Anda di halaman 1dari 5

Senyum Terindah dan Terakhir

Viaa.. Panggil seseorang dari belakang. Dia adalah Riko


Riko adalah sahabat sekaligus pacar Via. Ganteng, cool, itu mungkin yang membuat seluruh
cewek tertarik, dia juga tinggi, putih and PINTAR. Via adalah anak dari pengusaha kaya. Via
adalah pacar Riko. Dia sedikit tomboy, dengan rambut pendeknya, dia juga sama dengan Riko,
tinggi dan putih.
eh kamu rik, ada apa kangen ya? Goda si via
ihh, Ge-eR banget sih kamu kata Riko pura-pura cuek
oh, jadi gak kangen ya sama aku? balas via, dengan murung
ya kangen lah, siapa sih yang gak kangen sama kamu kata Riko, sambil mencubit kedua pipi
via
aww, sakit tau!! kata via sedikit kesakitan dan memegang kedua pipinya yang merah akibat
cubitan Riko
wkwkwk, kamu sih gemesin balas Riko tertawa melihat ekspresi via yang menurutnya LUCU
auu ahh kata via sedikit ALAY
Tiba-tiba saja pandangan via kabur. Via pun tak sadarkan diri.
Via.. vi, kamu kenapa? vi, bangun vi! kata Riko sambil menggoyang-goyangkan tubuh via yang
tergeletak lemah di tempat tidur UKS.
Via, ya. dia mempunyai suatu penyakit yang tak ada seorang pun yang tahu, kecuali ibunya.
Bahkan ayah dan Riko pun tak tahu tentang penyakit Via. Via sering jatuh pingsan dan mimisan.
Via berusaha sedikit membuka mata, dan akhirnya dia berhasil.
Vi, kamu udah siuman? Kata Riko sambil menggenggam tangannya erat. tampaknya dia
sangat khawatir dengan keadaan via.
Aku dimana ko? tanya via
kamu di UKS, kamu pingsan tiba-tiba saat kita berjalan tadi kata Riko menjelaskan.
Via berusaha mengingat apa yang terjadi, namun NIHIL, kepalanysa sakit untuk mengingat
semua itu.
ko, maafin aku ya, udah buat kamu repot kata via membalas genggaman tangan Riko
engga vi, itu semua udah tugas aku sebagai pacar kamu kata Riko sambil menatapku serius
aku sudah membaik, sebaiknya kita pulang ajak via pada Riko
kamu yakin ingin pulang? tanya Riko meyakinkan
iya via mengangguk
baiklah kata Riko sambil membantunya bangun dari tempat tidur menyebalkan itu.

Hari ini, adalah hari Minggu, via dan Riko sudah berjanji untuk pergi ke taman.
Tinn.. Tin bunyi klakson sepeda motor Riko sudah berbunyi. Sepertinya dia sudah datang. aku
sengaja menyuruhnya untuk naik motor, karena aku lagi BM (bad mood) untuk naik mobil. aku
segera turun dan menghampiri PANGERANku itu.
Pagi bidadari cantik sapanya
Pagi pangeran kece balasku sambil mengedipkan sebelah mataku padanya
Sudah siap untuk hari ini? tanyanya lagi dengan membalas kedipan mataku.
Siap dong, Lets GO kataku sambil menaiki motor besarnya itu. Ku harap sesuatu buruk tak
terjadi.
Yuhuuuiii Soraknya seru!

Vi, kita cari tempat duduk aja yuk ajak Riko, saat dia selesai memarkir motornya.
ayo deh. kataku, mengiyakan ajakannya
Setelah menemukan tempat duduk yang tepat, aku dan Riko pun memulai pembicaraan.
Walaupun sudah lama pacaran aku dan Riko masih belum handal untuk memulai suatu
pembicaraan. Waktu santai lebih banyak kami habiskan dengan berdiam diri, saling menatap,
dan menggenggam satu sama lain.
eh ada ice cream tuh kata Riko, menunjuk ke tempat penjual ice cream itu berada. Nampaknya
dia mulai bosan dengan keadaan yang bungkam ini.
ehm terserah kamu aja deh ko Jawabku
ya udah yuk! ajak Riko. Dia segera menggandeng tanganku dan menarikku ke tempat penjual
ice cream itu.
Aku dan Riko berjalan menuju penjual ice cream itu. Kami berdua memang suka sekali makan
ice cream, setelah membeli 2 ice cream, kami berdua kembali ke tempat duduk.
enak ya ice creamnya kata Riko, sambil tersenyum padaku.
iya enak banget jawabku, sambil membalas senyumannya.
Vii kata Riko menatapku serius.
ada apa ko? tanyaku heran
kamu sakit? tanyanya tiba tiba, yang sontak membuatku kaget!
haa? e.. eng.. enggak kok Jawabku sedikit berbohong, tak mau orang yang di depanku ini ikut
merasakan betapa perihnya sakit ini. Cukup aku yang tau ya! begitu pemikiranku.
emm, emang ada apa? sambungku
darah hidung katanya sambil menunjuk hidungnya sendiri.
Ku lihat dia segera mengambil tisu di dalam tasnya dan mengelap darah yang keluar itu dengan
sangat hati-hati.
Vii, tolong ya, jujur sama aku, kamu sakit apa? tanyanya mengulang pertanyaan yang tadi.
ko, mungkin aku cuma kecapekan aja, kamu lihat sendiri kan, akhir-akhir ini tugasku
menumpuk, ya jadi mungkin faktor kecapean aja Jawabku meyakinkan Riko
ehmm, udah deh ko, kamu gak usah terlalu banyak mikir. Aku gak papa kok, kalau aku sakit aku
pasti bilang sama kamu. udah, jangan khawatir lagi ya.. kataku lagi, sambil memegang kedua

pipi pria yang ada di depanku ini.


Ku lihat raut wajah khawatir yang tak dapat disembunyikannya itu.
Hhh.. ya udah lah, kalo kamu sakit bilang aku ya.. katanya.
pasti. jawabku singkat sambil mengacungkan kedua jempolku.
pulang yuk, ajaknya tiba-tiba
loh? kok mendadak gini sih, jalan-jalannya gimana?
kapan-kapan aja ya, lagi gak enak badan nih,
yaelahh, ya udahlah, Yuk, ajakku menarik tangannya dan segera pergi.
aku yakin via, kamu pasti sakit batin Riko
hey jangan ngelamun aja dong!. yuk pulang kataku membuyarkan lamunannya. aku tahu dia
pasti memikirkanku,
maafin aku ko, aku belum bisa jujur sama kamu saat ini batinku
iya sayang
Motor besarnya pun kembali melaju. Aku merangkul pinggangnya, ku sandarkan kepalaku di
pundaknya. Aku ingin membahagiakannya saat ini, sebelum bumi menelanku.
Sesampainya di depan rumahku, dia mengecup keningku dan langsung melaju pergi begitu saja.
TANPA SATU KATA PUN. Aku segera berlari menuju kamarku, tak kuhiraukan suara Ibu yang
berteriak memanggilku. Segera kututup pintu itu, ku kunci, dan mengambil buku diary kecil
dalam laci belajarku.
Dear diary,
apakah aku jahat?
sejahat apakah diriku ini?
orang sebaik Riko pun aku bohongi
aku yakin, hanya aku orang paling jahat di dunia ini
Aku menghentikan untuk menulis diary dan segera mengambil kertas untuk menuliskan sebuah
surat untuk Riko. Entah sampai kapan aku akan menyembunyikan ini darinya.
Esoknya
Viaa.. suara itu lagi, suara hangat yang selalu ingin kudengar. Riko. orang itulah yang
mempunyai suara hangat ini.
hay ko, gimana tugasnya? udah selesai?, kalau belum sini aku bantuin
udah kok vi, makasih. Tapi vii.. kamu sakit? kok wajah kamu pucat gitu? Tanya Riko heran
sakit? egak kok, aku baik-baik aja. Mungkin aku make bedaknya kebanyakan. Hehehe
candaku
egak vi, aku tahu kok bedak itu gimana, dan ini sama sekali bukan warna bedak. Kamu kan juga
pernah bilang ke aku, kalo kamu gak pernah pake bedak. Katanya yang langsung membuatku
bungkam.
tuh kan Riko, kamu itu berlebihan tau gak?, aku gak papa ko, kamu dari kemarin curiga banget
sih. Udah yuk ke kelas. ajakku untuk mengalihkan perhatiannya.
Vii, pliis, kamu jujur sama aku, kamu sakit apa? parah? sampai kamu gak mau bilang ke aku.

