Angel menurunkan suaranya menjadi bisikan
berkomplot. "Masih tertarik memperoleh bonus ekstra?"
"Oh." Tangannya keluar dari saku. "Ada apa dengan Charlie?"
"Aku memergoki Charlie tidur di gudang saat ia mestinya
membersihkan pemotong daging. Sepertinya anak itu suka
mengonsumsi obat."
"Ya, tapi aku belum siap mengambil posisi itu. Aku baru masuk."
(
"Ah, jangan seperti itu." Ia menepuk pundak Hoolian. "Aku
sudah mengawasimu, hombre. Aku melihatmu menunggu di
gerbang ketika aku datang untuk membuka toko setiap pagi.
Kau selalu membersihkan lorong seperti yang kuperintahkan.
Kau selalu melakukan tugasmu dengan baik... "
Suara Angel menggantung dan Hoolian menyadari manajer itu
tengah menatap pisau yang ia keluarkan dari saku tanpa sadar.
"Untuk apa itu, bro?"
"Aku bermaksud ke bawah untuk membuka beberapa kardus,"
jelasnya tanpa dosa.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Memang hebat, kau, Kawan. Itu maksudku! Jangan membuatku


menghalangimu." Angel menyeringai. "Kau memang binatang,
amigo. Seandainya aku punya seratus pegawai sepertimu."
20
"Mengapa mereka melakukan itu? Ia begitu baik."
Perawat RS Mount Sinai, gadis bernama Tracy Mercado yang
berkulit gelap, senyum lebar, dan rambut panjang dicat pirang,
menangis. Air mata yang tampak hangat mencoreng riasan
wajahnya, berjatuhan setelah menempati sudut mata beberapa
lama. Francis melemparkan pandangan hati-hati pada Rashid,
memperingatkannya agar tak terlalu dekat atau melontarkan
ucapan menghibur yang keliru. Membuka sumbat kesedihan
memerlukan kesempatan untuk bernapas.
"Tracy, kami harus menanyakan beberapa hal padamu," ujar
Francis setelah jeda sejenak. "Kapan terakhir kali kau bertemu
Christine?"
"Aku tak tahu." Ia tercekik, berusaha menguasai diri. "Kurasa
kemarin lusa. Ia baru saja bekerja dua belas jam tiga hari
berturut-turut. Aku memperingatkannya agar jangan terlalu
memforsir diri. Ia bermaksud pulang ke rumah dan tidur."
Francis menggelengkan kepala pada Rashid. Gadis ini tak akan
membantu dalam penentuan waktu kematian.
"Apakah ia menyebut-nyebut soal kedatangan seseorang?
Seorang pacar mungkin?"
"Tidak, ia tak sedang berkencan dengan siapa pun, sejauh yang
kutahu." Perawat itu mengusap sudut mata dengan jarinya.
"Apa kau tahu pasti?"
"Apakah aku tahu! Ya, aku tahu. Aku sobatnya yang terdekat."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Sunset Park. Francis mengenali aksennya. Seorang gadis dari


pinggir kota. Ia bisa membayangkan gadis ini bangun pagi-pagi
untuk naik kereta N kala orang lain masih terlelap.
"Aku agak terkejut, kau mengaku sobatnya yang terbaik."
Rashid memiringkan kepala ke satu sisi. "Kukira, dokter dan
staf perawat tak biasanya bersahabat di rumah sakit seperti
ini."
"Ow, Christine tidak berlagak seperti itu," Tracy mendengus.
"Maksudku, ia dari East Armpit, Wisconsin, tapi ia orang
rumahan. Mengerti maksudku? Ia selalu bergurau bersama
staf dokter, membaca katalog Kohl di ruang istirahat dan
bercanda tentang acara Ricki Lake Show bersama kami."
"Ia punya masalah dengan seseorang di sini?" tanya Francis.
"Petugas keamanan rumah sakit? Staf? Pasien?"
"Oh, ia tidak takut beradu pendapat dengan orang lain jika
perlu. Ia akan bicara terus terang jika seseorang melontarkan
omong kosong. Perusahaan asuransi, administrator rumah sakit,
kardiolog. Ia mencela staf senior yang tak cukup cermat
melakukan pemeriksaan. Dan, para orang tua yang anaknya
terkena AIDS? Lupakan. Jika mereka mulai melewatkan sesi
pertemuan demi pesta koktil, ia akan memarahi mereka. Ia
akan menginterogasi mereka, menelepon siang dan malam,
berteriak di telepon, 'Kalian ini kenapa? Tidakkah kalian tahu
apa yang akan terjadi?' Aku pernah melihatnya mengenakan
mantel setelah selesai tugas jaga dan langsung pergi menuju
sebuah apartemen di perumahan Schomburg. Sang Juara
Sepatu Luncur. Mengetuk tepat di pintu orang-orang ini dan
menyeret anaknya ke sini sendiri untuk memastikan ia
memperoleh protease inhibitors."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ia pernah mendapat masalah karena hal seperti itu?"


"Tidak, mereka tahu ia benar."
Francis mengedipkan mata pada Rashid, sadar mereka butuh
bantuan dari detektif lain untuk meminta catatan Ruang Gawat
Darurat. Akan butuh waktu berhari-hari untuk menyisir semua
data, memastikan mereka mendapatkan nama-nama orang tua
pasien yang mungkin pernah bertengkar dengannya.
"Tracy, ada hal lain yang ingin kami tanyakan padamu." Francis
merendahkan suaranya. "Dan, kami sangat mengharapkan
kebijaksanaanmu untuk menjaga kerahasiaan, karena jika hal
ini sampai pada media, akan benar-benar menghancurkan
investigasi kami."
"Oke, aku mengerti." Tracy membungkukkan bahu, matanya
menyapu Francis dan Rashid. "Silakan."
"Kami menemukan sejumlah artikel di laci sebuah meja yang
dikumpulkan Christine mengenai sebuah kasus lama... "
Tracy mulai mengangguk-angguk sebelum kalimat Francis
selesai.
"Ya, ya....tentang gadis dokter di Bellevue, sekitar dua puluh
tahun yang lalu."
"Sebentar, kau sudah tahu tentang hal ini?" ujar Rashid.
"Tahu tentang ini?" Tracy menaruh tangan di pinggul. "Ia tak
pernah berhenti membicarakan hal itu. Ia terobsesi dengan
kasus brengsek itu."
"Kita bicara tentang Allison Wallis, bukan?" tanya Francis,
memastikan ia tak menyuapkan kalimat padanya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, benar. Allison. Siapa pun namanya. Yang namanya muncul


dalam satu artikel beberapa minggu lalu. Dengan seorang lelaki
yang baru keluar penjara dan mengatakan ia tidak bersalah."
Francis berusaha melirik pada Rashid, tapi jaraknya tak cukup
untuk itu.
"Mengapa ia terobsesi kasus itu?" ia mulai mencatat dengan
tulisan tangan, berusaha mencatat jawaban seakurat mungkin.
Bisa ia bayangkan Debbie A. memukulinya karena melangkah
terlalu cepat ke arah ini. Pernahkah kau mempertimbangkan
tentang kemungkinan lain, Detektif?
"Ya, tak lama setelah mereka memuat artikel itu di koran, kami
langsung membahasnya, dan mengedarkan ke semua orang,"
kata Tracy. "Maksudku, korban adalah gadis seumuran kami,
bekerja di Instalasi Gawat Darurat bersama anak-anak.
Bahkan meski hal itu sudah dua puluh tahun berlalu, kau masih
berpikir, mi dios, itu bisa terjadi padaku. Christine tak mau
melepaskannya begitu saja."
"Maksudmu?" tanya Francis.
"Ia terus bicara tentang kejadian itu. Aku melihatnya
menggunting berita itu dari koran, tentang apakah mereka
akan membebaskan anak itu atau menjebloskannya kembali ke
penjara. Christine bilang, 'Bedebah, bagaimana jika ia tak ada
hubungannya dengan semua itu? Bagaimana kalau ia dipenjara
selama dua puluh tahun padahal sebenarnya ia tak bersalah?"
Francis merasa mendengar letupan kecil di dalam gendang
telinga selagi ia berpaling pada Rashid. Kolega baru itu ada
tepat di sampingnya, langkah demi langkah.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau tahu mengapa ia begitu tertarik?" tanya Francis acuh tak


acuh.
"Tidak. Aku hanya berkata, que pasa, Sobat? Kau kencan
dengan lelaki itu atau bagaimana?"
"Apa ia kencan dengannya?" tanya Rashid, mengantisipasi
pertanyaan Francis.
"Tidak." Gadis itu mulai mengusir gagasan tersebut dan
tersadar sendiri. "Ya, setidaknya dari yang kudengar. Itu
hanya sesuatu yang ia bicarakan. Sejauh yang kutahu."
Tracy menatap ke arah pintu dengan lirikan ganjil, seakan-akan
baru menemukan perangkat tambahan asing untuk sebuah
perkakas rumah tangga kuno.
"Ada apa?" tanya Francis.
"Bukan apa-apa. Di sini Instalasi Gawat Darurat di kota besar.
Orang keluar masuk setiap waktu, dengan tugas jaga gilagilaan. Mereka merayap melintasi perbatasan Meksiko atau
turun dari pesawat dari Afrika, dengan penyakit-penyakit yang
belum pernah kau dengar. Mata berubah hijau, cacing
bermunculan dari lubang pantat. Kadang-kadang rasanya
seperti dalam film horor. Lalu ada pria-pria dari pusat
rehabilitasi di dekat sini, berusaha masuk dan mencuri obat... "
"Lalu?"
"Maksudku, Christine itu jenis orang yang lunak pada mereka
yang berasal dari lingkungan ini. Aku biasanya bilang, 'Hey,
hentikan itu. Kau mendorong orang-orang kacau itu untuk
mengejar-ngejarmu."'
"Pernah terjadi sesuatu yang buruk gara-gara hal itu?" tanya
Rashid.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak, sih... Kecuali suatu hari, ia memintaku untuk mengantar


ke daerah tempat tinggalnya. Dan ia terus-menerus menoleh ke
belakarlg seakan-akan seseorang tengah mengikutinya."
"Ia bilang siapa yang mungkin mengikutinya?" tanya Francis,
masih berusaha tak terburu-buru mengambil kesimpulan tak
beralasan.
"Tidak. Tapi, ini New York. Banyak orang sinting di luar sana."
21
Esok paginya, gerombolan wartawan telah beranjak pergi dan
Eileen memutuskan bahwa kini telah aman untuk kembali ke
East Side.
Seonggok kantung sampah hitam besar tergeletak di kaleng
sampah penyok di luar apartemen Christine, secarik kecil pita
kuning TKP yang terbelit menyembul keluar di atasnya,
dipenuhi cangkir-cangkir kopi bekas, mungkin sisa para
reporter dan juru kamera yang berada di sana kemarin.
Seseorang telah merangkai tanda peringatan di salah satu
pohon. Sebatang lilin merah meneteskan lelehan di sebelah
pagar hitam pendek yang dimaksudkan untuk mengusir anjing.
Dafodil, anyelir, dan mawar tergeletak dalam bongkahan di
atas trotoar, masih terbungkus kertas kaca dari toko Korea di
sekitar situ yang masih ditempeli label harga. Ada foto
Polaroid buram sosok Christine, dari arah kiri, bukan sisi
terbaiknya, pikir Eileen, terlalu memperlihatkan gigi dan
gusinya, tersenyum selagi memegangi salah satu pasiennya,
seorang gadis kecil berkulit hitam berpipi montok dengan
jarum infus besar di belakang lengannya dan kilat bintik merah
di matanya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Untuk Dr. C," bunyi tulisan cakar ayam seorang anak di kartu
delapan kali tiga belas sentimeter di sebelahnya. "Aku tahu
kini kau berada bersama malaikat. Sampai jumpa. Cinta,
Adelina."
Eileen menoleh ke sekeliling, menemukan setidaknya ada dua
lusin foto dan pesan persis seperti itu, mungkin lebih banyak
dari yang Allison peroleh. Tampaknya jumlah karangan bunga
hampir sama banyak, namun ia tak tahu pasti: ia datang
terlambat ke sini dan selalu ada orang-orang jahat di dekat
sana yang mencurinya.
Tak lama lagi sebagian besar pelayat akan segera
melupakannya. Mereka akan kembali meneruskan kehidupan,
drama dan krisisnya, rencana diet dan lotrenya, gila-gilaan
dengan aktivitas rahasianya. Hingga akhirnya yang berduka
hanyalah ibu si gadis. Orang lain akan berkata, mereka
mengerti, memperlihatkan sikap pengertian yang selayaknya
dan mengucapkan perkataan yang tepat di pemakaman, bahkan
mungkin mampir ke rumah beberapa kali dan mendengarkan
beberapa lama. Tetapi pandangan mereka kemudian mulai
melayang-layang. Senyum hangat yang kemudian muncul terlalu
cepat, tepukan di tangan yang terasa terlalu bersemangat, dan
pandangan mereka pun mulai melirik ke arah jam. Dan akhirnya
pertanyaan tak terucapkan menggantung di udara: Belum
selesaikah kau berduka? Bukan karena kebanyakan orang tidak
sabar dan kejam, tetapi karena mereka khawatir terlampau
dekat. Mereka tak ingin mengalami apa yang kau alami.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia mengambil tisu dari buku catatan dan mengusap kaca mata


hitamnya. Jangan biarkan mereka tahu. Mereka tak akan
mengerti. Ini bukan urusan mereka.
Tetapi ia kemudian menoleh ke arah foto Christine bersama
gadis kecil bermata merah itu, dan ia pun ambruk di trotoar,
sambil burung-burung bernyanyi riang di pepohonan.
Anak-anak berlalu melewatinya menuju sekolah dan menyentak
lengan orang tua mereka sambil bertanya, Kenapa wanita itu?
Napasnya terengah-engah. Tak seharusnya hal ini terjadi lagi.
Sejarah tak mungkin berulang. Perasaan menyakitkan ini tak
mungkin muncul untuk kedua kali dalam satu kali jatah
hidupnya. Semua ini terlalu berat bagi pikirannya. Ia tak
diciptakan untuk kuat menghadapi. Kini ia tak yakin apakah ia
patut mendapatkannya.
Eileen merasa dirinya diawasi, sepasang mata menghujam
punggungnya. Ia berbalik dan menghapus air mata yang
mengaburkan pandangan, tepat saat sebuah taksi kuning melaju
berlalu, dengan seorang gadis berambut merah menatapnya
dari balik jendela.
22
Dengan lenyapnya penglihatan perifer, Francis belajar
menduga-duga keberadaan benda-benda secara tak langsung.
Karena itu ketika berjalan ke Seksi 19 pagi itu, ia bahkan
sudah mengetahui keluarga korban telah tiba sebelum
melihatnya. Detektif lain di satuan itu mondar-mandir terlalu
tergesa-gesa untuk waktu sepagi itu, berbicara terlalu sopan di
telepon, dan terlalu berhati-hati mengerjakan berkasberkasnya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Akhirnya, ia melihat dua orang tua berwajah pucat ketakutan


duduk di meja Rashid.
"Detektif Loughlin, ini Pak dan Nyonya Rogers," ujar Rashid
memperkenalkan, dengan sikap resmi. "Mereka datang langsung
dari La Guardia."
"Saya ikut berduka cita," ujar Francis, terkejut karena
mengenali mereka sebagai pasangan berusia tujuh puluhan dari
foto-foto golf Christine. "Saya juga memiliki putri."
Yang pria, mengenakan kemeja flanel dan kacamata tebal,
dengan kikuk dan canggung meloncat seakan-akan ia disalami
kerabat yang telah lama meninggal. "Roy Rogers. Saya pernah
di kepolisian dulu. Tiga puluh tiga tahun, patroli jalan tol
Wisconsin."
Sebuah jabat tangan kebapakan sambil menyebut nama bintang
koboi. Seolah-olah Francis memerlukan dorongan semangat
untuk menangani kasus ini dengan
serius. Ia telah bekerja hingga pukul satu pagi, mondar-mandir
dengan tergesa-gesa dari sini ke kantor pusat di tengah kota,
mengoordinasikan enam detektif lain yang terlibat, melayani
telepon, memantau bersama tim forensik, menyelidiki buku
alamat dan isi komputer Christine, mewawancarai sebanyak
mungkin rekan kerja dan pasiennya saat mereka punya waktu
lowong, dan berusaha mengabaikan telepon dari para bos yang
setiap jam meminta kabar terbaru untuk diteruskan ke kepala
kepolisian.
Saat waktu pulang tiba, tubuhnya begitu letih hingga tak dapat
tidur. Ia membuat dirinya sendiri dan Patti sinting dengan
tingkahnya yang terus membolak-balikkan badan. Kemudian,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tentu saja, telepon pukul enam pagi dari kawan lama, Jerry
Cronin, yang kini menjadi kepala detektif Manhattan, yang
memberitahunya bahwa pembunuhan itu telah menjadi halaman
utama tabloid. Plus, desas-desus dari atas menyebutkan bahwa
City Hall, kantor walikota, akan memantau perkembangan
investigasinya langkah demi langkah, dan walikota secara
pribadi ikut melibatkan diri membayari tiket pesawat bagi
orang tua korban, lengkap dengan kamar hotelnya.
"Kurasa Anda tak mengira kami begitu tua." Sang ayah kembali
bersandar di kursi, ia melayangkan pandangan khawatir pada
Rashid, yang mengatakan pada Francis bahwa mereka bertiga
belum menciptakan ikatan yang hangat sebelum dirinya tiba di
sini.
"Sama sekali tak terlintas di kepala saya."
Francis mengawasi sang ibu yang terus-menerus merokok di
jendela terbuka. Ia memiliki wajah merosot turun khas wanita
yang menghabiskan sepanjang hidupnya menunggu untuk
dikecewakan. Tanpa melihat pun ia tahu berkas di pangkuannya
pasti dipenuhi hal-hal yang ia kumpulkan sepanjang malamgambar krayon semasa TK, kertas laporan kelas empat, Piagam
Penghargaan Nasional, foto-foto Polaroid wisuda SMA, surat
penerimaan dari kampus, surat panggilan, kopi ijazah
kedokteran, kartu ucapan-singkatnya, apa pun yang
menegaskan fakta-fakta bahwa korban adalah seseorang yang
berarti, musibah telah terjadi, dan kini sebuah lubang
menganga di alam semesta.
Francis tersentuh, karena ia selalu berada di pihak orang tua
dari anak-anak yang tewas, namun ia juga menyadari Nyonya
Rogers sama sekali tak mirip anak perempuannya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Christine adalah keajaiban kami," sang ayah berkata, seakan


turut merasakan kebingungan itu. "Kami berdoa memintanya.
Kami telah berusaha bertahun-tahun, sebelum obat-obat
penumbuh kesuburan dan pengobatan lain berkembang. Kami
hanya berharap dan Tuhan memberkati kami dan mengizinkan
biro adopsi membelokkan peraturan saat kami telah mencapai
usia empat puluhan."
"Kawan-kawan kami dulu menyebut kami Abraham dan Sarah."
Sang istri menggunakan rokok yang hampir habis untuk
menyalakan yang baru. "Dan kini kami tak punya apa-apa."
Suaminya meraih tangannya dan meremas, seolah-olah ia baru
saja ditindik.
"Tak ada putra lain?" tanya Francis, menoleh ke arah Rashid
untuk memastikan ia mencatat.
"Tidak, tak ada lagi." Sang istri memijit-mijit puntung
rokoknya di bingkai jendela. "Dua keponakan di California yang
hampir tak kami kenal. Itu saja. Setelah kami meninggal, tak
ada lagi yang tersisa."
"Sungguh menyedihkan." Roy Rogers menggeleng-gelengkan
kepala. "Pagi ini di pesawat, aku melirik Ruthie, aku bilang,
'Sayang, kuharap begitu usia kita mulai senja, kita menjelang
kematian dengan cepat karena tak ada orang lain yang bisa
menjaga kita dari kemungkinan keluyuran di jalanan.'"
Francis mengibas-ibaskan asap rokok yang tertiup kembali ke
dalam ruangan, merasa sedikit tersentuh oleh bayangan dirinya
sendiri yang keluyuran di jalanan belakangan ini.
"Begini, saya mengerti betapa sulitnya keadaan ini..."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tapi Anda harus cepat mengatasi situasi ini." sang ayah


mengangguk sedikit terlalu kuat, ingin berpegang pada ilusi
kejantanan lelaki. "Tentu saja."
"Kami memohon padanya agar tak pindah ke sini," sela sang ibu.
"Tapi ia selalu harus mencari-cari masalah."
"Saya kurang mengerti maksud ucapan Anda," kata Francis.
"Ia suka mencampuradukkan segalanya," jelas Roy Rogers.
"Selalu begitu. Ia suka mengendarai mobil patroli saya dan
menyalakan sirenenya ketika kecil."
Ia memperlihatkan foto Christine saat berusia sekitar delapan
tahun, topi polisi jatuh menutupi matanya kala ia berusaha
mencapai kemudi.
"Kau menyemangatinya," sentak Ruth. "Ia bisa melakukan apa
saja. Ia berhasil masuk putaran final kejuaraan sepatu luncur.
Ia memperoleh beasiswa penuh di Universitas Wisconsin. Ia
bisa menjadi dokter olahraga atau dokter anak di Green Bay.
Tapi, oh, tidak, kau selalu melambungkan harapannya tentang
mencari sesuatu yang mestinya dibiarkan saja."
"Saya masih tidak mengerti." Francis memandang suami istri
itu bolak-balik.
"Istri saya berpikir saya menyemangatinya untuk mencari ibu
kandungnya di sini." Roy menatap sedih ke arah berita utama
harian Daily News di meja sebelah. "Dan, ia selalu
menginginkan bekerja di ruang gawat darurat kota besar.
Katanya, 'Ayah, tiap minggu rasanya seperti berada di acara
TV.'"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tunggu sebentar." Francrs mengangkat tangannya. "Tolong


ulangi lagi. Ia datang ke New York karena mencari ibu
kandungnya?"
"Tidak, tidak seperti itu." Roy mengerutkan dahi ke arah
istrinya. "Itu hanya sesuatu yang membuatnya tertarik setelah
tiba di sini. Memang begitulah. Sekali bertekad akan sesuatu,
ia tak akan melepasnya."
Francis membayangkan bagaimana darah itu mengering di
bawah kuku-kuku gadis itu. "Aku hanya ingin tahu. Siapa
ibunya?"
"Kukira ia mungkin seorang pelajar atau guru, seperti itulah."
Roy melirik istrinya tak yakin. "Kami melakukan adopsi lewat
sebuah agensi di Milwaukee yang kini sudah tak ada lagi. Saat
itu tak seperti sekarang ketika kau bisa tahu sekolah ibu
kandungnya sebelum memutuskan mengadopsi. Kami diberi tahu
namanya Phelps, tapi siapa yang tahu? Christy pernah
mencarinya sebentar setelah ia tiba di sini, tetapi aku tak tahu
sejauh mana usahanya itu."
"Saya ingin melihat semua berkas yang masih Anda punya dari
agensi adopsi tersebut." Francis menggaruk belakang
telinganya.
"Aku tak yakin kami masih memilikinya," kata si ayah. "Lagi
pula, untuk apa kau memerlukannya?"
"Anda tak pernah tahu apa yang ternyata merupakan hal
penting."
"Kami satu-satunya orang tua yang ia tahu." Sang ibu
mengumpulkan kenang-kenangan di pangkuan, seakan-akan
seseorang berusaha mengambil semua itu darinya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Saya mengerti itu, ma 'am." Francis mengangguk hormat. "Tak


ada yang berkata sebaliknya. Tetapi saya rasa kita mengejar
hal yang sama. Karena itu kita harus melihatnya dari berbagai
sudut. Kami akan memerlukan semua surat atau e-mail yang
kalian peroleh dari Christine dalam beberapa bulan terakhir.
Nama dan nomor telepon kawan-kawannya yang mungkin kalian
tahu.... "
"Apa pun yang Anda inginkan," ujar sang ayah tiba-tiba, benarbenar ingin ikut membantu.
"Apakah Christine, mungkin, pernah menyebut seseorang
bernama Julian Vega?" "Tidak," tukas ibunya tajam. "Siapa
itu?"
"Beberapa rekan kerjanya berkata, ia sering membicarakannya.
Dan kami menemukan bahwa Christine mengumpulkan berita di
koran mengenai Julian." Francis menatap si ayah, berusaha
mencandainya. "Tentu saja itu bukan sesuatu yang ingin kami
sisihkan."
"Oh, tentu, saya mengerti," ujar si ayah. "Tetapi siapa Julian
ini? Saya rasa saya tak pernah mendengar tentangnya."
"Sir, ia lelaki yang baru saja keluar dari penjara atas tuduhan
pembunuhan," kata Francis.
Garis-garis di mulut sang ibu segera menyusut begitu dalam
seperti rahang boneka tali.
"Tetapi mengapa bisa begitu?" tanya sang ayah.
"Sayangnya, kasus-kasus ini tak selalu bergulir menuruti
kehendak kami," tukas Francis.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan apa yang membuat Anda berpikir Christine mengenal


orang ini?" Roy membungkukkan badan ke depan, sikunya
bertumpu di lutut.
"Mungkin ia tidak kenal. Kami berupaya tak terburu-buru
mengambil kesimpulan."
"Binatang-binatang itu lagi," gumam si ibu, dengan sebal
menjentikkan abu rokoknya keluar jendela.
"Maaf?" Rashid melengkungkan alis.
Orang tua itu melemparkan pandangan saling menuduh.
"Hatinya begitu lembut," ujar Roy. "Ketika bekerja di klinik di
Chicago, ia selalu mengundang anak-anak miskin ke
apartemennya atau pergi mengunjungi beberapa keluarga
miskin. Kurasa ia tak pandai menjaga batas-batas pergaulan."
"Mungkin lebih tepatnya bodoh." Si ibu menutupmulut
kecutnya lalu membuka lagi, bosan menyimpan opini paling
tajam hanya untuk dirinya sendiri. "Padahal ia bisa tetap
tinggal di Madison dan menikahi seorang pemuda calon
kardiolog... "
Francis menggerakkan lehernya yang kaku dan melirik Rashid
sesaat, memastikan mereka mendengar perkataan-perkataan
yang sama. Memasukkan binatang-binatang. Tak pandai
menjaga batas pergaulan. Berhati lembut.
Mereka baru mendapatkan informasi bahwa Hoolian bekerja di
toko swalayan di daerah itu. Apakah terlalu jauh jika berpikir
ia berhasil masuk ke apartemen Christine untuk mengantar
sesuatu atau apalah, menceritakan tentang ketidakbersalahan
dirinya?

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Nyonya Rogers, kami akan berusaha semampu kami untuk


menangkap orang yang melakukan ini pada anak Anda," ujar
Francis.
"Baik," ujar si ibu, mematikan puntung rokok di ambang
jendela. "Sekarang bisa Anda katakan apa yang mesti saya
lakukan di sisa hidup saya?"
23
Hoolian sedang menunggu di depan Met Foods ketika Angel
tiba untuk membuka gerbang.
"Dasar binatang, kau, companero." Manajer itu tersenyum
kagum seraya merogoh saku. "Aku mesti hati-hati, nih."
"Kau bilang aku mesti datang pagi-pagi, bukan?"
"Tanto majo." Angel melemparkan kunci padanya. "Kau yang
buka gerbang hari ini. Melihat cara kerjamu, mungkin tak lama
lagi toko ini akan menjadi milikmu."
sepuluh, Francis parkir di seberang toko swalayan dan menaruh
plat kuning polisi di dashboard. Ia memutuskan untuk tak
membuat dirinya terlalu mencolok, berpura-pura hanya ingin
mengikuti perkembangan kasus Allison. Tanpa perlu menyebut
Christine Rogers sama sekali. Ia mengunci pintu mobil dan
mematikan ponsel, tak ingin mendengar suara para bos saat ini.
Semua orang tahu bagaimana melakukan investigasi zaman
sekarang, dari patroli jalan raya rendahan sampai asisten
khusus walikota yang bertugas mengoordinasikan kegiatan.
Ia menyeberang jalan, menoleh ke kanan dan kiri dengan hatihati, menyadari kini ia butuh waktu sedikit lebih lama untuk
melihat mobil yang datang dari samping.
Hentak atau sayat. Angel tak menyebutkan dengan jelas, yang
penting kardusnya rata. Kotak-kotak yang tebal dan di lem
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

rapat harus dipotong sisi-sisinya. Tapi yang lebih tipis cukup


dihentak-hentak dengan kaki yang juga berguna untuk
melampiaskan kekesalan. Hoolian selalu senang bekerja di
basement, karena dekat ke mesin pemanas gedung, ia seperti
insinyur rahasia yang memastikan semua sistem berjalan
lancar. Ia ingat masa-masa bermain petak umpet di sekitar
gudang dan ruang pemanas bersama Nestor. Mereka berdua
saling mengejar di sekitar lorong sempit yang suram, tong-tong
sampah,
dan bak-bak cuci kotor di lubang kelinci mereka saat si portir
tua sedang tak bekerja di ruang pembakaran sampah atau
mengerjakan sesuatu di lift servis.
Hoolian selesai meratakan kardus dan memasukkannya satu
persatu ke dalam mesin kempa, menikmati kerja fisik murni
yang tak memerlukan otak selama beberapa menit. Ia menarik
tuas dan besi lebar rata dengan dudukan rendah di piston,
mengempa kardus dengan rentetan bunyi 'pop' yang
menyenangkan. Yang tersisa tinggal gundukan cokelat padat,
seperti anak kecil yang memadatkan adonan roti menjadi
sebuah kubus. Ia lalu pergi ke kumparan raksasa di sudut dan
mengambil benang sepanjang satu meter untuk mengikat
gundukan itu agar lebih mudah diangkut.
Francis berdiri di pintu, menunggu matanya menyesuaikan diri.
Dinding, rak, dan lantai ruang penyimpanan dicat abu-abu,
sehingga benda-benda muncul perlahan-lahan sekali dari
kegelapan, seperti sosok-sosok dalam foto yang sedang dicuci.
Di sana berdiri Hoolian, mengguntingi benang dan mengikat
gundukan kardus-kardus kempaan. Perlahan-lahan Francis
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

melihat gerakan otot-otot di bawah celemek toko yang cantik


saat Hoolian melemparkan lempengan-lempengan itu ke lantai,
seperti mayat-mayat dilempar ke dalam peti. Tanpa setelan
sidang melekat di tubuhnya, ia tampak lebih jelas sebagai
mantan narapidana.
'Wah," kata Francis. "Rupanya ada yang rajin memakan sereal
para juara."
Detektif itu tampak lebih tua dan entah bagaimana lebih kecil,
berdiri di sana dengan mantel panjang kulit tiga perempat
dengan bendera Amerika di kelepaknya. Dalam ingatan Hoolian,
Loughlin selalu merupakan sosok papan menjulang yang siap
tumbang di atasnya. Kini ia hanya lelaki setengah baya yang
mulai membotak hingga orang bisa melihat kulit merah muda
pucat keningnya dan ujung alis yang kejam.
"Apa yang terjadi pada tanganmu?"
Hoolian mundur sedikit, teringat terakhir kali ia sedekat ini
dengan Loughlin adalah saat berada di lorong penjara.
"Terhimpit pintu kereta bawah tanah."
"Benarkah? Di pintu kereta? Aku tak bisa membayangkan.
Bukankah dilapisi karet di mana-mana."
"Aku sedang menyandarkan tangan di sana saat pintunya
membuka tiba-tiba dan tanganku terjepit. Karetnya pasti
sudah usang."
"Aku belum pernah mendengar hal seperti itu."
Hoolian menahan desakan untuk menyembunyikan tangannya di
balik punggung. "Apa yang kau lakukan di sini, Bung? Bagaimana
kau menemukanku?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau keluar dengan jaminan, bukan? Pengacaramu harus selalu


menginformasikan keberadaanmu setiap saat, kalau-kalau kau
tak datang pada tanggal persidangan."
"Omong kosong."
Loughlin terus melihat balutan itu, seolah ia bisa melihat darah
merembes dari kain itu. "Pasti sakit sekali. Ke mana kau pergi
berobat?"
"Ruang gawat darurat, St. Vincent's. Memangnya kenapa?"
"Kukira kau mungkin mampir ke RS Mount Sinai atau
Metropolitan. Lebih dekat, bukan?"
"Aku pergi dengan kereta." Hoolian melenturkan jari-jarinya,
berusaha terlihat acuh tak acuh. "Dengar, kurasa kau tak
semestinya berada di sini. Kalau kau punya sesuatu untuk
dikatakan padaku, sampaikan saja lewat pengacaraku. Kalau
tidak, itu artinya ex parte."
"Ex parte?" Loughlin menjulurkan lidah, berpura-pura
terkesan. "Kau pasti benar-benar menghabiskan waktu di
perpustakaan hukum saat berada di penjara."
"Tidak sepatutnya kau bicara padaku di luar pengadilan."
"Oh, aku mengerti. Tetapi investigasi ini masih berjalan. Jadi
aku masih punya
hak."
"Yeah. Jadi, apa maumu?" Hoolian melemaskan bahu kembali
dan menggosok-gosok tangannya. "Kau ingin menyelesaikan
urusan kita yang belum selesai dulu itu?"
"Ah, aku bersedia melupakan hal itu." Loughlin merogoh saku
jaket dan mengeluarkan kapas dalam bungkus plastik bersih.
"Kita tak bisa terus-terusan menjilati luka lama."
"Itu apa?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ini batang seka untuk DNA."


"Bung, keluarlah dari sini dengan benda brengsek itu." Hoolian
mengibaskan udara di antara mereka. "Kau bisa menghubungi
kantor pengacaraku dan kita bisa membuat perjanjian di
laboratorium untuk memberimu sampel."
Loughlin mengangkat bahu. "Dengar, aku tak tahu bagaimana
mereka mengurus spesimen di sana. Orang mencoba segala
sesuatu. Aku pernah melihat orang melekatkan kantung di
bawah penis mereka hingga mereka bisa menaruh kencing orang
lain dalam uji penyalahgunaan obat. Tapi jika dalam
pengawasanku, aku akan memastikan semua dilakukan menurut
aturan."
"Ya, aku tak akan melakukan apapun hingga aku menghubungi
pengacara."
"Hey, Bung, kupikir kau menginginkan hal ini. Apa yang kau
takutkan?"
"Aku tak takut apapun. Aku hanya tak percaya padamu. Kau,
bajingan yang menjebakku sejak awal. Kenapa mereka tak
mengirim detektif lain saja?"
Ia pergi menuju ruang sebelah yang gelap untuk mengambil
kardus-kardus lagi dan menyadari Loughlin tersandung saat
mengikutinya.
"Ini masih kasusku," ujar Loughlin.
"Mereka pasti tak memberimu pekerjaan lain, sepanjang waktu
hanya kau habiskan untuk menyusahkanku."
Anehnya, Loughlin tampak teralihkan sesaat, seolah ia mencuri
dengar percakapan di ruang sebelah.
"Biar kutanyakan satu hal padamu, Hoolian."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Namaku Julian. Panggil dengan benar."


"Oke, Joo-lian." Bibirnya ia buat melingkar mengejek. "Hakim
mengabulkan mosi empat-empat puluh yang kau ajukan karena
pengacaramu diduga tak pernah memberitahumu bahwa kau
punya hak untuk membela diri."
"Ya. Aku dulu masih ingusan. Bagaimana aku tahu?"
"Aku hanya ingin tahu. Apa yang akan kau katakan seandainya
kau bisa bersaksi?"
Hoolian menaruh sebuah kardus di lantai dan mengempa, tahu
mestinya ia tak boleh membiarkan polisi ini membuatnya naik
darah. "Aku tak akan membicarakan hal itu denganmu. Untuk
itulah aku menyewa pengacara."
"Ayolah, amigo. Sekarang hanya kau dan aku, tidak direkam."
Loughlin hampir terjerembab kantung daur ulang yang penuh
botol air kemasan kosong. Hoolian bertanya-tanya apakah polisi
ini baru saja minum-minum.
"Persetan kau. Aku bukan anak kecil lagi." Hoolian mengempa
kardus lain, urat kepalanya mulai memerah. "Kau tak bisa
mempermainkan aku lagi kali ini."
"Siapa mempermainkan siapa? Aku bicara tentang kesaksian
publik tersumpah yang mungkin kau katakan. Jika kau ingin
mengucapkannya di persidangan, mengapa harus main rahasia?"
"Kau ingin tahu apa yang akan kukatakan?"
Ia mendengar bunyi peluit di telinganya saat menengok ke
bawah dan melihat kardus yang tak rubuh dengan benar.
"Ya."
"Kau benar-benar ingin tahu?" ia mengambil pisaunya dan mulai
menyobek di kedua sisi kardus. "Aku tak sabar lagi."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku akan mengatakan pada semua orang betapa buruk kau


telah menipuku, Keparat."
Ruang ini bahkan lebih suram lagi. Francis berusaha tetap
terbiasa dan waspada pada perubahan suara Hoolian yang
berpindah-pindah di mangan itu, yang datang padanya dari
berbagai sudut.
"Kau masih memakai cerita itu?" ia menggoyang-goyangkan alis
dengan riang. "Kita berdua tahu apa yang kau lakukan."
Francis melihat kilatan perak dalam gelap dan menyadari
Hoolian tengah memegang sebuah pisau.
"Memangnya aku menaruh sidik jarimu di senjata pembunuh?"
ujarnya dingin. "Apakah aku memukulimu agar mengaku bahwa
kau memakai kuncimu untuk masuk dan keluar dari
apartemennya saat gadis itu tak ada?"
"Kau menyekapku di kotak itu sepanjang hari dan menghalangi
ayahku menemuiku. Aku meminta pengacara."
"Jadi, itu yang akan menjadi kesaksianmu? Bahwa aku
menjebakmu?" Francis tersenyum seolah-olah seekor anjing
baru menjilati wajahnya. "Menurutmu siapa yang lebih kredibel
di mata para juri Manhattan? Aku yang telah bertugas selama
lebih dari dua puluh lima tahun di kepolisian dengan setengah
lusin penghargaan, atau kau yang dikurung dua puluh tahun di
penjara?"
"Kenapa kau tersenyum, Bangsat? Kau pikir itu lucu?" Logam
berkilauan kurang dari setengah meter dari mata Francis.
"Aku sungguh berpikir kau mungkin ingin lebih berhati-hati
dengan pisau itu," katanya, berusaha mengikuti gerakannya
lewat cahaya kelabu.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Hah?" Hoolian memegang pisau di depan wajahnya. "Oh, kau


takut pada benda ini? Kau menyebutnya senjata mematikan?"
"Tidak seperti loofah bagiku."
"Loo...apa?" Hoolian tampak bingung. "Jadi, apa, kau akan
menembakku karena aku sedang memotong-motong kardus?"
Francis berusaha menaksir jarak di antara mereka. "Kau tak
ingin terlihat tengah mengancam polisi."
"Oh, yeah, seakan-akan aku sedang mengancammu." Kilauan
pisau itu membutakan Francis untuk sesaat.
Disentaknya sisi jaketnya agar ia dapat meraih pistol dengan
mudah. "Kau membuatku sedikit gelisah, Hoolian. Jangan
melantur. Aku dengar tentang kelakuanmu di Attica."
"Yeah, apa yang kau tahu tentang itu, Brengsek?" Hoolian
menyayat cepat dalam kegelapan.
"Aku tahu Fat Raymond kehilangan ginjalnya gara-gara pisau
yang kau tancapkan padanya," kata Francis, menolak
terintimidasi.
"Karena hijo de gran puta itu tak mau menghentikan pacarnya
yang meniupkan asap rokok ke wajah ayahku di ruang
kunjungan. Dan gara-gara itu ayahku harus diberi satu tangki
oksigen untuk emfisemanya."
"Berapa lama mereka menyekapmu di ruang isolasi?"
"Sebulan. Aku melewatkan pemakaman ayahku."
"Hoolian yang malang. Selalu menjadi korban."
"Ia meninggal sendirian, Bung. Aku tak pernah berkesempatan
mengucapkan selamat tinggal padanya."
"Dan seharusnya itu menjadi kesalahan siapa?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Sejauh peduliku, itu kesalahanmu." Pisau itu bergetar di


tangan Hoolian. "Perlakukan seseorang seperti binatang cukup
lama, dan ia akan menjadi binatang sungguhan."
"Kubilang turunkan pisau itu, Hoolian. Aku mengawasimu."
"Aku juga mengawasimu." Hoolian memaksa dirinya menutup
pisau sebelum ia melakukan sesuatu yang bodoh. "Oh ya,
mengapa begitu?"
"Aku juga mengerjakan pekerjaan rumahku." Hoolian
menusukkan jarinya, bunyi peluit itu masih berdenging di
telinga. "Aku tahu segalanya tentangmu."
"Masak?" Loughlin menyeringai lagi, memprovokasi.
"Aku tahu kau pernah dihukum atas tuduhan indisipliner pada
1981."
"Maaf?"
"Tercantum dalam berkas kasusmu, Bajingan."
"Apa yang kau bicarakan?" Loughlin mengedip. "Berkas kasus.
Mereka tak hanya menaruh berkasku di sana, tapi kasusmu
juga."
"Oooh."
"Itu benar. Kalau tidak bagaimana aku bisa tahu?" Suara di
kepala Hoolian memperingatkannya agar ia berhenti, bahwa ia
tak membantu dirinya sendiri, namun suara itu ia abaikan.
"Pengacaraku membalasmu untuk melihat apa lagi yang bisa
kami peroleh. Ia beranggapan kau dijatuhi hukuman karena
berbohong."
"Terserah." Loughlin mengangkat bahu. "Bukan aku masalahnya
di sini."
Tapi Hoolian bertekad menyerangnya. Ia pernah menghabiskan
waktunya di kampus kengerian-penjara Elmira, Auburn, Attica,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Clinton-dan telah belajar pada para dedengkot. Ia telah


mempelajari bahasa dan kebiasaan, lambang dan tanda-tanda.
Ia bisa mengetahui perbedaan di antara salakan dan geram
berbahaya, dan kini ia tahu bahwa ia telah membuat lelaki ini
ketakutan.
"Dan pengacaraku itu akan tahu bahwa kau muncul di sini
dengan kapas seka itu," katanya, bunyi siulan di telinganya
mulai mengaburkan suara peringatan yang tenang itu. "Itu
keliru, Bung. Itu artinya pelecehan, murni dan sederhana."
"Begitu menurutmu?" tanya Loughlin. "Aku hanya melihat
semua ini sebagai seorang polisi yang melakukan tugas. Kalau
kau tak ingin memberiku sampel
DNA dan membersihkan namamu, terserah. Kami akan terus
menyeretmu ke pengadilan."
"Kau ingin DNA-ku?"
"Untuk itulah aku datang."
Hanya melihat lelaki itu di sana, masih berusaha menggertak
dan berpura-pura tak merasa ngeri, membuat empedu
mengumpul di belakang mulut Hoolian.
"Kau benar-benar hanya menginginkan sampel?" tanyanya,
merasa dirinya hampir meledak.
"Persis." Loughlin memutar-mutar kapas seka itu. "Kapan pun
kau siap." "Ya, baik kalau begitu.... "
Jangan lakukan itu, Bung. Kau hanya melukai dirimu sendiri.
Hoolian mengabaikan suara-suara itu, mengisap ludah, dan
menyemburkan gumpalan ludah terkental dan terasam yang
bisa ia kumpulkan tepat ke tengah-tengah wajah si detektif.
"Tuh...Cukup untuk kau kerjakan?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Sekarang aku ingat kenapa kami dulu memanggilmu Brengsek


A."
Francis menyeberangi jalan menuju mobilnya, masih menyeka
wajahnya dengan sapu tangan dan bicara di ponsel.
"Dan kabarmu sendiri bagaimana, Francis?" suara Debbie A.
sayup di saluran telepon. "Aku terkejut mendengar suaramu. Di
luar persidangan."
"Klienmu bilang kau membongkar-bongkar berkasku. Apa-apaan
itu?"
"Tolong bicara jelas, Francis. Aku sedang ada klien di sini."
"Acara dengar pendapat brengsek di departemenku tahun
1981." Ia berteriak agar terdengar di antara kebisingan lalu
lintas. "Benar-benar omong kosong, Deb. Hilang semua rasa
hormatku padamu."
"Jangan salahkan aku. Surat itu terdapat dalam berkas kasus
di kantor Jaksa Wilayah. Tentu saja, sobatmu Paul Raedo pasti
menaruhnya di situ."
"Untuk apa dia melakukan hal seperti itu?"
"Mungkin ia mengira pengacara Julian akan tahu tentang hal
itu. Ia mungkin berpikir ia harus membawanya ke hadapan
hakim sebelum sidang dan berusaha menyingkirkan masalah itu
sebagai bahasan."
"Tak mungkin," Francis bersikeras. "Kau punya orang dalam
yang membantumu dengan imbalan."
"Kalau kau ingin mengelabui dirimu sendiri, Francis, silakan,"
ujar Debbie, suaranya naik meski sinyal telepon melemah. "Tapi
katakan sesuatu padaku. Apa yang kau lakukan pada klienku?
Aku tak ingin kau berada dekat-dekat dia-"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis menekan tombol off tepat saat sebuah minivan muncul


dari bintik butanya, klakson mendecit, kisi-kisi logam depannya
yang berkilauan melaju melewatinya.
Di akhir shift, Angel memanggil Hoolian ke kantornya dan
mengangkat kartu yang ditinggalkan Loughlin, kata-kata "Unit
Pembunuhan Manhattan Utara" tercetak dalam tinta tebal
hitam dengan latar berwarna cangkang telur.
"Que hubo? Bisa kaujelaskan padaku?"
Hoolian merasa mulutnya mengering, seolah ia menghabiskan
semua ludahnya untuk si detektif. "Lo siento, Bung. Aku minta
maaf. Kukira kau sudah tahu."
"Bagaimana aku akan tahu jika kau tak menceritakannya?"
"Ada di surat kabar sebelum kau mempekerjakanku," ujar
Hoolian lemah, tahu ia hanya membuat keadaan semakin buruk.
"Dan itu membenarkanmu untuk berbohong? Karena kau tahu
yang kubaca hanya bagian olahraga dan bisnis?" Angel memukul
meja dengan surat kabar Post berusia tiga minggu yang
tentunya juga ditinggalkan Loughlin. "Aku benci omong kosong
tabloid ini."
"Kau bertanya apakah aku 'dihukum.' Kujawab tidak. Tidak
lagi."
"Pembelaanmu lemah, companero. Kau tahu itu masih
berlangsung. Pertanyaan itu berbunyi 'apakah kau pernah
dihukum?'"
Hoolian menundukkan kepala, malu, menyadari, tentu saja,
bahwa suara Papi yang ia abaikan tepat sebelum meludahi
wajah Loughlin.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku berniat memberitahumu tentang hal ini. Aku hanya


terlebih dulu ingin menunjukkan padamu bahwa aku bisa
mengerjakan tugasku... "
"Kau membuat tanganku terikat, hermanol Aku memberimu
kesempatan bekerja. Dan begini caramu berterima kasih? Polisi
itu baru saja bilang ia bermaksud meminta perintah pengadilan
untuk meminta kartu absenmu dan tanda terima gedung-gedung
tempat kau melakukan pengiriman barang. Bisa kau jelaskan
padaku?"
"Sama sekali tidak." Hoolian berusaha menelan ludah.
"Mierda." Angel mengusap mata dengan telapak tangannya.
"Kau tahu apa yang akan dikatakan perusahaan jika mereka
tahu hal ini?"
Hoolian menatap layar komputer di belakang bahu Angel.
Screen saver-nya memperlihatkan dinding bata merah yang
kian mendekat dan mendekat, seakan yang melihatnya berada
di dalam mobil yang akan menabraknya.
"Aku tahu aku berbuat kesalahan. Tolong biarkan aku
memperbaikinya."
"Bagaimana?" tanya Angel. "Apa yang akan kau berikan padaku?
Kata-katamu?"
Hoolian menatap screen saver yang menabrak dinding yang
sama terus-menerus. Berapa kali? Kapan ia akan berhenti
menabrak dinding yang sama itu?
"Begini. Aku membayarmu hingga akhir minggu." Angel menarik
laci meja paling atas dan mengeluarkan cek untuknya. "Tak
usah khawatir dengan hari Jumat dan Sabtu yang kau lewatkan.
Aku dapat menemukan penggantimu untuk hari-hari itu."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian menatap cek itu dengan muram, melihat bahwa Angel


menambahkan seratus dolar ekstra di luar bayaran dua hari
itu.
"Aku merasa tak enak, Bung," ujarnya. "Ini semua kekeliruan
besar. Tidak seperti yang kau kira."
Screen saver itu kembali menabrak dinding dan jaring-jaring
virtual kaca pecah menyebar di monitor.
"Claro gue si," kata Angel. "Sekarang jelaskan padaku."
BAGIAN IV
AKU MENDENGAR IA MEMANGGIL NAMAKU
Tiga hari setelah menyeka semburan DNA Julian di wajahnya,
Francis kembali ke Bellevue, tempat yang selalu membuatnya
gentar, tak hanya karena Allison
Wallis pernah bekerja di ruang gawat darurat di sana, tapi
karena ia sendiri pernah berada di sana sebagai pasien. Sekali
saat sebutir peluru menyerempet samping kepalanya di satu
razia narkotika-Patti muncul dengan wajah pucat, tiga bulan
setelah bulan madu mereka. Lalu, dua belas tahun kemudian,
ketika pneumonia memaksanya berada di sana dengan tabung
oksigen, dan Francis Jr. di ambang pintu memohon, "Tolong
jangan mati, Ayah."
Kini ia punya urusan di lantai sembilan, tempat kantor forensik
memiliki laboratorium untuk memproses bukti TKP dari
perkosaan dan pembunuhan. Pintu lift terbuka dan David
Abramowitz melangkah masuk menyalaminya. "Hey, Francis,
ada kabar baik apa?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dokter Dave, kau kini sering berolahraga, ya?" Francis


menekan otot bisep dokter forensik itu dari jas
laboratoriumnya dan terkejut meraba otot yang seukuran bola
softball di balik lengan baju.
"Aku bertambah sering pergi ke gym. Dan kawanmu Paul
mengajakku main paintball beberapa kali musim panas ini."
Betapa banyak yang berubah. Saat pertama kali bertemu
Abramowitz beberapa tahun lalu dalam tiga kasus pembunuhan
di Inwood, ia menganggap lelaki itu tipikal tikus laboratorium:
mata seperti serangga, tangan panjang, tenggorokan kurus,
bungkus otak yang tampak bengkak di bawah rambut hitam
keriting yang menerbitkan rasa kasihan. Tapi sejak peristiwa
9/11 dan musibah maskapai Queens beberapa bulan
setelahnya- ketika kantor forensik telah maju dan
mengembangkan teknik revolusioner untuk memproses lebih
dari tiga ribu jenazah sekaligus-ilmu pengetahuan kian menarik.
Dr. Dave, Ph.D., menjadi Orang Hebat. Ia menjalani operasi
LASIK dan membuang kacamata bingkai kunonya; ia melatih
bahu hingga seperti kuda dan leher sebesar paha; ia
memelihara janggut kecil trendi yang entah bagaimana cocok
untuknya; ia belajar cara berjalan yang anggun dan
mengemukakan pendapat ketika diminta dalam sebuah kasus.
Aku tak peduli jika wanita itu berkata ia hanya berhubungan
intim dengan satu pria malam itu, Detektif. Ia berbohong....
"Dengar, aku ingin kau bersiap-siap untuk sesuatu." Ia
merendahkan suaranya menjadi gumaman macho sambil
memandu Francis menuju laboratorium. "Hasil yang kami dapat
tak seperti yang kau harapkan."
"Apa maksudmu?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dr. Dave menaruh jari di bibir, memperingatkannya, saat


mereka melewati teknisi muda berpenampilan modern di bawah
kap bahan berbahaya, putaran alat sentrifugal, dan alat pipet
seukuran obeng besar. Jadi seperti inilah pekerjaan
laboratorium masa kini. Bahkan mesinnya pun tampak siap
berdansa rock 'n roll, berputar dan bergoyang saat ia
melewatinya. Sampel-sampel DNA
bersinar dalam warna merah, biru, dan kuning pada lapisan gel
hitam, bagaikan karya seni modern yang menyolok mata. Setiap
permukaan memancarkan cahaya, mengingatkan Francis pada
betapa kuno dan muramnya kebanyakan wilayah jika
dibandingkan di sini.
Ia mengikuti Dr. Dave ke dalam kantornya dan menutup pintu,
sedikit terganggu oleh perabot kayu pirang dan foto-foto
petugas pemadam kebakaran di dinding dengan tangan
merangkul Dave, berterima kasih atas pekerjaannya yang
memuaskan dalam menolong mengistirahatkan jenazah saudarasaudara mereka.
"Sesuatu yang sangat aneh telah terjadi." Dave duduk di
belakang meja. "Dan kita harus membicarakannya."
"Silakan."
"Aku ingin menjelaskan rangkaian peristiwa yang terjadi di
sini." Dave mengambil setumpuk kertas. "Agar tak ada
kesalahpahaman."
Francis merasa mabuk, seakan-akan baru mendengar pilot
pesawat mengumumkan peringatan pakai sabuk pengaman anda
telah dinyalakan.
"Ya?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Senin pagi, kami mengambil sampel otopsi dari korban terbaru


bernama Christine Rogers, termasuk sekaan dari bawah kuku
dan serat rambut yang ia cengkeram di tangannya."
"Benar."
"Besoknya, kau menyerahkan sampel air ludah untuk dianalisis
milik Julian Vega dan memintaku membandingkannya. Aku
punya fotokopinya di sini."
"Ya, aku ingat." Dengan gelisah, Francis duduk dan mengambil
fotokopi yang disodorkan Dave. "Kau mau menjebakku atau
apa?"
"Aku hanya berusaha memperjelas rantai bukti yang ada,
karena itu sangat penting dalam kasus ini." Dave mengguncangguncang kertasnya, menghindari pelototan Francis. "Dua hari
kemudian, Detektif Ali dari Seksi 19 datang membawa goresan
kuku dan carikan sarung bantal berdarah yang entah hilang
atau keliru disimpan di gudang barang bukti sampai ia
menemukannya. Kedua barang itu dilabeli sebagai sampel dari
korban tahun 1983 bernama Allison Wallis. Kau ingin melihat
salinan voucher itu?"
"Tidak, tidak perlu," ujar Francis. "Aku tahu ia melakukan itu."
Saat itu, ia begitu gembira hingga menawarkan Rashid ke
Coogan's di Broadway dan menyebut Rashid dengan "anak
hebat ini punya sedikit titisan dariku" di depan separo skuad.
Tapi Rashid meminta maaf tak bisa menerimanya karena ia
belajar untuk kuliah malam, dan sekarang Francis bertanyatanya apakah keadaan sudah begitu buruk di gudang barang
bukti.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi ketika kau memintaku melakukan perbandingan lagi,


antara darah yang ditemukan di bawah kuku korbanmu, Alfson
Wallis, pada tahun 1983, dan apa yang ditemukan di bawah
kuku korbanmu, Christine Rogers, pada tahun 2003. Teorimu,
tentu saja, kami akan menemukan sepasang DNA Julian Vega
pada kedua wanita ini. Karena mereka berdua sepertinya
melukai si penyerang."
Francis menaruh fotokopi yang disodorkan padanya menangkup
di atas meja. "David, rasanya kau menembok dinding padaku,
bata demi bata. Katakan saja apa yang terjadi."
"Aku tahu kau senang bekerja secara metodologis dalam suatu
kasus." Dave menarik janggutnya, menolak terburu-buru. "Dan
itu yang kulakukan di sini."
"Kenapa? Akukah yang tengah didakwa di sini?"
"Tidak, tapi kau tak akan senang pada yang kukatakan ini: DNA
yang diperoleh dari bawah kuku Christine Rogers tidak cocok
dengan DNA Julian Vega. Kenyataannya, tak ada kromosom Y
sama sekali."
"Sialan."
Kekecewaan yang ia rasakan bagaikan kram nyeri di bawah iga.
Segera saja ia merasa pikirannya meraba-raba mencari
penjelasan. Hoolian jauh lebih berhati-hati kali ini. Ia punya
dua puluh tahun untuk mengevaluasi kesalahan. Mungkin ia
memakai sarung tangan dan kondom pada Minggu malam.
Mungkin ia menghapus sidik jari dari tempat itu dan membuang
apapun yang mungkin terkena ludahnya.
"Tetapi pasti kau menemukan pasangan DNA Julian di bawah
kuku Allison dari tahun 1983," katanya berharap.
"Tidak."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa?" pandangannya mendadak menyempit dan darah


menyembur naik ke kepalanya. "Kami telah membuktikan bahwa
golongan darahnya yang ditemukan di kukunya. Dan, ia memiliki
luka parut di wajahnya."
"Penggolongan ABO sekarang sudah dianggap ketinggalan
zaman," jelas Dave. "Lebih dari sepertiga orang memiliki
golongan darah O, dan itulah yang mereka temukan. Mereka
dengan mudah dapat mencocokkan kau atau aku pada TKP
asli. Dengan DNA, peluang untuk menemukan donor lain dengan
profil yang cocok adalah satu berbanding satu triliun, kecuali
ada kembar identik."
Francis mendadak merasa jatuh dari ketinggian.
"Jadi darah siapa yang ada di bawah kuku Allison?" tanyanya
setenang mungkin.
"Ya, itu pertanyaan sangat bagus," ujar Dave, mengangguk.
"Karena sekali lagi, kuteliti dan tak ada kromosom Y yang
terlibat."
"Kau bercanda. Itu bahkan bukan darah seorang pria?"
"Nah, sekarang kita memasuki hal paling aneh." Dave
mengaduk-aduk kertas-kertasnya. "Aku tadi menyebut
kawanmu, Detektif Ali, yang juga membawa bagian sarung
bantal yang dilabeli memiliki darah korban."
"Benar."
"Kemudian untuk memastikan semua hal disimpan dengan baik
dalam sistem arsip kami, aku membandingkan sampel dari
bawah kuku Allison dengan sampel di sarung bantal, berasumsi
yang satu pasti dari si penyerang dan yang lain dari korban."
"Dan?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ternyata keduanya sama." "Apa?"


