Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

GLOBAL MARKETING
Dosen: Dr. Budhi Haryanto, MM

Disusun Oleh :
Nama :

Rifka Fahrul Musthofa

NIM

S411408036

PROGRAM MAGISTER MANAGEMENT


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada


akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen
yang memegang kendali, sekarang dengan adanya revolusi informasi dan perekonomian yang
semakin terbuka, batas antar negara maupun regional semakin menghilang sehingga
konsumen semakin menguasai pasar dan dapat dengan leluasa menentukan jenis, tempat
perolehan serta harga dari produk dan jasa yang diinginkan.
Hal ini menyebabkan industri-industri saling bersaing untuk menjadi yang utama
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam hal kompetisi, globalisasi
ekonomi tidak hanya menambah jumlah pesaing di pasar, namun juga menyebabkan
bervariasinya persaingan di pasar, hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja baik
yang dapat berhasil dalam menciptakan keuntungan jangka panjang.
Kondisi ekonomi makro memberikan refleksi keseluruhan ekonomi dan dapat
mempengaruhi kinerja dan nilai bisnis. Kinerja kebanyakan bisnis sangat tergantung pada
faktor-faktor berikut ini yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan Nasional
Inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Impor/Ekspor
Tingkat Suku Bunga
Nilai Tukar

1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diinterpretasikan sebagai persentase dari perubahan PDB dari
suatu periode ke periode lainnya. Pertumbuhan ekonomi mendorong penerimaan perusahaan,
pertumbuhan ekonomi yang lambat mengakibatkan permintaan barang dan jasa yang lambat,
yang dapat mengurangi penerimaan perusahaan.
Terdapat dua ukuran umum untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat
total produksi dari barang dan jasa dalam ekonomi (PDB) dan jumlah total pengeluaran
(Agregat Pengeluaran). Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai pasar total dari
barang dan jasa final yang diproduksi dalam negeri, sedangkan Agregat Pengeluaran
merupakan jumlah total pengeluaran dalam ekonomi.
2. Pendapatan Nasional

Peningkatan pendapatan nasional cenderung meningkatkan hasrat konsumsi


masyarakat (marginal prospensity to consume). Peningkatan konsumsi rumah tangga akan
memperbesar peluang transfer masuknya barang-barang/jasa-jasa dari luar negeri ke dalam
negeri, dengan demikian akan terjadi peningkatan impor. Kemungkinan lain adalah
terjadinya penurunan ekspor, karena hasil produksi dalam negeri sebagian besar habis
dikonsumsi oleh masyarakat. Namun hal ini tergantung pada peran serta pemerintah dan
unsur psikologis yang terkandung dalam masyarakat.
3. Inflasi
Inflasi adalah peningkatan tingkat harga umum dari barang dan jasa dalam periode
waktu tertentu. Inflasi dapat mempengaruhi biaya operasi perusahaan yang menghasilkan
produk karena naiknya biaya barang pasokan dan bahan baku. Gaji juga dapat dipengaruhi
tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan lebih tingginya biaya produksi
perusahaan, penerimaan perusahaan mungkin juga akan tinggi selama periode inflasi tinggi
karena banyak perusahaan membebankan kepada harga yang lebih tinggi sebagai konpensasi
biaya mereka yang tinggi pula.
Terdapat dua tipe inflasi yaitu :
a.

Cos-push Inflation, merupakan situasi apabila produk diberi harga lebih tinggi karena biaya
yang dialami perusahaan juga besar.

b. Deman-pull Inflation, merupakan situasi apabila harga barang dan jasa tertarik naik karena
permintaan konsumen yang kuat.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat menekan upah maupun harga. Pertumbuhan
ekonomi yang kuat berarti pengangguran lebih sedikit jadi pekerja dapat bernegosiasi untuk
meminta upah lebih tinggi dan perusahaan cenderung menaikan harga produknya untuk
menutup biaya yang lebih tinggi.

