Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan

sumber energi utama bagi organisme. Dalam makanan, karbohidrat


terdapat sebagai polisakarida yang dibuat dalam tumbuhan dengan
cara fotosintesis. Tumbuhan adalah gudang yang menyimpan
karbohidrat dalam bentuk amilum dan selulosa. Amilum dipakai hewan
dan manusia untuk memproduksi energi. Dalam tubuh hewan dan
manusia juga terdapat karbohidrat yang merupakan sumber energi,
yaitu glikogen. Karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Untuk menguji kandungan karbohidrat dan jenis
karbohidrat dalam suatu sampel maka digunakan pengujian. Pengujian
tersebut dapat berupa uji molish, uji benedict, uji seliwanoff, dan uji
iodine. Uji-uji tersebut memiliki fungsi dan ranah tertentu dalam
pengujian karbohidrat.
Pengujian karbohidrat dalpat pula dilakukan pada buah tomat
mentah, ranum, dan masak. Kandungan karbohidrat pada fase tersebut
pun dimungkinkan berubah dan tidak sama karena adanya pengaruh
enzimatik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dapat diambil adalah:
1. Bagaimanakah cara untuk menentukan adanya karbohidrat
(monosakarida, disakarida, dan polisakarida) pada bahan uji dengan
menggunakan uji molisch?
2. Bagaimanakah menunjukkan adanya zat-zat yangg mereduksi
dalam suasana alkalis pada bahan uji menggunakan uji benedict?
3. Bagaianakah membedakkan sakarida yang dapat mereduksi dan
sakarida yang tidak mereduksi pada bahan uji menggunakan uji
benedict?
4. Bagaimanakah cara untuk menunjukkan adanya gula yang
mengandung gugus keton pada bahan uji menggunakan uji
seliwanoff?
1

5. Bagaimanakah hasil uji karbohidrat pada bahan uji menggunakan uji


iodine?
6. Apakah yang membedakan antara amilum dengan glikogen, ditinjau
dari hasil praktikum uji iodine?

1.3 Tujuan
1. untuk menentukan adanya karbohidrat (monosakarida, disakarida,
dan polisakarida) pada bahan uji dengan menggunakan uji molisch.
2. untuk menunjukkan adanya zat-zat yang mereduksi dalam suasana
alkalis pada bahan uji menggunakan uji benedict.
3. membedakkan sakarida yang dapat mereduksi dan sakarida yang
tidak mereduksi pada bahan uji menggunakan uji benedict.
4. menunjukkan adanya gula yang mengandung gugus keton pada
bahan uji menggunakan uji seliwanoff.
5. Untuk menjelaskan hasil uji karbohidrat pada bahan uji
menggunakan uji iodine.
6. membedakan antara amilum dengan glikogen, ditinjau dari hasil
praktikum uji karbohidrat.
1.4 manfaat
diharapakan penulisan laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat
untuk mahasiswa lainnya sebagai refrensi dalam pembahasan tentang
uji karbohidrat menggunakan uji molisch, uji seliwanoff, uji benedict,
dan uji iodine pada bahan uji yang telah ditentukan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan
sumber energi utama bagi organisme. Dalam makanan, karbohidrat
terdapat sebagai polisakarida yang dibuat dalam tumbuhan dengan cara
fotosintesis. Tumbuhan adalah gudang yang menyimpan karbohidrat
dalam bentuk amilum dan selulosa. Amilum dipakai hewan dan manusia
untuk memproduksi energi. Dalam tubuh hewan dan manusia juga
terdapat karbohidrat yang merupakan sumber energi, yaitu glikogen. Pada
proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis ( di
mulut, lambung, usus ) yang hasilnya dari proses pencernaan adalah
glukosa, fruktosa, galaktosa, monosa serta sakarida lainnya. Senyawa itu
diabsorbsi dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah (Poedjiadi , 1994).
Karbohidrat makanan bisa dalam bentuk sederhana (monosakarida
dan dimerik) atau kompleks (polimerik). Juga bisa bersifat dapat dicerna
dan tidak dapat tercerna. Yang tidak dapat tercerna adalah serat bahan
makanan. Gula-gula yang bersifat prinsip dari semua karbohidrat tersebut
adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa atau derivat-derivatnya, dapat
atau tidak dapat diserap oleh manusia. Ikatan karbohidrat yang dapat
tercerna hampir semua dalam bentuk -1,4 atau -1,6. Ikatan dalam
serat, cenderung dalam bentuk -1,4 (selulosa, pektin) karena manusia
tidak mempunyai enzim untuk mencernanya (Soendoro, 1995).
Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai
molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang
sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa yang
mempunyai berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu
dibagi dalam tiga golongan yaitu monosakarida, oligosakarida dan
polisakarida (Poedjiadi, 1994).
A. Monosakarida
Salah satu contoh dari monosakarida adalah glukosa.
Glukosa adalah bahan bakar utama jaringan yang berasal dari
bahan makanan karbohidrat. Sebagian besar glukosa berasal
3

dari pati. Pati merupakan lebih dari separo bahan bakar yang
ada dalam makanan hampir semua makhluk hidup. Glukosa
dapat dibentuk di hati dan dalam jumlah yang sedikit di ginjal.
Pada pembentukan triofosfat, perubahan glukosa 6-fosfat
menjadi fruktosa 6-fosfat, reaksi ini pada hakikatnya berupa
pengalihan gugus karbonil glukosa dari atom C1 ke atom C2, ini
merupakan reaksi isomerisasi dari aldoheksosa menjadi
ketoheksosa dalam bentuk ester fosfatnya (Soendoro, 1995).
B. Oligosakarida
Oligosakarida memiliki molekul yang terdiri dari beberapa
molekul monosakarida yang larut di air. Oligosakarida dapat
diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim
tertentu . Jenis-jenis Oligosakarida dibedakan pada jumlah
polimer dan jenis monosakarida yang menjadi penyusunnya.
Yang termasuk jenis Oligosakarida adalah disakarida dan triosa.
Oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah
disakarida. Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari dua
polimer monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi
kondensasi dan dapat dipisahkan kembali menjadi monosakarida
penyusunnya melalui reaksi hidrolisis. Contohnya Sukrosa,
laktosa dan maltosa. Triosa adalah karbohidrat yang tersusun
dari tiga polimer monosakarida. Contohnya maltotriosa dan
rafinosa. Sedangkan dekstrin, maltoheksa, ajukosa adalah jenis
oligosakarida yang mempunyai polimer monosakarida diatas
lima (Amalia, 2004). Beberapa oligosakarida yang penting
adalah sukrosa, laktosa, maltosa, rafinosa dan stakiosa (Rifai,
2004). Sukrosa larut dalam air jika ada di dalam lingkugan air
karena dibantu oleh enzim sukrase maka satu molekul sukrosa
akan mengalami hidrolisis menjadi 1 molekul glukosa dan 1
molekul fruktosa. Dengan pertolongan enzim maltase maka 1
molekul maltosa dapat mengalami hidrolisis dan pecah menjadi
2 molekul -D-glukose (Soendoro, 1995).
C. Polisakarida

Polisakarida pada umumnya memiliki molekul besar dan


lebih kompleks daripada monosakarida dan oligosakarida.
Umumnya berupa senyawa putih dan tidak berbentuk kristal,
tidak mempunyai rasa manis dan mempunyai sifat mereduksi.
Beberapa polisakarida yang penting adalah amilum, glikogen,
dekstrin dan selulosa (Poedjiadi, 1994).
Adapun beberapa fungsi karbohidrat antara lain : Sebagai pusat
energi, melindungi protein agar tidak terbakar sebagai penghasil energi,
membantu metabolisme lemak dan protein yang berlebihan dan
memperlancar pencernaan (Forgus. 1995).