"Keduanya identik. Itu belum hal yang paling aneh. Sepertinya
TKP dulu cukup berantakan saat itu. Darah ada di mana-mana.
Mungkin sekali Allison menyentuh lukanya sendiri dan darah
masuk ke kutikulanya. Aku sering melihat hal itu terjadi."
"Tapi?"
Francis menyadari dirinya bersiap menghadapi teka-teki ilmu
pengetahuan.
"Tetapi kemudian aku menyadari ada sesuatu yang familier
mengenai elektroferogram yang kulihat."
"Elektro... "
Dave menyodorkan tumpukan tiga grafik yang dijepit. Francis
membalik halaman, melihat puncak-puncak grafik mencuat di
sana-sini seperti stalagmit.
"Dok, aku sama sekali tak mengerti apa yang tengah kulihat
ini," akunya, menatap serangkaian kotak-kotak kecil di bawah
tiap puncak dengan angka-angka di dalamnya.
"Oh, dasar penguasa ilmu pengetahuan umum." Dave tersenyum
singkat sambil menggapai menyeberangi meja dengan pulpen.
"Oke, nilai biologiku C di Regis. Kuakui."
Tapi aku ingin sekali melihatmu berkeliaran di West Harlem
pukul empat pagi, mencari-cari bajingan psikopat yang baru
menggorok istrinya dan menembak tiga polisi, pikir Francis.
"Ini adalah laporan yang mengubah DNA menjadi angka-angka
dalam grafik. Dalam mencari suatu profil, kami mencari variasi
di tiga belas lokasi berbeda pada dua belas kromosom berbeda.
Pada dasarnya, seseorang mendapatkan seperangkat gen dari
ibu dan seperangkat dari ayah. Angka-angka yang kau lihat
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pada grafik menunjukkan berapa kali segmen DNA yang diulang


pada lokasi yang sama. Dan semua Variasi kecil itu membantu
menghitung kenyataan bahwa aku tidak duduk di sini untuk
membicarakan salinan karbon ayahmu."
Mereka bilang itu evolusi? Francis bertanya-tanya angka mana
pada grafik itu yang membuatnya buta.
"Kemudian kami mencari sesuatu yang disebut lokus
amelogenin, yang memberi tahu kita tentang perbedaan
gender." Dave membuat lingkaran pada sebuah grafik dengan
pulpen. "Ketika kau melihat sebuah puncak tanggal seperti ini,
itu artinya ia seorang wanita." Ia membuat lingkaran kedua
pada grafik lain. "Jika kau melihat dua puncak, itu artinya ia
seorang pria."
"Oke."
Francis mulai membolak-balik ketiga halaman itu. Halaman
pertama, dinamai jelas "Christine Rogers, 2003," tampak
sebuah grafik dengan puncak tunggal di dekat bagian atas
kertas dan angka 103.01 di bawahnya. Ia membalik halaman
berikut, bertanda "Allison Wallis, 1983," dan melihat grafik
dengan puncak yang identik dan angka 103.01 yang sama di
bawahnya. Halaman ketiga tepat sama dengan yang sebelumnya.
"Aku tak mengerti," ujarnya. "Aku tak melihat perbedaan
apapun di antara semuanya."
"Tepat sekali." Dave kembali bersandar, merasa puas
pekerjaannya telah selesai.
"Kau menunjukkan padaku bahwa kedua korban yang terpisah
jarak dua puluh tahun ini memiliki DNA wanita yang sama di
bawah kukunya?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan juga cocok dengan DNA pada darah yang ditemukan di


sarung bantal Allison."
Francis menatap grafik terakhir, puncak stalagmit itu berubah
menjadi tonjolan panjang bergerigi yang menekan puncak
kepalanya.
"Kau ngawur."
"Aku tidak ngawur." Dave memajukan badannya. "Kami bekerja
dengan hati-hati di sini. Ini salah satu kantor paling maju di
dunia. Aku sendiri yang mengecek sampel-sampel ini saat kau
membawanya. Yang dari Christine Rogers hampir masih basah
saat disentuh. Dua dari tahun 1983 kering dan pecah-pecah.
Tak ada kesalahan di sini. Bukti tak pernah berbohong."
"Jadi kau sungguh-sungguh mengatakan bahwa kau menemukan
darah Allison Wallis di bawah kuku Christine Rogers?" Francis
menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah-olah ada orang lain
berdiri di dekatnya yang dapat menjelaskan semua itu pada
mereka berdua.
"Aku bisa bilang apa?" Dave mengangkat telapak tangannya ke
atas, Francis menyadari betapa halus dan putih tangan itu
berkat terbungkus sarung tangan sepanjang hari. "Kau
memintaku mencari kecocokan dan kau mendapatkannya.
Ternyata ia wanita. Selain itu, aku tak tahu...."
"Tapi mengapa kau tak bisa memastikan jika ini darah Allison
Wallis atau bukan? Mestinya itu mudah sekali."
"Memang, jika Detektif Ali-mu membawakan sampel yang lebih
banyak untuk kukerjakan." David mengangkat bahu. "Tapi yang
ia miliki hanya garukan kuku itu dan sarung bantal bertuliskan
namanya dari tahun 1983. Ia tak bisa menemukan pembalut

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berdarah itu, yang mestinya terdapat dalam berkas kasus asli,


karena itu aku tak punya apa-apa lagi untuk dibandingkan."
Aliran deras adrenalin membuat pandangan Francis menyempit
beberapa tingkat. Bertambah buruk saja di sini. Ia
membayangkan batang katun kecil berdarah itu yang
berdesakan bersama barang-barang milik mayat lain dalam
sebuah tong di rak tinggi, cairan menetes keluar dalam udara
panas dan saling mencemari.
"Brengsek." Ia memutar leher. "Bagaimana dengan rambut yang
kami temukan di tangannya?"
"Tak ada akarnya. Jadi kami tak bisa memperoleh DNA inti
dari sana, dan tak cukup panjang untuk melakukan uji
mitokondria. Kami harus memakai uji pembiakan. Artinya kami
memerlukan izin dari jaksa dan pengacara, atau tak akan ada
bukti lagi yang tersisa."
"Keparat."
Belut-belut bergejolak dalam perutnya. Ia pernah menyaksikan
hal-hal aneh dalam dua puluh lima tahun pekerjaannya sebagai
polisi. Ia pernah melihat bandit seberat 160 kilogram
mengeluarkan potongan daging babi dari sakunya di tengahtengah persidangan; ia pernah melihat seekor Chihuahua
digantung pada tiang tirai shower di kamar mandi rumah kumuh
seolah-olah bunuh diri; ia pernah melihat seorang pecandu
menyayat muka sendiri dan menyodorkannya pada anjing
German Sheperd-nya; ia pernah melihat seorang lelaki jatuh
dari lantai dua puluh lima dan mendarat di punggung sebuah
mobil, dan entah bagaimana langit-langit mulutnya berada di
bawah pantatnya. Tapi ia tak pernah menemukan pembunuh
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang menyimpan DNA korban selama dipenjara agar ia bisa


meninggalkannya di tempat kejahatan berikutnya.
Tapi apa lagi pilihan lainnya? Belut-belut itu hancur dan
puncak-puncak bergerigi di kepalanya makin menajam. Bahwa
Allison Wallis masih hidup, sebagaimana anggapan ibunya, dan
berkeliaran membunuhi gadis lain? Bahwa ia mempunyai kembar
identik yang tak pernah disebutkan siapa pun? Setiap skenario
semakin menggelikan, tetapi benang merah dari semuanya
adalah bahwa Francis menjebloskan orang tak berdosa ke
dalam penjara selama dua puluh tahun.
Tetapi itu tak mungkin. Itu seperti benua Antartika, dunia
putih, sebuah tempat yang tak mungkin orang dapat kembali.
Itu seperti matahari menyurut dan lautan membeku. Ia
membayangkan dirinya berdiri di tepi ngarai, retakan celah es
menderu di kaki. Keping-keping es berputar menuruni ruang
kosong tak bertepi. Tak ada tali yang bisa menjangkau. Dinding
akan menutup dan memerangkap selamanya.
"Jadi apa yang kita lakukan sekarang?" ujarnya.
"Kita?" Janggut trendi itu menukik turun.
"Ya, 'kita'. Kau harus bersaksi tentang apa yang terjadi dalam
kasus ini juga."
"Ya... " Dave memutar-mutar pulpen dengan jari. "Tentu saja,
kau mungkin mesti mulai mencari tersangka wanita... "
"Aku masih tak percaya," kata Francis. "Pasti ada kesalahan."
"Kalau begitu, hal lain yang bisa kita lakukan, jika kau sangat
yakin telah terjadi kekeliruan, adalah mengeliminasi Allison
Wallis sebagai korban di tahun 1983 yang darahnya kita
temukan di bawah kuku Christine Rogers."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan bagaimana kita melakukan hal itu?"


"Kecuali akan menggali kuburnya kembali, kusarankan kau
mencari DNA dari anggota keluarganya sebagai perbandingan.
Ada yang masih hidup?"
"Seorang ibu dan kakak lelaki," kata Francis.
Ia ingat acara dengar pendapat pada 1984 ketika seorang ayah
terjatuh akibat sakit jantung di usia lima puluh tujuh, yang
masih mencoba bermain sepakbola bersama putrinya yang
berusia sebelas tahun dari pernikahan kedua. Satu lagi pria
paruh baya di Paris ditemani wanita muda dan minuman.
"Milik ibu akan lebih baik." Dave membuat lingkaran di
grafiknya. "Dengan itu kau bisa melihat angka pada profil
genetik yang datang langsung dari sang ibu."
"Aku takut kau akan berkata begitu."
"Mengapa, ada masalah?"
"Ibunya sedikit kurang stabil bila menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan realitas," kata Francis. "Ia mengira Allison
masih hidup."
"Itu menarik. Apakah ada kemungkinan itu?"
"Ya Tuhan, Dave, aku melihat jenazahnya langsung."
Ia memijit mata, menyadari betapa lembut dan peka matanya
mpada sentuhan. "Aku tak yakin bagaimana aku akan
memperoleh sampel darinya."
"Lebih baik lakukan segera," Dave memperingatkannya. "Aku
mendapat telepon dari Deb A. pagi ini menanyakan hasil tes
DNA kliennya. Aku memintanya menunggu, tapi kau tahu hasil
ini mau tak mau akan muncul dalam berkas kasus."
"Ya, aku tahu."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis berpikir, bertanya-tanya bagaimana ia akan memulai


penjelasannya. Tentu, ini biasa terjadi. Kita sela meminta
keluarga korban untuk memberi sampel dua puluh tahun
setelah kasusnya ditutup. Tak ada yang perlu d
"Aku hanya bertanya pada diriku sendiri." Ia menutup mata
dan melihat bayangan benda-benda. "Apa yang akan terjadi
jika ternyata memang DNA Allison yang ada di bawah kuku
Christine Rogers?"
"Maka mungkin kita harus melupakan analisis genetik," ujar
Dave. "Dan menggantungkan harapan pada papan Ouija."
25
Menggambar dirinya. Gadis di kereta itu tengah menggambar
dirinya.
Hoolian merasa sesuatu menarik perhatiannya saat kereta 1:56
melaju dari Syosset, Minggu pagi itu, tepat setelah ia
menyelesaikan kerja malam pertamanya mencuci piring di West
Side Jewish Center. Tetapi perhatiannya lalu beralih, mencaricari potongan tiket. Sang kondektur, seorang lelaki
berseragam biru dengan perawakan seperti tabung, gemuk dan
lembab di tempat-tempat yang tak tepat, melubangi tiketnya
selagi kereta bergoyang ke depan dan menoleh ke seberang
lorong, tempat gadis itu duduk.
"Kau tak boleh menaikkan kaki seperti itu di kursi," katanya.
Tanpa mengindahkan, buku sketsa itu tetap berada di atas
lututnya yang terlipat, menghalangi pandangan Hoolian dari
wajahnya. Suara tajam corat-coret pulpen di atas kertas
menegaskan tengah berlangsungnya kesibukan artistik yang
menyita perhatian.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Nona?" Kondektur itu membungkuk dengan perhatian.


Gadis itu mengabaikannya dengan mengeluarkan desis tidak
sabar. Makin banyak garis yang ia gambar, sudut bergeser,
kaki kecil berkaus kaki merah sportif itu meregang dengan tak
sopan dan tetap bertahan pada posisinya. Hanya setelah
memuaskan diri selama beberapa saat ia menyodorkan
tiketnya.
"Terima kasih." Kondektur itu mengangguk dan meneruskan
berjalan, merasa kalah.
Tetapi gadis itu telah siap menggambar kembali, bahunya
menegang oleh konsentrasi penuh, desis tertahan yang kadangkadang terdengar dari balik buku berujung lakan itu
mengatakan pada Hoolian bahwa satu garis melengkung panjang
tengah dibuat.
Hoolian mulai kembali ke Neuromancer, setelah putus asa
dengan Les Miserables dua minggu yang lalu. Pulpen itu
berhenti. Ia melirik dan sepasang mata cokelat berkedip di
atas buku sketsa itu tetapi menghilang lagi.
Seorang polisi. Mungkin ia bekerja pada kepolisian sebagai
seniman pembuat sketsa yang tengah menyamar. Membuntuti
dan berusaha menangkapnya langsung saat beraksi. Kondektur
itu telah pergi, topi birunya miring aneh, dan menutup pintu di
belakangnya, meninggalkan mereka berdua.
Konsentrasi perempuan itu seperti udara yang menekan.
Dengan gugup Hoolian menghadap ke depan, mendengarkan
bunyi decit dan putaran pulpennya.
Ia tak semestinya ditinggalkan sendirian bersama seorang
wanita. Ia ingat dari peta yang ia pelajari bahwa jarak masih
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

jauh dari satu stasiun ke stasiun lain di jalur ini. Dan,


pemeriksa tiket itu tak akan kembali dalam waktu dekat.
Bunyi kasar roda kereta di rel kian bising. Ia mulai
mengumpulkan barang-barangnya di tas. Gadis ini masalah
baginya; ia dapat merasakan. Ia bahkan tak perlu melakukan
kekeliruan kali ini. Gadis itu cukup menunjuk dan menjerit dan
mereka akan memborgolnya di pemberhentian berikut.
Namun, kemudian buku sketsa itu miring ke belakang dan
dilihatnya gadis itu menggigiti pulpen dengan cara yang
dikenalnya, menaruh di sudut mulut seperti rokok. Pelayan dari
pesta bat mitzvah.
Ia mengenalinya ketika gadis itu berdiri di ambang pintu dapur
beberapa jam tadi, mengagumi megahnya pesta. Seratus lima
puluh tamu dengan gaun malam mengelilingi meja beruap yang
dipenuhi daging dada sapi, ayam rebus, dan kentang-kentang
panggang berukuran besar. Ia beruntung berada di sana.
Setelah dipecat dari toko, Nona A. berhasil memberinya
pekerjaan di perusahaan katering; kawan sepupunya setuju
memberikan kesempatan pada si anak malang, asal Hoolian
tetap diam-diam.
DJ pesta memutar Fiddler on the Roof bagi para kakek-nenek
dan lagu hit bagi anak-anak-"It's gettin 'hot in herrre, so toke
off all your clothes"-sementara teman-teman dari putri
Rebecca Epstein yang berusia tiga belas tahun berputar-putar
seperti Lolita kecil dengan pakaian berkelap-kelip,
menggoyang-goyangkan pinggul dan menggetar-getarkan pantat
mereka dengan tak sopan seakan ada hewan lincah terjebak di
balik gaun mereka. Sebaliknya, anak-anak lelaki bergerakgerak seolah mereka terbuat dari suku cadang, para
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Frankenstein muda yang canggung dengan jas kekecilan, hampir


terendam dalam lautan gelegak hormon.
Orang tua mereka duduk di meja pesta berlapis kain linen,
menyibukkan diri dengan minuman, lupa pada para remaja
mabuk di belakang mereka.
Hoolian membuka pintu lebih lebar lagi, memperhatikan ayah si
gadis yang merayakan bat mitzvah, seorang pengembang
properti, pendek dan angkuh, dengan dada tegap dan alis
menonjol yang memperlihatkan kekuasaan nyata dari semakin
mundurnya garis rambut, memeluk kerabat, bersulang, dan
menerima amplop-amplop putih yang tampaknya berisi uang
tunai dan cek untuk putrinya. Sang ibu, wanita kecil sintal
mengenakan kain merah muda menyala, mengoleksi tas tiruan
Macy's dan Gucci.
Kemudian setelah terlalu lama berpidato, mereka berdua
menuju lantai dansa, mengambil risiko kejang otot dan sendi
tergelincir kala sang DJ memutar lagu "I Want You Back."
Sang ayah menyampirkan jaket di belakang kursi, dengan
amplop berisi uang di saku, hanya sekitar lima meter dari
tempat Hoolian berdiri.
Lengan jaket yang menjuntai tampak ikut berayun dengan
irama musik. Oh, baby, give me one more chance. Apakah
Tuhan tengah mencoba menyampaikan sesuatu padanya?
Berkata, Dengar, Hoolian. Jangan katakan padaku tentang
sakit hatimu. Jangan katakan padaku tentang luka yang kau
derita. Aku menjagamu. Hanya yang kuat yang bertahan. Jadi
ambil barang-barang mereka. Itulah alasanku menaruh mereka
di depanmu.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tetapi kemudian wanita itu mendekat dan berdiri di samping


kursi. Gadis dengan mata besar dan rambut sehitam batu bara.
Ia melihatnya langsung, seolah-olah tahu apa yang ada dalam
pikirannya, mengambil secuil jiwanya tepat sebelum ia terburuburu pergi membawakan Diet Coke untuk istri rabbi.
"Bagaimana hidangan panasnya?" tanya gadis itu di balik buku
sketsanya.
"Maaf?"
"Kudengar Marco marah-marah tentang hidangan panas itu."
"Oh, ya."
Ia mengerjap, teringat musibah sebelum makan malam itu;
kepala kru, memaki-maki di tengah dapur tentang tiga ratus
piring untuk resepsi pernikahan Ortodoks di dalam selama dua
jam, dengan nama hiasan bunga utamanya diambil dari namanama tempat di Gaza. Piring-piring itu harus keluar panas!
"Jadi, apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada cukup ruang di alat cuci piring. Jadi aku harus
melakukan sisanya dengan tangan." Ia meregangkan tangan
kirinya, menyadari balutan itu ikut basah meski ia memakai
sarung tangan karet. "Jadi aku menumpuknya di kereta baja
dan membungkus semuanya dengan kira-kira sepuluh meter
plastik supaya tetap panas."
"Cerdas sekali."
Ia mengangguk. Jika dua belas tahun terkurung di dapur
penjara di antara para psikopat dan pisau tajam tak
membuahkan apa-apa, maka yang lain pun tak akan bisa.
Rem kereta berdecit letih dan kereta miring sedikit.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Zana." Ia memajukan badan menyeberang lorong untuk


menjabat tangannya, hampir keluar dari duduknya.
"Christopher," jawab Hoolian, memakai nama tengahnya.
Hoolian menjabat tangannya dengan lembut, seolah tengah
memegang burung kecil nan lemah, kemudian segera
melepaskannya, tak yakin apakah waktunya tepat.
"Apa yang kau gambar?" ia berusaha melihat buku gadis itu.
"Hanya wajahmu." "Yang benar?"
Gadis itu memiliki aksen Eropa yang sulit ditebak: kadang
datar dan rendah, sehingga orang tak bisa benar-benar yakin
apakah ia tengah mempermainkanmu atau tidak.
"Tak ada yang pernah memintamu menjadi model sebelumnya?"
Ia menoleh, yakin bahwa gadis ini memang mempermainkannya.
Namun, sesaat kemudian, ia mendengar pulpennya meluncur dan
berputar, mengeluarkan bunyi tajam.
"Tegakkan terus kepalamu," kata Zana mengarahkan. "Akan
lebih baik jika kau pura-pura tak tahu apa yang sedang
kuperbuat."
"Kau benar-benar sedang menggambarku?"
"Jangan berpose. Sikapmu jadi tidak wajar."
"Aku tidak berpose."
"Tidak?" Suara gadis itu kembali turun, seolah-olah ia tengah
meraba-raba di balik kemeja Hoolian dan menggelitiknya.
"Tidak, memang beginilah wajahku."
"Aku tak percaya. Itu wajah aligator. Itu bukan kau."
"Dari mana kau tahu? Mungkin aku memang buaya yang cukup
tahu untuk menutup mulut."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Gadis itu mengangkat bahu, matanya menyelidiki sosoknya


seperti anak-anak di tiang panjat. "Itu dua hal berbeda-buaya,
aligator."
"Dua-duanya berdarah dingin."
"Hidung buaya lebih panjang."
"Omong-omong, kenapa kau menggambarku? Kau tak ada
pekerjaan lain untuk dilakukan?"
"Wajahmu menarik."
Hoolian menggosok ujung hidungnya dan berpaling, berpikir
gadis ini bisa saja mengenalinya dari salah satu foto lama itu.
Nona A. telah memperingatkannya agar selalu menunduk dan
menaikkan kerah jika ada fotografer di dekatnya agar tak
terlalu banyak foto-foto baru yang memperlihatkan penampilan
terbaru. Tetapi seseorang dengan perasaan visual yang tajam
dapat dengan mudah menyingkirkan sedikit rambut dan
menambahkan janggut pada salah satu foto tua itu.
"Apa kau semacam seniman?"
"Parsons School of Design." Ia menaruh bukunya di sisi dan
menatapnya datar. "Jika sedang tak jadi pelayan di bar
mitzvah"
Dengan standar apa pun, ia tak bisa dianggap cantik. Ia terlalu
pucat dengan pipi cekung-hampir terlihat seperti orang sakit.
Lehernya terlalu kurus untuk menjaga kepalanya tetap tegak,
mata cokelat itu terlalu besar untuk wajahnya. Tetapi ada
sesuatu tentangnya yang tak bisa orang abaikan. Semacam
fatalisme sederhana yang membuatnya hampir terlihat glamor.
Kau bisa membayangkan dirinya menyalakan rokok dan dengan
tenang meniup padam korek api saat kau mengantarnya
berkendara dari tebing.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku hanya heran kau memakai pulpen. Kukira kebanyakan


seniman memakai pensil dulu agar mereka bisa menghapus garis
yang salah."
"Kenapa aku harus menghapus garis yang salah?" matanya
kembali ke buku. "Dalam hidup, kau tak menghapus kesalahan."
"Tapi bagaimana jika gambarmu benar-benar kacau?"
Ia mengangkat bahu. "Kau timpa saja. Atau gambar lagi,
seperti disengaja. Kadang gambarnya akan terlihat lebih bagus
jika seperti itu."
"Di atas kertas apa pun?" Hoolian menaruh telapak tangan di
dagunya, menutupi parut.
"Ya," akunya. "Kadang lebih baik jika di kertas." "Omongomong, apa yang kau sukai?"
Bibir gadis itu menciut menjadi huruf O kecil yang hampir
samar, seakan-akan ia memintanya menanggalkan pakaian.
"Maksudku, kau menyukai komik atau apa?" kata Hoolian,
mengerti sendiri.
"Tentu saja," jawab gadis itu, menaruh pulpennya dengan
serius.
"Seperti apa?"
"Art Spiegelman. Jenius."
Ia mengangguk, tak yakin siapa orang itu.
"R. Crumb. Jenius. Joe Sacco. Safe Area Gorazde. Benarbenar jenius."
"A-ha."
Ia menyebutkan nama-nama lain dengan suara datar bosan
seperti pelayan restoran seafood mengantar tamu yang datang
terlambat. "Jaiem Hernandez dan Gilbert Hernandez. Love &
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Rockets. Jenius. Eric Drooker. Flood! Jenius. Eyeball Kid.


Jenius... "
Ia benar-benar bingung, tak kenal satu pun tokoh yang disebut
gadis itu. Entah apakah orang-orang itu menerbitkan karyakaryanya ketika ia dipenjara atau komiknya terlalu dewasa
untuk ia baca sebelum dirinya ditahan.
"Bagaimana dengan komik Marvel dan DC?" tanyanya, berusaha
kembali ke percakapan yang ia ketahui.
"Oh ya. Frank Miller, The Dark Knight. Jenius. Stan Lee dan
Jack Kirby. Luar biasa jeniusnya. Aku mau mengandung anakanak mereka hanya agar mereka punya bibit jenius."
"Sungguh?"
"Menurutmu, bagaimana?" ia membiarkan pundaknya melorot
yang membuat Hoolian sama sekali heran.
"Aku hanya belum pernah bertemu cukup banyak gadis yang
menyukai hal-hal yang kusukai juga."
"Oh? Kau dari mana?"
Hoolian mencabuti bulu bawah dagunya. "Kau tahulah. Dari
sebuah tempat. Suatu waktu."
"Hmm, sangat misterius."
Tiap kali ia menganggap gadis itu sedang bercanda, tekanan
nada suara gadis itu berubah sedikit.
"Kau juga menggambar?" tanya Zana, hampir jatuh dari
duduknya saat kereta berbelok.
"Aku?" ujar Hoolian, siap meladeni. "Tidak, tidak seperti itu.
Aku hanya penggemar. Mengerti maksudku? Meski kadang
kupikir aku punya ide cerita. Ide gila saja. Tak pernah ada yang
kutulis."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Coba ceritakan."
"Tidak, aku malu. Kau akan mengira aku orang idiot."
"Teruskan," pintanya, seperti birokrat tak sabaran. "Aku tak
menilaimu."
Gampang saja baginya bicara. Tampaknya ia berusia dua puluh
empat tahun. Apa yang ia tahu tentang kehilangan kebebasan,
tentang menghilangkan kebosanan dan keputus-asaan, tentang
membuat cerita saat kau tak bisa tidur karena orang di atas
tempat tidurmu tak berhenti berteriak-teriak tentang bau
tembok basah dan diare, tentang kengerian dan kecemasan
yang menyebar dari satu sel ke sel lain seiring berembusnya
kabar bahwa seseorang gantung diri atau menyayat dirinya
sendiri?
"Oke... " ia mendehem. "Nah, begini, dalam cerita ini umat
manusia telah menyembuhkan semua penyakit utama. Tak ada
lagi kanker, AIDS, diabetes. Tak ada apa-apa. Orang-orang tak
lagi membotak. Yang tersisa hanya ketakutan."
"Hmm."
"Karena itu mereka mencoba menciptakan vaksin untuk
melawan hal itu. Semacam vaksin polio kuno, ketika mereka
memberikan sedikit dari apapun
yang paling kau takuti tetapi setelah itu kau tak pernah lagi
mengalami ketakutan itu. Yang ada hanyalah, vaksin itu
berbalik menyerang, mengawali epidemi. Semua orang menjadi
gila akibat paranoid dan mulai saling membunuh."
Gadis itu mendesah. "Dari tempat asalku, itu adalah
kenyataan."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian berhenti, berusaha mengira-ngira maksudnya. Tetapi


mata tamborin gadis itu bergidik di atas pipi cekungnya, tak
memberi petunjuk sama sekali.
"Tetapi kemudian ada seorang anak yang tak pernah
memperoleh vaksin itu, karena mereka mengira ia akan mati
ketika bayi-"
"Kukira mereka telah menyembuhkan semua penyakit."
"Aku tak tahu, mungkin ia lahir dengan jantung lemah atau
apalah," katanya, sedikit kesal oleh interupsi itu. "Apa pun. Ia
tetap hidup ketika semua orang menggila dan saling membunuh
di jalanan. Seharian itu, ia mengembara mencari makanan dan
malam hari, ketika semua zombie keluar, ia bersembunyi di
Museum Metropolitan, dengan semua perisai dan pedang
samurai untuk melindungi diri... "
"Lalu apa yang terjadi?"
"Aku tak yakin." Hoolian menyentuh wajahnya. "Aku tak pernah
bisa menyelesaikan bagian cerita itu."
"Mungkin ia bertemu seorang gadis," tukasnya.
"Bagaimana caranya? Semua orang menjadi zombie."
"Mungkin gadis itu bersembunyi di bagian lain museum,
mengawasinya sepanjang waktu.... Mungkin mereka saling jatuh
cinta dan mencoba memulai kembali kehidupan ras manusia."
Hoolian menyelidiki wajah itu. Lewat curahan cahaya dari
jendela, ia menyadari wajah gadis itu sedikit berubah.
"Aku belum memikirkan cerita itu sebagai kisah cinta."
"Siapa bilang ini kisah cinta? Mungkin akhirnya mereka semua
mati."
"Wow." Ia hampir tertawa. "Itu dalam sekali. Bukan begitu?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagiku, itu yang paling masuk akal." Ia mengangkat bahu lagi.


"Tapi aku berasal dari Phristine."
Ia tahu gadis itu mengatakan sesuatu yang penting. Tetapi ada
perubahan halus pada intonasi, suaranya yang naik sedikit saat
menyebutkan nama tempat asalnya. Masalahnya, ia sama sekali
tak tahu apa yang ia maksud. Ia tak tahu letak Phristine itu.
"Kukira pasti sulit sekali di sana," gumamnya.
"Saat aku kembali ke rumah ayahku tahun lalu, yang tersisa
hanya lebah-lebah di halaman belakang, berdengung di tempat
dulu tempat kami menaruh sarang mereka."
Ia mengangguk, berpura-pura mengerti. Terakhir kali ia
membaca koran secara teratur adalah dua puluh tahun lalu.
Lama sekali ia hanya mengungkung diri dan bersikap seakan
dunia luar tak nyata, sehingga ia bisa fokus bertahan hidup di
penjara. Ia berhasil menjauhi AIDS dan narkotika, melewatkan
lima kali pemilihan presiden, hanya samar-samar tahu tentang
ambrolnya Tembok Berlin. Mungkinkah ada Perang Dunia III
ketika ia dipenjara? Tumpukan beban kabar yang ia tak ketahui
mulai menggantunginya seperti orang utan.
"Jadi, seperti apa gambarmu?" Hoolian bertanya, merasa malu,
berusaha mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri.
Tanpa basa-basi, gadis itu menyodorkan buku sketsanya
melintasi lorong. "Wow, coba lihat itu."
Zana menggambar sedikit lebih muda dari usia sesungguhnya,
dengan rambut lebih panjang, bulu mata tak tercukur, seolah
gadis itu secara naluriah tahu penampilannya dulu. Janggutnya
dibuat lebih kecil yang mestinya memperlihatkan parut dan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

hidung yang tidak patah-itu semua membuatnya tersenyum


tipis, sadar wajah aslinya mungkin tidak cukup baik.
Tapi apa yang paling menarik perhatiannya adalah beberapa
detail yang lebih halus. Kusut keningnya, lipatan di leher,
bentuk segitiga hidung dan mulutnya. Gadis itu pasti telah
memperhatikannya jauh lebih lama ketimbang yang ia sadari,
mengamati dengan saksama.
Mungkin ia harus minta nomor teleponnya. Mungkin mestinya ia
tak berbuat apa-apa. Mungkin ia harus bertanya di mana gadis
itu turun. Mungkin ia harus pindah ke gerbong lain sebelum hal
buruk terjadi.
"Hey, apa ini?" tanyanya, melihat sejumlah lengkung dan garis
pendek yang digambar Zana di sekitar kepalanya seperti
retakan-retakan akibat ledakan.
"Tepi."
"Tepi apa?"
"Dari tempat kau mungkin bermula dan berakhir, tapi aku juga
tak yakin. Kau tak pernah tahu kapan kau pertama kali bertemu
seseorang. Seorang besar ternyata kecil, seorang lemah
ternyata kuat."
"Tetapi apakah kau akan meninggalkan tanda-tanda itu begitu
saja? Atau kau akan memperbaikinya nanti?"
"Aku meninggalkannya begitu saja, agar aku ingat. Karena itu
adalah yang terbaik, saat tak ada apa-apa untuk dipastikan.
Semua gemerlap. Seandainya bisa seperti itu terus."
Peluit kereta menghasilkan bunyi keras, memberi tahu pekerja
tengah malam untuk turun.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau cukup aneh," ujar Hoolian, mengembalikan buku. "Kau


menyadari?" "Dan, kau tidak aneh?"
"Aku tak tahu siapa aku ini," ujarnya. "Kau mau makan sesuatu
setiba kita di kota?"
26
Senin pagi, Francis berdiri di ambang pintu kantor Satuan
Tugas Pembunuhan North Manhattan, memperhatikan petugas
lokal berangkat ke utara Broadway dari jendela. Gema dari rel
kereta terkadang membuatnya berpikir tentang jiwa-jiwa
orang yang dibunuh yang berlalu melewati kantor, melirik
sepintas kalau-kalau ada orang yang mengerjakan kasusnya.
Tempat itu sendiri tidak istimewa. Ruangan hijau pucat
berlantai licin, sembilan meja berjejer, sepasang foto dibubuhi
tanda tangan para pemeran seri NYPD Blue, papan gabus
bertempelkan carikan-carikan kecil kertas dan para deputi
yang memandang seperangkat balok-balok kayu Art and Crafts
yang memajang nama jajaran detektif paling elit di kota itu,
dan otomatis, di dunia. Setiap pembunuhan yang terjadi antara
59th Street dan tepi pulau itu-entah di penthouse Fifth
Avenue atau tempat latihan menembak Washington Heightssemua berada di bawah wewenangnya, dan bahkan setelah
sepuluh tahun, Francis masih mendapat diskon tiket untuk
menonton sirkus di barisan depan setiap hari.
Di sinilah tempat sejatinya. Tuhan tahu, ia akan merasa
kesulitan menyesuaikan diri di tempat lain. Bagaimana lagi ia
akan menemukan tempat yang cocok baginya, orang-orang yang
bicara dalam bahasa yang sama? Kisah

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dan lelucon di sini tak pernah dialihbahasakan. Bagi orang


normal, lelucon mereka tak lucu, seperti tentang seorang
sinting yang berkoar-koar tentang seseorang yang hampir
memotong urat "gigolo"-nya dalam sebuah perkelahian atau si
pandir yang memukul seorang lelaki dengan kentang Idaho
untuk membungkamnya. Ia memperhatikan gerbong kereta
perak berubah menjadi tetesan merkuri dalam cahaya
matahari, sebuah momen refleksi suram yang hanya diganggu
ketika ia memalingkan mata dan melihat seorang detektif muda
bernama Steve Barbaro tengah mengais-ngais kotak catatan
telepon di mejanya.
"Kau sedang apa, Yunior?" katanya, memindahkan mug Rolling
Stones bergambar bibir dan lidah miliknya ke tempat aman.
"Skumpy menyuruhku memastikan bahwa kau belum
menghubungi nomor-nomor telepon ini," kata Yunior sambil
mengangguk ke arah seorang detektif lain, dua meja jauhnya.
Francis menoleh pada empat detektif lain yang datang lebih
dini untuk mengerjakan kasus Christine Rogers, bertanyatanya mengapa tak satu pun dari mereka yang mau repot-repot
membelanya.
"Tak bisakah kau meminta saja?"
Anak itu mengangkat bahu. Ia mungkin akan menjadi detektif
hebat suatu hari nanti, tapi ia perlu sedikit dipoles. Pria Italia
kurus yang kuliah di Dartmouth dan mengira dirinya harus
membuktikan bahwa ia bisa menyalak dan menggigit seperti
anjing besar.
"Ini yang komandan juga inginkan," kata Yunior. "Sejak kapan?"
"Tanyakan saja sendiri."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Yunior memberi isyarat ke arah kantor letnan dengan


jempolnya, tempat Jeny Cronin, kini kepala detektif
Manhattan, bekerja dan mulai menelepon. Francis sadar ia
pasti melewatkan orang itu dari sudut matanya ketika masuk
ke ruangan.
"Apa yang terjadi, JC?" ia bergegas masuk ke ruangan itu
tanpa mengetuk.
"Sudah dulu, ya." Kepala detektif itu menutup telepon dan
menengadah. "Selamat pagi, Detektif."
"Apakah aku terlihat tak penting di matamu?"
JC melirik tajam. Waktu membuatnya makin kecil dan liat.
Rambutnya berubah menjadi cakram tipis di puncak kepala, dan
kulitnya tampak terbakar, membuatnya jelas terlihat sebagai
kandidat pasien tekanan darah tinggi. Sepertinya ia
menghabiskan hampir sepanjang hidup untuk mengomel tentang
suasana hati komisaris yang naik turun, mimpi untuk memimpin
sidang di sebuah sudut di bar dengan Frank Sinatra mengirim
sebotol Hennessy's.
"Kami pikir kasus Christine sebaiknya ditangani orang baru,"
ujarnya.
Francis menutup pintu di belakangnya, sadar semua orang di
ruang skuad tengah memperhatikan mereka berdua lewat kaca.
"Ada masalah, JC?"
"Tentang laporan yang kau dapat dari kantor forensik." Jeny
menggelengkan kepala. "Pasangan DNA dari wanita yang sama?"
"Itu pasti suatu kekeliruan." Francis berpaling dan melihat
Rashid Ali berjalan menuju ruangan membawa sekotak baru
catatan medis. "Ketiga sampel itu tampaknya berasal dari
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Allison Wallis, dan kita semua tahu itu tidak benar. Segera
setelah aku berhasil memperoleh sampel bandingan dari ibunya,
semua akan beres. Aku sudah meneleponnya."
"Eh..." Kepala Detektif itu mengerucutkan bibirnya.
"Apa?"
"Aku mendapat telepon dari Judy Mandel dari Trib pagi ini. Ia
ingin tahu mengapa kita mempekerjakan orang yang sama untuk
dua kasus tersebut."
"Aku tak bilang padanya," kata Francis. "Ia yang merecoki Dick
Noonan dari bagian Enam-0 tentang masalah guru dan bom di
bus sekolah..."
"Kami kira mungkin kau ingin mundur selangkah."
"Mundur selangkah?"
"Sejumlah orang merasa khawatir dengan perkembangan kasus
ini," kata JC. "Mereka pikir kau agak terlalu menganggap
pribadi kasus ini."
"Ini pendapatmu, Jerry, atau atasanmu?"
"Kau detektifnya. Kira-kira sajalah. Mereka hanya ingin
memastikan tak ada yang akan menuduh mereka berpandangan
sempit."
"Maaf, tolong ulangi?" Francis menaruh tangan di belakang
telinganya.
"Mereka tak ingin ini terlihat seolah-olah upaya balas dendam.
Terlihat agak aneh. Dakwaan Hoolian dicabut, dan bum, segera
saja kau mencarinya untuk pembunuhan lain."
"Maaf, Jerry, bukan aku yang membentangkan benang
merahnya." Francis menaruh tangan di jantungnya. "Kawan
Christine di rumah sakit berkata ia 'terobsesi' dengan Hoolian.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Itu kata-katanya, bukan aku. Adakah yang berpikir aku


memasang guntingan-guntingan berita koran itu di lacinya?
Demi Tuhan, tim TKP menemukan sebuah video di VCR tentang
kisah Hoolian dari berita lokal yang direkam di dalamnya.
Rashid hanya memperlihatkan foto Polaroid pada pengelola
apartemennya dan ia berkata melihat Hoolian di sekitar situ
beberapa minggu sebelumnya. Jadi jangan katakan aku
menutup mata."
"Ya, jika DNA menyatakan bahwa pembunuhnya wanita,
mengapa kita tak mulai mencarinya?"
"Kami memang mencari wanita." Francis bersikeras, sedikit
melengking. "Kami melakukan referensi silang daftar staf di
kedua rumah sakit, untuk melihat jika ada wanita yang bekerja
bersama Christine maupun Allison. Kami kembali melacak
catatan telepon, melukis ulang kedua gedung apartemen secara
terpisah, mewawancara ulang kedua keluarga korban untuk
mengecek kalau-kalau para korban memiliki masalah dengan
seorang wanita."
Ia menoleh kembali ke ruangan dan merasa tohokan di ulu
hatinya ketika melihat si Yunior masih berdiri di mejanya.
"Aku hanya ingin mengatakan sedikit pemisahan tak akan
terlalu mengganggu," kata JC.
"Jadi, begitu saja? Kau menyisihkanku? Jeny, aku sudah
mengenalmu dua puluh dua tahun."
"Jadi kita bisa saling jujur satu sama lain." Lelaki itu
merendahkan suaranya. "Jika kau terbukti ngawur dalam kasus
1983, ingat-ingat saja, kau tak akan menjadi nomor satu dalam
daftar untuk memperoleh promosi jabatan April nanti."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis memalingkan kepala lagi, yakin hingga seperempat


detik yang lewat seluruh penghuni ruangan menonton mereka
berdua. Tak peduli jika penglihatannya sedikit berkurang. Jika
lima detektif terbaik kota itu berkumpul bersama dalam
sebuah ruangan dan tak seorang pun melihat langsung padamu,
bisa dipastikan kau tengah dicurigai.
"Oh, kau benar-benar punya nyali," katanya.
"Ayolah... "
"Tidak, kau yang ayolah. Kau pikir kau akan punya dana pensiun
jika aku tidak melakukan investigasi dan memperoleh
pernyataan dari Julian Vega?"
"Hey, siapa pula yang memintamu ikut investigasi sejak awal?"
telinga JC memerah. "Seingatku, si Turki ingin kau keluar dan
menulis surat panggilan lalu lintas di Staten Island setelah
tugas kecilmu di Farm. Aku yang memberimu kesempatan. Jadi
jangan bicara padaku tentang balas budi."
"Baiklah. Kalau begitu kita harus bersama-sama menyelesaikan
kasus ini. Jadi jangan coba-coba menyingkirkanku, Keparat."
Dari balik Kepala Detektif, Francis melihat sehelai kertas lilin
terbang saat kereta lewat dan mendarat dengan malas di
lengkung West Side Highway, menghilang dari pandangan
sedetik sebelum waktunya.
"Kau tahu, kau lebih baik tidak memanggil asisten kepala
dengan 'keparat,'" ujar JC, tenang.
"Baiklah, aku salah omong. Kau keparat tak tahu terima kasih."
JC melipat tangannya. "Jimmy Ryan kembali ke satuan tugas
untuk kasus ini. Ia akan memimpin kasus Rogers dan Steve

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Barbaro akan membantunya. Dan tak ada yang bisa mengubah


keputusan itu."
"Kukira Oz telah bicara kalau begitu." Francis mengambil napas
dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan beban. "Tapi kau
harus mengizinkanku mengikuti perkembangan dengan Eileen
Wallis."
"Kenapa begitu?"
"Bunuh dua burung dengan satu batu. Kita perlu menanyainya
apakah ada wanita yang bermasalah dengan Allison, dan kita
harus mendapatkan sampel DNA darinya untuk mengeliminasi
Allison sebagai donor. Akulah yang punya hubungan dengan
keluarga itu. Jika kau mengirim Ryan dan Yunior, ia akan
melompat ketakutan dari jendela. Dan, kau akan memperoleh
berita buruk."
"Kau sudah menelepon?"
"Aku baru mau pergi, jika kau ingin ikut."
"Brengsek. Kau seperti salah satu dari pengembang properti,
meminjam begitu banyak uang dari bank sehingga pihak bank
tak tega membiarkannya bangkrut. Kenapa aku begitu terikat
denganmu?"
"Kukira sudah tertulis nasibmu dalam zodiakmu, Sobat."
Kereta ke arah selatan melintas, mengempaskan debu rel ke
mobil para detektif yang di parkir tepat bawahnya.
"Tolong, buka terus pikiranmu," kata JC.
"Aku selalu terbuka. Aku melihat kanvas kosong. Aku menerima
semua panjang gelombang. Aku hidup dalam pita tujuh puluh
milimeter IMAX Dolby Surround Sound. Aku menerima apa
saja."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, bagus." JC kembali duduk, merasa puas untuk sesaat.


"Tapi, aku berpendapat," ujar Francis. "Orang yang sama telah
membunuh kedua gadis ini."
27
"Bagaimana kemarin malam di katering?"
Hoolian menengok pada Nona A yang menghampiri saat makan
siang dan menemukannya di ruang konferensi kecil berpanel
kayu berantakan yang ia tempati bersama dengan para
pengacara imigrasi di bawah, dikelilingi kotak-kotak kardus
transkrip pengadilan dan catatan telepon New York tahun 1983
yang berhasil ia peroleh dari kantor Jaksa Wilayah.
"Lumayan," katanya. "Aku ketemu seorang wanita."
"Oh-oh."
"Tak apa. Cukup menyenangkan. Ia menjadi pelayan di bar
mitzvah. Kami bercakap-cakap di kereta cukup lama kemudian
pergi makan di Sbarro di 34th Street."
"Kau menceritakan kisahmu?" Wanita itu duduk di tepi meja
rapat. "Tidak. Menurutmu haruskah?"
"Aku tidak tahu," dalihnya, si ahli kencan dengan setelan ruang
pengadilan garis-garis. "Situasimu sulit."
"Memang. Tidak gampang berkata 'aku baru saja keluar
setelah dipenjara selama dua puluh tahun dan aku masih
didakwa, lalu mau kencan denganku?'"
"Kalau aku, lebih baik menunda dulu sementara waktu." Kaki
kanannya mengayun ringan.
Hoolian merasa penampilan Debbie tampak lebih baik hari ini.
Ia tidak hanya memakai setelan garis-garis dan sepatu
pengadilan serta rok yang naik di atas lutut saat menyilangkan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

kaki, tapi ia juga memakai rias wajah lebih banyak dan


maskara. Ia mengenakan blus sutera putih dengan satu kancing
teratas membuka, memperlihatkan kalung perak pada tulang
selangka yang telanjang. Rambut kuningnya sedikit lebih
terang. Mengapa ia tak terlihat seelok ini ketika berada
memperjuangkan kasusnya di pengadilan?
"Jadi, menurutmu, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku
memberitahunya?"
"Ya, Tuhan, Julian, aku tidak tahu. Jika kau langsung
memberitahunya bahwa kau dipenjara karena membunuh
seorang wanita, pasti kau akan membuatnya cemas. Tapi jika
menunggu, seakan-akan kau menyembunyikan sesuatu."
"Yeah. Aku juga berpikir begitu."
"Kurasa aku harus memikirkannya baik-baik. Aku tak menduga
itu bakalan terjadi begitu cepat."
Ia mengenakan sepasang kaca mata dan melihat Hoolian tengah
mencatat di kertas. "Nah, kau ada urusan apa?"
"Kau bilang aku harus ikut membantu sedikit. Jadi aku akan
mencoba beberapa nomor telepon lama yang dihubungi Allison
setelah aku meninggalkan apartemennya malam itu."
Kaca mata itu adalah sepasang mata kedua, Hoolian tersadar.
Sekali waktu, wanita itu melihat padanya bukan hanya sebagai
pengacara tapi juga sebagai seorang wanita, berusaha mencari
tahu apa yang orang lain lihat dari dirinya.
"Oh, mestinya aku memberitahumu agar tak perlu repotrepot," kata wanita itu. "Kebanyakan nomor itu sudah diputus.
Aku sudah memeriksanya. Sudah dua puluh tahun berlalu.
Hampir semua orang berdiam hanya di satu tempat."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Apakah Debbie sedang mencoba mengatakan bahwa ia yang


diam di tempat? Kelepasan bicaranya terasa menyengat
sedikit, hingga ia menyadari bahwa Brooklyn bahkan belum
memiliki kode pos sendiri ketika dirinya ditahan.
"Ya, tentu, sudah kuduga. Aku hanya berpikir tak ada salahnya
mencoba..." Ia membalik-balik halaman, menghindari mata
wanita itu sesaat. "Apakah kau menyadari Allison terusmenerus menghubungi dua nomor yang sama setelah aku
meninggalkan apartemennya malam itu?"
"Ya, aku juga menyadarinya." Nona A. mengangguk.
"Seharusnya kukatakan padamu. Ia menghubungi kakaknya di
Manhattan dua kali dan ibunya di Sag Harbor dua kali."
Hoolian menaruh catatannya, sedikit bingung. "Tapi itu bagus.
Ya, kan? Membuktikan bahwa ia masih hidup ketika aku pergi."
"Itu juga menunjukkan bahwa ia mungkin cukup marah tentang
sesuatu yang terjadi ketika kau di sana dan mungkin ingin
bicara pada seseorang mengenai hal itu."
"Oh."
Hoolian menyandarkan badan, dengan rasa sakit tak nyaman di
lehernya.
"Dakwaannya bisa saja tetap menyatakan bahwa kau pergi ke
bawah, mengambil kunci, dan kembali masuk setelah ia tidur,"
katanya. "Sama ketika kau masuk diam-diam untuk mencuri
album fotonya."
"Apa hubungannya itu dengan semua ini? Mereka tak
memenjarakanku dua puluh tahun karena mengambil sebuah
album foto."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Hey, aku ada di pihakmu." Wanita itu menepuk lengannya.


"Ingat?"
Hoolian menengadah padanya tak yakin. Pengacaraku. Orang
yang mengeluarkanku dari sel. Kau tak akan ada di sini jika
bukan berkat dia, Sayang. Di lain pihak, ia pernah menjadi
jaksa penuntut. Dan, dalam pikirannya, itu seperti menjadi
vampir atau terlibat Mafia. Kau bisa bertingkah seakan kau
berubah, tapi kau tak pernah berhenti mencari darah untuk
diisap.
"Ada hal lain yang mesti kita fokuskan," katanya, memulai
tugas baru. "Apa itu?"
"Tentang siapa yang memiliki kemungkinan melakukan
pembunuhan ini. Pengacara pertamamu berusaha melontarkan
wacana itu, tetapi ia tak pernah memperoleh alternatif lain
yang bisa dikemukakan kepada panel juri."
"Karena ia pemabuk tua penipu yang tak pernah peduli padaku."
"Mungkin saja. Tapi jika kasus ini kembali ke persidangan, kau
lebih baik punya jawaban lain." Ia menatap Hoolian dengan
tatapan tak mengenakkan. "Ayolah. Kau punya waktu dua puluh
tahun untuk memikirkan hal itu."
"Itu bukan tugasku." Hoolian menyeringai singkat, berusaha
membuat Debbie terkesan dengan gaya latinnya.
Wajah Debbie melorot turun seperti gaun tak disetrika.
"Dengar, mengapa aku mesti melakukan tugas polisi untuk
mereka?" ujar Hoolian. "Aku telah dipenjara sejak 1984. Dari
mana aku tahu siapa saja yang ia temui atau orang yang ia ajak
bicara?"
"Ya, siapa lagi yang punya kunci ke apartemennya?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Di dalam gedung? Aku sudah mengatakannya ratusan kali.


Hanya pengelola dan penjaga pintu."
"Apakah mereka menanyai ayahmu tentang di mana ia berada
malam itu?"
Pertanyaan itu nyaris menohoknya dari kedua sisi.
"Kenapa kau ingin bicara tentang hal itu?" tanyanya, terluka.
"Detektif itu punya catatan bahwa ayahmu bilang ia sedang
kencan dengan seorang wanita bernama Susan Armenio. Kau
pernah bertemu dengannya?"
"Tidak." Hoolian melipat dan membuka lagi kedua tangannya.
"Kukira ia tak pergi dengannya lagi. Ia tak pernah bersama
siapa pun kecuali ibuku."
"Jam berapa ia pulang malam itu? Menurut pengakuannya pada
polisi, ia baru pulang sekitar pukul empat tiga puluh pagi.
Benarkah itu?"
"Jika ia bilang begitu, maka begitulah. Ia tak pernah
berbohong tentang apa pun."
Ia melihat sosok Debbie, membuatnya tak lagi seperti boneka
porselen tapi lebih seperti elang. "Tapi, apakah kau melihat
atau mendengar ia pulang?"
"Apa yang ingin kau katakan?" Hoolian merasakan jari-jarinya
menggulung menjadi kepalan.
"Aku hanya bertanya. Ia pasti sering keluar-masuk apartemen
penyewa setiap waktu dengan kuncinya."
"Tidak." Ia menggeleng, seperti anak kecil menolak sendok
obat yang disodorkan padanya. "Jangan bicara seperti itu."
"Kenapa tidak?"
"Ia tak punya, kaitan sama sekali dengan gadis itu."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dari mana kau tahu?" Debbie menggelengkan kepala ke satu


sisi dengan curiga. "Apakah ia pernah membicarakan apa yang
ia lakukan malam itu dengan rinci padamu?"
"Ia tak perlu membicarakan hal itu denganku, oke?" kepalannya
makin kuat, kukunya menghujam pada bantalan telapak tangan.
"Ia benar-benar malaikat. Selalu memastikan aku punya uang
dalam tabungan. Naik bus Columbus Circle tiap dua minggu
sekali untuk menjengukku di penjara, dengan wanita-wanita
jalang yang selalu merokok itu. Jadi, jangan berkata buruk
tentangnya."
"Oke, tenanglah." Nona A menepuk udara, berusaha
menenangkannya. "Aku hanya mencoba melihat dari sudut
berbeda yang mungkin tak kau pertimbangkan."
"Sekarang kau membuatku mempertimbangkannya. Dan tak ada
apa-apa di sana. Tutup kecurigaanmu. Kecuali kau ingin aku
mencari pengacara lain."
"Ya, kalau begitu kau tak banyak memberi petunjuk untuk kita
kerjakan." Bahunya melorot. "Kita tak bisa menemukan portir
itu. Bukti DNA masih belum kembali. Dan, kau masih belum
punya saksi lain untuk alibimu. Kuberi tahu, aku mulai sedikit
gelisah. Kita menempatkan diri terlalu jauh dalam cabang,
menolak membuat kesepakatan ketika punya kesempatan. Tak
akan mudah untuk kembali lagi sekarang."
Mendengarnya kembali pada kebiasaan berbicara terlalu cepat
membuat Hoolian mencangkung sedikit. "Jadi, dapat kabar apa
dari kantor Jaksa Wilayah?"
"Tak banyak hari-hari ini. tapi mereka mungkin tengah sibuk
dengan pembunuhan lain yang sedang hangat di surat kabar."
"Aku tak tahu tentang itu."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia menatapnya aneh. "Gadis dari Mount Sinai." Ia berhenti,


menunggu kerlip ingatan. "Aku tak mengerti bagaimana kau bisa
tidak tahu. Belakangan beritanya muncul tiap hari di koran."
"Aku bisa ngomong apa?" Ia menutup kuap dengan kepalan.
"Aku sibuk, mengerjakan kasus dan mencari sedikit uang."
"Begitu." Matanya terhenti menatap kepalannya, mengamati
balutan di sana. "Kau pernah berpikir untuk menuntut
supermarket-nya!"
"Ha?"
"Kau bilang tanganmu tersayat ketika bekerja di gudang
penyimpanan. Kami berpikir untuk melayangkan tuntutan
terhadap mereka."
"Ah, itu tak perlu." Ia menurunkan kepalannya ke samping. "Aku
sudah memikirkan hal itu. Manajer memberiku pekerjaan dan
aku tidak terus terang padanya. Aku memperoleh ganjaran
yang sudah sepatutnya."
Mata Debbie melirik balutan itu, bagaikan lipstik pada kerah
baju. Hoolian menyadari semua percakapan ini bak kencan
kedua. Wanita itu masih menyelidiki, menguji, dan mencoba
memutuskan apakah ia dapat dipercaya. Wanita itu tahu ada
hal-hal yang belum ia ceritakan dan akan tiba waktunya ketika
ia tak lagi bisa mengabaikan.
"Kau tahu, aku telah berpikir tentang yang kau katakan
sebelumnya." Debbie mencopot kaca matanya. "Kupikir ini
mungkin terlalu cepat bagimu untuk terlibat dengan
seseorang."
"Mengapa?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau masih diliputi berbagai masalah. Kita masih punya banyak


pekerjaan yang mesti dilakukan untuk kasus ini, dan banyak sisi
hidupmu yang belum kokoh. Ini bukan waktu yang tepat."
"Lalu menurutmu berapa lama aku harus menunggu?"
"Aku tak tahu." Ia menaikkan dagunya, berpikir. "Mungkin
hingga dakwaannya dicabut."
"Yang bisa makan waktu berbulan-bulan atau mungkin bahkan
tak pernah. Begitu, kan?" Ia merendahkan suara. "Nona Aaron,
aku boleh bicara sesuatu? Aku tak pernah memiliki hubungan
nyata dengan seorang wanita. Apa Anda tahu?"
"Tidak. Tentu tidak."
"Maka katakan apa yang mesti kulakukan." Ia meraih lengan
baju wanita itu dengan tangannya yang terbalut.
Dengan refleks, Debbie menarik tangannya. Lalu, tersenyum
meminta maaf atas reaksinya tersebut.
"Tenanglah, Julian. Kau mungkin bisa menceritakan hal itu
padanya perlahan-lahan. Seorang gadis mungkin punya
masalahnya sendiri."
28
"Sang putri! Sang putri! Oh, cakarku tersayang! Oh, bulu dan
kumisku! Ia akan membunuhku, seperti musang-musang!"
Anak enam tahun itu melarikan diri dari Eileen, menjerit-jerit
riang, si kecil lincah berambut merah yang merangkak di balik
kelinci perunggu besar dengan ikat pinggang dan jam tangan
saku.
'"Penggal kepalanya!' kata sang Ratu." Eileen merayap
mendekati. "Penggal kepalanya!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Adiknya, berusia tiga tahun, juga bocah berambut merah


dengan kulit seputih pualam, tertatih-tatih mengejar Eileen,
menyentak-nyentak belakang blusnya.
"A-ha!" Eileen berputar. "Potong leher Dormouse itu!
Kembalikan ia ke pengadilan! Tindas dia! Cubit! Cabut
kumisnya!"
Mungkinkah ini wanita yang sama dengan wanita yang
terhuyung-huyung masuk ruang pengadilan kurang dari sebulan
lalu dalam keadaan linglung sambil dipapah putranya? Francis
berdiri di belakang pagar tanaman yang baru dipangkas,
mengamati Eileen saat melompati anak-anak yang menjeritjerit mengelilingi patung Alice in Wonderland di Central Park.
"Kasihanilah!" Dengan terkikik, anak enam tahun itu berlari di
bawah tudung jamur perunggu yang mengubah warna sepatunya
yang tergores-gores di bawah sinar matahari siang hari.
"Tidak, tidak!" kata sang Ratu. Eileen menggertakkan gigi dan
mencakar ke arah anak itu. "Tak ada kasihan! Hukum lebih dulu!
Vonis belakangan!"
Anak itu menyembur keluar melewati patung Mad Hatter,
neneknya melonjak-lonjak mengejar dengan sepatu tenis,
sambil si kecil menggantung di ujung blusnya, dan berhenti
mendadak ketika dilihatnya Francis melangkah keluar dari balik
bangku.
"Kau kelihatan cukup gesit, Eileen."
Perlahan-lahan ia berdiri dan menyuruh anak-anak kembali pada
pengasuh mereka, seorang gadis kekar yang memakai kaus
"Legalkan Itu" yang tengah ngobrol dengan para pengasuh lain.
"Kadang-kadang aku sehat, namun di hari lain tidak," katanya
hati-hati. "Hari ini mestinya cukup baik."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kini tidak lagi?"


"Aku selalu gembira menemuimu, Francis, tapi kau tak selalu
memiliki kabar baik."
Suaranya masih serak dan kering, khas wanita tua yang
membuat orang mudah membayangkan dirinya mengisi perut di
bar di Farrell's bersama sejumlah petugas pemadam kebakaran
atau menyeret seekor cerpelai di sepanjang lantai marmer
pada pembukaan sebuah pertunjukan Broadway.
"Apakah kau membuntutiku ke sini, Francis?"
"Ya," akunya. "Tapi hanya karena kau tak balas
menghubungiku."
"Ya, sayang memang. Perilaku depresi maniak memang yang
terburuk, bukan begitu?"
Francis menengok ke samping, terkejut mendengar Eileen
mendamprat diri sendiri. Mendengar cerita Tom tentang
betapa lemah kendalinya pada kenyataan, ia sebetulnya tak
berharap banyak hari ini.
"Kopi?" Francis meraih kantung untuk mengambil gelas ekstra
yang ia bawa serta. "Aku ingat, kau suka kopi pahit, sepertiku."
"Tidak, terima kasih." Eileen menoleh pada anak-anak itu. "Aku
tak butuh apa-apa lagi untuk membuatku terus terjaga di
malam hari."
"Masih belum normal tidurmu?"
"Mereka bilang itu efek samping beberapa obat antidepresi ini.
Mulut kering, sembelit, hilang nafsu seksual, mikrografia,
halusinasi...seolah-olah semua hal itu tak akan membuatmu
bertambah depresi. Tapi, tidak, kurasa aku tak pernah
menikmati tidur enak dalam, mungkin, dua puluh tahun."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Mereka memperhatikan para bocah merangkak ke puncak


jamur dan berbaring menuju pangkuan Alice. Patung itu
memiliki ekspresi teduh dengan mata separo tertutup, seolah
modelnya baru saja memutuskan beristirahat sejenak di ujung
masa remaja.
"Kau tahu, dulu aku selalu membawa Allison ke sini." Ia
mengamati cahaya matahari yang menerpa perahu motor di
danau dekat sana. "Semua terjadi begitu cepat."
"Memang begitu." Francis mulai menghirup kopinya. "Aku punya
satu putra di ketentaraan dan satu lagi sedang kuliah tahun
kedua di Smith yang selalu memintaku membacakan Alice in
Wonderland sebelum tidur."
"Kayleigh, benar, kan?"
Francis meminum kopi terlalu tergesa dan langit-langit
mulutnya serasa terbakar. "Aku kaget kau masih
mengingatnya."
Patti baru saja hamil ketika kasus ini dimulai. Ia merasa tak
enak mengabarkan bahwa mereka tengah menanti kehadiran
jabang bayi pada seorang ibu yang baru kehilangan anaknya.
"Ah." Eileen menepuk samping kepalanya. "Masih ada yang
berfungsi di sini. Tak semuanya berkarat."
Francis menyentuhkan ujung lidah pada langit-langit mulutnya
yang terbakar tadi, mencermati bebek berlayar melintasi
kolam. Ia menghitung detik demi detik hingga tak lagi dapat ia
teruskan. Bagaimana mungkin wanita ini masih mengingat nama
yang tak pernah ia dengar lagi dalam dua puluh tahun, namun
bercerita pada semua orang bahwa putrinya masih hidup?

