Anda di halaman 1dari 81

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia
yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama
di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber
pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai
pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari
segi produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional
yang sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini
memicu para peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih
unggul guna lebih meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan
di pasaran dapat lebih meningkat.
Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan
industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi
kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan
bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan
memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakan
bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di
beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah
misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop
corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak
1

goreng, margarin, dan formula makanan. Perkembangan ini juga membuat


penelitian mengenai karakteristik ( fisik dan kimiawi ) semakin dinamis. Oleh
karena itu penelitian yang terkait karakteristik terus dikembangkan, seperti
halnya perilaku kadar air dan tingkat kekerasan biji jagung.
Jagung dengan varietas NK 22 dan Pioneer merupakan varietas yang
saat ini sangat banyak ditanam oleh petani di Indonesia khususnya di
Sulawesi Selatan. kedua varietas tersebut tentunya memiliki keunggulan pada
karakteristiknya masing-masing baik itu dari segi bentuk dan ukuran pada biji
dan tongkol serta penampakan lainnya. Akan tetapi jika ditinjau dari
karakteristik masing-masing kedua varietas ini belum terlalu banyak tersedia.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian
mengenai karakteristik fisik dimana dalam hal ini untuk mengetahui perilaku
tingkat kekerasan biji jagung selama pengeringgan lapisan tipis.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan tingkat kekerasan dan kadar air biji jagung selama proses
pengeringan lapisan tipis.
Keguanaan penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan
informasi dan pertimbangan bagi pemerhati (stakeholder) jagung, khusunya
industri pengolahan biji jagung.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jagung ( Zea Mays L )


Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat
mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011a)
Menurut Tjitrosoepomo, 1991 tanaman jagung dalam tata nama atau
sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai
berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Graminae

Famili

: Graminaceae

Genus

: Zea

Spesies

: Zea mays L.
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh


bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran
amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh
3

patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh


pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan
pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi
mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama,
meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum
mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari (Anonim, 2011a).
Menurut Anonim, 2011a jika ditinjau dari bagaimana suatu kultivar
("varietas") jagung di buat maka dapat dilihat berbagai tipe kultivar jagung :

1. galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih


2. komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang
diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul
3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki
keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam
4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga,
atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun
rata-rata 12 - 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun
yang lebih sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang
mempunyai banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30 - 150 cm dan lebar
daun dapat mencapai 15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan
unutk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi
iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).
4

Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar 2 4 cm tergantung


pada varietasnya. Genetic memberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman.
Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat
berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar
dengan berat rata-rata 250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan
bulat melebar yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji
jagung. Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji
jagung memiliki struktur embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang
dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan perkembangan
menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).
2.2. Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan
yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang
sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam
bahan pangan ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang
tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 1997).
Salah

satu

adalah

kadar

kadar

air

faktor
air,
bahan

yang

mempengaruhi

pengeringan
untuk

bertujuan

proses

pengeringan

untuk

mengurangi

menghambat

perkembangan

organisme pembusuk. Kadar air suatu bahan berpengaruh terhadap


banyaknya

air

yang

diuapkan

dan

lamanya

proses

pengeringan

(Taib et al. 1988).


Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada
suatu bahan adalah dengan menggunakan metode Penetapan air dengan
metode oven, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh
produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen
yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada
pemanasan

1000C

1020C

sampai

diperoleh

berat

yang

tetap

(Apriyantono, 1989).
Dalam mencegah keruskan selama masa penyimpanan, pengendalian
kadar air merupakan faktor terpenting. Pengendalian kadar air adalah faktor
yang paling mudah dan murah sebelum dilakukan penyimpanan terhadap
bahan. Perkembangan kapang dapat ditekan dengan adanya pengurangan
kadar air selama penyimpanan (Wiliam, 1991). Pengeringan yang berlanjut
dengan menggunakan sinar matahari dapat menyebabkan biji-bijian retak dan
kehilangan daya hidupnya (Covanic, 1991).
Selama masa penyimpanan kadar air bahan pangan akan bergerak
menuju kadar air keseimbangan. Henderson dan Perry (1976) mengemukakan
bahwa kadar air keseimbangan terjadi pada saat biji-bijian tidak lagi
menyerap atau melepas uap air. Pengeringan mekanis untuk menurunkan
kadar air sampai 14% selama 2.5 hari efektif untuk mengontrol aflatoksin
pada jagung yang diproduksi pada musim hujan. Untuk menghemat biaya
(Negler et al. 1986).

Kadar air suatu bahan merupakan banyaknya kandungan air persatuan


bobot bahan yang dinyatakan dalam persen basis basah (wet basis) atau
dalam persen basis kering (dry basis). Kadar air basis basah mempunyai
batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air basis kering
lebih 100%. Kadar air basis basah (b,b) adalah perbandingan antara berat air
yang ada dalam bahan dengan berat total bahan.
Kadar air basis basah dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

......................................(1)
Keterangan:
KA-bb

= Kadar air basis basah (% bb)

Wm = Berat air dalam bahan (g)


Wd

= Berat bahan kering (g)

Wt

= Berat total (g)


kadar air basis kering (b,k) adalah perbandingan antara berat air yang

ada dalam bahan dengan berat padatan yang ada dalam bahan. Kadar air berat
kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
........................................(2)
Keterangan:
KA-bk

= Kadar air basis kering (% bk)

Wm

= Berat air dalam bahan (g)

Wd

= Berat bahan kering (g)

Wt

= Berat total (g)

Kadar air basis kering adalah berat bahan setelah mengalami


pengeringan dalam waktu tertentu sehingga beratnya konstan. Pada proses
pengeringan, air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya
diuapkan meskipun demikian hasil yang diperoleh disebut juga sebagai berat
bahan kering (Ramadhani, 2011)
2.3. Pengeringan
Pengeringan adalah proses pindah panas dan kandungan air secara
stimultan udara panas yang dibawa oleh media pengering akan digunakan
untuk menguapakan air yang terdapat didalam bahan. Uap air yang berasal
dari bahan akan dilepaskan dari permukaan bahan keudara kering
(Pramono, 1993)
Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara
karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang
dikeringkan. Tujuan dari pengeringan antara lain adalah untuk mengurangi
kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan
kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau
terhenti agar bahan memiliki masa simpan yang lama (Taib et al. 1988).
Disisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami
perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum
digunakan yaitu rehidrasi (Muchtadi, 1989).
Proses pengeringan pada umumnya digunakan pada bahan pangan
dengan dua cara yaitu pengeringan dengan penjemuran dan pengeringan
dengan alat pengering. Kelemahan dari penjemuran adalah waktu
pengeringan lebih lama dan lebih mudah terkontaminasi oleh kotoran atau

debu sehingga dapat mengurangi mutu akhir produk yang dikeringkan. Di sisi
lain pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan alat biayanya lebih
mahal, tetapi mempunyai kelebihan yaitu kondisi sanitasi lebih terkontrol
sehingga kontaminasi dari debu, serangga, burung atau tikus dapat dihindari,
selain itu pula dehidrasi dapat memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan
(Desrosier, 1988).
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara
tradisional dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar
9-11 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran
dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara
diikat dan digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering
untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat cara
pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air
di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga
kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan setiap
saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung
yang diinginkan (sutoro, 1988).
Pengeringan lapisan tipis dimaksudkan untuk mengeringkan produk
sehingga pergerakan udara dapat melalui seluruh permukaan yang
dikeringkan yang menghasilkan terjadinya penurunan kadar air dalam proses
pengeringan. Pengeringan lapisan tipis merupakan suatu pengeringan yang
dilakukan dimana bahan dihamparkan dengan ketebalan satu tipis (satu)
(Sodha et al. 1987).

Pengeringan lapisan tipis adalah pengeringan oleh udara dengan suhu


dan kelembaban tetap dan dapat menembus seluruh bahan yang dikeringkan.
Pada pengeringan lapisan tipis bidang pengeringan lebih besar dan ketebalan
bahan dikurangi sehingga pengeringan berlangsung serentak dan merata ke
seluruh bahan (Henderson et al. 1976).
Pengeringan lapisan tipis mempunyai beberapa kelebihan yaitu
penanganan kadar air dapat dilakukan sampai minimum, biji dengan kadar air
maksimum dapat dipanen dan periode pengeringan dapat lebih pendek untuk
kadar air yang sama (Brooker, 1974).
2.4. Pengaruh Suhu Pengeringan Pada Proses Pengeringan
Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh
kenaikan suhu. Semakin besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan
bahan yang dikeringkan, semakin besar pula kecepatan pindah panas ke
dalam bahan pangan sehingga penguapan air dari bahan akan lebih banyak
dan cepat (Taib, G, et al. 1988).
Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin
cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara
pengering makin besar energy panas yang dibawa udara sehingga makin
banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang
dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka makin
cepat pula massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfir
(Taib, G. et al. 1988).
Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengering, makin tinggi
energy yang disuplai dan makin cepat laju pengeringan. Akan tetapi

10

pengeringan yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan
terlalu cepat kering. Sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan
air bahan kepermukaan. Hal ini menyebabkan pengerasan permukaan bahan
(case hardering). Selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi menguap
karena terhalang. Disamping itu penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat
merusak daya fisiologik biji-bijian/benih (Taib, G. et al. 1988)
2.5. Alat Pengering Tipe Rak (Tray Dryer)
Tray dryer atau alat pengering berbentuk rak, mempunyai bentuk
persegi dan di dalamnya berisis rak-rak, yang digunakan sebagai tempat
bahan yang akan dikeringkan. Bahan diletakkan di atas rak (tray) yang
terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang. Kegunaan dari
lubang-lubang ini untuk mengalirkan udara panas dan uap air. Luas rak yang
digunakan

bermacam-macam. Luas rak dan besar lubang-lubang rak

tergantung pada bahan yang akan dikeringkan. Apabila bahan yang akan
dikeringkan berupa butiran halus, maka lubangnya berukuran kecil. Selain
alat pemanas udara, biasanya digunakan juga kipas (fan) untuk mengatur
sirkulasi udara dalam alat pengering. Udara setelah melewati kipas masuk ke
dalam alat pemanas, pada alat ini udara dipanaskan lebih dahulu kemudian
dialirkan diantara rak-rak yang sudah berisi bahan (Taufiq, 2004)
2.6. Parameter Pengeringan
Menurut

Brooker

et

al.

(1974)

bebrapa

parameter

yang

mempengaruhi lama waktu yang dibutuhkan pada proses pengeringan antara


lain :

11

a. Suhu udara pengering


Suhu udara pengeringan akan mempengaruhi laju penguapan air
bahan dan mutu pengeringan. Semakin tinggi suhu maka panas yang
digunakan untuk penguapan air akan meningkat sehingga waktu
pengeringan akan menjadi lebih singakat. Agar bahan uang dikeringkan
tidak sampai rusak, suhu harus dikontrol terus menerus.
b. Kelembaban relatif (RH) udara pengering
Kelembaban relatif menentukan kemampuan udara pengering
untuk menampung kadar air bahan yang telah diuapkan. Jika RH semakin
rendah maka semakin banyak uap air yang diserap udara pengering,
demikian juga sebaliknya. RH dan suhu pengering akan menentukan
tekanan uap jenuh. Perbedaan tekanan uap air pada udara pengering dan
permukaan bahan akan mempengaruhi laju pengeringan. Untuk proses
pengeringan yang baik diperlukan RH yang rendah sesuai dengan bahan
yang akan dikeringkan.
c. Kecepatan aliran udara pengering
Aliran udara pada proses pengeringan berfungsi membawa panas
untuk menguapkan kadar air bahan serta mengeluarkan uap air hasil
penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan bahan dengan panas harus
segera dikeluarkan agar tidak membuat jenuh udara pada permukaan
bahan yang akan mengganggu proses pengeringan. Semakin besar
volume udara yang mengalir maka akan semakin besar kemampuannya
dalam membawa dan menampung air dari permukaan bahan.