Kandungan karbohidrat pada suatu bahan dapat diuji menggunakan


uji molish, uji benedict, uji seliwanoff, dan uji iodine. uji-uji tersebut
memiliki ranah dan fungsi tertentu dalam menentukan kandungan
karbohidrat. berikut penjelasan dari tiap uji:
A. Uji Molish
Prinsip dari uji molisch ini adalah reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat dan alfa naftol yang akan
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dimana asam
sulfat berfungsi sebagai pembentukan senyawa furfural dan
sebagai agen kondensasi. Uji positif dari uji ini adalah
terbentuknya cincin berwarna ungu. Uji molisch ini sendiri adalah
untuk menguji kandungan karbohidrat pada suatu sampel, jadi
semua sampel yang mengandung karbohidrat hasil ujinya positif
(Soendoro, 2005).
B. Uji Benedict
Dalam suasana alkalis, sakarida akan membentuk enidid yang mentahh
teroksidasi. Tujuan dari Uji Benedict adalah untuk mengidentifikasi gula
pereduksi. Gugus pereduksi ini berupa aldehid dan keton (Soendoro, 2005). semua
monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif
bila dilakukan uji benedict. larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi
5

oleh karbohidrat yang mempunyau gugus keton atau aldehid akan membentuk
Cu2O menjadi merah bata, hijau, dan adanya endapan merah bata pada dasar
tabung reaksi.
C. Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff bertujuan untuk menentukan adanya gula yang mengandung
gugus keton. prinsip reaksi berdasarkan atas pembentukan 4-Hidroksi Metil
Furfural yang akan membentuk senyawa berwarna ungu dengan adanya reorsinol
(1-3-dihidrokso benzene). Reaksi ini spesifik untuk ketosa yang ditandai dengan
hasil reaksi berubah warna menjadi merah.
D. Uji Iodine
Uji yodium ini adalah untuk menguji identifikasi kandungan
pati pada suatu sampel. Prinsip dari uji yodium ini adalah larutan
yodium dalam bentuk triiodida akan masuk pada struktur helikal
pati sehingga akan terbentuk warna biru pekat. Warna bitu pekat
terbebut merupakan suatu warna kompleks yang dihasilkan
karena yodium punya amilosa dan warna kompleks yang
dihasilkan bergantung pada struktur polisakarida dan umur
yodium. Semakin lama umur yodium maka warna yang
dihasilkan semakin pudar. Pati dengan yodium mengahasilkan
warna biru, dekstrin menghasilkan warna ungu, sedangkan
monosakarida dan disakarida tidak berwarna (Soendoro, 2005).
Uji kabohidrat dalam buah dilakukan untuk mengetahui jenis
karbohidrat yang ada padabuah. Karena, sejalan dengan proses
pematangan buah biasanya kandungan karbohidrat dalam buah dapat
mengalami perubahan komposisi akibat aktivitas enzim. Pada buah masak
dan ranum akan ditemukan banyak monosakarida berupa glukosa dan
fruktosa, sedangkan pada buah mentah banyak ditemukan karbohidrat
dalam bentuk amilum dan tidak menutup kemungkinan akan ditemukan
bentuk karbohidrat yang lainnya. Uji karbohidrat dalam buah
menggunakan uji karbohidrat seperti yang telah diulas sebelumnya.

BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Uji molisch
A. Alat dan bahan
a. Alat

: tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi, dan

glas ukur
b. Bahan

H 2 SO 4

Pekat, pereaksi molisch (larutan

a-napthol 10% dalam ethanol/ methanol), larutan karbohidrat


(glukosa 1%, maltosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan
laktosa 1%), dan ekstrak buah tomat (mentah, ranum, dan
masak).
B. Prosedur Praktikum
7

1. Siapkan semua jenis karbohidrat menjadi larutan dengan


konsentrasi 1%
2. Masukkan 2 ml larutan karbohidrat 1% ke dalam tabung reaksi
yang berbeda
3. Tambahkan 2-3 tetes pereaksi molisch, kocok perlahan-lahan
selama 5 detik
4. Miringkan tabung reaksi, teteskan 1 ml ( 20 tetes)

H 2 SO 4

Melalui dinding tabung reaksi. Tegakkan tabung reaksi dan


amati apakah ada cincin berwarna merah ungu pada
perbatasan kedua larutan.
5. Untuk pengujian pada ekstrak buah, masukkan 2 ml ekstrak
buah tomat (mentah, ranum, dan masak) pada tabung reaksi.
Kemudian berilah perlakuan yang sama seperti larutan
karbohidrat yang lainnya.
3.2 Uji Benedict
A. Alat dan Bahan
a. Alat

: tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi,

penjepit tabung reaksi, gelas ukur, dan waterbath.


b. Bahan
: pereaksi benedict, larutan karbohidrat
(glukosa 1%, maltosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan
laktosa 1%), dan ekstrak buah tomat (mentah, ranum, dan
masak).
B. Prosedur Praktikum
1. Siapkan semua jenis karbohidrat menjadi larutan dengan
konsentrasi 1%
2. Masukkan 2 ml pereaksi benedit ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 5 tetes larutan glukosa 1%, kemudian panaskan
dlam waterbath (penangas) slama 5 menit, biarkan dingin dan
bandingkan perubahan warna yang terjadi
4. Lakukan pengujian dengan cara yang sama terhadap larutan
karbohidrat 1% yang lainnya dan pada ekstrak buah.
3.3 Uji Seliwanoff
A. Alat dan Bahan

a. Alat

: tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi,

penjepit tabung reaksi, gelas ukur, waterbath, dan pencatat


waktu.
b. Bahan

: pereaksi seliwanoff yang baru dibuat

(0,05% resorsinol dalam HCL 3 N), larutan karbohidrat


(glukosa 1%, maltosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan
laktosa 1%), dan ekstrak buah tomat (mentah, ranum, dan
masak).
B. Prosedur kerja
1. Siapkan semua jenis karbohidrat menjadi larutan dengan
konsentrasi 1%
2. Masukkan 1 ml pereaksi seliwanoff ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 2 tetes larutan amilum 1% pada waktu yang
bersamaan, tabung reaksi tersebut ditempatkan ke dalam
waterbath sampai terbentuk warna (catat kecepatan
terbentuknya warna dari masing-masing tebung reaksi)
4. Lakukan pengujian dengan cara yang sama terhadap larutan
karbohidrat 1% yang lainnya dan pada ekstrak buah.
3.4 Uji Iodine
A. Alat dan Bahan
b. Alat

: tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi,

penjepit tabung reaksi, dan gelas ukur.


c. Bahan
: Larutan amilum 1%, larutan selulosa 1%,
larutan laktosa 1%, HCL 6 N, NaOH 6 N, larutan iodine 1 M (10
gram KI dalam 1 liter air + 2,5 gram iodine), dan ekstrak buah
tomat (mentah, ranum, dan masak).
B. Prosedur Kerja
1. Siapkan tiga tabung reaksi, masing-masing diberi 3 ml larutan
amilum 1%
2. Tambahkan 2 tetes air ke dalam tabung pertama, 2 tetes HCL
ke dalam tabug kedua, 2 tetes naoh ke dalam tabung ketiga.
Kocok semua tabung. Perhatikan perubahan warna yang
terjadi
3. Panaskan tabung yang berwarna kemudian dinginkan.
Perhatikan perubahan-perubahan yang terjadi.