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Masa itu adalah masa-masa spesial, ketika hanya ada Allison


dan aku," katanya. "Memberi makan bebek di taman. Pergi
melihat mumi di museum. Kau tak pernah ingin mereka tumbuh
dewasa."
"Tom di mana?"
"Oh, itu masa ketika ia sedang di sekolah asrama atau
melewatkan musim panas bersama ayahnya. Menyedihkan apa
yang terjadi pada anak lelaki jika keluarganya berantakan."
"Ya." Francis mengangguk, teringat keluhan ayahnya tentang
beban yang ia tanggung setelah ibunya meninggal.
"Kami dulu suka bermain petak umpet di sekitar patung ini."
Eileen memperhatikan cucu-cucunya meluncur dan merangkak
di bawah jamur itu, menunggu untuk memulai pengejaran lagi.
"Itu kesukaannya. Bahkan ketika kami tinggal di apartemen
sederhana tanpa lift di Broadway dan 98th, butuh dua puluh
menit bagiku untuk menemukannya. Dan, ia kemudian ternyata
berada di keranjang pakaian. Atau di belakang tirai atau di
bawah ranjang. Tempat-tempat yang aku yakin sudah
kuperiksa. Ia seperti bisa menghilang lalu muncul lagi, seperti
kucing Cheshire tanpa senyum."
Bulu di pergelangan tangan Francis terasa menegang. "Eileen?"
"Ia adalah segalanya untukku, Francis. Segalanya. Kami begitu
dekat hingga sering ngobrol tiga kali dalam sehari di telepon.
Kami bahkan memakai pakaian yang sama. Tapi ia lebih baik
dariku. Maksudku, benar-benar lebih baik. Kadang aku merasa
iri. Menjadi seorang penulis sungguh tak berharga dibanding
menjadi seorang dokter. Setelah ia meninggal, kau tahu berapa
banyak orang yang mengirim surat?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tak tahu."
"Hampir seratus. Padahal dia baru setahun setengah di
Bellevue. Surat-surat itu datang berbondong-bondong, tentang
betapa ia telah menyelamatkan nyawa seseorang atau
pekerjaan mereka. Tapi kau tahu apa yang menyedihkan?"
"Apa?"
"Bahwa aku agak membenci orang-orang ini. Maksudku, aku iri
pada mereka. Karena tiap menit yang mereka jalani bersamanya
adalah setiap menit yang tak kumiliki." Ia berusaha tersenyum,
tetapi bibirnya enggan bergerak. "Aku tahu betapa gila
kedengarannya."
"Itu bukan masalah," ujar lelaki itu, menghiburnya. "Kau masih
menyimpan surat-surat itu?"
"Tidak. Kenapa?"
"Ah, bukan apa-apa. Kami hanya berusaha menyatukan
beberapa mata rantai yang terpisah."
"Bisa kau jelaskan lebih lanjut?
"Pernahkah Allison bercerita dirinya mengalami masalah
dengan wanita rekan kerjanya?"
"Ada masalah ya, dalam kasusnya?"
Mata Eileen mendadak bersinar begitu kuat seakan-akan
Francis dapat melihat langit di belakang kepala wanita itu.
"Tidak, bukan masalah besar. Kami hanya mencari beberapa
inkonsistensi..."
"Karena ia tidak mati," kata Eileen. "Itulah yang kukatakan
sejak lama..."
"Oh Tuhan." Francis memperbaiki sabuknya, sudah mengira
akan mendengar ucapan itu. "Eileen, aku tahu betapa kau
begitu menginginkan situasi itu."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tak seorang pun mau mendengarku." Ia menusukkan jarinya


pada lelaki itu. "Tapi ia masih di sana. Aku tahu itu... "
Tom benar. Eileen benar-benar telah tergelincir dalam
khayalan. Mungkin bakal sulit membujuknya untuk datang ke
pemberian kesaksian resmi atau memberi sampel DNA.
"Maksudku, saat kudengar ia telah pergi, aku kehilangan
pegangan." Kata-kata itu meluncur deras. "Aku pergi ke
apartemennya dan tidur di ranjangnya. Kukenakan piyamanya,
hanya agar aku bisa mencium baunya. Aku mengalami seluruh
tahapan itu-penyangkalan, kemarahan, memohon, depresi, dan
penerimaan-lalu aku mengulangi lagi semuanya. Duka itu benarbenar menghancurkan. Sungguh. Harus selalu mengenakan
topeng 'kenormalan' sepanjang waktu. Sungguh melelahkan.
Kau harus berhenti dan berpikir bagaimana menjawab tiap kali
seseorang bertanya berapa putra yang kumiliki. Satu-satunya
saat dalam sehari yang kutunggu-tunggu adalah saat sendirian
di kamar mandi. Agar aku bisa berteriak seiring bunyi air
mengalir."
Francis mengangguk. Topeng kenormalan. Konsep yang sangat
dimengerti seorang anak yang kehilangan ibunya pada usia
sembilan tahun atau seorang lelaki yang kehilangan
penglihatannya.
"Kau tahu, apa yang aneh, Francis?"
"Apa?"
"Kecemasan itu. Selama bertahun-tahun, aku sering mendapat
serangan rasa panik kapan pun aku melewati kafe atau bioskop
tempat aku pernah bersamanya. Tapi mengapa? Hal terburuk

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang bisa terjadi telah berlalu. Benar, kan? Aku mengubur


anakku sendiri. Setelah itu, apa lagi?"
Francis membisu.
"Dan tentu saja, pada akhirnya, adalah rasa bersalah itu."
"Rasa bersalah?"
"Kau terus bertanya pada dirimu sendiri, apa yang demikian
buruk yang telah kulakukan? Mengapa kau menghukumku? Itu
pasti akibat perbuatanku."
"Aku yakin tak seperti itu duduk perkaranya."
"Jangan berkata begitu, Francis." Wanita itu menatap tajam.
"Kau tak bisa membodohiku. Aku ingat bagaimana kau
mengatakan sendiri tentang apa yang terjadi pada ibumu... "
"Aku menceritakan hal itu padamu?" Francis mengernyit.
Pikirannya saat itu pasti sudah ngawur, menghiburnya terlalu
jauh bersama sebotol anggur. Ia
menganggap tak mungkin dirinya sampai sejauh itu dengan
seseorang, kecuali mungkin di kepolisian.
"Kau sangat baik," ujar wanita itu. "Aku tidak lupa. Tapi
kebanyakan orang melanjutkan hidup, bukan?"
"Kurasa demikian."
Ia memperhatikan seorang perempuan tua dengan mantel usang
dan kereta belanja mondar-mandir, membawa setumpukan
kaleng dan roti baguette panjang yang tampak basi.
"Ya, aku tidak begitu," kata Eileen. "Aku terus terjaga setelah
tengah hari dengan makin banyak botol di sekelilingku. Kukira
aku sudah gila. Di satu waktu, aku memutuskan untuk bunuh
diri, tetapi lalu kusadari aku harus ke Bellevue dulu. Tepat di
dekat tempat Allison dulu bekerja."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bisa kumengerti betapa hal itu mengganggumu."


"Jadi, tak kuminum pil-pil itu dan masuk ruang gawat darurat."
Wanita bermantel itu mulai menyobek-nyobek rotinya dan
melemparkan serpihan-serpihan itu pada burung-burung
merpati warna gelap yang bergerombol di sekitar tangga.
"Ya Tuhan, Eileen, aku belum pernah mendengar hal itu," kata
Francis. "Tak bisakah kau mengangkat telepon dan
menghubungi seseorang?"
"Dan mengatakan apa pada mereka? Bahwa aku bermaksud
overdosis Valium dan anggur murah untuk ketiga atau keempat
kalinya?" Ia tersenyum, letih oleh drama hidup. "Tom selalu
menemukan dan menyeretku dari satu rumah sakit ke rumah
sakit lain untuk memompa perutku. Aku bercanda bahwa karena
itulah ia tertarik menjual peralatan medis."
Burung-burung berdesakan mencari remah-remah seperti
sekelompok pecandu berkelahi demi sejumput ganja.
"Lalu suatu sore aku tengah berada di Fairway dan aku
mendengarnya." "Ia bicara padamu?"
"Aku tepat di depan pohon delima dan ia berkata, 'Tak apa,
Bu.' Ia pasti berada tepat di belakangku. Tapi ketika aku
berbalik, ia tak ada."
Francis mulai menggeleng-gelengkan kepala. "Eileen, ayolah..."
"Itu Allison, Francis. Seterang aku berdiri di sini, bicara
padamu." Francis merasa tengkoraknya mulai mengembang.
"Kemudian hal itu terjadi lagi, sekitar sebulan setelannya.
Ketika aku baru keluar dari Apotek Apthorp di Broadway.
Waktu itu, dia mengawasiku dari halte bus di seberang jalan.
Saat itu hujan. Ketika aku tiba di halte itu, bus telah
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berangkat. Ia meninggalkanku berdiri di sana, basah kuyup,


menatap dari balik jendela gelap."
"Dan kau yakin itu Allison?"
"Ya, aku tak punya putri lain, setahuku," ujarnya bersahaja,
seolah ia yang berpikiran sehat dalam percakapan ini.
Francis menahan diri untuk berkomentar. Satu hal yang ia
pelajari dari menjadi detektif adalah menutup mulut namun
pikiran tetap terbuka. Kau bisa menghabiskan tujuh jam di
dalam kotak, mendengarkan seorang sinting nyerocos tentang
gelombang mikro dari Uranus dan Jennifer Lopez melahirkan
anak berkepala dua dari benihnya lalu dengan biasa-biasa
berkata ia melemparkan senjata yang ia pakai untuk membunuh
sepupunya di Jembatan Willis Avenue.
Di lain pihak, ini adalah wanita yang ia pedulikan. Seseorang
yang mengingatkannya pada apa yang tak ia miliki dalam
hidupnya sendiri. Mendengarnya berceloteh seperti ini, ia
membayangkan wanita itu berubah menjadi seseorang seperti
wanita tua dengan rotibaguette-nya itu dan barang-barang
menyembul dari jaket.
"Di hari yang lain, aku melihatnya di taksi. Ia kadang
meneleponku juga. Untuk mendengar suaraku... Tetapi ia tak
pernah mengatakan apa-apa-"
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Eileen," dengan
lembut, ia menyela. "Jika Allison benar-benar masih hidup,
mengapa ia berpura-pura mati?"
Eileen terlihat terkejut, seolah-olah pertanyaan itu tak pernah
terpikir olehnya.
"Ada masalah di antara kami," katanya pendek. "Maksudnya?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau punya anak, Francis? Tak pernahkah mereka ingin


menjauh darimu?"
Francis berpikir tentang Francis Jr. yang separo dunia
jauhnya, di markas tentara di Korea Selatan. Mendaftar empat
bulan setelah peristiwa 9/11 dan
tak pernah mengatakan apapun pada sang ayah hingga tiba
waktunya berangkat.
"Kita bicara tentang Allison," ia memperingatkan.
"Ada hal-hal dalam hidupnya yang ia tahu tak kusetujui."
"Apa yang sedang kita bicarakan ini?" tanya Francis. "Pacar?
Narkotika?"
"Maaf, Francis." Matanya mulai mengabut. "Aku tak bisa bicara
padamu tentang ini. Kau tak mungkin mengerti."
"Oh, jangan khawatirkan aku. Aku sudah pernah mendengar
segala macam hal." Kabut itu mulai meleleh dan menetes dari
mata Eileen. "Mereka punya rahasia." "Siapa?"
"Anak-anak." Air mata mengalir di kedua pipinya. "Ketika kecil,
mereka tampak begitu terbuka padamu. Tetapi mereka selalu
menyembunyikan beberapa bagian dari dirinya sendiri."
"Eileen." Francis mengeluarkan saputangan dari saku dan
menyodorkan padanya. "Harus kubilang, apa yang kau ucapkan
tak masuk akal. Allison telah meninggal. Kita tak punya pilihan
kecuali menerimanya. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah
memastikan bahwa apa yang terjadi padanya tak akan terjadi
pada orang lain."
Wanita tua itu hening sesaat untuk merenung, meniup hidung,
dan memperhatikan cucu-cucunya yang tengah meluncur dari

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

jamur. Keduanya lelah menunggu neneknya mulai mengejar


kembali.
"Itu tak akan terjadi lagi," ucapnya mendadak.
"Apa?"
"Kubilang, kau benar. Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi
lagi." "Eileen?"
Awan nimbus bertiup melintasi biru langit itu. Tak berguna,
pikir Francis. Perempuan ini mungkin sudah tak dapat
diharapkan lagi bantuannya. Burung-burung merpati itu
beterbangan, meninggalkan trotoar yang bersih dari remah
roti. Hal terbaik yang bisa ia lakukan hari ini adalah
memperoleh sampel DNA-nya tanpa memaksa, agar setidaknya
mereka bisa menghilangkan kebingungan di laboratorium.
"Kadang kau harus bertindak." Rahangnya terkunci. "Sesuatu
tak berhenti hanya karena kau berpura-pura menganggapnya
tak terjadi."
"Karena apa yang tak terjadi? Kau membuatku bingung, Eileen."
Eileen melirik, awan itu menjernih sesaat, kembali pada akal
sehatnya.
"Maaf, Francis, tapi aku sudah mengabaikan anak-anak." Ia
menggeleng, memberikan senyum tipis, dan melipat sapu
tangan. "Apa yang kau ingin aku perbuat dengan kenyataan ini?"
29
Suara dengungan di kepala Hoolian yang sudah muncul sejak
separo percakapannya dengan Nona A baru mulai mereda
ketika ia menoleh dari gerai Starbucks dan melihat gadis
keriting waktu itu bersama Les Miserables-nya, duduk di meja

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tengah dengan kedua kaki menyilang, seperti gerakan balet,


melingkari kaki kursi.
Ia mengambil jarak jauh-jauh dari gadis itu selagi kembali
menuju Zana di sebelah jendela, sambil menjaga dua cangkir
latte dan sepotong caramel cheesecake di atas baki agar tidak
jatuh.
"Ah, Lelaki Misterius-ku kembali." Zana menaruh buku sketsa.
"Kau mau mengubahku menjadi gadis gendut."
"Mudah-mudahan kau sedang ingin yang manis-manis."
Ia menoleh kembali ke arah gadis berambut keriting itu,
berubah pikiran dan setengah berharap ia menyadari bahwa
hari ini dirinya hadir di sini bersama wanita lain.
"Nene bakal membunuhku jika ia tahu aku makan ini. Ia akan
berkata, 'Zana, ndale! Ndale! Di Amerika, semua orang ingin
menjadi sekurus supermodel.' Tapi kuceritakan padanya apa
yang dikatakan penyanyi rap tentang wanita montok."
Hoolian menatapnya, bingung.
like big butts and I cannot lie.Zana bernyanyi.
Hoolian tersenyum, pura-pura mengetahui lagu yang dimaksud.
Ia melewatkan musik pop selama dua puluh tahun, kecuali
sepotong-sepotong yang ia dengar dari sel narapidana lain.
Semua tren datang dan pergi tanpa meninggalkan bekas satu
pun dan ia masih berusaha menyesuaikan diri pada kenyataan
bahwa kaset tak lagi dijual.
"Kalau begitu, makanlah. Aku suka wanita yang sedikit
berdaging."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Zana menaruh garpu di samping dan tatapannya menyapu wajah


Hoolian kembali. "Jadi, tolong, bolehkah aku bertanya
sesuatu?"
"Tentu."
"Mengapa kau tak memberi nomor teleponmu?"
"Aku tak tahu." Ia menggerakkan bahu. "Bukankah biasanya
lelaki yang menelepon?"
Ia sudah dapat menduga apa yang akan terjadi jika Zana
menelepon ke tempat penampungan dan mendapati Cow atau
salah satu para kriminal itu di saluran telepon.
"Aku ingin tahu, apakah ada seseorang yang sebaiknya tak
berbicara denganku?" "Ya, teman sekamarku. Ia tak suka
menulis pesan."
Mata gadis itu tampak membesar, sementara bagian lain
wajahnya mengecil. "Aku tak tahu dirimu."
"Apa yang tak kau tahu?" ujarnya, berusaha membuat nada
main-main yang pernah ia dengar dari lelaki lain pada teman
wanitanya.
"Bagaimana mungkin pria seusiamu masih punya teman sekamar
dan belum menikah?"
"Kukira aku belum bertemu wanita yang tepat."
Gadis itu memanyurikan bibir dan mendongkol. "Kau yakin kau
bukan pembohong besar dengan seorang istri dan tujuh anak
entah di mana?"
"Tak ada orang lain sejauh yang kutahu. Kau lihat cincin di
jariku?"
Ia mengangkat tangannya yang tak terbalut dan berusaha
terlihat tanpa dosa. Tapi ia sangat tahu, jika bukan karena

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

masih baru di kota ini, gadis itu akan menanyakan pertanyaan


itu lebih awal.
"Tapi di mana kau selama ini sampai tak punya pekerjaan
normal atau teman wanita spesial?" tanyanya, mengulang
beberapa percakapan mereka sebelumnya. "Kenapa kau belum
pernah menonton Nightmare On Elm Street, yang pertama,
kedua, ketiga, keempat, kelima, atau keenam?"
"Sudah kukatakan. Ayahku meninggal dan aku ke luar kota
belajar ilmu hukum," jawab Hoolian, berpegang teguh pada
fakta. "Aku jarang menonton film."
"Masih ada yang belum kau ceritakan padaku." Zana
mengarahkan garpunya. "Aku merasakannya dalam zemer-ku."
Hoolian menaruh satu tangan di atas tangan yang lain, menutupi
balutan yang mulai terasa lembab sejak ia bicara dengan Nona
A.
"Ya, bagaimana denganmu?" tanyanya, berusaha membalikkan
pertanyaan. "Kau selalu menanyaiku. Mengapa kau tak punya
kekasih?"
"Oh, jangan mulai denganku, tolong," ujarnya. "Aku magnet
lelaki yang buruk." "Hmm, aku, bagaimana?"
"Aku tak tahu." Ia mencubit bibir bawahnya. "Itu masih harus
diperiksa."
"Kau tak meninggalkan seseorang di, eh... "
"Kosovo." Zana memutar matanya.
"Ya, apa yang terjadi di sana memangnya?"
"Uh, dasar orang Amerika. Belahan dunia lain tak penting bagi
kalian kecuali sebuah pesawat menabrak salah satu gedung
kalian."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Baiklah, aku idiot. Ceritakan padaku."


"Tak seorang pun yang tak ada di sana yang dapat mengerti,"
ujar Zana.
Hoolian memijit parut di bawah janggutnya, memikirkan hal
yang sama saat di penjara sekitar 150 ribu kali. "Coba saja."
"Kau pernah mendengar tentang 'pembersihan etnis', bukan?"
"Oh, ya, tentu saja." Sekali lagi, ia menyadari dirinya tengah
berusaha berdiri di atas lumpur kebodohannya sendiri.
"Kau tak akan percaya manusia sanggup melakukan tindakan
semacam ini, kecuali dalam buku sejarah. Kami pulang ke rumah
suatu hari dan menemukan tetangga kami di dalam, mencuri
perhiasan ibu. Mereka membunuh kucing kami dan
menyebarkan darahnya di dinding untuk mengusir kami. Itu
betul-betul perbuatan binatang."
"Kita semua binatang," ia berkata, menurunkan lengan yang
terbalut ke samping dengan gugup.
"Yeah, tentu. Oke. Tentu saja. Ini hanya kebodohan biasa. Tapi
berbeda antara tahu dan mengalaminya sendiri."
Hoolian suka cara gadis itu bicara padanya, mata berbinar dan
bersemangat, seakan mereka berdua adalah mahasiswa
universitas elit.
"Oh, aku pernah melihatnya." Ia mengangkat cangkir latte.
"Dari waktu ke waktu."
"Kok bisa? Apakah kau orang Kosovo juga?"
"Bukan, tapi aku pernah....pergi-pergi." Ia menyeruput kopinya.
"Kau tahulah."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia menyelidiki wajah pria itu dari pinggiran cangkir, memeriksa


setiap gerak, untuk melihat apakah ia melewatkan sesuatu saat
pertama kali mereka bertemu.
"Kukira orang mampu berbuat apa saja." Hoolian mengusap
mulut dengan tisu. "Pada situasi tertentu."
"Tidak, kukira tidak begitu."
"Mengapa?" tanyanya. "Kau tak berpikir seseorang yang pada
dasarnya normal dapat terpojok ke satu sudut dan melakukan
sesuatu yang pada keadaan normal tak akan mereka lakukan?"
Mata gadis itu berpindah beberapa sentimeter, seolah ia baru
menyadari sesuatu di belakangnya.
"Kadang," ia sependapat. "Tetapi ada hal-hal yang semestinya
membuat seseorang tak lagi dianggap manusia."
"Seperti apa?"
Hoolian menyadari dirinya tengah sedikit menguji gadis itu,
berusaha mencari batas-batasnya. Waktu tak bertepi itu mulai
berakhir. Batas-batas tegas terbentuk.
"Para tentara yang melakukan perbuatan ini pada sepupuku,"
ujarnya. "Mereka bukan manusia."
"Mengapa, apa yang mereka lakukan?"
Sesuatu pada suaranya yang kecil dan bergetar membuat
tubuhnya sedikit menegak, seperti seekor anjing yang
mendengar kata tulang.
"Mereka menghentikan mobil dan membawa sepupuku, Edona,
ke dalam kandang dan dua dari mereka memerkosanya.
Menampar wajahnya dan saling bertanya satu sama lain,
'Mengapa kau memperlakukan sundal ini begitu baik?' Lalu

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mereka keluar dan menembak adik lelaki Edona di kepala, agar


tak tumbuh dewasa dan membalas dendam."
"Sungguh biadab. Bajingan."
"Seseorang yang melakukan perbuatan ini benar-benar bukan
manusia," ujarnya, wajahnya memucat bahkan meski ia
membuatnya seolah hanya sedang bicara tentang seorang
pemain sepak bola yang terkena kartu merah. "Hewan bahkan
tak seperti ini."
Hoolian merasa dirinya sedang mengarah pada salah satu
batas-batas itu. "Kau pernah mengalami kejadian macam itu?"
tanyanya.
"Tidak, tentu tidak." Zana menggelengkan kepala terlalu kuat.
"Mereka hanya membakar rumah kami dan memaksa kami
berjalan lima hari dalam hujan ke perbatasan. Kami cukup
beruntung."
"Kau sebut itu beruntung?"
"Wanita di tenda sebelah mati dan meninggalkan tiga anak,"
ujarnya. "Kami hanya kehilangan rumah. Itu tak begitu buruk.
Kalau dibandingkan."
Ia tak mempercayai pendengarannya. Ia hampir bisa
mengendus hal lain yang belum gadis itu ceritakan padanya.
Itu mengambang di udara bagai ozon setelah lontaran
halilintar. "Tapi keluargamu yang lain baik-baik saja?"
"Ya. Semua masih utuh. Kenapa kau bertanya?"
"Aku tak tahu. Hanya kedengarannya suaramu berubah."
Hoolian masih menyimpan perasaan itu, naluri penjaranya.
Sekali kau disakiti, kau akan mampu melihat luka-luka orang
lain. Ia mulai membuka diri tanpa sadar. Sebuah inti telah
separo terbuka, sesuatu yang hangat dan rapuh yang dapat
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

diremukkan lelaki itu dengan mudah bak anak burung gereja


yang gemetar. Pikiran tentang kekuasaan, dominasi itu,
membuatnya gembira namun sekaligus mengganggu. Ia harus
berhenti dan bertanya pada diri sendiri apa yang ia inginkan
darinya.
"Mungkin lebih baik kita tak membicarakan hal-hal ini." Zana
mulai menyobek-nyobek tisunya menjadi bola-bola kecil.
"Maaf. Apakah aku membuatmu kesal?"
"Tidak, hanya itu tak selalu mudah dimengerti. Seperti yang
kubilang, kau tak perlu menghapus kesalahan. Gambar saja lagi
di atasnya."
"Aku masih belum mengerti."
"Mengapa kau mesti mengerti?" jemarinya membuka di atas
buku sketsa, seakan menutupi bagian depan gaunnya. "Mustahil
bagi siapa pun."
"Dari mana kau tahu?"
"Apa?"
"Kau terus bicara seperti itu, tapi bagaimana kau tahu?"
Hoolian menaruh tangannya yang tak terbalut di atas tangan
gadis itu. "Aku mungkin orang yang bisa memahami dirimu."
Ia merasakan denyut ketegangan di bawah telapak tangannya
dan kerlip harapan di wajah perempuan itu. Zana ingin
mempercayainya, ingin berpikir bahwa lelaki itu adalah seorang
yang lebih baik dari sosok sebenarnya.
"Kalau kau membungkamku," ujarnya, "Kau tak akan tahu."
Gadis berambut keriting itu menaruh bukunya, mencuri dengar.
Hoolian melempar pandangan tajam, memintanya tak
mencampuri urusan orang lain.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau adalah lelaki yang baik." Zana menarik tangannya kembali


cepat-cepat dan menyapu sobekan tisu ke dalam telapak
tangannya. "Aku khawatir padamu."
"Kenapa?"
"Karena dunia adalah tempat sangat buruk bagi lelaki yang
baik."
"Bagaimana dengan Figueroa, pengacaramu pada persidangan
pertama?"
"Ia tahu semaunya. Aku ceritakan bagaimana kejadian
persisnya, tapi ia sepertimu. Tak mempercayaiku. Ia bilang,
'Bagus, Julian. Sekarang simpan saja itu untuk dirimu sendiri.
Kau tak akan memperoleh apa-apa dari cerita itu dengan saksi
di depanmu."
Ia menistakan bangsat tua itu. Hoolian masih bisa
membayangkan orang itu di kantor Court Street-nya, noda
mustard terang di manset setelan jaket, punggung-punggung
buku hukum usang mengelupas di rak, bicaranya kasar dan sok
perhatian padahal yang ia inginkan hanya menggerogoti harta si
klien dan bersenang-senang dengan kapal pribadinya di Florida
Keys.
"Jika itu benar, mengapa kau tak mengatakannya padaku sejak
awal?"
"Hal pertama yang kau katakan: 'Hanya jawab pertanyaan yang
diajukan. Saksi yang baik mengetahui, jangan pernah
merendahkan orang bodoh. Berfokuslah pada isu yang relevan
dengan tuntutan.' Yaitu"-ia menjentik dengan jemarinya"apakah pengacaraku tidak kompeten? Ya. Apakah ia
memberiku hak untuk bersaksi? Tidak. Mengapa pemerintah
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tak memunculkan bukti DNA yang kami minta? Dan mengapa


mereka tak mengejar semua saksi yang bisa membersihkan
namaku?"
Deb mengangguk, mengakui setiap poin seiring memucat
wajahnya. "Ya, tapi bagaimana penemuan darahmu dan
darahnya di kain penutup sofa?"
"Seperti yang kau bilang. Aku mengerjakan banyak hal di
gedung malam itu. Kurasa aku mungkin tersayat saat memotong
pipa dan tetesannya mungkin mengenai sofanya saat kami
bersama. Bagaimana darahnya sampai ada di sofa, aku tak tahu.
Itu pasti terjadi setelah aku pergi dan orang lain datang dan
menyerangnya."
"Oh Tuhan." wanita itu membuka jendela taksi, membutuhkan
udara segar. "Kuberi tahu kau, Julian. Lebih baik tak
membohongiku. Kalau kau bohong, bukan aku yang akan
menyeretmu kembali ke penjara. Kau dihukum dua puluh lima
tahun penjara, seandainya kau lupa."
"Apa aku terdengar seperti sedang berbohong?"
Deb terdiam cemberut. Di sekeliling mereka, orang-orang mulai
meninggalkan kota lebih awal untuk mengejar akhir minggu
yang panjang. Pria dan wanita membawa tas dan koper kecil,
bergegas menuju Grand Central, melemparkan pandangan
khawatir ke langit, melewati kanopi Graybar Building, saat para
tikus penggores kabel suspensi terlihat seakan mereka tengah
mencoba meninggalkan kapal. Kembali lagi selama lima tahun
mungkin tak akan begitu menakutkannya beberapa hari yang
lalu, sebelum ia berhubungan dengan Zana dan anaknya. Tetapi
hidup di luar telah menodaimu. Itu membuatmu lupa bagaimana
hidup di dalam kurungan.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagaimana tentang hal satu lagi itu?" wanita itu berkata diam,
seolah-olah dengan hati-hati menarik benang yang
menggantung dari lengan baju Hoolian.
"Apa?"
"Wanita yang mereka tanyai tentangmu. Si pekerja magang di
Mount Sinai." "Ada apa dengannya?" ujar Hoolian datar.
"Apa kau akan menceritakan mengapa penjaga gedung
melihatmu berjalan-jalan di luar gedung?"
"Tempat kerjaku sembilan atau sepuluh blok dari sana. Aku
bahkan tak pernah mengantar barang ke gedungnya. Jika benar
demikian, pasti akan ada slip tanda terima dan mereka akan
menyodorkannya di depan wajahku."
"Lalu bagaimana dengan tanganmu?"
"Ya, ada apa memangnya?"
Ia membuka dan menutup kepalan tangan, sadar wanita itu
mengawasi gerak-geriknya setiap saat sekarang.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan dengannya? Aku tahu kau
tidak menyayat dirimu sendiri di gudang. Kau bahkan tak
menatapku ketika kuanjurkan kau mengajukan tuntutan."
Ia menekan bibirnya dan berpikir sejenak. "Apa yang akan
terjadi jika aku berkata yang sesungguhnya?"
"Tergantung." Deb memastikan sabuknya terkunci. "Aku
petugas pengadilan. Aku tak mau bersumpah palsu. Jika
berbohong tentang sesuatu yang kau lakukan, kau harus maju
sendiri."
"Aku khawatir aku telah melukai seseorang."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Wanita itu memejamkan mata dan menarik lututnya rapat.


Selama beberapa saat tampaknya tak mustahil ia akan
mendorong lelaki itu keluar dari taksi yang sedang melaju.
"Oke," katanya, perlahan-lahan menguasai diri. "Kau benarbenar harus membuatku mengerti tentang hal ini."
"Ini hak istimewa pengacara-klien, kan?"
"Julian. Hentikan omong kosongnya."
Hoolian memajukan badan, memastikan si supir tak mendengar
pembicaraan mereka dan radio menyala.
"Aku selalu naik kereta bawah tanah setelah pulang kerja. Dan
seseorang dari tempat asalku mulai memperhatikan."
"Di mana?" selanya, siap membuyarkan cerita.
"Dari 86th Street ke Grand Central di kereta empat. Aku
berkata, "Bangsat, Bung, apa aku kenal kau dari penjara atau
bagaimana?' Lalu di 42nd Street ia mengikutiku dari kereta
bersama kelompoknya dan berkata, 'Hey, Bung, apa kau lihatlihat?' aku memakai medali Saint Christopher yang ayah
berikan padaku."
"Maksudmu mereka mencegatmu untuk rantai seharga dua
puluh dolar?"
"Emas itu sangat berarti bagiku." Ia menyentuh dadanya,
tempat dulu medali itu berada. "Jadi aku dan orang itu sampai
keluar dari peron."
"Kalian berkelahi?"
"Benar. Kukira ia pasti membawa pisau, karena tanganku
terluka cukup parah. Darah mengaliri lenganku. Jadi aku
mendorongnya-"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ke rel?" Hollian bisa mendengar tarikan napas Deb yang


tertahan.
"Tidak, di tangga, tapi cukup jauh jatuhnya. Hingga peron
tujuh. Ia jatuh seperti dalam gerak lambat." Ia mengangkat
tangannya seperti dicambuk. "Butuh beberapa lama baginya
untuk mencapai dasar. Kemudian semua temannya mengejar
turun."
"Ia baik-baik saja?"
"Aku tak tahu." ia memainkan kunci pintu. "Aku lari ke atas dan
keluar stasiun. Karena itulah aku takut menceritakannya
padamu. Aku takut aku mungkin mematahkan lehernya."
Deb memperhatikan Hoolian menaikturunkan kenop pintu.
"Jadi, boleh jadi kau membunuhnya? Itu yang sedang kau coba
katakan padaku?"
"Kukira tidak. Aku memeriksa koran beberapa hari berikutnya,
dan tak ada berita apa pun tentang itu. Tapi aku mungkin
melukainya cukup parah."
"Brengsek." Deb menyandarkan kepala. "Lalu kau berbohong
pada polisi dan pengacaramu tentang ini?"
"Aku panik, oke?" Supir itu menoleh, mendengar suara Hoolian
meninggi. "Kukira mereka akan menahanku kembali untuk
penyerangan atau perbuatan ceroboh membahayakan sebelum
aku kembali bersidang," bisiknya. "Dan semua
orang akan mengira mungkin aku telah melakukan apa yang
mereka tuduhkan sejak awal."
"Dan, kau berharap aku percaya bahwa ini kebetulan terjadi
pada saat yang sama ketika gadis lain terbunuh?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak, ini hampir seminggu sebelumnya. Kau bahkan melihatku


dengan balutan saat itu. Kau tak ingat?"
Kepercayaan diri wanita itu terguncang. Hoolian dapat melihat
dari cara Deb berpaling darinya, merapikan kerutan celana dan
mulai menggosok-gosok bibir terus-menerus, berusaha
menghadirkan kembali urutan waktu di pikirannya. "Harus
kubilang, Julian, aku tak tahu apa yang kupikirkan sekarang."
"Yeah, aku menceritakan yang sebenarnya."
"Begitu. Jadi, hanya kemarin kau berbohong?"
Hoolian menoleh keluar jendela dan merasakan kesunyian yang
dimunculkan liburan panjang itu. Betapa mencekam Manhattan
yang ditinggalkan pada saat-saat seperti ini. Bahkan di
lingkungan tempat penghuninya tak pergi berlibur ke luar kota,
seolah bom telah menghancurkan, hanya menyisakan gedung,
membuat bayang-bayang panjang. Ia melihat trotoar kosong,
lampu hijau bagi pejalan kaki yang tiada, hantu-hantu di
jendela muncul, dan tinggi di atas, menara jam Met Life
tampak mencolok dengan langit kelabu di belakang, tangannya
dengan ganjil terhenti di angka 9.15.
"Kurasa mungkin kini aku tak terlihat seperti pria baik-baik
lagi."
"Masak? Dari mana kau dapat pikiran seperti itu?"
42
Mantan kekasih Allison, Doug Wexler, menyimpan potret lama
dirinya di atas lemari. Di sana, ia terlihat sebagai mahasiswa
ceking berambut acak-acakan yang tengah bermain Frisbee
bersama sekelompok anak kecil di sebuah desa Guatemala.
Francis menyadari foto itu sedikit lebih besar daripada fotofoto lain di kantor berlapis kayu ek itu, termasuk foto keluarga
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dan potret bangunan yang merupakan bagian dari kerajaan real


estate yang diwariskan ayahnya.
"Aku setengah mengira Anda akan menelepon," ujar Doug, versi
setengah baya laki-laki dalam foto tadi namun lebih gemuk dan
sedikit letih, mengenakan kaus Lacoste lama dan celana chinos
ke kantor pada suatu Sabtu sore. "Sejak kulihat kasus Allison
muncul di koran lagi."
"Mengapa?"
"Aku tak tahu. Aku punya firasat beberapa hal belum benarbenar beres saat itu."
Francis, sedikit lebih awas setelah beberapa jam terlelap,
melihat foto tepat di belakang Doug itu lagi. Itu adalah ukuran
keputusasaan dan kebingungan mengapa ia ada di sini, kembali
menapak dari awal, mewawancarai mantan kekasih korban asli
untuk melihat jika ada hal penting yang mereka lewatkan pada
1983.
"Anda sedang di luar negeri saat pemakamannya, benar?" kata
Francis. "Aku tak ingat melihat Anda di sana."
"Aku tinggal di desa tanpa ada kamar mandi dalam rumah,
apalagi telepon." Doug menyisir rambut pirangnya yang menipis
dengan tangan. "Aku tidak mendengar berita itu hingga sebulan
setelannya."
"Anda pasti sangat terkejut."
"Oh, Tuhan." Rahang Doug jatuh, membentuk bulan sabit kecil
berjanggut di bawah dagunya. "Mantan kekasih saya terbunuh
di gedung apartemen milik ayah saya? Saya bahkan tak pernah
memberi tahu istri tentang hal ini hingga beberapa tahun lalu."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tolong ingatkan saya lagi bagaimana kejadiannya." Francis


membuka buku catatan, tak acuh. "Bagaimana ia akhirnya
menjadi penyewa di salah satu apartemen ayah Anda setelah
Anda putus dengannya?"
"Tak banyak yang bisa kuceritakan. Kami tetap berteman
setelah putus dan aku tahu ia kembali ke New York setelah
kami lulus. Jadi, ayahku mengurus apartemen itu dan aku
memberinya nomor untuk dihubungi. Itu saja."
"Apakah Anda minta pada ayah Anda keringanan untuknya?"
tanya Francis, masih belum yakin apa yang sedang ia pancing
saat ini, tapi pendekatan baru dibutuhkan selepas kemarin.
"Aku tak banyak ikut campur. Aku hanya menyampaikan,
bantuan untuk teman. Saat itu, aku bahkan tak berpikir hendak
masuk bisnis real estate. Aku mengira bisa menyelamatkan
dunia... "
Matanya menerawang rindu menyapu ruang kantornya, ke arah
karpet Turki dan jambangan Oriental, plakat penghargaan dan
foto-foto berbingkai berisi ayahnya tengah menerima
penghargaan dari berbagai walikota, dan pemandangan lantai
enam puluh lima yang membuat pusat kota Manhattan yang
berkelok-kelok terlihat seperti sirkuit chip komputer.
"Aku merasa sangat buruk setelannya. Terutama karena aku
melewatkan pemakaman. Ayahku mengirim rangkaian bunga
besar dan membayar limusin ke pekuburan. Ia sangat
terpukul."
"Kenapa? Apakah ia mengenal Allison?"
"Ya, tidak, tapi...," Doug tergagap. "Ia tewas di salah satu
apartemennya. Oleh putra pegawainya."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Pernah ada pembicaraan untuk menuntut anak itu?" "Mengapa


Anda bertanya begitu?"
"Anda bilang ayahmu mengirim bunga dan membayar limusin ke
pekuburan. Aku yakin ia pria yang sangat murah hati, tapi
seseorang dibunuh di gedung miliknya oleh anak salah satu
pegawainya. Kedengarannya itu tindakan yang mungkin
dilakukan."
"Ya, aku tak pernah mendengar tentang tuntutan apa pun, tapi
saat itu aku belum terlibat dalam bisnis ini." Doug mengangkat
tubuh dengan kedua lengan, seperti berusaha membuatnya
terlihat cukup besar untuk kursinya. "Dan sayangnya, ayahku
sedang tak ada untuk Anda tanyai."
"Jika keluarga Allison memang mengajukan tuntutan, Anda
mungkin akan mengetahuinya. Bukankah begitu?"
"Mungkin. Pasti muncul di koran."
"Tampaknya aneh," kata Francis, tersadar mengapa ia tak
pernah memikirkan hal itu sebelumnya. "Aku cukup mengenal
Tom dan Eileen Wallis. Mereka tidak serakah, tapi Anda tahu,
uang tetaplah uang."
"Aku selalu mengira mereka sedikit aneh."
"Mengapa?" Francis menengadah dari buku catatannya.
"Oh, Allison tak selalu akur dengan mereka saat ia masih
hidup."
"Sejak kapan?" Francis mendengar nada gusar dalam suaranya,
hampir merasa berhak akan hal itu, seolah kesal karena
diinformasikan sesuatu yang belum ia ketahui. "Aku tak pernah
dengar sebelumnya," katanya, berusaha terdengar lebih netral.
"Kukira mereka dekat."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Memang. Mungkin sedikit terlalu dekat, kalau Anda bertanya


padaku." "Maksud Anda?"
"Oh, mereka selalu bertengkar tentang hal itu." Doug memijit
keningnya, seolah masih sakit kepala. "Tentang apa?"
"Tentang segala hal." Doug mengerutkan kening. "Makanan,
pakaian, apa saja. Mereka punya masalah serius tentang siapa
yang memegang kuasa."
Entah mengapa, Francis membayangkan beruang kecil penuh
madu di meja dapur Christine Rogers.
"Anda yakin tak salah tentang hal ini?" kata Francis. "Itu
sudah lama sekali."
"Percayalah padaku. Aku belum lupa. Ia bicara dengan ibunya di
telepon lalu histeris berjam-jam setelahnya. Tak ada yang bisa
dilakukan untuk menghibur. Itu salah satu alasan aku berhenti
berpacaran dengannya. Anda tahu rasanya pergi dengan
seseorang dan Anda sadar di suatu titik bahwa ada sesuatu
menghalangi yang tak pernah bisa kalian sisihkan? Begitulah
persoalannya. Seperti sesuatu menghalangi matahari."
Francis meminggirkan buku catatan. "Aku beri tahu, Doug. Ini
kedengarannya tak cocok bagiku. Aku mengerjakan kasus ini
sejak lama. Aku mewawancarai orang-orang yang bekerja
bersamanya, anak-anak yang ia tangani, orang-orang di
apartemennya. Dan tak seorang pun yang menggambarkan apa
yang Anda bicarakan."
"Ya, mereka boleh mengatakan apa saja yang mereka inginkan."
Doug mendesah, bersandar di sikunya. "Tapi aku di sampingnya
saat ia membuat dirinya sendiri kelaparan atau mengunci diri di
kamar mandi. Beberapa kali terlihat sayatan di pergelangan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tangannya tapi ia tak mau bercerita padaku soal asal luka-luka


itu."
"Yang benar saja... " ujar Francis, berusaha mengingat-ingat
apakah ia pernah melihat tanda-tanda tersebut pada mayat
gadis itu dan mengira itu dibuat oleh penyerangnya. "Apa yang
ada di pikiranmu?"
"Tidak ada. Itu di luar apa yang sanggup kuterima saat umurku
dua puluh. Aku ingat ia pernah berkata, 'Kadang aku ingin
menghilang.'"
"Kata-katanya persis seperti itu?"
Francis merasakan perasaan aneh bahwa seseorang baru saja
masuk ke ruangan, tepat di luar jarak pandangnya.
"Ya, aku tak tahu persisnya," kata Doug. "Ia gadis yang lucu.
Kadang Anda akan mendapat kesan ia tak suka hidup di dunia
orang dewasa."
"Apa yang membuatmu berkata seperti itu?"
"Karena satu-satunya momen ketika aku ingat bahwa ia benarbenar bahagia adalah ketika bekerja dengan anak-anak di klinik
Springfield. Kami menjadi relawan untuk membantu di salah
satu rumah sakit dua hari seminggu. Dan setelah selesai, aku
pergi ke tempat parkir, siap pergi mencari bir atau apalah.
Tetapi ia masih tetap bermain dengan anak-anak di dalam,
bermain rumah-rumahan atau kastil Lego di ruang tunggu.
Bersama mereka, ia merasa nyaman. Aku tak menilainya. Aku
hanya bilang, tidak mudah menjalin jenis hubungan layaknya
orang dewasa dengan Allison."
"Aku tak yakin aku mengerti."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, aku tak ingin terlalu eksplisit, tapi-" Doug merendahkan


suara. "Ia agak, hmm, aneh menyangkut sisi fisik hubungan.
Orang jadi punya kesan ia lebih memilih bermain monopoli."
Francis meregangkan sisi rahangnya.
"Yeah, aku tahu apa yang Anda pikirkan." Doug menggelengkan
kepala. "Tapi bukan aku saja. Ia tak punya banyak kekasih,
titik. Sebelum atau sesudahnya, sejauh kutahu. Seolah ada hal
lain mengambil tempat dalam hidupnya."
"Seperti apa?"
"Tak tahu. Setelah kuliah, aku hanya bertemu dengannya
sekali, ketika aku mengunjungi orang tuaku. Tapi yang ia
inginkan hanyalah menonton Star Trek."
"Ya, ia benar-benar menyukainya, bukan?"
"Aku dulu suka menggoda dengan mengatakan seleranya
berhenti pada usia dua belas."
Kelebatan deja vu itu muncul kembali. Star Trek. Francis
berusaha mengikuti alur hubungan kembali ke titik awal. "The
Cage." Kapten Pike. Orang dari The Searchers. Gadis yang
menghilang. Seperti rentetan lampu Natal. Satu kedipan, ya.
Dua kedipan, tidak.
"Anda tahu, aku melihatnya beberapa tahun lalu." Doug tibatiba duduk tegak. "Siapa?"
"Ibu Allison. Eileen. Aku sedang di restoran dan bermaksud
menyapa, tapi ia hanya melihat padaku seolah aku tembus
pandang."
"Mungkin ia tak mengenalimu. Doug, kita semua makin tua."
"Tidak, bukan itu masalahnya. Ia tahu siapa aku. Aku
memperkenalkan diri." Doug menoleh ke belakang, ke arah
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

foto-foto di lemari. "Tapi ia tak ingin tahu keadaanku


sekarang. Karena ia tahu, Allison tak akan pernah mencapai
umur seperti sekarang. Beberapa orang memang tak bisa
menerima keadaan."
43
"Nona, Anda bisa bantu saya?"
Eileen tengah berada di bagian anak-anak di Bloomingdale's,
mencari jaket musim dingin untuk cucu-cucunya dalam sesi
diskon Hari Columbus. Mereka harus memakai baju lapis,
sebagaimana ibu mereka, Jennifer, selalu katakan. Ia sendiri
mengenakan selimut perca untuk flu-flunya yang misterius.
Malangnya, semakin sulit dan sulit saja mengatasinya. Baju
hangat. Kita semua membutuhkan baju hangat untuk
melindungi. Sesuatu untuk memerangkap udara di antaranya.
Ia menelusuri rak demi rak, mencari-cari ukuran yang tepat
agar mereka tidak terlihat tenggelam dalam kentang raksasa
lagi, dengan kaki-kaki kecil mencuat di bawah. Jangan biarkan
mereka terbenam. Kau harus melindungi mereka. Kau harus
bertahan.
"Permisi?" ia melambai pada gadis pramuniaga ramping yang
berjalan menuju gudang dengan setumpuk sweter merah di
tangan. "Anda bisa bantu saya mencari sesuatu di sini?"
"Tanya pada Karen. Ia bagian anak-anak."
Eileen pergi melewati gaun-gaun malam penuh jumbai dan rok
flanel. Apakah mereka mengubah tata ruang di sini? Bukankah
baru kemarin ia membeli mantel Minggu untuk Allison? Bahan
kulit dengan kerah beludru halus yang senang ia gosokgosokkan ke pipi. Bukankah mereka memainkan lagu yang sama,
"Dancing Queen," di mikrofon?
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Sebuah gumpalan rambut merah melayang dari belakang


barisan gaun pesta. Jantungnya memukul tajam. Itu dia. Itu
bukan dia.
"Permisi...saya butuh bantuan..."
Semuanya berbalik kembali. Rok kotak-kotak, bintang-bintang
sekarat, dongeng-dongeng. Kau harus tetap kuat. Jangan
biarkan mereka terbenam. Kulit kita tak cukup untuk
melindungi. Kita butuh lapisan lebih banyak lagi.
Dilihatnya papan bagian anak-anak dan berbelok ke kiri.
Pakaian-pakaiannya terlalu besar untuk mereka. Mereka masih
begitu kecil. Bagaimana mereka
akan membela diri? Ibu mereka tak dapat melindungi. Ia
sendiri terbungkus begitu banyak lapisan, gadis Indiana manis
di kota besar, takut akan apa yang ada tepat di depannya.
Gumpalan rambut merah itu berlalu melewati barisan j ins.
Eileen merasakan lonjakan di perutnya dan tegangan akrab di
otot paha, perasaan waswas seperti mengawasi anak kecil yang
bermain terlalu jauh ke ujung tebing. Seorang anak perempuan
bertulang kecil dengan tangan mungil menghilang di sekitar
deretan blus. Bermain petak umpet dengannya. Eileen mulai
mengikuti. Tak mungkin. Tak mungkin. Bintang-bintang mati tak
mungkin menyala kembali.
Anak itu tertangkap tepat di luar kamar ganti. Tersengalsengal, seorang wanita tua tak seharusnya berlari-lari. Ia
meraih pergelangan halus dan kurus. Kena kau, aku tak akan
pernah melepasmu lagi. Ia menangkap tulang rapuh itu dan
meremasnya. Anak itu, yang berpaling, entah bagaimana telah

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berubah. Matanya cokelat. Kulitnya berwarna tembaga. Anak


itu tak lagi ada di sana.
"Oh, maaf." Eileen melepas dan berpaling. "Aku melamun tadi."
44
Segera setelah Hoolian berjalan menuju dapur di Elmont
Catering Hall malam itu, ia dapat melihat sesuatu telah
berubah.
Zana bersandar di depan tungku, mengisap rokok dan
berbincang dengan salah seorang pelayan. Ia menyisir
rambutnya ke belakang, memutar pergelangan tangannya
sedikit, dan memberikan senyum yang sama pada lelaki itu
dengan senyum yang Hoolian pikir hanya diberikan padanya.
Hoolian menggantungkan jaket di dekat talenan dan mendehem,
sengaja agar kehadirannya diketahui.
"Yo." Hoolian melambai dengan percaya diri, ingin menunjukkan
bahwa ia tak keberatan melihat Zana ngobrol dengan pria lain.
Wanita itu menjatuhkan kepala ke belakang dan tertawa
mendengar sesuatu yang dilontarkan pelayan itu,
mengembuskan asap rokok ke langit-langit dengan siku terlipat
melindungi iganya.
Dapur itu seperti kamar uap, penuh dengan piring panas dari
mesin cuci piring Hobart, mentega mendesis dalam wajan, para
koki meletakkan lembaran-lembaran salmon di atas roti
gandum, dan lobster riuh rendah di panci didih. Di ruang utama
di pintu sebelah, DJ tengah melakukan cek suara untuk resepsi
pernikahan, memutar lagu "Celebration," dengan suara bass
menyala begitu keras hingga pengantin pria dan wanita di
puncak kue pernikahan bergetar.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Hey, kau menerima pesan dariku?" Hoolian menghampiri dan


menyentuh bahunya. "Aku sudah berusaha menghubungimu
sejak dua hari lalu. Ada yang harus kujelaskan padamu."
Pria yang tengah berbicara dengan Zana menoleh, keping emas
kecil berkilau di daun telinga merah mudanya.
"Kau keberatan?" ujar pria itu.
Ia adalah pemuda kulit putih riang dengan tuksedo sewaan,
leher merah, rambut gaya shaggy, dan roman kemerahan yang
tampak sedikit gembung oleh steroid. Terlepas dari ukuran
tubuhnya, Hoolian merasakan sesuatu yang lembek, seakanakan ia hanya aktor yang pura-pura memeran-kan.lelaki
perkasa.
"Aku tak bicara padamu." Hoolian melemaskan bahunya.
Dengan gugup, Zana menjepit rokok di antara ibu jari dan
telunjuknya, sikunya merapat ke tubuh, seakan memperlihatkan
keanggunan ala Eropa.
"Sejak kapan kau merokok?" tanya Hoolian. "Kau tak
melakukannya di dekat anakmu, kan?"
"Tolong, kau tak perlu mempermalukanku."
"Kenapa? Karena aku mencoba bicara padamu?"
"Ini bukan waktu yang tepat." Zana menjatuhkan pandangan.
"Ya, bisakah kita bicara setelah pulang di kereta? Ada hal-hal
yang harus kau pahami tentang apa yang terjadi malam itu."
"Ada yang akan mengantarku." Ia melirik lelaki berambut
gondrong itu.
"Hey, bisa tolong beri kami ruang, Orang Besar?" Hoolian
memaksakan seulas senyum. "Sempit sekali."
Zana ragu-ragu, mengetuk-ngetukkan puntung rokok sebelum
mengangguk hati-hati. "Tak apa, Nicky."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Lelaki besar itu undur hanya beberapa langkah, memeriksa dasi


kupu-kupunya pada sebuah jambangan berkilat sementara
bartender mengeluarkan sampanye dari peti.
"Kukira kau pasti kesal?" kata Hoolian. "Kau pasti berpikir aku
semacam monster, kan?"
Zana merapatkan kaki dan menyesuaikan posturnya dengan
sikap resmi yang bagi Hoolian terasa angkuh dan sedikit
mengintimidasi.
"Aku tak mengatakan apa-apa."
Rokok itu mendekati telinganya, sedikit bergetar.
"Kau pikir aku melakukan semua perbuatan yang mereka
tuduhkan?"
"Tidak, sebaliknya aku percaya padamu," jawabnya. "Yang
berbohong tentang nama aslinya."
"Aku terpaksa melakukannya." Ia menggosok-gosok tangan,
merasa kotor. "Aku tak ingin membuatmu takut-"
"Katakan," sela perempuan itu. "Berapa lama kau di penjara?"
"Hampir dua puluh tahun."
Ini jelas bukan waktu yang tepat untuk berdalih tentang
pengacara brengsek dan saksi yang menghilang.
"Hanya itu yang mereka timpakan padamu untuk membunuh dua
wanita? Tidak cukup." Sudut bibirnya turun, seolah ia terhina
secara pribadi.
"Hanya untuk satu kasus, dan aku tak melakukannya." Ia
memukul samping kakinya dengan kepalan. "Kalau kau membaca
keseluruhan cerita dari awal sampai akhir, di situ dikatakan
bahwa mereka menghapus dakwaan. Mereka melakukan
kesalahan."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Lalu mengapa mereka menahanmu kembali?"


"Mereka hanya ingin menjeratku untuk sesuatu karena tahu
mereka keliru sejak awal dan tak ingin mengakuinya. Dengar,
semua itu omong kosong. Mereka menjebakku. Aku menjadi
korban."
Zana membuang rokok ke dalam gelas anggur separo kosong
berisi sampanye, membuat suara desis dingin. "Tolong, aku
hanya ingin tahu satu hal."
"Apa itu?"
"Apakah kau akan menyakitiku juga?"
Ia bicara begitu perlahan hingga Hoolian hampir tak
mendengarnya. "Apa?"
"Bukankah itu yang akan kau lakukan?" "Tidak. Tentu saja
tidak. Kau gila?"
"Aku meninggalkan putraku bersamamu, aku bermaksud
membiarkannya naik kereta bersamamu."
"Ah, terkutuk." Rasa malu segera menyergapnya. "Apa
kabarnya?" "Polisi masuk ke kamar tidurnya. Menurutmu,
bagaimana?" "Bangsat."
"Aku pergi dari Kosovo karena polisi masuk rumah. Dan
sekarang? Mungkin ini salahku."
"Bukan, ini bukan salahmu... "
Mesin cuci piring membuka di belakang, mengeluarkan kabut
lembab yang melanda. Berapa kali ini akan terus terjadi? Kapan
ia akan keluar dari mimpi buruk yang terus berulang dan
menemukan jalan kembali ke kehidupan yang sepatutnya
dinikmati?

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dengar." Ia menggapai wanita itu. "Bukan aku orang jahatnya


di sini-" "Jangan sentuh aku!" ia mundur. "Pergi sajalah."
Nicky berjalan lambat menghampiri, ikat pinggangnya bak
sabuk petinju kelas berat melingkari tubuhnya. "Semua baikbaik saja?"
"Ya, Bung, kami baik-baik saja." Hoolian melambaikan tangan
menghalau. "Mundur saja. Aku belum selesai bicara dengannya."
"Sepertinya ia sudah selesai."
"Memangnya kau bisa telepati? Aku tak dengar ia minta
pendapatmu." "Kau membuatnya takut."
"Ia tidak ketakutan. Zana, bisakah kaujelaskan apa yang
terjadi pada si bodoh ini?"
Wanita itu berpaling, menyeka tangan ke celemek.
"Nah, jelas." Nicky menaruh tangannya di siku Hoolian. "Ia
ingin kau meninggalkannya."
"Hey, maricon, kenapa kau pegang-pegang? Kau ingin jadi
pacarku atau apa?" "Tenang, amigo."
"Oh, kau bicara bahasa Spanyol sekarang?" Hoolian
mengibaskan tangan itu. "Chinga tu madre. Paham itu?"
"Kau ingin bercinta dengan ibuku?"
"Yeah, aku ingin bercinta dengan ibumu. Dengan kakak
perempuanmu. Nenekmu juga. Cara de crica."
"Siapa yang kau sebut banci?" pria besar itu mendorongnya ke
arah tungku. "Bajingan."
Hoolian mendengar bunyi bel alarm berdering di telinganya.
Sebelum ia menyadari apa yang ia lakukan, dijambaknya rambut
lelaki itu, kemudian disentaknya sekeras mungkin, dan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menghantamkan keningnya ke wajah lelaki itu. Dilihatnya percik


api kecil dan bara menyala melayang di udara.
Ketika pandangannya telah jernih, ia merasa sakit kepala luar
biasa dan Nicky merosot di meja, darah mengalir dari hidung
dan matanya menyala-nyala geram karena terluka.
Kini ia tak bisa lagi mundur. Hoolian merenggut wajan dari
tungku di dekatnya dan mengacung-acungkannya, mengabaikan
rasa panas dari pegangan wajan dan bara menyala-nyala di
hadapannya. Segera saja, semua orang di dapur sunyi senyap
waspada. Ia melihat dua dari mereka lari keluar sementara
yang lain mulai menjauhkan pisau-pisau.
Rasa takut mereka membuatnya merasa hidup, memberinya
perasaan kuat dan berkuasa yang tak ia miliki sejak keluar dari
penjara. Seperti perasaan lega, menyaksikan lapisan segala hal
mengelupas, mengetahui bahwa sekali kau merenggut rangkaian
bunga, dasi kupu-kupu, gaun pengantin, hiasan meja- semua
lambang sopan santun dan budi bahasa penuh kepalsuan-yang
tersisa hanya masalah siapa yang mau dan mampu memukul
dengan baik.
Tapi kemudian ia melihat Zana menatapnya, dari wajahnya ke
wajan dan kembali lagi. Seolah ia melihatnya makin kecil dan
senjata yang dipegangnya kian besar.
Hoolian menyadari pegangan itu terlalu panas untuk terus
digenggam. Ditaruhnya wajan itu tepat saat Kevin, pemilik
perusahaan katering, bergegas masuk ke dalam dapur.
"Christopher! Apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada apa-apa." Telapak tangannya terasa berdenyut
akibat terbakar.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kevin menatap Nicky yang memegangi hidungnya. "Kau tak


perlu datang malam ini," tukasnya, berusaha meredakan
suasana secepat mungkin. "Kami bisa menggantikanmu."
"Ya, aku sudah di sini sekarang."
"Tak apa, kami akan mengganti uangmu." Kevin mengambil napas
dalam-dalam, membuat kontak mata pada setiap orang di
ruangan itu untuk memastikan tak ada orang lain yang terluka.
"Kau akan dikabari lagi."
Hoolian menyentuh benjolan di kening dan menyadari
permukaannya masih sedikit lembab oleh darah Nicky.
"Betulkah? Aku bisa tinggal di sini membantu membersihkan
setelah selesai."
"Tidak usah, tak apa-apa. Kukira kita punya cukup orang."
Dari balik pundak sang manajer, Hoolian melihat seekor lobster
berjuang keluar dari panci didih, cakar merah terang
menjangkau perlahan di tepi panci.
Lobster itu meregang ke arah cahaya, menggeliat di pinggiran
karet, melakoni usaha terakhir pelarian diri yang sia-sia.
Namun, ia sudah terlalu lama berada di panci. Ia tak punya
kesempatan. Bagian dalamnya sudah masak. Dengan hati
terbakar hebat, Hoolian menyaksikan cakar itu terkulai tak
bernyawa ke sisi.
BAGIAN V
MULAI MELIHAT CAHAYA
Selasa pagi setelah Hari Columbus, Francis pergi ke pertemuan
di kantor jaksa wilayah dan menemukan Tom dan Eileen Wallis

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sedang menatap Paul Raedo dan Dokter Dave di seberang meja


rapat.
"Francis, ada apa ini?" Tom mencubit lipatan kulit di antara
kedua matanya. "Kau bilang kau melindungi keluargaku. Alihalih, kami diseret bolak-balik ke pengadilan, para wartawan
menelepon kami di rumah. Dan kini aku mendengar kisah gila
tentang darah adikku yang muncul di apartemen korban lain."
"Tom, Eileen, aku minta maaf." Francis mengambil tempat
duduk di bawah senapan Paul yang terpajang di dinding. "Kami
berusaha secepat mungkin menuju inti persoalan. Ternyata,
terjadi kekacauan bukti DNA dalam kasus ini dan kami perlu
meluruskannya segera sebelum pengacara mengambil
keuntungan dan menggunakannya untuk mengeruhkan kasus."
"Aku tak mengerti sama sekali semua ini," ujar Tom, mengusapusap lengkung alisnya dengan jari. "Pertama, kau melepaskan
pembunuh adikku sebelum masa hukumannya berakhir. Lalu
gadis lain terbunuh dan entah bagaimana berhubungan dengan
Allison. Dan sementara itu, si Vega ini belum kembali ke
penjara?"
"Boleh saya potong?" Dr. Dave menyela. "Ada beberapa aspek
dalam kasus ini yang harus kita cermati dengan saksama. Kami
sudah memastikan bahwa ada hubungan DNA yang jelas antara
keluarga Anda dan wanita yang darahnya kami temukan pada
pembunuhan Christine Rogers. Jadi, hal pertama yang mesti
kita ketahui adalah apakah Anda memiliki saudara perempuan
lain."
"Tentu saja tidak." Tom memutar bola mata. "Pertanyaan gila
macam apa itu?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kami hanya mencari penjelasan logis tentang kemungkinan


pemilik darah itu," kata Dr. Dave.
Francis melayangkan pandangan ke seberang meja. "Eileen?"
Wanita itu duduk membisu, dengan setelan hitam dan
kacamata, patung sphinx yang elegan.
"Aku tahu ini hal yang sulit untuk dibicarakan," bujuk Francis,
mengira wanita itu mungkin telah menggandakan obat-obatnya
sejak terakhir kali ia bertemu dengannya. "Tetapi kami benarbenar harus tahu. Kita semua di sini sama-sama dewasa. Kami
semua mengerti bahwa selalu ada persoalan sebelum dan
sesudah orang menikah. Jadi kau harus memberi tahu kami
yang sebenarnya. Apakah kau pernah memiliki anak lain yang
mungkin kau serahkan untuk diadopsi?"
Perempuan itu mencopot kaca mata dan menatapnya, tak ada
awan di mata biru itu hari ini.
"Francis," ujarnya. "Jika punya bayi lain, aku mungkin tahu. Aku
mungkin bukan orang tua yang sangat perhatian, tapi yang
seperti itu pasti tak terlewatkan olehku."
Para lelaki mengangkat bahu.
"Tunggu sebentar, tunggu sebentar." Tom berhenti menggosok
kening, menyisakan titik merah. "Bagaimana tepatnya kalian
memastikan ada hubungan antara DNA yang lebih baru yang
kalian temukan ini dengan keluarga kami? Aku tak ingat
memberi sampel pada siapa pun."
"Aku yang memberinya," ibunya menjawab.
"Ibu?"
"Detektif Loughlin datang menjenguk minggu kemarin saat aku
di taman bersama anak-anak," katanya. "Jadi dengan senang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

hati aku memberikan apa yang ia perlukan. Dalam sapu tangan.