12

d. Kadar air bahan


Keragaman kadar air awal bahan sering dijumpai pada proses
pengeringan dan hal ini juga menjadi suatu masalah. Beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk mengurangi masalah ini adalah dengan
mengurangi ketebalan tumpukan bahan yang dikeringkan, mempercepat
aliran udara pengering, menurunkan suhu udara pengering dan dilakukan
pengadukan bahan. Kadar air akhir bahan merupakan tujuan proses
pengeringan, besarnya kadar air akhir akan menentukan lamanya proses
pengeringan berlangsung.
2.7. Tesktur
Tekstur merupakan penilaian keseluruhan terhadap bahan
makanan yang dirasakan oleh mulut. Ini merupakan gabungan rangsangan
yang berasal dari bibir, lidah, dinding rongga mulut, gigi bahkan
termasuk juga telinga (Tranggono dan Sutardi, 1990).
2.7.1. Pengujian dan Pengukuran Tekstur
Tekstur merupakan atribut atau faktor penting dari kualitas
yang menentukan kelayakan dari suatu bahan pangan, baik itu
buah maupun sayuran. Walaupun demikian, tekstur bukanlah
merupakan suatu atribut tunggal, tetapi merupakan sifat kolektif
yang meliputi sifat-sifat biologis maupun mekanis dari suatu
bahan pangan dan merupakan perwujudan dari analisis sensorik
terhadap rasa dari bahan pangan itu di mulut konsumen (Abbott
dan Harker, 2005).

13

Pengukuran tekstur telah menjadi salah satu faktor


terpenting dalam industri pangan, khususnya sebagai indikator
dari aspek non-visual. Kemampuan dalam menguji dan mengukur
tekstur,

memberikan

keleluasaan

untuk

menetapkan

standar

segi

pengepakan/pengemasan

bagi

kualitas

pihak
baik

maupun

industry
itu

dari

penyimpanan

(Abbott dan Harker, 2005).


Ada dua metode pengukuran tekstur yang sering digunakan.
Metode pertama adalah Evaluasi Sensorik (Sensory evaluation).
Pengujian ini dilakukan oleh sekelompok orang sebagai panelis
yang bertugas untuk menguji dan merasakan tekstur dari produk
atau bahan pangan tersebut. Metode yang kedua adalah Evaluasi
dengan

Instrumen/alat

uji

(Instrumental

measurements)

(Instron, 2006).
Terdapat tujuh macam prinsip pengukuran tekstur menurut
Supratomo (2006), antara lain sebagai berikut :
1. Penekanan (Compression)
2. Ekstruksi, dapat digunakan untuk mengukur kekentalan pasta.
3. Puncture dan Penetration (ditusuk)
4. Ditarik (Tension)
5. Pemotongan dan Penggesekan (Cutting and Shearing)
6. Pematahan (Fracture and Bending)
7. Kelengketannya (Adhesion)

14

2.7.2. Metode Tekan


Metode tekan dapat digunakan untuk mengukur kekerasan
sereal, roti yang segar, memar pada buah atau besar tekanan untuk
mencegah memar, kekerasan tablet dan elastisitas surimi, dimana
permukaan instrumen lebih besar dari permukaan benda yang
ditekan.
2.7.3. Metode Tusuk
Puncture (metode tusuk) menggunakan jarum sifatnya
merusak. Prinsip ini digunakan untuk mengukur kekerasan suatu
bahan, dimana permukaan instrumen lebih kecil daripada permukaan
benda. Bisa menyebabkan tekanan dan gesekan. Alatnya bisa
berbentuk datar, kerucut (conical), lengkung (jari). Dapat digunakan
untuk mengukur adonan biskuit (konsistensinya), dan tingkat
kematangan buah (Supratomo, 2006).
Pada metode penusukan (puncture), probe ditekan oleh
besaran gaya yang konstan untuk dapat menusuk sampel pada
kedalaman dan waktu tertentu dan dalam keadaan yang ditetapkan
sebelumnya. Besarnya gaya yang diperlukan untuk menusuk atau
menerobos sampel menunjukkan derajat kekerasan (hardness), atau
kesegaran (firmness) sampel tersebut. Metode ini digunakan untuk
menguji kesegaran (firmness) pada buah-buahan, sayuran dan keju,
menguji kekerasan (hardness) pada permen, coklat dan margarine,
atau bloom test untuk gelatin.

15

Penelitian di Australia mengenai tingkat kekerasan biji


jagung menunjukkan gaya yang dibutuhkan untuk mulai pecahnya
jagung pada kelembaban yang berbeda berkisar 298,11-198,44 N
untuk varietas Sc704 dan 321,67-218 N untuk varietas Dc370. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa untuk kedua varietas kekuatan pecah
sangat tergantung pada kadar air. Untuk kurva kekuatan yang lebih
besar diperlukan kadar air yang rendah untuk memecahkan butir.
Kekuatan pecah kecil di yang kadar airnya lebih tinggi dihasilkan
dari fakta bahwa jagung tersebut mungkin memiliki tekstur yang
lebih lembut pada kadar air tinggi. Begitu pula halnya dengan nilai
energy yang diperoleh pada tingkat kekerasan berkisar 64,67-130,8
N.mm pada varietas Sc704 dan 72,71-80,33 N.mm pada varietas
Dc370 (Alimardani dan seifi, 2010).

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan
Maret 2012 di Laboratorium Processing Program Studi Keteknikan Pertanian,
Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat penguji tingkat
kekerasan produk hasil pertanian (Texture Analyzer - TA-XTPlus), alat
pengeringan lapisan tipis (Tray Dryer model EH-TD-3000), oven, timbangan
digital, kawat kasa, dan thermometer.
Bahan yang digunakan adalah jagung varietas NK 22 dan Pioneer yang
diperoleh dari petani jagung di Kabupaten Takalar.
C. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati meliputi:

Berat sampel jagung setiap selang satu jam pengeringan

Tingkat kekerasan sampel pada pengeringan jam ke 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13,


16, 19, 22, 25 dan 28.

D. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut
1. Pengambilan sampel jagung di lapangan
a. Mengidentifikasi kebun jagung yang telah siap panen di Kabupaten
Takalar
b. Melakukan pemanenan jagung langsung di kebun petani terkait.

17

c. Memilih lima tongkol jagung dari tiap-tiap varietas Pioneer dan NK 22


untuk dijadikan sample
d. Sample dibawah ke lab Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin
2. Penyiapan sample di laboratorium
a. melakukan pemipilan pada tongkol jagung secara manual dan
mengambil biji yang memiliki ukuran yang hampir sama untuk
masing-masing varietas.
b. Biji jagung terpilih sebagai sampel kemudian dibersihkan dengan cara
menggosok di antara telapak tangan sehingga biji jagung benar-benar
bersih dari sisa-sisa tongkol.
c. Biji yang telah dibersihkan tersebut kemudian diletakkan dalam kasa
sehingga membentuk lapisan tipis (satu lapis, posisi biji tidak
bertumpuk). Satu varietas ditempatkan dalam dua kasa. Setiap kasa
berisi sekitar 70 biji jagung.
3. Penentuan sample
a. Menyiapkan empat buah kawat kasa (ukuran kisi sekitar 0.5 x 0.5 cm)
dengan ukuran sekitar 10 cm x 20 cm yang digunakan sebagai wadah
sampel jagung selama proses pengeringan..
b. Keempat wadah kasa dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama
digunakan untuk sampel (Pioneer dan NK22) yang akan dianalisis
tingkat kekerasannya. Sedangkan kelompok lainnya disiapkan untuk
pengamatan penurunan berat sampel (Pioneer dan NK22) sepanjang
proses pengeringan.

18

c. Kasa kelompok pertama diberi label sampel analisis, sedangkan kasa


kelompok kedua sampel tanpa analisis.
d. Sebelum pengeringan dimulai, kasa yang telah diberikan sample
Pioneer dan NK 22 tanpa analisis di timbang dengan menggunakan
timbangan digital untuk mengetahui berat awalnya. Penimbangan
serupa dilakukanpada setiap selang waktu pengeringan satu jam
sampai berat sampel konstan. Suhu pengeringan ditetapkan sebesar
470C dengan dua tingkat kecepatan udara yakni 1.0 m/s dan 1.5 m/s.
e. Tingkat kekerasan biji diukur pada selang waktu pengeringan jam ke
1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan 28 (gambar 1). Sebelum
sampel dikeringkan, tingkat kekerasan (F:Gaya, P:Tekanan, E:Energi)
juga diukur dan ditetapkan sebagai tingkat kekerasan awal sampel.
f. Secara grafik disain penelitian ini disajikan pada Gambar-1 berikut.

KA. BK, KA. BB

11

13

16

19

22

25

Waktu

Gambar 1: Grafik skenario pengukuran tingkat kekerasan sampel (F, P


dan E)

19

28

4. Proses Pengeringan
a. Menyiapkan alat Tray Drier
b. Menstabilkan suhu alat pengering pada suhu 47oC sekitar satu jam
c. Setelah suhu alat pengering stabil, kecepatan udara pengeringan diatur
untuk mendapatkan kecepatan udara sesuai dengan target perlakuan,
yakni 1.0 m/s dan 1.5 m/s. Untuk penentuan kecepatan ini digunakan
alat Anemometer.
d. Untuk menjaga agar sample tidak berinteraksi dengan udara
lingkungan pada saat pengeringan diistirahatkan untuk pengukuran
tingkat kekerasan sampel, maka sample (P1) dimasukkan kedalam
plastik kedap udara dan disimpan di dalam desikator sebelum
pengukuran dimulai.
e. Keseluruhan kasa tersebut dimasukkan kedalam alat pengering Tray
Drier secara bersamaan.
f. Untuk sample tanpa Analisis Pioneer dan NK 22 ditimbang tiap jam
sampai beratnya konstan
g. Untuk pengujian tingkat kekerasan diambil 6 biji jagung pada sample
analisis Pioneer dan Analisis NK 22 dan diukur tingkat kekerasananya
pada setiap selang waktu 1 jam, 2 jam dam 3 jam.
h. Setelah berat sampel tanpa analisis konstan, sample dimasukkan
kedalam oven selama 72 jam pada suhu 1050C untuk mendapatkan
berat keringnya. Informasi berat sample pada setiap selang waktu
pengamatan dan berat kering digunakan untuk menentukan kadar air
biji jagung.