4. Indeks Harga Konsumen (IHK)


Kegiatan perdagangan internasional tidak terlepas dari unsur harga rata-rata
barang/jasa yang dikonsumsi oleh tumah tangga. IHK menjadi salah satu ukuran terjadinya

Inflasi. Inflasi merupakan suatu proses peningkatan harga-harga secara umum. Kenaikan
harga-harga secara umum akan mengakibatkan biaya produksi juga tinggi, sedangkan daya
beli masyarakat lemah. Biaya produksi tinggi berarti harga jual barang/jasa pun tinggi.
Keadaan ini akan diikuti oleh berkurangnya permintaan luar negeri akibat tingginya harga
barang-barang yang diekspor, sehingga produk dalam negeri akan kehilangan daya saing di
luar negeri karena dianggap terlalu mahal. Jadi, keadaan ini menyebabkan penurunan ekspor.
Sedangkan pengaruhnya terhadap impor tampak dalam peningkatan indeks harga konsumen
(IHK) itu sendiri. Tingginya harga rata-rata menyebabkan daya beli masyarakat pun lemah.
Masyarakat akan berusaha untuk membatasi konsumsi, yang pada akhirnya berpeluang
menurunkan impor. Inflasi tidak terlepas dari faktor Penawaran Uang oleh bank sentral.
5. Impor/Ekspor
Dengan mengasumsikan bahwa jenis barang yang diekspor dan diimpor adalah sama,
maka dapat disimpulkan bahwa Impor memiliki korelasi negatif terhadap ekspor. Besarnya
impor akan memperkecil pasar produk dalam negeri dan pada akhirnya akan mematikan
perusahaan-perusahaan yang tidak mampu bersaing dengan produk dari luar negeri. Dengan
demikian, kesempatan untuk melakukan ekspor pun semakin kecil. Demikian sebaliknya.
Nilai ekspor yang besar menunjukkan bahwa barang/jasa produksi dalam negeri memiliki
daya saing kuat sehingga mampu menembus pasar internasional. Keadaan ini menyebabkan
masyarakat lebih memilih mengonsumsi barang/jasa produksi dalam negeri. Secara otomatis,
impor akan berkurang.
6. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga mewakili biaya meminjam uang. Pelaku bisnis memonitor secara
seksama tingkat suku bunga karena mereka menentukan jumlah pengeluaran yang harus
ditanggung apabila meminjam uang.
Perubahan dalam tingkat suku bunga di pasar dapat mempengaruhi pengeluaran biaya
bunga perusahaan karena bunga pinjaman yang diminta oleh bank komersial atau oleh
kreditor lain untuk perusahaan adalah berdasarkan tingkat suku bunga di pasar.
Karena tingkat suku mempengaruhi biaya pendapatan beberapa proyek yang
dipandang layak dalam periode suku bunga rendah, mungkin akan tidak layak dalam periode
suku bunga tinggi. Maksudnya, proyek mungkin tidak akan cukup mengembalikan biaya

pendanaanya. Sebagai konsekuensi perusahaan cenderung mengurangi tingkat ekspansi


apabila suku bunga tinggi.
Dampak Tingkat Suku Bunga Pada Nilai Perusahaan, pada tingkat suku bunga rendah
konsumen membeli produk dengan menggunakan dana pinjaman dengan biaya bunga rendah,
sehingga permintaan untuk produk tersebut sangat kuat yang menimbulkan kinerja dan nilai
perusahaan meningkat secara subtansial (diukur dengan harga saham).
7. Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap perdagangan internasional. Pihak yang
terkena dampak negatif akibat kurs yang menguat adalah eksportir. Sebab, menguatnya nilai
rupiah menyebabkan pembayaran yang diterima oleh eksportir atas barang/jasa yang ekspor
akan berkurang. Hal ini akan mengakibatkan penurunan ekspor. Dalam keadaan yang sama
importir akan mendapat keuntungan. Karena ia akan membayar lebih murah untuk
barang/jasa yang diimpor. Akibatnya terjadi peningkatan impor. Hal yang sebaliknya akan
terjadi apabila kurs melemah.
Contoh: Harga barang x adalah 1 USD yang berlaku secara internasional. Kurs
Rupiah menguat dari Rp 14.000/USD menjadi Rp 13.000/USD. Akibatnya, eksportir yang
tadinya menerima Rp 14.000 dari hasil ekspor 1 unit barang x, setelah kurs menguat menjadi
hanya menerima sebesar Rp 13.000. Sebaliknya, importir yang sebelumnya harus membayar
sebesar Rp 14.000 untuk mengimpor 1 unit barang x, setelah kurs menguat cukup membayar
sebesar Rp 13.000 ia telah memperoleh 1 unit barang x.

Anda mungkin juga menyukai