Maaf, Sayang. Aku mungkin harus menceritakannya padamu."
Jakun Tom bergerak naik turun dan ia berpaling pada Francis,
seolah meminta penjelasan. Tetapi Francis menatap Eileen,
berusaha menyelidiki apa yang tengah dituju wanita. Apakahia
menangkap bayangan tipis senyum lebar di wajahnya?
"Ya, intinya adalah kami tak punya pilihan," ujar Dr. Dave,
mengambil sebatang pensil dan perlahan-lahan memutarnya.
"Kami akan meminta surat perintah penggalian kubur."
"Kalian akan menggalinya kembali?" Merah di kening Tom mulai
pudar.
"Aku khawatir itu terpaksa dilakukan," ujar Dave. "Itu satusatunya cara untuk kita mengeliminasi saudara perempuan
Anda sebagai donor dalam kasus terbaru ini."
Francis mengangguk simpati pada Tom, mengerti benar
bagaimana rasanya menjaga keluarga yang terpecah untuk
tetap bersatu.
"Tom, aku mengerti perasaanmu... "
"Kau tak mengerti perasaanku, Francis. Apakah mereka pernah
menggali kubur salah satu keluargamu?"
Ia menggeleng-gelengkan kepala pada ibunya.
"Tom, percayalah padaku," ujar Paul seraya mengulurkan
tangan "Jika saja ada cara lain... "
"Tapi bagaimana dengan kisah lain yang muncul akhir minggu
kemarin?" protes Tom. "Bahwa kau menemukan sesuatu yang
menghubungkan Julian Vega dengan TKP adikku? Mengapa
kalian tak menyelidiki hal itu saja?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kami sedang menyelidikinya," ujar Francis. "Kami masih tetap


yakin ia memiliki kaitan dengan hal itu, tapi kami mengalami
sedikit kebuntuan karena DNA satu lagi. Jadi kami harus
mencoba dan menjelaskan asalnya."
"Aku setuju sepenuhnya," kata Eileen.
Francis merasakan retakan kristal kecil di udara. Ia menoleh
dan dilihatnya Paul, Tom, dan Dave sama seperti dirinya.
"Kalian semua akan melihat bahwa aku benar selama ini,"
ujarnya. "Itu bukan Allison."
"Bu..." Tom bersemu merah.
"Aku serius. Kebenaran akan muncul."
"Kau lihat apa yang kau lakukan, Francis?" Tom menekan
jemarinya ke atas meja hingga kukunya memutih. "Kau
menyemangatinya. Apa ia terdengar waras bagimu?"
"Tidak ada bedanya," gumam Dr. Dave.
"Apa maksudmu, 'Tidak ada bedanya'? Ini akan menjadi bahan
olok-olok media, saat aku tengah berusaha melindungi cabikan
harga diri sekecil apapun yang masih kami punya. Aku akan
mengajukan petisi ke pengadilan untuk mencegahnya... "
"Tak usah repot-repot." Paul mengacak-acak kertasnya.
"Apa maksudmu dengan 'tak usah repot'? Beraninya kau
memerintahku?"
"Ini keputusan final kepala forensik. Kami tak memerlukan izin
keluarga untuk menggali mayat jika tubuhnya dikubur di lima
wilayah ini."
Francis mempelajari reaksi sang ibu dan anaknya. Tom
memandang ibunya, dengan perasaan letih penuh duka sekaligus
muak. Eileen menatap ke ruang kosong, mengabaikannya,

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

seperti nakhoda yang tersenyum di haluan kapal besar, lupa


puncak-puncak karang dan badai gelap di hadapannya.
"Jadi mengapa kalian repot-repot memanggil kami?" tanya
Tom.
"Sopan santun saja," kata Paul.
46
Hoolian, dengan wajah ditumbuhi janggut dan mala merah
akibat kurang tidur di rumah penampungan, muncul di coffee
shop Nita sekitar jam makan siang. Satu sisi restoran dipenuhi
ibu-ibu muda dengan lingkaran dalam di sekitar mata mereka,
sesekali berjuang menyendok makanan ke mulut jika sedang
tak repot menghibur bayi mereka yang menjerit-jerit. Wanitawanita tua dengan sepatu lari dan jaket denim memperhatikan
mereka dari seberang jalan dengan perasaan terhibur.
"Apa yang terjadi?" ia memperhatikan benjol di kening Hoolian
gara-gara menyundul Nicky. "Mereka menahanmu lagiuntuk
kasus gadis satu itu?"
"Tidak, Nita, dengar, aku bersumpah aku tak ada kaitan sama
sekali dengan semua itu. Mereka hanya ingin menangkapku. Itu
jebakan, untuk menutupi apa yang mereka lakukan... "
Kelopak mata wanita itu makin berat; semakin banyak Hoolian
bicara, semakin sedikit yang ingin ia dengar dari lelaki itu.
"Dengar, aku hanya butuh tempat untuk tinggal beberapa lama.
Mereka semua menghakimiku di rumah Bellevue kemarin malam,
dan terlalu mengerikan rasanya. Semua orang di ranjang lain
mengawasiku dan para penjaga membicarakanku dari belakang.
Aku takut pergi ke kamar mandi. Rasanya seperti di penjara
lagi, hanya lebih buruk karena aku tak punya sel untuk
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

bersembunyi. Aku berada di ruang terbuka, dengan setiap


orang bisa melukaiku."
"Kau tak bisa tinggal di sini lagi." Nita menyelipkan pulpen di
belakang telinganya. "Bos tahu tentang hal ini tempo hari dan
hampir memecatku."
"Kalau begitu mungkin aku bisa ikut ke rumahmu, hanya untuk
beberapa malam. Aku akan tidur di lantai, di bak mandi. Aku
tak peduli..."
"Tidak, Sayang, aku tak bisa melakukan itu."
Hoolian menunggu penjelasan, tetapi Nita tak berkata apa-apa.
Bahkan untuk menyodorkan alasan bahwa apartemennya terlalu
kecil. Ia hanya tak ingin sendirian dengannya.
"Kalau begitu aku tak tahu lagi ke mana aku harus pergi malam
ini." ia melipat tangan. "Aku tak bisa kembali ke rumah
penampungan. Bisa-bisa aku terbangun dengan pisau di dada."
"Tapi apa yang terjadi dengan kasusmu? Kukira kau akan
membuktikan bahwa kau tak membunuh gadis itu dan sebagainya."
"Sudah kucoba, tapi perhatianku agak teralihkan. Ada hal-hal
lain muncul. Aku dapat pekerjaan, bertemu seorang gadis.
Terjadi masalah... "
Ini salahnya sendiri, ia menyadari. Jika saja selalu waspada
sepanjang waktu seperti saat di penjara, ia akan baikbaik saja.
Tapi, tidak, ia terhasut untuk menurunkan kewaspadaan.
Membiarkan dirinya digoda ilusi, ia lupa bahwa dirinya masih
dalam pengawasan.
"Siapa gadis itu?" tanya Nita.
"Apa?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau bilang kau mengalami salah paham dengan seorang gadis."


Matanya menyipit melihat tensoplas kecil warna kulit yang
menggantikan balutan di punggung tangan Hoolian. "Bukan
dokter yang disebut-sebut dalam berita, kan?"
"Bukan. Terkutuk. Nita. Dengar apa yang sedang kucoba
katakan padamu, tolong. Aku tahu semua orang yang pernah
dipenjara berkata mereka lak bersalah. Tapi aku benar-benar
tak bersalah."
Bel berbunyi di dapur dan seorang koki menyembul di jendela
pembatas, menunjuk garden burger di atas selada layu.
"Kau harus membantuku, Nita. Aku serius. Kau sudah kenal aku
sejak lama. Aku anak baik. Mereka mengarang cerita aneh
tentang apa yang terjadi antara Allison dan aku. Mungkin kau
bisa katakan pada mereka bahwa setelah aku meninggalkan
apartemennya aku turun dan bermain halma denganmu."
"Kau ingin aku berbohong dan mengatakan aku bersamamu saat
wanita itu terbunuh dua puluh tahun lalu?"
"Dulu kita sering nongkrong bersama, kan?"
Nita menggeleng, jaring garis-garis itu perlahan mengencang di
wajahnya seolah seseorang menariknya. "Maaf, Sayang. Aku
tak bisa melakukan itu."
"Sialan."
Hoolian membungkuk ke depan dan menopang diri. Rasanya
seperti ada minyak panas bocor dari perutnya.
Pelayan lain bergegas menuju meja kasir dan dengan gugup
menekan-nekan angka. Seorang wanita dengan sepasang bayi
kembar di kereta bayi menghampiri dengan cek dan lima puluh
dolar di tangan, memaksa Hoolian untuk menepi.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, mungkin kau bisa meminjamiku sedikit uang sampai aku


dapat gaji lagi?" tanyanya, mengangkat kepala. "Aku sedang
mencari kerja, dan aku akan mendapatkannya. Kau tahu itu,
bukan?"
"Julian, aku sendiri hampir selalu bergantung pada tips. Kau
pernah mencoba bicara pada serikat kerja ayahmu, siapa tahu
kau berhak atas sejumlah uang?"
"Sudah kucoba, tapi keparat-keparat itu tak mau membalas
surat atau teleponku."
"Kalau begitu aku tak tahu lagi... "
Laci mesin kasir membuka dengan satu sentakan dan wanita
dengan kereta bayi itu menengadahkan tangan meminta uang
kembalian. "
Sesuatu. Ia membutuhkan sesuatu agar tetap hidup. Ia mulai
ketakutan dan paranoid hingga tak lagi mempercayai persepsi
paling dasar dari satu momen ke momen lainnya atau
kemampuannya bereaksi atas keadaan secara rasional.
Pelayan itu menghitung koin dan menaruhnya di telapak tangan
wanita itu.
Dua, tiga, empat....... tak terelakkan. Ia akan kembali ke
penjara, apapun
yang ia lakukan. Ia hanya seekor anjing, hina dan liar, hanya
bermimpi untuk terlepas dari tali.
Terpikir olehnya untuk mengambil uang dari tangan wanita itu,
memukulnya, dan mendorong kereta untuk keluar dari sini.
Tahu pasti dirinya akan ditangkap saat ia tiba di kereta bawah
tanah...tapi setidaknya semua berakhir. Mereka akan menahan
dan mengirimnya kembali, dan begitulah akhirnya. Takdir
selesai. Orang akan menganggukkan kepala dan berkata, Ya,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pantas saja. Dan mungkin ia akhirnya akan mematikan pijar


harapan terakhir yang lelah menahannya dari tergelincir
selamanya ke ngarai kegelapan.
Tapi, ia merasakan sentakan tepat di bawah pinggangnya, dan
melihat Nita tengah menjejalkan dua lembar uang dua puluh
dolaran terlipat ke saku celananya.
"Keluarlah dari sini," gumamnya saat manajer botak itu
bergegas menghampiri. "Dan, jangan kembali lagi. Kau
memanfaatkanku."
Hoolian melesakkan uang itu lebih dalam, mengambil segenggam
permen mint dari mangkuk perak, dan pergi.
47
Francis menginjak rem, mengikuti mobil jenazah melewati
barisan nisan dan keluar melalui gerbang lengkung besar gaya
Gothic, meninggalkan kedamaian abadi Cricklewood Cemetery
menuju hiruk-pikuk Fourth Avenue.
"Jadi kau bicara tentang ini pada Scottie Ferguson?" Ia
membetulkan kaca spion.
"Ia berdiri di sana, merekam mesin keruk itu, dan mengajukan
pertanyaan sederhana." Paul gelisah di kursinya. "Kau ingin aku
bilang, 'Ini hanya pekerjaan biasa'?"
"Aku hanya jengkel kalau seseorang mengalihkan tanggung
jawabnya." Ia mengganti gigi persneling, ingat tindakan Paul
yang menunjuk jari padanya saat di pekuburan.
"Tak ada yang mengalihkan tanggung jawab, Francis. Jangan
paranoid."
Ia mengikuti mobil van tim forensik ke arah Fort Hamilton
Parkway, menuju terowongan Brooklyn Battery. Truk-truk
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

minyak besar dan minivan berderak-derak di luar bintik


butanya dari kedua sisi, membelok tajam berbahaya dan
memotong jalur di depannya tanpa menyalakan lampu.
"Tak keliru menjadi paranoid dalam kasus ini," tukasnya,
melirik cepat dari bahu. "Bisa kau bayangkan apa yang terjadi
jika penggalian kubur gadis ini muncul di media?"
"Hey, hati-hati, kau hampir menabrak kerucut jalan." "Aku
lihat." Francis mengelak.
"Aku hanya bilang, tak perlu kita saling, menyalahkan."
"Tentu saja, Tuan Hakim. Jika salah satu dari kita jatuh, yang
lain juga."
Mereka berhenti di lampu lalu lintas di depan jembatan kerek,
air kehijauan di Terusan Gowanus beriak-riak di bawah mereka.
Tahun delapan puluhan, Francis pernah naik kapal tongkang
bersama patroli pelabuhan ketika mereka menarik keluar
sesosok mayat; semua orang berkata mereka heran mayat itu
tidak menumbuhkan sirip setelah berhari-hari tertelungkup di
cairan beracun itu. Kini permukaannya menyinarkan urat minyak
tua, dan seandainya ada kepiting biru dan ubur-ubur di bawah
sana, ekosistem baru mungkin akan muncul. Kota ini. Kau tak
pernah bisa yakin sepotong darinya benar-benar mati untuk
kebaikan.
"Jadi, bagaimana menurutmu?"
Francis memperhatikan kereta pemakaman bergetar di depan
mereka. "Maksudmu jika ternyata gadis yang kita kubur bukan
Allison?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku tak takut untuk bilang bahwa aku takut." Paul


menaikturunkan kaki, seolah punya pedal sendiri. "Bagaimana
jika ibunya selama ini benar bahwa itu jenazah orang lain?"
"Jangan terlampau terburu-buru. Mungkin akan ada penjelasan
lain." "Misalnya?"
Francis mendengarkan getaran mesin, tak berkata apa-apa.
"Ada apa dengan wanita itu, ngomong-ngomong?" tanya Paul. "la
selalu agak menyeramkan, tapi apa motifnya memberikan DNA
dalam sapu tangan kepadamu? Kukira kau mendapatkannya
diam-diam."
"Kukira juga begitu. Tapi ternyata ia sudah mendahuluiku."
"Jadi, menurutmu ia tahu lebih banyak daripada yang ia
ucapkan?"
"Aku sudah punya firasat sejak lama." Francis menginjak pedal
gas tepat saat lampu berganti. "Apa?"
"Firasat."
"Jadi, apa firasatmu? Menurutmu, ia punya putri lain?"
"Aku baru melihat catatan medis St. Luke's Roosevelt
bertanggal satu setengah tahun yang lalu, ketika Christine
Rogers bertugas di ruang gawat darurat di sana."
"Ya, lalu?"
"Mungkin bukan apa-apa. Tapi ia tengah bertugas pada malam
yang sama ketika mereka membawa Eileen Wallis ke rumah
sakit akibat menelan setengah botol Valium dan meminumnya
bersama dua gelas Bordeaux."
Ia mendengar bunyi gedebuk mobil dari sisi Paul namun tak
berani menoleh.
"Kau bercanda."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Sama sekali tidak." Ia memindahkan spion sekali lagi dan


dilihatnya Paul tampak mual. "Dengar, itu rumah sakit besar
dan ia bukan dokter yang menangani Eileen malam itu. Tapi itu
benar-benar menggangguku. Aku
meminta Rashid dan dua orang lain untuk menanyai staf rumah
sakit dan mencari tahu jika ada yang melihat mereka berdua
bicara."
"Dan kalau benar begitu? Apa artinya?"
"Aku tak tahu. Kebetulan yang aneh, jika benar begitu."
Mereka melintasi jembatan itu, kawat-kawat penunjangnya
bergoyang ketika ban melewati jalan berstruktur besi. Francis
mafhum, perasaan itu telah ada sejak awal. Mungkin firasat
samar. Ia telah melihatnya mungkin kurang dari seperdelapan
detik dua puluh tahun lalu ketika bertanya pada Eileen kalaukalau perempuan itu ingin melihat jenazah anaknya. Semacam
kehampaan sesaat meliputi wanita itu. Seolah ia tengah
menghapus sebuah wajah sebelum muncul dengan wajah yang
sesuai untuk ditunjukkan pada dunia.
"Aku katakan apa yang sedang kita kerjakan," katanya.
"Apa itu?"
"Aku menghubungi Dr. Dave di kantor forensik dan memintanya
memasukkan profil Eileen terhadap DNA Christine Rogers."
"Apa?" kursi vinil yang diduduki Paul mendecit. "Kau pikir
mereka berkerabat?"
"Apapun mungkin, Bung. Ia anak adopsi, mencari ibunya di kota
ini. Aku selalu terbuka akan berbagai kemungkinan."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Oh, keparat." Keseimbangan mobil seperti bergeser dengan


Paul merosot di kursinya. "Sekarang kau yang me-nakutkanku,
Francis. Ada lagi yang masih kau sembunyikan dariku?"
"Tidak untuk saat ini."
Dua jalur ditutup untuk perbaikan di depan mereka dan mobilmobil mulai merapat sembarangan. Ia kehilangan mobil jenazah
itu di belakang minibus Access-A-Ride bagi penyan-dang cacat.
"Jangan ikut sinting denganku, Paul. Aku tak punya bukti sama
sekali. Aku bahkan tak punya teori sekarang. Itu hanya sesuatu
agar matamu tetap terbuka."
"Francis... "
"Apa?"
"Sepertinya kau baru melewatkan jalan keluar." 48
Gelisah bukan kepalang setelah melewatkan malam di kereta A,
Hoolian muncul pagi itu di kantor serikat buruh ayahnya, Local
32BJ, tepat di utara Terusan, tempat jalanan menyebar keluar
seperti pisau-pisau tambahan pada pisau lipat Swiss Army.
Dengan membujuk dan menyodor-nyodorkan kop surat lama dan
kartu identitas, ia berhasil meminta naik ke lantai dua puluh,
kantor para perwakilan East Side.
Ia tiba di luar bilik kelabu, dinding flanelnya dihiasi poster
"Keadilan bagi para Petugas Kebersihan" dan panji Klub Sepak
bola Coqui di Pucrto Rico.
Seorang pria bertubuh subur dengan setelan ketat duduk di
belakang meja besar dengan topi penjaga pintu tua berwarna
hijau tersampir di ujung kanan ruangan. Wajahnya seperti
omelet bengkak, kaca mata setebal kaca mata pilot Perang
Dunia I, dan sebentuk cincin yang sepertinya telah terlepas
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dari seperangkat buku kuningan di tangan kirinya. Seandainya


melepas jaket, Hoolian yakin ia akan melihat butir-butir
keringat di bawah lengannya.
"Pak Tavares?"
"Siapa kau?"
"Mereka mengirim saya ke sini dari Bagian Gaji. Mereka bilang
mungkin Anda bisa membantu."
"O, ya? Dengan siapa kau bicara tadi?" Mata pria itu tidak
beranjak dari layar komputernya.
"Carmen. Ia bilang saya harus menemui Anda sebelum pukul
sepuluh pagi atau setelah jam empat sore, karena di luar waktu
itu Anda sedang keluar untuk bicara dengan para anggota."
"Aku harus bicara dengan Carmen."
"Jangan menyusahkannya." Hoolian melangkah ke dalam bilik itu
dan mencengkeram punggung kursi, menjaga agar tidak
berkeringat terlalu cepat. "Aku yang memaksanya, meminta
waktu bertemu. Aku hanya ingin tahu tentang pensiun ayahku
dan fasilitas yang dimiliki."
"Ada apa memangnya?"
"Ia bekerja di sebuah gedung A di liast Side selama dua puluh
dua tahun, seringnya sebagai pengawas. Aku ingin mencari tahu
apa yang berhak diwarisi keluarganya."
"Ia masih hidup?"
"Tidak. Meninggal akibat emfisema dan diabetes beberapa
tahun lalu."
"Ibu?"
"Ia telah lama wafat. Sejak 1970."
"Kalau begitu kau tak dapat apa-apa. Begitu saja."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian meremas belakang kursinya dengan kedua tangan,


berusaha menguasai diri. Sebongkah kecil harga diri yang ia
jaga selama ini baru saja diinjak dan diremukkan hingga
menjadi debu. Ia melihat ke arah topi penjaga itu di atas meja
dan menggigit pipinya agar tak menangis. Dua puluh dua tahun
melayani tanpa arti, tanpa penghargaan, tanpa peninggalan yang
bisa diwariskan.
"Ayolah, amigo." Pria itu mengangkat teleponnya. "Kau ingin
bicara panjang lebar, bicara pada pelayan tokomu tentang
merancang perjanjian denganku. Apa kau sendiri masuk
serikat?"
"Tidak."
"Ayy. Untuk apa aku bicara denganmu kalau begitu?"
"Aku hanya mengira..." Suaranya menggantung seraya melirik
topi itu dengan pita emas di paruhnya. "Aku hanya mengira
mungkin kau bisa membantuku..."
"Vete a banar. Ini Local 32BJ, amigo, bukan Tentara
Penyelamat. Memangnya siapa ayahmu?"
"Osvaldo Vega."
"Benarkah?"
"Kenapa, Anda mengenalnya?"
"Tidak, tapi... " ketidakpastian melintasi parasnya yang terbaca
dengan baik. "Kau serius? Osvaldo itu Sang Teladan!"
"Aku tahu... "
"Tidak, maksudku, ia seperti pionir pengawas gedung dari
Puerto Rico." Tavares meraba-raba, menaruh telepon.
"Sebelum ia, yang mengurus gedung-gedung A di bawah 96th
Street di East Side semuanya orang Irlandia."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian setengah tersenyum, senang mendengar Papi


dibicarakan dengan rasa hormat yang selayaknya.
Tavares menurunkan kaca mata. "Jadi, kau anaknya yang baru
keluar dari penjara?"
"Begitulah."
"Masalah dengan gadis yang terbunuh di gedung itu yang
kembali muncul di koran-koran beberapa minggu lalu?"
"Ya, tapi mereka menjebakku..." Ia begitu muak mendengar
dirinya mengulang-ulang perkataan yang sama hingga ia sendiri
mulai tak mempercayainya.
"Aku juga punya kakak yang keluar masuk penjara beberapa
kali," Tavares berucap muram, menarik-narik cincin yang
sepertinya ditakdirkan tak pernah lepas dari jari gemuknya.
"Tak pernah bisa lepas dari narkotika."
"Itu bukan urusanku," bentak Hoolian. "Masalahku adalah
serikat tak mau menolong ayahku menemukan pengacara yang
baik."
"Hey, bro." Tavares mengangkat tangannya. "Aku tak bilang
serikat berjalan dengan sempurna saat itu, tapi memang tak
banyak yang bisa kami lakukan. Anggaran sangat terbatas. Kami
hanya bisa mengeluarkan penjahat kelas E dan D. Kau didakwa
atas pembunuhan, companero, itu sama sekali di luar peraturan.
Kami juga punya masalah sendiri."
Hoolian mengangguk, teringat kisah yang pernah ayahnya
ceritakan tentang korupsi di situ. Tapi, apa gunanya
mengangkat semua itu sekarang? Taruh pantat di bibirmu,
begitu ucapan orang-orang di penjara. Tempatkan pantat di
bibir dan teruslah menciumnya. Tak ada yang akan memberimu
sesuatu dalam hidup ini karena kau membuat mereka tak enak.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Mereka menolongmu karena takut padamu atau karena itu


membuat mereka merasa baik.
"Seandainya aku bisa menolong, Sobat, tapi tanganku terikat.
Kami tak bisa memberi fasilitas apa pun untukmu dan kami tak
boleh terlibat dalam kasus itu. Aku tak tahu lagi apa yang bisa
kusampaikan padamu."
Hoolian mengambil topi penjaga pintu itu dan menyelidiki
jahitan di dalamnya, mendengar jendela membuka sedikit
dalam suara Tavares. "Ya, bisakah kau mungkin mencoba dan
menolongku menemukan seseorang yang pernah bekerja pada
Papi?"
"Siapa itu?"
"Mungkin agak sulit. Orang itu mungkin sudah mati sekarang.
Portir Dominika tua bernama Nestor. Kukira ia bahkan mungkin
tak masuk serikat."
"Apa yang membuatmu berpikir ia tak masuk serikat?" Tavares
menegakkan tubuh, membela diri, harga dirinya tertantang.
"Aku ragu ia masuk negara ini secara sah. Aku selalu mengira
ayahku membayarnya di luar catatan resmi untuk membantubantu di basement."
"Kedengarannya tak seperti yang kudengar tentang Osvaldo
tua. Sejauh yang kutahu, ia anggota terhormat hingga akhir
hayatnya. Tak pernah mempekerjakan bajingan dan
menghormati setiap pemogokan yang kami lakukan. Ia juga
bukan pengorganisir yang buruk, ketika waktunya mengadakan
pemilihan suara. Kukira ia tak akan memasukkan seseorang
yang bukan anggota cabang setempat dalam daftar gaji.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Merupakan kebijakan manajemen gedung untuk mencari tahu


apakah mereka tiba di sini secara sah."
"Tak mungkin orang ini masih hidup." Hoolian menaruh topi itu
ke samping, berubah pikiran dan memutuskan ia lak ingin ditipu
lagi. "Ia mungkin berusia enam puluh saat aku mengenalnya.
Dan, ia berkata pada orang-orang bahwa ia mengidap kanker
hati."
"Kau tak pernah tahu dengan portir-portir tua ini. Mereka
lebih kuat daripada kecoak. Jika cairan pembersih, dan uap
karbon monoksida tak membunuh mereka, tak ada lagi yang
bisa. Yang paling hebat bertahan hidup, ya mereka."
Tidak. Mereka tak akan bisa mempermainkannya lagi. Tak ada
yang bisa membodohinya untuk berpikir bahwa keadaan
mungkin bisa membaik. Tinggalkan aku sendiri. Biarkan aku di
dalam kotak pekat kecil dengan jeruji di sekelilingnya.
"Jadi mengapa kau ingin bertemu dengannya?" "Mungkin ia bisa
membantuku." "Apa maksudmu? Seperti saksi, begitu?" "Sudah
kubilang itu sulit." Hoolian mengangguk.
Tavares bersiap mengangkat telepon, tetapi menaruh
tangannya kembali. "Kau tahu, tak ada faedahnya jika kami
terlibat. Kami tak mendapat apa-apa dari berhubungan dengan
kasus kriminal setelah semua persoalan yang kami alami dengan
pengorganisasianulang ini."
"Aku mengerti."
"Tapi, dua puluh tahun waktu yang lama." Tavares merengut,
mengucek jari di telinga. "Dan, kami tak cukup membantu
terakhirkah itu, bukan?"
"Aku tak berkata apa-apa."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian berusaha memasang ekspresi malu-malu yang ia lihat


dipasang ayahnya saat Natal, ketika tips dibagikan. Biarkan
bokong tetap di bibirmu. Jangan lepaskan. Ia kini sadar
ayahnya itu sangat jago menyembunyikan perasaan.
Tavares mengangkat telepon. "Siapa nama portir itu tadi?"
49
Tepat sebelum tengah malam, Dr. Dave berjalan menuju
sebuah bar dekat Bellevue bernama Recovery Room, memesan
bir Guinness dan menekan lagu The Doors di mesin lagu dengan
kalimat "CANCEL MY SUBSCRIPTION TO THE
RESSURECTION... "
"Kurasa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku," kata
Francis, menunggunya di bilik belakang.
"Kau membunuhku di hari-hari ini, Francis. Tak ada yang
kembali dengan hasil DNA kurang dari sehari. Tak pernah ada
cerita. Merusak sistem."
"Jadi, apa yang kau dapat?"
Dokter itu memperhatikan badai pasir mengamuk dalam
gelasnya, kepala ikan stout perlahan-lahan terdiam. Matanya
terlihat kecil dan mengalami iritasi akibat mengamati reaksi
rantai polimerase dan layar gel tanpa henti sejak mereka
membawa jenazahnya. Jim Morrison meraung di belakang. Satu
lagi yang tak semestinya dimakamkan di kuburnya sendiri, pikir
Francis. Mungkin Jim tambun, botak, dan hidup di kondominium
di Florida, main golf dua kali seminggu bersama Elvis dan
mengutuk tiap kali lagu hitsnya, Light My Fire,mengalun di
radio.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tak banyak yang tersisa setelah dua puluh tahun." Dave


mengembalikan gelasnya. "Kebanyakan hanya fragmen tulang
dan rambut. Tapi kami dapat cukup banyak."
"Dan? Apakah itu Allison?"
"Yang bisa kukatakan hanya ini." Dave mengangkat satu jari,
menolak diburu-buru. "Aku bisa memastikan bahwa ia adalah
wanita. Aku bisa mengatakan
juga, ia anak Eileen Wallis. Usianya mungkin antara dua puluh
satu hingga tiga puluh tahun dan tingginya tak lebih dari 160
sentimeter. Tak punya tanda-tanda osteoporosis dan tak
pernah hamil. Soal nama asli, bukan kewajibanku untuk
memastikan."
"Jadi, ia bukan wanita yang DNA-nya ditemukan di bawah kuku
kedua gadis itu?" "Bukan."
"Jadi Allison mungkin memang dikubur di makam yang benar?"
"Aku tidak tahu. DNA yang kami peroleh dari peti mati tak
cocok dengan sampel di sarung bantal yang berlabel Allison
Wallis di gudang barang bukti. Mungkin itu kesalahan
pengarsipan. Tapi, aku bisa memastikan bahwa wanita di peti
mati dan yang darahnya kami temukan di TKP jelas memiliki ibu
yang sama."
"Bangsaaaat!" Francis menjejalkan seiris lemon ke dalam sodanya dan mengamati buih mendesis. "Kau mengatakan Allison
dibunuh oleh saudara perempuannya? Ibunya tetap mengatakan
ia tak pernah memiliki anak perempuan lain. Dan, tak ada DNA
yang cocok dengan gadis ini, siapa pun dia, di bank data DNA."
"Aku tak peduli. Aku punya bukti gel-ku. Di bawah kuku Allison
Wallis dan Christine Rogers terdapat darah yang sama. Jadi,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang bisa kukatakan adalah penghuni makam yang kita gali itu
adalah saudara perempuan pemilik darah itu."
"Lalu bagaimana tentang hal lain yang kutanyakan? Apa kau
membandingkan DNA Christine Rogers dengan DNA Eileen
untuk mengetahui apakah mereka berkerabat?"
"Mereka tak berhubungan darah, Francis. Berbeda keluarga."
"Kalau begitu aku angkat tangan."
Francis menghabiskan soda dan menaruh gelas. Oh, ia betulbetul butuh minum sekarang. Hanya untuk melepas tempurung
kepalanya beberapa saat. Ia bisa lebih menjadi diri sendiri jika
sedang minum-minum. Lebih santai, lebih lucu, tak begitu
tertekan oleh rasa waspada. Dan, lebih berani. Ia tak akan
mengendap-endap, menghindari tempat-tempat gelap, jika
sedang di bawah pengaruh alkohol. Tidak, Tuan. Ia akan berani
dan tanpa perhitungan. Seperti ketika berada di bagian
narkotika, ia orang pertama yang menerjang pintu- konsekuensi
nomor dua, siap melakukan apa saja yang diperlukan, sementara
yang lain menonton dengan mata bersinar penuh kekaguman.
Oh, diam, Francis, kau memang bajingan. Satu-satunya yang
hampir seburuk lelaki buta dengan pistol adalah seorang mabuk
yang bernostalgia.
"Terkutuk, aku tak tahu apa yang kulakukan," ujarnya.
"Mungkin putriku benar."
"Tentang apa?"
"Malam itu, ia menelepon ke rumah dari Smith, berkata aku
mulai menjadi dinosaurus. Ia bilang, 'Cara pikir patriarki sudah
kuno.' Kau bisa bayangkan?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, aku tak bisa bilang cara kita berpikir dapat membawa
kemajuan dalam kasus ini."
"Tidak, kurasa aku tak bisa membantahnya," aku Francis.
Ia memperhatikan limau tergeletak di dasar gelas. Ayolah,
Dewa Segala Hal Kecil. Bantu aku. Aku tak punya minuman,
persis saat aku membutuhkannya. Buka pikiranku sedikit lebih
lebar. Biarkan aku berpikir di luar garis. Makin lama kasus ini
bergulir, makin kau terjebak melihat mereka hanya satu arah,
kau menjadi letih dan tak lagi imajinatif karena menatap lurus
terus ke depan sepanjang waktu, melewatkan pemandangan di
samping.
Ia memejamkan mata. Selama beberapa saat dunia gelap,
membayangkan dirinya telah buta. Menunggu bentuk-bentuk
sisa cahaya itu berhenti, membuat tubuhnya diam, dan
membiarkan kulit dunia yang transparan mengelupas.
Akhirnya Francis menyadari bunyi-bunyi di sekitarnya kian
jelas dan sedikit berubah. Ia bisa membedakan denting gelas
anggur dari bunyi gelas soda yang lebih berat. Ia mengenali
ketukan ringan hak sepatu runcing yang lewat, dengan ketukan
sol sepatu karet seorang pria yang dingin di belakangnya. Ia
menyadari dirinya bisa mendapat petunjuk tentang usia,
perbedaan jarak, dan bahkan ekspektasi romantis-jika ia
mendengarkan cukup tekun di jeda-jeda percakapan. Tapi
ketika mencoba berfokus pada satu suara di bilik tepat di
belakang mereka, ia ternyata tak bisa cukup yakin menentukan
apakah seseorang itu pria atau wanita.
"Francis? Kau tak apa-apa?"
Ia membuka mata dan menyadari Dave tengah menatapnya.
"Ya, ampun, kupikir kau kejang."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak, aku hanya sedikit melamun," ujarnya, menatap buih


Guinness yang berdiam di separo gelas. "Dave, aku ingin
bertanya sesuatu."
"Apa?"
"Kau yakin gen tak pernah berbohong?" "Apa?"
"Aku tidak bicara tentang kekeliruan arsip. Aku tanya, apakah
DNA pernah salah menafsirkan?"
"Sudah kubilang, peluangnya satu dari satu triliun. Kau minum
apa, sih?"
Francis menatap jejak residu kecokelatan tenggelam ke dasar
gelas Dave, mengingatkan pada layar gel yang ia pernah lihat di
laboratorium. Sesuatu terlucuti dari dalam hati,
meninggalkannya dengan kejernihan gelap sedingin batu.
"Kurasa lebih baik kau biarkan aku menambah minuman,"
ujarnya. 50
Rasanya seperti musik dalam mimpi. Untaian nada muram
lembut mengalir dan larut dalam udara lembab. Baru setelah
Hoolian mendekat lagu itu mulai terdengar jelas. Getaran
murka di ujung keyboard mengayun turun menjadi raungan
gelap yang murung. Nada santun di tengah-tengah tiba-tiba
menjerembab dalam amukan liar pada kunci-kunci hitam. Lalu,
dengan cepat beralih kembali menjadi satu melodi anggun,
seperti seorang pemabuk meluruskan dasinya di trotoar
setelah ditendang keluar dari restoran bintang empat.
Kartu tanda anggota serikat pekerja yang diberikan Mr.
Tavares pada Hoolian berhasil meloloskannya dari penjaga
pintu dan turun ke basement ini. Jadi, sekarang ia berbelok di
sudut dan mengambil jalan melewati bilik-bilik penyimpanan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang pengap, mengikuti bunyi salah satu lagu favorit ayahnya


yang dengan sangat cermat didekonstruksi dan ditata ulang
oleh ilmuwan gila.
"Night and Day, you are the one... "
Ini adalah salah satu gedung di Upper East Side yang
mempertahankan kondisi asli lobi dan lorong-lorongnya,
sementara masa lalu membusuk di gudang bawah tanah. Ia
berjalan melewati sel-sel kawat kuda goyang kuno, tempat
tidur kelambu rusak, gramofon tua dengan telinga yang lebar,
kotakkotak lemari, cermin bermutu tinggi, seperangkat cangkir
perak pudar, meja makan rusak tanpa kaki, gunungan kepala
rusa, karpet Persia diikat gulungan, lampu antik dengan tirai
seperti gaun kuno-semua tergolek di ruangan berukuran dua
kali tiga meter, seperti narapidana terlupakan di penjara yang
kokoh.
"...and this torment won't through..."
Tenggorokannya tercekik batuk oleh debu, sadar ia akan
membuat buruannya lari bila terlalu gaduh sebelum sampai ke
sana. Pemanas bergemuruh di pintu sebelah, lidah api tenang
menyala-nyala. Dua puluh tahun telah menanti.
Ia menuju sudut dan berhenti, menyaksikan orang tua itu
membungkuk di atas mesin lagu yang berdiri tegak di gudang
penyimpanan. Sepasang bahu naik dan kasar membuat kejangan
di lengannya dan cakar yang tampak terkena artritis. Sulit
dipercaya seseorang yang begitu jompo dan penuh tonjolan
dapat mengalunkan musik yang begitu riang gembira, belia, dan
gegap gempita.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Air menyiram melewati salah satu pipa di atas kepala dan lelaki
tua itu mengayunkan kepala ke belakang, menikmati kesenangan
bermain musik untuk diri sendiri dan bukan untuk orang lain.
"Que hay de Nuevo, NestorT' Hoolian memanggil dari bawah
bohlam yang terayun. "Ingat padaku?"
Lelaki tua itu membeku, tangannya ragu-ragu di atas kuncikunci, melodi yang tak selesai itu mengambang di udara. Ia
kemudian berbalik, memandang tajam, dan perlahan-lahan
tersenyum memperlihatkan gigi gingsul kecokelatan, seolah ia
telah duduk di kursi tersebut sejak 1983, menunggu Hoolian
menemukannya.
51
Mestinya mereka bertemu di pengadilan hari itu, untuk
memutuskan apakah mereka akan maju terus berkaitan dengan
dakwaan Hoolian. Alih-alih demikian, mereka kembali ke ruang
rapat di lantai enam di 100 Centre Street. Paul Raedo duduk di
bawah potret Custer, seorang penuntut muda bagian
pembunuhan bernama Margaret Eng duduk di bawah salinan asli
foto karya Ansel Adams, dan Francis dalam jarak tembak
senapan milik Paul. Hoolian duduk murung di seberang meja,
diapit Debbie A. dan saksi paling barunya.
"Harus saya akui, saya sangat skeptis," Paul mengawali
pembicaraan. "Saya pernah bicara dengan saksi ini tahun 1983
dan ia tak punya pernyataan relevan untuk diberikan. Mengapa
ia muncul dengan'cerita berbeda setelah lama berlalu?"
"Saudara Vega memintanya." Debbie berputar di kursinya.
"Saudara Arroyo mengenal terdakwa sejak kecil."
Portir itu duduk di sebelah kanannya, lelaki tua lisut berwajah
sopan mengenakan jaket kotak-kotak usang. Francis yakin ia
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pasti mendapatkannya dari penyewa apartemen kaya dari tahun


1962. Topi jerami putih tergeletak di meja di hadapannya,
dengan pinggiran sobek seperti bekas gigitan. Ketika
tersenyum, ia menunjukkan kegelisahan di mulutnya, gigi-gigi
kecil kecokelatan saling beradu. Kenyataannya, segala hal
tentang dirinya tampak seperti bambu
rusak, kecuali tangannya, dengan jemari panjang lebar serta
urat-urat seperti kabel baja.
"Ya, ya, ya, tapi mengapa baru sekarang?" tanya Paul.
"Maksudmu, ia hanya duduk-duduk saja selama dua puluh tahun
ini?"
"Saudara Arroyo cemas tentang status imigrasinya." Debbie
memandang bolak-balik antara saksi baru itu dan Hoolian,
keduanya di sisi kiri. "Ia takut, jika bersaksi, ia akan
dideportasi ke Republik Dominika."
"Apa aku mendengar unsur paksaan di sini?" Paul memajukan
badan, jempolnya menyentuh suspender merah seraya melirik
Margaret Eng. "Apa orang ini mendadak berubah pikiran
karena klienmu muncul dan mengintimidasinya di tempat
kerja?"
"Ceritakan saja kisahnya," sergah Francis.
Mereka semua menatap seakan ia baru menembakkan pistol ke
langit-langit.
"Ya, ayolah," ujarnya. "Ia belum menjadi saksi tersumpah. Mari
kita dengar apa yang harus ia katakan. Berika ia Ratu Sehari"
Ia merasakan mata Hoolian menghujam dari seberang meja.
Francis sengaja memilih kursi sedikit ke kanan agar mereka

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tak perlu berhadapan muka langsung. Ia, setidaknya, perlu


waktu untuk melakukannya meski perlahan-lahan.
Paul menyeringai dan diam-diam berunding dengan Margaret
Eng. Ia merapikan rambut hitamnya, memperbaiki kaca mata,
dan mengangguk tajam.
"Baiklah, Ratu Sehari," kata Margaret. "Ia dimaafkan sejauh ia
mengatakan yang sebenarnya."
Debbie mulai menerjemahkan, tetapi portir tua itu mengangkat
tangannya.
"Tak apa," katanya, bunyi agak cadel keluar lewat celah di
giginya. "Aku mengerti, sedikit."
Portir itu melirik Debbie A dan memberikan senyum pada
Hoolian. Dari sudut matanya, Francis melihat Hoolian tidak
balas tersenyum, lebih memilih berkonsentrasi melipat-tutup
lembaran-lembaran pernyataan pers yang ditinggal di atas
meja.
"Anda boleh membawa penerjemah setelah kita selesai agar
Anda bisa mengajukan pertanyaan sendiri dan mendapat
pernyataan tertulis, tanpa Vega
atau saya di ruangan," kata Debbie. "Saudara Arroyo sudah
mengatakan kisah lengkapnya saat ia datang ke kantor saya
bersama saudara Vega pagi ini."
Ketegangan membentuk di tengah ruangan, mereka berenam
menyaksikan alur kayu yang sama di meja kayu pernis seolah
bentuk itu menarik mereka bersama.
"Cerita singkatnya, Saudara Arroyo bekerja di basement
malam itu," jelas Deb. "Ia melihat seseorang turun dari tangga

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

darurat dan keluar menuju gang di belakang gedung, tepat


dalam bingkai waktu peristiwa pembunuhan Allison Wallis."
"Omong kosong." Suspender Paul meregang seperti tali katapel.
"Kau ingin mendengar apa yang terjadi atau mau pamer
kosakata?" tanya Debbie.
"Teruskan." Francis memberi isyarat putaran dengan
tangannya. "Jam berapa saat itu?"
"Sekitar pukul dua tiga puluh hingga tiga kurang seperempat
pagi." Deb menatap portir itu, menegaskan. "Itu cocok dengan
rentang waktu yang ditetapkan."
"Bagaimana kau tahu waktu tepatnya?" tanya Francis,
mengambil alih pekerjaan
Deb.
"Pukul sembilan tiga puluh, Julian datang ke apartemen Allison
untuk memperbaiki toilet. Pukul sepuluh, mereka menonton
televisi. Channel Five, MTV. Mereka mulai saling nyaman, dan
saat itulah terjadinya hubungan kecil di antara mereka."
"Maksudmu saat ia mencoba memerkosanya." Paul memajukan
badan ke depan dengan siku.
"Saat mereka mencoba melakukan kontak sama suka." Debbie
mengibaskan jari. "Tak ada kesaksian yang berlawanan dengan
hal itu."
"Tentu saja tidak." Paul tersenyum sinis. "Yang laki hidup dan
wanitanya mati."
"Apapun yang terjadi, tak diragukan lagi bahwa peristiwa itu
tak terjadi," ujar Deb cepat.
Francis tersenyum, mengenali Momen Percepatan, gaya
familier pembela dan kliennya saat berlomba melalui bagian
genting kisah mereka, seakan orang lain tak mengetahuinya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Gadis itu menarik diri," ujar Deb, sedikit melambat. "Hoolian


tidak siap. Gadis itu juga. Apapun. Mereka berdua ketakutan.
Ada bencana. Ada darah dan cairan sperma di kain sofa. Gadis
itu ketakutan, dan memintanya untuk pergi."
Francis mencuri pandang ke arah Hoolian, menangkap
reaksinya. Tapi Hoolian menggigiti bibir dan menunduk, tak
berani menghadapi mata para hadirin di ruangan.
"Setelah itu, ia menelepon beberapa kali ke ibunya di Sag
Harbor dan kakak lelakinya di kota itu," ujar Debbie. "Tentu,
ada sesuatu dalam pikirannya."
"Yeah, kenyataan bahwa putra pengawas baru saja berniat
menaikinya," ujar Paul.
"Tak satu pun dari mereka menyebutkan hal itu," balas Deb.
"Menurut Tom,'mereka bicara tentang ke mana mereka akan
pergi untuk acara makan malam ulang tahun ibunya, yang
sebentar lagi berlangsung saat itu. Eileen tidak ingat sesuatu
yang khusus dalam percakapan itu, kecuali bahwa Allison
terdengar sedikit 'jengkel.'"
"Ayolah, Deb, kau tahu apa yang terjadi dalam penyerangan
seksual," sela Paul lagi. "Kadang orang menunggu hingga
besoknya untuk melapor. Kecuali kali ini, ia punya kunci
apartemen gadis itu agar ia bisa kembali lagi malamnya."
"Ya....tidak juga...," Deb menanggapi. "Kami berpikir ada orang
lain yang juga
punya kunci."
"Bagaimana mungkin? Hanya penyewa dan pengawas yang punya
kunci."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ia bisa saja menduplikat dan memberikannya pada seseorang,


yang dapat membiarkan dirinya masuk dari depan."
"Bagaimana dengan penjaga pintu? Kau pikir ia tak akan tahu?"
Hoolian dan portir itu saling berpandangan dan tertawa.
"Apa yang lucu?" tanya Francis.
Hoolian segera berhenti tersenyum dan melirik, mengingatkan
Francis saat pertama kali mereka saling menatap satu sama
lain. Rusa mendengar suara pemburu di hutan. Mereka berdua
membeku sejenak, masih belum siap mengakui satu sama lain.
"Semua orang tahu Boodha begitu lelap tidur setelah tengah
malam, kau bisa menusukkan bom ceri di pantatnya dan ia tak
akan terbangun." Hoolian berpaling pada Nestor, berpura-pura
tak terganggu. "Betul begitu, kan?"
"Ay... " Lelaki tua itu menjatuhkan kepala ke belakang dengan
hardikan kasar. "El borracho bufon."
"Ya, terserahlah, tapi ini semua spekulasi sama sekali." Paul
melambaikan tangan. "Aku berharap lebih darimu, Deb. Kupikir
kau datang ke sini untuk bicara tentang sesuatu yang nyata."
"Memang. Saudara Arroyo melihat pembunuh itu meninggalkan
gedung tepat sebelum pukul tiga pagi."
"Memangnya siapa ia, dan mengapa ia tak mengungkapkan saat
aku mewawancarainya dua puluh tahun lalu?"
"Kukatakan," portir itu angkat bicara. "Tapi kau tak
mendengar."
"Apa?" kata Paul. "Dengar, aku sudah memeriksa dengan
saksama berkas kasusnya. Kau kira aku sengaja mengabaikan
sesuatu seperti itu?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis melihat Margaret Eng menundukkan kepala dan mulai


membuat catatan. Tidak bodoh, orang satu ini. Ia tahu bukti
yang berpotensi menunjukkan ketidakbersalahan untuk sebuah
gugatan perdata saat mendengarnya.
"Aku bilang, 'Pelirrojo! Pelirrojo!"' portir itu memukulkan
kepalannya ke atas meja. "Tapi kau tetap tak mendengar."
"Apa ini, Debbie?" Paul bergerak seperti tengah menyekop
sampah ke arah sisi meja Deb. "Apa 'pelirrojo'? Kami bicara
pada orang ini sekali dan ia langsung menghilang."
"Karena kau menakutinya, mengatakan ia harus ke sidang dan
menjawab pertanyaan. Ia punya keluarga di sini tanpa paspor
resmi. Sekarang ia sudah punya."
Francis menatap orang tua itu, berpikir ia pasti orang yang tak
berperasaan. Membiarkan putra bosnya dipenjara dua puluh
tahun untuk kejahatan yang tidak ia lakukan, hanya karena
takut ia dideportasi.
Di lain pihak, memangnya siapa dirinya? Hingga percakapan
terakhir dengan Dr. Dave, ia juga sering menghindari masalah
dengan segala cara, mengelak dari apa yang ada di depannya.
Ia mengubah posisi kursi dan berusaha membuat dirinya
menatap Hoolian langsung di matanya. Ia ingin melihat jika ada
yang tersisa dari anak yang pernah hadir di ruang interogasi
dua puluh tahun lalu.
Mana gerakan pupil halus penuh kecurangan itu? Bulu mata
berkedip-kedip itu. Derap jemari itu. Semua tanda-tanda
petunjuk rasa bersalah itu. Bagaimana mungkin lelaki
berjanggut, geram namun dapat dimengerti, yang tua sebelum
waktunya ini, mewujud ke dalam dirinya?
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ini terlalu sulit. Mereka berdua mengalihkan pandangan


berbarengan. Tak satu pun yang siap untuk melakukan
konfrontasi saat ini.
"Apa makna kata itu memangnya? Pelirrojol" Paul melirik pada
Margaret Eng, yang sibuk mencatat. "Ingatkan aku."
"Itu artinya rambut merah," Hoolian berkata lembut, menatap
pangkuannya sendiri.
"Ya, aku tahu." Paul menjatuhkan bolpen. "Korbannya berambut
merah. Lalu kenapa?"
Kali ini, Francis yang menjelaskan. "Paulie," katanya singkat,
berpaling. "Kurasa orang ini tak bicara tentang si korban."
52
Hoolian turun lewat lift empat puluh menit kemudian bersama
pengacaranya dan Nestor, yang masih berusaha mencerna dan
memahami apa yang baru saja terjadi.
Lobi remang-remang berlantai marmer dipenuhi anggota
keluarga berwajah muram bergerak perlahan melewati
detektor logam, pegawai pengadilan berkemeja putih
berteriak-teriak menyerukan perintah, dan, tentu saja, para
pemuda bermasalah itu, berjalan ke arah pengadilan. Berjalan
penuh lagak dengan kaus FUBU dan sepatu Nike baru,
bertingkah pongah tanpa menyadari apa yang akan mereka
hadapi di penjara kelak.
"Jalan keluar di sana." Nona Aaron menunjuk ke arah cahaya di
belakang pintu putar. "Cukup sampai di sini dulu saat ini."
Hoolian mengikuti keluar menuju trotoar, bersama Nestor di
belakangnya.
"Jadi, apa selanjutnya?" ia melindungi matanya dari mika
berkilauan.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kita akan mengajukan mosi untuk mencabut dakwaan." Nona A


memasang kaca matanya. "Polisi dan jaksa melakukan apa yang
menjadi pekerjaan mereka. Dan
kita akan membuat gugatan perdata, dengan syarat Arroyo
tidak menghilang untuk dua puluh tahun ke depan."
Nestor tersenyum memperlihatkan gigi-gigi bengkoknya.
"Claro" ujarnya sembari sedikit mengangguk. Tentu saja.
Deb merapatkan bibir, jelas tidak terpesona oleh perilaku ala
bangsawan tua sopan itu. "Sir, aku ingin bertanya sesuatu
padamu."
Orang tua itu menyentuh ujung topi jerami usangnya.
"Cualquier cosa." Apa saja.
"Anda bilang, Anda sangat menyukai Vega." "Si."
"Dan sebelum ini Anda mengatakan pada saya betapa ayahnya
orang yang baik karena telah mempekerjakan dan memasukkan
Anda ke dalam daftar gaji, meski Anda tak memiliki paspor
hijau."
"Air Ia mengangguk pada Hoolian. "Yo dar las gracias."
"Lalu mengapa Anda membiarkan anak ini menghabiskan dua
puluh tahun membusuk di penjara?"
Orang tua itu terus tersenyum dan mengangguk, seolah tak
mengerti sepatah kata pun yang wanita itu ucapkan.
"Hey, Nona A?" Hoolian angkat bicara. "Jangan terlalu keras
padanya."
"Julian, orang ini bisa maju dengan bukti yang ia miliki kapan
saja."
"Ya, awalnya aku juga marah padanya," ia mendesah. "Tapi
orang kadang dipaksa keadaan tertentu."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Keadaan?" Alis wanita itu meloncat di atas bingkai kaca mata


bintiknya. "Keadaan macam apa yang membenarkan anak usia
tujuh belas masuk penjara dari 1983 hingga sekarang?"
"Begini, ketika aku menemukannya di basement kemarin malam,
aku juga marah. Rasanya seperti, 'Aku akan membunuhmu,
orang tua. Kau menghancurkan hidupku.'" Hoolian memukulkan
kepalannya ke telapak tangan. "Tetapi kemudian... tak tahulah.
Keadaannya berbeda jika menyangkut orang yang
mendampingimu saat kau tumbuh. Katakan, bagaimana aku akan
membenci seseorang yang membolehkanku menjalankan lift
servis ketika aku berumur enam tahun?"
"Ia jelas tak banyak memedulikanmu setelah itu."
"Aku tahu." Hoolian menggertakkan gigi. "Tapi apa yang akan
kulakukan? Ia takut. Ia takut kepada Raedo dan meninggalkan
kota. Ia tidak tahu apa yang akan menimpaku."
"Aku yakin ia dengar saat kau ditahan," ujar Nona A, masih
gusar padanya.
"Ia punya masalahnya sendiri yang mesti diselesaikan. Ia
mengira dirinya sekarat oleh kanker hati. Anaknya tewas
akibat overdosis. Istrinya meninggalkannya. Orang punya hidup
mereka sendiri, kukira. Sejak lama, aku berhenti
mengharapkan orang lain untuk menjagaku."
Mata lelaki tua itu meredup, berterima kasih dalam diam.
"Kau orang yang pemaaf, Julian." Nona A menggelengkan
kepala.
"Tidak, aku tidak seperti itu," ia membetulkan. "Aku masih
geram dengan semua itu, tapi aku tidak bodoh. Ketika

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menemukan orang tua itu, aku tahu aku punya pilihan. Aku bisa
mematahkan lehernya, atau mencoba membuatnya menolongku."
Ia memijit belakang leher Nestor setengah main-main dan
terasa olehnya lelaki tua itu agak tegang.
"Aku tahu ayahku akan memintaku memakai otak."
"Kau tetap orang yang lebih baik dariku, Gunga Din," ujar Ms.
A., membalikkan badan menghadap Nestor. "Tapi, Pak Arroyo,
saya masih tak tahu apa-apa tentang Anda. Aku senang kami
memperoleh kesaksian Anda hingga kita akhirnya tahu kisah
sebenarnya, tetapi itu sedikit terlambat. Anda mengira
seseorang yang mengalami penderitaan semacam itu dalam
hidupnya mungkin memperlihatkan kasih sayang untuk orang
yang ia kenal. Dan jangan pura-pura tak mengerti ucapan saya.
Kukira bahasa Inggris Anda jauh lebih baik dari yang Anda
tampilkan."
Portir itu tersenyum dan menyentuh ujung topi anyamnya.
"Que quiere de mi, yo soy solo el pianista?" ujarnya.
"Apa maksudnya?" Nona A melirik Hoolian meminta penjelasan.
"Ia berkata, 'Apa yang Anda inginkan dari saya, Bu? Saya
hanya seorang pemain piano."'
53
Saat malam mulai melembut dan kabut halus mengambang di
atas Riverside Park, pria-pria dengan hanya mengenakan kaus
keluar dari rumah-rumah berwarna pasir di 89th Street,
dengan berisik menyeret tong sampah ke pinggir jalan untuk
diangkut. Tom Wallis salah satu di antara mereka, mengangkat
dua kantung besar seolah ada mayat di dalamnya lalu menepuk-

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

nepuk tangan seraya naik kembali ke undakan dan masuk ke


dalam rumah, puas atas pekerjaannya.
"Baik," Rashid, di kursi supir, merendahkan teropongnya. "Ia
punya banyak benda di kantung itu."
"Lampu menyala di dalam rumahnya?" tanya Francis, duduk di
sebelahnya, dalam mobil Le Sabre yang diparkir setengah blok
jauhnya.
"Hanya di lantai tiga dan lantai satu."
"Jadi, Eileen dan ia masih terjaga. Lebih baik kita menunggu
sebentar. Aku tak ingin menarik perhatian dan membuatnya
tahu apa yang kita kerjakan."
Mereka duduk dalam diam beberapa lama, mendengarkan
raungan tak keruan terompet dan gitar elektrik di CD player
hingga Rashid tak tahan lagi.
"Aku terlahir untuk memainkan musik ceili funkyl" ia
mengeluarkan cakram itu dan memegangnya ke arah lampu.
"Omong kosong macam apa itu?"
"Black 47. Dan kita baru setengah jam menikmati Biggie Smalls
dan Dr. Dre memukuli si jalang dan mengisap ganja."
"Baiklah, kita tak perlu mendengar apa-apa kalau begitu. Duduk
diam saja di sini."
"Oke."
Mereka menunggu hingga cahaya lantai atas padam, lalu Francis
mengambil teropong.
"Eh, Bung, menurutmu aneh tidak, kita tak saling berbicara?"
Rashid akhirnya bertanya.
"Kenapa, apa yang ada di pikiranmu?"
"Aku hanya merasa kau begitu diam, G. Kau marah padaku atau
apa?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak. Kenapa kau berkata seperti itu? Apa kau salah satu
dari orang-orang yang gampang terharu saat menonton acara
Oprah?"
"Begitulah kata istriku. Tapi ia tidak tahu. Mulutnya seperti
senapan mesin. Tapi aku memberitahunya kemarin malam. 'Aku
tak mengerti ada apa dengan rekan kerjaku sekarang.
Tingkahnya menjengkelkan sekali. Ia bahkan tak melambai
padaku saat aku melihatnya menyeberang jalan.'"
"Kapan itu?"
"Sepertinya sudah tiga kali. Aku berada di Broadway di luar
kantor dan tingkahmu seakan kau tak melihatku."
"Maaf." Francis menurunkan gelasnya, tak sanggup melihat apaapa dalam cahaya seperti ini. "Bukannya sombong."
"Aku hanya bilang, aku betul-betul kesulitan menyesuaikan diri
denganmu. Rasanya kau ada pesta besar-besaran di benakmu
sepanjang waktu, dan aku tak diundang. Aku seakan sendirian
di tengah padang, duduk di sini. Kalau kau masih marah tentang
apa yang terjadi di TKP, tolong lupakan saja itu. Aku tak layak
didiamkan seperti ini. Aku bisa bicara. Aku senang ngobrol."
"Hey, Rashid, kau tahu bagaimana orang bisa yakin jika dirinya
memiliki hubungan baik dengan rekan kerjanya?" sela Francis.
"Adalah saat kau tak perlu mengucapkan apa-apa. Kau dapat
memperkirakan apa yang dipikirkan temanmu. Maksudku, kau
dan aku, kita bisa duduk di sini dan ngobrol tentang segala
macam yang ingin kau bicarakan saat menghabiskan waktu
delapan jam di mobil bersama seseorang. Kita bisa bicara
tentang kasus itu atau tentang penangguhan pajak atau
tentang Yankee, atau apapun. Tetapi pada akhirnya, kita akan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tahu bahwa kita benar-benar cocok satu sama lain adalah


ketika menghabiskan delapan jam bersama tanpa mengatakan
sepatah kata pun, satu sama lain."
"Wow." Rashid mendesah. "Malangnya istrimu."
"Bro, separonya saja bahkan kau tak tahu." Francis
mengembalikan teropong itu padanya. "Wanita itu seperti
malaikat, mau-maunya tinggal bersamaku. Tiap hari aku
bersyukur pada Tuhan telah mengabuti benaknya hingga aku
mati kelak."
Rashid masih geram beberapa saat. "Aku hanya ingin bilang
satu hal lagi, oke? Aku tak mau keluar dari mobil dan
mengaduk-aduk tong sampah itu. Aku bicara terus terang. Ini
acaramu."
"Oke, tenang. Aku tak takut mengotori tanganku."
Seorang pria kecil dengan anjing German shepherd besar
berjalan ke dalam lingkaran terang di depan rumah keluarga
Wallis dan menjatuhkan sebuah tas berat ke dalam salah satu
tong sampah yang Tom bawa keluar.
"Dodol." Rashid mendesis jijik. "Kau yakin perbuatan ini
dilindungi Amandemen Keempat, mengaduk-aduk sampah
orang?"
"Kau sedang jadi apa, pengacara undang-undang?"
"Sebetulnya, ya. Sementara kalian minum-minum di Coogan's
atau sejenisnya, aku mengambil kelas malam di Fordham Law.
Jadi aku tak ingin terlibat melakukan penyelidikan tanpa surat
perintah."
"Jangan khawatirkan itu. Tong sampah mereka berada tepat di
trotoar untuk diangkut besok pagi. Itu adalah hak milik yang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

diabaikan, sobat, di tempat umum. Benar-benar sumber bukti


DNA sah. Bapak Bangsa akan berkata, 'Silakan, ambil dan daur
ulanglah selagi kalian di sana.'"
Ia melirik sekilas pada Rashid, belum menyadari bahwa yang di
dekatnya adalah calon anggota barisan pembela.
"7o, ada hal lain yang ingin kubicarakan denganmu." Jemari
Rashid melekat di kemudi.
"Oke."
"Jadi jangan mengejekku, oke?"
"Baik." Francis menahan diri, baru sadar semua itu baru
pembukaannya.
Di bawah cahaya malam, kulit cokelat mulus kepala plontos
Rashid terlihat mengembang dan mengerut seolah ia mencaricari cara memulai.
"Anak itu," ujarnya. "Julian."
"Ya." Francis meliriknya cemberut. "Ada apa dengannya?"
"Kalau kau benar tentang apa yang sedang kita lakukan malam
ini, ia tak punya kaitan apapun dengan kedua pembunuhan itu."
Francis menggerak-gerakkan lidah di bawah bibirnya,
memperlihatkan ketidaksenangan.
"Jadi, ada apa dengan itu?" tanya Rashid. "Kau mengirim
seorang bajingan ke penjara selama dua puluh tahun untuk
sesuatu yang tak ia lakukan? Kemudian kau memburunya untuk
pembunuhan lain segera setelah ia keluar? Kau
membuat hidup anak itu bagai neraka."
"Kau bicara padaku sebagai seorang polisi atau sebagai calon
pembela dua tahun ke depan?" tanya Francis, tak berusaha
menutupi ketidaksabarannya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku bicara padamu sebagai seorang lelaki. Oke?"