20

5. Proses uji tingkat kekerasan


a. Menyiapkan alat Texture Analyzer
b. Memasang Probe dengan model sms P/2 yang berdiameter 3.25 mm
untuk metode tusuk (puncture).
c. Meletakkan biji jagung diatas penopang Texture Analyzer
d. Pengukuran tingkat kekerasan pada sampel.
E. Analisis dan Penyajian Data (Pengolahan Data)
Berdasarkan berat sampel pada setiap jam pengeringan dan berat
kering sampel (berat setelah oven), kadar air sampel dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
a. Kadar Air Basis Basah (KA. BB)
KA.BB =

x 100 % ...................................................................... (3)

Dimana : m = kadar air basis basah (%)


A = berat awal (g)
B = berat akhir (g)
b. Kadar Air Basis Kering (KA. BK)
KA. BK =

x 100 % ..................................................................... (4)

Dimana : m = kadar air basis kering (%)


A = berat awal (g)
B = berat akhir (g)
c. Tingkat kekerasan biji direpresentasikan dengan nilai Gaya, Tekanan
dan Energi yang dibutuhkan untuk meretakkan biji jagung. Ketiga
paratemer ini dihitung dengan rumus-rumus berikut:

F = langsung diperoleh dari hasil pengujian


21

P = F/A ......................................................................................... (5)


Dimana : A adalah luas permukaan probe yang digunakan pada
saat pengujian pada alat Texture Analyzer yaitu :
dimana

Energi
.................................................................(6)
dimana nilai F (N) dan S (mm) diperoleh langsung dari proses
pengukuran. Faktor 0.5 digunakan mengingat gerakan F terhadap S
yang membentuk bidang segitiga.

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kadar Air
Hasil pengukuran kadar air basis basah dan kadar air basis kering
untuk kedua varietas jagung yang digunakan pada kedua level perlakuan
kecepatan udara disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Laju kadar air basis kering Biji Jagung Varietas Pioneer dan NK 22
Pada Keceptan (v=1m/s dan v=1.5m/s) Terhadap Waktu Pengeringan
KA. BK KA.BK KA. BK
KA. BK
Waktu
(%)
(%)
(%)
(%)
Pengeringan PIONEER NK 22 PIONEER
NK 22
(P1)
(P1)
(P2)
(P2)
0
68
71.6
93.0
57.7
1
57.9
60.6
65.9
49.5
2
51.2
53.3
48.0
44.5
3
44.8
45.7
36.4
40.6
5
38.0
37.2
24.1
34.6
7
32.7
30.8
17.0
28.0
9
28.4
25.9
15.0
24.4
11
23.5
20.8
13.6
21.7
13
20.7
18.1
12.7
19.6
16
17.7
15.4
11.9
16.6
19
14.7
13.1
11.4
15.3
22
13.3
12.0
10.9
14.2
25
12.3
11.3
10.8
13.3
28
11.6
10.8
10.6
12.6
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kadar air awal basis kering biji
jagung varietas pioneer (P1) adalah 68 % dan kadar air basis kering akhir
adalah 11.6 %. Rata-rata kadar air basis kering awal untuk biji jagung varietas
NK 22 (P1) adalah 71.6% dan kadar air basis kering akhir adalah 10.8%.
Rata-rata kadar air awal pioneer (P2) adalah 93.0% dan kadar air basis kering
akhir adalah 10.6%. Rata-rata kadar air awal biji jagung varietas NK 22 (P2)

23

adalah 57.7% dan kadar air basis kering akhir adalah 12.6%. Dari tabel diatas
juga terlihat penurunan kadar air seiring dengan variasi waktu yang digunakan
selama pengeringan.
Untuk melihat pola penurunan kadar air basis kering ke dua sampel
jagung yang digunakan untuk kedua level perlakukan kecepatan udara
pengeringan, maka Tabel 1 di atas dikonversi kedalam bentuk grafik berikut:

KA. BK (%)

100.0%

90.0%
80.0%
Pioneer Perlakuan 1 (v=1m/s)

Kadar Air. BK %

70.0%

NK 22 Perlakuan 1 (v=1m/s)

60.0%

Pioneer Perlakuan 2 (v=1.5m/s)

50.0%

NK 22 Perlakuan 2 (v=1.5m/s)

40.0%
30.0%

20.0%
10.0%
0.0%
0

10

15

20

25

30

Waktu Pengeringan (jam)

Gambar 2.Pola perubahan kadar air basis kering sepanjang waktu pengeringan
(v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s)
Dari Gambar 2 diatas nampak bahwa pemilihan jam pengamatan 0, 1,
2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan 28 cukup memberikan gradasi kadar air
yang cukup memadai untuk pengamatan tingkat kekerasan biji jagung sejalan
dengan perubahan kadar air selama pengeringan lapisan tipis. Gambar ini juga
mempertegas bahwa jagung Pioneer yang digunakan pada perlakukan P2

24

memiliki penurunan kadar air yang sangat tidak signifikan. Seperti yang
dikemukakan sebelumnya, hal ini disebabkan oleh biji jagung tersebut yang
sebenarnya belum siap panen.
B. Gaya
Hasil pengukuran terhadap gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan
biji jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan kecepatan udara
(v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 2 dan 3 berikut.
Tabel 2. Hubungan antara gaya dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer
dan NK 22 pada v=1.0 m/s
KA. BK (%)
F (N)
KA. BK (%)
F (N)
Jam
Pioneer
Pioneer
NK 22
NK 22
(P1)
(P1)
(P1)
(P1)
0
68.0
64.3078
71.6
64.8802
1

57.9

66.0804

60.6

65.0796

51.2

90.4612

53.3

81.9834

44.8

104.2800

45.7

94.3318

38.0

135.8598

37.2

134.1338

32.7

129.3332

30.8

142.3700

28.4

149.6918

25.9

127.2586

11

23.5

168.9640

20.8

178.9354

13

20.7

191.4222

18.1

174.5106

16

17.7

146.8922

15.4

230.6442

19

14.7

182.1788

13.1

249.8864

22

13.3

201.2598

12.0

158.0668

25

12.3

214.6258

11.3

229.0476

10.8

187.8324

28
11.6
228.0788
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

25

Tabel 3. Hubungan antara gaya dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer
dan NK 22 pada v=1.5 m/s
KA. BK (%)
F (N)
KA. BK (%)
F (N)
Jam
Pioneer
Pioneer
NK 22
NK 22
(P2)
(P2)
(P2)
(P2)
0
93.0
24.8948
57.7
62.7820
1

65.9

52.6938

49.5

91.6646

48.0

57.5410

44.5

96.5746

36.4

58.5808

40.6

101.5370

24.1

61.9284

34.6

128.2666

17.0

74.0140

28.0

151.8780

15.0

96.0274

24.4

181.4710

11

13.6

91.7440

21.7

182.2344

13

12.7

92.3240

19.6

177.0924

16

11.9

81.3444

16.6

207.8998

19

11.4

86.6360

15.3

225.5570

22

10.9

79.6062

14.2

242.2378

25

10.8

94.6846

13.3

233.4964

28

10,6

78.8902

12.6

206.6680

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar air bahan sangat
berpengaruh terhadap kekuatan sampel. Gaya yang dibutuhkan berkisar antara
sekitar 60 N pada tahap awal hingga sekitar 250 N pada kadar air sekitar 14%
basis kering. Hasil yang di peroleh didalam penelitian ini untuk nilai gaya
tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang diperoleh dari Faculty of
Agricultural Engineering and Technology, College of Agricultural and
Natural Resources, University of Tehran (Alimardani dan seifi, 2010) dengan
nilai gaya sebesar 198,44 N pada akhir pengeringan.
Untuk memperjelas pola perubahan kekerasan biji jagung akibat
adanya perubahan kadar air, Tabel 2 dan 3 di atas kemudian digrafikan yang
hasilnya disajikan pada Gambar 3 berikut.

26

GAYA
300

250
F (N) Pioneer perlakuan 1(v=1m/s)

F (N)

200

F (N) NK 22 Perlakuan 1(v=1m/s)

F (N) Pioneer Perlakuan 2(v=1.5m/s)

150

F (N) NK 22 Perlakuan 2(v=1.5m/s)


100
50
0
0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

KA. BK
Gambar 3. Hubungan tingkat kekerasan (Gaya, F) dengan kadar air basis
kering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s).
Pada gambar di atas, sekali lagi nampak bahwa Pioneer dengan
perlakuan P2 memiliki tingkat kekerasan yang sangat rendah kalaupun kadar
airnya telah mendekati kadar air kesetimbangan. Hal ini semakin memperjelas
bahwa sampel ini kemungkinan besar belum matang atau belum siap panen.
Dapat dilihat juga pada perubahan repture point

yang dihasilkan,

dimana pada moving breaks ini akan lebih memberikan hasil yang lebih
informative. Dapat dilihat pada tabel berikut :

27

Tabel 4. Hubungan antara jam pengeringan dengan repture point gaya biji
jagung varietas NK 22 dan Pioneer pada (v=1 m/s dan v=1.5 m/s)

Jam

0
1
2
3
5
7
9
11
13
16
19
22
25
28

Repture
point
F (N)
Pioneer
(P1)
73.62
86.94
110.20
123.16
138.29
149.33
170.03
169.09
173.50
176.78
199.35
214.65
221.35

Repture
point
F (N)
NK 22
(P1)
70.65
80.46
103.48
123.61
134.59
149.52
160.23
194.70
218.35
212.87
212.33
191.65
208.44

Repture
point
F (N)
Pioneer
(P2)
45.0432
56.2719
59.3501
64.8411
77.3233
87.2618
93.3651
88.4708
86.7681
82.5289
86.9756
84.3937
86.7874

Repture
point
F (N)
NK 22
(P2)
83.6737
96.5921
108.7927
127.2272
153.8719
171.8611
180.2659
189.0755
203.5164
225.2315
233.7637
227.4674
220.0822

Sember : Data primer setelah diolah, 2012


Pada tabel diatas dapat dilihat perubahan repture point gaya selama
selang waktu pengeringan masing-masing varietas pada ke dua level
kecepatan udara (v=1 m/s dan v=1.5 m/s). dimana perubahan yang terjadi
begitu signifikan pada moving breaks energy varietas pioneer dan NK 22
kecepatan udara (v=1 m/s) dan NK 22 kecepatan udara (v=1.5 m/s) meskipun
mengalami perubahan naik dan turun. Sedangkan perubahan yang terjadi pada
moving breaks untuk varietas pioneer pada kecepatan udara (v=1.5 m/s)
begitu kecil atau tidak signifikan dengan perubahan-perubahan yang lainnya.
Hal ini diakibatkan oleh jagung yang masih begitu muda atau belum siap
panen.

28

Untuk memperjelas pola perubahan repture point selama selang waktu


pengeringan, tabel 4 diatas kemudian digrafikkan yang hasilnya dapat dilihat
pada gambar berikut :

KA. BK (%) Pioneer perlakuan 1


(v=1m/s)
repture point F (N) Pioneer
perlakuan 1 (v=1m/s)

80.0%
70.0%

250
200

KA. BK (%)

50.0%

150

40.0%
100

30.0%
20.0%

Repture Point F(N)

60.0%

50

10.0%
0.0%

0
1

10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

100.0%

100.00

90.0%

90.00

80.0%

80.00

70.0%

70.00

60.0%

60.00

50.0%
40.0%
30.0%

KA. BK (%) Pioneer perlakuan


2 (v=1.5m/s)

50.00

Rapture point F (N) Pioneer


perlakuan 2 (v=1.5m/s)

30.00

40.00

20.0%

20.00

10.0%

10.00

0.0%

0.00
1

Repture Point F(N)

KA. BK (%)

Gambar 4. Repture Point gaya varietas pioneer terhadap selang waktu


pengeringan pada level kecepatan udara (v=1 m/s)

9 10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 5. Repture Point gaya varietas pioneer terhadap selang waktu


pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s).
29

KA. BK (%) NK 22 perlakuan 1


(v=1m/s)
80.0%

250

Repture point F (N) NK 22


perlakuan 1 (v=1m/s)

70.0%

200

KA. BK (%)

50.0%

150

40.0%
100

30.0%
20.0%

Repture Point F(N)

60.0%

50

10.0%
0.0%

0
1

10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 6. Repture Point gaya varietas NK. 22 terhadap selang waktu


pengeringan pada level kecepatan udara (v=1 m/s).

KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 2


(v=1.5m/s)

70.0%
60.0%

250.00
200.00

KA. BK (%)

50.0%
40.0%

150.00

30.0%

100.00

Repture Point F(N)

Rapture point F (N) perlakuan


2 (v=1.5m/s)

20.0%
50.00

10.0%
0.0%

0.00
1

10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 7. Repture Point gaya varietas NK. 22 terhadap selang waktu


pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s).

30

Dapat dilihat pada gambar 5 diatas yang lebih memperjelas bahwa pola
perubahan gaya yang terjadi pada varietas Pioneer perlakuan P2 (v=1.5m/s)
sangat rendah atau dapat dikatakan bahwa jagung tersebut belum siap panen.
C. Tekanan
Hasil

perhitungan

terhadap

tekanan

yang

dibutuhkan

untuk

memecahkan biji jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan
kecepatan udara (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 5 dan 6
berikut.
Tabel 5. Hubungan antara tekanan dengan KA. BK biji jagung varietas
Pioneer dan NK 22 pada v=1.0 m/s
KA. BK
P
KA. BK
P
(%)
(k/Ps)
(%)
(k/Ps)
Jam
Pioneer
Pioneer
NK 22
NK 22
(P1)
(P1)
(P1)
(P1)
0
68.0%
7755.81
71.6%
7824.85
1
57.9%
7969.60
60.6%
7848.89
2
51.2%
10910.03
53.3%
9887.57
3
44.8%
12576.64
45.7%
11376.84
5
38.0%
16385.31
37.2%
16177.14
7
32.7%
15598.17
30.8%
17170.47
9
28.4%
18053.51
25.9%
15347.96
11
23.5%
20377.82
20.8%
21580.42
13
20.7%
23086.38
18.1%
21046.77
16
17.7%
17715.86
15.4%
27816.74
19
14.7%
21971.59
13.1%
30137.43
22
13.3%
24272.84
12.0%
19063.57
25
12.3%
25884.84
11.3%
27624.18
28
11.6%
27507.34
10.8%
22653.44
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

31

Tabel 6. Hubungan antara tekanan dengan KA. BK biji jagung varietas


Pioneer dan NK 22 pada v=1.5 m/s

Jam
0
1
2
3
5
7
9
11
13
16
19
22
25
28

KA. BK
(%)
Pioneer
(P2)
93.0
65.9
48.0
36.4
24.1
17.0
15.0
13.6
12.7
11.9
11.4
10.9
10.8
10.6

P
(kPs)
Pioneer
(P2)
3002.425659
6355.110994
6939.705273
7065.109863
7468.845589
8926.423699
11581.33946
11064.74202
11134.69265
9810.503147
10448.69408
9600.868353
11419.3917
9514.515509

KA. BK
(%)
NK 22
(P2)
57.7
49.5
44.5
40.6
34.6
28.0
24.4
21.7
19.6
16.6
15.3
14.2
13.3
12.6

P
(kPs)
NK 22
(P2)
7571.793615
11055.16602
11647.33426
12245.82218
15469.53303
18317.17484
21886.2247
21978.2942
21358.14571
25073.65771
27203.19602
29214.97607
28160.72363
24925.09705

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012


Mengingat besaran Tekanan diperoleh melalui formula Gaya dibagi
dengan luas penampang probe yang digunakan dimana luas permukaan probe
ini konstan, maka pola perubahan tekananpun akan sama dengan pola
perubahan Gaya seperti diasjikan sebelumnya. Gambar 8 berikut menunjukkan
kesamaan pola ini. Hal yang perlu ditegaskan disini adalah, tekanan yang
dibutuhkan untuk memecahkan jagung sampel bervariasi dari sekitar
7.500 kPa pada awal pengeringan sampai dengan sekitar 30.000 kPa pada
tahap-tahap akhir pengeringan.

32

TEKANAN

35000.00

P(N/m^2) Pioneer
Perlakuan 1 (v=1m/s)
P(N/m^2) NK 22
Perlakuan 1 (v=1m/s)
P(N/m^2) Pioneer
Perlakuan 2 (v=1.5m/s)
P(N/m^2) NK 22
Perlakuan 2 (v=1.5m/s)

30000.00
P(N/m^2)

25000.00
20000.00
15000.00
10000.00
5000.00
0.00
0.0%

20.0%

40.0%
60.0%
KA. BK

80.0%

100.0%

Gambar 8. Hubungan tingkat kekerasan (Tekanan, P) dengan kadar air basis


kering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s).
Dapat dilihat hasil perhitungan repture point masing-masing varietas
terhadap selang waktu pengeringan pada ke dua level kecepatan udara
( v=1m/s dan v= 1.5m/s) disajikan pada tabel 7 berikut :
Tabel 7. Hubungan antara repture point tekanan dengan selang waktu
pengeringan biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada
(v=1 m/s dan v=1.5 m/s)

Jam

0
1
2
3
5
7
9
11
13
16
19
22
25
28

repture
point
P (k/Ps)
Pioneer
(P1)
8878.48
10485.42
13290.66
14853.37
16679.00
18009.83
20505.91
20393.36
20924.61
21320.10
24043.09
25888.34
26696.09

repture
point
P (k/Ps)
NK 22
(P1)
8520.44
9704.44
12480.52
14908.15
16231.86
18032.95
19325.05
23481.31
26333.65
25672.58
25608.39
23113.73
25138.81

repture
point
P (k/Ps)
Pioneer
(P2)
5432.41
6786.64
7157.89
7820.13
9325.54
10524.17
11260.26
10669.98
10464.63
9953.36
10489.65
10178.26
10466.95

repture
point
P (k/Ps)
NK 22
(P2)
10091.43
11649.44
13120.90
15344.18
18557.64
20727.23
21740.89
22803.37
24545.00
27163.94
28192.97
27433.60
26542.91

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

33

Pada tabel diatas dapat dilihat pola perubahan repture point yang
dihasilkan selama selang waktu pengeringan yang dimana pola perubahan
yang dihasilkan sama dengan pola perubahan gaya karena besaran tekanan
diperoleh melalui formula gaya dibagi dengan luas penampang probe yang
digunakan seperti yang telah dijelaskan pada tabel 5 dan 6 sebelumnya.
Gambar 9, 10, 11 dan 12 berikut akan menunjukkan kesamaan pola tersebut.
Namun yang perlu diketahui bahwa perubahan repture point yang dihasilkan
berkisar 5400 k/Ps pada awal pengeringan sampai dengan 26600 k/Ps pada
tahap-tahap akhir pengeringan. Dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut.

KA. BK (%) Pioneer


perlakuan 1 (v=1m/s)

80.0%

30000

Repture point P (k/Ps)


perlakuan 1 (v=1m/s)

70.0%

25000

KA. BK (%)

20000

50.0%
40.0%

15000

30.0%

10000

20.0%

Repture Point P (k/Ps)

60.0%

5000

10.0%
0.0%

0
1

9 10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 9. Repture point tekanan varietas pioneer terhadap selang waktu


pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0m/s)

34

100.0%

12000

90.0%
10000

80.0%

KA. BK (%)

8000

60.0%
50.0%
40.0%
30.0%

KA. BK pioneer
perlakuan 2 (v=1.5m/s)

6000

Repture point P(k/Ps)


perlakuan 2 (v=1.5m/s)

4000

20.0%

Repture Point P (k/Ps)

70.0%

2000

10.0%
0.0%

0
1

9 10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 10. Repture point tekanan varietas pioneer terhadap selang waktu
pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5m/s)

KA. BK (%) NK. 22


perlakuan 1 (v=1m/s)
80.0%

30000

Repture point P(k/Ps) NK.


22 perlakuan 1 (v=1m/s)

70.0%

KA. BK (%)

20000

50.0%
40.0%

15000

30.0%

10000

20.0%

Repture Point P (k/Ps)

25000

60.0%

5000

10.0%
0.0%

0
1

10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 11. Repture point tekanan varietas NK. 22 terhadap selang waktu
pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0m/s)

35

70.0%

30000

60.0%

25000

KA. BK (%)

20000

40.0%

KA. BK (%) NK. 22


perlakuan 2 (v=1.5m/s)

30.0%

Repture point P(k/Ps)


perlakuan 2 (v=1.5m/s)

15000
10000

20.0%

Repture Point P (k/Ps)

50.0%

5000

10.0%
0.0%

0
1

9 10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 12. Repture point tekanan varietas NK. 22 terhadap selang waktu
pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5m/s)
Pada gambar 10 terlihat jelas pola perubahan repture point tekanan
yang terjadi pada biji jagung varietas Pioneer perlakuan 2 pada kecepatan
udara (v=1.5 m/s) sangat tidak signifikan. Hal ini semakin memperjelas bahwa
biji jagung varietas Pioneer perlakuan 2 pada kecepatan udara (v=1.5 m/s)
belum matang atau belum siap panen.
D. Energi
Hasil perhitungan energi yang dibutuhkan untuk memecahkan biji
jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan kecepatan udara
(v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 8 dan 9 berikut.

36

Tabel 8. Hubungan antara energi dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer
dan NK 22 pada v=1.0 m/s
Jam
0
1
2
3
5
7
9
11
13
16
19
22
25
28

KA BK
(%)
PIONEER
(P1)
68.0
57.9
51.2
44.8
38.0
32.7
28.4
23.5
20.7
17.7
14.7
13.3
12.3
11.6

E
(Nm)
Pioneer
(P1)
0.0401388
0.0375564
0.0553941
0.0659882
0.0694167
0.0659118
0.0839054
0.0619940
0.0810945
0.0500332
0.0673589
0.0823298
0.0922265
0.1040805

KA BK
(%)
NK 22
(P1)
71.6
60.6
53.3
45.7
37.2
30.8
25.9
20.8
18.1
15.4
13.1
12.0
11.3
10.8

E
(Nm)
NK 22
(P1)
0.0372121
0.0386551
0.0427722
0.0496797
0.0723563
0.0671524
0.0513319
0.0794375
0.0692600
0.1088397
0.1278382
0.0595747
0.0978977
0.0811423

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012


Tabel 9. Hubungan antara energi dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer
dan NK 22 pada v=1.5 m/s
KA BK
E
KA BK
(%)
(Nm)
(%)
Jam
Pioneer
Pioneer
NK 22
(P2)
(P2)
(P2)
0
93.0
0.017969452
57.7
1
65.9
0.027726111
49.5
2
48.0
0.02837624
44.5
3
36.4
0.021069062
40.6
5
24.1
0.016979919
34.6
7
17.0
0.018711782
28.0
9
15.0
0.022103602
24.4
11
13.6
0.03175675
21.7
13
12.7
0.024859057
19.6
16
11.9
0.023636942
16.6
19
11.4
0.027120121
15.3
22
10.9
0.02352364
14.2
25
10.8
0.026296493
13.3
28
10.6
0.022308997
12.6
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

E
(Nm)
NK22
(P2)
0.035607276
0.05163131
0.056639344
0.056329418
0.069179243
0.078990063
0.087932785
0.086574901
0.070656509
0.087840884
0.120479869
0.142594803
0.107982352
0.083203218

37

Dari Tabel 8 dan 9 dapat diketahui bahwa energi yang dibutuhkan


untuk memecahkan biji jagung sampel berkisar antara 0.035 Nm sebelum
pengeringan dan 0.143 Nm pada tahap akhir pengeringan. Hasil yang di
peroleh didalam penelitian ini untuk nilai energy tidak jauh berbeda dari hasil
penelitian yang diperoleh dari Faculty of Agricultural Engineering and
Technology, College of Agricultural and Natural Resources, University of
Tehran (Alimardani dan seifi, 2010) dengan nilai energy sebesar 130.8 N.mm
atau 0.1308 Nm pada akhir pengeringan.
Pola perubahan energi sepanjang pengeringan atau selama perubahan
kadar air (basis kering) disajikan pada Gambar 13 berikut. Pola yang
ditunjukkan relatif sama dengan dengan pola sebaran Gaya dan Tekanan pada
Gambar 3 dan 8.