Katanya menghentikan langkahku, dia memegang pundakku dan menatapku tajam, seolah aku
tak bisa bohong lagi. Aku mengalihkan tatapanku darinya, aku benar-benar tak tahu apa lagi
yang harus kulakukan sekarang.
Koo, plis, cepat atau lambat kamu akan tau semuanya jawabku berlari menuju kelas dan
meninggalkannya sendiri yang masih mencerna kata-kataku

apaaa? viaa masuk rumah sakit? Iya tante, Riko segera kesana. Baik tan Riko langsung
menancap gasnya ke rumah sakit yang disebutkan oleh Tante Nia, ibu Via.
Sesampainya di rumah sakit, Riko sedikit berlari menuju kamar 203 yang dismskan oleh tante
Nia.
gimana tan? Via udah siuman? Tanya Riko menghampiri Tante Nia yang sedang duduk diluar.
hiikkss penyakit Via udah stadium 5 ko, tante gak tau lagi mau gimana. Kata dokter, umur Via
udah gak panjang lagi, dan yang paling tante sedihkan, umur Via udah gak sampai 24 jam ko.
Tangis tante Nia semakin menjadi-jadi. Riko heran, stadium 5? apa maksudnya? Via kan gak
sakit.
tunggu tan, Riko mau tanya, sebenarnya Via sakit apa? tanya Riko
jadi Via belum bilang kekamu? tanya tante Nia heran. Beliau kemudian menghapus air
matanya dengan punggung tangannya dan mengalihkan pandangan tajamnya menuju Riko
bilang? bilang apa tan?, Via gak pernah bilang apa-apa kok ke Riko kata Riko heran.
jadi.. Via menderita kanker otak. Dia menyembunyikan penyakit ini dari kamu dan papanya. Tapi
beberapa hari yang lalu, tante udah nyuruh Via buat bilang ke kalian berdua, dan tante pikir
kamu sudah tau Riko.. kata tante Nia. Air matanya kembali membasahi pipi mulus pemiliknya.
jadiii? gumam Riko panjang.

Rikoo.. Via sadarrr.. teriak seorang ibu dari dalam ruang inap itu. Yang dipanggil pun segera
masuk dan memeluk mesra seseorang yang bernama Via itu.
Vii, kenapa sih kamu nyembunyiin ini dari aku.. kenapa kamu gak bilang ke aku dari awal Vi?
todong Riko pada Via yang saat ini tergeletak lemah di atas kasur menyebalkan menurutnya.
aku cuman gak mau buat kamu repot ko, aku gak mau buat kamu sedih. Cukup aku yang
merasakan ini semua. Kata Via lemas.
tapi vii, aku gak sanggup buat kehilangan kamu. Jangan tinggalin aku ya vi pinta Riko. Via tidak
menjawabnya. Via langsung menoleh pada ibunya.
maaa, Via ke taman dulu ya sama Riko. Pinta Via pada ibunya.
tapi vi, kondisi kamu lagi gak baik. Kata tante Nia, cemas.
pliss ma, bentaar aja. Kata via lagi.
baiklah, ko hati-ati ya.. kata tante Nia pada Riko
baik tante jawab Riko

kenapa sih kamu minta kita ke taman?, kondisi kamu kan masi belum membaik vi. Kata Riko
saat mereka telah berada di taman.
aku hanya ingin meninggalkan dunia di tempat terindah dan bersama orang yang kusayang..
kata Via, menatap Riko. Riko pun berjongkok menjajarkan dirinya dengan kursi roda Via.
Vi, apapun yang terjadi itu udah takdir Allah, kita gak bisa ngerubah segalanya. Aku tahu vii,
kamu pasti kuat. Kata Riko menyemangati Via.
Ko, aku udah gak kuat ko, hidupku di dunia udah cukup ngebuat orang di sekelilingku susah.
Aku kasihan sama mereka ko. Kata Via, air mata pun mengalir dari kelopak mata indah milik
Via.
vii, udah dong, kamu gak usah nangis. Kamu gak cengeng kan. Kamu kuat vii.. sahut Riko.
koo, tolong sebutin permintaan yang kamu mau dari aku sebelum aku pergi. Kata Via
Sstt, jangan ngomong gitu dong vi.
koo, plis sebutin aja.. pinta Via, memelas pada Riko yang telah menggenggam erat tangannya..
hhh Riko menghela nafas lalu menuruti apa yang diperintahkan Via.
aku gak mau apa-apa vi dari kamu. Aku Cuma butuh senyum terindah dari kamu itu aja kata
Riko.
aku akan ko, aku akan senyum seindah mungkin. Kata Via, menangis dan menunjukkan
senyum terindah yang dimilikinya. Beberapa menit kemudian, Via sudah tidak ada. Riko
menangis dan berteriak meneriakkan nama Via..

Anda mungkin juga menyukai