"Baiklah."
Ia terdiam, merenungi cacat di kaca mobil dan tempat-tempat
yang cukup jauh di mana penglihatannya mulai mengabur.
"Apa sebenarnya yang kau ingin aku katakan? Beri aku
petunjuk."
"Aku hanya ingin tahu. Bagaimana kau dapat menjalani hidup
dengan itu?"
"Hey, aku hanya bagian dari proses," ucap Francis, otomatis
mengulang rentetan kata-kata yang ia ucapkan pada Patti. "Juri
yang memutuskan bukti dan hakim yang menentukan
hukumannya... "
"Omong kosong, Bung. Kau pikir idiot macam apa yang tengah
kau ajak bicara? Aku tahu apa artinya. Aku menjebloskan
sesama nigger gara-gara mengedarkan narkotika dan sepupuku
juga dipenjara. Jadi, jangan mengoceh omong kosong tentang
'proses'. Aku tahu proses itu."
"Kau ini apa, istriku? Aku tak akan mau berpasangan denganmu
kalau tahu kau begini sok bijak."
"Ya, kau tak punya pilihan dan sekarang kau terjebak dalam
mobil bersamaku. Dan kita akan membahas persoalan brengsek
ini. Kalau kau rekanku, aku ingin tahu bagaimana kau akan
keluar dari semua ini."
Lampu jalan di depan rumah Walliss mengerdip,
menenggelamkan blok tempat tinggal itu ke dalam kegelapan
kubur selama beberapa detik.
"Kalau aku membuat kesalahan, yang bisa kulakukan hanya
kembali dan berusaha memperbaikinya," ujar Francis perlahan.
"Kalau tidak, aku tak akan di sini."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Memperbaikinya!" Suara Rashid serak. "Bung, bagaimana kau


akan melakukan hal itu? Kau menjebloskan anak itu waktu ia
tujuh belas tahun dan keluar di umur tiga puluh tujuh."
"Terkutuk, apa yang kau ingin aku lakukan dengan hal itu
sekarang? Menembak kepalaku sendiri? Aku di sini, kan?" ia
mengambil jeda sejenak untuk menguasai
diri. "Dengar, aku mengerjakan kasus ini sebaik mungkin. Yang
bisa kukerjakan hanya berusaha melakukannya dengan benar,
kali ini. Jika ada yang ingin mengambil lencana dan pistolku
setelah aku selesai, silakan. Aku terima apa pun yang akan
terjadi. Aku bersedia ditebas pedang jika perlu. Aku tak takut.
Silakan. Aku hanya minta, biarkan aku sendiri yang
melakukannya. Kalau kau ingin membuatku bertanggung jawab,
biarkan aku bertanggung jawab."
Sadar olehnya ia mulai berkeringat. "Kau pernah berpikir
bagaimana rasanya?" tanya Rashid, halus seperti laci
menggeser terbuka. "Apa?"
"Untuk orang itu. Julian. Pernahkah kau berpikir bagaimana
rasanya dijebloskan untuk sesuatu yang tak ia lakukan?"
Francis membuka jendela, bertanya-tanya mengapa mendadak
ruangan terasa pengap.
"Pernahkah kau berpikir tentang perjalanan panjang naik bis
yang mesti ia jalani bersama semua penjahat bajingan tak
berhati itu? Anak kecil ini bahkan belum keluar dari sekolah
parokinya, berjalan menyusuri blok-blok sel. Bisa kau
bayangkan betapa takutnya ia? Mereka melemparkannya ke
dalam kolam hiu, Bung, sebelum ia tahu caranya berenang."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Oke, aku mengerti." Francis mengulai lengannya keluar,


mengisap napas dalam-dalam.
"Aku ingin tahu apa kau bisa. Aku bertanya-tanya apakah kau
pernah berpikir tentang seperti apa rasanya kehilangan dua
puluh tahun terakhir dalam hidupmu... "
"Sudah, hentikan. Aku dengar."
Ia menyembulkan kepala keluar jendela, berusaha mencari
udara segar. Menghindar dari tatapan. Ia memperhatikan
siluet-siluet orang menaruh tong sampahnya di luar. Dua puluh
tahun. Benaknya berputar ke belakang, seperti pemutar film,
mengulang saat-saat gembira yang ia alami sejak usia tiga
puluh tujuh hingga tujuh belas. Ia melihat dirinya
mengembalikan promosi, meninggalkan rumah sakit tanpa bayi,
mundur dari gereja tempat ia menikah sendirian.
"Hey, lampu itu baru padam." Rashid menyikutnya. "Di mana?"
"Lantai bawah dan atas. Mereka akan tidur."
"Baiklah." Francis menegakkan duduk dan memasang sarung
tangan lateksnya, lega bisa bergerak. "Longgarkan remnya dan
pergilah hingga separo blok. Aku akan loncat."
Mobil itu menggulir sekitar dua belas meter, meremukkan
dedaunan dan ranting di bawah ban, kemudian berhenti.
"Aku akan sedikit melewati rumah itu agar mereka tak
melihatmu keluar, kalau-kalau mereka mengintip dari jendela,"
Rashid berujar.
Francis ragu sejenak, melihat lampu jalan masih padam.
"Apa yang kau tunggu?" Rashid membetulkan spion belakang.
"Kukira kau tak takut mengotori tanganmu."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Lebih kotor lagi juga tak apa." Francis membuka pintu dan
keluar dari mobil seperti baru meninggalkan pesawat terbang
di tengah perjalanan.
Dengan segera ia sadar telah membuat kekeliruan, tak
membawa senter kecil, setelah pengalamannya tersesat di Red
Hook. Rashid telah mematikan lampu mobil, jadi ia bahkan tak
punya cahaya apa-apa untuk memandunya. Ia mendengar
hembusan angin mengepak-ngepakkan kantung sampah, kibasan
sayap merpati, dan jendela bergeser membuka. Tiap bunyi
menajam dan kian menonjol dalam kungkungan kegelapan.
Denyut nadinya terdengar memukul di telinga. Jangan panik.
Ini hanya sementara. Ia meraba-raba jalan antara tempat
mobil diparkir dan berusaha mengira-ngira jarak dari trotoar
dengan bunyi langkah kakinya. Ayolah, wahai bajingan, katakan
di mana aku berada. Kakinya tersandung semak dan
didengarnya sekelompok remaja berlalu, sempoyongan oleh
mengisap ganja di Riverside Park, tertawa gaduh melihatnya,
mengira dirinya tak lebih dari pemabuk tua yang tengah
berusaha mencari jalan pulang.
Diam. Rasa takutnya berbayang menjadi rasa marah dan malu.
Ia menubruk tong penuh berisi kaleng kosong dan suara
gemerencing aluminium bergema cukup keras untuk
membangunkan separo wilayah situ.
Kuasai dirimu. Ia mengambil napas dalam-dalam dan mencium
bau sayuran busuk, susu basi, dan biji kopi di salah satu tong
terdekat. Kegelapan di sekitarnya perlahan melunak,
menghadirkan cahaya ramping diagonal dari jendela di
seberang jalan. Sinar itu jatuh ke dua tong sampah bernomor
655 dari semprotan cat di sisinya. Entah bagaimana ia
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menemukan dirinya tepat di depan kediaman keluarga Wallis.


Rashid, yang memarkir mobil ganda di dekat situ, menekannekan pedal gas dengan tak sabaran.
Ia mulai mengaduk-aduk isi tong, mengeluarkan kantung kecil
dan tahu dari beratnya bahwa itu barang yang baru saja
ditinggalkan orang yang membawa Geraian shepherd tadi. Ia
melemparkannya ke samping dan mulai menjangkau lebih dalam
mencari barang yang lebih besar tepat saat ia menyadari
seseorang tengah berdiri di sebelahnya.
"Apa yang kau lakukan, Francis?"
Ia tersentak mundur saat wajah pucat Tom menyembul dari
kegelapan. "Aaay, Tom..." Francis menyelipkan tangannya yang
bersarung ke dalam saku. "Ada apa?" Tom bertanya. "Kenapa
kau ada di sini?"
"Tommy, Tommy. Tahun-tahun itu. Tahun-tahun brengsek itu.
Kadang kau harus mengingatkan diri sendiri tentang semua
itu."
"Kau mabuk, Francis?"
"Mungkin habis minum sedikit." Francis mengikuti sangkaannya
sambil berusaha melepaskan sarung tangan tanpa mengeluarkan
tangannya dari saku.
"Pelankan suaramu. Ibuku tidur di lantai satu."
"Ya, aku hanya ingin bicara dengannya, Tom. Katakan padanya
betapa aku merasa tidak enak atas keadaan ini... "
Sudah lama sekali sejak ia benar-benar mabuk hingga ia harus
berhati-hati agar tingkahnya tak berlebihan.
"Pulanglah, Francis. Ini sudah tengah malam."
"Benarkah?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia mendengar suara mesin hidup agak jauh dari situ dan


khawatir Rashid akan menghampiri dan merusak keadaan. "Aku
hanya ingin kalian tahu, aku masih mengerjakannya."
"Masih apa?" tanya Tom, mulai jengkel.
"Masih itu...kau tahu, tentang apa yang terjadi pada adikmu.
Aku belum lupa! Itulah masalah di dunia ini. Terlalu banyak
orang yang lupa akan hal-hal..."
"Francis, aku bahkan tak ingin kau membuka kasus ini lagi,
kalau kau ingat." Tom mengencangkan sabuk jubah mandinya.
"Aku tak tahu siapa yang akan
diuntungkan, tetapi jelas bukan kami. Yang kami inginkan
hanyalah tak diusik
lagi."
"Ya, ya, diakhiri. Aku ingat." Francis mengangguk. "Aku telah
memikirkan hal itu sejak kau mengatakannya."
"Kenapa memangnya?"
"Itu salah satu kata-kata baru itu, ya?"
"Kukira kau akan menemukannya dalam semua kamus."
"Tidak, orang memakainya lain sekarang. Mereka bilang,
'diakhiri,' seolah-olah itu akhir sebuah acara TV murahan.
Seolah kau bisa membungkus semuanya dalam setengah jam
dan tak perlu memikirkan hal itu lagi. Tapi kita tahu ia tak
bekerja seperti itu. Benar, kan, Tommy? Kau selalu
memikirkannya. Bahkan saat kau mengira tak memikirkannya, ia
masih menggaung di belakang benakmu. Itulah mengapa aku
ingin bicara pada ibumu. Agar ia tahu aku masih memikirkan hal
itu."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kenapa kau tak berhenti minum saja, ngomong-ngomong?" Tom


menggaruk lemah di belakang tenggorokannya. "Demi Tuhan,
Francis, kau bahkan hampir tak bisa berdiri tegak. Kau bilang
itu menghormati keluarga kami?"
"Ya, kita melakukan apa yang kita bisa."
Mereka saling tatap satu sama lain tanpa berkata-kata. Selama
beberapa saat, Francis merasakan sensasi aneh seakan selimut
malam terangkat dan berdesir di atasnya, mengencangkan diri
dan menghembuskan angin kecil.
"Pulanglah, Francis." Tom mendesah. "Kau mempermalukan
dirimu sendiri."
"Maaf kau merasa seperti itu, Tom. Aku hanya berusaha
melaksanakan tugas."
"Ya, ampun. Sudah cukup. Aku mau tidur."
Ia berbalik dan berjalan kembali ke rumah, menggelenggelengkan kepala dan mengunci gerbang di belakangnya.
Francis mengambil dua gunduk kantung dari tong dan
tersandung-sandung berjalan ke arah Buick itu.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rashid.
"Baik-baik saja." Francis melemparkan kantung-kantung itu ke
belakang. "Setidaknya ia tidak memanggil polisi untuk
menahanku."
54
Kali ini, perempuan itu yang menunggunya. Didengarnya lelaki
itu menutup pintu dan perlahan-lahan naik ke atas, tiap jejak
kaki meninggalkan erangan kayu mahoni dari tekanan
langkahnya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia bersembunyi lebih dalam di bawah selimut, anak-anak


berimpitan di dekatnya di tempat tidur, kerangkanya bergetar
di sebelah ranjang kurungnya. Sesuatu tidak berhenti hanya
karena kau berpura-pura hal itu tak terjadi. Ia terjadi terus
dan terus. Kau harus menghentikannya. Kau harus mengambil
kendali. Ia menahan napas, mendengar orang itu ragu-ragu di
tengah tangga, seekor binatang yang hadir tepat di luar pintu.
Tolong jangan masuk. Aku belum cukup kuat.
Michelle, yang paling kecil, tersengal-sengal dan batuk, saat
Eileen menaikkan selimutnya. Kau harus membungkus mereka
berlapis-lapis.
Pintu itu mengayun terbuka dan Tom masuk, dalam siluet, ujung
jubah mandi menjuntai di sebelahnya yang entah bagaimana
terlihat jahat dan cabul. Ia membawa sesuatu yang gelap dan
membingungkan ke dalam kamar.
Eileen memeluk erat anak-anak, dirasakannya tubuhnya turut
bergetar.
"Bu?" Ia berhenti di kaki ranjang. "Apa yang kau lakukan?"
55
Dalam perjalanan panjang menyusuri Red Hook, Hoolian mulai
membayangkan seluruh khayalan dari film Officer and a
Gentleman tentang mengangkat Zana, lalu dengan gagah
membawanya melewati dermaga sementara Eddie berlari-lari
menjejeri mereka, berusaha mengikuti. Kuli pelabuhan tua akan
melambai pada mereka, kapal membunyikan peluitnya, dan
karyawan Wall Street di seberang sungai menaburkan
serpihan-serpihan kecil kertas warna-warni dari jendela
sementara lagu "Lift Us Up Where We Belong" menggaung di
latar belakang.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Alih-alih begitu, ia hanya menyender sia-sia di depan bel pintu


apartemennya dan menyembunyikan diri di gerbang gedung
seberang jalan, sambil membawa kotak peralatan baru, sebuah
MetroCard untuk anak itu, dan kaus kereta F yang ia beli di
dekat City Hall dengan uang yang dipinjamnya dari Nona A.
Pukul tiga lebih sedikit, teman Zana Ysabel datang,
menggandeng Eddie di satu tangan dan anak perempuannya di
tangan satu lagi, mengambil giliran menjemput anak-anak dari
tempat penitipan anak.
"Hey, apa kabar jagoanku?" Hoolian menyeberangi Coffey
Street, mencegat mereka. "Siap berkendara denganku ke
Coney Island?"
Anak itu melepaskan diri dari pegangan Ysabel dan berlari
menghampiri, menghamburkan tangannya yang kurus memeluk
lutut Hoolian.
"Lihat yang kubawa ini. Kita bisa menyelesaikan kamar
mandinya sekarang."
Ia mulai memamerkan kotak peralatan yang baru itu, tetapi
Ysabel menjejerinya, berteriak sekuat tenaga dalam bahasa
Spanyol. "Larga de aqui! Vete a banar!"
Ia seorang wanita bertubuh besar yang merias wajah dan
mengenakan sepatu hak tinggi hanya untuk pergi ke bodega.
"Ngapain kau di sini?" Ia menarik Eddie kembali dan
menghalangi mereka berdua. "Kukira mereka mengurungmu
lagi."
"Mereka sadar telah berbuat kekeliruan. Jam berapa Zana
pulang? Aku perlu bicara dengannya."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Nona A telah memperingatkannya untuk tidak mengatakan pada


siapa pun tentang apa yang baru terjadi di kantor jaksa
wilayah, melihat betapa kacau akibat yang ia timbulkan garagara tak bisa menutup mulutnya.
"Bukankah ia sudah bilang tak ingin menemuimu lagi, culo?"
"Ya, tapi itu sebelum... "
Eddie berusaha memeluknya lagi, tapi Ysabel menarik tudung
sweternya dan dalam kesibukannya itu ia melupakan putrinya
sendiri, yang berdiri di sana, dengan lugu mengisap jempol.
"Yo, jangan begitu, mami." protes Hoolian. "Kau tak tahu apa
yang menimpaku."
"Aku tahu polisi membangunkan setengah penduduk di sini,
mencarimu, minggu kemarin."
Hoolian melihat anak itu mulai menjauh darinya, bersembunyi
di balik paha Ysabel, menyadari ada yang tak beres.
Seharusnya tidak seperti ini. Ini mestinya hari yang
menyenangkan. Namanya telah dibersihkan-hampir. Ia tak lagi
menjadi si orang jahat. Kini orang lain yang menyandang gelar
itu. Dalam perjalanan menuju ke sini, ia bahkan berani
membolehkan dirinya sendiri untuk sejenak merasa lega,
berpikir mungkin semuanya akan baik-baik saja sejak saat
ini. Tetapi ternyata kabar itu belum sampai ke dunia luar. Ia
masih si monster di lingkungan ini, membuat orang-orang takut.
"Setidaknya bolehkah aku memberikan kado padanya?" ia
bertanya, menyodorkan kotak peralatan, MetroCard, dan Tshirt. "Aku sudah berjalan jauh, dari Smith Street."
"Simpan saja." Ysabel menangkap kedua anak itu dengan
tangan. "Tak ada yang membutuhkan sesuatu darimu."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

56
"Terimakasih sudah datang di hari Minggu, Tom." Francis
berjalan menyeberangi ruangan dan mengempaskan berkas
karton manila tebal di atas meja. "Aku mengerti sulitnya
meninggalkan anak-anak di akhir minggu di saat setiap hari kau
tak pernah ada."
"Ya, mungkin kau harus menjelaskan pada istriku, tapi aku tak
keberatan." Tom Wallis mengambil duduk di salah satu kursi
logam.
"Dan sekali lagi maaf tentang malam itu."
Alih-alih mengatakan tak keberatan, Tom memajukan badannya
ke depan. "Jadi, ada apa?"
"Kukira aku sudah menyebutkan di telepon tadi pagi, beberapa
bukti baru muncul dan kami butuh bantuanmu untuk
menafsirkannya."
"Apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan semua ini." Tom
menaruh telapak tangannya rata di atas meja. "Seperti yang
kukatakan sebelumnya, kami hanya ingin semua ini berakhir."
"Benar. Kami pun demikian." Francis separo tersenyum.
"Omong-omong... " "Omong-omong..."
"Aku ingin membawamu mundur beberapa langkah. Pada malam
saat adikmu tewas."
"Oke." Tom mengangguk, alis putih mulusnya mengernyit.
"Aku tahu ini menjengkelkan, mengulang kembali rincian lama
ini, tapi kami hanya ingin memastikannya sekali lagi. Jadi...
adikmu meneleponmu dua kali sekitar tengah malam. Boleh tahu
apa isi pembicaraannya?".

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kurasa mungkin ada di catatanmu." Tom melirik pada berkas


yang tertutup itu. "Kami bicara tentang ke mana kami akan
pergi untuk makan malam ulang tahun ibu. Aku mengusulkan
Tavern di Green. Adikku mengusulkan untuk mencari tempat
yang lebih intim, jadi ia menelepon lagi dengan beberapa
saran."
"Kau ingat di mana saja tempat yang ia sebutkan?"
"Tidak, tapi apa perlunya? Kami tak pernah pergi."
"Tentu saja. Kau benar. Itu tidak penting." Francis duduk,
berusaha mencari irama. "Aku hanya ingin memastikan. Kau
tidak pergi ke apartemennya setelah itu, bukan?"
"Apa, malam itu?"
"Hanya memastikan kronologis tepatnya. Pengacara Julian Vega
menantang
kami untuk semua detail-detail kecil remeh. Benar-benar
menyebalkan, perempuan ini."
"Tentu. Aku mengerti."
"Jadi kau benar-benar tidak mampir setelah bicara padanya,
begitu?"
"Francis, itu ada di catatan pengadilan. Aku bersaksi tentang
hal itu tahun 1984. Tidak." Tom menatapnya lurus di mata.
"Mengapa pertanyaan ini muncul kembali?"
"Begini, yang terjadi adalah"-Francis menyentakkan ikat
pinggang, memastikan senjatanya terlihat-"seorang saksi telah
muncul."
"Benarkah?" Tom menggeleng, seakan berkata, Coba itu?
Tidakkah hidup penuh dengan tokoh-tokoh remeh namun
penting?

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau pun mengerti, ini mungkin hanya omong kosong," kata


Francis. "Orang bermunculan dari sela-sela rumah saat
mencium bau uang dalam kasus perdata. Ya, itu biasa terjadi.
Tapi tetap kami harus melacak setiap jejak. Pada titik ini."
"Tentu, aku mengerti."
Tom membiarkan perhatiannya mengembara sejenak, cukup
lama untuk menegaskan keberadaan kaca satu arah dan jeruji
borgol di dinding.
"Siapa orangnya, omong-omong?"
"Seseorang yang bekerja di gedung itu. Kukira kau tak akan
mengenalnya."
"Tidak, mungkin tidak." Tom menyilangkan kaki.
"Persoalannya, ia berkata melihatmu meninggalkan gedung
lewat tengah malam."
"Aku?" Tom menyentuh satu kancing kemejanya. "Kau
bercanda?"
Francis membiarkan keadaan seperti itu sejenak. Memberinya
kesempatan merasakan sesuatu telah berubah. Bahwa meski
dinding hanya sekitar empat meter jauhnya dan langit-langit
hanya sekitar tiga meter dari lantai, dimensi ruangan itu entah
bagaimana sedikit mengerut.
"Ada kesalahan," ujar Tom, gelisah di duduknya dan menyadari
kaki-kaki kursinya sedikit pendek. "Aku tak tahu siapa yang kau
ajak bicara yang punya ingatan begitu tajam setelah dua puluh
tahun. Bagaimana tepatnya ia tahu siapa aku, omong-omong?"
"Ia bilang pernah melihatmu sebelumnya. Lelaki berambut
dengan bentuk tubuh dan tinggi mirip denganmu, dan wajah

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

hampir sama dengan adiknya di lantai atas. Itu gambaran yang


cukup spesifik, bukan?"
"Kalau begitu ia keliru berkata telah melihatku. Aku tak tahu
setua apa orang ini, tapi kukira ia agak linglung."
Tajam, pikir Francis. Ia berpikir ke depan seperti pengacara.
Mengira saksinya seorang pria tua, yang bisa dicari tahu
identitasnya oleh pengacara yang baik lewat pemeriksaan
silang.
"Ya, tapi begini, ada hal lain yang terus mengganggu." "Apa
itu?"
Tom menegakkan duduk, masih berperan sebagai sarjana jujur
yang berusaha membantu profesor linglung.
"Berkaitan dengan analisis DNA," Francis berkata. "Yang ada
di koran."
"Ya."
"Begini, kau berkecimpung di bidang pemasaran alat medis. Kau
mungkin sudah tahu tentang semua ini."
"Tidak," Tom menunduk. "Aku hanya menyampaikan informasi
yang kuperoleh dari seminar pemasaran penjualan dan jurnal
dagang. Aku bukan doktor."
"Aku yakin kau hanya merendah, tapi mari kita bahas tentang
itu. Masalahnya, kita melihat hal ini dengan keliru."
"Dan mengapa begitu?"
Francis menggeser kursinya, memunggungi pintu. "Hasil analisis
menunjukkan bahwa pembunuhnya XX, wanita, dengan separo
gen dari ibumu. Memunculkan kesah ia punya putri lain yang tak
ia ceritakan padamu."
"Begitulah yang kau katakan."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tapi, kau pun tahu, tiap orang ada cacatnya, di sana-sini.


Apakah aku benar?"
"Aku tak yakin aku paham ke mana arah pembicaraanmu,
Francis."
"Maksudku, tiap manusia punya mutasi, tapi tidak semuanya
mesti muncul dalam satu usia hidupnya," Francis berkata. "Dan
salah satu hal yang bisa terjadi adalah seseorang yang
berpenampilan dan bertingkah laku seperti pria dari segala
sudut. Namun ketika kau mengirim DNA mereka untuk
dianalisis, ternyata profil yang muncul adalah wanita."
Tom mengambil napas dalam-dalam yang terdengar seperti
sapu berujung keras menyapu trotoar.
"Itu bukan yang pertama terpikir oleh tim forensik.
Kenyataannya, ini cukup aneh. Salah satu kutipan penelitian
datang dari Charles Sturt University di Wagga Wagga,
Australia."
Tom tak tertarik.
"Namun apa yang terjadi adalah bahwa memang bisa terjadi
mutasi atau penghilangan ketika kromosom Y tidak muncul
ketika mereka menguji gen yang pada kondisi normal
mengatakan jenis kelamin seseorang. Mereka menyebutnya
lokus amelogenin.''
Tom menatap sedikit lebih lama ke kaca satu arah, intuisinya
dengan tepat mengatakan ada sejumlah orang berkumpul di sisi
lainnya.
"Cukup menarik jika hal itu terjadi," lanjut Francis, seolah itu
hanya persoalan ilmiah yang menarik perhatian. "Hal-hal kecil
bisa menghancurkan satu pengujian. Seperti jika kau punya
sejenis kanker. Tapi mungkin kau sudah mengetahuinya."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia memperhatikan tegangan halus otot kerongkongan Tom.


"Setelah kami menyadari kekeliruan tersebut, kini semuanya
sama sekali lain." Francis mendekatkan kursinya. "Itu membuka
kemungkinan untuk kami mencari tersangka pria. Seperti yang
kami kira sejak awal."
Tom mengangkat satu jari ke keningnya dan memiringkan
kepala, mulai mengerti dengan jelas ke mana arah pembicaraan
ini.
"Kedengarannya ada banyak kekeliruan dalam kasus ini,"
ujarnya.
"Memang," aku Francis. "Tapi kini semua mulai kami pahami."
Tom mulai menggosok-gosok ruang di antara kedua alis.
Mungkin berusaha menduga-duga aspek negatif meminta
pengacara di titik ini. Pelan-pelan, Francis mengingatkan diri
sendiri. Buka sumbat gabusnya perlahan-lahan. Beri ia jalan
keluar. Tak akan ada manfaat dari seseorang yang disudutkan
begitu cepat.
"Aku butuh bantuanmu." Francis menggores kaki kursi di
seberangnya, dengan sengaja membuyarkan pikirannya.
"Tampaknya darah di kuku adikmu itu berasal dari anggota
keluarga pria."
"Kukira kau juga menemukan noda milik Julian Vega di
apartemennya."
"Memang. Tapi saat ini, aku tengah berusaha memahami
bagaimana darah saudaranya ini bisa menempel padanya."
"Ya, kau tahu aku memecahkan gelas hari itu," ujar Tom
sependapat, tak kehilangan kendali.
"Kapan terjadinya?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Di dapurnya, tepat setelah makan malam. Aku mampir


membawa beberapa berkas untuk ia tanda tangani, berkaitan
dengan rumah nenek kami. Aku memecahkan gelas anggur dan
ia membalutku."
Bagus. Francis hampir tersenyum kagum. Biasanya orang harus
pergi ke konferensi pers Washington atau rapat umum
pemegang saham perusahaan untuk mendengar pembohong
macam ini.
"Aku mengatakannya padamu waktu itu," Tom berujar,
mengantisipasi serangan berikutnya.
"Aneh, aku tak ingat ada pernyataan itu dalam catatanku."
Kenyataannya, ia kini punya ingatan jernih tentang Tom yang
mengenakan kerah terkancing dan lengan bajunya menjulur ke
bawah saat itu, jauh sebelum hal itu menjadi
mode; tak ada gores-gores mencolok hasil pembelaan diri
tampak di lengan bawahnya.
"Ya, aku tak tahu apa yang kau catat atau tidak," Tom berkata,
tampak terluka. "Tapi, aku ingat benar menunjukkannya
padamu. Aku terkejut kau tak ingat."
Ia hebat. Francis harus memujinya. Dalam sempitnya ruangan
ini, cerita itu bisa disingkirkan dan membeberkan apa yang
sesungguhnya: kebohongan kecil demi bertahan hidup. Namun
di ruang sidang, kebohongan itu punya kesempatan bernapas
dan tumbuh membesar. Ia akan merasa tersemangati dan
melawan balik. Tom akan duduk ke kursi saksi, dengan wajah
anak desanya dan suara bergetar dihiasi cukup emosi, ia akan
terdengar jauh lebih meyakinkan bagi para juri daripada polisi
tua berwajah kemerahan dengan alis jahat dan mata lemah.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Begitu, ya." Francis mengangguk. "Jadi, itu sebabnya kami


menemukan darahmu di bawah kuku adikmu?"
"Jika itu yang kau temukan," ujar Tom, memastikan ia tak
memberikan apa pun dengan gratis.
"Ya, itu bagus. Menjelaskan semuanya. Hanya ada satu masalah
bagiku." "Apa itu?"
"Mengapa kami menemukan darah yang sama di bawah kuku
Christine Rogers."
Wajah Tom tampak berangsur melarut menjadi statis, seperti
gambar di layar TV tua dengan antena yang rusak.
Bibirnya bergerak tanpa suara, gerak-geriknya menjadi kabur,
matanya kehilangan fokus. Ia diam beberapa saat untuk
menata kembali emosi dan menajamkan konsentrasinya kembali
pada Francis yang duduk hanya satu meter jauhnya, tak
menyisakan ruang menuju pintu kecuali melewati dirinya.
"Tunggu sebentar," kata Tom. "Dari mana kalian tahu bahwa itu
DNA-ku? Aku tak ingat memberi spesimen pada siapa pun."
"Ya." Francis menggaruk belakang telinganya. "Kau tahu,
keluargamu telah mengalami begitu banyak hal, ada suara yang
menentang pengajuan surat perintah untuk melanggar privasi
siapa pun dan memaksa mereka memberikan sampel di luar
kehendak mereka. Jadi, kami memakai apa yang tersedia untuk
masyarakat umum."
"Apa yang kau bicarakan?"
"Kamis malam adalah waktu pengangkutan sampah di
lingkunganmu, bukan? Apa yang ada di trotoar adalah hak milik
umum."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kolam kulit kecil di bawah mata Tom berubah menjadi biru


samar, seakan sepasang ibu jari menekannya.
"Kau mengaduk-aduk sampahku?"
"Hey, aku juga menentangnya," Francis berdusta, pura-pura
menjadi polisi baik sesaat. "Kubilang, 'Kalian gila. Kalian hanya
akan mempermalukan diri sendiri dan akan kalian lihat "Tom
tak ada kaitannya dengan ini.' Tapi staf legal departemen kami
berkata silakan saja. Itu pernah dilakukan sebelumnya. Tong
sampah bagaikan Disneyland bagi DNA. Kerajaan Magis,
tempat mimpi menjadi kenyataan. Dan kebetulan sekali kami
menemukan sebuah kondom."
Tom mendengarkan dengan tenang. Alisnya yang terang tak lagi
terlihat seperti anak kecil, mereka membuatnya tampak agak
tak mirip manusia, tanpa ekspresi atau penyesalan moral. Ini
adalah bagian mengerikannya. Ia bisa meminta pengacara kapan
saja saat ini. Francis mengetuk-ngetuk pulpen ke meja. Mereka
saling dekat, namun tak sedekat itu. Ia tak bisa membiarkan
Tom pergi tanpa membuat pernyataan atau semacamnya. Tak
ada celah keraguan kali ini. Ia perlu mendapat pengakuan.
"Aku tak yakin yang kau lakukan itu sah," ujar Tom. "Mungkin
aku harus minta pengacara."
Dengan tenang Francis meletakkan pulpennya di samping. "Ya,
bagiku tak masalah jika kau menginginkan pengacara, Tom.
Hanya, jika demikian kita tak bisa memberitahumu apa lagi
yang kami miliki."
Penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar.
Oke, hentikan. Kita tuntaskan saja. Ini belum gelap. Tahan
sedikit datangnya malam; hanya butuh beberapa jam sinar
matahari lagi.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis menyerahkan DNA Eileen pada Dr. Dave, meninggalkan


pesan pada Tom Wallis agar menyelidiki kenalan wanita
adiknya, membuat catatan, lalu pulang ke rumah. Sinar
matahari kekuningan menerobos miring melewati senar harpa
Jembatan Brooklyn, menimbulkan kilau cahaya terang di kaca
mobilnya. Satu garis merah muda tampak di bawah awan-awan
kelabu, seperti kilasan kulit seorang gadis di bawah sweter
tipisnya. Ia tersadar, dirinya terus-menerus membetulkan kaca
spion untuk mengimbangi bintik butanya, berusaha memastikan
tak dipelototi pemakai jalan lain. Kerlip berlian di sungai East
River tak terlihat akhir-akhir ini karena ia tak bisa
mengalihkan pandangan selain dari jalan.
-Ayolah, Dewa Hal-hal Kecil, cukup pulangkan aku dalam
keadaan utuh. Aku bisa meneruskan dari sana.
-Kau masih ingin menawar, ya, Loughlin? Satu gelas minuman
lagi dan aku akan berhenti. Tolong biarkan aku menyelesaikan
kasus ini dan aku tak akan meminta tiga gelas berikutnya.
Biarkan aku melewati pintu ini hidup-hidup. Aku janji akan
mempercayaimu hingga krisis berikutnya.
Ia pergi menuju Sackett Street. Matahari baru saja
tergelincir perlahan di atas dermaga tua reyot Red Hook dan
asap lalu lintas di BQE. Tanpa ingin mengakui, belakangan ia
mulai menyadari munculnya rasa tegang saat malam datang,
lebih berfokus mengikuti rute pulang yang sama, menjadi kian
waspada pada parkir paralel, pada anak-anak yang berlarian
mengejar bola di jalanan, pada betapa lamban pemerintah kota
memperbaiki lampu jalan yang mati di depan rumah mereka.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis mengunci pintu dan melihat tirai bergerak di jendela


depan tetangganya. Wanita yang tinggal di sana adalah janda
petugas pemadam kebakaran yang tewas di World Trade
Center saat peristiwa 11 September. Ia punya patung Yesus
dalam cangkang kerang di dekat tangga depan rumahnya dan
menghormati kenangan pada suaminya dengan hampir tak
pernah berbicara dengan Francis. Entah apakah ia menjunjung
tinggi tradisi perseteruan antara dua instansi itu, kepolisian
dan pemadam kebakaran, atau diam-diam bertanya pada Tuhan
mengapa suami tercintanya yang dipanggil dan bukan Francis.
Ia sendiri tak tahu.
Francis mengambil surat-surat dan melangkah menuju undakan,
dengan cepat memilah tumpukan kertas itu untuk memeriksa
gangguan yang telah menunggunya. Sebuah tagihan gas, Con Ed,
katalog biji dan brosur yoga milik Pati, tagihan lain dari rumah
panti ayahnya dan sesuatu dari Gilda Yahudi bagi Para Orang
Buta. Mungkin acara pengumpulan dana. Ia memasukkan kunci
di pinta, bertanya samar mengapa mereka bisa mengetahui
namanya. Siapa yang mereka hubungi? Dinas Kendaraan
Bermotor, Asosiasi Amal Detektif, para dokter? Cincin kunci
tergelincir dari jarinya tepat ketika ia teringat pernah melihat
pamflet gilda itu dan Lighthouse International di ruang tunggu
Dr. Friedan.
Apa aku memerlukannya? Ia menyobek surat itu menjadi dua
dan memasukkannya ke saku, lalu membungkuk, mencari-cari
kunci, berharap janda pemarah itu tak mengintip keluar dan
melihatnya meraba-raba seolah ia sudah benar-benar buta.
Rumah begitu lengang dan gelap seperti kamar jenazah saat ia
masuk. Ia rindu anak-anak yang bersaing memasang musik
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

keras-keras-Slayer versus Indigo Girls-dan Patti sibuk di


dapur, berbincang dengan kawan wanitanya di telepon
sambil menyiapkan makan malam. Ia ingat istrinya itu tak akan
tiba di rumah sebelum pukul sembilan malam karena bekerja
dengan kliennya di gym.
Ia mulai menyalakan lampu dan memunculkan suara-suara
sebanyak mungkin, kebiasaannya sejak berusia sepuluh tahun,
pulang dari sekolah ke rumah yang kosong. Ia menemukan
remote TV di ruang keluarga dan menyalakan CNN. Tepat
waktunya untuk mendengar bom jalanan yang membunuh tiga
prajurit di tepi kota Mosul. Ya, Tuhan. Ia mendengarkan,
dengan cengkeraman kail besi di dadanya, menunggu jika ada
berita tentang pasukan yang ditarik dari Korea. Anak
brengsek. Ingin menunjukkan pada sang ayah bahwa ia tak lagi
bisa mengaturnya. Kena kau, Yah. Kau tak pernah bertempur
dalam perang sungguhan, kan? Anak itu berjuang mencari jati
diri. Ia bukan siswa yang baik seperti adik perempuannya, dan
tak memiliki prospek bagus untuk tampil bersama tim bisbol
Bishop Ford. Ia sasaran empuk bagi para perekrut yang
meyakinkannya bahwa ia bisa melakukan sesuatu, membela
negara, dan memacari lebih banyak wanita daripada Snoop Dog
di saat bersamaan. Tapi, untuk apa? Senjata Pemusnah Massal?
Yang benar saja. Itu hanya imajinasi seseorang yang mencoba
menandingi ayahnya tapi gagal.
Tapi apa yang bisa kau lakukan sekarang menyangkut hal itu?
Kau memulai perang, kau yang harus mengakhiri. Dan, jika hal
yang melatarbelakanginya sedikit oleng, ya, itu artinya kau
harus bertempur lebih keras. Lagi pula, orang yang mereka
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

kejar adalah seorang bajingan, membunuh ratusan ribu


kaumnya dengan gas. Dan jika butuh sedikit bantuan untuk
meloloskan perang melawannya? Lalu, kenapa? Kau tahu ia
seorang kriminal. Mereka semua tahu. Kadang kau harus
mengisi potongan yang hilang agar semua orang melihat gambar
seutuhnya. Tak berarti kau salah, kan?
Ia mematikan TV, tak tahan menonton peristiwa
menjengkelkan itu, dan mulai beranjak menuju tangga. Berpikir
tentang negosiasi dengan pihak berwenang. Oke, ini tawaranku.
Buat anakku keluar dari perang dan aku akan menyerahkan
SIM-ku selama enam bulan ke depan. Kuambil lima tingkat daya
penglihatanku dan nyeri kronis juga boleh. Aku bahkan akan
mulai mengaku dosa lagi. Ampuni aku, Bapa, aku telah berdosa.
Sudah tiga puluh tiga tahun sejak pengakuan dosa terakhirku....
Dasar bajingan keparat. Apa hak yang kau punya untuk
membuat perjanjian yang lebih baik? Bagaimana jika sedikit
lebih menunjukkan rasa terima kasih? Kau mungkin saja sudah
mati berulang kali pada tahun-tahun kemarin. Jatuh dari
tangga di Baruch Houses. Anak yang muncul dari belakang
Datsun di Lenox Avenue dan menembak tiga kali dengan sebuah
Browning, peluru itu mungkin meleset sekitar satu meter dari
wajahmu. Hampir jatuh dari lubang udara di 132nd Street,
saat mengejar pemerkosa di atap gedung.
Kadang saat-saat itu terasa lebih nyata dari fakta bahwa ia
berada di sini, di rumah tua yang tenang ini, bersama seorang
wanita hebat yang memaafkannya
atas semua hal luar biasa bodoh yang ia lakukan. Lebih nyata
dari fakta bahwa mereka memiliki dua anak, yang dulu sering
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

duduk di pangkuannya menonton film John Wayne, lama setelah


mereka terlelap di malam-malam sekolah. Mungkin ia
sebenarnya hanya berbaring di bawah lubang udara itu, dan ini
hanya lamunan seorang lelaki sekarat belaka.
Ia berhenti di tengah tangga, beristirahat sejenak. Bertanyatanya jika rumah ini masih memadai untuknya dalam beberapa
tahun ke depan. Tangganya cukup banyak, tapi lalu mengapa? Ia
kehilangan penglihatan, dan bukan kakinya. Masalah yang lebih
mendesak adalah luka dan sandungan kecil yang tak akan ia
lihat kecuali diperingatkan Patti. Waspada terus-menerus
adalah harga tersembunyi yang harus dibayar karena memiliki
rumah tua. Kau harus berhati-hati pada retakan lis dinding,
paku mencuat dari lantai papan, rak handuk yang menonjol dari
dinding. Bagaimana akan memakai gergaji dan obor asetilen jika
ia membutuhkan anjing pemandu hanya untuk mengambil
sekotak susu dari jarak begitu dekat?
Francis menyampirkan jaket di gantungan baju di dalam lemari
kamar tidur dan pergi menuju kamar mandi. Cucuran air dingin
mengenai kepalanya ketika ia berdiri di depan wastafel,
benturan itu tepat mengenai titik botaknya, mengingatkan
bahwa malam itu pasti hujan akan turun lagi dan ia masih belum
menemukan atap yang bocor itu. Menetes sejak April. Dari
mana air itu masuk? Ia memperkirakan, dibutuhkan sekitar 45
menit untuk naik ke sana dan mencari-cari bocor itu sebelum
hari terlalu gelap.
Kau terus bertanya pada dirimu sendiri, apa yang telah
kulakukan? Ia menepuk kepala dengan handuk, memikirkan apa
yang Eileen katakan. Pasti karena sesuatu yang telah
kulakukan.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Bukan aku, saudaraku. Ia tak punya catatan apa pun yang bisa
membuatnya terlihat buruk. Ya, maksudnya tak ada yang
sungguh-sungguh bisa membuatnya tak karuan. Ia menyelami
litani itu lagi, hanya untuk meyakinkan diri. Kau telah menjadi
suami yang baik (setelah beberapa guncangan di awal-awal
perkawinan), pemberi nafkah yang baik, ayah yang baik, polisi
yang baik.
Keadaannya tidak seolah masalah Hoolian ini menyangkut di
otaknya seperti pecahan kaca selama bertahun-tahun. Semua
orang mengalami beberapa situasi yang mungkin kelihatan
sedikit membingungkan jika kau memikirkan ulang hal itu.
Tetapi itu sudah terjadi. Kau menjalani hidup yang kau jalani,
dan terserah orang lain untuk menambahkan sesuatu dan
memberinya tagihan di akhir.
Masa itu adalah saat-saat yang liar dan ia adalah pemimpin
mereka. Dua ribu pembunuh setahun di kota itu: bayi ditembak
di ranjang, pengacara ditusuk di kereta bawah tanah, dokter
digorok di ruang tamu mereka. Kau tak mengirim Jesuit untuk
menangani hal macam itu. Kau mengirim seseorang yang
bersedia
menjadi tembok penghalang. Masalah hidup dan mati bukan
untuk tukang cekcok atau mereka yang terlalu hati-hati.
Undang-undang hukum pidana tak pernah sanggup membantu
hati yang hancur. Amandemen keempat tak pernah menghibur
keluarga yang kehilangan orang tercinta. Terkadang kau harus
menyingkirkan buku panduan yang berharga di pinggir dan
bertindak di ambang zona abu-abu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Apakah kau benar-benar melihatnya menaruh senjata di


sakunya, petugas? Tidak, saya mengamati garis luar jaketnya.
Apakah kau benar-benar melihatnya menukar uang dengan
narkotika? Ya, bagaimana lagi barang itu akan berada di
sakunya?
Tiap kali mengatakan pada diri sendiri bahwa ia tak akan
melakukan hal itu lagi, sadar dirinya kian dekat melampaui garis
dan tak akan mampu kembali lagi. Ia seorang lelaki yang baik,
polisi yang baik. Jadi kenapa ia melakukan hal itu? Mereka
mungkin sudah punya cukup bukti untuk mengajukan kasus ini.
Sidik jari Hoolian terdapat di senjata pembunuhnya, kunci
apartemen korban ada di sakunya. Tetapi pada saat-saat
krusial itu, saat tak seorang pun memperhatikan, ia mengambil
pembalut berdarah itu yang entah bagaimana tergeletak di
lantai dekat tabung pemadam kebakaran, seakan telah diseret
ke sana, melekat pada bagian bawah sepatu si pembunuh, dan
membuang ke keranjang sampah kamar mandi di apartemen
Hoolian, kurang dari enam meter jauhnya.
Selama bertahun-tahun, ia terus mengulang adegan itu di
kepala, bertanya pada diri sendiri mengapa itu harus terjadi.
Tiap kali yang bisa ia ingat adalah betapa takut dulu
perasaannya. Tentu saja, ia takut tertangkap, tetapi ini lebih
dari itu. Ia pasti takut jika hal itu tak ia lakukan, yang kini ia
sadari. Ia takut kariernya jatuh, bahwa semua orang akan
melihat bahwa pada kenyataannya, ia bukan orang yang dapat
dipercaya untuk jabatannya.
Francis membuka pintu lemari obat dan menutupnya. Brengsek.
Tepat seperti dalam perang, kau tak selalu bisa menunggu

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

untuk bukti mutlak. Lagi pula, mereka semua bersalah untuk


sesuatu hal, kan?
Tapi dua puluh tahun sejak kejadian itu, ia tak pernah
melampaui batas lagi. Tangisan ayah anak itu ketika hakim
berkata, "Hukuman dua puluh lima tahun penjara,' telah
mengembalikan ketakutannya akan Tuhan. Ia telah
diperingatkan.
Entah mau mengakuinya atau tidak, ia berubah setelah
peristiwa itu. Tidak sekaligus, tetapi bertahap. Berhenti minum
dan main perempuan, mulai menghabiskan waktu bersama anakanak dan memperbaiki hubungan dengan Patti. Dan, memastikan
seyakin-yakinnya bahwa ia tak pernah menjebloskan orang ke
penjara lagi tanpa memberinya kesempatan yang adil. Dilihat
dari
sudut apapun, ia telah menanggung hukumannya. Jadi, mengapa
ia terus merasakan tangan dingin ini di jantung?
Ia meninggalkan kamar mandi dan melihat mesin penjawab
telepon berkedip di atas meja. Terlalu dini untuk mengharap
kabar dari Dave di kantor forensik, sehingga pikirannya
melayang kembali pada Eileen. Anak-anak menyimpan rahasia.
Apapun artinya. Ia bertanya-tanya apakah ia melewatkan
sesuatu lagi selama ini. Darah yang sama dua puluh tahun
kemudian. Ayolah, Dewa Hal-hal Kecil, berikan petunjuk.
Separo sidik jari pada gelas air. Noda darah di serat karpet.
Sebuah noda DNA Hoolian di salah satu handuk Christine. Ia
bukan mencari hasil tertentu kali ini. Sudah cukup aku
bermain-main dengan takdir, ia membatin. Waktunya tak tepat

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dan manfaatnya juga nihil. Cukup bantu aku melakukan hal yang
benar, kali ini.
Telepon berdering sebelum ia memencet tombol Playback.
Diangkatnya cepat gagang telepon, berharap itu adalah Rashid
yang membawa kabar baik dari gudang barang bukti, lalu
menggeram, "Yo." Tetapi hanya ada bunyi desis, seperti
jatuhan salju di angin keras.
"Ada orang di sana?"
Ia melirik kotak identitas penelepon dan menemukan kata "Tak
tersedia."
"Dengar, siapa pun ini, aku sedang tak butuh permainan
brengsekmu. Aku capek. Jika ingin menyampaikan sesuatu,
hubungi aku di kantor."
Ia mendengar tarikan napas ringan di saluran telepon dan
mendadak ruangan terasa lebih dingin.
"Oke, Brengsek."
Ia menekan tombol off dan melemparkan telepon ke tempat
tidur. Kemudian berpikir sejenak dan mencoba melacak nomor
tadi, namun tak berhasil. Terserah. Aku tak takut hantu. Ia
pergi ke jendela untuk melihat seberapa banyak sinar matahari
yang masih dipunyainya. Kaca di bawah jemarinya terasa dingin
dan sedikit berembun, seolah-olah seseorang baru saja
menghembuskan napas ke sana dari samping. Awan
menggantung rendah di atas sungai, di sana-sini bayangan
separo memayungi gedung-gedung perkantoran Manhattan.
Dan, dari kamar sebelah, ia mendengar air menetes dari langitlangit, memerciki wastafel dengan jeda yang ganjil.
31

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian memperhatikan tetesan air hujan yang turun bagai


seratus ribu benang pancing dan membungkukkan badan di
depan kamar mandi Zana, masih mencoba menegakkan pintu.
"Siapa pun yang mengerjakannya, ia pasti sedang teler,"
katanya. "Lihat posisi engsel yang salah ini."
"Hmm." Perempuan itu berdiri beberapa meter darinya, tangan
terselip di bawah ketiak, mengamati lelaki itu dengan mata
cokelat besarnya, mungkin berharap lelaki itu tak membuat
keadaan lebih buruk.
Zana tinggal di lantai dua sebuah gedung lama yang tak pernah
diperbaiki di Red Hook, daerah yang berbatasan langsung
dengan laut, terpisah dari bagian Brooklyn lain oleh jalan
kereta api. Crane dan pembongkar kargo menumpuk seperti
dinosaurus di tepi dermaga. Jalan-jalan dibuat dari batu bulat
dan memiliki nama-nama seperti Pioneer, Verona, King, Beard,
Coffey, dan Visitation Place; dan sepertinya ada saja orang
nongkrong di pintu gudang setiap satu atau dua bloknya,
memberi kesan orang itu melakukan pekerjaan yang mungkin
tak ia sukai. Bahkan dalam hujan, Hoolian bisa melihat sebagian
Patung Liberty lewat kaca jendelanya, dan kadang-kadang kapal
membunyikan klakson saat melewati Terusan Buttermilk di
dekat sana.
Zana telah bekerja amat keras untuk memperindah tempat
tinggalnya, menggantungkan syal warna cerah di lorong pintu
masuk, menyalakan lilin di beberapa titik. Ia juga menutupi
lubang di dinding dengan panel kartun hitam-putih yang
digambari tokoh-tokoh mungil yang mengembara di sepanjang
lorong mirip ngarai dan lukisan bayi dalam keranjang, yang jika
diamati lebih saksama ternyata merupakan lukisan wanita yang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sama pada tahap-tahap kehidupan berbeda, diabadikan oleh


formaldehyde.
"Kau pasti tidak punya bor, kan?"
Zana pergi ke kamar sebelah dan kembali dengan bor listrik
Black & Decker, mata bor seperempat inci telah terpasang di
sana.
"Kenapa wanita selalu punya alat-alat ini tapi tak tahu cara
menggunakannya?" tanya Hoolian, mencolok steker dan
mengamati dinding dengan hati-hati, mewaspadai percikan api
yang mungkin muncul.
"Ia tukang kayu."
"Siapa?"
"Lelaki yang bersamaku sebelumnya. Suamiku."
"Suami-mu?" Hoolian hampir menjatuhkan bor. "Maksudmu?
Mengapa kau tak pernah menyebut-nyebut tentang ia
sebelumnya?"
"Ia tak ada hubungannya sekarang. Kami telah berpisah."
"Oh."
Ia menusukkan bor dua kali dan melirik, berusaha mencari
sesuatu untuk diucapkan. Rasanya seperti baru saja memergoki
seseorang tengah mengobrak-abrik selnya. Ia berpaling dan
mulai mengebor lubang baru di kusen, menyibukkan diri
sebelum ia melakukan hal bodoh.
"Ia berasal dari kota yang sama," jelas Zana. "Orang tua kami
saling kenal. Kau tahulah kisah seperti itu. Mereka mengira ia
bisa menjagaku setelah apa yang terjadi di sana. Tetapi kami
lalu tiba di Amerika, dan ia bahkan tak bisa menjaga dirinya
sendiri."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian menaruh bornya dan meniup debu kayu dari lubang,


berusaha melihat seberapa dalam lubang itu. "Apa maksudmu?"
"Ia benar-benar brengsek. Tak ada lagi yang bisa kuceritakan
tentangnya."
Narkotika, duga Hoolian, berusaha tetap tenang. Itu
sepertinya merupakan jawaban bagi satu dari tiga pertanyaan
yang muncul di permukaan sebagaimana yang muncul dari dalam.
"Setidaknya kau masih menyimpan peralatannya." Ia mengambil
alat ukur yang disodorkan Zana, berpura-pura tak terlihat
begitu terganggu.
"Ya, salah satunya..."
Perempuan itu menatap keluar jendela, lebih tertarik
mengamati cuaca daripada membahas topik ini. "Jadi kalian
bercerai sekarang?"
"Tentu." Ia melambai pada seseorang di luar. "Aku
menengoknya sesekali. Sangat jarang."
"Waktu itu kau pasti masih begitu muda."
Hoolian menahan satu engsel di atas kusen dan membuat tanda
untuk tempat sekrup kedua, berkata pada dirinya sendiri
bahwa beginilah orang dewasa di luar penjara dibikin sibuk
dengan hal-hal semacam ini.
"Semua orang juga pernah muda. Ini hanya alasan yang dibuatbuat."
Hoolian meraih bor dan mulai membuat lubang lain. Ia berpikir
tentang semua hal lain yang mesti dikerjakan saat ini untuk
menolong dirinya sendiri. Ia
mestinya menyelidiki lebih giat; mencari saksi lebih banyak
untuk alibinya. Dan paling tidak, mestinya mencari pekerjaan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

lain atau menulis surat pada serikat tempat ayahnya


bergabung, untuk mencari tahu apakah ia berhak atas sejumlah
barang. Tetapi, sekali lagi di sanalah dirinya, Hoolian si bodoh,
tak bisa menolak wanita yang butuh pertolongan.
"Sudah berapa lama kau tinggal di sini, ngomong-ngomong?"
ujar Hoolian, melepaskan ketegangan dan membiarkan desau
kesedihan berembus keluar. "Sepertinya kau tak punya
kerabat atau teman di sekitar sini."
"Baru beberapa bulan," jawabnya. "Sebelum ini, aku tinggal di
Pelham Parkway di Bronx, tapi di sana keadaannya hampir
seperti di negeri asalku. Orang-orang yang kenal keluargakuaku tak tahan. Aku harus pindah. Ibuku menangis dan menangis,
tapi kubilang,'Meme, kenapa kau sedih? Kita di Amerika.
Shtendosem. Tenanglah.'"
"Ya. Kau tak bisa menyalahkan orang lain jika ingin memulai
awal yang baru."
"Jadi kau bisa memperbaiki pintu ini? Menyenangkan sekali,
memiliki privasi sendiri."
"Yeah, kukira ini akan baik-baik saja." Ia mengukur jarak
antara engsel atas dan bawah, senang tangannya sibuk. "Tapi
siapa yang memasang pintu ini sebelumnya? Sepertinya ia
menaruh sedikit dempul saja. Masih belum kering pula."
"Suamiku. Semua yang ia lakukan tak ada yang beres."
Hoolian menoleh perlahan. "Kukira kau tak pernah melihatnya
lagi setelah pindah dari Bronx."
"Kadang ia mampir ke sini. Jika ada perlu."
"Begitu." Ia membiarkan lidah alat ukur itu tertarik kembali ke
tempatnya dan menjatuhkannya ke lantai.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tersadar olehnya ada dua kamar lain di apartemen itu yang


belum ia perlihatkan. Ia mendengus dan melirik ke kamar
mandi, seolah-olah ia bisa mencium kehadiran pria lain di sana.
Ototnya mengumpul saat memikirkan apa yang akan ia lakukan
jika ternyata ia dipermainkan lagi.
"Ya, kalau kau bertemu suamimu lagi, bilang padanya agar lebih
baik diamkan saja alat-alat ini jika tak bisa menggunakannya."
Tetapi alih-alih mendengarkan Hoolian, Zana bergegas
meninggalkan mangan, terpancing oleh suara kunci berputar di
pintu depan.
Bunyi gemerencing itu menohok langsung ke ujung sarafnya
saat pintu tertutup. Ia mendengar Zana tertawa dan bicara
pada seseorang dalam nada riang yang tak pernah terdengar
saat bersamanya.
Hoolian berlutut dan berusaha meluruskan engsel bawah,
menyadari dirinya telah dimanfaatkan lagi. Mestinya ia pergi
saja dan meninggalkannya dengan pintu kamar mandi terbuka.
Biar si bodoh lain yang mengumsi. Atau, sadar tangannya
memegang bor sebagai senjata, ia bisa beradu mulut dan dada
jika saingannya masuk. Alih-alih demikian, ia memutuskan untuk
menyelesaikan pekerjaan, sebagaimana Papi akan
melakukannya, hanya untuk memamerkan pada saingannya
sambil berujar: lihat, beginilah cara seorang pria
melakukannya. Lalu berbalik dan pergi, seperti jago tembak di
atas kuda.
"Hey, kau punya obeng untuk menyelesaikan pintu ini?" ia
memanggil, menurunkan suara setengah oktaf untuk memberi
tahu si pengganggu bahwa ada dirinya di sini.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Sebentar," jawab Zana, sebelum ia berbisik-bisik penuh


konspirasi pada tamunya.
Sudah cukup, putusnya. Ia tak akan tinggal lebih lama lagi. Ia
belum pernah melewati kesulitan-kesulitan yang bisa
membunuh lelaki lain sepuluh kali hanya untuk diperlakukan
dengan tak hormat seperti ini. Ia setengah bangkit dari posisi
membungkuk, bersiap-siap adu kepala.
Tetapi, tirai di antara kedua ruangan itu bergerak dan alih-alih
mengira akan menjumpai lelaki mabuk, sesosok bocah lelaki
kecil muncul, empat atau lima tahun umurnya. Anak itu
bergerak sembarangan, seakan-akan lengkung kakinya belum
terbentuk sempurna dan ukuran kepala membuatnya maju ke
depan. Matanya agak terlalu besar dan kulitnya berwarna
kentang pucat. Hoolian menoleh pada Zana, meyakinkan
kemiripan antara ibu-dan-anak, dan baru disadarinya anak itu
membawa obeng dengan ujung mengarah ke lantai.
32
Bulan terbungkus awan hitam ketika Patti muncul dan
menemukan Francis di atap dalam suasana hampir gelap gulita,
senternya bergerak perlahan melintasi kegelapan. "Unit TKP?"
tanya Patti.
"Bocor di atas wastafel kamar mandi itu lagi. Membuatku gila."
Istrinya menghampiri dan menempelkan badan padanya. "Kau
dingin. Kau tak di sini sejak hujan tadi, kan?"
"Sebagian kena hujan. Hujan bakal makin besar nanti."
Ia menoleh ke arah Manhattan, lampu-lampu tampak semuram
dan sekabur lampu bawah air buatnya, kini. Ia ingat betapa
dulu senang pergi ke sini dan menatap lampu-lampu itu,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mengetahui bahwa setiap jendela yang bercahaya adalah


bagian dari kode genetik raksasa kota itu, pola yang hanya
dipahami para dewa dan perencana kota.
"Bukankah sulit menemukan atap yang bocor dalam gelap?"
"Waktu paling baik untuk mencarinya adalah tepat setelah
hujan." Sinar senternya mengembara tanpa tujuan. "Air bisa
datang dari mana saja."
Sebuah bus di bawah berlalu mendesah, bersama para
pengendara larut malam.
"Lalu, ada berita apa?" tanya Patti.
"Kau tahu bagaimana aku benar-benar dipusingkan oleh masalah
brengsek yang terjadi di laboratorium?"
"Ya, kau mencari DNA Julian Vega dan malah menemukan
sampel dari wanita yang sama pada kedua korban."
"Tepat. Karena itu aku mencari sampel Eileen Wallis agar kami
bisa mengeliminasi putrinya, Allison, sebagai sumber DNA." Ia
sengaja tak memberi tahu istrinya tentang muslihat sapu
tangan itu; menyadari sebagai mantan jaksa Patti pasti akan
mengecam.
"Tapi untuk apa kau membutuhkan sampel itu? Ia sudah mati,
bukan?"
"Tentu saja, tapi kami masih harus melalui semua tahapan
untuk memastikan tak ada yang mengacau dan keliru melabeli
darah si korban."
"Dan?"
"Aku baru mendapat telepon dari David Abramowitz di kantor
forensik lewat ponsel." Ia menarik napas panjang, masih
berusaha menyerap hal yang baru didengarnya. "Hasilnya sudah