Nilai (E) terhadap KA. BK


0.1600
0.1400
PIONEER ANALISIS 1(v=1m/s)

0.1200
Energi, Nm

NK 22 ANALISIS 1(v=1m/s)
0.1000

PIONEER ANALISIS 2 (v=1.5m/s)

0.0800

NK 22 ANALISIS 2 (v=1.5m/s)

0.0600
0.0400
0.0200
0.0000
0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

Kadar air basis kering

Gambar 13. Hubungan tingkat kekerasan (Energi, E) dengan


basiskering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s).

kadar air

38

Dapat dilihat juga pada perubahan repture point yang dihasilkan yang
dimana pada moving breaks ini akan lebih memberikan hasil yang lebih
informative. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Hubungan antara jam pengeringan dengan repture point energy pada
biji jagung varietas NK 22 dan Pioneer pada (v=1 m/s dan v=1.5
m/s)

Repture
Point
E (Nm)
Pioneer
(P1)
-

Repture
point
E (Nm)
NK 22
(P1)
-

Repture
Point
E (Nm)
Pioneer
(P2)
-

Repture
Point
E(Nm)
NK 22
(P2)
-

0.04436

0.0395465

0.0246906

0.0479593

0.05298

0.0437023

0.0257238

0.0548667

0.06360

0.0549360

0.0221417

0.0607160

0.06711

0.0630628

0.0189203

0.0681662

0.07308

0.0636135

0.0192651

0.0787007

0.07060

0.0659739

0.0241907

0.0844992

11

0.07566

0.0666765

0.0262398

0.0817214

13

0.06437

0.0858457

0.0267509

0.0816908

16

0.06616

0.1019793

0.0252054

0.0929924

S 19
22

0.06657

0.0987509

0.0247602

0.1169719

0.08064

0.0951035

0.0256468

0.1236857

25

0.09288

0.0795382

0.0240430

0.1112601

28

0.09815

0.0895200

0.0243027

0.0955928

Jam

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012


Pada tabel diatas dapat dilihat perubahan repture point energy selama
selang waktu pengeringan masing-masing varietas pada ke dua level
kecepatan udara (v=1 m/s dan v=1.5 m/s) dimana perubahan yang terjadi
begitu signifikan pada moving breaks energy varietas pioneer dan NK 22
kecepatan udara (v=1 m/s) dan NK 22 kecepatan udara (v=1.5 m/s) meskipun
mengalami perubahan naik dan turun pada akhir-akhir pengamatan.

39

Sedangkan perubahan yang terjadi pada moving breaks untuk varietas pioneer
pada kecepatan udara (v=1.5 m/s) begitu kecil atau tidak signifikan dengan
perubahan-perubahan yang lainnya. Hal ini diakibatkan oleh jagung yang
belum matang atau belum siap panen.
Untuk memperjelas pola perubahan repture point selama selang waktu
pengeringan, tabel 10 diatas kemudian digrafikkan yang hasilnya dapat dilihat
pada gambar berikut.
80.0%
70.0%

50.0%

0.08

40.0%

0.06

30.0%

0.04

20.0%
0.02

10.0%
0.0%

Repture Point E (Nm)

0.1

repture point E (Nm)


perlakuan 1 (v=1m/s)

60.0%

KA. BK (%)

0.12

KA. BK (%) Pioneer


perlakuan 1 (v=1m/s)

0
1

9 10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%

0.03
0.025
KA. BK (%) Pioneer
perlakuan 2 (v=1.5m/s)
Repture point E (Nm)
perlakuan 2 (v=1.5m/s)

0.02
0.015
0.01

Repture Point E (Nm)

KA. BK (%)

Gambar 14. Repture point energy varietas Pioneer terhadap selang waktu
pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0 m/s)

0.005
0
1

10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 15. Repture point energy varietas Pioneer terhadap selang waktu
pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s)
40

80.0%

KA. BK (%)

0.12

Repture point E (Nm)


perlakuan 1 (v=1m/s)

0.1

60.0%
0.08

50.0%
40.0%

0.06

30.0%

0.04

20.0%

Repture Point E (Nm)

70.0%

KA. BK (%) NK. 22


perlakuan 1 (v=1m/s)

0.02

10.0%
0.0%

0
1

9 10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 16. Repture point energy varietas NK. 22 terhadap selang waktu
pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0 m/s)

KA. BK (%) NK. 22


perlakuan 2 (v=1.5m/s)

70.0%
60.0%

0.12
0.1

40.0%

0.08

30.0%

0.06

20.0%

0.04

10.0%

0.02

0.0%

Repture Point E (Nm)

Repture point E (Nm)


perlakuan 2 (v=1.5m/s)

50.0%

KA. BK (%)

0.14

0
1

10 11 12 13 14

Waktu Pengeringan (Jam)

Gambar 17. Repture point energy varietas NK. 22 terhadap selang waktu
pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s)
E. Pola Perubahan Tingkat Kekerasan (F, P dan Energi)
Dari Gambar 3, 8 dan 13 nampak jelas bahwa pola perubahan tingkat
kekerasan jagung varietas Pioneer dan NK22 pada perlakukan P1 dan NK22
pada perlakuan P2 relatif sama, overlapping satu dengan lainnya. Varietas
41

Pioneer dengan perlakuan P2 memiliki penyimpangan pola yang disinyalir


sebagai akibat dari waktu panen yang kurang tepat. Berdasarkan fakta ini,
maka nilai tingkat kekerasan jagung varietas Pioneer (P1) dan NK22 (P1 dan
P2) dirata-ratakan yang hasilnya disajikan pada Tabel 11.
Berdasarkan Tabel 11, pola perubahan tingkat kekerasan sampel
jagung yang diteliti digrafikkan sebagaimana disajikan pada Gambar 18.
Fasilitas trendline yang ada pada MS-Excel kemudian digunakan untuk
mengetahui pola perubahannya. Hasilnya

menunjukkan bahwa

pola

exponential seperti yang disajikan pada masing-masing grafik relatif sesuai


untuk merepresentasikan perubahan tersebut, dengan R2 yang relatif baik.
Tabel 11. Rata-rata Gaya, Tekanan dan Energi untuk seluruh sampel vs.
KA. BK
RATA-RATA RATARATA RATA-RATA P RATARATA
Jam
KA. BK
F (N)
(kPs)
E (Nm)
0
65.8%
63.990
7717.484
0.038
1
56.0%
74.275
8957.885
0.043
2
49.7%
89.673
10814.978
0.052
3
43.7%
100.050
12066.435
0.057
5
36.6%
132.753
16010.661
0.070
7
30.5%
141.194
17028.604
0.071
9
26.2%
152.807
18429.233
0.074
11
22.0%
176.711
21312.179
0.076
13
19.5%
181.008
21830.433
0.074
16
16.6%
195.145
23535.419
0.082
19
14.4%
219.207
26437.405
0.105
22
13.2%
200.521
24183.797
0.095
25
12.3%
225.723
27223.249
0.099
28
11.6%
207.526
25028.624
0.089
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

42

Rata-rata P (k/Ps) vs KA.bk


30000
25000
RATA-RATA P (k/Ps)

P (k/Ps) 20000
15000

y = 34755e-2.335x
R = 0.9893

10000
5000
0
0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

KA. BK

Rata-rata E (Nm) vs KA.bk


0.1200
0.1000
RATA-RATA E (Nm)

0.0800

E (Nm) 0.0600

y = 0.1163e-1.688x
R = 0.9437

0.0400
0.0200
0.0000
0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

KA. BK

Rata-rata F (N) vs KA.bk


250
200

F (N)

RATA-RATA F (N)

150
100

y = 288.18e-2.335x
R = 0.9893

50
0
0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

KA. BK

Gambar 18. Pola perubahan tingkat kekerasan jagung varietas Pioneer dan NK22.

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pemilihan jam pengamatan ke 0, 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan
ke 28 selama proses pengeringan lapisan tipis jagung varietas Pioneer
dan NK 22 memberikan gradasi kadar air yang cukup memadai untuk
pengamatan tingkat kekerasan biji jagung akibat perubahan kadar air.
2. Pola perubahan tingkat kekerasan biji jagung akibat perubahan kadar air
untuk kedua varietas yang diamati pada dua level kecepatan udara
(1.0 m/s dan 1.5 m/s) relatif sama.
3. Pola perubahan tingkat kekerasan biji jagung yang dibangun dari hasil
perata-rataan tingkat kekerasan biji jagung menunjukan pola exponensial
dengan nilai R2 yang cukup baik.
B. Saran
1. Untuk penelitian yang akan datang sebaiknya mengakomodasi tingkat
suhu pengeringan yang lebih bervariasi untuk melihat perbedaan perilaku
tingkat kekerasan kedua varietas yang diuji, Pioneer dan NK22.
2. Jumlah varietas jagung yang dikaji juga sebaiknya ditingkatkan, mencakup
varietas hibrida selain Pioneer dan NK22.

44

DAFTAR PUSTAKA

Alimardani, R dan Seifi, M.R. 2010. Comparison of moisture-dependent physical


and mechanical properties of two varieties of corn (Sc 704 and Dc 370).
Australian Jurnal of Agricultural Engineering Vol. 1 Edisi 5 Hal. 170-178.
Anonym, 2011a. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses Pada
Tanggal 30 November 2011.
Anonym, 2011b. Karakteristik Biji Jagung.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301. Diakses Pada Tanggal
30 November 2011.
Berger, J., 1962. Maize Production and the Manuring of Maize. Printed in Press,
Yogyakarta
Dahlan M, 1992. Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah lokakarya produksi
benih hibrida, hal 1-13 (Malang: Balai penelitian tanaman pangan, 1992)
Desrosier NW. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Muljohardjo M,
Penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Technology of Food
Preservation.
Instron., 2008. Food Texture Analysis http://www.instron.com/ diakses pada
tanggal 25 Juli 2009
Johnson LA. 1991. Corn: Production, Processing and atilitation. Di dalam
Lorenzo KJ, Kulp K, editor. Handboojk of Cereal Science and
Technology. New York: Marcel Dekker Inc.
Judith A. Abbott dan F. Roger Harker., 2005 Texture. The Horticulture and Food
Research Institute of New Zealand Ltd
Muchtadi TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor. Direktorat
Jenderal Perguruan Tinggi. PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian
Bogor.
Nurba, D. 2010. Analisis Distribusi Suhu Aliran Udara, RH dan Kadar Air dalam
Instor Dryer ISD untuk Biji Jagung. IPB ( Bogor Agricultural Universitas)
Pramono L. 1993. Mempelajari Karakteristik Pengeringan the hitam CTC (Curing
Tearing Crushing ) tipe FBD (Fluidized Bed Dryer). [Skripsi]. Bogor.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ramadhani, N. F. 2011. Model Pengeringan Lapis Tipis Pada Cabai Merah Besar
Varietas Tombok. Universitas Hasanuddin

45

Safrizal, R. 2010. Laporan Praktikum Satuan Operasional. Kadar Air Bahan.