4. Lakukan pengujian dengan cara yang sama terhadap larutan


selulosa 1% dan dlikogen 1%.
5. Untuk uji karbohidrat pada buah, masing-masing 1 tetes
ekstrak buah tomat mentah, ranum, dan masak ditempatkan
pada cawan petri. Kemudian berikan 1 tetes iodine pada
masing-masing ekstrak buah tomat, lalu catat perubahan
warna yang terjadi.

10

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Uji Molisch
A. Data
Tabel 4.1 Pengujian Karbohidrat Menggunakan Uji Molisch
Hasil Pengamatan
Direaksikan dengan Pereaksi
No

Bahan Yang

Diuji

1.

Glukosa

Kegiatan

2 ml glukosa 1% + Pereaksi
Molish +

H 2 S O4

pekat

Molish
Sebelum

Sesudah dan

(Bahan yang

dikocok 5

diuji)

detik

Larutan

Larutan

glukosa bening

berwarna
merah jambu

Larutan
2.

3.

4.

5.

6.

Fruktosa

Sukrosa

Maltosa

Laktosa

Tomat mentah

2 ml fruktosa 1% + Pereaksi
Molish +

H 2 S O4

pekat

2 ml sukrosa1% + Pereaksi
Molish +

H 2 S O4

pekat

2 ml maltosa 1% + Pereaksi
Molish +

H 2 S O4

pekat

2 ml laktosa 1% + Pereaksi
Molish +

H 2 S O4

pekat

2 ml ekstrak tomat mentah


+ Pereaksi Molish +
H 2 S O4

fruktosa
bening

Larutan
berwarna
merah jambu

Larutan

Larutan

sukrosa bening

berwarna
merah jambu

Larutan
maltosa bening

Larutan
berwarna
merah jambu

Larutan

Larutan

laktosa bening

berwarna
merah jambu

Hijau

Hijau tua

Direksikan
dengan
H 2 S O4
Pekat
Terdapat
cincin
berwarna ungu
(++)
Terdapat
cincin
berwarna ungu
(+++)
Terdapat
cincin
berwarna ungu
(+)
Terdapat
cincin
berwarna ungu
(+)
Terdapat
cincin
berwarna ungu
(+)
Terdapat
cincin
berwarna ungu

pekat
11

7.

Tomat ranum

2 ml ekstrak tomat ranum +

(setengah

Pereaksi Molish +
H 2 S O4

masak)
2
8.

Tomat masak

(+)
Terdapat
Kuning

Coklat

pekat

H 2 S O4

pekat

berwarna ungu
(++)
Terdapat

ml ekstrak tomat masak


+ Pereaksi Molish +

cincin

Merah

Merah

cincin
berwarna ungu
(+++)

Keterangan untuk hasil cincin merah


ungu:
(+)

= lapisan tipis

(++) = lapisan sedikit tebal


(+++)
= lapisan tebal
B. Analisis
1. Sebelum ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat, 2 ml glukosa 1% ditambah pereaksi
molish berwarna merah jambu, Setelah ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat,
terbentuk cincin merah ungu tebal(+ +).
2. Sebelum ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat, 2 ml fruktosa 1% ditambah pereaksi
molish berwarna merah jambu. Setelah ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat,
terbentuk cincin merah ungu tebal (+ + +).
3. Sebelum ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat, 2 ml sukrosa 1% ditambah pereaksi
molish berwarna merah jambu. Setelah ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat,
terbentuk cincin merah ungu tipis (+).
4. Sebelum ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat, 2 ml maltosa 1% ditambah pereaksi
molish berwarna merah jambu. Setelah ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat,
terbentuk cincin merah ungu tipis (+).
5. Sebelum ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat, 2 ml laktosa 1% ditambah pereaksi
molish berwarna merah jambu. Setelah ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat,
terbentuk cincin merah ungu tipis (+).
6. Sebelum ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat, 2 ml ekstrak tomat mentah ditambah
pereaksi molish, larutan berwarna hijau tua. Setelah ditetesi asam sulfat (H2SO4)
pekat, terbentuk cincin merah ungu tipis (+).

12

7. Sebelum ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat, 5 tetes ekstrak pepaya ranum
ditambah pereaksi molish, larutan berwarna cokelat. Setelah ditetesi asam sulfat
(H2SO4) pekat, terbentuk cincin merah ungu tebal (+ +).
8. Sebelum ditetesi asam sulfat (H2SO4) pekat, 5 tetes ekstrak pepaya matang
ditambah pereaksi molish, larutan berwarna merah. Setelah ditetesi asam sulfat
(H2SO4) pekat, terbentuk cincin merah ungu tebal (+ + +).
C. Pembahasan
Uji molish dilakukan dengan memasukkan 2 ml bahan uji ke
dalam tabung rekasi kemudian meneteskan 2-3 tetes pereaksi
molish, kocok perlahan-lahan selama 5 detik. Selanjutnya
meneteskan 1 ml (20 tetes)

H 2 S O4

Pekat melalui dinding tabung

reaksi yang dimiringkan. Kemudian dapat dilihat hasilnya, pada


semua bahan uji (glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, maltosa, buah
tomat mentah, ranum, dan masak) bereaksi positif dengan ditandai
terbentuknya warna ungu.
Pada saat melaksanakan uji Molisch, sangatlah penting memperhatikan urutan
penambahan reagen dan asam sulfat pekat. Penambahan reagen Molisch sebelum
penambahan asam pekat sangatlah penting. Hal ini berdasarkan kepada rusaknya
karbohidrat dengan asam pekat. Apabila asam pekat ditambahkan pada larutan sampel
secara hati-hati melalui dinding tabung reaksi, akan terbentuk dua lapisan zat cair.
Pada batas kedua larutan cair ini akan terbentuk cincin ungu karena kondensasi
furfural dengan -naftol (Poedjiadi, 1994). Jika langsung ke larutan maka akan
merusak langsung karbohidrat dan yang terbentuk adalah warna ungu pada larutan.
Selain itu, pemberian melalui dinding akan memberikan bentuk cincin yang
sempurna.
Pada uji Molisch, cincin ungu yang sudah terbentuk harus dihindari dari
guncangan karena bila terkena guncangan maka partikel alcohol yang melindungi
karbohidrat akan terurai dan asam pekat akan masuk lalu merusak karbohidrat yang
ada. Pemanasan tidak dilakukan karena asam pekat sudah bersifat panas (eksoterm)
sehingga apabila dilakukan pemanasan, reaksi kondensasi cincin ungu akan terlalu
cepat sehingga tak dapat terlihat dan karbohidrat akan rusak terlebih dahulu.
Mekanisme dari reaksi ini adalah karbohidrat dihidrolisis
menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa
13

akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural,


sementara golongan heksosa menjadi hidroksi-multifurfural
menggunakan asam organik pekat. Pereaksi Molisch yang terdiri
dari -naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dimana
monosakarida akan bereaksi lebih cepat daripada disakarida dan
polisakarida karena pada monosakarida langsung bisa mengalami
dehidrasi dengan asam sulfat membentuk furfural, sementara pada
disakarida harus diubah dahulu menjadi monosakarida baru bisa
dihidrolisis oleh asam sulfat membentuk furfural (Soendoro, 2005).
Penjelasan tersebut sesuai dengan data percobaan, yakni maltosa
dan sukrosa memiliki warna cincin ungu yang paling pudar. Hal
tersebut dikarenakan maltosa merupakan disakarida.
Pada pengujian glukosa, fruktosa, sukrosa dan maltose serta laktosa setelah
ditambahkan 2-3 tetes pereaksi molish, semuanya berwarna merah jambu. Setelah
ditambahkan asam sulfat (H2SO4) pekat, terbentuk cincin berwarna merah keunguanungu. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi kondensasi atau pembentukan derivate dari
karbohidrat yang didehidrasi asam sulfat (H2SO4) pekat dan -naftol.
Warna ungu yang terbentuk pada sampel tersebut disebabkan
oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat (H2SO4).
H2SO4 pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida
untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan
reagent Molisch, -naphthol membentuk cincin yang berwarna
ungu.
Ketebalan cincin ungu yang dibentuk pun memiliki perbedaan
antar bahan uji. Menurut Poedjiadi (1994), bahwa pereaksi molisch
terdiri atas larutan naftol dalam alkohol apabila direaksikan dengan
protein maka akan terdapat lapisaan ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural hidrolisis glukosa yang ada dalam protein
dengan naftol sehingga membuktikan dalam larutan terdapat
karbohidrat. Berdasarkan hasil percobaan, maka bahan uji yang
memiliki cincin ungu paling tebal adalah fruktosa. Hal tersebut
dikarenakan fruktosa dapat berkondensasi dengan reagen molish
14

lebih cepat daripada glukosa, sukrosa, laktosa, dan maltosa. Bahan


uji harus mengalami hidrolisis terlebih dahulu sebelum
berkondensasi dengan reagen molish. Maltosa dan sukrosa memiliki
cincin ungu yang tipis, disebabkan karena keduanya adalah
disakarida. sehingga hidrolisisnya untuk menjadi furfural lebih lama
dibandingkan dengan monosakarida. pada data yang kami tuliskan,
laktosa merupakan cincin ungu yang tipis. namun, berdasarkan
dengan konsep sebelumnya bahwa karbohidrat monosakarida akan
memiliki cincin ungu yang lebih tebal daripada karbohidrat
disakarida, maka data percobaan yang kami tuliskan kurang sesuai.
hal tersebut dapat disebabkan kami kurang berhati-hati dalam
membuat uji molish atau kontaminasi dari luar pada larutan.
Pengujian kandungan karbohidrat pada buah tomat memiliki
langkah-langkah yang sama seperti pengujian sebelumnya (laktosa,
glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltosa). Ekstrak buat tomat
mentah, ranum, dan masak positif terhadap uji molish, ditandai
dengan terbentuknya cincin ungu di antara kedua larutan.
Berdasarkan data hasil percobaan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa semua bahan uji (glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa, maltosa, buah tomat mentah, ranum, dan masak)
mengandung karbohidrat. Hal tersebut dapat diketahui dengan
adanya cincin ungu di antara dua larutan, yakni bahan uji+pereaksi
molish dan

H 2 S O 4 . Sesuai dengan konsep bahwa uji molish

bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan


karbohidrat dalam sampel, sehingga sampel yang mengandung
karbohidrat hasil ujinya positif (Soendoro, 2005).
D. Diskusi
1. Mengapa terbentuk cicncin berwarna ungu pada bahan yang
mengandung karbohidrat?
Karena pengaruh asam kuat, glukosa akan mengalami
dehidrasi menjadi furfural, kemudian furfural tersebut akan
bereaksi/ berkondensasi dengan naftol yang ada pada reagen
molisch membentuk cincin ungu.
15

2. Samakah intensitas warna cincin berwarna ungu pada bahan uji


yang anda gunakan dalam praktikum ini? Jelaskan!
Tidak, karena pengaruh dari kandungan jenis karbohidrat yang
berbeda-beda. Sehingga menghasilkan warna dan ketebalan
cincin yang berbeda pula.
3. Mengapa pada buah masak masih ditemukan adanya karbohidrat dalam bentuk
polisakarida ?
Pada buah masak masih ditemukan adanya karbohidrat dalam bentuk
polisakarida karena monosakarida yang terdapat pada buah yang masih muda
berikatan menjadi polisakarida sebagai cadangan energi tanaman buah.
4. Jelaskan proses hidrolisis amilum secara enzimatis?
Proses hidrolisis amilum secara enzimatis sebagai berikut: Amilum dihidrilisis
oleh enzim amilase menjadi dekstrin lalu menjadi maltosa dan akhirnya menjadi
glukosa.
4.2

Uji Benedict
A. Data
Tabel 4.2 Pengujian Karbohidrat Menggunakan Uji Benedict

No

Bahan Karbohidrat

yang di uji

1.

Glukosa 1 %

Kegiatan

Hasil Pengamatan

Pereaksi benedict + 5 tetes

Sebelum
Warna biru

glukosa 1% dipanaskan

Sesudah
Endapan :
Warna endapan :
merah bata (+++

2.

Fruktosa 1%

Pereaksi benedict + 5 tetes

Warna biru

fruktosa 1% dipanaskan

+)
Warna larutan :
- Biru (++)
- Hijau (++)
Endapan :
Warna endapan :

3.

Laktosa 1%

Pereaksi benedict + 5 tetes

Warna biru

laktosa 1% dipanaskan

4.

Sukrosa 1%

Pereaksi benedict + 5 tetes


16

Warna biru

merah bata (+++)


Warna larutan
- Hijau : (+)
- Biru : (++)
Endapan :
Warna endapan :

merah bata (++)


Warna larutan :

Biru (+)
Endapan : -

sukrosa 1% dipanaskan
5.

Maltosa 1 %

Pereaksi benedict + 5 tetes

Warna biru

Warna larutan :

Biru (+++)
Endapan :
Warna endapan :

maltosa 1% dipanaskan

6.

Toamat mentah

Pereaksi benedict + 5 tetes

Hijau

ekstrak tomat mentah


dipanaskan

7.

Tomat ranum

Pereaksi benedict + 5 tetes

Kuning

8.

Tomat masak

Pereaksi benedict + 5 tetes

Merah

Biru (+)
Warna Atas :

Orange (+)
Endapan : (++)
Warna endapan :

merah bata
Warna Tengah :

Biru (++)
Warna Atas :

ekstrak tomat masak


dipanaskan

Biru (+)
Endapan : (++)
Warna endapan :
merah bata
Warna Tengah :

ekstrak tomat ranum


dipanaskan

merah bata : (+)


Warna larutan :

Orange (++)
Endapan : (+++)
Warna endapan :

merah bata
Warna Tengah :

Biru (+++)
Warna Atas :
Orange (+++)