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

ada. Eileen Wallis adalah ibu dari wanita yang darahnya kami
temukan pada kedua TKP."
"Apa?"
"Begitulah. Ternyata itu putrinya."
"Tunggu." Patti menyentuh bahunya. "Jelaskan ini padaku."
"Oke. Ada darah di bawah kuku korban pada pembunuhan tahun
1983, seolah ia mencakar penyerangnya. Semula, kami mengira
itu mungkin DNA Hoolian. Tetapi ketika kami
membandingkannya dengan darah Allison yang tertinggal di.
sarung bantal, ternyata cocok. Keduanya adalah darahnya."
"Aku mengerti sejauh ini," kata Patti. "Ia berlumuran darah di
mana-mana."
Benar. Itu sering terjadi. Masalahnya adalah Dave sudah
melakukan perbandingan dengan DNA yang diambil dari kuku
Christine tepat di hari sebelumnya. Aku memintanya melakukan
hal itu, dugaanku ini pasti akan mengarah pada Julian pada
kedua kasus dan kami dapat menahannya untuk itu. Alih-alih
begitu, darah itu cocok dengan DNA wanita di sarung bantal
Allison."
"Oh... "
"Tepat. Karena itu kami sadar kami harus kembali lagi dan
memastikan bahwa darah yang dilabeli nama Allison di sarung
bantal itu benar-benar miliknya sejak awal. Karena jika tidak,
kami hanya melanjutkan dugaan keliru. Jadi kami mengambil
sampel ibunya, dan apa yang kami temukan? Bukan hanya darah
putrinya di sarung bantal, tetapi darah putrinya itu juga yang
ditemukan di bawah kuku Christine Rogers."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tunggu sebentar, tunggu sebentar." Patti melambaikan


tangan. "Kukira ia hanya punya satu putri. Aku tak tahu ia
punya putri lain."
"Ia mengatakan dirinya memang tak memiliki putri lain."
"Oh, brengsek."
Terdengar suara pop keras dan mereka berdua terlompat.
Suara tawa anak-anak lelaki menggema dari toko kelontong di
sudut jalan, dan Francis menyadari seseorang baru saja
menyalakan petasan kecil di atas tutup kaleng sampah logam.
"Aku bingung, Patti," akunya. "Aku benar-benar tak mengerti."
"Tapi bagaimana mungkin hal itu terjadi? Maksudmu kau
menemukan sel kulit Allison Wallis di bawah kuku Christine
Rogers, dua puluh tahun setelah pemakamannya?"
"Sepertinya begitu."
"Dan seberapa besar kemungkinan terjadi kesalahan?" Patti
mulai berpikir secara analitis lagi setelah bertahun-tahun jauh
dari kantor jaksa.
"Tak ada, kecuali jika hal ini melibatkan kembar identik."
"Ada yang bermain-main denganmu," katanya. "Sudah pasti."
"Maksudku, seseorang benar-benar mempermainkanmu. Aku
belum pernah mendengar hal seperti ini."
Francis mengangguk muram. "Aku bekerja bersama seorang
anak muda dari gugus satu-sembilan, Rashid. Ia kembali ke
gudang barang bukti malam ini, untuk mencari tahu siapa tahu
bisa memperoleh benda yang menyimpan darah Allison. Adiknya
berteman dengan seorang gadis yang bekerja di sana. Tapi,
sejujurnya, aku tak tahu apa yang akan kulakukan jika ia

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menemukan profil yang sama, yang membuktikan bahwa DNA


Allison yang ada di bawah kuku Christine."
"Kau yakin mengubur gadis yang benar pada tahunr 1983?".
"Oh, demi Tuhan, Patti, kini kau terdengar seperti Eileen
Wallis..."
"Kenapa, apa yang ia katakan?"
'"Allison tidak mati'. Orang lain yang dikubur di Cricklewood."
Ia mengayunkan sinar senter, dan meninggalkan jejak dalam
kegelapan seperti ikan trout bergerak dalam air yang hitam.
"Pasti ada anak perempuan lain." Patti menggelengkan kepala.
"Kecuali jika kakak lelakinya itu wanita yang menyamar atau
apalah."
"Aku berdiri di sampingnya di WC. Ia punya benda yang
kupunya."
"Maka Eileen bohong padamu."
"Mengapa ia mesti melakukan itu?"
"Siapa yang tahu? Kau bilang sendiri ia sinting."
"Yeah, tapi apa yang bisa kulakukan? Bagaimana kau mencari
seseorang yang tak ada? Jika Eileen punya putri lain yang tak
ia ceritakan pada siapa pun, gadis itu mungkin punya nama
berbeda, identitas yang sama sekali lain. Menemukannya akan
seperti mencari jarum di tumpukan jerami."
Francis mengarahkan senter ke luar ke kaki langit Manhattan,
pola yang tersusun berubah dan berganti tiap saatnya.
"Kau detektif sungguhan atau bukan?" Patti menyikutnya. "Kau
mencari seorang tersangka dan sudah mendapat DNA ibunya.
Menurutmu apa yang harus dilakukan? Berikan pada negara
bagian dan pemerintah. Lihat kalau-kalau kau memperoleh
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

petunjuk. Jika kau bicara tentang seseorang yang membunuh


dua orang dalam dua puluh tahun terakhir, ada kemungkinan ia
pernah ditahan untuk alasan lain, minimal sekali."
Francis mengarahkan senter ke bawah dagu istrinya, menyinari
dari bawah seperti Lincoln Memorial.
"Pintar juga, Anda, Nyonya," ujarnya.
"Banyak hal di dunia ini yang terlihat lebih mudah dimengerti
jika kau punya vagina."
Francis mengangguk, menyadari kebenaran universal ini bahkan
saat ia mulai terperosok kembali dalam keputusasaan.
"Masalahnya, aku tak tahu apa yang harus kami lakukan jika
cara itu tak berhasil. Kukira kita bisa mencoba pencarian buku
nikah dan akta kelahiran skala besar, untuk melihat kalau-kalau
Eileen pernah menikah sebelumnya atau menyerahkan anak
untuk diadopsi tanpa mengatakan pada siapa-siapa. Tetapi
masalahnya, jika kini berbohong soal memiliki anak lain, ia juga
mungkin waktu itu berdusta dan menggunakan nama berbeda."
"Kalau begitu, aku tak tahu bagaimana kau akan
memecahkannya."
Ia menyapukan sinar ke udara, tak lagi mampu melihat lebih
dari satu meter di muka. Kegelapan telah merayapinya. Ia naik
ke sini dengan anggapan mungkin dapat memperoleh secercah
cahaya matahari di saat-saat terakhir, tetapi malam tiba-tiba
saja meliputinya.
"Francis," kata Patti pendek. "Aku ingin menanyakan sesuatu
padamu." "Apa?"
"Apakah ini berarti kau memenjarakan orang yang salah?"
Dilihatnya sinar itu sedikit berkedip dan diguncangnya senter
itu, berharap baterainya tak habis.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau tak tahu itu dan aku juga tidak," jawabnya terlalu cepat.
"Aku masih berpikir Hoolian terlibat dalam peristiwa itu.
Terlalu banyak kebetulan, Christine Rogers sering bicara
tentangnya, dan mengumpulkan kisah kasusnya."
"Jadi, kau ingin bilang bahwa ini...konspirasi?" tanya Patti,
seolah menganjurkan agar pergi tidur akibat mabuk di sofa.
"Aku tak tahu. Aku hanya bilang, aku tak menjebloskan orang
tak bersalah selama dua puluh tahun."
"Kau terdengar begitu yakin, untuk seseorang yang belum
mengetahui semua faktanya."
"Hey, aku hanya melakukan tugas. Aku menyerahkan kasus itu
pada Jaksa Wilayah dan ia menyerahkan pada juri. Mereka
yang memberi keputusan atas barang bukti. Itu saja. Aku
hanya bagian dari proses."
Wanita itu meraih tangan suaminya dan meremas lebih kuat
dari yang mungkin lelaki itu harapkan.
"Biarkan saja salju turun semau mereka," katanya. "Aku bisa
menanganinya." "Kuharap begitu, Francis."
Ia melepaskan tangannya. "Aku akan tidur nyenyak jika kasus
ini selesai." "Oke. Kupegang kata-katamu."
Didengarnya istrinya itu pergi menjauh, kembali menuju
ambang pintu dan tangga. "Kau ikut tidur?"
Francis melangkah ke satu undakan dan hampir tersandung
pada ember yang berniat ia bawa turun selagi matahari masih
ada.
Kegelapan tak memberinya kesempatan, tak ada petunjuk ke
mana mesti berbelok. Gelap mengurung Manhattan,
menghalangi bintang dan menelan jendela rumah para penghuni.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kegelapan menjadi hidup bersama hal-hal yang tak terlihat:


alarm mobil, sirene ambulans, pesawat yang terbang rendah,
decit rem, omelan sinting, kaca pecah.
"Aku tak bisa."
"Apa?"
"Kubilang, aku tak bisa. Aku tak bisa bergerak dari tempatku."
"Mengapa?"
"Karena aku tak bisa menemukan jalan turun dari sini, Sayang,"
jawab Francis. "Aku tak bisa melihat apa-apa."
33
"Begini ceritanya."
Hoolian menggelar peta kereta bawah tanah di lantai kayu
sembari putra Zana, Eddie, duduk di pangkuannya, masih
bermain dengan obeng.
"Jadi tiap Sabtu, saat anak-anak lain masih tidur, Papi akan
membangunkanku pagi-pagi sekali dengan roti gulung mentega
dan cafe con leche dan membawaku naik kereta."
Kepala kecil berat itu bersandar di dada dan ia mulai menyusuri
garis berwarna panjang itu dengan jarinya.
"Kami akan menaiki jalur berbeda tiap kalinya agar seolah-olah
sedang bertualang. Kadang-kadang kami mencari stasiun
hantu."
Anak itu melirik dari bahunya dan mengernyitkan hidung.
"Kau tak tahu stasiun hantu?" tanya Hoolian. "Itu adalah
stasiun-stasiun terbengkalai yang telah dilupakan orang. Jadi
ketika kau memalingkan kepala dengan sangat cepat saat
kereta melewati putaran balik, kau bisa lihat mereka
membangun gua cantik di bawah Balai Kota, dengan tempatKoleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tempat lilin kuningan dan ubin Gustavino indah di


dindingnya/Ayahku bilang, jika naik kereta larut malam, kau
bisa melihat hantu-hantu dalam pakaian pesta, berdansa, dan
minum sampanye."
Anak itu mengerutkan wajah lagi, berusaha memasang wajah
sinis, tapi matanya justru bersinar.
"Tapi kesukaanku selalu hari St. John Pembaptis," lanjut
Hoolian, tahu anak itu berada dalam kendalinya. "Nah, setiap
musim panas, Papi akan mengajakku naik kereta F ke Coney
Island untuk mencoba semua jalur kereta. Namun setelah
seharian, kami akan pergi ke pantai dan bergabung dengan
orang lain yang berkumpul di sepanjang pesisir untuk berjalan
mundur ke arah laut. Seperti ritual penyucian untuk
membersihkan diri dari kemalangan."
Ia diam sejenak, mengingat-ingat. Ayahnya tak pernah benarbenar suka hal-ihwal tradisi, tetapi sungguh menyakitkan
baginya untuk tak bisa lagi berjalan mundur ke dalam air
bersama anaknya untuk terakhir kali. Negara membuat Hoolian
memulai hukuman sebelum el Dia de San Juan Bautista pada
tahun itu.
"Eddie." Zana muncul dari dapur memegang busa pencuci. "Ba."
"No, Meme," jawabnya, memohon waktu lebih.
"Ayo," ibunya bersikeras. "Buat seperti pohon dan pukul."
Eddie berpaling dan memeluk Hoolian, seolah pelukan itu bagian
dari rutinitas malam hari yang biasa mereka lakukan selama
bertahun-tahun. Kemudian ia melompat dan berlari untuk
mandi, tanpa menyadari ia baru saja mengoyak segumpal rasa
kesendirian dari hati seorang pria dewasa.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Mengapa kau tak pernah memberi tahu bahwa kau punya


anak?" Hoolian menoleh di belakang Zana, bertanya-tanya
betapa hal itu terjadi begitu cepat.
"Itu tidak menarik bagi kebanyakan lelaki."
Hoolian mendengar suara gemercik air mandi dan ia beranjak
ke dapur untuk membantu Zana menyelesaikan cuci piring.
"Aku senang kau membolehkannya membantumu," kata Zana.
"Baik baginya untuk melihat pria dewasa bekerja. Tidak seperti
ayahnya, yang sama sekali tukang keluyuran. Ia suka padamu."
Pernyataan itu tak sesuai kenyataan, pikir Hoolian. Anak itu
berlari-lari di dekatnya, membawakan alat-alat dan air,
melontarkan saran-saran tak diminta tentang cara mengetam
sudut dan mendempul sisi engsel, menatap penuh kekaguman
saat pintu mengayun terbuka untuk pertama kali.
"Siapa yang menjaganya sepanjang siang?"
"Tetanggaku Ysabel punya anak gadis kecil, umurnya hampir
sama. Jadi kami saling bertukar menjaga. Ia sobatku dari
kampung halaman si tukang teler."
Zana tersenyum malu-malu, terlihat rongga kecil di antara dua
gigi depannya. Tapi entah mengapa hal itu membuat wajahnya
lebih hidup dan membikin Hoolian sedikit tergetar, menyadari
perempuan itu baru saja memperlihatkan sesuatu yang jarang
ia tunjukkan pada orang lain.
"Ya, dulu aku sering membantu Papi saat seumurnya. Itu satusatunya cara aku belajar membuat segala sesuatu dengan
tanganku."
"Kau tak pernah ingin punya anak sendiri?"
"Oh, tentu." Ia mengambil kain lap dan mulai mengeringkan
piring. "Kurasa aku akan menjadi ayah yang hebat. Pepatah
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

bilang kau meneruskan apapun yang kau terima ke generasi


berikutnya."
"Jadi, mengapa kau belum melakukannya?" ia menyerahkan
sebuah piring. "Apa?"
"Punya anak, di usiamu? Apa yang menahanmu?" "Aku tak tahu.
Belum pernah berhasil saja."
"Aku tak percaya." Zana mematikan keran air panas dan
menghadap Hoolian lurus-lurus. "Entah kau gay atau jatuh cinta
pada wanita lain."
"Aku bukan gay," ujarnya, menyilangkan tangan di depan dada
dan melepaskannya lagi, khawatir terlihat feminin.
"Lalu kenapa? Kau ingin mengatakan padaku bahwa tak pernah
ada wanita lain?" "Aku tak ingin membahas hal itu." "Sudah
kuduga," katanya. "Itu sudah lama sekali." "Ia menyakitimu?"
"Aku tak mengerti mengapa harus ada seseorang yang patut
disalahkan. Kadang terjadi begitu saja."
Hoolian mengambil busa dan mengelap meja makan dengan
permukaannya yang keras, menyeka noda tomat dan spaghetti
kering.
"Tidak, kurasa bukan begitu," ujar Zana. "Seseorang selalu
menjadi korban."
"Ya, aku belajar untuk tak memandang dengan cara seperti
itu."
Ia menyelesaikan pekerjaannya mengelap meja dan pergi ke
kamar lain, mendengar Eddie telah selesai mandi dan menonton
Sesame Street Visits the Firehouse di belakang.
Cahaya kuning pucat dari enam lilin berderik dan meredup
dalam bayangan, menciptakan suasana bawah tanah agak
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menyeramkan di ruang tamu yang sedikit dikacaukan oleh suara


Fireman Bob yang menyanyikan "Waiting for the Bell to Ring."
"Kau masih memikirkannya?" Zana berdiri di ambang pintu.
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Perasaanku mengatakan begitu." Lilin di hadapan Hoolian
bergetar, bilah Jingga kecil menusuk dalam kegelapan. "Ia
telah meninggal."
Zana melangkah dan berhenti di separo jalan. "Sungguh?"
"Ya. Sungguh. Sudah lama sekali. Benar-benar membuatku
kacau."
"Apa yang terjadi?"
"Sesuatu yang sungguh-sungguh brengsek. Bisakah kita tak
membicarakan hal itu?"
Pijar di depannya berguncang. Hoolian yakin Zana akan
menekannya sekarang. Dan, ia bakal terpaksa berdusta atau
mengatakan yang sebenarnya dan menghancurkan semua.
Lelehan lilin membelok ke dalam cawan. Sebagian dirinya
sangat ingin membeberkan seluruh peristiwa itu dan
melupakannya. Meski, hatinya hanya tertusuk dan tercabik.
Tapi, sebagian lain dari dirinya ingin bersandiwara sedikit lebih
lama.
"Tapi suatu hari kelak kau akan cerita padaku?"
Hoolian mengeluarkan bunyi dalam di tenggorokan; bukan ya,
bukan pula tidak. Ia setengah berharap Zana akan mendengar
nada peringatan itu dan tahu diri untuk berhenti mengejar.
"Ya, kurasa sungguh menyedihkan," ujarnya. "Apa?"
"Memiliki hati yang baik namun tak ada orang yang
menerimanya."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Siapa bilang hatiku baik?"


Didengarnya tumit telanjang Zana menginjak lantai kayu, satu
per satu. Mestinya ia pergi ke pintu sekarang dan
membiarkannya membuka. Naluri yang mengatakan untuk
mendorong ia keluar dari kepompong asalnya begitu menekan
dada. Zana mengetahui kebenaran tanpa perlu mendengar
rinciannya: lelaki di hadapannya terlalu rusak untuk menjadi
seseorang yang berguna bagi siapa pun. Hoolian mengenakan
sepatu bot dan berdiri, bersiap membuat alasan dan pergi.
Namun, Zana berdiri di hadapannya, menghalangi jalan dan
menatap lurus. Ia merasakan kehangatan tubuh wanita itu
hampir menyentuh tabuhnya dan sebuah perasaan yang hampir
menyakitkan menariknya menjauh. Ia berusaha bertahan,
mengatakan pada diri sendiri bahwa ini tak benar. Ini pasti
sebuah trik, sebuah jebakan. Apa yang wanita itu lihat
darinya? Ia seharusnya ditinggalkan sendirian. Ia mestinya tak
tersentuh. Cinta tak sepatutnya menghampiri. Lilin itu meretih
dan Mr. Monster di ruang sebelah berteriak-teriak karena
rumahnya terbakar. Sisa-sisa pertahanannya meleleh.
Ia melingkarkan lengannya pada Zana dengan hati-hati, merasa
yakin akan ditolak. Alih-alih demikian, lutut Zana naik di antara
kedua pahanya dan ia merasakan campuran rasa senang dan
teror merayapi. Tangan perempuan itu berhenti di belakang
leher dan ia menekankan tubuh padanya, melekatkan sebentuk
hasrat. Dua puluh tahun menahan diri tanpa pernah
membiarkannya runtuh, tak pernah mempercayai kenikmatan
dan selalu mengharap yang terburuk, bergulat dan berjuang

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menjaga dorongan paling kuat dalam tubuhnya agar selalu


terbungkus.
Dan, semua mengalir begitu saja. Zana menyapukan lidah pada
bibirnya dan melepaskan pakaian Hoolian dengan mudah seperti
seorang anak melepaskan tali sepatu.
34
Francis menengadah ke langit-langit, seorang pria dewasa yang
akan berusia lima puluh beberapa bulan lagi. Sebentar lagi
menjadi Detektif Kelas Satu dengan dua puluh lima tahun
karier dan sejumlah penghargaan. Terluka tiga kali dalam tugas
dan tak pernah cuti bekerja lebih dari sebulan. Ia bahkan
pernah membunuh seorang pria. Satu kali. Seorang narapidana
bersyarat bernama Arturo Cruz yang tengah mabuk dan
Cuervo yang menyerangnya dengan pisau Stanley tepat setelah
Cruz menusuk istrinya hingga tewas. Francis, yang baru empat
belas bulan lulus dari akademi, menarik picu pistol dua kali dan
menjatuhkannya di lorong rumah petak Avenue C. Bukan
kenangan menyenangkan, tapi ia harus melakukan apa yang
harus dan persetan dengan mereka yang mempergunjingkan.
Sejak saat itu, ia menjebloskan para psikopat, penggorok
leher, peleceh anak, mafia, komplotan geng, dan pembunuh
bayaran murahan. Ia pernah melakukan operasi penyamaran
tiga bulan dalam sindikat perdagangan heroin besar di Loisaida,
yang saat itu pemimpinnya bersumpah-dan terdengar berkat
alat penyadap-akan memenggal kepala Francis jika bersaksi di
pengadilan. Alih-alih meminta perlindungan, Francis pergi ke
pengadilan dan tertawa di depan wajah si tolol itu. Tapi, kini ia
di sini, di rumahnya sendiri, di ranjangnya sendiri, di sebelah
ibu dari anak-anaknya, merasa takut pada kegelapan.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau pasti mengira dirimu cukup cerdik," ujar Patti. "Apa


maksudmu?"
"Dari caramu menutup-nutupi, memindahkan perabotan.
Membiarkan lampu menyala di lorong. Memintaku mengemudi
saat cahaya redup. Kukira kau habis minum-minum lagi."
Francis berusaha membujuknya. "Aku tak bermaksud
membohongimu, Sayang."
"Tidak, tentu saja tidak. Kau hanya tak ingin memberitahuku
bahwa kau akan menjadi buta."
Istrinya duduk dan menyalakan lampu baca.
"Berapa lama?" katanya, mengarahkan sinar pada matanya dan
mengatur nyala cahaya pada tiga derajat.
"Aku tak tahu. Kurasa aku sudah menyadarinya beberapa lama
sebelum pergi ke dokter-"
"Bukan, Francis. Berapa lama lagi hingga kau tak dapat melihat
sama sekali?"
Patti menyelidiki matanya dari dekat, seolah-olah bisa melihat
spikula-spikula itu mengumpul.
"Tidak lama lagi, mungkin. Ini bukan seperti bakteri pemakan
otot atau apalah."
"Tapi pamanmu pernah mengalami hal seperti ini, bukan? Kau
cerita tentang ia yang selalu berteriak padamu karena mencuri
pemantiknya padahal benda itu berada tepat di hadapannya."
"Yeah, tapi ia memang benar-benar brengsek. Aku tak akan
seperti itu. Kau tahu aku, aku bisa menjaga diri."
"Jadi, hanya itu? Ada perkara lain yang akan kau ceritakan
padaku? Kanker otak? Gagal hati?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak. Kau hanya akan menikahi seorang pria buta. Seperti


Ray Charles tapi tanpa musiknya. Kukira cukup itu dulu saat
ini."
"Brengsek kau, Francis. Kau kira ini lucu? Apa yang sudah kau
lakukan? Bercerita pada rekan-rekanmu di Coogan's sebelum
padaku?"
"Tidak, aku belum mengatakan pada siapa pun. Kupikir jika aku
tak mengatakan apa-apa, kebutaan itu tak akan benar-benar
terjadi."
"Aku istrimu." Patti menarik selimut dari suaminya. "Akulah
yang akan mengisi formulir asuransi dan membawamu ke
dokter. Tidakkah kau pikir aku berhak tahu?"
Francis mendengar suara hujan memukuli jendela dan
mendengarkan suara bocor di kamar mandi, merasa ngeri pada
tiap tetesannya di wastafel.
"Apakah kau akan meninggalkanku sekarang?" tanyanya.
"Apa?"
"Aku hanya mengingatkan bahwa itu sebuah pilihan. Kau tak
berharap akan menjadi pasangan seorang cacat, toh."
Patti menopang dengan sikunya. "Kau benar-benar berpikir aku
akan melakukan hal itu?"
"Kalau kau pergi pun aku tak akan menyalahkanmu. Tuhan juga
tahu, kau bisa saja melakukannya ratusan kali sebelum ini dan
tak ada yang akan menyalahkanmu."
"Ya, ampun, Francis, aku bukan ibumu."
Ia menyeringai seolah-olah istrinya itu menggarukkan kuku ke
wajahnya. "Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Maaf." Patti mencubit hidung suaminya. "Aku tak bermaksud


begitu. Aku hanya ingin bilang, kau tak akan kehilanganku."
Francis memeluk istrinya, bersyukur diam-diam. Namun di saat
bersamaan, ia bertanya-tanya berapa lama istrinya itu akan
tahan dengannya. Kau bisa mengatakan hal-hal yang
menyejukkan, memperlihatkan tindakan mendukung penuh
kasih, tetapi pada akhirnya, pria yang seharusnya menjaga
wanita. Tak berapa lama kemudian si wanita akan menyadari
betapa hal-hal yang bahkan paling sederhana sekalipun yang
dulu mereka lakukan bersama kini menjadi suatu siksaan.
Malam di bioskop. Makan malam romantis di restoran.
Berjalan-jalan di taman saat senja. Rasa kasihan akan mengikat
mereka selama beberapa waktu, tetapi ikatan itu akan
mengendur sejalan waktu. Sang perempuan akan kehilangan
kesabaran. Ia akan jengkel karena harus selalu mengemudi,
harus selalu menunjuk jika ada asap keluar dari kompor, harus
membuat-buat alasan ketika melewati kawan lama tanpa
mengenalinya. Perlahan-lahan, mereka akan mulai merenggang,
menjadi orang asing dalam jarak begitu dekat, yang satu
terang dan yang lain gelap.
"Jadi, kau benar-benar belum mengatakan apa-apa pada siapa
pun di kantor tentang ini?"
"Belum."
"Lalu apa yang akan terjadi kelak jika kau harus menyetir
malam hari?"
"Aku masih bisa menyetir cukup baik," jawabnya. "Malah, kau
tak tahu ada sesuatu yang salah hingga sekarang."
"Dan bagaimana jika kau harus mencabut pistol?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku tak ingat kapan terakhir kali aku harus melakukan hal
itu... "
Ia menengadah lagi, berpikir betapa ia dulu biasa melihat
keempat sudut langit-langit saat berbaring; detil di sekitar
tepinya, ventilasi di atas lemari, bentuk ganjil di samping
jendela berisi saluran gas lama. Tetapi kini semuanya hitam
kecuali lingkaran cahaya kecil dari lampu meja di atas kepala.
"Dengar, aku tidak sesembrono itu," ujarnya.
"Jadi, kapan kau akan mengatakannya pada mereka?"
Ia berusaha menarik napas dalam-dalam, tapi paru-parunya
seakan mengerut sampai sebesar aprikot kering.
"Aku selalu berkala akan pensiun tepat setelah mendapatkan
promosi bulan April nanti." Ia meremas rambut belakang
istrinya. "Lima ribu dolar ekstra setahun, dan terakhir
kudengar perguruan tinggi New England tidak menurunkan
biaya kuliahnya."
Segala hal setelah itu berada di luar pemikirannya. Apa yang
akan ia lakukan setelah pensiun nanti? Ia berusaha memikirkan
masalah itu secara praktis beberapa minggu terakhir.
Pekerjaan penyelia keamanan yang ingin ia lamar di Wall Street
di luar jangkauan: tak akan ada panggilan untuk penyelia dengan
mata yang terus memburuk. Ia bahkan tak akan bisa
menunjukkan sikap santun untuk meminta orang
memperlihatkan kartu identitas mereka di lobi. Lingkaran
cahaya di atas kepalanya meredup sedikit. Sudah pasti ia tak
akan menghabiskan waktu bermain golf bersama mantan polisi
lain. Dan lupakan tentang kapal layar yang bertahun-tahun lalu
berniat ia beli. Ia mungkin bahkan tak akan cukup berguna
membantu Patti berkebun di halaman belakang.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidakkah seharusnya kau memberi tahu mereka lebih cepat?"


"Sama sekali tidak."
"Mengapa tidak?"
"Aku sedang menangani dua kasus besar, Patti. Menurutmu, aku
harus bagaimana? Pergi begitu saja?"
"Tentu. Masih ada polisi lain yang bisa menanganinya." "Tidak.
Kasus ini milikku. Aku yang bertanggung jawab." "Itu egomu
yang bicara."
"Kau mengatakannya seolah itu hal yang buruk." Ia menaruh
tangannya di atas dada, seolah merasa terhina. "Ego itu telah
bersikap sangat baik padaku selama ini."
"Jangan seperti bajingan, Francis."
"Baiklah." Ia mengangkat tangan, mengulangi dengan tulus. "Kau
sebelumnya bertanya, bagaimana perasaanku jika ternyata aku
menjebloskan orang yang tak bersalah. Benar?"
Istrinya mengangguk hati-hati, waspada akan jebakan.
"Nah, aku hanya mencoba memastikan semua dilakukan dengan
benar, aku tak akan membiarkan siapa pun mengambil berkas
dari mejaku dan mulai mengkritik caraku menjalankan
penyelidikan."
Patli mendadak duduk dan memeluk lututnya. "Francis, apa ada
hal lain yang belum kau ceritakan padaku?"
"Tidak. Apa misalnya?"
"Aku tahu kau. Aku tahu jika kau menyimpan sesuatu darikusetidaknya, kukira aku tahu. Apa ada sesuatu terjadi antara
kau dan Julian yang belum kau ceritakan?"
Francis menengadah dan dilihatnya lingkaran cahaya di atas
kepala mengerut lebih kecil lagi.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa yang ingin kau tanyakan padaku sebenarnya, Patti?"


Istrinya membiarkan pertanyaan tersebut mengambang
beberapa lama. Suara bocor di kamar mandi mulai menderas
kembali. Ini akibatnya jika tidur bersama seorang mantan
jaksa.
"Aku bertanya, apakah saat itu kau melakukan sesuatu yang
tak boleh kau lakukan?" ucap Patti dalam nada rendah
disengaja.
Ia memaksa diri menatap istrinya, sadar ia telah sedikit
menakutinya. Dua puluh dua tahun ia telah memintanya
bersabar dalam banyak hal. Ia membuatnya melonggar dan
menerima hal-hal dalam hidup yang mestinya ditolak dan
mungkin bisa ia pakai sebagai alasan mengusirnya keluar. Dan
tiap kali, entah bagaimana, istrinya itu membesarkan hati dan
menyisakan ruang di hati untuk menerima dirinya. Seperti
membuat jalur khusus dan titik akses bagi orang cacat. Tetapi
ini sudah keterlaluan. Ia tak akan bisa mendengar pengakuan
suaminya sambil tetap mencintai. Jika berusaha membuat diri
cukup besar hati untuk menerima, ia akan meledak. Dan, karena
itulah Francis memutuskan tak akan meminta hal itu darinya.
"Sayang, aku hanya ingin berkata, tolong biarkan aku
menyelesaikan apa yang telah kumulai. Oke? Jangan
memancingku bertengkar. Jika ada sesuatu yang salah dalam
kasus ini, biar aku yang memperbaiki. Kau tahu jika tidak
begitu kau tak akan hidup bersamaku."
"Memang."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Patti berbalik dan mematikan lampu. Mereka berbaring


berdampingan dalam gelap, hujan bagaikan jackpot
menggempur jendela.
"Francis?" ia menyikut perlahan di bawah selimut. "Apa?"
"Cobalah untuk menjadi orang baik. Oke?"
35
Dua puluh tahun di penjara memberi pengaruh banyak pada
keahlian bercinta seorang pria. Sebagian besar gerakan
bercinta yang pernah Hoolian lihat hanya berasal dari majalah
porno atau yang ia lihat di ruang tunggu, saat para penjaga
secara rutin harus menghentikan main-main tangan di bawah
meja dan bercinta sembunyi-sembunyi. Akibat tak punya
hubungan dengan wanita nyata di luar, Hoolian tak dapat
merencanakan kunjungan intim. Alih-alih begitu, pada bulan
pertama di Attica, ia menemukan dirinya sendirian di pancuran
bersama lelaki besar bernama Dirty D., yang berdiri di bawah
curahan air, menatapnya dan menyabuni bagian intimnya terusmenerus hingga Hoolian bertanya, "Sedang apa, Bung?" Dan,
bandit itu hanya merendahkan satu kaki untuk menyabuni
bagian dalam salah satu celah dan menjawab, "Menurutmu
sedang apa? "
Ia hampir tak dapat keluar dari situasi itu hanya dengan
hidung patah dan gigi tanggal. Untungnya, setelah itu, ia
mendapat perlindungan dari penjahat narkotika bernama
Ronnie Raygun dan beberapa anggota geng yang ia beri nasihat
hukum. Sementara itu, kebutuhan biologis itu tak pernah pergi.
Hasrat itu tampaknya selalu datang pada saat-saat terburuk.
Pagi hari, saat larut malam, saat melamun di dapur, menatap
bentuk payudara dan pantat di awan ketika berada di lapangan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

olah raga. Berapa kali ia hampir menggergaji jarinya atau


memaku paku ke buku jari gara-gara tak berkonsentrasi di
kelas pertukangan? Seakan-akan seluruh tahun berlalu saat ia
tak mengerjakan apa pun kecuali berkhayal tentang wanita dan
satu-satunya sumber informasi yang dapat diandalkan yang ia
miliki tentang cara memuaskan mereka adalah sebuah buku
yang beredar di seluruh blok berjudul Rahasia Bercinta
Lesbian Bagi Pria.
Karena itulah rambut halusnya menegang ketika pertama kali
Zana menyentuh. Tak ada irama atau tegangan sama sekalihanya mengutuki diri sendiri.
"Kau tak apa-apa?" Cara perempuan itu menyentuh bahunya
sambil tersenyum bersimpati hanya membuatnya bertambah
buruk.
"Ya, hanya sudah lama sekali."
"Bisa kulihat." Zana setengah tersenyum dan mulai berpaling,
bilah bahu tipisnya bergetar sedikit. "Jangan khawatir... "
"Kau menertawakanku?" tanya Hoolian.
"Tidak, tentu saja tidak."
"Kau menertawaiku." Ia merasa seakan dirinya tenggelam
dalam lautan kecut penghinaan. "Mengapa kau tak menatapku?"
"Aku mencari kaus."
"Kubilang, lihat aku."
Tiba-tiba Hoolian menangkap dan mendorongnya ke ranjang
sofa, terlupa akan putra Zana yang tidur di ruang sebelah.
Zana melawan dan berusaha menendang.
"Apa-apaan kau?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia harus membuktikan sesuatu sekarang. Diraihnya


pergelangan kaki wanita itu. Punggung wanita itu melengkung,
seolah ada jeritan terperangkap di dada.
"Bukaaaan, tidak seperti ini..." ia terengah.
Terasa olehnya wanita itu menggeliat dan mencengkeram
segenggam rambutnya. Ia menahan diri, merasa yakin wanita
itu akan segera berteriak memanggil polisi. Tetapi sebelum ia
dapat menangkupkan tangan di mulut Zana, perempuan itu
berguling sedikit dan menyelipkan bantal di bawah bokongnya.
"Nah," ujarnya, menempatkan diri di atas alas itu. "Lebih
nyaman."
Semua terlihat dan tercium hanya sedikit berbeda dari yang ia
perkirakan. Tak buruk sama sekali, namun lebih...manusiawi.
Secara naluriah, ia mengerti, ia tak boleh menyentak atau
bergerak terlalu cepat. Kesabaran adalah sesuatu yang ia
punya, dan perlahan ia mulai menemukan arah.
Zana mengatakan hal-hal yang tak ia mengerti. "Shume mire."
Terdengar suara senandung dari tenggorokannya.
Lalu mendadak, Hoolian berada dalam misteri itu. Tidak hanya
seorang lelaki di luar realitas, membangun mitos. Mereka pun
bercinta. Mula-mula mereka bercinta di sekeliling tempattempat yang tak pernah mereka ceritakan satu sama lain.
Kemudian mereka bercinta seolah waktu terhenti. Mereka
bercinta untuk melupakan kenangan buruk. Mereka bercinta
seakan uang dan keyakinan serta perbatasan negara bukan
merupakan persoalan. Mereka bercinta untuk melupakan derita
dan dahaga. Mereka bercinta seakan mereka bintang film dan
bukan hanya dua orang kesepian di apartemen kumuh di Coffey
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Street. Mereka bercinta seakan mereka tak akan pernah


bercinta lagi.
Kemudian mereka bergerak menjauh sedikit satu sama lain dan
mendengarkan suara curah hujan ke saluran air di bawah
jendela. Kota itu sedang tertidur. Mendengkur. Berguling di
sisi ranjang.
"Kau tak apa?" tanya Hoolian setelah beberapa lama.
"Ya. Aku...cukup...puas."
Hoolian berbaring dan menengadah, mendengarkan suara peluit
kabut di kejauhan.
"Berapa lama?" ucap Zana akhirnya. "Apa?"
"Berapa lama sejak kau berpisah dengan gadis itu?"
"Ssh." Ia menaruh punggung lengan di atas alisnya. "Begitu
burukkah aku?"
"Tidak... hanya begitu...agresif.'"
"Apakah itu bagus?"
"Biasanya aku lebih suka tak seberapi-api itu, tetapi... tak
masalah."
Ia mendengar suara roda truk mencipratkan genangan air ke
pinggir jalan.
"Dua puluh tahun," ujarnya.
"Maaf?" Tersadar olehnya wanita itu sudah hampir tertidur.
"Kubilang, sudah dua puluh tahun sejak aku mencoba bercinta...
"
Ia bisa saja membangunkan dan menceritakan segalanya.
Tentang tulang kering dan peristiwa pancuran itu; tentang
sekelompok angsa terbang melewati

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menara penjaga; aroma van yang dipakai memindahkannya dari


satu gedung penjara ke gedung lain; samar-samar tersadar tiap
kali melewati satu gerbang baru, kau semakin mirip orangorang yang bersamamu sepanjang waktu dan semakin jauh dari
orang di luar sana.
Tetapi wanita itu menggeliat ke samping tubuhnya dan menaruh
kepala di samping, dan ia dapat merasakan pipinya menyentuh
telinga dan napas hangat di samping wajah Zana. Ia tak bisa
melakukan itu. Ada sesuatu yang terlalu manis dan penuh
pengharapan tentang saat ini yang tak tega dirusaknya.
Aku tak ingin keadaan menjadi lebih baik. Aku tak ingin
menjadi lebih buruk. Cukup biarkan seperti ini untuk beberapa
saat.
Jika ia bercerita, wanita itu tak akan berbaring telanjang di
sebelahnya di bawah cahaya bulan, dengan anaknya tidur di
kamar sebelah. Akhir kesendiriannya mulai terlihat. Zana tak
akan mengundangnya makan malam dengan serta-merta atau
membayangkannya diri sebagai ayah pengganti bagi anak yang
kini ia sadari diinginkannya.
Wanita itu akan mendengarkan seluruh cerita dan berpurapura percaya, tetapi kemudian akan bertanya ini-itu dan
bertanya-tanya apa lagi yang belum ia beberkan. Ia akan
sedikit mendingin ketika lelaki itu menyentuhnya lagi dan
kemudian berpikir tentang apa yang ia dengar mengenai orangorang yang pernah dipenjara. Setelah itu ia akan berhenti
membalas pesan-pesannya. Dan, tak lama kemudian nomor
teleponnya diganti.
Air mengucur ke dalam pipa. Kapal membunyikan peluit lebih
samar kali ini. Besok, ia kembali menjadi dirinya yang semula.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Matahari akan muncul dan menguak lewat sorot menyilaukan


tanpa belas kasihan. Yang ia inginkan saat ini hanya terus
seperti ini, sedikit lebih lama lagi, melamun beberapa saat,
setidaknya hingga hujan reda.
BAGIAN VI
BAYANGAN KUSUT
Sekelompok pria duduk di sebuah kantor di daerah elit dengan
dasi tergantung menjulur, seperti lidah anjing terengah-engah.
"Mulai periksa nomor-nomor telepon dan komputer hari ini,"
tukas Francis pada "Yunior" Barbaro, Rashid, dan si rambut
kelabu Jimmy Ryan. "Pastikan kita menyerahkan sampel DNA
dari bawah kuku Christine itu ke semua negara bagian dan bank
data federal."
"Kami telah melakukannya sejak kemarin malam." Yunior
memutar kursi, membela diri. "Kau kira kami tak memeriksa
jika si pelaku pernah ditangkap sebelumnya?"
"Aku hanya berkata, berpikirlah terbuka. Mulailah
menghubungi berbagai daerah untuk mencari catatan akta
kelahiran. Periksa jika Eileen punya putri lain yang belum ia
ceritakan pada kita"
"Yeah, semoga berhasil," kata Yunior, mengecek ponselnya.
Ia memakai salah satu seri Nokia terbaru dengan berbagai
dering dan bunyi yang menunjukkan waktu, tanggal, pesan
pendek, gambar berkualitas prima, pola cuaca di Indonesia,
tetapi tak bisa menerima telepon dari satu jalan ke jalan lain di
daerah-daerah tertentu. Seperti halnya Yunior, ponsel itu
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

merupakan model baru dan berkilau namun terlalu memaksa dan


entah mengapa tetap belum berhasil meyakinkan.
"Hey, kita tahu yang kita cari adalah seorang wanita," kata
Francis. "Kita tahu ia meninggalkan sampel di TKP pada 1983
juga. Dan kita tahu ia punya hubungan keluarga dengan Eileen
Wallis."
Letnan polisi yang bertugas, Joe "Bodega Coffee" Martinez,
tergesa-gesa masuk ruangan. Ia pria ramah dan tambun yang
dikenal Francis saat di bagian narkotika dulu, selalu menghilang
tepat sebelum razia, dan berkata, "Aku akan membawa kopi
untuk kalian semua dari bodega di dekat sini." Sekarang, dua
ambisinya adalah memastikan pasukan berjalan lancar dan
makan di setiap restoran steik bermutu dari satu ujung negeri
ke ujung lain-mirip seperti film lama Burt Lancaster The
Swimmer, hanya kolam renangnya diganti dengan sirloin.
"Ada kabar tentang penggalian kubur itu?" Rashid menengok.
"Nol," jawabnya, menepuk perut. "Tak ada yang mau menggali
kuburan Allison kecuali memang benar-benar perlu. Bisa kau
bayangkan bagaimana beritanya di Postl"
"Ya, kalau Loughlin mau bersusah-payah memeriksa label nama
sebelum mereka mengubur gadis yang salah, kita tak mesti
berpayah-payah sekarang." Yunior mematikan telepon.
"Hey, terkutuk kau, Yunior. Kau masih butuh tangga tambahan
agar bisa memperdayaiku."
"Oh, mulai lagi." Jimmy Ryan menepuk tangan. "Katie, halangi
pintu." "Legenda dalam impiannya sendiri," gumam Yunior.
"Banci sekolah." Francis menyeringai. "Ayolah, kawan-kawan,"
kata sang letnan. "Tak bisakah kita saling akur?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Rashid menatap tajam padanya.


"Dengar," kata Francis, membiarkan ketegangan mereda
sesaat. "JC hanya memintaku untuk berpikiran terbuka, jangan
menekan terlalu keras pada satu orang. Jadi mari kita
longgarkan sedikit."
"Apa maksudmu?" kata si letnan.
"Tengah malam kemarin aku berpikir." Mereka tak perlu tahu
tentang masalah atapnya yang bocor dan interogasi di tempat
tidur setelah itu. "Ini cuma pendapatku saja. Oke?"
Ia senang melihat mereka semua sedikit memajukan badan ke
arahnya, seperti para aktor dalam iklan lama E. F. Flutton yang
berbunyi, Ketika Francis X. bicara, semua mendengarkan.
"Jadi aku tidak benar-benar menghapus nama Hoolian, aku
hanya bertanya: orang tua Christine Rogers mengatakan ia
diadopsi, bukan begitu?"
Rashid mengangguk hati-hati, menegaskan bahwa Jimmy,
Yunior, dan sang letnan juga mengetahuinya.
"Sudah ada yang memeriksa siapa ibu kandungnya?"
"Brengsek!" Wajah Yunior mengembang seperti permen karet
di bawah potongan rambut seharga sembilan puluh dolar. "Kau
bercanda."
"Tentu aku serius," ujar Francis. "Kita tahu ada hubungan
darah dalam kedua kasus ini dan kita tak tahu siapa ibu
kandungnya. Jadi kita harus mencari segala kemungkinan."
"Tapi orang perlu waktu bertahun-tahun untuk menyelidiki hal
itu. Kau tentu pernah dengar aturan kerahasiaan tentang
adopsi, kan?"
"Kalau begitu lebih baik berhenti buang waktu dan mulai
hubungi Bagian Hukum untuk memeriksanya,'" kata Francis,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menggerak-gerakkan alis sementara telepon di meja berdering.


"Bukannya aku menyuruh-nyuruh."
"Kenapa bukan ia saja yang melakukannya?" Yunior
menelengkan mata pada Rashid. "Ia yang berasal dari bagian
itu."
"Allahu akbar, Saudara." Rashid mengacungkan kepalan Black
Power. "Hamba bagi tuan yang sama."
"Tetap saja tak masuk akal." Yunior berpaling kembali pada
Francis. "Allison berusia dua puluh tujuh ketika meninggal pada
1983. Christine berusia sama bulan Februari tahun ini. Itu
berarti ia berusia tujuh tahun ketika Allison terbunuh."
"Karena misteri ini masih belum terungkap, kita andaikan saja
kita yang mengaturnya." Francis beranjak meraih telepon.
"Pasti kau tak pernah tahu siapa yang mengatakan itu di
Dartmouth...Halo..."
"Francis Loughlin?"
"Ya, saya. Ada yang bisa saya bantu, Nona?" "Judy Mandel dari
Trib."
"Oh."
Anggota skuad lain bergegas pergi seolah-olah tanda
radioaktif baru saja dipasang di leher, entah bagaimana
merasakan kehadiran pers atau atasan di saluran telepon.
"Apa saya mengganggu waktu Anda?" "Sebenarnya..."
"Kalau begitu saya akan cepat." Ia terdengar seperti tipe
perempuan mudah gugup yang terus-menerus harus
mengingatkan diri sendiri untuk mengucapkan tolong dan
terima kasih. "Saya tengah meliput tentang hubungan antara
kasus Allison Wallis dan Christine Rogers."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Oh, begitu?" Francis mengubah posisi telepon dari bahu satu


ke bahu lain, tak ingin terjebak dalam trik lama memastikan
sebuah kisah dengan menyetujui dugaan. Dan, kapan Anda
berhenti memukuli anak-anak Anda?
"Siapa bilang kedua kasus itu berhubungan?" Ia mencoba
membuatnya bingung.
"Ayolah. Kita sama-sama dewasa."
"Nah, itu berarti kita akan berbincang dengan serius."
Seseorang telah membocorkan. Matanya mengembara di
ruangan mencari tersangka yang mungkin. Tak mungkin Ryan.
Satu-satunya reporter yang berurusan dengannya adalah
orang-orang Irlandia tua yang tampak seolah
mengejar mobil-mobil yang diparkir dan bercukur di pinggir
jalan. Si letnan punya kemungkinan, karena begitu gemarnya ia
akan steik. Sebuah fillet mignon di Sparks dapat seharga satu
kolom bagi penulis dunia hiburan di sebuah mingguan. Rashid
tampaknya tak mungkin, karena relatif baru terlibat. Namun
Yunior punya kemungkinan, karena selalu tampak berhubungan
dengan sejumlah orang luar.
"Oke, jika Anda tak bersedia bicara, saya akan menuliskan
informasi yang saya punya," ujarnya. "Meski saya bakal merasa
tak enak, membeberkan kisah tentang kalian yang mengacaukan
dua kasus tanpa komentar sama sekali dari Anda."
Kereta berlalu melewati jendela lagi, membawa getaran ringan
ke ruang skuad.
"Anda mendapat izin untuk bicara denganku dari Bagian
Hubungan Masyarakat?" tanya Francis, berhati-hati tak
menaikkan nada suaranya.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Saya pikir pembicaraan ini tak perlu terang-terangan."