Laboratorium Teknik Pasca Panen. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Syiahkuala.
Singh, J., 1987. Field Manual of Maize Breeding Procedures. Indian Agricultural
Research Institute New Delhi, India.
Supratomo, 2006. Bahan Ajar Teknik Pengolahan Pangan. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Sutoro; Yogo Sulaeman; Iskandar. 1988. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Taib, G., Said, G., dan Wiraatmadja, S. 1988. Operasi Pengeringan Pada
Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Taufiq, M. 2004. Pengaruh Temperatur Terhadap Pengeringan Jagung Pada
Pengeringan Konvensional. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret.
Tjitrosoepomo, C., 1991. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universy Press,
Yogyakarta.
Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar
Universitas. Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1997. Naskah Akademis Keamanan Pangan. Institut Pertanian
Bogor

46

LAMPIRAN
1.
JAM

PIONER ANALISIS P1 (V=1.0 m/s)


SAMPLE

Force (kg)

1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5

4.6467
5.1332
8.2629
6.2818
7.8293
6.43078
5.9763
6.9264
8.5406
5.6390
5.9579
6.6080
9.4480
7.3835
9.1434
10.3858
8.8699
9.0461
10.2419
8.1251
12.5646
11.8931
9.3153
10.428
16.3132
13.3223
13.9155
12.4507
11.9282
13.58598
13.4802
14.1119
13.5886
11.2035
12.2824
12.93332
19.1889
10.4728
14.4828
9.1671
21.5343

Distance
(mm)
1.229
1.339
1.289
1.209
1.189
1.251
1.069
1.069
1.179
1.299
1.069
1.137
1.359
1.199
1.109
1.219
1.229
1.223
1.579
1.059
1.359
1.059
1.239
1.259
0.959
0.989
1.279
0.989
0.879
1.019
1.069
1.159
0.899
1.379
0.609
1.023
1.239
0.649
1.219
1.099
1.189

Time
(s)
0.615
0.670
0.645
0.605
0.595
0.626
0.535
0.535
0.590
0.650
0.535
0.569
0.680
0.600
0.555
0.610
0.615
0.612
0.790
0.530
0.680
0.530
0.620
0.630
0.480
0.495
0.640
0.495
0.440
0.510
0.535
0.580
0.450
0.690
0.305
0.512
0.620
0.325
0.610
0.550
0.595

F (N)

s (m)

0.028553972
0.034366774
0.053254391
0.037973481
0.046545189
0.040138761
0.031943324
0.037021608
0.050346837
0.036625305
0.031844976
0.037556
0.06419916
0.044264083
0.050700153
0.063301451
0.054505536
0.0554
0.080859801
0.043022405
0.085376457
0.062973965
0.057708284
0.065988182
0.078221794
0.065878774
0.088989623
0.061568712
0.052424439
0.069416668
0.072051669
0.081778461
0.061080757
0.077248133
0.037399908
0.065911785
0.118875236
0.033984236
0.088272666
0.050373215
0.128021414

46.467
51.332
82.629
62.818
78.293
64.3078
59.763
69.264
85.406
56.390
59.579
66.0804
94.48
73.835
91.434
103.858
88.699
90.4612
102.419
81.251
125.646
118.931
93.153
104.28
163.132
133.223
139.155
124.507
119.282
135.86
134.802
141.119
135.886
112.035
122.824
129.333
191.889
104.728
144.828
91.671
215.343

0.001229
0.001339
0.001289
0.001209
0.001189
0.001251
0.001069
0.001069
0.001179
0.001299
0.001069
0.001137
0.001359
0.001199
0.001109
0.001219
0.001229
0.0012
0.001579
0.001059
0.001359
0.001059
0.001239
0.001259
0.000959
0.000989
0.001279
0.000989
0.000879
0.001019
0.001069
0.001159
0.000899
0.001379
6.1E-04
0.001023
0.001239
0.000649
0.001219
0.001099
0.001189

P (k/Ps)
5.6041E+03
6.1909E+03
9.9654E+03
7.5761E+03
9.4425E+03
7.7558E+03
7.2077E+03
8.3536E+03
1.0300E+04
6.8009E+03
7.1855E+03
7.9696E+03
1.1395E+04
8.9048E+03
1.1027E+04
1.2526E+04
1.0698E+04
1.0910E+04
1.2352E+04
9.7992E+03
1.5153E+04
1.4344E+04
1.1235E+04
1.2577E+04
1.9674E+04
1.6067E+04
1.6783E+04
1.5016E+04
1.4386E+04
1.6385E+04
1.6258E+04
1.7020E+04
1.6388E+04
1.3512E+04
1.4813E+04
1.5598E+04
2.3143E+04
1.2631E+04
1.7467E+04
1.1056E+04
2.5971E+04

47

11

13

16

19

22

25

28

Rata-rata
14.96918
1.079
1
18.0466
0.889
2
15.6599
0.589
3
16.1867
0.799
4
20.1233
0.759
5
14.4655
0.589
Rata-rata
16.8964
0.725
1
20.0293
0.809
2
15.3078
0.639
3
21.2033
1.059
4
19.6896
0.769
5
19.4811
0.899
Rata-rata
19.14222
0.835
1
16.4963
0.949
2
13.8911
0.609
3
12.8513
0.549
4
14.6467
0.609
5
15.5607
0.639
Rata-rata
14.68922
0.671
1
24.9178
0.969
2
12.0460
0.559
3
17.6581
0.659
4
18.9144
0.739
5
17.5531
0.619
Rata-rata
18.21788
0.709
1
16.4890
0.569
2
23.0141
0.909
3
14.9261
0.639
4
26.9278
1.049
5
19.2729
0.739
Rata-rata
20.12598
0.781
1
23.3719
0.829
2
19.9549
0.669
3
17.7113
0.799
4
19.2538
0.799
5
27.0210
1.109
Rata-rata
21.46258
0.841
1
22.8004
0.809
2
20.9983
0.969
3
22.0253
0.969
4
21.6099
0.779
5
26.6055
1.019
Rata-rata
22.80788
0.909
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

0.540
0.445
0.295
0.400
0.380
0.295
0.363
0.409
0.320
0.530
0.385
0.450
0.419
0.475
0.365
0.275
0.305
0.32
0.348
0.485
0.280
0.330
0.370
0.310
0.355
0.289
0.455
0.320
0.525
0.370
0.392
0.415
0.335
0.400
0.400
0.555
0.421
0.405
0.485
0.485
3.390
0.510
1.055

0.083905353
0.080217137
0.046118406
0.064665867
0.076367924
0.042600898
0.061994046
0.081018519
0.048908421
0.112271474
0.075706512
0.087567545
0.081094494
0.078274944
0.0422984
0.035276819
0.044599202
0.049716437
0.05003316
0.120726741
0.03366857
0.05818344
0.069888708
0.054326845
0.067358861
0.046911205
0.104599085
0.04768889
0.141236311
0.071213366
0.082329771
0.096876526
0.066749141
0.070756644
0.076918931
0.149831445
0.092226537
0.092227618
0.101736764
0.106712579
0.084170561
0.135555023
0.104080509

149.692
180.466
156.599
161.867
201.233
144.655
168.964
200.293
153.078
212.033
196.896
194.811
191.422
164.963
138.911
128.513
146.467
155.607
146.892
249.178
120.46
176.581
189.144
175.531
182.179
164.89
230.141
149.261
269.278
192.729
201.26
233.719
199.549
177.113
192.538
270.21
214.626
228.004
209.983
220.253
216.099
266.055
228.079

0.001079
0.000889
0.000589
0.000799
0.000759
0.000589
0.000725
0.000809
0.000639
0.001059
0.000769
0.000899
0.000835
0.000949
0.000609
0.000549
0.000609
0.000639
0.000671
0.000969
0.000559
0.000659
0.000739
0.000619
0.000709
0.000569
0.000909
0.000639
0.001049
0.000739
0.000781
0.000829
0.000669
0.000799
0.000799
0.001109
0.000841
0.000809
0.000969
0.000969
0.000779
0.001019
0.000909

1.8054E+04
2.1765E+04
1.8887E+04
1.9522E+04
2.4270E+04
1.7446E+04
2.0378E+04
2.4156E+04
1.8462E+04
2.5572E+04
2.3747E+04
2.3495E+04
2.3086E+04
1.9895E+04
1.6753E+04
1.5499E+04
1.7665E+04
1.8767E+04
1.7716E+04
3.0052E+04
1.4528E+04
2.1296E+04
2.2812E+04
2.1170E+04
2.1972E+04
1.9886E+04
2.7756E+04
1.8002E+04
3.2476E+04
2.3244E+04
2.4273E+04
2.8188E+04
2.4067E+04
2.1361E+04
2.3221E+04
3.2589E+04
2.5885E+04
2.7498E+04
2.5325E+04
2.6564E+04
2.6063E+04
3.2087E+04
2.7507E+04

48

2.
JAM

11

13

NK 22 ANALISIS P1 (V=1.0 m/s)


SAMPLE
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5

Force
5.0724
7.427
6.8509
6.4232
6.6666
6.48802
5.0200
7.3640
6.0283
7.3155
6.8120
6.5080
7.4846
7.4251
9.9467
9.5689
6.5664
8.1983
7.386
11.5911
7.3552
10.786
10.0476
9.43318
10.6877
14.388
17.0982
12.9983
11.8947
13.4134
15.8537
13.9552
15.7322
16.3992
9.2447
14.237
8.0976
12.4915
11.691
17.9906
13.3586
12.7259
13.5185
18.3793
19.3408
19.2972
18.9319
17.8935
20.7294
13.6041
17.2669
19.2125
16.4424

Distance
1.319
1.209
1.209
1.069
0.959
1.153
1.139
1.119
1.089
1.269
1.299
1.183
0.999
1.029
1.069
1.059
1.049
1.041
1.039
1.179
1.079
0.989
0.969
1.051
1.009
1.259
1.029
1.039
1.039
1.075
1.096
0.929
1.019
0.969
0.529
0.9084
0.759
0.599
0.809
0.999
0.769
0.787
0.829
0.929
0.939
0.769
0.959
0.885
0.919
0.749
0.849
0.679
0.749

Time
0.660
0.605
0.605
0.505
0.480
0.571
0.570
0.560
0.545
0.635
0.650
0.592
0.500
0.515
0.535
0.530
0.525
0.521
0.520
0.590
0.540
0.495
0.485
0.526
0.505
0.630
0.515
0.520
0.520
0.538
0.535
0.465
0.510
0.485
0.265
0.452
0.380
0.300
0.405
0.500
0.385
0.394
0.415
0.465
0.470
0.385
0.480
0.443
0.460
0.375
0.425
0.340
0.375

E
0.033452478
0.044896215
0.041413691
0.034332004
0.031966347
0.037212147
0.0285889
0.04120158
0.032824094
0.046416848
0.04424394
0.038655
0.037385577
0.03820214
0.053165112
0.050667326
0.034440768
0.0428
0.03837027
0.068329535
0.039681304
0.05333677
0.048680622
0.0496797
0.053919447
0.09057246
0.087970239
0.067526169
0.061792967
0.072356256
0.086878276
0.064821904
0.080155559
0.079454124
0.024452232
0.067152419
0.030730392
0.037412043
0.047290095
0.089863047
0.051363817
0.051331879
0.056034183
0.085371849
0.090805056
0.074197734
0.090778461
0.079437456
0.095251593
0.050947355
0.073297991
0.065226438
0.061576788