Keterangan :
+

: Pudar

++

: Sedikit pudar

+++

: Pekat

++++ : Semakin pekat


B. Analisis
1. 2 ml pereaksi benedict ditambah 5 tetes larutan glukosa 1 % (tidak berwarna)
terbentuk larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. Dan setelah dipanaskan,
17

akan terbentuk endapan berwarna merah bata (+++) pada dasar tabung dan
larutan memiliki tiga lapisan warna, warna paling atas hijau (++) kemudian
warna tengah biru (++). Endapan ini disebabkan karena pada larutan ini
mempunyai gugus aldehid. Aldehid merupakan gula pereduksi yang lebih muda
dioksidasi. Apabila larutan tembaga alkalis direduksi dengan karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid maka akan membentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah (merah bata).
2. 2 ml pereaksi benedict ditambah 5 tetes larutan fruktosa 1 % (tidak berwarna)
terbentuk larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. Dan setelah dipanaskan,
akan terbentuk endapan berwarna merah bata (+++) pada dasar tabung dan
larutan memiliki tiga lapisan warna, warna paling atas biru (++) kemudian
warna tengah hijau (+). Endapan ini disebabkan karena pada larutan ini
mempunyai gugus aldehid. Aldehid merupakan gula pereduksi yang lebih muda
dioksidasi. Apabila larutan tembaga alkalis direduksi dengan karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid maka akan membentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah (merah bata).
3. 2 ml pereaksi benedict ditambah 5 tetes larutan laktosa 1 % (tidak berwarna)
terbentuk larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. Dan setelah dipanaskan,
akan terbentuk endapan berwarna merah bata (++) pada dasar tabung dan
larutan berwarna biru (+). Endapan ini disebabkan karena pada larutan ini
mempunyai gugus aldehid. Aldehid merupakan gula pereduksi yang lebih muda
dioksidasi. Apabila larutan tembaga alkalis direduksi dengan karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid maka akan membentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah (merah bata).
4. 2 ml pereaksi benedict ditambah 5 tetes larutan sukrosa 1 % (tidak berwarna)
terbentuk larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. Dan setelah dipanaskan,
tidak terbentuk endapan berwarna merah bata pada dasar tabung dan larutan
memiliki warna biru (+++). Endapan ini disebabkan karena pada larutan ini
mempunyai gugus aldehid. Aldehid merupakan gula pereduksi yang lebih muda
dioksidasi. Apabila larutan tembaga alkalis direduksi dengan karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid maka akan membentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah (merah bata).
5. 2 ml pereaksi benedict ditambah 5 tetes larutan maltosa 1 % (tidak berwarna)
terbentuk larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. Dan setelah dipanaskan,
akan terbentuk endapan berwarna merah bata (+) pada dasar tabung dan larutan
18

memiliki warna biru(+). Endapan ini disebabkan karena pada larutan ini
mempunyai gugus aldehid. Aldehid merupakan gula pereduksi yang lebih muda
dioksidasi. Apabila larutan tembaga alkalis direduksi dengan karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid maka akan membentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah (merah bata).
6. 2 ml pereaksi benedict ditambah 5 tetes ekstrak tomat mentah (hijau) terbentuk
larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. Dan setelah dipanaskan, akan
terbentuk endapan berwarna merah bata (++) pada dasar tabung dan larutan
memiliki tiga lapisan warna, warna paling atas orange (+) kemudian bagian
tengah berwarna biru (+). Endapan ini disebabkan karena pada larutan ini
mempunyai gugus aldehid. Aldehid merupakan gula pereduksi yang lebih muda
dioksidasi. Apabila larutan tembaga alkalis direduksi dengan karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid maka akan membentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah (merah bata).
7. 2 ml pereaksi benedict ditambah 5 tetes ekstrak tomat ranum (kuning) terbentuk
larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. Dan setelah dipanaskan, akan
terbentuk endapan kuning (+) dan berwarna merah bata (+) pada dasar tabung
dan larutan memiliki tiga lapisan warna, warna paling atas hijau (+) kemudian
bagian tengah berwarna biru (++). Endapan ini disebabkan karena pada larutan
ini mempunyai gugus aldehid. Aldehid merupakan gula pereduksi yang lebih
muda dioksidasi. Apabila larutan tembaga alkalis direduksi dengan karbohidrat
yang mempunyai gugus aldehid maka akan membentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah (merah bata).
8. 2 ml pereaksi benedict ditambah 5 tetes ekstrak tomat masak (berwarna merah)
terbentuk larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. Dan setelah dipanaskan,
akan terbentuk endapan berwarna kuning (++) dan merah bata (++) pada dasar
tabung dan larutan memiliki tiga lapisan warna, warna paling atas kuning (+)
kemudian bagian tengah berwarna biru (+++). Endapan ini disebabkan karena
pada larutan ini mempunyai gugus aldehid. Aldehid merupakan gula pereduksi
yang lebih muda dioksidasi. Apabila larutan tembaga alkalis direduksi dengan
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid maka akan membentuk endapan
Cu2O yang berwarna merah (merah bata).
C. Pembahasan

19

Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu
larutan dengan indicator yaitu adanya perubahan warna khususnya menjadi merah
bata, dan dapat membedakan sakarida (unit gula) yang dapat mereduksi dan sakarida
yang tidak mereduksi. Pada pengujian glukosa, fruktosa, laktosa dan maltosa
didapatkan perubahan yaitu terbentuk endapan berwarna merah bata. Hal tersebut
dikarenakan pada larutan mempunyai gugus aldehid yang merupakan gula pereduksi
yang lebih mudah dioksidasi atau mereduksi. Pada pengujian sukrosa, tidak
didapatkan endapan merah bata dikarenakan sukrosa tidak
memiliki gugus aldehid. Sehingga, sukrosa termasuk bukan gula
pereduksi dan negatif terhadap uji benedict.
Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung
kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat
mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O yang berwarna merah bata. Endapan
yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata.
Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang
diperiksa (mcgilvery et al, 1996).
Jumlah endapan merah bata yang terbentuk dipengaruhi oleh
konsentrasi glukosa, semakin besar konsentrasinya, maka endapan
yang terbentuk samakin benyak. Semakin besar konsentrasi
glukosa yang digunakan semakin cepat perubahannya.
Pengujian pada buah tomat mentah, ranum, dan masak positif
terhadap uji benedict, sehingga pada larutan setelah dipanaskan
menghasilkan endapan merah bata. Pada tomat setengah matang
warna endapannya kuning (+) dan merah bata (+), mengandung
laktosa dan pada tomat matang terbentuk endapan warna kuning
(++) dan merah bata (++), tomat matang mengandung fruktosa.
Seperti pada pembahasan sebelumnya, bahwa warna endapan
tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.

D. Diskusi
1. Apa warna dari endapan yang terbentuk ? Mengapa demikian ?
20

Warna endapan yang terbentuk adalah merah bata karena gula tersebut
dapat mereduksi ion Cu2+ dari cupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O.
2. Pada uji Benedict mengapa sukrosa bukan termasuk gula reduksi ?
Sukrosa bukan termasuk gula reduksi karena sukrosa tidak dapat mereduksi
ion Cu2+ dari CuSO4 menjadi ion Cu+. Sukrosa juga tidak mengandung atam
karbon anomer bebas serta tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif dan
juga tidak memiliki gugus hemiasetat, sehingga apabila dihidrolisis
menghasilkan fruktosa dan glukosa.
3. Mengapa pada buah masak masih ditemukan adanya karbohidrat dalam bentuk
polisakarida ?
Pada buah masak masih ditemukan adanya karbohidrat dalam bentuk
polisakarida karena monosakarida yang terdapat pada buah yang masih muda
berikatan menjadi polisakarida sebagai cadangan energi tanaman buah.
4. Jelaskan proses hidrolisis amilum secara enzimatis?
Proses hidrolisis amilum secara enzimatis sebagai berikut: Amilum
dihidrilisis oleh enzim amilase menjadi dekstrin lalu menjadi maltosa dan
akhirnya menjadi glukosa.