Ia menyelipkan jari sembunyi-sembunyi ke bawah kerah, sadar
dirinya tak punya pilihan. "Jadi, apa yang ingin Anda ketahui?"
"Bagaimana Anda bisa memperoleh DNA dari seseorang yang
sudah mati dua puluh tahun lalu pada tubuh korban pekan
kemarin?"
Satu kereta berlalu lagi ke arah lain, menderak-derakkan
kaleng Diet Coke di bingkai jendela.
"Ah, itu omong kosong." Ia tertawa. "Ada yang main-main
denganmu."
"Dan mengapa seseorang harus mengarang cerita seperti itu?"
"Saya tak tahu apa yang ada dalam pikiran pengacara,"
katanya, masih berusaha mengira-ngira narasumber reporter
itu. "Saya cuma bilang, Anda sudah melenceng jauh dari kasus.
Apa lagi yang Anda punya?"
"Saya tahu Anda mencari Julian Vega untuk tersangka kasus
Christine Rogers."
Francis mulai gelisah seperti pecandu, mematahkan klip kertas
dan mengencangkan bengkokan logamnya. Ia bisa mengetahui
lewat berbagai cara, batin Francis. Penjaga apartemen
Christine bisa saja membocorkan rahasia itu setelah mereka
memperlihatkan sejumlah foto dengan Hoolian di dalamnya.
Atau seseorang dari TKP mungkin ia suap. Bahkan Hoolian
sendiri mungkin menyadari sesuatu sedang terjadi setelah
Francis berusaha mengoreknya di toko swalayan- meski,
Francis tak mengerti, alasan ia mesti memberi tahu pers.
"Kami mencari banyak orang," ujarnya, memutar-mutar ujung
klip. "Tak berarti apa-apa."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Lalu mengapa kalian bolak-balik dari kantor forensik dan


petugas barang bukti berkali-kali, berusaha membuktikan
bahwa itu DNA Hoolian pada TKP kedua gadis itu?"
"Kami berada di kantor-kantor tersebut sepanjang waktu. Ini
bagian pembunuhan. Kami menangani banyak kasus di sini."
Mungkinkah Dr. Dave dari laboratorium yang membocorkan
informasi ini? Tak mungkin. Tak banyak ilmuwan forensik yang
memuntahkan isi perutnya pada pers setelah pulang bekerja di
bar lokal.
"Bukannya menyinggung, tapi saya rasa ada yang
mempermainkan Anda, Nona. Satu hal yang Anda pelajari dalam
pekerjaan ini: setiap orang bicara pada Anda untuk satu
alasan."
"Maaf, saya yang mewawancarai Anda atau Anda yang
mewawancarai saya?"
"Saya hanya berkata, setiap orang punya agenda masingmasing. Bahkan domba kecil lugu seperti Anda dan saya."
Dua meja jauhnya, Yunior melirik dan membungkus ujung dasi
Hermes meliliti jarinya.
"Jadi, apa penjelasan Anda tentang mengapa Anda bahkan tak
bisa menemukan DNA Julian Vega di bawah kuku Allison Wallis
di TKP tahun 1983?"
"Yang bisa saya katakan hanyalah bahwa penyelidikan masih
berlanjut." Francis menyusun kertas-kertas di meja, hanya
agar tangannya tetap sibuk. "Kami tak akan menyampaikan
apapun yang dapat mengganggu penyelidikan kasus ini."
"Begitu," ujar perempuan itu. "Kalau begitu, bagaimana Anda
menjelaskan bahwa yang Anda temukan di kedua TKP yang

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

terpisah waktu dua puluh tahun itu adalah DNA wanita yang
sama? Apakah Anda salah mengurus barang bukti?"
"Sama sekali tidak." Ia dapat merasakan ketegangannya naik
kembali di belakang kaki. "Ini benar-benar fiksi. Maaf, fiksi
ilmiah."
Perempuan itu menyudutkannya dan ia tahu itu. Tak menyisakan
jalan keluar. Francis menggigiti bagian dalam pipinya, tahu ia
harus menghindar. Segera setelah informasi ini sampai pada
pers, orang-orang aneh akan bermunculan mengganggu
penyelidikan.
"Apa?"
"Dengar, sangat disayangkan Anda keliru menafsirkan ini
semua di saat kami hendak melakukan penahanan."
Rashid, yang berlalu membawa kardus berisi tumpukan berkas,
menoleh.
"Kapan penahanan itu akan dilakukan?" tanya perempuan itu,
menyela.
"Dalam waktu dekat." Ia membungkuk di kursi, penuh tipu
seperti jago judi. "Kami hanya tinggal mengatur beberapa hal
untuk meminta surat perintah penggerebekan. Anda tahu
bagaimana keadaannya. Tak ada yang ingin menyajikan makanan
yang belum matang."
"Jadi, berapa lama lagi? Seminggu? Sebulan?"
"Kalau Anda mau, saya bisa menyampaikan pemberitahuan
sebelumnya. Sekali adil tetap adil."
Jimmy Ryan menyeringai paham pada Francis sambil berlalu
melewatinya, mengerti tingkahnya menjadi bajingan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Anda tak mempermainkanku, kan?" tukas Judy Mandel dengan


nada cemas, seakan ia terjebak di persimpangan dan semua
orang membunyikan klakson. "Jika saya menahan cerita DNA
ini dan ternyata itu benar, saya akan bunuh diri."
Francis melayangkan tanda 'semua beres' pada Jimmy, aman
untuk sementara. "Dan, jika Anda membeberkan kisah ini dan
ternyata itu hanya omong kosong, Anda akan disingkirkan. Jadi,
situasi kita sama."
"Brengsek."
Francis hampir dapat mendengar perempuan itu mengunyah
pensil di ujung sana. Ia membayangkan kawat gigi terpasang di
antara gigi-giginya yang kecil.
"Saya cuma ingin bilang bahwa jika saya tak mendapat kabar
dari Anda akhir minggu ini, saya akan membeberkan kisah ini,"
ia memperingatkan.
"Sesuka Anda."
Segera setelah telepon ditutup, Yunior menoleh pada Francis
dengan telapak tangan rata di atas meja, seperti juara klub
debat Dartmouth. "Saint Augustine," katanya.
Noda hitam mengambang di depan matanya. Ia berusaha
menyingkirkan noda itu dengan berkedip.
"Ia berkata, 'Karena misteri ada di depanku, andaikan saja kita
yang mengaturnya.'"
"Jean Cocteau, surealis." Francis meraih buku Kutipan Umum
Bartlett 's dan menyodorkan itu pada Yunior. "Ketahui siapa
narasumbermu, Brengsek."
37

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian merayap keluar dari kamar tidur Zana pagi itu dan
menemukan Eddie duduk menyilang kaki di lantai kayu,
menonton Super Friends dengan mata terbuka lebar penuh
kekaguman, yang mungkin tak ditunjukkan kebanyakan anak
Amerika untuk film kartun buruk seperti itu. "Terima kasih
telah menyelamatkanku, Aquaman!" Sesosok makhluk kelabu
berlendir berenang keluar dari tiram raksasa tepat saat tiram
itu menutup di atas sang Pelindung Lautan pirang berkaus
oranye. "Sayang, aku tak bisa membalas budimu!"
Ia duduk di sebelah anak itu. "Tidak bisa terlalu lama di air,
ya?" Ia berusaha mengingat-ingat aturan pokok tokoh itu.
"Tapi ia memiliki telepati khusus yang membuatnya bisa bicara
dengan ikan."
Tanpa berkata-kata, anak itu merangkak ke pangkuannya
kembali dan meringkuk di dalamnya mencari kehangatan.
"Ia akan lolos, kau tahu?" Hoolian melingkarkan tangan pada
anak itu, seolah mereka terbiasa melakukan hal itu selama
bertahun-tahun. "Makhluk licin sulit dipegang lama-lama."
Saat acara itu berakhir, ia pergi ke dapur, mencari-cari ceret
dan wajan, dan membuat oatmeal untuk mereka bertiga dengan
terlalu banyak gula dan sirup di atasnya, dan menghidangkan
untuk Zana di tempat tidur. Wanita itu duduk dan menatap
dengan pandangan ngeri. "Kau tak akan melakukan ini setiap
waktu, kan?" Apakah itu artinya ia takut dirinya akan
melakukan lagi, atau sebaliknya? Hoolian mengangkat bahu,
pergi mandi tanpa membuat balutannya basah, dan kembali
mengenakan pakaian kemarin. Ia pergi bersama ibu dan anak
itu ke tempat penitipan Eddie di Van Brunt Street dan
menemani Zana ke stasiun di Smith and Ninth Street. Berapa
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

lama Aquaman dapat berada di luar air, omong-omong? Sejam


atau sehari? Setelah beberapa lama, harus kembali ke habitat
asal.
Ia menumpang kereta bersama Zana ke kota, berdua
memegang tiang yang sama, dikelilingi himpitan tubuh-tubuh,
saling bertatapan satu sama lain untuk sesaat, mengingat-ingat
peristiwa tadi malam dalam barisan kerlip lampu rel,
berbagi rahasia saat orang lain membaca koran pagi,
mengancingkan mantel kulit, dan mendengarkan via headphone.
Jadi, beginilah orang-orang normal hidup. Mereka bercinta,
kembali mengenakan pakaian, lalu bergabung dengan warga
bumi lain. Tapi dalam kepala mereka, senandung itu terus
mengalun, dan sesekali mungkin tersenyum pada yang lain. Di
suatu tempat nun jauh di lubuk hati, ia menyadari betapa
dirinya menginginkan hal ini.
Berapa lama Hoolian bisa bersandiwara bahwa dirinya sanggup
bernapas di daratan? Tak lama lagi wanita itu akan tahu siapa
dirinya, rahasianya. Zana akan menjauh dan melindungi
anaknya. Dan, itu akan membunuhnya. Ia tak akan mampu
mengatasi. Sesuatu telah berubah sejak ia memperbaiki pintu
kamar mandi kemarin malam dan menonton Aquaman pagi ini
dan itu amat menakutkan. Karena, itu berarti ia punya lebih
banyak lagi hal yang mungkin hilang. Ia mulai jatuh cinta tak
hanya pada wanita itu, tapi pada mereka,berpikir bisa menjadi
seseorang untuk menemani mereka tiap malam, seseorang yang
tahu letak penyimpanan bohlam, seseorang yang tahu cara
menyalakan pemanas di malam-malam Februari yang dingin dan
membelikan sepeda pertama anak itu. Seseorang yang
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mengajak mereka ke Orchard Beach pada Peringatan Empat


Juli dan membuat hidangan panggang. Ia menginginkan
semuanya dan lebih daripada sekadar itu. Ia menginginkan seks
dan rasa syukur serta malam-malam menonton tayangan ulang
acara TV bersama. Ia menginginkan semua yang ia lewatkan.
Dan, ia takut tak memperoleh semua itu.
Mereka turun di Union Square dan berhenti di puncak tangga.
Zana mengangkat dagu dan berjingkat, hingga alis mereka
bersentuhan.
"Mengapa aku tak pernah bertemu seseorang sepertimu
sebelum ini?" ucapnya. "Aku tak tahu. Beruntung saja, aku
kira."
38
Radio di gudang barang bukti itu menyala keras dan Brian
Mullhearn ikut bernyanyi sekuat paru-parunya saat Francis
muncul bersama Rashid, Yunior, dan Jimmy Ryan.
"Some stupid with a flare gun... "
Francis melangkah ke meja Mauler dan menaruh tangan di
kedua sisinya seolah ia akan terguling.
"Apakah kau teliti, Brian?" tanya Francis.
"Apa?"
"Kubilang, apa kau menganggap dirimu pengamat sifat manusia
yang cermat?"
"Aku tak mengerti." Mata berwarna penghapus itu bergerak di
bawah lapisan berair keruh.
"Maksudku, saat sama-sama bekerja di bagian narkotika, kita
punya banyak kesempatan untuk melakukan pengamatan,
bukan? Berjam-jam di mobil mengawasi dengan teropong, kau
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

belajar banyak tentang manusia. Kau tahu bagaimana mereka


menghampiri satu sama lain. Bagaimana mereka berpura-pura
berkawan padahal saling menyimpan dendam dan bagaimana
mereka menunggu kesempatan untuk membalas... "
"Apa maksudmu, Francis?" Mauler mematikan radio.
"Aku mendapat telepon dari seorang reporter kemarin. Ia
mendapat cerita mengenai kasus kami yang berasal darimu."
"Omong kosong." Mauler berusaha mengalihkan pandangan.
"Jimmy, bisakah kau bilang pada bajingan ini untuk meminum
obatnya kembali?"
lapi, Ryan menggelengkan kepala, tak ingin ikut campur dalam
masalah mereka. Dua pegawai sipil di kantor itu- seorang India
dengan sabit bulan perak di leher dan wanita berkulit hitam
yang tengah hamil-menyibukkan diri.
"Hanya kau yang tahu kami sedang berusaha mengambil
kembali semua bukti lama kasus Allison Wallis."
"Lalu kenapa? Kawanmu, Detektif Ali ini, juga muncul dua hari
sekali selama seminggu lebih ini. Kenapa kau tak menanyainya?"
Rashid melemparkan senyum dingin, tahu bahwa ucapan itu
melenceng jauh, tak mengenai sasaran.
"Tidak, Brian, ia punya karier yang mesti dijaga," Francis
menjelaskan. "Kau, di lain pihak, hanya duduk di sini,
membocorkan info pada koran-koran dari TKP Christine Rogers
dan kau yang punya kekasih yang kau hamili, bekerja menyusun
berkas di laboratorium kriminal."
Mauler mencopot kaca mata dan menunduk sambil menyekanya
dengan ujung dasi, tak punya jawaban segera.
"Kau akan menjadi bajingan penuh dendam karena kau dan aku
punya masalah di masa lalu. Sekarang bicaralah dengan jantan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

atau tutup mulut brengsekmu itu. Oke? Kau tak perlu


membocorkan infonnasi pada pers hanya untuk
membalas dendam. Kau merusak dua investigasi pembunuhan.
Begitukah caramu menunjukkan rasa hormat pada rekan-rekan
kerja?"
"Aku tak tahu apa yang kau bicarakan."
"Lihat aku, Brian."
Kursi Mauler berderak saat ia bersandar. "Kubilang, lihat aku."
Francis mendorong mainan robot mekanis tua yang terletak di
meja di antara mereka.
"Kau melihatku sedang menoleh ke kiri atau kanan? Kau
melihatku melakukan yang lain kecuali menatap apa yang di
hadapanku?"
"Itu tak ada kaitannya denganku, Francis."
"Teruslah berkata seperti itu, Brian. Karena itu membuatku
merasa enak dan marah. Karena aku tak peduli tentang apa pun
saat ini. Aku tidak makan, tidak tidur, tak lagi menghabiskan
waktu dengan istri. Padahal aku sungguh-sungguh mencintai
istriku. Jadi, ketika telah bekerja keras menangani kasus itu
dan seseorang menyia-nyiakannya, aku cenderung tak toleran."
"Kau sudah melampaui batas." Mauler memandangnya susah
payah. "Ini hanya pengejaran tukang sihir."
"Tidak, dan karena kau begitu peduli pada definisi, 'pengejaran
tukang sihir' artinya Provost memeriksamu untuk mesin
pengering cucian yang hilang dari gudang bulan lalu dan
memeriksa catatan telepon ponselmu untuk membuktikan
bahwa kau menghubungi perempuan dari koran itu." Francis

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mendorong formulir di depannya. "Hukuman dilakukan setelah


kau pensiun. Sangat berbeda."
"Aku akan menghubungi atasanku," ujar Mauler.
"Lakukan dari telepon umum di sudut." Francis melemparkan
pandangan darinya dan memberi isyarat pada pegawai sipil itu
untuk mengambil alih berkas. "Menyingkir dari penglihatanku."
39
Dalam mimpi, ia berada di pantai bersama Zana dan Eddie, yang
entah mengapa berubah menjadi sepasang layang-layang warnawarni yang terbang rendah di atas sejumlah kabel telepon. Ia
melirik dari bahunya dan berlari ke arah laut, menjaga kedua
layang-layang itu tetap terbang tinggi dan mengurai dengan
bola benang di tangan. Kemudian ia sadar bahwa ia lupa cara
berenang.
Namun, gelombang itu tetap ia naiki, sadar itulah satu-satunya
cara agar mereka tetap melayang. Dan saat air mulai naik
hingga melampaui dagu, mulai membenamkannya. Ia melepaskan
benang itu dan melihat mereka berlayar menuju matahari.
Penjaga gedung itu, lelaki tua dengan tulang-tulang menonjol
berambut Afro kelabu mengenakan kaus t-shirt "Live at
Lincoln Center," menghampiri dataran di tengah-tengah tangga
dan mengerling pada Francis yang tengah menaiki tangga
bersama Rashid dan lima lelaki lain dari gugus tugas surat
perintah penggerebekan.
"Ada apa, Bapak-bapak?"
"Kami mencari Julian Vega." Francis menarik napas dan
menunjukkan berkas-berkas yang entah bagaimana berhasil

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Paul dapatkan dari membujuk seorang hakim untuk


menandatanganinya tengah malam.
"Tak pernah dengar tentangnya."
Ia mengedip-ngedipkan mata ketika cahaya lampu kilat
menyorot wajahnya. "Ia penyanyi?"
"Menurut kepala rumah penampungan, ia punya kekasih,
namanya Zana, tinggal di gedung ini. Kami mendapat surat izin
untuk mencari barang yang mungkin ia miliki di sini."
"Oh, gadis Ukraina itu. Ia menggambar fotoku."
"Ya, ia." Francis membenahi radio dan senjata di sabuk
peralatannya. "Mestinya ia tinggal bersamanya."
"Lantai tiga, di belakang." Lelaki tua itu menguap. "Kalau kau
menahannya, beri tahu aku. Aku agak suka pada perempuan
itu."
Suara pintu depan membuka membangunkan Hoolian dari mimpi.
Ia menyentakkan selimut, kebingungan, dan dilihatnya Eddie
telah mendaki ke tempat tidur di antara mereka malam itu.
"Ayolah, Hoolian, mari kita permudah." Ia mengenali suara
Francis Loughlin dan untuk sesaat mengira mungkin itu bagian
dari mimpi buruknya. Tetapi polisi itu kemudian melangkah ke
pintu kamar dan mengarahkan lampu senter ke wajahnya.
Secara naluriah, Hoolian meraih buku yang tergeletak di
ranjang dan melemparkannya melintasi ruangan.
Buku itu seakan terbang dalam gerakan lambat, halamanhalamannya mengepak seperti sayap burung camar,
memberinya cukup waktu untuk menyadari bahwa ia tak hanya
telah melakukan kekeliruan besar tapi juga kenyataan bahwa
Loughlin tak berhasil menghindari benda itu.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Buku itu menghantam samping kepala detektif itu dan jatuh


membuka di lantai. Seolah-olah Loughin tak melihat barang itu
melayang.
"Aku kena!" Loughlin berteriak sambil membungkuk hilang dari
pandangan. "Awas!"
Teriakannya itu kontan memicu suasana histeris. Hoolian
mendengar derap sepatu bot di lantai kayu dan seorang
petugas berteriak, "Senjata! Ia punya senjata!"
"Jangan menembak!"
Tetapi mereka tak dapat mendengarnya di antara suara-suara
teriakan "Sepuluh-Tiga belas!" dan ledakan makian saat mereka
minta bantuan lewat radio.
Anak itu duduk di sampingnya, bingung dan ketakutan. Dalam
keadaan panik, Hoolian mendorongnya dari kasur dan
menghalaunya ke bawah ranjang, untuk melindungi. Ia lalu
menggaet pakaian dan tas besarnya dan melompat ke arah
jendela yang separo terbuka.
Malam itu segar dan batang-batang logam tangga darurat
terasa bagai es kering melekat di tumit kakinya. Jantungnya
berdebar keras. Kini setelah ia membuat dirinya melarikan diri,
tak ada lagi jalan kembali. Jika berhenti, Loughlin pasti akan
menembaknya dari belakang dan menaruh senjata di tangannya
untuk membuktikan bahwa itu tindakan membela diri.
"Maksudmu kau tak kenal nama Julian?" Francis mengusap
kepalanya dan melihat ia tak berdarah. Buku anak bergambar
mengenai mesin uap terbuka di kakinya.
"Kush eschte?" Kekasih Julian meraih T-shirt kecil untuk
menutupi tubuhnya dan melingkarkan tangannya di sekeliling

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

anak kecil bermata besar itu yang baru saja muncul dari
tempat tidur. "Aku hanya kenal Christopher."
"Begitu?" Francis menuju jendela tempat Hoolian baru
melarikan diri. "Anda melihatnya sebelum kami, ada yang harus
ia jelaskan."
Bulan berkubang dalam awan kelabu semuram mata ikan mati.
Hoolian menyeberangi air setinggi pinggang, bertelanjang kaki.
Ia mendengar suara
polisi di atas dan di belakangnya keluar dari tangga darurat
dan berbicara dengan radio. Ia sadar, kereta bawah tanah
terdekat berjarak sekitar satu kilometer jauhnya. Angin dingin
menerpa keluar dari air, menguarkan aroma samar kapal
tongkang tua, limbah pabrik, dan rumput laut. Ia berbelok ke
kanan dengan tas dan pakaian dikepit di tangan, terlihat lampulampu Red Hook Houses, bentangan proyek terkenal dengan
empat puluh atau lima puluh gedung, di kejauhan. Mereka
berkilau bak kota terlarang, dengan aturan main sendiri. Jika
ia bisa sampai ke sana lebih dulu, polisi tak akan pernah
menangkapnya.
Semuanya terendam dalam kegelapan sup kacang polong bagi
Francis. Ia bak berada di tengah hutan dalam larut malam.
"Kau tak apa-apa?" Rashid menghampirinya di tangga darurat.
"Ya, aku baik-baik saja." Francis menatap, mencoba
berpegangan pada sesuatu. "Kita dapat bantuan?"
"Mungkin butuh waktu. Housing sedang melakukan pengejaran
di Red Hook Houses, mencari seorang pemerkosa sambil
membawa helikopter dan semuanya." Rashid menunjuk ke arah
proyek itu. "Kau mau menunggu?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan kehilangan saat kita akhirnya mendapatkan sesuatu


darinya? Persetan." Francis mulai merasai jalan menuju tangga.
"Panggil dua orang kembali ke sini dan teruslah kontak dengan
radio. Aku di saluran tiga."
Segera setelah ia menempatkan kaki di anak tangga pertama,
tangga itu meluncur turun hingga habis dan merasa paruparunya melayang dari dada saat ia berpegangan.
"Kau yakin baik-baik saja?" Rashid bertanya dari atas.
"Aku baik-baik saja," bentak Francis. "Kenapa kau terus
menanyakan hal itu?"
Ia merosot turun dan melompat, hampir pergelangan kakinya
keseleo. "Sialan." Ia bisa merasakan dirinya berada dalam
kepekatan rerumputan tinggi yang lembab. Apa yang ia
pikirkan, mencari-cari dalam kegelapan, dalam usia empat puluh
sembilan dan di ambang kebutaan? Ia berusaha berdiri dan
mengira-ngira jalan kembali ke tangga darurat, tetapi tangga
itu telah pudar dalam legam malam dan menghilang. Lagi pula ia
tak yakin dirinya dapat mengangkat tubuhnya naik lewat cara
itu.
Ia mendengar sesuatu bergerak di rerumputan di hadapannya
dan dengan hati-hati mengarahkan senter ke arah tanah
terbuka itu. Lapangan tempat barang-barang terlupakan.
Matanya perlahan-lahan menyesuaikan diri, tampak ban-ban
tua, beling berkilau pecahan botol, kaleng Budweiser kosong,
potongan batu
bata, televisi, kardus sereal, sarang burung rubuh, dan kulkas
GE gaya 1950-an ukuran besar dengan pintu terbuka.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Rerumputan itu berdesir kembali dan ia merasakan kehadiran


seseorang di dekatnya, bernapas berat."Hoolian?"
Hoolian mengenali suara Loughlin saat ia merangkak di belakang
kulkas itu, bersembunyi dari pancaran senter. Polisi itu
mungkin datang untuk mengakhiri hal yang ia mulai. Mungkin ia
membawa seluruh pasukan untuk hal itu juga, untuk melindungi
apa yang ia lakukan. Pagi esok, akan muncul berita utama
mantan narapidana berbahaya tertembak.
"Hoolian, keluarlah. Aku tak marah padamu, G." Francis
menepuk pistol Glock di sisinya, menjaga lampu senter tetap
tenang di tangan yang lain. "Kita masih bisa bicara tentang ini.
Kau tak sedang berada dalam masalah besar."
Tak ada apa-apa. Ia tak dapat melihat lebih jauh dari aura
kecil kabur sinar senternya. Sisanya hanya warna biru gelap di
atas kertas hitam.
"Aku tahu kau hanya ketakutan. Kau tak bermaksud menyakiti
siapa pun."
Satu meter. Loughlin kurang dari satu meter jauhnya. Ia
berjalan tepat melewati kulkas itu. Sinar lampu senter datang
lagi, menyapu rerumputan dan memperlihatkan tumpukan batu
arang dalam jangkauan tangan. Hoolian mengawasi bolak-balik
batu itu dan belakang kepala si polisi, menampak betapa titik
botak Loughlin berkilau dalam cahaya bulan.
Siapa yang akan tahu? Mereka tak pernah bisa membuktikan
apa pun. Tak ada saksi sama sekali. Aku bisa memecahkan
kepalanya. Lalu, kuambil senjatanya dan kuhabisi, seperti yang
selayaknya ia dapatkan.
Polisi itu tiba-tiba berbalik. Selama satu detik penuh, ia seolah
berhenti dan menatap tepat pada Hoolian, yang membeku,
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berdiri tak jauh, paru-parunya bak melekat pada tulang


punggung. Ia menahan napas, takut degup jantung
membocorkan keberadaannya. Tetapi polisi itu menatapnya
kosong, senternya hanya sepuluh sentimeter dari wajah
Hoolian.
"Hey, Rashid." Ia menaruh mike radio di bahunya. "Tolong salah
satu dari kalian membantuku mencari di lapangan ini?"
Perlahan-lahan Hoolian sadar, lelaki ini benar-benar tak dapat
melihatnya. Entah bagaimana ia menjadi tak terlihat. Betulbetul mukjizat, pikirnya. Mereka berdua berada di bawah
naungan malam untuk sebuah alasan. Ini adalah kesempatan
untuk menagih keadilan, untuk menuntut balas hidupnya. Batu
bata itu tergeletak di sana. Polisi itu menoleh kembali,
memamerkan kepala botaknya sekali lagi sebagai sasaran tak
terlindungi.
Lalu mengapa ia tak kunjung melakukan hal itu? Perintah itu
macet di separo lengannya. Ada apa denganmu? Ia berusaha
meredakan dorongan panas itu lagi, namun tak berhasil. Que
paso? Orang ini merampas segalanya darimu. Dan ia akan
melakukannya lagi. Pecahkan kepalanya.
Mestinya telah aku sadari sebelumnya, pikir Francis. Kehadiran
mengendap-endap itu. Rasa panas ganjil di udara itu. Sengalan
yang tak bisa ia bedakan dari tetesan air di genangan di
dekatnya atau denyut darah di telinganya sendiri. Gerakan itu
merayap naik dan mengenainya tanpa ia sadari. Ia menangkap
aroma bulu basah saat dirinya berpaling.
Anjing itu menggeram, menggertakkan semua yang ia miliki di
belakang rahang, seolah muncul keluar dari rerumputan. Ia
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

melihat bolak-balik antara Loughlin dan Hoolian, seakan-akan


hal itu adalah sesuatu yang mereka berdua sepakati bersama
dengan rasa permusuhan mereka. Hewan itu memamerkan gigi
dan mengeluarkan suara parau, satu dari jenis pitbull berotot
yang kau dengar di penjara, kadang-kadang: dilatih pengedar
narkotika sebagai anjing penyerang. Hoolian pernah melihat
beberapa dari mereka berkeliaran di jalanan dan mengorekngorek sampah di siang hari di sekitar sini, ditinggalkan
pemiliknya yang tak lagi dapat mengendalikan.
Lebih dari sekali, ia harus mencegah Eddie agar tak
memelihara mereka, memperingatkannya bahwa sekali hewanhewan itu mengunci rahangnya di tubuhmu, mereka tak akan
melepaskan. Mereka akan merobek otot kakimu jika kau
berusaha menariknya. Ia menjatuhkan tas besarnya dan mulai
lari ke arah proyek.
Francis hampir tersandung oleh sebuah kasur air, dengan si
anjing tepat di belakangnya. Tuhan mencoba membuatnya
melepaskan satu keping tawaran. Tidak, jangan bantu aku. Aku
bisa melakukannya sendiri. Ia menginjak beling bohlam yang
tergeletak di rerumputan, pecahannya hampir menyayat
pergelangannya. Biarkan aku keluar dengan caraku sendiri. Tak
ada orang lain yang menaruhku di sini.
Ia dapat merasakan napas hangat anjing itu di belakang
kakinya. Tak mungkin lagi ia melepaskan diri. Ia mengambil
senjatanya dan berpaling, siap memecahkan kepala hewan itu,
berdoa semoga ia tak akan mengenai salah satu polisi yang
tengah mencari-cari di daerah itu. Tak ada petunjuk tentang
asal serangan. Tetapi rumput-rumput telah berhenti bergerak.
Ia sadar anjing itu telah mundur, entah bagaimana kehilangan
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

aroma tubuhnya. Ia melangkah menuju arah jalan dan


membungkuk, menghirup angin dan bersiap-siap muntah garagara kerja fisiknya. Irama napasnya seperti bunyi sap, sap, sap
yang kian mendekat. Ia menengadah dan dilihatnya cahaya
menyorot dari langit, Bintang Bethlehem mencari-cari di
antara lapangan Red Hook Houses. Perlahan-lahan ia tersadar
itu adalah helikopter polisi yang sedang melayang-layang.
Apa itu? Dada Hoolian meledak dan kaki telanjangnya letih
menampar-nampar batu jalan. Ia berhasil memasuki pintu
gerbang proyek dan dilihatnya para petugas polisi membanjiri
halaman. Helikopter berputar-putar di atas kepala. Ia terkulai
di pagar besi, tahu dirinya tinggal menghitung detik saja
sebelum tertangkap. Ia melemparkan pandangan ke Coffey
Street. Kini mereka pasti sudah memberi tahu Zana soal siapa
ia sebenarnya. Mereka akari menghujaninya dengan surat
tuntutan dan mungkin bahkan foto lama. Mereka akan
membuatnya mengerti bahwa ia seorang pendusta, penjahat,
ancaman bagi ia dan anaknya. Anda beruntung dapat lepas
darinya dengan selamat, Nona. Ketika Hoolian mencoba
berpikir tentang bagaimana ia akan menjawab dan menjelaskan,
mengatakan bahwa ia tak akan pernah melakukan apapun yang
dapat melukainya, rasa pedih luar biasa menyilet bagian dalam
tubuhnya.
Tak ada guna terus lari. Kau hanya bisa sekejap berada di luar
air. Deru baling-baling kian kencang dan suar cahaya dari langit
akhirnya menemukan Hoolian di pagar, menatap dari langit
dengan tangan terbuka.
40
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Francis, kau benar-benar bajingan brengsek."


Deborah Aaron, mengenakan jins dan kaus turtleneck,
menghampirinya saat ia berbincang dengan sersan polisi yang
sedang bertugas setelah berhasil meloloskan diri dari
kerumunan para wartawan di luar dan berjalan masuk ke pintu
depan Seksi 19.
"Tak bisakah kau menelepon seperti layaknya manusia normal.
Aku dapat membawanya ke sini kapan pun kau mau. Senin,
Selasa, Rabu. Tapi, tidak. Kau selalu harus unjuk kuasa."
"Senang bertemu Anda juga, Pengacara." Francis
menandatangani buku catatan dan itu dan memberikannya
kembali pada sersan tersebut. "Kau kelihatan santai sekali."
"Pasti kau mungkin mengira aku akan pergi lebih awal untuk
menikmati akhir minggu hari Columbus Day, agar kau bisa
menangkap Julian sendiri. Sayangnya, aku harus menyerahkan
sejumlah berkas pagi ini dan anakku mengikuti pertunjukan
dansa kelas dua yang berkat dirimu tak dapat kuhadiri. Aku
begadang sepanjang malam menjahit kostum kura-kuranya
sambil menulis laporan singkat untuk Hakim Del Toro. Terima
kasih banyak."
"Maumu aku bagaimana, Deb? Berkoordinasi dengan guru-guru
ini?"
"Kaulah yang selalu mengomel tentang tidak mendapat
pemberitahuan."
Ia memalingkan badan, memamerkan punggung dan beranjak
menuju tangga tanpa repot-repot menengok apakah wanita itu
mengikutinya. Meski gedung itu sudah dibongkar dan dibangun
kembali dari lantai dasar ke atas sejak 1983, entah bagaimana
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tempat itu segera mewarisi atmosfer sekolah tua yang usang,


seolah-olah bidang energi dari kejahatan yang telah lama
terlupakan mendorong masuk lewat sela-sela fondasinya.
"Kau pasti sudah benar-benar putus asa," ujar Debbie.
"Merongrong klienku dengan surat perintah setengah jadi dan
menyisir apartemen kekasihnya."
Di puncak tangga, ia membuka pintu dan sengaja menahannya
bagi wanita itu seperti kebetulan. "Silakan, Pengacara."
Di lorong menuju Biro Detektif, terpajang poster "Dicari"
dengan gambar hitam putih seorang penumpang tak bernama di
kursi belakang sebuah taksi. Foto itu, yang diambil dari kamera
tersembunyi, adalah foto pemuda bermata kecil dengan sweter
Timberland dengan tudung terpasang, yang tak lama setelah
foto itu diambil mengeluarkan senjata 22 dan menembak sopir
taksinya, Sandeep Singh, di Jackson Heights, Queens, di
belakang kepala, melontarkan pecahan tempurung kepala
korban ke kaca depan. Sejauh ini tak ada saksi untuk
mengidentifikasi pemuda itu, dan tak ada imbalan ditawarkan.
Teguran muram bagi Francis bahwa ia masih punya kasus lain
yang harus ditangani.
"Aku juga tak suka kau menghubungi Judy Mandel serta
wartawan lain dan membuatku selalu dikeroyok orang-orang
itu."
Deb membuntutinya ke dalam ruang skuad dan melewati
deretan meja, sol karet mendecit di lantai kayu, hal ganjil di
tempat yang dihuni sepatu bagus.
"Hey, aku tak tahu siapa yang membocorkan informasi tentang
keberadaan Hoolian di sini." Francis mengangkat bahu. "Aku
bukan penerbitnya."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Seekor burung hantu plastik berdiri di puncak lemari kabinet,


menatap tajam pada sosok yang tengah tertidur di sel tahanan
di seberang ruangan, mengingatkan Francis bahwa seksi ini
selalu terlalu kuno bagi seleranya. Sejumlah gadis hanya
sedikit lebih muda dari Christine dan Allison bisa saja
terpampang dalam poster Orang Hilang di dinding. "Highway to
Hell" meraung dari radio dan buku The South Beach Diet
tergeletak di sebelah wadah salad terbuka di satu meja
detektif.
"Setidaknya kau memberinya makan?" tanya Deb.
"Apakah kau juga akan berlaku begitu?" Francis melirik
sepintas.
"Taktik intimidasi murahan."
"Hey, tak ada yang seperti The Sound of Music kalau sedang
mengusut."
Deb mengusap pipi, mengerti betul seperti halnya Francis
bahwa ia sendiri suka mendesak tersangka yang kelaparan
tanpa henti dan membuat pengacara mereka menunggu berjamjam di koridor yang bak bangsal TBC.
"Aku tak pernah membuatmu menyeret seseorang dari jalan
tanpa surat izin."
"Dari mana kau tahu tindakan kami tak mengantongi izin? Apa
kau punya saluran polisi? Menurutku kau tak lagi sepintar itu."
Sejurus kemudian, Francis mafhum, hinaan itu menyengat lebih
dalam dari yang ia maksudkan, lalu teringat setengah detik
kemudian bahwa Deb pernah punya suami, detektif dari
Sembilan-O, yang ditahan karena memukulinya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dengar, kami memiliki surat perintah resmi untuk menyelidiki


barang-barang miliknya," terangnya, berusaha kembali bersikap
profesional. "Ia yang menyerang petugas dan lari ke luar."
"Yeah, menyerang dengan buku anak-anak," dengus Deb.
"Seolah-olah itu akan berguna di pengadilan jika kau ingin
menuntutnya. Memangnya apa pula yang kalian cari?"
"Pastinya kami berpikir ia memiliki benda yang relevan dengan
kasus yang tengah kami kerjakan. Kau bisa menduganya sendiri,
Deb."
"Seperti apa? Kau kira ia menyimpan darah gadis yang sudah
tewas dua puluh tahun lalu agar ia bisa mencipratkannya di
TKP?"
"Oke, kami membawanya ke sini untuk bermain pasang gambar
buta."
"Tak akan lebih aneh dari rumor yang kudengar tentang
investigasi ini." Mereka berhenti di luar ruang interogasi.
"Kuharap kau bangga pada dirimu sendiri, Francis."
"Wuuush. " Hoolian menepuk tangannya, lega ketika
pengacaranya akhirnya masuk. "Untunglah. Aku sudah muak."
Ia sudah berada di ruang ini sejak pukul enam pagi, berusaha
tidak menangis atau kehilangan pertahanan diri saat Nona A
berhalangan. Semua bentuk fisik telah berabah di seksi ini;
hanya kengeriannya yang tetap sama. Bunyi seratus-ribuburung-jay-menjerit-di-kepalamu, teror yang membuatmu ingin
kencing di celana yang diingatnya dengan begitu baik.
"Kau tak apa-apa?" Nona A meremas bahunya.
"Ya. Tapi, kukira aku sudah cukup bicara di sini."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Letih, ia mulai bangkit saat detektif berkulit hitam yang telah


bersamanya sepanjang waktu mendorong pintu.
"Selamat sore, Nona Aaron." Ia mengulurkan tangan dan
tersenyum, tampak manis dan memesona. "Rashid Ali. Aku telah
mendengar berita-berita baik tentang Anda."
"Yang pasti bukan dari rekan kerjamu."
"Maka ia tak menghargai pengacara yang sungguh-sungguh
baik."
Hoolian celingukan, sadar belum melihat Loughlin sejak tiba di
situ. Satu lagi yang berbeda dari kali terakhir itu.
"Bisakah Anda memberi tahu mengapa klien saya dibawa ke
sini?"
Jalang brengsek," kata Paul Raedo, datang menghampiri
Francis di balik kaca.
"Apakah begitu cara calon Hakim Agung bicara?"
"Aku tak pernah akur dengannya, kau tahu," gumam Paul.
"Selalu memamerkan diri di depan Jaksa Wilayah saat samasama berada di lift. Seolah-olah itu bisa membawanya ke
bagian pembunuhan hanya dalam waktu tiga tahun."
Sebenarnya itu tak kedengaran seperti profil Deb sama sekali,
harus Francis akui. Wanita itu lebih tekun, pekerja keras,
selalu memastikan bahwa ia dinilai berdasarkan kinerja dan
sama sekali tak pernah bergantung pada penampilan fisik.
Di lain pihak, Paul tercantum dalam daftar Sepuluh Teratas
orang Brengsek milik Francis belakangan ini. Membiarkan
Hoolian keluar dari penjara sejak awal; lupa menghubungi
keluarga korban; mempermalukan diri di depan umum oleh
Hakim Bronstein; dan yang terburuk adalah menaruh berkasberkas dengar pendapat hukuman indisiplinernya tahun 1981 di
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

map kasus. Francis berusaha tak terlalu terobsesi dengan hal


itu karena-ya, apa yang bisa ia perbuat saat ini? Tapi kelak,
setelah ini semua berakhir, ia akan menarik Paul ke tepi dan
berkata, Bung, cabut pisaumu dari punggungku, aku benci tidur
miring.
"Kukira aku harus masuk dan menyampaikan berita baik ini
padanya?" Paul mengangkat alis, menolong rambut cepak di
puncak kepalanya.
"Tak usah, biar Rashid yang mengurus. Ia bisa melakukannya
dengan baik."
Detektif Ali menaruh potongan linen warna khaki yang ia
perlihatkan pada Hoolian sebelumnya di meja, dengan tiga noda
gelap saling bertumpukan dengan ukuran serta warna yang
sedikit berbeda-serangkaian bulan gelap setengah, gerhana
satu sama lain.
"Apa yang kulihat?" tanya Nona A.
"Ya... " Ali menguap. "Sebagaimana saya yakin Anda tahu,
banyak pembicaraan tentang adanya rantai bukti dalam kasus
ini. Orang mulai berpikiran macam-macam. Jadi, kemarin kami
memutuskan untuk pergi lagi ke gudang barang bukti dan
memastikan siapa tahu kami bisa memperoleh sesuatu selain
sarung bantal."
"Jadi ini...?"
"Ini adalah bagian dari kain penutup sofa Allison. Sofa
tempatnya berbaring ketika jenazahnya ditemukan."
"Yang mestinya kalian miliki sejak awal," sela Nona A. "Dan
yang lebih penting, yang mestinya aku miliki sejak awal."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Meski terganggu lantaran perempuan itu bicara padanya seolah


ia staf penjualan yang malas, Ali tak memperlihatkannya. "Kami
semua menginginkan kesempurnaan, Nona Aaron. Hanya
sebagian dari kami yang mendapatkannya."
"Apa maksud pembicaraan Anda ini, Detektif? Klien saya sudah
berada di sini cukup lama. Jika Anda ingin menuntutnya karena
melawan penahanan atau omong kosong lain, mari kita bicarakan
dakwaannya dan lempar keluar kasusnya. Saya melihat surat
perintah yang berhasil kalian minta dan ditandatangani Hakim
O'Brien. Ia pasti setengah tertidur waktu itu."
"Jadi noda pertama yang sedang kita lihat ini adalah darah."
Ali mengabaikannya dan menyentuh benda itu dengan kuku
telanjang berkilau. "Penyelidik forensik menyatakan itu adalah
seorang wanita. Kemungkinan besar darah si korban."
"Kalau begitu hentikan pemberitaan." Nona A berkacak
pinggang. "Kalian menemukan darah korban di TKP-nya sendiri.
Selamat, Francis." Ia menatap tepat pada kaca satu arah itu.
"Itu hal pertama yang kau lakukan dengan benar dalam kasus
ini."
"Ya... tidak secepat itu." Ali menahan jeda seperti tabuhan
drum. "Kita masih punya dua noda lain yang harus diperiksa."
"Aku tak sabar lagi."
Detektif itu tersenyum dan menunjuk noda paling besar. "Nah,
yang ini adalah darah juga. Namun, itu bukan milik korban.
Dokter forensik menganalisisnya semalam dan berhasil
memperoleh profd DNA-nya. Coba tebak? Ternyata cocok
dengan sampel ludah klien Anda, Tuan Vega, yang dengan murah
hati disediakan untuk Detektif Loughlin beberapa minggu lalu."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Mata Nona A. melirik, mengingatkannya betapa marah


perempuan itu tentang tindakannya meludahi wajah Loughlin.
"Maaf, Detektif, tapi lalu kenapa?" ujarnya, tanpa mengendur.
"Klien saya menyatakan dalam wawancara awal bahwa ia tengah
mengerjakan sesuatu di apartemen korban, memperbaiki
toiletnya sebelum ia duduk di sofa menonton TV bersamanya.
Tentu, ia bisa saja melukai dirinya sendiri saat bekerja."
Hoolian menatapnya, terkesan; satu-satunya tanda wanita itu
sedikit kaget adalah garis-garis kerut halus mirip kipas yang
memancar dari sudut mata.
"Spekulasi yang bagus." Ali mengangguk. "Hanya ada satu hal."
"Apa itu?"
"Noda terakhir ini." Jarinya mengawang di atas noda terbesar.
"Anda mau tahu?" "Saya yakin Anda akan segera
memberitahukannya."
"Itu adalah cairan sperma Tuan Vega. Sebagaimana Anda lihat,
jumlahnyatukup banyak. Dan, cairan itu menyentuh noda
darahnya dan noda darah Dr. Wallis."
Dalam kedutan singkat, Hoolian melihat drama tiga babak di
wajah pengacaranya: syok, terluka, dikhianati. Lalu drama itu
mati sesaat, berusaha mencerna semuanya. Pada orang lain,
mungkin tak bakal ada jeda. Tetapi melihatnya setelah
berondongan kata-kata tanpa henti, kesunyian ini terasa
membikin tuli.
"Oh, aku mengerti," ujar Deb, akhirnya.
Mulutnya membentuk senyum pahit saat berbalik pada kaca
lagi, mengalihkan segenap amarah, dari Hoolian kepada para
lelaki di balik kaca itu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kalian mengira bisa membawa klien aku ke sini, mengancamnya


atas tuduhan palsu, dan menyodorkan omong kosong ini di
bawah hidungnya untuk mengoreknya sebelum pengacara
datang."
"Tak ada yang memaksanya menjawab pertanyaan setelah ia
meminta pengacaranya," kata Detektif Ali. "Kami hanya saling
berbagi informasi, berharap ia bisa membantu kami. Jika ingin
mengeluarkan pernyataan tentang
mengapa spermanya dapat bercampur dengan darah Dr. Wallis,
itu terserah ia sendiri."
Nona A tetap memelototi kaca itu, melanjutkan pertikaian
tanpa-katanya dengan Loughlin dan semua yang menonton.
"Jika kalian tak akan menuntut, aku akan membawa ia pulang,"
ujarnya. "Jelas kalian tak akan coba-coba menekan kami
seandainya menemukan sesuatu yang penting dalam
penggerebekan pagi ini."
Ali duduk di sudut meja, hampir tak bergerak. Mengenakan
kemeja kerah dengan manset Prancis dan dasi biru gelap, ia
mirip model majalah yang sedang menunggu sesi pemotretan.
"Ah... Ada satu hal lagi yang lupa saya sebutkan."
"Ia tak akan bicara." Nona A menggelengkan kepala. "Kalau kau
masih ada pertanyaan lagi, angkat telepon dan hubungi
kantorku untuk membuat perjanjian. Detektif Loughlin dan
Tuan Raedo punya nomornya."
"Baiklah." Rashid setengah tersenyum. "Kami hanya bertanyatanya mengapa Julian terlihat berjalan-jalan di sekitar 294
East 94th Street. Itu saja."
Nona A terlihat heran.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tempat dokter wanita yang satu lagi tinggal," gumam Hoolian.


"Aku tak mengerti."
"Penjaga gedung itu mengidentifikasi Julian dari sebuah foto.
Ia bilang pernah melihatnya di sekitar situ. Tingkahnya
'mencurigakan.' Itu kata-katanya, bukan kami."
"Aku sudah mengatakannya padamu, G.," sela Hoolian. "Aku
mengantar barang ke sana."
"Julian, diam."
Wanita itu mengucapkannya dengan terang dan acuh, seakan ia
mengembalikan bola dalam permainan tenis lewat backhand.
"Pembicaraan ini selesai." Ia menggaet Hoolian di lengan dan
menariknya bangkit. "Sampai jumpa di pengadilan."
Mereka berjalan keluar, meninggalkan Ali dengan kedua tangan
di saku.
Di ruang skuad, setengah lusin detektif kembali ke mejanya,
berusaha terlihat sibuk, meski sedetik sebelumnya mereka
berbaris di balik kaca, mendengarkan setiap kata. Nona A
berjalan melewati barisan lemari berwarna hijau, tempat
Loughlin dan Paul Raedo duduk memunggungi, pura-pura tengah
mempelajari map kasus.
"Bagus sekali," ujarnya. "Mencoba menimpakan dua
pembunuhan pada klienku sementara kalian bahkan tak bisa
membuktikan satu pun."
"Jadi kita tak akan menuntutnya untuk penyerangan dan
perlawanan?" tanya Francis.
"Aku baru dengar dari Jaksa Wilayah." Paul menggelengkan
kepala dan menaruh ponselnya kembali di saku. "Ia ingin
membatalkannya. Ia melihat ini sebagai bagian dari aksi balas
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dendam terhadap orang ini. Dan, eh, ia juga bertanya tentang


caraku memperoleh surat perintah." Paul terlihat malu-malu.
"Ia pikir mungkin kita membuat hakim bertanya-tanya tentang
beberapa isu prosedural."
"Omong kosong," gumam Francis. "Jaman dulu, orang tak dapat
surat izin gara-gara mengarang omong kosong pada polisi New
York. Kau dapat peringatan atas perilaku."
"Jadi, bagaimana menurutmu?" Paul mengarahkan kepala ke
arah ruang interogasi yang kosong.
Francis mengusap rahang, sudah mengantisipasi untuk tak
masuk sendiri ke sana untuk mencegah suhu memanas.
"Kurasa kita punya darah dan cairan sperma lelaki itu di TKP
pertama. Dan seseorang mengenali dirinya berada di dekat TKP
kedua. Ada sesuatu di sana."
"Kurasa kau benar." Paul mengangguk. "Hingga kemarin, kau
sudah siap mencoretnya karena hal-hal aneh dengan DNA itu.
Tapi kini aku tak tahu apa yang terjadi."
"Aku juga tidak," aku Francis. "Otakku serasa meleleh dari
telinga. Aku hampir bertanya-tanya apakah kita mengubur
gadis yang salah."
"Jadi, apa yang kita lakukan sekarang! Kita bahkan tak punya
teori operasi, ya kan?"
"Maksudmu cara menjelaskan fakta bahwa kita punya cairan
sperma Hoolian di TKP pertama, penjaga mengenalinya dari luar
apartemen Christine, lalu darah wanita yang sama di kedua
TKP?"
"Punya perkiraan?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak." Francis mendesah. "Tapi, ia pasti punya kaitan dengan


keduanya, entah bagaimana. Meski mengapa ia tak membuka
hati saja dan memuntahkan semuanya, aku tak tahu. Mungkin ia
memang benar-benar menyimpan DNA wanita itu. Maksudku, ia
mencuri album fotonya. Mungkin ia menimbun sesuatu, seperti
orang-orang penyuka jimat. Kau tahu, orang mencari barangbarang aneh seperti sepatu wanita atau semacamnya."
"Ya...aku tak begitu tahu hal-hal seperti itu." Mata Paul
mengembara ke samping. "Apakah tas besarnya ditemukan?"
"Tidak, kami sudah memeriksa dengan saksama lapangan itu di
siang hari dan tak menemukan apa-apa. Bukan berarti barang
itu akan memberi banyak manfaat seandainya kita tersandung
masalah surat perintahnya."
"Jadi, bagaimana setelah ini?"
"Terus terbuka dengan pilihan yang kita punya. Aku
menugaskan sejumlah polisi untuk mengawasi rumah
penampungan Hoolian untuk dua hari ke depan, agar ia tak
coba-coba. Rashid akan kembali memeriksa berkas kasus itu
satu per satu, kalau-kalau kita melewatkan sesuatu. Yunior
memeriksa catatan kelahiran untuk melihat jika Eileen punya
putri lain yang tak ia ceritakan. Jimmy Ryan menyisir ulang
lingkungan apartemen Christine, dan ada tiga detektif lain yang
mewawancara ulang setiap pasien dan staf yang pernah dikenal
wanita itu di rumah sakit."
"Dan apa yang kau lakukan?"
"Aku akan pulang untuk tidur beberapa jam sebelum benarbenar sinting. Aku harus sedikit menjernihkan kepalaku."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau pulang?" Paul menatapnya seolah Francis baru


mengumumkan dirinya akan menghabiskan akhir minggu
bersama gadis-gadis penghibur.
"Jangan melihatku seperti itu, aku menghabiskan semua jatah
lembur tahun ini untuk beberapa minggu kemarin. Aku benarbenar letih."
"Uhh, aku tak tahu, Francis." Paul menggelengkan kepala.
"Menurutku, kau telah berubah."
"Maksudmu?"
"Aku mulai berpikir, kau dan aku kini tak lagi sejalan. Ayahku
tak pernah cemas tentang jatah lemburnya. Ia melakukan apa
saja yang diperlukan demi pekerjaannya."
Francis menatap, mengira ia pasti bercanda. Semua orang tahu
ayah Paul seorang detektif tua korup bagian narkotika yang
dikenal dengan "Periksa-Dia" Raedo di masa jabatan sebelum
Knapp. Tapi, Paul hanya berdiri di sana, memandangnya, bulunya
meremang seperti pena landak. Tidak, pikir Francis. Kita
memang tak lagi sejalan.
"Jangan repot-repot, Yang Mulia. Aku cuma di seberang."
"Yeah." Paul memunggunginya. "Aku pasti akan menghubungimu
jika ada gadis lain yang wajahnya dipukuli."
41
"Hooliiiiaaan!!"
Seseorang bak badut di belakang kerumunan terus-menerus
melagukan namanya dengan nada sumbang yang mengganggu.
"Hooo-liiiii-aaaaaann!!!"
Rasanya seperti ada batu ampelas di taringnya. Hoolian
menundukkan kepala sementara Nona A mendorongnya
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

melewati bunyi desis kamera dan dinding suara-suara mengejek


di luar gedung itu.
"Hey, Julian, sebelah sini!"
"Julian, kenapa kau membunuhnya?"
"Mereka memperlakukanmu dengan baik kali ini?"
"Nona Aaron, apakah klien Anda ditahan kembali?"
Wanita itu mengangkat tasnya di depan wajah Hoolian dan
berusaha melambaikan tangan mencari taksi saat orang-orang
itu mengelilinginya seperti para pengeroyok di sekolah,
meneriakkan pertanyaan dan mengambil foto.
"Klien saya menjadi sasaran kampanye kotor tanpa henti dari
kepolisian dan jaksa wilayah," jawab perempuan itu. "Ia tak
dituntut secara resmi hari ini dan sebagaimana kalian tahu,
dakwaan sebelumnya telah dicabut."
"Hooliiiiaaaannn!!" suara sumbang itu semakin bertenaga dan
mengejek. "Hoooolii-oooliiii-ooo-liii-aaannnnn!!"
Ia memamerkan gigi dan berbalik menghadapi puluhan kamera,
mengabadikan senyumnya untuk koran esok pagi; ia tampak
seperti monyet yang akan ditembak bius karena melukai
penjaga kebun binatang.
"Debbie, apakah mereka menanyai Julian tentang kasus
Christine Rogers?"
Sebuah taksi kuning akhirnya menepi dan wanita itu segera
meraih pegangan pintu. "Kami tak punya komentar lagi saat ini.
Saya minta kalian menghormati privasi klien saya dan tujukan
semua pertanyaan pada kantor saya."
"Apa katanya? "
"Di mana kantornya? "
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa yang kau lakukan akhir minggu ini? "


Debbie membuka pintu dan mendorong Hoolian ke dalam taksi.
"Astor Place," ujarnya, masuk di belakangnya dan membanting
pintu, untuk terakhir kalinya "Hooliiiii-" mengikuti mereka saat
menjauh dari teriakan kerumunan itu.
Sang supir, seorang Sikh mengenakan turban-serban ala Indiadan janggut hitam mewah seolah seekor tupai menutupi bagian
bawah wajahnya, memperhatikan mereka dari kaca spion.
"Kalian masuk TV?"
"Sekarang ya," ujar Nona A, muram.
"Sudah kuduga aku mengenalmu. Kau dari acara Fear Factor?"
"Pemisah ini tak bisa menutup?"
Sebelum supir itu menjawab, Deb menutupnya sendiri dan
berpaling pada Hoolian. "Ada yang perlu kita bicarakan."
"Apa?"
"Noda kecil darahmu di sofa mungkin bisa kujelaskan." Ia
memegang erat keranjang Nantucket di pangkuannya. "Tapi,
cairan spermamu?"
Taksi itu berjalan zig-zag saat si pengemudi mengarungi blok
dan menuju daerah macet di Lexington.
"Haruskah aku menceritakannya?" Hoolian meraih sabuk
pengaman. "Ya. Aku betul-betul butuh sedikit pertolongan."
Hoolian menatap keluar jendela dan tak berkata apa-apa hingga
mereka terhadang lampu merah dekat Bloomingdale's.
"Di sini begitu bersih sekarang. Dulu suka ada sampah di
jalanan." "Bicaralah padaku," ujar wanita itu. "Aku harus tahu
faktanya?" "Ia menyentuhku."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tak ada seorang pun yang berbicara selama beberapa detik


saat mobil itu stop di dekat trotoar. Di salah satu jendela
toko, menekin wanita putih terbungkus kulit dan warna-warna
berpose di depan sebuah papan yang berbunyi aku akan
mematuhi polisi fashion.
"Maksudmu, Allison Wallis, seorang wanita dewasa, hampir
sepuluh tahun lebih tua darimu, dengan gelar dokter, memulai
interaksi seksual denganmu? Itu yang kau katakan padaku?"
Hoolian merasa dirinya tengah diawasi semua pejalan kaki
wanita, menembus jendela taksi. Mereka menatap matanya
sedetik dan bergegas pergi, memegang tasnya sedikit lebih
erat.
"Itu yang ingin kuceritakan pada detektif dulu di tahun 1983,
tapi aku tak tahu bagaimana mengatakannya."
"Ia meraba-rabamu. Saat sedang mengalami menstruasi? Kau
benar-benar berharap aku percaya pada ucapanmu itu?"
"Mengapa tidak?" Hoolian melipat tangannya.
"Demi Tuhan, Julian-" ia berhenti, berusaha menguasai diri.
"Kau tahu berapa banyak waktu kuhabiskan untuk kasus ini?
Kau tahu berapa malam yang kulewatkan dari anak-anakku?"
"Aku tak pernah bohong padamu."
"Aku ingin mempercayai hal itu, tapi kau benar-benar
menakutkanku sekarang. Lututku goyah."
Hoolian merosot di lapisan vinil kelabu jok mobil, merasakan
empasan keluar dari sela-sela bantalan-bantalan itu. Hal-hal
yang tak sengaja orang tinggalkan.
"Baiklah," ujarnya. "Kejadiannya seperti yang kuceritakan. Aku
datang ke apartemennya kadang-kadang untuk memperbaiki
sesuatu dan kami ngobrol.'"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tentang apa?" tanyanya tajam.


"Tentang hal-hal sehari-hari. Dan, kadang ia bercerita tentang
hal-hal yang menekannya di rumah sakit dan punggungnya
terasa sakit. Jadi, kadang aku memijatnya."
"Hmm." Deb mengangguk dan mendengus, memutuskan untuk
tetap tenang sejenak.
"Itu menjadi sebuah kebiasaan. Kami akan duduk di sana,
menonton televisi, dan kupijat bahunya kadang-kadang. Itu
saja. Kami berdua tak menganggap penting perbuatan itu.
Meski kini setelah kupikir kembali, rasanya seperti, terkutuk,
apa maksudnya dulu itu?"
Hoolian melirik, untuk melihat apakah wanita itu
mempercayainya. "Lanjutkan," ucap Deb, waspada.
"Lalu malam itu, toilet tak mau berhenti mengalir dan aku
dipanggil para penghuni karena ayahku sedang keluar dan
tukang yang biasa sedang libur. Jadi akulah yang pontangpanting, memperbaiki, berusaha membuat wanita-wanita ini
senang. Aku ingat Nyonya London di 7A wastafelnya bocor dan
Nyonya Rosensweig di 4D lampu ovennya bennasalah. Dan
ketika pekerjaanku selesai, aku benar-benar capek. Saat itulah
ia menawarkan untuk memijat bahuku sekali itu."
"Oo-kee." Mulut Deb membentuk lingkaran kecil.
"Lalu kami terbawa suasana dan kami kemudian berpelukan satu
sama lain," ujarnya. "Kau tahulah, seperti kakak-adik mulanya.
'Oh, kau selalu ada untukku. Kau benar-benar temanku. Aku
cinta padamu... ' Lalu, kami mulai bertindak sedikit lebih jauh."
Lampu berubah hijau dan mereka mulai menembus kepadatan
lalu lintas.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Julian, sekarang sudah tak zaman lagi memperhalus ucapan.