F (N)
50.724
74.270
68.509
64.232
66.666
64.8802
50.200
73.640
60.283
73.155
68.120
65.0796
74.846
74.251
99.467
95.689
65.664
81.9834
73.86
115.911
73.552
107.86
100.476
94.3318
106.877
143.88
170.982
129.983
118.947
134.134
158.537
139.552
157.322
163.992
92.447
142.37
80.976
124.915
116.91
179.906
133.586
127.259
135.185
183.793
193.408
192.972
189.319
178.935
207.294
136.041
172.669
192.125
164.424

s (m)
0.00132
0.00121
0.00121
0.00107
0.00096
0.001153
0.00114
0.00112
0.00109
0.00127
0.0013
0.001183
0.001
0.00103
0.00107
0.00106
0.00105
0.0010
0.00104
0.00118
0.00108
0.00099
0.00097
0.00105
0.00101
0.00126
0.00103
0.00104
0.00104
0.00108
0.0011
0.00093
0.00102
0.00097
0.00053
0.00091
0.00076
0.0006
0.00081
0.001
0.00077
0.00079
0.00083
0.00093
0.00094
0.00077
0.00096
0.00089
0.00092
0.00075
0.00085
0.00068
0.00075

P (k/Ps)
6.1175E+03
8.9573E+03
8.2625E+03
7.7467E+03
8.0402E+03
7.8248E+03
6.0543E+03
8.8813E+03
7.2704E+03
8.8228E+03
8.2156E+03
7.8489E+03
9.0268E+03
8.9550E+03
1.1996E+04
1.1541E+04
7.9194E+03
9.8876E+03
8.9079E+03
1.3979E+04
8.8707E+03
1.3008E+04
1.2118E+04
1.1377E+04
1.2890E+04
1.7353E+04
2.0621E+04
1.5677E+04
1.4346E+04
1.6177E+04
1.9120E+04
1.6831E+04
1.8974E+04
1.9778E+04
1.1150E+04
1.7170E+04
9.7661E+03
1.5065E+04
1.4100E+04
2.1697E+04
1.6111E+04
1.5348E+04
1.6304E+04
2.2166E+04
2.3326E+04
2.3273E+04
2.2833E+04
2.1580E+04
2.5001E+04
1.6407E+04
2.0825E+04
2.3171E+04
1.9830E+04

49

Rata-rata
17.4511
0.789
0.395
1
30.1534
1.129
0.565
2
22.2938
0.909
0.455
3
18.6587
0.779
0.39
4
19.9577
0.729
0.365
5
24.2585
1.049
0.525
Rata-rata
23.0644
0.919
0.460
1
23.0631
0.909
0.455
2
19.6895
0.879
0.440
3
27.8872
1.049
0.525
4
29.4165
1.129
0.565
5
24.8869
1.089
0.545
Rata-rata
24.9886
1.011
0.506
1
21.7689
0.819
0.410
2
11.0369
0.519
0.260
3
17.5083
0.709
0.355
4
10.0360
0.939
0.510
5
18.6833
0.759
0.380
Rata-rata
15.8067
0.749
0.383
1
27.1873
0.899
0.450
2
20.7614
0.889
0.445
3
20.5699
0.759
0.380
4
27.2983
0.909
0.455
5
18.7069
0.779
0.390
Rata-rata
22.9048
0.847
0.424
1
23.7487
0.869
0.435
2
10.4048
0.449
0.225
3
11.9450
0.529
0.265
4
31.8075
1.079
0.540
5
16.0102
0.949
0.475
Rata-rata
18.7832
0.775
0.388
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

16

19

22

25

28

3.
JAM

0.069260033
0.170215943
0.101325321
0.072675637
0.072745817
0.127235833
0.10883971
0.10482179
0.086535353
0.146268364
0.166056143
0.135509171
0.127838164
0.089143646
0.028640756
0.062066924
0.04711902
0.070903124
0.059574694
0.122206914
0.092284423
0.078062771
0.124070774
0.072863376
0.097897651
0.103188102
0.023358776
0.031594525
0.171601463
0.075968399
0.081142253

174.511
301.534
222.938
186.587
199.577
242.585
230.644
230.631
196.895
278.872
294.165
248.869
249.886
217.689
110.369
175.083
100.36
186.833
158.067
271.873
207.614
205.699
272.983
187.069
229.048
237.487
104.048
119.45
318.075
160.102
187.832

0.00079
0.00113
0.00091
0.00078
0.00073
0.00105
0.00092
0.00091
0.00088
0.00105
0.00113
0.00109
0.00101
0.00082
0.00052
0.00071
0.00094
0.00076
0.00075
0.0009
0.00089
0.00076
0.00091
0.00078
0.00085
0.00087
0.00045
0.00053
0.00108
0.00095
0.00078

2.1047E+04
3.6366E+04
2.6887E+04
2.2503E+04
2.4070E+04
2.9257E+04
2.7817E+04
2.7815E+04
2.3746E+04
3.3633E+04
3.5478E+04
3.0015E+04
3.0137E+04
2.6254E+04
1.3311E+04
2.1116E+04
1.2104E+04
2.2533E+04
1.9064E+04
3.2789E+04
2.5039E+04
2.4808E+04
3.2923E+04
2.2561E+04
2.7624E+04
2.8642E+04
1.2549E+04
1.4406E+04
3.8361E+04
1.9309E+04
2.2653E+04

PIONER ANALISIS P2 (V=1.5 m/s)


SAMPLE
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5

Force
(kg)
1.7924
2.4577
3.6442
1.2823
3.2708
2.48948
5.4597
5.2400
6.0398
4.7339
4.8735
5.26938
5.5877
5.9615
6.5773
4.9011
5.7429

Distance
(mm)
1.269
1.319
1.629
1.029
1.589
1.367
1.019
1.029
1.109
1.089
1.009
1.051
0.949
0.959
1.089
0.839
1.059

Time
(s)
0.635
0.660
0.815
0.515
0.795
0.684
0.510
0.515
0.555
0.545
0.505
0.526
0.475
0.480
0.545
0.420
0.530

F (N)

s (m)

P (k/Ps)

0.011372778
0.016208532
0.029682009
0.006597434
0.025986506
0.017969452
0.027817172
0.0269598
0.033490691
0.025776086
0.024586808
0.027726111
0.026513637
0.028585393
0.035813399
0.020560115
0.030408656

17.924
24.577
36.442
12.823
32.708
24.8948
54.597
52.4
60.398
47.339
48.735
52.6938
55.877
59.615
65.773
49.011
57.429

0.00127
0.00132
0.00163
0.00103
0.00159
0.00137
0.00102
0.00103
0.00111
0.00109
0.00101
0.00105
0.00095
0.00096
0.00109
0.00084
0.00106

2161.715599
2964.097539
4395.07029
1546.511891
3944.732974
3002.426
6584.645536
6319.677383
7284.272415
5709.297856
5877.66178
6355.110994
6739.019334
7189.839068
7932.521765
5910.94863
6926.197565

50

11

13

16

19

22

Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata

5.7541
3.0507
7.6767
7.1772
7.3423
4.0435
5.85808
8.3743
6.2336
4.9974
6.0374
5.3215
6.19284
7.3235
5.0763
5.7991
6.0613
12.7468
7.4014
8.4979
6.5877
7.4711
14.0569
11.4001
9.60274
10.0993
6.3526
11.5953
11.9666
5.8582
9.1744
7.6591
16.1032
5.3455
8.4186
8.6356
9.2324
8.2241
5.5478
7.1117
10.5823
9.2063
8.13444
7.4575
6.6598
6.4495
7.0607
15.6905
8.6636
8.9522
7.5390
7.3567
7.0557
8.8995
7.96062

0.979
0.499
0.719
0.929
0.689
0.569
0.681
0.689
0.659
0.409
0.539
0.339
0.527
0.469
0.359
0.309
0.349
0.749
0.447
0.469
0.359
0.309
0.349
0.749
0.447
0.479
0.379
1.279
0.599
0.429
0.633
0.379
0.779
0.409
0.449
0.399
0.483
0.779
0.449
0.389
0.619
0.589
0.565
0.589
0.589
0.439
0.509
0.789
0.583
0.679
0.459
0.349
0.459
0.919
0.573

0.49
0.250
0.360
0.465
0.345
0.285
0.341
0.345
0.330
0.205
0.270
0.170
0.264
0.235
0.180
0.155
0.175
0.375
0.224
0.280
0.215
0.220
0.385
0.365
0.293
0.240
0.190
0.640
0.300
0.215
0.317
0.190
0.390
0.205
0.225
0.200
0.242
0.390
0.225
0.195
0.310
0.295
0.283
0.295
0.295
0.220
0.255
0.395
0.292
0.340
0.230
0.175
0.230
0.460
0.287

0.02837624
0.007611497
0.027597737
0.033338094
0.025294224
0.011503758
0.021069062
0.028849464
0.020539712
0.010219683
0.016270793
0.009019943
0.016979919
0.017173608
0.009111959
0.00895961
0.010576969
0.047736766
0.018711782
0.019927576
0.011824922
0.01154285
0.024529291
0.042693375
0.022103602
0.024187824
0.012038177
0.074151944
0.035839967
0.012565839
0.03175675
0.014513995
0.062721964
0.010931548
0.018899757
0.017228022
0.024859057
0.03203287
0.012454811
0.013832257
0.032752219
0.027112554
0.023636942
0.021962338
0.019613111
0.014156653
0.017969482
0.061899023
0.027120121
0.030392719
0.017302005
0.012837442
0.016192832
0.040893203
0.02352364

57.5410
30.507
76.767
71.772
73.423
40.435
58.5808
83.743
62.336
49.974
60.374
53.215
61.9284
73.235
50.763
57.991
60.613
127.468
74.0140
84.979
65.877
74.711
140.569
114.001
96.0274
100.993
63.526
115.953
119.666
58.582
91.7440
76.591
161.032
53.455
84.186
86.356
92.3240
82.241
55.478
71.117
105.823
92.063
81.3444
74.575
66.598
64.495
70.607
156.905
86.6360
89.522
75.39
73.567
70.557
88.995
79.6062

0.00098
0.0005
0.00072
0.00093
0.00069
0.00057
0.00068
0.00069
0.00066
0.00041
0.00054
0.00034
0.00053
0.00047
0.00036
0.00031
0.00035
0.00075
0.00045
0.00047
0.00036
0.00031
0.00035
0.00075
0.00045
0.00048
0.00038
0.00128
0.0006
0.00043
0.00063
0.00038
0.00078
0.00041
0.00045
0.0004
0.00048
0.00078
0.00045
0.00039
0.00062
0.00059
0.00057
0.00059
0.00059
0.00044
0.00051
0.00079
0.00058
0.00068
0.00046
0.00035
0.00046
0.00092
0.00057