4.3 uji Seliwanoff


A. Data
Tabel 4.2 Pengujian Karbohidrat Menggunakan Uji Seliwanoff

21

No
.
1
2

Bahan
Karbohidrat

Kegiatan

yang diuji
Glukosa 1%

1 ml seliwanoff + 2 tetes glukosa 1%

Fruktosa 1%

(dipanaskan)
1 ml seliwanoff + 2 tetes fruktosa 1%

Sebelum

(dipanaskan)
3
4

Laktosa 1%

1 ml seliwanoff + 2 tetes laktosa 1%

Sukrosa 1%

(dipanaskan)
1 ml seliwanoff + 2 tetes sukrosa 1%
(dipanaskan)

Selulosa 1%

Putih jernih

Putih jernih

Putih jernih

Putih jernih

Sesudah
9 menit 49
detik, orange.
3 menit 2
detik, orange +
+
11 menit 10
detik, orange+
3 menit 15
detik, orange +
+
7 menit 21

1 ml seliwanoff + 2 tetes selulosa 1%


(dipanaskan)

Hasil pengamatan

Amilum 1%

1 ml seliwanoff + 2 tetes amilum 1%

Tomat Mentah

(dipanaskan)
1 ml seliwanoff + 2 tetes ekstrak pepaya

Putih jernih

Putih jernih
Hijau keruh

detik, orange
+.
7 menit 3
detik, orange.
1 menit 55

mentah (dipanaskan)
8

Tomat Ranum

Tomat Masak

1 ml seliwanoff + 2 tetes ekstrak pepaya

detik, merah
Orange keruh

bata
2 menit 37

ranum (dipanaskan)

detik, merah

1 ml seliwanoff + 2 tetes ekstrak pepaya

bata ++
2 menit 19

masak (dipanaskan)

Orange

detik, merah
bata ++

B. Analisis
1. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes glukosa 1%, larutan bening.
Setelah dipanaskan selama 9,49 menit warna berubah menjadi orange.
2. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes fruktosa 1%, larutan bening.
Setelah dipanaskan selama 3,02 menit warna berubah menjadi orange (++).
3. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes laktosa 1%, larutan bening.
Setelah dipanaskan selama 11,10 menit warna berubah menjadi orange (+).
4. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes sukrosa 1%, larutan bening.
Setelah dipanaskan selama 3,15 menit warna berubah menjadi orange (++).
5. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes selulosa 1%, larutan bening.
Setelah dipanaskan selama 7,21 menit warna berubah menjadi orange (+).
22

6. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes amilum 1%, larutan bening.


Setelah dipanaskan selama 7,03 menit warna berubah menjadi orange.
7. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes ekstrak tomat mentah larutan
menjadi keruh. Setelah dipanaskan selama 2,53 menit warna berubah menjadi
orange muda.
8. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes ekstrak tomat ranum larutan
menjadi keruh. Setelah dipanaskan selama 1,52 menit warna berubah menjadi
orange muda (+).
9. 1 ml pereaksi seliwanoff ditetesi dengan 2 tetes ekstrak tomat masak larutan
menjadi keruh. Setelah dipanaskan selama 1,34 menit warna berubah menjadi
orange muda (+++)
C. Pembahasan
Uji seliwanoff bertujuan untuk menunjukkan adanya gugus ketosa atau yang
dikenal dengan fruktosa. Pada larutan 1 ml seliwanoff dan 2 tetes glukosa 1 %
sebelum larutan tersebut dipanaskan ke dalam waterbath selama 9, 49 menit tidak
terjadi perubahan warna yaitu tetap jernih. Setelah dipanaskan selama 9, 49 menit
maka akan terjadi perubahan menjadi orange muda. Hal ini terjadi karena jenis
karbohidrat dengan menggunakan seliwanoff tidak terjadi pembentukan 4Hidroksimetil furfural, sehingga dapat dikatakan glukosa tidak mengandung gugus
ketosa.
Pada laktosa, selulosa, glukosa, dan amilum setelah ditambahkan pereaksi
seliwanoff dan dipanaskan maka akan berwarna orange muda. Hal ini terjadi karena
pada gula tersebut tidak memiliki gugus fruktosa. Lain halnya pada sukrosa dan
fruktosa, setelah diberi perlakuan yang sama, keduanya berubah menjadi warna
orange muda (++) dan positif terhadap uji seliwanoff. Hal tersebut dikarenakan
fruktosa mengandung gugus ketosa dan sukrosa merupakan disakarida yang
mengandung glukosa+fruktosa.
Fruktosa inilah yang menyebabkan larutan berwarna merah. Pertama
fruktosa menyusun sukrosa diubah menjadi Hidrolsimetil furfural yang selanjutnya
bereaksi dengan resolsimol (pereaksi seliwanoof) membentuk senyawa warna
merah. Reaksi ini mestinya tidak terjadi pada laktosa, karena laktosa tersusun dari
galaktosa dan glukosa yang keduanya merupakan aldosa. Uji ini merupakan reaksi
positif untuk sukrosa ,karena sukrosa mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan

23

fruktosa. Pada pendidihan yang lebih pada aldosa-aldosa memberikan warna merah
dengan reagen-reagen seliwanoff, karena diubah menjadi ketosa.
Warna orange muda (++) pada sukrosa dan fruktosa sebagai tanda positif
terhadap uji seliwanof. Pada buah tomat mentah dan ranum, hasil pemanasan larutan
berwarna orange muda. Sehingga buah tomat mentah dan ranum negatif terhadap uji
seliwanoff, hal tersebut bearti tomat mentah dan ranum tidak tersusun oleh gugus
fruktosa. Sedangkan pada tomat masak, setelah dilakukan pemanasan sekitar 1,34
menit larutan berubah warna menjadi orange muda (+++). Berdasarkan hasil uji
pada tomat masak, maka dapat disimpulkan bahwa tomat masak mengandung gugus
ketosa (fruktosa).
Uji ini juga dipakai untuk membedakan sukrosa dari fruktosa, karena uji ini
akan bereaksi positif terhadap karbohidrat yang mempunyai gugus keton (ketosa).
Karbohidrat monosakarida ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan
dehidrasi karbohidrat disakarida. Terjadi karana disakarida harus mengalami
hidrolisis menjadi monosakarida terlebih dahulu. Hidrolsis tersebut dapat terjadi
dengan pemanasan yang lebih lama dibandingkan monosakarida. Fruktosa yang
merupakan monosakarida dapat berubah warna setelah dipanaskan selama 3,2 menit,
sedangkan pada sukrosa yang merupakan disakarida berubah warna setelah
dipanaskan selama 3,15 menit. Oleh sebab itu, untuk menjadi furfural, maka
pemanasan terhadap sukrosa 13 detik lebih lama dibandingkan dengan pemanasan
pada fruktosa.

D. Diskusi
1. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan reaksi positif
terhadap uji seliwanoff?
Gugus ketosa yang terdapat pada fruktosa. Sehingga, fruktosa
dan sukrosa positif terhadap uji molish.
2. Dapatkah uji seliwanoff dipakai untuk membedakan sukrosa dan
fruktosa?
Dapat, dengan membandingkan hasil warna larutan setelah
pemanasan dan waktu perubahan warna. Sukrosa mengalami
perubahan warna etelah pemanasan lebih lama dibandingkan

24

dengan fruktosa. Dikarenakan, sukrosa harus terhidrolisis dahulu


menjadi glukosa+fruktosa sebelum menjadi furfural.
3. Mengapa pada buah masak masih ditemukan adanya karbohidrat dalam bentuk
polisakarida ?
Pada buah masak masih ditemukan adanya karbohidrat dalam bentuk
polisakarida karena monosakarida yang terdapat pada buah yang masih muda
berikatan menjadi polisakarida sebagai cadangan energi tanaman buah.
4. Jelaskan proses hidrolisis amilum secara enzimatis?
Proses hidrolisis amilum secara enzimatis sebagai berikut: Amilum dihidrilisis
oleh enzim amilase menjadi dekstrin lalu menjadi maltosa dan akhirnya menjadi
glukosa.

4.4

No
1

Uji Iodine
A. Data
Tabel 4.4 Pengujian Karbohidrat menggunakan Uji Iodine
Bahan yang
diuji
Amilum 1%

Kegiatan

Hasil Pengamatan
Sebelum
Sesudah

3 ml amilum 1% + tetes air

dipanaskan
Kuning ++

+ 3 tetes iodine dikocok


Dipanaskan
Didinginkan
25

dipanaskan
Jernih

Selulosa 1%

Laktosa 1%

Pepaya

Belimbing

Nanas

Mangga

3 ml amilum 1% + HCl + 3

Kuning ++

Kuning +

tetes iodine dikocok


Dipanaskan
Didinginkan
3 ml amilum 1% + NaOH +

Jernih

3 tetes iodine dikocok


Dipanaskan
Didinginkan
3 ml selulosa 1% + tetes air

Kuning ++

Jernih

Endapan +

Endapan +

+ 3 tetes iodine dikocok


Dipanaskan
Didinginkan
3 ml selulosa 1% + HCl + 3

Endapan +++

Endapan +++

tetes iodine dikocok


Dipanaskan
Didinginkan
3 ml selulosa 1% + NaOH +

Kuning ++

Kuning jernih +

Jernih

Jernih

Endapan +
3 tetes iodine dikocok
Dipanaskan
Didinginkan
3 ml laktosa 1% + tetes air + Jernih

3 tetes iodine dikocok


Dipanaskan
Didinginkan
3 ml laktosa 1% + HCl + 3

Kuning

Jernih

tetes iodine dikocok


Dipanaskan
Didinginkan
3 ml laktosa 1% + NaOH +

Jernih

3 tetes iodine dikocok


Dipanaskan
Didinginkan
Masak : + iodine 1 tetes
Ranum : + iodine 1 tetes
Mentah : + iodine 1 tetes
Masak : + iodine 1 tetes
Ranum : + iodine 1 tetes
Mentah : + iodine 1 tetes
Masak : + iodine 1 tetes
Ranum : + iodine 1 tetes
Mentah : + iodine 1 tetes
Masak : + iodine 1 tetes
Ranum : + iodine 1 tetes

Oren +++
Oren ++
Hijau +
Coklat
Kuning ++
Hijau +++
Kuning +++
Kuning ++
Kuning +
Oren +
Kuning ++

Oren ++
Oren +
Hijau jernih
Coklat +
Kuning +
Hijau +
Hijau +++
Hijau ++
Hijau +
Oren kehijauan
Hijau, endapan

Kuning +

hitam
Jernih, endapan

Mentah : + iodine 1 tetes


26

Endapan +
-

Tomat

Masak : + iodine 1 tetes


Ranum : + iodine 1 tetes
Mentah : + iodine 1 tetes

Merah ++
Oren ++
Hijau ++

ungu
Merah +
Oren +
Hijau +

B. Analisis
1. Amilum 1%
a. 3 ml amilum 1% dicampur dengan 2 tetes air ditambah dengan 3 tetes iodine
kemudian dikocok, akan berwarna kuning (++), akan tetapi setelah
dipanaskan warna akan berubah menjadi jernih dan tidak ada endapan.
b. 3 ml amilum 1% dicampur dengan 2 tetes HCl ditambah dengan 3 tetes
iodine kemudian dikocok, larutan akan berwarna kuning (++), akan tetapi
setelah dipanaskan warna akan berubah menjadi kuning (+) dan tidak ada
endapan.
c. 3 ml amilum 1% dicampur dengan 2 tetes NaOH ditambah dengan 3 tetes
iodine kemudian dikocok, larutan akan berwarna jernih. Dan setelah
pemanasan warna tetap menjadi jernih dan tidak ada endapan.
2. Selulosa 1%
a. 3 ml selulosa 1% dicampur dengan 2 tetes air ditambah dengan 3 tetes
iodine kemudian dikocok, larutan akan berwarna kuning (++) dan terdapat
endapan (+), akan tetapi setelah dipanaskan warna akan berubah menjadi
jernih (+) dan ada endapan (+++).
b. 3 ml selulosa 1% dicampur dengan 2 tetes HCl ditambah dengan 3 tetes
iodine kemudian dikocok, larutan akan berwarna kuning (++) dan adanya
endapan (+++), akan tetapi setelah dipanaskan warna akan berubah menjadi
kuning (+) dan ada endapan (+++).
c. 3 ml selulosa 1% dicampur dengan 2 tetes NaOH ditambah dengan 3 tetes
iodine kemudian dikocok, larutan akan berwarna jernih dan ada endapan
(+), akan tetapi setelah dilakukan pemanasan larutan tetap berwarna jernih
dan ada endapan (+).
27

3. Laktosa 1%
a. 3 ml laktosa 1% dicampur dengan 2 tetes air ditambah dengan 3 tetes iodine
kemudian dikocok, larutan akan berwarna jernih dan tidak terdapat endapan,
setelah dipanaskan warna tetap jernih dan tidak ada endapan.
b. 3 ml laktosa 1% dicampur dengan 2 tetes air ditambah dengan 3 tetes iodine
kemudian dikocok, larutan akan berwarna kuning dan tidak terdapat endapan,
setelah dipanaskan warna larutan menjadi jernih dan tidak terdapat endapan.
c. 3 ml laktosa 1% dicampur dengan 2 tetes NaOH ditambah dengan 3 tetes
iodine kemudian dikocok, larutan akan berwarna jernih, setelah dipanaskan
warna larutan tetap menjadi jernih.
4. Buah Tomat
a. 1 tetes ekstrak buah tomat mentah dicampur dengan 2 tetes air ditambah
dengan 3 tetes iodine akan berwarna hijau (++) dan tidak terdapat endapan,
setelah dipanaskan warna hijau (+) dan tidak ada endapan.
b. 1 tetes ekstrak buah tomat ranum dicampur dengan 2 tetes air ditambah
dengan 3 tetes iodine akan berwarna orange (++) dan tidak terdapat endapan,
setelah dipanaskan warna orange (+) dan tidak ada endapan.
c. 1 tetes ekstrak buah tomat masak dicampur dengan 2 tetes air ditambah
dengan 3 tetes iodine akan berwarna merah (++) dan tidak terdapat endapan,
setelah dipanaskan warna merah (+) dan tidak ada endapan.
C. Pembahasan
Penyusun utama karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen (C, H,
O) dengan rumus umum Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama karbohidrat
diberikan. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat. Atom karbon yang
mengikat hidrat (air). Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari
satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa,
galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun
dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula
bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain
monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua
monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).

28

Amilum terdiri atas 2 macam polisakarida yaitu amilosa (kira kira 20% 28%) dari sisanya amilopektin. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul
amilosa karena terdiri atas lebih dari 1000 unit glikosa. Butir butir pati tidak
larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan akan tetapi
suatu larutan koloid kental. Larutan koloid ini apabila diberi larutan iodin akan
berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang
membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodin akan memberikan warna ungu
atau merah lembayung. Glikogen dalam bentuknya seperti amilopektin dan lebih
banyak bercabang dan bereaksi dengan iodium glikogen akan menghasilkan
warna merah.
Pada uji iodine terhadap amilum+2 tetes HCL kemudian ditetesi oleh iodine
dan kemudian dipanaskan akan menghasilkan larutan berwarna kuning (+),
sehingga amilum positif terhadap uji iodine. Dikarenakan amilum merupakan
polisakarida. Sedangkan pada uji amilum + 2 tetes air kemudian ditetesi iodine
dan setelah itu dipanaskan akan menghasilkan larutan jernih, begitu pula pada uji
amilum+NaOH. Sehingga, kedua larutan tidak dapat mengindikasikan adanya
amilum.
Pada uji selulosa, pada ketiga perlakuan dapat membuktikan bahwa larutan
tersebut positif terhadap uji iodine. Sehingga, selulosa disimpulkan merupakan
polisakarida. Pada laktosa, ketiga perlakuan negatif terhadap uji karbohidrat. Hal
tersebut dikarenakan laktosa adalah disakarida.
Uji iodine pada tomat mentah, menyimpulkan bahwa tidak mengandung gugus
polisakarida. Hal tersebut nampak pada hasil larutan berwarna hijau (+).
Sedangkan pada tomat masak, memiliki hasil uji iodine berupa larutan berwarna
merah (+), dan pada tomat ranum, memiliki hasil uji iodine berupa larutan
berwarna orange (+). Sehingga, pada tomat ranum dan tomat masak dapat
disimpulkan bahwa positif terhadap uji iodine yang mengindikasikan adanya
karbohidrat berupa polisakarida.
Pada uji iodine yang kami lakukan, tidak terdapat hasil larutan
berwarna biru. Namun, semua hasil uji iodine berwarna kuningorange-merah. Warna merah tersebut ditemukan pada hidrolisis
amilum pada tahap eritodextrin. Eritodextrin merupakan
hidrolisis amilopektin. Sedangkan warna kuning dan orange

29

dapat disebabkan oleh pencatatan data pada waktu perubahan


yang kurang tepat.
D. Diskusi
1. Mengapa terjadi perubahan warna setelah dipanaskan ?
Perubahan warna pada setelah dipanaskan diakibatkan karena hidrolisis pati
atau amilum menjadi senyawa yang lebih sederhana.
2. Zat manakah selain amilum yang memberikan warna dengan iodine ?
Zat selain amilum yang memberikan warna dengan iodine adalah selulosa
yang memberikan warna kuning (++).
3. Mengapa pada buah masak masih ditemukan adanya karbohidrat dalam bentuk
polisakarida ?
Pada buah masak masih ditemukan adanya karbohidrat dalam bentuk
polisakarida karena monosakarida yang terdapat pada buah yang masih muda
berikatan menjadi polisakarida sebagai cadangan energi tanaman buah.
4. Jelaskan proses hidrolisis amilum secara enzimatis?
Proses hidrolisis amilum secara enzimatis sebagai berikut: Amilum dihidrilisis
oleh enzim amilase menjadi dekstrin lalu menjadi maltosa dan akhirnya
menjadi glukosa.

30

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Uji Molish
1. Pereaksi molisch digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya karbohidrat
(pada larutan glukosa, maltose, laktosa, sukrosa, dan fruktosa)
2. Reaksi kondensasi antara -naftol dan derivate larutan karbohidrat dapat
membentuk cincin yang terlihat berwarna merah keunguan.
3. Ketebalan cincin berwarna merah keunguan berbeda pada tiap jenis karbohidrat
sesuai dengan panjang-pendeknya rantai karbon yang dimiliki.
4. Buah tomat mengandung fruktosa.
5.1.2 Uji Benedict
1. Pada pengujian glukosa, fruktosa, laktosa dan maltosa didapatkan perubahan
yaitu terbentuk endapan berwarna merah bata. Hal tersebut dikarenakan pada
larutan mempunyai gugus aldehid yang merupakan gula pereduksi yang lebih
mudah dioksidasi atau mereduksi.
2. Pada sukrosa tidak terbentuk endapan berwarna merah bata dikarenakan sukrosa
tidak memiliki gugus aldosa sehingga bukan merupakan gula pereduksi.
3. Pengujian pada buah tomat mentah, ranum, dan masak positif
terhadap uji benedict, sehingga pada larutan setelah
dipanaskan menghasilkan endapan merah bata. Pada tomat
setengah matang warna endapannya kuning (+) dan merah
bata (+), mengandung laktosa dan pada tomat matang
terbentuk endapan warna kuning (++) dan merah bata (++),
31

tomat matang mengandung fruktosa. Seperti pada


pembahasan sebelumnya, bahwa warna endapan tergantung
pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
5.1.3

Uji Sewalinoff
Pada laktosa, selulosa, glukosa, dan amilum setelah ditambahkan
pereaksi seliwanoff dan dipanaskan maka akan berwarna orange muda. Hal ini
terjadi karena pada gula tersebut tidak memiliki gugus fruktosa. Sukrosa dan
fruktosa, setelah diberi perlakuan yang sama, keduanya berubah menjadi warna
orange muda (++) dan positif terhadap uji seliwanoff. Hal tersebut dikarenakan
fruktosa mengandung gugus ketosa dan sukrosa merupakan disakarida yang
mengandung glukosa+fruktosa. Pada buah tomat mentah dan ranum, hasil
pemanasan larutan berwarna orange muda. Sehingga buah tomat mentah dan
ranum negatif terhadap uji seliwanoff, hal tersebut bearti tomat mentah dan
ranum tidak tersusun oleh gugus fruktosa. Sedangkan pada tomat masak, setelah
dilakukan pemanasan sekitar 1,34 menit larutan berubah warna menjadi orange
muda (+++). Berdasarkan hasil uji pada tomat masak, maka dapat disimpulkan
bahwa tomat masak mengandung gugus ketosa (fruktosa).

5.1.4 Uji Iodine


Amilum dan selulosa mengandung polisakarida dengan ditandainya
larutan setelah pemanasan berwarna orange. Maltosa tidak mengandung
polisakarida, dikarenenakan maltosa merupakan gugus disakarida dengan
ditandainya larutan bening. Uji iodine pada tomat mentah, menyimpulkan bahwa
tidak mengandung gugus polisakarida. Hal tersebut nampak pada hasil larutan
berwarna hijau (+). Sedangkan pada tomat masak, memiliki hasil uji iodine berupa
larutan berwarna merah (+), dan pada tomat ranum, memiliki hasil uji iodine
berupa larutan berwarna orange (+). Sehingga, pada tomat ranum dan tomat
masak dapat disimpulkan bahwa positif terhadap uji iodine yang mengindikasikan
adanya karbohidrat berupa polisakarida. Warna merah tersebut
ditemukan pada hidrolisis amilum pada tahap eritodextrin.
Eritodextrin merupakan hidrolisis amilopektin.
5.2

Saran
Diharapkan agar praktikan lebih memperhatikan hal-hal seperti kebersihan alat,
32

ketepatan ukuran larutan, waktu percobaan dan lainnya, karena kesalahan sedikitpun
bisa mempengaruhi hasil pengamatan.

Tomat pada uji


molish

33

Anda mungkin juga menyukai