Aku ingin kau benar-benar blak-blakan padaku."
"Oke, penisku mengeras. Nah." ia duduk kembali.
"Ia tahu apa yang terjadi dan aku pun begitu." Ia tak
bermaksud bermain kata. "Kau tahu saat sesuatu terjadi dan
kau berpura-pura bahwa itu tak terjadi? Lalu setelah beberapa
saat kau tak lagi bisa berpura-pura?"
"Ya," katanya kaku. "Kurasa aku pernah dengar."
Hoolian tak suka melihat Deb yang masih menahan diri di
hadapannya. Sadar benar wanita ini pasti telah mengacaukan
beberapa hal dalam hidupnya jika
hanya bisa membela orang-orang seperti Hoolian dan
membesarkan kedua anaknya sendirian.
"Jadi begitulah yang terjadi," ujar Hoolian. "Dan aku hanya
anak kecil yang bahkan tak pernah punya kawan wanita cukup
dekat untuk bernapas di telinganya, sampai aku tak dapat lagi
menahannya. Mengerti?"
"Kau langsung terejakulasi olehnya."
Lelaki itu meringis mendengar istilah klinis itu dan melirik ke
arah partisi untuk mengecek apakah si sopir turut mendengar.
"Kau tak perlu berkata seperti itu."
"Aku harus benar-benar yakin apa yang kita bicarakan kali ini."
Alur di antara hidung dan mulutnya memanjang. "Tak boleh ada
celah kesalahan."
"Yeah, itulah yang terjadi," gumam Hoolian, berusaha
mendapatkan suaranya kembali. "Tapi ia menyukainya. Sungguh.
Aku butuh waktu tujuh atau delapan tahun untuk
menyadarinya. Saat itu aku cukup naif."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia bertanya-tanya apa yang akan Zana pikirkan setelah


mendengar cerita ini.
"Dan setelah itu?"
Matanya melesat melewatinya. "Ia tampak mulai sedikit
kecewa, kurasa."
"Oh?" ia biarkan kata itu menetes seperti jarum es dari
bibirnya.
"Maksudku, awalnya ia baik-baik saja. Seperti ia siap
melupakannya dan bersikap seolah itu tak benar-benar terjadi.
Tetapi ia kemudian mulai gugup, seolah cemas seseorang akan
mengetahuinya." "Apakah ia bilang siapa?"
"Tidak, ia hanya berkata, 'Kau betul-betul harus pergi
sekarang. Kau tak boleh ada di sini lagi.'"
Hoolian benci pada kenyataan bahwa perempuan itu mengorek
semua kata-katanya dengan sisir halus, berusaha menjeratnya,
seperti para detektif itu.
"Dan mengapa kau tak mengatakan semua ini pada Loughlin
dalam interogasi awal?"
"Ketika itu aku masih anak Katolik yang taat yang baru mulai
bercukur sebulan sebelumnya." Suaranya serak. "Aku bahkan
tak tahu kata apa yang akan
kugunakan. Aku bisa mengucapkan seluruh isi misa bahasa Latin
dengan mudah ketimbang mengucapkan "penis" atau "vagina."'
"Bagaimana dengan Figueroa, pengacaramu pada persidangan
pertama?"
"Ia tahu semaunya. Aku ceritakan bagaimana kejadian
persisnya, tapi ia sepertimu. Tak mempercayaiku. Ia bilang,
'Bagus, Julian. Sekarang simpan saja itu untuk dirimu sendiri.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kau tak akan memperoleh apa-apa dari cerita itu dengan saksi
di depanmu."
Ia menistakan bangsat tua itu. Hoolian masih bisa
membayangkan orang itu di kantor Court Street-nya, noda
mustard terang di manset setelan jaket, punggung-punggung
buku hukum usang mengelupas di rak, bicaranya kasar dan sok
perhatian padahal yang ia inginkan hanya menggerogoti harta si
klien dan bersenang-senang dengan kapal pribadinya di Florida
Keys.
"Jika itu benar, mengapa kau tak mengatakannya padaku sejak
awal?"
"Hal pertama yang kau katakan: 'Hanya jawab pertanyaan yang
diajukan. Saksi yang baik mengetahui, jangan pernah
merendahkan orang bodoh. Berfokuslah pada isu yang relevan
dengan tuntutan.' Yaitu"-ia menjentik dengan jemarinya"apakah pengacaraku tidak kompeten? Ya. Apakah ia
memberiku hak untuk bersaksi? Tidak. Mengapa pemerintah
tak memunculkan bukti DNA yang kami minta? Dan mengapa
mereka tak mengejar semua saksi yang bisa membersihkan
namaku?"
Deb mengangguk, mengakui setiap poin seiring memucat
wajahnya. "Ya, tapi bagaimana penemuan darahmu dan
darahnya di kain penutup sofa?"
"Seperti yang kau bilang. Aku mengerjakan banyak hal di
gedung malam itu. Kurasa aku mungkin tersayat saat memotong
pipa dan tetesannya mungkin mengenai sofanya saat kami
bersama. Bagaimana darahnya sampai ada di sofa, aku tak tahu.
Itu pasti terjadi setelah aku pergi dan orang lain datang dan
menyerangnya."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Oh Tuhan." wanita itu membuka jendela taksi, membutuhkan


udara segar. "Kuberi tahu kau, Julian. Lebih baik tak
membohongiku. Kalau kau bohong, bukan aku yang akan
menyeretmu kembali ke penjara. Kau dihukum dua puluh lima
tahun penjara, seandainya kau lupa."
"Apa aku terdengar seperti sedang berbohong?"
Deb terdiam cemberut. Di sekeliling mereka, orang-orang mulai
meninggalkan kota lebih awal untuk mengejar akhir minggu
yang panjang. Pria dan wanita membawa tas dan koper kecil,
bergegas menuju Grand Central, melemparkan pandangan
khawatir ke langit, melewati kanopi Graybar Building, saat para
tikus penggores kabel suspensi terlihat seakan mereka tengah
mencoba meninggalkan kapal. Kembali lagi selama lima tahun
mungkin tak akan begitu menakutkannya beberapa hari yang
lalu, sebelum ia berhubungan dengan Zana dan anaknya. Tetapi
hidup di luar telah menodaimu. Itu membuatmu lupa bagaimana
hidup di dalam kurungan.
Dilihatnya kalimat itu membuat dagu Tom terangkat dan
matanya berkedut sesaat; cukup lama bagi Francis untuk
mengerti rasa tertariknya untuk mendengarkan semua bukti
yang ada.
"Dengar, kita sudah saling kenal begitu lama," ucap Francis.
"Aku yakin kau bisa menjelaskan mengapa semua terlihat
seperti ini."
"Yeah, kerjamu buruk."
Francis mengangguk. Ya, itu benar. Kau lebih pintar dariku. Kau
tak butuh pengacara. Aku hanya keledai bodoh setengah buta
yang menjebloskan anak malang ke penjara selama dua puluh
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tahun untuk sesuatu yang tak pernah ia lakukan. Tapi tak apa.
Aku tidak gila. Ia tak membebaniku. Tak menggerogotiku dari
dalam. Tak membuat ragaku sakit. Tak membunuhku. Teruskan.
Aku bisa menghapus noda dari jiwaku. Memang sudah kotor.
Tak apa. Lakukan. Kau bisa mengalahkanku lagi.
"Ya, ada kemungkinan sampelnya tertukar di laboratorium.
Selalu ada celah untuk human error."
"Setuju."
"Jadi kau tak pernah bertemu perempuan ini, Christine.
Benar?" "Siapa?"
"Christine Rogers. Dokter perempuan yang terbunuh beberapa
minggu lalu. Kau tahu."
"Aku bertemu banyak orang," ujar Tom dengan suara datar.
"Aku keluar masuk rumah sakit sepanjang waktu, melakukan
penjualan di telepon dan mempromosikan produk kami pada
para staf. Itu pekerjaanku."
"Tapi kau tak ingat wanita ini secara khusus?"
Terang alisnya membuat ia terlihat aneh tak tergerak oleh
pertanyaan itu. "Kadang aku mengadakan demo tentang cara
kerja alat dan ada banyak dokter di dalam ruangan. Aku tak
begitu pintar mengingat nama."
"Kukira itu satu kelemahan bagi seorang agen penjualan."
Tom melihat jam, mengira-ngira berapa lama lagi ia mesti
tinggal di sini.
"Begini, aku akan memberitahumu sesuatu yang tak muncul di
koran." Francis memajukan badan, menyelipkan kait dengan
terampil sebelum masalah pengacara itu muncul lagi. "Gadis-

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

wanita-ini, ketika kami menggeledah apartemennya, ternyata


menyimpan setumpuk kliping koran tentang kasus adikmu."
Tom mulai memainkan kancing kemejanya lagi meski
ekspresinya tetap tak berubah.
"Sepertinya ia agak terobsesi dengan hal itu," lanjut Francis.
"Ia bahkan mengatakan pada beberapa rekannya bahwa
menurutnya Julian Vega mengalami nasib malang."
Dilihatnya Tom membalik-balik kancing, seolah bermaksud
mencabutnya. Tapi rautnya tetap sama: jauh, tampak polos,
mungkin sedikit ingin tahu. Seolah ia tak tahu apa yang
tangannya inginkan.
"Itu aneh, tapi aku tak tahu apa kaitan hal itu denganku,"
ujarnya. "Mungkin ia kenal Julian dari sekitar lingkungannya,
dan ia menceritakan kisah malangnya tentang bagaimana ia
dipenjara padahal ia tak bersalah. Lalu ia berbalik dan
melakukan hal yang sama padanya seperti yang ia lakukan pada
adikku. Itu yang dilakukannya. Ia berhasil mendekati
gadisgadis ini, lalu saat mereka tak memberinya apa yang ia
inginkan, mereka dibunuhnya."
"Ya, itu juga terpikir olehku. Orang punya kebiasaan cara
mengulang pola yang sama dalam hidup mereka, terus dan terus
begitu, hingga mereka memperoleh apa yang mereka inginkan."
Francis tersenyum singkat.
"Nah, setelah saksi ini maju dan hasil DNA muncul, kami mulai
mencari di tempat lain dan memeriksa detil yang tak kami
ketahui sebelumnya. Seperti ketika ibumu datang ke ruang
gawat darurat di RS St. Luke suatu malam ketika Christine
tengah bertugas jaga."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa artinya?" garis-garis di tenggorokan Tom makin dalam


meski samar. "Apa kaitannya?"
"Kami membandingkan tanda tangan dan mengetahui bahwa
kaulah yang mendaftar untuk ibumu malam itu di bagian
pendaftaran. Kami pikir mungkin kau bertemu Christine."
"Ayolah, itu menggelikan, Francis." Tom melambaikan tangan.
"Itu ruangan besar yang penuh dokter dan perawat. Aku
pernah keluar masuk di sana ratusan kali, menggelar
presentasi. Tentunya aku tak ingat bertemu wanita itu."
"Benar, kami sudah mengira kau akan berkata seperti itu," ucap
Francis, mengangguk sependapat. "Tetapi lalu kemarin kami
menemui anggota satpam yang mengenali fotomu dan
menurutnya ia pernah melihat kalian berdua minum kopi di
kafetaria beberapa bulan lalu."
"Ia keliru."
"Ia keliru?" Francis tersenyum sinis.
"Ya, aku sering dengar tentang saksi-saksi yang membuat
keterangan palsu."
"Jadi orang yang bekerja di apartemen adikmu keliru
melihatmu di malam adikmu terbunuh dan anggota satpam
rumah sakit keliru melihatmu bersama Christine? Itu yang
ingin kau katakan padaku?"
"Aku tak tahu siapa orang-orang ini dan apa tujuannya. Mungkin
saja mereka melihat fotoku di koran dan ada kebingungan. Itu
biasa terjadi."
"Lalu bagaimana dengan ponsel itu?"
"Ponsel apa?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Wanita itu menelepon dua-tiga kali ke telepon yang terdaftar


atas namamu."
"Bagaimana aku tahu?" Tom bertanya. "Mungkin ia berteman
dengan orang lain di perusahaanku."
"Tom, ayolah." Francis menyentuh lututnya ringan. ".Kau
bertemu dengannya. Makin lama kau menyangkalnya, hanya
makin buruk keadaannya."
"Baik," ujar Tom mendadak. "Kurasa aku tak ingin berkata apaapa lagi."
Francis menekan lutut Tom sedikit lebih kuat sebelum
menarik"tangannya. Tidak, kau tak akan pergi ke mana-mana
kali ini. Jeny Cronin dan mereka semua berada di balik cermin,
dalam diam memintanya untuk menyelesaikan, menganggap
mereka sudah punya cukup bukti untuk melakukan penahanan.
Tapi ia menginginkan lebih. Ia membutuhkan pernyataan, ia
harus mendapatkan tulang dan organ tubuh kejahatan ini,
diserak di meja agar semua orang melihat, hingga tak ada
keraguan atau duga sangka, tak lagi mengirim orang yang salah
kali ini.
"Bantu aku untuk mengerti." Ia memutar kursi dan
mengangkang kaki, berhadapan langsung dengan Tom. "Aku
yakin ini bukan kesalahanmu. Kau dan ibumu bertemu gadis ini
di rumah sakit. Dan kemudian kurasa ibumu berteman
dengannya di sana, karena kami tahu mereka saling menelepon
beberapa kali setelahnya. Ibu mencari putrinya, seorang anak
mencari ibunya. Hal macam itu... "
Ia dapat melihat dari cara Tom memalingkan kepala bahwa ia
berada di jalur yang benar.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi aku kira mungkin kalian bertiga bertemu, makan malam,


kau mungkin mengucapkan terima kasih padanya karena telah
menjaga ibumu. Dan kau mungkin sedikit terlibat dengannya.
Oke. Itu sering terjadi. Tak ada yang
menilai siapa pun di sini. Maksudku, polisi dan perkawinan.,
fiuh....Aku tak
akan menyalahkan siapa pun.... "
Tom mengetuk-ngetuk kepala, tak diragukan lagi tengah
berusaha mengingat nomor telepon pengacaranya. Aku bisa
melakukannya, Francis berkata pada diri sendiri. Aku bisa
membuat semua orang menyerah. Bakat alami. Seperti Mickey
Mantle memukul bola bisbol atau Pavarotti menyanyi opera.
"Tapi gadis ini... " Ia menggeleng, terus menekan kasusnya. "Ia
jenis gadis yang tak pernah ingin melepaskan apapun juga. Ia
berkencan dengan orang ini, orang baik, memperlakukannya
dengan amat baik. Membawanya makan malam. Membelikannya
perhiasan indah... " Ia merendahkan dagu dan menatap Tom,
tak perlu dikatakan lagi mereka telah memeriksa catatan kartu
kreditnya dan melihat tagihannya. "Tapi gadis itu terus
mengganggunya, menanyakan pertanyaan tentang keluarganya.
Peristiwa mengerikan yang terjadi di masa lalu, yang sama
sekali bukan urusan orang lain... "
Ayolah, bung. Mengakulah padaku. Kau bisa memer-cayaiku.
Sepanjang hidupnya, ia selalu menemukan cara untuk menjalin
ikatan dengan para pelaku tindak kejahatan biadab, brutal, dan
kadang tak termaafkan. Ia memperlakukan mereka setara,
membandingkan masa kecilnya yang kurang bahagia dengan
mereka, mengecilkan betapa seriusnya kejahatan yang mereka
lakukan. Kau merampok bank? Memangnya kenapa? Kau tidak
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sampai membunuh orang. Oh, kau memang membunuh


seseorang? Hey, itu kecelakaan. Kan tidak seperti seolah kau
pergi dan sengaja merampok bank.
"Maksudku, gadis itu mulai mengendap-endap di belakangnya,
bicara pada orang-orang, mengumpulkan artikel koran setelah
lelaki itu keluar penjara. Memang menyebalkan betul. Ia
berusaha mengaduk-aduk peristiwa menyakitkan tepat saat
keluarganya sedang terluka."
Tom memalingkan kepala hampir sembilan puluh derajat, namun
satu matanya tetap melihat Francis, seolah ia khawatir
berpaling.
"Lalu kemudian ia mulai menarik satu kesimpulan," ujar Francis.
"Bicara tentang hal-hal yang tak ia ketahui."
Tumbuh semacam kegelisahan di antara mereka, seolah ia
membuat lingkaran terlalu melebar. Sudah waktunya untuk
lebih mendekat dan mengambil risiko terluka.
"Jadi, ia mulai melemparkan tuduhan-tuduhan, tentang lelaki
itu dan adiknya."
Ruangan itu dipenuhi kesunyian paling mencekam yang pernah
Francis rasakan seumur hidupnya. Ia dapat mendengar filamen
mendengung di lampu neon, bunyi hidrolik sistem pencernaan
Tom, lem melepas rekatannya dari lantai ubin, seolah seisi
ruangan itu mendekat, molekul demi molekul.
"Apa yang ingin kau katakan, Francis?" ia bertanya dengan
suara tajam.
"Aku hanya bilang hal-hal terjadi dalam satu keluarga yang tak
akan dipahami orang luar. Dan, gadis ini, Christine, mungkin

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mengetahui jelas beberapa hal yang tak semestinya ia


ketahui."
Aroma busuk mulai menguar dari Tom, meski ia duduk tanpa
ekspresi, dari kaus Oxford dan celana khakinya.
"Sepertinya aku ingin muntah."
Francis menarik kaleng sampah kecil dari bawah meja dan
menaruhnya di samping kursi Tom. "Lakukan apa yang ingin kau
lakukan."
"Aku tak percaya kau mengatakan ini semua padaku. Aku dulu
menghormatimu."
"Dulu kau menghormati"?" bibir Francis mengerucut.
Tom mulai bangkit, tapi Francis mendudukkannya kembali,
dengan telapak tangan di dadanya.
"Duduk," ujarnya. "Kita belum selesai."
Ia menyeka tangannya pada celana dengan jijik. Ia melihat
kaca satu arah itu bergetar dan tahu Jeny Cronin dan yang lain
di belakangnya mungkin tengah berdebar-debar.
"Aku tahu apa yang kau lakukan padanya." Francis menekan,
memperkecil jarak. "Aku tahu kau menyuruhnya memakai
pewarna di rambutnya agar ia lebih terlihat seperti adikmu.
Aku tahu kau memberinya beberapa buku fiksi
ilmiah lama milikmu. Aku tahu kau berusaha memperoleh
kembali apa yang kau miliki dengan Allison..."
Tak ada gunanya. Kesempatannya telah hilang. Ia menyadarinya
tepat setelah ia menyeka tangan dengan jijik pada celananya,
seakan baru menyentuh sesuatu yang bukan manusia. Ia
mematahkan ikatan itu serta aturannya sendiri lewat gerakan
itu, memberi tahu si tersangka dengan jelas apa yang ia
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pikirkan tentangnya. Kini Tom hanya menatapnya, tak berkedip.


Tak merasakan panas itu lagi.
"Pengacaraku," ucapnya. "Aku sudah cukup mendengar."
Kata-kata tak akan ada gunanya kali ini, Francis sadar. Ia
memerlukan cara lain.
"Oke, kita tak perlu bicara lagi," ujarnya. "Aku hanya ingin
menunjukkan sesuatu padamu."
Ia membuka berkas kasus yang tergeletak di tengah-tengah
meja, tak tersentuh hingga sekarang.
"Nih, ini Christine." Ia mengeluarkan foto Polaroid yang Rashid
ambil di TKP: seorang gadis dengan tenggorokan tersayat dan
darah meresap di sela-sela ubin kamar mandi. "Aku mengerti
mengapa kau pergi dengannya. Ia jenis gadis yang sama dengan
adikmu. Mungkin sedikit terlihat lebih tua. Tak ada sifat
kekanakan padanya. Tapi kau kan tak selalu bisa bergantung
pada usia, bukan?"
Tom terus menatap, ekspresinya tak berubah meski bau yang
muncul darinya mulai menajam dan tak sehat.
"Dan, ini Allison." Francis mengeluarkan foto kedua sebelum
Tom mengungkapkan keberatannya. "Tapi kukira kau tahu itu."
Tom memandang satu mata utuh adiknya menatap dirinya dari
kolam darah yang ia buat di wajah adiknya itu.
"Ayo, lihatlah." Francis memajukan badan, hampir menaruh
tangannya di tengkuk Tom. "Apa yang kau takutkan? Ia telah
mati. Ia tak akan bercerita pada siapa pun betapa kau dulu
suka memerkosanya."
Tom memandang satu mata utuh adiknya menatap dirinya dari
kolam darah yang ia buat di wajah adiknya itu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ayo, lihatlah." Francis memajukan badan, hampir menaruh


tangannya di tengkuk Tom. "Apa yang kau takutkan? Ia telah
mati. Ia tak akan bercerita pada siapa pun betapa kau dulu
suka memerkosanya."
Tom berusaha berpaling, tapi pupil matanya menyentak dua kali
seolah tertarik magnet. "Ayolah, Tom. Apakah ini menolongmu?
Apa ini memberimu sebuah penyelesaian?"
Tanpa aba-aba, Tom membungkuk dan muntah di samping
kaleng sampah, menciprati sepatu Francis.
"Baiklah." Ia meletakkan kening di atas meja setelah selesai.
"Kurasa aku ingin menghubungi pengacaraku atau pulang dan
menemui anak-anakku."
"Tom, aku punya kabar buatmu." Francis menggapai kotak tisu.
"Kau tak akan menemui putri-putrimu malam ini."
57
Entah mengapa, anak lelakinya itu selalu terasa asing baginya,
menutup diri, jauh, tak terjangkau. Eileen berdiri di samping
sekat jendela, memperhatikannya dari belakang di meja dapur.
Anak siapakah ini, membaca koran sehari setelah ia ditahan
dan menikmati dua wadah es krim, satu persatu, tanpa
bertambah gemuk? Dari mana ia memperoleh kebiasaan terusmenerus menggosok tengah keningnya dengan satu jari? Tentu
bukan dari dirinya atau ayahnya, si pemabuk gendut itu. Kini ia
sadar bahwa sejak pertama kali perawat di Lenox Hill
menaruhnya di dadanya, lembab dan biru, menatapnya dalam
keheningan menyeramkan, di sana sudah ada sesuatu padanya
yang ia tak kenali.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Rasanya ia hanya menyamar menjadi'anggota keluarga mereka;


hal-hal asing dan menakutkan bergolak di balik alisnya yang
hampir tak kentara. Mulanya, ia berkata pada diri sendirinya,
ia hanya berkhayal. Anak itu tidak benar-benar berbeda dari
anak lelaki lain. Memang ia kadang tertutup, sedikit sembunyisembunyi. Tetapi kemudian Eileen mulai menyadari anaknya itu
pembohong yang amat hebat, seolah satu sisi dirinya sama
sekali tak tahu apa yang sisi lainnya lakukan. Siapa yang
memecahkan vas, Tom? Demi Tuhan, aku tak tahu, Bu. Aku
keluar seharian. Ke mana uang yang kutinggalkan di atas
lemari? Aku tak pernah melihatnya. Makin besar
kebohongannya, makin Eileen sadar anaknya sengaja menyimpan
sebagian dirinya tersembunyi darinya. Mengapa adikmu
menangis? Apa yang kau katakan padanya? Apa yang kau
lakukan di kamarnya kemarin malam?
Hal itu pasti dimulai ketika ia berusia sekitar sebelas dan
adiknya enam tahun. Tidak, Eileen belum sanggup
membayangkannya. Rasanya seperti menatap matahari. Kau
tahu ada sesuatu di sana namun tak mampu memandangnya.
Karena akan membakar mata keluar dari tengkorakmu. Ia
mendengarkan irama denting sendok di atas porselen di dapur
yang kosong.
Ia telah berusaha. Membawanya ke ahli terapi dan psikiater
terbaik di Upper West Side. Tetapi mereka tak pernah tahu
siapa atau apa yang telah merusaknya. Tom selalu bersikeras
tak ada yang pernah menyentuhnya, dan sejauh yang Eileen
tahu itu memang benar. Hanya ada kelaparan mengerikan dalam
dirinya. Ada hal-hal yang tak bisa kaujelaskan. Jadi, akhirnya
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Eileen mengirimnya pergi, pertama ke sekolah berasrama lalu


tinggal dengan ayahnya, saat ia menyadari dirinya tak mampu
lagi mengendalikannya. Tetapi ia terus kembali lagi dengan
nafsu makan lebih besar. Bagaimana mungkin kau memisahkan
abang dan adiknya? Tiap kali mereka saling tatap satu sama
lain rasa tertarik itu makin besar, seakan mereka terusmenerus menemukan kembali bagian diri mereka yang telah
lama hilang.
Eileen mengira, tumbuh dewasa dan menikah akan
mengubahnya, menyembuhkannya dari apapun itu yang
membuatnya seperti itu. Tetapi gadis yang ia pilih lemah dan
tak sebanding, tak mampu memegang tugas. Gadis itu seperti
Thumbelina: orang kecil yang tak pernah bisa membesar.
Hampir tak lebih seperti anak-anaknya sendiri, tak mampu
mengatasi tuntutan hidup di perkotaan, apalagi membesarkan
dua putri kecil di sarang serigala.
Saat Eileen berusaha bicara dengannya tentang masa depannya
pagi tadi, berkata mereka tak bisa berpura-pura lebih lama
lagi, bahwa mereka harus menguatkan diri dan memikirkan
anak-anak, ia hanya diam dan mengerut. Duduk di atas selimut
perca dengan lampu rendah sambil menonton saluran TV
hiburan, dikelilingi artikel majalah mengenai kelelahan kronis
dan virus Epstein-Barr, dan berkata yang ia inginkan hanyalah
tidur. Tom telah mengatakan padanya bahwa itu semua hanya
tipuan, saksi palsu, pembunuh dan penyelidik brengsek
berusaha mengalihkan kesalahan dari mereka sendiri. Semua
akan baik-baik saja karena ia berkata semua akan baik-baik
saja. Dan bagaimana Eileen bisa menyalahkannya? Hampir

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sepanjang hidupnya, wanita itu tak pernah berubah. Hanya


perlahan-lahan bangun kala matahari mulai menerpa bumi.
Didengarnya Stacy, enam tahun dan bak pinang dibelah dua
dengan bibinya saat seusia dirinya, turun dari tangga, mencaricari hidangan pencuci mulut.
"Ayah, apa masih ada sisa mocha almond fudge?"
Ia muncul di lawang pintu dapur, menyilangkan pergelangan kaki
sambil menggigiti ujung kepangannya seperti Allison dulu.
"Maaf, Sayang." Dari sekat jendela, Eileen melihat Tom
sengaja mengambil karton wadah es krim Haagen-Dazs dan
menaruhnya di kursi di sampingnya, tempat yang tak akan'
terlihat oleh putrinya. "Kita tak membelinya lagi. Menurut ibu,
kalian sudah makin gemuk."
Stacy menjulurkan lidah kecewa.
"Ayo sini, Sayang," ujar Tom. "Ayah baru mengalami hari sulit.
Ia butuh dipeluk."
Dengan enggan, putrinya menghampirinya, menyeret sandal
balet di ubin, solnya mengeluarkan bunyi seperti kepala korek
menggesek batubara.
"Bolehkah aku memandikanmu?" Tom melingkarkan tangan
memeluknya.
"O-oke." Anak itu menyender tegang dan mendesah dramatis.
"Itu baru anakku."
Eileen merasa dirinya kaku, melihat tangan lelaki itu
mengeluyur turun dan meremas hati kecil merah muda di saku
belakang jeans anak itu. Sebuah suara di kepalanya menjerit
saat tangan anaknya tetap di sana dan terus meremas, seolah
yang ia genggam adalah jantungnya sendiri. Ia tak ingin
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

melihatnya, namun tak berani untuk berpaling. Akhirnya Tom


melepaskannya, namun suara itu terus menjerit. Sesuatu tak
berhenti. Sesuatu tak berhenti hingga kau membuatnya
berhenti.
Eileen mendaki tangga dan menyeberangi bidang menuju ke
kamar mandi agar ia bisa menunggu di sana untuk mengambil
alih darinya ketika mereka tiba.
58
Senin pagi, Hoolian kembali ke Bagian 50 Pengadilan Tinggi
Negara Bagian New York di Manhattan, bak penjelajah waktu
di episode Twilight Zone yang kembali ke waktu tepat saat
hidupnya berantakan.
"Warga New York melawan Julian Vega," seru pegawai
pengadilan.
Ia berdiri dan secara naluriah mengambil sikap bersalah klasik,
tangan di belakang, kepala menunduk, melirik sekali dari
bahunya, melihat apakah Zana atau orang lain yang ia titipi
pesan hadir.
"Nona Aaron." Hakim Bronstein menaikkan suaranya,
memastikan media di barisan belakang dapat mendengarnya.
"Mendekat."
Nona A. melangkah maju, merapikan kerah.
"Yang Mulia, kami mengajukan mosi untuk mencabut dakwaan
terhadap Saudara Vega."
"Saudara Raedo?" Hakim itu menoleh ke kiri pada meja
penuntut. "Ada hal lain yang ingin Anda sampaikan?
"Tidak, Yang Mulia. Kami tak akan membantahnya."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Asisten Jaksa Wilayah bahkan tak mau repot-repot melihat.


Hanya pura-pura sibuk dengan berkas-berkas, seolah ia punya
hal lain yang lebih penting di benaknya. Hal itu membuat
Hoolian merasa begitu kecil, tak dihormati, seakan makna
hidupnya bahkan tak layak diketahui. Ia separo ingin mendekat
dan mencengkeram hijo de gran puta itu dari belakang
lehernya, dan menghantamkan wajahnya dua atau tiga kali ke
meja, untuk peringatan atas perilakunya.
"Oke." Hakim mengetok palu. "Dakwaan dicabut. Saudara Vega,
Anda bebas pergi. Atas nama pengadilan, saya ingin
menyampaikan bahwa apa yang menimpa diri Anda sangat
disesalkan. Tak ada yang ingin menerjuni bidang ini: ingin
mengirim orang tak bersalah ke penjara..."
Suaranya terdengar makin samar selagi ia berbicara dan
membuat gerakan tangan. Hoolian merasa pusing dan
kehilangan orientasi, melewatkan sejumlah ucapan hakim.
"...dengan begitu secara pribadi saya ingin mengucapkan
semoga berhasil dengan kehidupan Anda selanjutnya dan jika
Anda kelak masuk ruang pengadilan lagi, saya harap itu hanya
sebuah kunjungan."
Ia mendengar suara tawa palsu dari barisan pers selagi sang
hakim menggapai ke bawah mengulurkan tangan kurusnya yang
entah mengapa membuatnya berpikir tentang batang-batang
mawar berduri terbungkus tisu tipis. Saat ia berjinjit dan
menjabat tangan itu, Nona A menyikutnya dari belakang jaket,
menyuruhnya melakukan satu tugas lain.
Ia menoleh dan dilihatnya Paul Raedo menunggu, tangannya
terulur lemas seperti cangkir pengemis.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Selama sesaat, semua tampak membeku. Pegawai pengadilan,


kerumunan reporter, pengacara lain yang menunggu kasusnya
dipanggil, semua memajukan badan untuk melihat apa yang akan
ia lakukan. Air liur rasa tembaga mengumpul di belakang
mulutnya, menciptakan dorongan untuk menyemburkannya pada
wajah lelaki itu. Paling tidak itu layak dia dapatkan. Tapi
matanya kemudian jatuh ke barisan tepat di belakang meja
terdakwa, tempat ayahnya dulu duduk tiap hari di pengadilan
dengan mengenakan setelan terbaiknya, berusaha menunjukkan
pada dunia orang macam apa mereka sebenarnya.
Ia merapatkan bibir dan mengulurkan tangan, diam-diam
mengutuki diri sendiri atas sikap terhormatnya itu.
"Oke, Bung." Ia meremasnya hingga merasa sedikit puas
melihat si penuntut itu meringis.
"Aku akan menghubungimu untuk bicara tentang
perjanjiannya." Nona A memiringkan badan ke bahu Hoolian.
"Aku akan memikirkannya."
"Aku ada di kantor." Raedo memijit tangannya. "Tapi jangan
terlalu berharap banyak."
Di lobi, beberapa menit kemudian, Hoolian ragu-ragu di
belakang detektor logam, secara naluriah mengeluarkan
tangannya.
"Tak apa." Nona A. muncul dari belakang dan menyentuh
sikunya. "Kau tak perlu membuat mereka memeriksamu lagi.
Kita akan pergi."
Hoolian menyisi melewati bingkai mirip bilik tol itu, masih
mengira akan mendengar seruan penjaga, "Berhenti." Alih-alih,
pegawai pengadilan hanya meneruskan tugasnya memeriksa tas
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dan melambaikan tangan pada orang-orang yang bergerak


menuju ruang sidang, seakan ia tak terlihat.
Ia mengikuti Nona A. melewati pintu putar dan keluar menuju
trotoar, diikuti perasaan aneh seakan ia berjalan mundur
melewati waktu.
Puluhan juru kamera dan reporter berita telah bersiap di
bawah perancah biru di atas trotoar, tak jauh dari tempat
mereka berdiri sehari setelah juri memutuskan dirinya
bersalah sembilan belas tahun, delapan bulan, dan dua belas
hari yang lalu.
"Julian, apa kabar? "
"Julian, apa Anda merasa bersih?"
"Julian, apakah Anda sakit hati?"
Ia menengadah, mengenali suara terakhir ini sebagai seseorang
yang pernah memanggilnya 'Hooooliiiyaaan' terus-menerus
dengan suara sumbang di luar Seksi 19. Ternyata ia seorang
lelaki pendek berjanggut mengenakan kartu pers dari Post
dengan kertas-kertas berjatuhan dari buku catatannya; bagian
tengah tubuhnya tampak lembut dan mengundang, seakan-akan
kepalan tak akan keluar dari sana ketika ia meninju.
"Tak ada komentar lagi, untuk saat ini." Nona A. maju
mendekati mikrofon selagi lampu kilat terus menyala dan
kamera tak henti menjepret. "Kami yakin keadilan akhirnya
terwujud hari ini. Saudara Vega ingin mengucapkan terima
kasih pada semua pendukungnya. Ia ingin menghabiskan waktu
bersama kerabat dan teman-temannya... "

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian ikut mengangguk ramah, menjadi aktor sesaat, raut


wajah dan tingkahnya yang sopan menutupi ledakan emosi yang
bergolak di kepalanya.
"Julian, apa rencana Anda di masa datang?" seorang reporter
wanita dengan rambut bob dan gigi-gigi kecil menyeru.
"Aku tak tahu," jawabnya. "Mungkin aku akan mengambil kuliah
hukum. Aku sudah mengenal sistemnya cukup baik..."
Dilihatnya beberapa dari mereka mulai menjauh saat Nona A
maju dan berkata tak ada komentar lagi untuk saat ini. Lampu
sorot pun beralih. Mereka telah memperoleh apa yang mereka
inginkan. Tak ada alasan lagi untuk tetap di sana. Ia menyadari
pembebasannya mungkin hanya akan muncul di halaman tiga.
Berita besar hanya pada saat tuduhan awal. Dilihatnya salah
satu koresponden mengambil mikrofon dan mulai berlari
sepanjang blok, tempat hadirnya cerita lain yang jelas menarik
perhatian mereka. Melewati desakan orang-orang, ia melihat
sekilas sosok Tom Wallis, tampak pucat dan ketakutan. Nona A
sebelumnya berkata lelaki itu akan datang ke pengadilan sore
ini untuk didakwa atas pembunuhan adiknya. Seorang
pengacara tua penuh keriput dengan dasi kupu-kupu rapi
berdiri di sebelahnya, menghalau serbuan pertanyaan. Hoolian
tak peduli sama sekali apa yang akan dilakukan mereka pada
Tom di penjara. Tetapi saat kerumunan itu berlalu, bak
kawanan ternak, Hoolian melihat ibunya hadir bersama mereka,
sosok seperti hantu berambut merah dan kaca mata bintik. Ia
berpikir wanita itu pasti wanita paling kesepian di dunia
sekarang. Bagaimana mungkin orang dapat melanjutkan hidup,
mengetahui putra satu-satunya telah membunuh putri
tunggalnya? Ia akan sinting atau mati.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ia mengamati mereka semua menaiki tangga dan melewat pintu


putar, memasuki mesin kelabu tempat ia baru saja keluar
darinya.
Begitulah. Sirkus telah selesai. Tom yang akan menjadi berita
utama esok hari. Kisah Julian Vega sudah berakhir. Tidakkah
mestinya langit terbelah? Tidakkah mestinya hujan lebat turun
dan membilas bersih jalanan? Tidakkah matahari mestinya
terbit dari barat dan terbenam di timur? Tidakkah mestinya
Tuhan mewujud dan menjelaskan padanya? Tidakkah mestinya
ada....sesuatu yang lebih dari ini?
Tetapi hari itu tak ada yang istimewa. Seorang pengacara
dengan mantel Burberry melangkah di depannya untuk
mencegat taksi. Sepasang reporter membuntuti di
belakangnya, bicara pada Nona A. tentang kasus lain yang ia
tangani. Sebuah mobil polisi meluncur dengan sirene menyala,
tak memedulikannya sama sekali.
Mestinya ia bersuka cita. Akhirnya semua selesai. Ia bisa
melakukan apa saja sekarang. Alih-alih begitu, ia merasa
tersesat dan sedikit takut. Ia memperhatikan taksi-taksi
kuning berseliweran dan dalam benaknya terpikir bahwa tiap
sopir, bahkan imigran paling hangat yang baru turun dari
pesawat sekalipun yang hampir tak dapat berbahasa Inggris
memiliki sesuatu yang ia tak punya-surat izin mengemudi. Ia
bahkan tak yakin yang mana pedal gas. Mendadak, ia
mengambang dalam semua detil asing kehidupan sehari-hari.
Asuransi, ongkos kesehatan, tabungan pajak yang
ditangguhkan. Ia pernah mendengar semua itu tapi takut

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

bertanya pada orang-orang apa itu. Bagaimana ia akan


mengejar hal-hal yang tak ia ketahui?
Ia sadar dirinya berada di tengah lautan. Untuk beberapa lama
ia tenggelam dalam tuntutan hukum, tapi begitu hal itu selesai,
ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Tanpa kasusnya, tanpa
perkara ini, hidupnya tak memiliki arah, tak ada struktur, tak
ada pengaturan prinsip. Dan sekali ia membuka kepalan dalam
diri yang telah membuatnya bertahan begitu lama, semua yang
ia punya runtuh.
Segala yang ada di Foley Square seakan berputar mengelilingi
dirinya. Semua orang bergerak melewatinya penuh tujuan yang
membuatnya merasa makin tak terarah, kesepian, dan rapuh.
Bus biru putih Direktorat Pemasyarakatan menepi di sisi pintu
masuk gedung pengadilan, membawa tahanan dari rumah
tahanan sementara ke penjara. Ia punya firasat jika tak
berhati-hati, tak lama ia pun akan turut menaiki bus itu.
Tapi lalu ia merasakan getaran kereta bawah tanah Lexington
Avenue tepat di bawah kakinya dan dalam embusan angin yang
merayap dari kisi-kisi ia merasakan, meski hanya sesaat,
kehadiran ayahnya.
Ia akan menemukan jalan, katanya dalam hati. Sesuatu akan
menunjukkan ke mana ia harus pergi. Dan, saat reporter
terakhir akhirnya berlalu, dilihatnya Zana berdiri bersama
Eddie di belakang kerumunan selama ini, menunggunya. Sambil
terhuyung-huyung menghampiri mereka penuh rasa syukur,
dilihatnya anak itu memegang sesuatu seperti spanduk jatuh
yang ia ambil dijalan, setengah terlipat, dilengkapi keterangan,
peta sistem kereta bawah tanah New York City.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bisakah kita pergi ke Coney Island sekarang?" anak itu


bertanya, seolah jenuh menunggu.
59
Tepat saat Francis berbalik dari konter Starbucks membawa
dua cangkir kopi panas membakar, seorang gadis ceroboh
berkepala plontos muncul dari bintik butanya dengan
Rollerblade, mengayunkan tangan liar sambil meluncur tepat ke
arahnya. Sudah terlambat untuk menghindar baginya dan tak
ada ruang
untuk bergerak. Namun entah bagaimana ia berhasil menangkap
lengannya, memutar dengan anggun seperti seorang pedansa
waltz, dan melepaskannya tanpa menumpahkan setetes pun
atau membakar siapa pun.
"Aku terkejut kau berhasil," ujar Hoolian, setelah Francis
berhasil kembali ke meja dan duduk, wajahnya agak merah dan
perasaannya sedikit kacau.
"Yeah, mestinya orang bersepatu roda dilarang masuk."
"Maksudku, aku terkejut kau datang."
Francis menyodorkan kopi, ia pun sedikit kaget berada di sini.
Ketika mendapatkan pesan pertama kali dari Deb Aaron
beberapa minggu lalu bahwa Hoolian ingin bertemu, berdua
saja, ia hanya meremas kertas merah muda itu dan
membuangnya di keranjang sampah, seperti yang orang normal
akan lakukan. Tapi selama dua hari berikutnya, dilihatnya
gumpalan kertas itu entah mengapa tidak mengumpul dengan
sampah lain, namun tetap di sana menyangkut di sudut
keranjang, seperti organ buangan yang masih berdenyut.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kasus sudah berakhir." Ia mengangkat bahu, bersyukur


dirinya bersikeras untuk bertemu di tempat umum. "Kita
mungkin bisa menjadi orang asing."
Mereka saling tatap satu sama lain dalam kesenyapan yang
menggelisahkan beberapa lama, kemudian pada saat bersamaan
menoleh ke jendela berbarengan. Butir-butir uap halus
menjelang Natal turun di atas daerah konstruksi dekat Cooper
Union, jenis hujan yang bisa berubah menjadi hujan atau salju
sewaktu-waktu.
"Kau tahu, aku benci cuaca seperti ini." Ia mengamati jala
jingga di lantai atas konstruksi yang mulai menghilang dalam
kabut. "Korban tewas pertama kulihat tepat sebelum Natal.
Seorang wanita tua terbunuh di Harlem dan terbengkalai di
sana seminggu. Tubuhnya sudah membengkak. Belatung
merayap keluar dari lubang matanya. Baunya begitu busuk
sampai polisi yang sudah bertugas dua puluh tahun pun muntah.
Aku mencuci seragamku tiga kali setelah itu. Tapi kau tahu kan,
orang tidak bisa memasukkan topi ke dalam mesin cuci bersama
pakaianmu yang lain. Aku harus membiarkannya tak tercuci.
Lain ketika, aku berpatroli jalan kaki lagi, cuaca sedang hujan.
Dan bau memualkan itu pun menyeruak lagi ke seluruh tubuhku,
mengaliri tepat wajahku. Bau itu membawa semuanya kembali,
seolah aku masih berada di apartemennya."
"Rasakan, keparat. Kau tak bisa lari dari beberapa peristiwa.
Sayang kau tak terjangkit radang paru."
Francis melirik singkat padanya, melihat Hoolian memakai
jaket berbahan wol dan kaus marun yang sama dengan yang ia
pakai ke pengadilan tiap kali. Ia mengenakan dasi hitam yang
sama, sedikit terlalu ketat di sekitar
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tenggorokannya. Sama sekali belum melupakan masa lalu. Ini


mungkin tidak menandakan dimulainya Minggu Persaudaraan
Nasional.
"Jadi, berapa banyak yang diberikan kota ini untuk ganti rugi,
omong-omong?" Francis mengambil lap dan membersihkan
hidung, masih belum pulih dari flu yang telah mengganggunya
sejak Thanksgiving. "Lima puluh, enam puluh ribu?"
"Aku mendapatkan hidupku kembali." Hoolian dengan sengaja
mengabaikan pertanyaan itu dan memajukan wajahnya. "Apapun
itu, itu tak cukup untuk mengganti apa yang kau lakukan
padaku."
Delapan puluh, sembilan puluh ribu, duga Francis. Sepertiganya kemungkinan untuk Deb Aaron. Kalau tidak, Hoolian
mungkin akan muncul mengenakan setelan desainer teranyar,
hanya untuk menggosok-gosokkan wajah musuh lamanya di situ.
"Kau mungkin beruntung dapat memperoleh sesuatu." Francis
melayangkan pandangan jauh. "Aku tak tahu bagaimana
pengacaramu yakin dirinya dapat membuktikan maksud jahat."
"Kau tahu apa yang kau perbuat," ucap Hoolian tajam.
"Aku mengerjakan kasus itu sebaik aku bisa. Tak ada dendam
pribadi."
"Kau menipuku dan kita berdua tahu itu."
"Percayai apa yang kau mau, Nak. Itu tak ada kaitannya
denganku-" "Mengapa kau lakukan hal terkutuk itu?"
Francis tersenyum terpaksa. "Kau benar-benar ingin aku
menjawabnya?"
"Aku punya masa depan terbentang di hadapanku saat itu,
Bung. Lihat ini... "
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Hoolian membuat gerakan mendadak ke saku dalam dan Francis


mundur ke belakang.
"Tenang, Bung." Mata Hoolian berkilat oleh rasa geli saat ia
mengeluarkan amplop tua kekuningan dan meletakkannya di
atas meja.
"Apa ini?" Francis menyorongkan badan, tekanan darahnya naik.
"Buka saja."
Francis ragu-ragu lalu mengusap bagian belakangnya. Nadinya
mulai memompa seperti selang pemadam kebakaran.
"Jika ini sampel DNA Allison Wallis yang kau bawa-bawa
selama dua puluh tahun di TKP, aku katakan sekarang juga aku
akan menembak kepalamu, tepat sebelum aku menembak diriku
sendiri."
"Buka saja amplop keparat itu, Bung. Jangan cengeng."
Ia merogoh dan membuka surat terlipat bernoda cokelat,
meletakkannya di meja, dan membacanya beberapa lama,
berusaha mengerti akan kata-katanya.
"...dengan gembira menginformasikan kepada Anda bahwa Anda
telah diterima sebagai angkatan 1988.....Bahan-bahan
tambahan akan dikirim ke..."
Rahangnya perlahan turun. "Apakah ini surat penerimaan
kuliahmu atau semacamnya?"
"Aku membawanya ke mana-mana selama dua puluh tahun."
Hoolian mengangguk. "Surat itu datang minggu kedua aku di
Attica. Aku hanya terduduk di ranjang, membacanya terusmenerus. Mereka memberiku beasiswa penuh."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis menyeka meja di bawah surat untuk memastikan


permukaan itu tidak lembab. "Dan apa yang kau ingin aku
lakukan dengannya?"
"Aku ingin kau menyimpannya, Bung. Aku ingin kau menaruhnya
tepat di sebelah foto keluargamu. Agar kau selalu melihatnya
setiap hari di sisa hidupmu."
Francis menggerutu, seolah baru dipaksa menelan bola obat.
Mengapa aku datang hari ini? Mestinya aku di rumah,
memercikkan garam di trotoar dan memastikan semua jendela
tertutup. Mestinya aku mencoba menelepon anak-anak.
Mestinya aku menolong istriku mengecat kamar mandi saat aku
masih sanggup. Aku bahkan tak dibayar untuk melakukan ini.
"Aku hanya ingin kau mengatakan sesuatu padaku." Hoolian
mendorong surat itu lebih ke depan ke arah sisi meja Francis,
berusaha membuatnya menerima benda itu. "Bagaimana kau
bisa hidup, mengetahui apa yang kau perbuat?"
"Sifat alami binatang," ucap Francis santai, meski ia tak
sanggup menatap mata Hoolian.
"Dan apa maksudnya ucapanmu itu?"
"Seorang gadis tewas. Aku melakukan apa yang harus
kulakukan." "Jadi, kau harus menjebakku?"
"Mungkin karena itulah."
Francis menggeser-geser duduk gelisah, seperti penjahat biasa
yang baru dibawa masuk ke kantor polisi.
"Aku menyesal kau tertangkap ketika mestinya kami mencari
tersangka lain," ujarnya hati-hati. "Itu mimpi buruk setiap
polisi. Dalam dua puluh tahun aku tak pernah mengalami kasus
seperti itu... "
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Menyesal aku tertangkap?"


Hoolian menghempas keras dari meja dan beberapa wanita di
dekat mereka menoleh.
"Itu saja yang kau katakan padaku? Kau menyesal aku
'tertangkap'?" "Ya, apalagi yang kau inginkan?" Francis
merendahkan suaranya, malu. "Aku ingin kau mengakuinya."
"Mengakui apa?"
"Apa yang kau lakukan padaku. Aku ingin mendengar kata-kata
itu."
"Mengapa itu begitu penting bagimu?" Francis mengganti posisi
duduk, kakinya mulai kram.
"Karena itu memang penting. Kau telah merenggut tahun-tahun
terbaik dalam hidupku. Aku menyimpan begitu banyak
kebencian padamu, Bung, hingga meracuniku."
"Masih?"
"Ya, masih. Bagaimana mungkin aku melupakannya? Katakan
padaku. Kukira semua akan baik-baik saja mulai sekarang, tapi
aku tetap geram mengingatnya. Aku tak bisa rileks. Aku tak
bisa tersenyum hampir sepanjang waktu. Aku tak bisa makan di
restoran tanpa mencoba mengembalikan peralatan makannya ke
hadapanku. Aku bahkan tak bisa menikmati hubungan intim
pertama dalam hidupku."
Francis menggeleng, diam-diam bersikeras itu tak ada kaitan
dengannya.
"Suatu hari keadaan itu begitu buruknya, aku pergi ke sekolah
lamaku dan menemui pendeta yang menulis surat
rekomendasiku ke universitas. Ia sembilan puluh tujuh tahun
dan masih ingat nilai rapor terakhirku. Kau tahu apa yang ia
katakan padaku? Dia bilang aku harus memaafkanmu."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tapi bagaimana aku bisa memaafkanmu jika kau bahkan tak


ingin mengakui perbuatanmu?"
Pandangan Francis beralih pada surat di atas meja lagi, ia
merasakan tekanan darahnya naik dalam dada.
"Maafkan aku, Nak. Aku tak bisa memberikan apa yang kau
minta. Itu tak mungkin terjadi."
Bangkit. Benaknya mengirimkan pesan ke seluruh tubuh. Kau
tak harus diam di sini. Tak ada kewajiban bagimu atas
perlakuan ini. Hanya karena orang lain harus mengaku tak
berarti kau juga demikian.
"Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu." Hoolian
mengepalkan tangan, mengangguk-angguk geram berusaha
menguasai diri. "Sungguh. Kau tahu apa yang benar-benar
membuatku marah?"
"Tidak. Apa?"
"Mengetahui bahwa kau akan melakukan hal yang sama pada
orang lain seperti yang kau lakukan padaku."
"Tidak, aku tak akan berbuat seperti itu." Denyut nadi begitu
kencang di telinganya, terdengar seperti jejak-jejak kaki di
atas loteng.
"Kau pasti akan melakukannya. Mengapa tidak? Kau tidak
merasa menyesal. Kau tak perlu membayar atas apa yang kau
lakukan."
Francis merasa tekanan di dadanya bergerak, menyebar lebih
luas dan lebih sulit untuk duduk tenang. "Seseorang akan
membayar pada akhirnya."
"Apa maksudmu, 'seseorang akan membayar pada akhirnya'?
Itu hanya omong kosong busuk yang orang katakan untuk
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mengusirmu dari kantor. Kau tak membayar. Lihat dirimu.


Gemuk dan lancang. Kau mungkin akan segera pensiun dengan
tanda jasa dan separo gaji. Kau tak menderita-"
"Aku akan buta," ujar Francis tanpa berpikir.
"Hah, yang benar saja."
"Aku serius. Mataku mulai memburuk."
"Berhenti omong kosong. Kau pikir itu lucu?"
"Bagiku tidak."
Hoolian terdiam dan menyelidiki wajahnya beberapa saat,
mencari tahu apakah lelaki di hadapannya itu main-main. Ia
mengarahkan satu jari ke depan wajah Francis dan perlahanlahan menggerakkannya ke kanan. Francis menemukan jari itu
untuk beberapa sentimeter namun kemudian lepas dari
pandangannya. Lalu didengarnya Hoolian menjentikkan jari di
suatu tempat dekat telinganya.
"Tak mungkin."
"Itu benar." Francis memandang datar. "Makin sedikit yang
kulihat sejalan waktu."
Ia pasti sudah hilang akal. Ia bahkan belum mengatakannya
pada anak-anaknya.
"Dan...jadi...apa?" Hoolian mengempaskan tubuh ke belakang,
bingung. "Kau ingin aku merasa kasihan padamu, atau
bagaimana?"
"Sama sekali tidak," ujar Francis. "Tapi kini kau di sini, berkata
padaku betapa aku lepas tangan atas perbuatanku yang buruk
padamu. Aku hanya ingin bilang, tidak begitu keadaannya.
Setiap orang mendapatkan balasannya."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Apa yang telah ia lakukan? Rasanya ia baru melompat keluar


dari pesawat dengan parasut. Terjun bebas. Hoolian bisa
menceritakannya pada seluruh dunia sekarang. Mereka bisa
membuka puluhan kasus lamanya dan mempertanyakan
kesaksian atas hal-hal yang menurutnya ia lihat. Mereka akan
menahan gaji pensiunnya atas tuduhan sengaja berbohong dan
tak mengatakan pada siapa pun tentang kondisinya. Mereka
akan menelanjanginya dan membuangnya di jalan.
Mengapa tak kau rogoh dan berikan saja senjatamu padanya
sekalian, Loughlin?
Tetapi ada sesuatu yang gegabah dan menggembirakan tentang
itu. Ia merasa paru-parunya membuka dan jantungnya
berdetak lebih kencang. Ia merasakan udara dingin di kulitnya
dan menampak lagi warna-warni cerah di sekitarnya. Semua
inderanya menajam dan lebih hidup dari berminggu-minggu
sebelumnya.
Jadi beginilah rasanya berada di sisi lain meja interogasi.
Hingga saat ini, ia tak pernah betul-betul mengerti mengapa
orang akhirnya selalu mengaku dan mengatakan padanya hal-hal
yang tak semestinya mereka katakan pada orang lain. Sekarang
ia mengerti. Rasanya seperti mabuk, tapi lebih baik. Selama
sesaat, setidaknya, ia membiarkan seseorang melihatnya
sebagaimana adanya, dan tak hanya rasa lega namun juga
perasaan agung yang menyayat di dalamnya.
"Setiap orang mendapatkan balasannya."
Hoolian tak menginginkan hal ini. Tak ingin melihat bendabenda lewat sudut pandang orang ini. Ia lebih baik dari itu.
Bajingan itu patut menerimanya, atas apa yang menimpanya itu.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Sama halnya ketika memejamkan mata sekejap, ia bertanyatanya bagaimana akan menghadapinya jika dirinya buta.
Bagaimana kau tak akan menjadi gila, sadar kau tak akan
pernah lagi membaca buku komik kesukaanmu, memandang mata
orang terkasih, atau melihat jeruji kincir Bianglala copot satu
persatu? Bagaimana kau menemukan jalan pulang? Bagaimana
mungkin kau tak akan berpikir ini adalah semacam hukuman?
"Jadi, kau tak akan meminta maaf dariku atau sejenisnya?"
ujar Hoolian, membuka lebih lanjut.
"Persetan." Loughlin mengempas ke belakang meja. "Aku tak
perlu membuat dalih. Kau harus bersikukuh dengan
perbuatanmu atau tidak sama sekali."
Mereka berdua perlahan-lahan bangkit. Selama dua puluh
tahun, Hoolian telah berkhayal apa yang akan ia lakukan jika ia
kelak menghampiri Francis di tempat rawan. Ia telah
merencanakan berbagai tindakan yang akan ia lakukan dengan
pipa logam, tambang tebal, dan bagasi mobil. Ia bahkan sampai
berpikir tentang alibi yang akan ia gunakan jika tertangkap.
Tapi kini untuk kedua kalinya ia menggapai satu ruang luas
kemarahan yang ia simpan bertahun-tahun dan tak menemukan
apa-apa di sana. Hanya kotoran setengah kering di dasar. Ke
mana semua itu pergi?
Ia melihat ke bawah dan dilihatnya tangannya terangkat dan
mengambang di udara, menunggu Loughlin menggenggamnya.
Meski begitu polisi itu tak melihatnya, karena tepat berada di
luar batas penglihatannya dan dengan cepat Hoolian
menurunkannya kembali ke samping.
"Baiklah, Bung. Jangan lagi menjebloskan ke penjara, orang
yang tak semestinya berada di sana."
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tentu. Kau membuatnya terdengar mudah."


Polisi itu tersenyum masam dan menaruh surat itu dalam
dompet, seakan mengikat bom koper di pergelangan tangannya.
"Hey, lihat, di sini bersalju." Hoolian menengok keluar jendela.
"Ya, Tuhan, aku bahkan tak menyadari perubahan cuaca ini."
Loughlin bersin, ujung hidungnya telah berubah merah.
"Mudah-mudahan aku bisa menemukan mobilku."
"Yeah, mungkin kau harus sedikit berkeringat." "Sepertinya."
Ia berjalan keluar pintu, meninggalkan cangkirnya setengah isi
di meja, kemudian berhenti sejenak di depan jendela. Angin
mengangkat salju ke dalam lengkungan lebar berbutir di bawah
lampu jalan, seolah-olah satu kekuatan magnetik berusaha
menariknya kembali ke awan. Hoolian mengamatinya berputar
balik dua kali, berusaha memastikan posisinya saat malam mulai
menggayuti dan mobil berseliweran di sekitar kubus berpasir
gula di tengah-tengah plaza.
Ia membungkukkan bahu, melesakkan tangan ke dalam saku,
dan mulai berjalan dengan susah payah ke selatan ke arah
Bowery, melewati crane dan truk-truk semen, sebuah sosok
kapal melaju ke dalam kabut putih, kian mengecil dan mengecil
hingga akhirnya lenyap.
AKHIR
MENATAP MATAHARI 60
Tom di dapur, menengadah ke langit-langit, rambutnya lembab
usai mandi, kemeja kerja birunya tak terkancing di kerah, dan
sepasang gunting terkubur di dadanya tepat di bawah tulang
dada.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Francis membandingkan jam Swatch-nya dengan jam di atas


tungku dan mencatat waktu kedatangannya pukul 10.42. Ia
kemudian dengan hati-hati mencari jalan keluar dari dapur dan
menemukan Eileen di sofa ruang keluarga, dengan noda darah
di bagian mukaturtleneck putihnya.
"Bisa Anda jelaskan apa yang terjadi?"
Wanita itu menatap pohon Natal linglung, lampu warna-warni
berkedip-kedip tak teratur sementara cucu-cucunya dan ibu
mereka menangis histeris di lantai atas.
"Itu terjadi lagi," ujarnya. "Apa?"
"Sudah kukatakan sebelumnya padamu. Anak-anak punya
rahasia."
Francis duduk di sampingnya, memastikan ia tak menyentuh
apapun di lantai atau meja. "Kalau ingin bantuanku, Anda harus
lebih baik dari itu."
"Aku tahu ia tak bisa menghentikan dirinya sendiri," ucapnya
dengan sikap tenang yang aneh, seakan-akan ia baru terjaga
dari obat bius. "Anakku sendiri. Apa yang kau lakukan jika
anakmu sendiri ternyata seorang monster?"
Francis berusaha menjaga pikirannya tetap jernih saat ia
menulis catatan.
"Kau tahu tapi kau tak tahu. Kau ingin berpura-pura itu tak
terjadi. Tapi apa yang bisa kau lakukan? Kau tak bisa
memisahkan mereka selamanya, kakak dan adik."
Francis menaruh bukunya, tak sanggup menulis lebih banyak
lagi.
"Kau tahu, putriku menginginkan hal itu berhenti." Eileen
meraih selotip yang membungkus jarinya. "Ia berusaha
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mengatakannya padaku, namun aku tak sanggup mendengarnya.


Terlalu mengerikan bagiku."
Francis mengangguk, potongan terakhir gambar ini akhirnya
terkumpul. Tak mengherankan jika ia terus-menerus
mengatakan Allison masih hidup, menghantuinya dengan
menutup telepon di mesin penjawab, berusaha membuatnya tak
melupakan kasus itu.Mereka mengubur anak yang salah.
"Itu mulai terjadi lagi, dengan anak-anaknya sendiri." Ia
menaruh tangan di atas lutut, menenangkannya. "Aku
memergokinya pagi ini bersama si sulung di kamar mandi.
Putrinya sendiri. Dan aku tak bisa membiarkan hal itu terjadi
lagi. Bisakah kau, Francis?"
"Aku tak tahu. Aku tak tahu apa yang akan kulakukan."
"Ya, kau tahu." Eileen mengangkat dagunya menantang. "Kurasa
kau tahu apa yang mesti dilakukan."
Untuk sesaat, semua kegilaan atas kesedihan dan alasan
kesehatan itu hilang. Ia adalah ibu sang binatang dengan darah
di cakarnya karena melindungi anak-anaknya saling memakan
satu sama lain.
"Jika seseorang memberimu kesempatan untuk tak membuat
kesalahan terbesar dua kali dalam hidupmu, kau akan
melakukan segala cara. Dan jangan katakan kau tidak seperti
itu."
Rashid, kini di satuan tugas, dan Jimmy Ryan tiba lima menit
kemudian dan menemukan Francis di dapur, berdiri di samping
mayat dan menulis catatan.
"Bagaimana menurutmu, X Man?" Jimmy meletuskan permen
karetnya. "Senjata makan tuan, ya?"
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Sepertinya ia langsung mengalami perdarahan." Francis


hampir tak menoleh. "Ibunya di rumah dan ia tewas selagi
ibunya menelepon 911."
"Oh, ya?" Jimmy membungkuk di sebelah mayat itu, memeriksa
bagaimana darah merembes dari kemejanya. "Lukanya benarbenar hebat. Sepertinya salah satu arteri utama kena."
"Ya, ia pasti sudah bertekad bulat."
"Apa?" Rashid menengok tajam, hampir menjatuhkan tusuk
giginya. "Maksudmu ini bunuh diri?"
"Aku tak menyimpulkan apa-apa." Pulpen Francis terus
bergerak di atas kertas. "Terserah pada petugas TKP untuk
mengambil sidik jari di pegangan pintu dan forensik untuk
menentukan penyebab kematian."
"Maaf, aku akan menghubungi JC dan melaporkan apa yang
terjadi." Jimmy melangkah keluar ruangan, tak ingin terlibat
dalam urusan itu.
Rashid membungkuk di samping mayat. "Itu sudut yang
teramat sulit bagi seseorang untuk menusuk dirinya sendiri,
G," ujarnya. "Kebanyakan orang akan mengarahkan pisaunya ke
bawah."
"Mengapa tak kau tanyakan padanya mengapa ia melakukan
itu?" Francis terus menulis. "Bajingan keparat. Ia mungkin tahu
ia mengidap kanker dari uji DNA yang kita berikan padanya dan
ia tahu sidang akan dimulai dalam beberapa minggu. Mungkin ia
berpikir bunuh diri adalah pilihan terbaik. Satu-satunya hal
baik yang pernah ia lakukan."
Rashid berdiri perlahan. "Eh-eh, Pak, aku tak suka ini." "Siapa
yang bertanya padamu?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku hanya bilang, aku menaruh banyak hormat padamu, karena


telah melihat caramu mengendalikan diri. Namun jika ternyata
ada yang sengaja mengaburkan bukti di TKP, aku tak ingin
terlibat."
Francis menurunkan catatannya dan menepuknya keras-keras
di paha. "Kau ingin mengatakan sesuatu, Detektif?"
Rashid mengangkat dagunya. "Kau sudah dengar. Macan tutul
tidak mengganti bintiknya. Jangan menekanku hanya karena
kau punya riwayat buruk."
"Persetan kau, aku melakukannya mengikuti petunjuk buku.
Siapa pun yang mengatakan sebaliknya adalah pembohong."
Rashid menundukkan kepala dan menatap Francis dari sudut
rendah, berusaha mendapat penjelasan dari pria di balik
topengnya. "Jangan lakukan ini, G," ucapnya. "Bukan tugasmu
untuk menjadikan sesuatu berjalan sesuai keinginanmu-"
"Maaf." Francis memotongnya. "Kalau kau ingin melempar batu,
lempar. Ingin menjadi rekanku, silakan. Itu artinya kita tak
perlu membicarakannya. Kita hanya melakukah apa yang harus
dilakukan dan jangan mengirim orang yang tak semestinya ke
penjara. Wanita ini berusaha membesarkan cucu-cucunya. Ia
perlu pengertian. Kalau kau tak bisa memahaminya, mundur
sekarang juga."
Rashid menatapnya lama sebelum ia berlutut kembali di
samping mayat itu, mengunyah tusuk gigi dan menggesernya
dari satu sudut mulut ke sudut yang lain.
"Bagiku masih tampak aneh," ujarnya. "Lelaki itu menusuk
dirinya sendiri dengan gunting. Ada banyak cara yang lebih

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mudah untuk bunuh diri. Ia tak meninggalkan surat wasiat,


kan?"
"Tidak, sepanjang yang kuketahui." Francis mulai beranjak
pergi. "Tapi lihat saja sendiri. Orang tak selalu memperhatikan
dengan teliti saat pertama kali."
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya ingin mengucapkan terima kasih pada orang-orang berikut
atas kebaikan mereka sehingga buku ini dapat terbit:
Chauncey Parker, Lisa Palumbo, Mark Desire, Joseph
Calabrese, Laurey G. Mogil, M.D., Joyce Slevin, Bob Slevin,
Luke Rettler, John Cutter, Jennifer Wynn, Stephen
Hammerman, Arthur Levitt, Mark Graham, Anthony Papa,
Mitchell Benson, Peter Neufeld, Jim Dwyer, Peter Garuccio,
John Hamili, Steve Kukaj, Peter Walsh, Charlie Breslin, Ron
Feemster, Svetlana Landa, Daniel Perez, Charles Shepard,
Leon Maslenikov, Katya Zhdanova, John Nelson, Ron Kuby,
Nelson Hernandez, Joel Potter, Vicky Sadock, Sam Bender,
Daniel Bibb, Mark Stamey, Bilial Thompson, Shqipe Biba, June
Ginty, Bob Stewart, Kevin Walla, John McAndrews, Kim
Imbornoni, Chris Smith, Tom Grant, Ed Rendelstein, James
Watson, Molly Messick, David Segal, James McDarby, Steve
Lamont, Steve DiSchiavi, Darryl King (Yang asli), Sophie
Cottrell, Richard Pine, Michael Pietsch, dan Judy Clain.
Saya juga ingin menyampaikan rasa hormat pada tetangga lama
dan kawan saya, Jim Knipfel, untuk keramahannya dan bukubukunya yang luar biasa, antara lain Slackjaw dan Ruining It
for Everybody.
Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Seluruh nama di atas terlepas dari tanggung jawab atas


kekeliruan fakta yang terdapat di antara dua sampul buku ini,
demikian pula dengan kekurangan pada tokoh-tokoh dan
kejahatan yang digambarkan di sana. Semua menjadi tanggung
jawab penulis.
TENTANG PENULIS
Peter Blauner adalah penulis tiga novel, antara lain Slow
Motion Riot, yang memenangi Edgar Allan Poe Award untuk
novel pertama terbaik tahun itu, dan The Intruder, yang
termasuk dalam The New York Times dan International best
seiler. Karyanya telah dialihbahasakan ke dalam enam belas
bahasa. Ia bermukim di Brooklyn, New York, bersama istrinya,
Peg Tyre, dan dua anak mereka.
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Anda mungkin juga menyukai