6939.705273
3679.282403
9258.44797
8656.028342
8855.146421
4876.644179
7065.109863
10099.78517
7518.003995
6027.090793
7281.377907
6417.970075
7468.845589
8832.47277
6122.247767
6993.977311
7310.202389
15373.21826
8926.423699
10248.85237
7945.064636
9010.485056
16953.25821
13749.03705
11581.33946
12180.21332
7661.523386
13984.45709
14432.26171
7065.254589
11064.74202
9237.221573
19421.18871
6446.915162
10153.21298
10414.92481
11134.69265
9918.637169
6690.898127
8577.032375
12762.7332
11103.21486
9810.503147
8994.08284
8032.020503
7778.389176
8515.524064
18923.45381
10448.69408
10796.75875
9092.375532
8872.513474
8509.493838
10733.20017
9600.868353

51

1
9.2718
0.539
2
14.4181
0.599
3
7.1509
0.489
4
8.5926
0.589
5
7.9089
0.519
Rata-rata
9.46846
0.547
1
9.4916
0.559
2
6.4780
0.799
3
7.7567
0.479
4
7.4327
0.379
5
8.2861
0.639
Rata-rata
7.88902
0.571
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

25

28

4.
JAM

0.270
0.300
0.245
0.295
0.260
0.274
0.280
0.400
0.240
0.190
0.320
0.286

0.024987501
0.04318221
0.017483951
0.025305207
0.020523596
0.026296493
0.026529022
0.02587961
0.018577297
0.014084967
0.02647409
0.022308997

92.718
144.181
71.509
85.926
79.089
94.6846
94.916
64.78
77.567
74.327
82.861
78.8902

0.00054
0.0006
0.00049
0.00059
0.00052
0.00055
0.00056
0.0008
0.00048
0.00038
0.00064
0.00057

11182.21083
17388.88177
8624.309351
10363.06486
9538.49169
11419.3917
11447.29959
7812.761467
9354.931595
8964.172917
9993.411978
9514.515509

F (N)

s (m)

P (k/Ps)

0.040171516
0.034066275
0.035188634
0.035631358
0.032978598
0.035607276
0.053345815
0.059172162
0.049274486
0.046517309
0.049846778
0.05163131
0.058591845
0.067041486
0.03503841
0.057404665
0.065120314
0.056639344
0.0657158
0.05997133
0.051072923
0.052247338
0.052639698
0.056329418
0.064704648
0.091771448
0.067132329
0.060458066
0.061829724
0.069179243
0.094112469
0.07467914
0.079161375
0.051277795
0.095719537

68.728
64.95
62.893
59.935
57.404
62.7820
94.501
95.516
92.188
86.223
89.895
91.6646
96.131
111.829
71.58
91.921
111.412
96.5746
108.711
114.34
96.455
89.695
98.484
101.5370
128.255
143.505
127.993
115.268
126.312
128.2666
172.842
159.061
146.731
123.71
157.046

0.00117
0.00105
0.00112
0.00119
0.00115
0.00114
0.00113
0.00124
0.00107
0.00108
0.00111
0.00113
0.00122
0.0012
0.00098
0.00125
0.00117
0.00116
0.00121
0.00105
0.00106
0.00117
0.00107
0.00111
0.00101
0.00128
0.00105
0.00105
0.00098
0.00107
0.00109
0.00094
0.00108
0.00083
0.00122

8288.908152
7833.264237
7585.180718
7228.432518
6923.182452
7571.794
11397.24871
11519.66231
11118.29043
10398.88441
10841.74424
11055.16602
11593.83409
13487.08401
8632.872272
11086.08902
13436.79192
11647.33426
13111.03908
13789.92198
11632.90996
10817.62334
11877.61655
12245.82218
15468.13402
17307.35311
15436.53563
13901.84299
15233.79942
15469.53303
20845.52821
19183.47718
17696.42332
14919.98643
18940.45905

NK 22 ANALISIS P2 (V=1.5 m/s)


SAMPLE
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata
1
2
3
4
5

Force
(kg)
6.8728
6.4950
6.2893
5.9935
5.7404
6.2782
9.4501
9.5516
9.2188
8.6223
8.9895
9.16646
9.6131
11.1829
7.1580
9.1921
11.1412
9.65746
10.8711
11.4340
9.6455
8.9695
9.8484
10.1537
12.8255
14.3505
12.7993
11.5268
12.6312
12.82666
17.2842
15.9061
14.6731
12.3710
15.7046

Distance (mm)
1.169
1.049
1.119
1.189
1.149
1.135
1.129
1.239
1.069
1.079
1.109
1.125
1.219
1.199
0.979
1.249
1.169
1.163
1.209
1.049
1.059
1.165
1.069
1.1102
1.009
1.279
1.049
1.049
0.979
1.073
1.089
0.939
1.079
0.829
1.219

Time
(s)
0.585
0.525
0.560
0.595
0.575
0.568
0.565
0.620
0.535
0.540
0.555
0.563
0.610
0.600
0.490
0.625
0.585
0.582
0.605
0.525
0.530
0.585
0.535
0.556
0.545
0.470
0.540
0.415
0.610
0.516
0.545
0.515
0.500
0.520
0.490

52

11

13

16

19

22

25

28

Rata-rata
15.1878
1.031
12.7485
0.689
1
24.1705
1.029
2
18.9059
0.999
3
20.2192
1.039
4
14.6914
0.979
5
Rata-rata
18.1471
0.947
15.2728
0.899
1
20.2951
0.854
2
17.3299
0.979
3
19.5274
0.989
4
18.6920
1.029
5
Rata-rata
18.22344
0.95
16.0227
0.729
1
16.3330
0.739
2
24.1647
0.939
3
13.7304
0.659
4
18.2954
0.829
5
Rata-rata
17.70924
0.779
24.1385
0.989
1
19.8225
0.899
2
19.8547
0.709
3
19.9853
0.779
4
20.1489
0.819
5
Rata-rata
20.78998
0.839
21.0986
0.789
1
28.4724
1.409
2
24.1308
0.849
3
21.2428
1.339
4
17.8339
0.829
5
Rata-rata
22.5557
1.043
18.2976
0.739
1
26.0784
1.369
2
28.1307
1.179
3
24.2097
1.369
4
24.4025
1.109
5
Rata-rata
24.22378
1.153
19.1276
0.889
1
24.8565
0.999
2
25.6125
0.879
3
22.6500
0.889
4
24.5016
0.959
5
Rata-rata
23.34964
0.923
24.8388
0.929
1
21.3677
0.779
2
24.4100
0.859
3
17.0723
0.779
4
15.6452
0.589
5
Rata-rata
20.6668
0.787
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

0.514
0.345
0.515
0.500
0.520
0.490
0.474
0.450
0.425
0.490
0.495
0.515
0.475
0.365
0.370
0.470
0.330
0.415
0.39
0.495
0.450
0.355
0.390
0.410
0.42
0.395
0.705
0.425
0.670
0.415
0.522
0.370
0.685
0.590
0.685
0.555
0.577
0.445
0.500
0.440
0.445
0.480
0.462
0.465
0.390
0.430
0.390
0.295
0.394

0.078990063
0.043918583
0.124357223
0.094434971
0.105038744
0.071914403
0.087932785
0.068651236
0.086660077
0.084829861
0.096562993
0.09617034
0.086574901
0.058402742
0.060350435
0.113453267
0.045241668
0.075834433
0.070656509
0.119364883
0.089102138
0.070384912
0.077842744
0.082509746
0.087840884
0.083233977
0.200588058
0.102435246
0.142220546
0.073921516
0.120479869
0.067609632
0.178506648
0.165830477
0.165715397
0.135311863
0.142594803
0.085022182
0.124158218
0.112566938
0.10067925
0.117485172
0.107982352
0.115376226
0.083227192
0.10484095
0.066496609
0.046075114
0.083203218

151.8780
127.485
241.705
189.059
202.192
146.914
181.4710
152.728
202.951
173.299
195.274
186.92
182.2344
160.227
163.33
241.647
137.304
182.954
177.0924
241.385
198.225
198.547
199.853
201.489
207.8998
210.986
284.724
241.308
212.428
178.339
225.5570
182.976
260.784
281.307
242.097
244.025
242.2378
191.276
248.565
256.125
226.5
245.016
233.4964
248.388
213.677
244.1
170.723
156.452
206.6680

0.00103
0.00069
0.00103
0.001
0.00104
0.00098
0.00095
0.0009
0.00085
0.00098
0.00099
0.00103
0.00095
0.00073
0.00074
0.00094
0.00066
0.00083
0.00078
0.00099
0.0009
0.00071
0.00078
0.00082
0.00084
0.00079
0.00141
0.00085
0.00134
0.00083
0.00104
0.00074
0.00137
0.00118
0.00137
0.00111
0.00115
0.00089
0.001
0.00088
0.00089
0.00096
0.00092
0.00093
0.00078
0.00086
0.00078
0.00059
0.00079

18317.17484
15375.26853
29150.71797
22801.37188
24385.27117
17718.49395
21886.2247
18419.68869
24476.81001
20900.64448
23550.92903
22543.39879
21978.2942
19324.10206
19698.33792
29143.72291
16559.48442
22065.08122
21358.14571
29112.12452
23906.833
23945.66766
24103.17718
24300.48619
25073.65771
25445.86741
34339.00426
29102.83798
25619.77914
21508.49131
27203.19602
22067.73452
31451.73181
33926.89858
29197.99495
29430.52048
29214.97607
23068.75212
29978.06505
30889.8353
27316.92609
29550.03957
28160.72363
29956.71805
25770.4142
29439.56582
20589.96721
18868.81996
24925.09705

53

5. Grafik tingkat kekerasan biji jagung pada perlakuan 1


NK 22 (P1) jam 0

PIONEER (P1) jam 0

54

NK 22 (P1) jam 1

PIONEER (P1) jam 1

55

NK 22 (P1) jam 2

PIONEER (P1) jam 2

56

NK 22 (P1) jam 3

PIONEER (P1) jam 3

57

NK 22 (P1) jam 5

PIONEER (P1) jam 5

58

NK 22 (P1) jam 7

PIONEER (P1) jam 7

59

NK 22 (P1) jam 9

PIONEER (P1) jam 9

60

NK 22 (P1) jam 11

PIONEER (P1) jam 11

61

NK 22 (P1) jam 13

PIONEER (P1) jam 13

62

NK 22 (P1) jam 16

PIONEER (P1) jam 16

63

NK 22 (P1) jam 19

PIONEER (P1) jam 19

64

NK 22 (P1) jam 22

PIONEER (P1) jam 22

65

NK 22 (P1) jam 25

PIONEER (P1) jam 25

66

NK 22 (P1) jam 28

PIONEER (P1) jam 28

67

6. Grafik tingkat kekerasan biji jagung pada perlakuan 2

NK 22 (P2) jam 0

PIONEER (P2) jam 0

68

NK 22 (P2) jam 1

PIONEER (P2) jam 1

69

NK 22 (P2) jam 2

PIONEER (P2) jam 2

70

NK 22 (P2) jam 3

PIONEER (P2) jam 3

71

NK 22 (P2) jam 5

PIONEER (P2) jam 5

72

NK 22 (P2) jam 7

PIONEER (P2) jam 7

73

NK 22 (P2) jam 9

PIONEER (P2) jam 9

74

NK 22 (P2) jam 11

PIONEER (P2) jam 11

75

NK 22 (P2) jam 13

PIONEER (P2) jam 13

76

NK 22 (P2) jam 16

PIONEER (P2) jam 16

77

NK 22 (P2) jam 19

PIONEER (P2) jam 19

78

NK 22 (P2) jam 22

PIONEER (P2) jam 22

79

NK 22 (P2) jam 25

PIONEER (P2) jam 25

80

NK 22 (P2) jam 28

PIONEER (P2) jam 28

81

Anda mungkin juga menyukai