Anda di halaman 1dari 5

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

Pertambakan Di Indonesia Dengan Menggunakan Konsep


Inti Plasma

Disusun oleh :
MUNIR
10.11.3782

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA


DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM Yogyakarta
2010/2011

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa studi yang dilakukan di beberapa negara produsen udang (Studi
Cost Benefit Analysis) telah menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk
pemulihan lingkungan dan biaya sosial jauh lebih besar daripada yang diperoleh
dari pertambakan udang. Pertambakan udang telah menghilangkan ekosistem
mangrove dan fungsinya, kehilangan keanekaragaman hayati, sumber ekonomi
sub-systence, pencemaran air tanah dan perairan sekitarnya dan menimbulkan
ketegangan sosial.Masyarakat setempat adalah pihak yang paling dirugikan
dalam bisnis ini, sementara pengusaha mendapatkan keuntungan yang paling
besar. Selama ini kebijakan pertambakan udang difokuskan pada bagaimana
meningkatkan produksi semata, dan melupakan aspek sosial dan lingkungan
sebagai implikasinya.

B. Konsep Inti Plasma


Konsep Inti Plasma dalam pertambakan atau disebut juga Tambak Inti
Rakyat di Indonesia mulai diperkenalkan (tepatnya diadopsi) ) pada awal 90-an.
SK Menteri Pertanian No.509 /tahun 1995 tentang Pedoman Kemitraan Usaha
Perikanan mensyaratkan pertambakan yang melebihi 100 hektar di luar Pulau
jawa dijalankan dalam bentuk hubungan Inti-Plasma.
Bagi pemerintah,
pertambakan udang skala besar lebih memberikan kepastian dan kemudahan
untuk mendapatkan devisa secara langsung. Ada perbedaan besar antara konsep
Inti-Plasma yang umum dengan konsep Inti-Plasma yang kemudian berkembang
pada pertambakan udang skala besar di Indonesia. Pada konsep Inti Plasma
umum, petani Plasma menyepakati bekerjasama dalam pemasaran hasil panen.
C. Hubungan Inti Plasma dalam Pertambakan Skala Besar
Kemudian konsep Inti Plasma ini dikembangkan dalam pertambakan udang
skala besar. Yang sangat membedakan antara hubungan Inti Plasma yang umum
dengan hubungan Inti Plasma dalam pertambakan skala besar adalah kepemilikan
lahan tambak menjadi tidak jelas. Petani Plasma tidak bekerja pada lahan sendiri
namun pada lahan yang dikreditkan oleh perusahaan. Petani Plasma harus
membayar cicilan kreditnya dengan hasil panen kepada perusahaan. Konsep ini
lebih menguntungkan perusuhaan oleh karena identik dengan penguasaan lahan
dan setiap tahapan produksi oleh perusahaan (sebagai Inti).Sepintas konsep ini
menunjukkan pendekatan kebersamaan (sosialis), sehingga seringkali digunakan
untuk mendapatkan publikasi yang baik dari pemerintah. Namun pada prakteknya
para petani tambak tak lebih sebagai bagian dari mesin produksi dan kepentingan
pemodal menjadi sangat menentukan kebijaksanaan. Disini secara transparan
terjadi praktek akumulasi dan pengkonsentrasion modal, penguasaan lahan
tambak, penguasaan sarana produksi dan manajemen oleh pihak modal
(perusahaan).

BAB 2
A. Menggunakan inti plasma sebagai peluang bisnis
Pada tambak yang terintegrasi dan tertutup, petani Plasma secara konsisten
menyerap setiap produk yang disodorkan oleh perusahaan. Keuntungan besar
diperoleh perusahaan dari penjualan benur, pakan, obat-obatan perikanan yang
harus dibeli petani plasma dalam bentuk kredit.

Perjanjian Kredit

Petani mulai bergabung sebagai Plasma dengan menandatangani


perjanjian terlebih dahulu, yakni kesepakatan kredit dan hubungan kemiteraan.
Kesepakatan kredit menyebutkan petani Plasma mengajukan kredit kepada Bank
melalui perusahaan untuk membeli petak-petak tambak dan rumah yang telah
disiapkan perusahaan. Petak tambak, rumah dan sarana tambak lainnya dijadikan
oleh Perusahaan sebagai jaminan kepada Bank untuk mendapatkan kredit. Ini
berarti perusahaan telah mendapatkan keuntungan dari penjualan petak tambak
dan rumah sebelumnya. Peluang perusahaan melakukan mark up harga tambak
dan rumah sangat terbuka. Dalam perjanjian dikatakan bahwa petani dapat
memiliki petak tambak, rumah dan sarana tambak apabila dalam beberapa tahun
(6-8 tahun) telah melunasi kreditnya. Secara sederhana, hal proses kredit ini
tidak jauh berbeda dengan bentuk kredit lainnya (kredit motor, mobil).

Proses Pelunasan Kredit

Perjanjian kredit menyebutkan bahwa petani Plasma membayar angsuran


kredit
setelah musim panen udang. Dalam praktek yang terjadi pada
pertambakan skala besar, perusahaan hanya mengumpulkan hasil panen petani
dan menetapkan harga yang sepihak. Perusahaan tidak menyerahkan uang hasil
panen. sehingga petani Plasma tidak dapat membayar angsuran kredit kepada
Bank secara langsung. Angsuran kredit petani Plasma dilakukan oleh Perusahaan
kepada Bank tanpa mengetahui rincian pembayaran.
Oleh karena petani plasma tidak memiliki uang tunai, setelah masa panen petani
plasma mendapatkan lagi sejumlah sarana produksi dan biaya hidup untuk
melanjutkan kegiatan budidaya udang selanjutnya. Keseluruhan sarana produksi
dan biaya hidup tersebut dihitung sebagai kredit operasi. Ini dapat berarti petani
Plasma harus meminjam kepada perusahaan uangnya sendiri dengan dibebankan
bunga. Adanya variasi perhitungan kredit berikut bunga dan tidak transparannya
perusahaan dalam menjelaskan rincian-rincian, membuat perhitungan menjadi
rumit. Setelah berusaha beberapa tahun, petani Plasma tidak pernah mengetahui
apakah kreditnya telah lunas atau berapa kredit yang telah dibayar.

Kesimpulan
Pembukaan pertambakan skala besar sejak awal telah memarginalkan
masyarakat setempat, menghancurkan tatanan sosial dan budaya lokal,
memunculkan ketegangan sosial.Posisi petani plasma sangat lemah dalam
hubungan Inti-Plasma. Petani Plasma kehilangan kemerdekaan untuk melakukan
aktivitas pribadi maupun sosial didalam dan luar tambak.
Perusahaan
membebankan semua resiko dan kewajiban kepada Petani Plasma.Kebijakan Inti
Plasma dalam pertambakan udang skala besar ternyata tidak memiliki format
yang pasti dalam hal yang prinsipal yakni; bentuk kelembagaan, mekanisme
penyelesaian konflik dan status kepemilikan tambak, dan pengawasan. Akibatnya
perusahaan menerapkan sendiri format kelembagaan, pengaturan hubungan
kerjasama, dan menyelesaikan konflik menurut kepentingannya.

Daftar pustaka

Buwono, I.D., 1993, Tambak Udang Windu.Konsep inti plasma, Kanisius,


Yogyakarta.
Pemprov Jawa Tengah, 2005, Potensi Daerah : Peluang Pengembangan
Perikanan Wilayah Samudra Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai