Anda di halaman 1dari 77

CEPHALGIA

Nike Ratna Kemala


20090310007

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien

: An P.

Usia

: 11 tahun

Alamat

: Salatiga

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Wanita

No. RM

: Diketahui

Masuk RS

: 3 Desember 2014

Dirawat di

: Paviliun Wijaya Kusumah

ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri kepala sebelah kanan cekot-cekot
Riwayat penyakit sekarang : pasien mengeluh nyeri kepala sebelah
kanan cekot-cekot, sejak 3 bulan lalu, nyeri kepala hilang timbul,
biasanya durasi nyeri kepala hingga 2, pasien mengaku sering
mengalami kepala berdenyut jika marah, kedua kaki terasa pegal-pegal,
demam (-), muntah (-), mual (-), pandangan kabur (-), leher cengeng (-),
BAB normal, BAK (+) normal, saat masuk RS pasien sedang menstruasi
hari ke 2, skala nyeri menurut pasien yakni 8. Riwayat jatuh (-)

RPD: Riwayat mondok dengan keluhan yang sama 3 bulan yang lalu, pasien
mondok selama 5 hari, pasien menderita Diabetes Mellitus sejak 5 tahun lalu,
riwayat muntah darah dan benjolan perut bagian kiri atas sejak 10 tahun lalu,
riwayat transfuse darah (+) 10 tahun yang lalu. Pasien didiagnosis Hepatitis B
sejak 10 tahun yang lalu.
RPK: Keluarga tidak ada yang menderita sakit yang sama, keluarga tidak ada
yang menderita hipertensi, DM, jantung, maupun ginjal.
Riwayat personal sosial : pasien merupakan seorang pasien dengan
kepribadian introvert, sedikit manja, dan sering mengeluh dan sering marah
jika keinginannya tidak terpenuhi. Pasien jarang olahraga, tidak suka makan
sayur, dan sudah lama tidak masuk sekolah karena sakitnya.

PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis E4V5M6

Vital Sign

: T : 90/60 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 72 x/menit, reguler, ekual,
tegangan dan isi cukup
S : 36,8 0C aksila

1. Kulit : sianosis (-), turgor baik +, CRT < 2 detik


2. Pemeriksaan kepala : normocephal, rambut hitam dan dan tidak mudah
dicabut. Pemeriksaan palpasi sinus maksillaris, sinus frontalis
maupun sinus etmoidalis tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan
transiluminasi pada ketiga sinus tersebut tidak ada kelainan
3. Mata: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil refleks cahaya (+/+),
edem palpebra (-/-), mata berair (-/-), injeksi konjungtiva (-/-)
4. Hidung: nafas cuping hidung (-/-), epistaksis (-/-), deviasi septum (-/-),
obstruksi (-/-), kongesti nasal (-/-), rinore (-/-)
5. Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil dbn, epistaksis posterior (-)
6. Leher : deviasi trakea (-), struma tiroid membesar (-), otot leher kaku (-),
tegang (-)

7. Thorax: inspeksi simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi dada (-),


skikatrik (-)
Palpasi fokal fremitus simetris dbn (+), nyeri tekan (-), masa (-), krepitasi (-)
Auskultasi vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Perkusi sonor (+/+)

8. Jantung S1-S2 regular, bising jantung (-), gallop (-)


9. abdomen: inspeksi bentuk datar
Auskultasi bising usus normal
Perkusi timpani, hepar dan lien tidak membesar, shifting dullness (-)
Palpasi hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
10. Ekstremitas udem (-), ekstremitas hangat (+)

Pemeriksaan nervus kranialis :


Nervus Olfaktorius (N I)
Nervus olfaktorius kedua sisi baik
Nervus optikus (N II)
Daya penglihatan kedua mata penderita baik, lapangan pandang kedua mata penderita baik.
Nervus okulomotorius (N III)
Ptosis (-/-), Gerakan Bola mata normal (+/+), strabismus divergen (-/-), diplopia (-/-)
Nervus abdusens ( N VI)
Gerakan bola mata ke lateral (+/+), strabismus konvergen (-/-), diplopia (-)
Nervus facialis (N VII)
Kerutan kulit dahi (+/+), kedipan mata masih tampak (+/+), sudut mulut sama tinggi (+/+),
mengerutkan alis (+/+), menutup mata (+/+), meringis (+/+), reflex glabela normal (+)

Nervus akustikus (N VIII)


Mendengar suara berbisik (+/+), mendengar detik arloji (+/+)
Nervus glossofaringeus (N IX)
Arkus faring simetris (+/+), uvula simetris (+/+), reflex muntah (+)
Nervus vagus (N X)
Denyut nadi a.radialis normal (+), menelan (+), bersuara pelo (+), arkus
faring simetris (+)
Nervus asesorius (N XI)
Memalingkan kepala (+/+), sikap bahu simetris (+), mengangkat bahu
(+), trofi otot bahu (-), kekakuan otot bahu (-)
Nervus hipoglosus (N XII)
Lidah menjulur lurus, lidah bisa digerakkan ke kiri dan ke kanan,
disartria (-), tremor lidah (-), atrofi otot lidah (-), kekuatan otot lidah
baik

Pemeriksaan Motorik
Kekuatan :
555
555
555
555
Tonus : normotonus pada keempat ekstremitas
Trofi : eutrofi pada keempat ekstremitas
Reflex fisiologis :
Refleks tendon

kanan

kiri

Reflex bisep

Reflex trisep

Reflex pattela

Reflex achilles

Refleks patologis
kanan

kiri

Hoffman Trommer

Babbinski

Chaddock

Oppenheim

Gordon

Schaefer

Rosolimo

Bing

Klonus paha

Klonus kaki

Meningeal Sign
Kanan

Kiri

Kaku kuduk

(-)

Neck sign

(-)

(-)

Cheek sign

(-)

(-)

Simphisis sign

(-)

(-)

Laseque

(-)

(-)

Kerniq

(-)

(-)

Nyeri

(+)

(+)

Suhu

Tidak dilakukan

Taktil

(+)

Tes Sensibilitas

(+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil

Hasil

AL

6,69 (4,5-11 x 103)

AT

AE

4,63 (4,5-5,5 x 106)

MCV

270 (150-450 x
103)
80,2 (85-100)

HB

12,9 (14-18)

MCH

27,9 (28-31)

MCHC

34,7 (30-35)

HMT 37,1 (40-54)

SGOT : 11 u/e ( N: <31), SGPT : 14 u/e (N: <32)


Elektrolit :
Natrium: 138 mml/e (135-155)
Kalium : 3,8 mml/e (3,6-5,5)
Chlorida : 105 mmol/l (95-108)
Kalsium ; 8,5 mg/% (8,1-10,4)
Pemeriksaan Foto SPN 2 posisi, kondisi foto cukup. Hasil:
Tak tampak opasitas di sinus maksillaris dextra et sinistra,
sinus frontalis dan ethmoidalis
Concha nasalis bilateral relative membesar
Tampak deviasi septum nasi ke dextra
Sistema tulang yang tervisualisasi tampak intact

Tampak anlarge gigi molar dextra et sinistra aspek inferior


posisi impacted
Kesan : Anlarge M3 dextra et sinistra aspek inferior impacted
Tak tampak gambaran sinusitis maupun deviasi septum nasi

DIAGNOSIS BANDING :
Cephalgia primer et causa Type tension Headache, Cephalgia
primer et causa migraine, cephalgia primer et causa cluster
headache, cephalgia et causa sinusitis, cephalgia sekunder
DIAGNOSIS KERJA :
Cephalgia kronis et causa migrain tanpa aura

PENATALAKSANAAN
Infus RL 20 tpm + extra kaltrofen drip 1 A
Injeksi citicolin 2x250 mg
Infus manitol 6x25 cc
Po:
Mefenamic Acid 350 mg
Diazepam 0,1 mg
1-0-1
Ikalep 1-0-1
Clobazam 0-0-1
Piracetam 800 mg 3/5 1-0-1
Ranitidin 1/2 -0-1/2
Ericaf 1/2 -0-0

BAB II
Sakit kepala bisa merupakan keluhan primer atau sekunder
Primer = sakit kepala merupakan diagnosis utama, bukan
disebabkan karena adanya penyakit lain
Sekunder = sakit kepala merupakan gejala ikutan karena
adanya penyakit lain, hipertensi, radang sinus,
premenstrual disorder, dll.

Klasifikasi sakit kepala menurut International Headache Society


A. Sakit kepala primer
Migrain
Tension-type headache
Cluster headache
Miscelllaneous headache not associated with structural lession
B. Sakit kepala sekunder
Headache associated with (HAW) head trauma
HAW vascular disorder
HAW nonvascular intracranial disorder
HAW substances or their withdrawal
HAW nonchepalic infection
HAW metabolic disorder

BERDASARKAN PERJALANAN PENYAKIT


A. Kronis
1. Migrain
2. Nyeri kepala tegang
3. Nyeri daerah tulang servikal
4. Sinusitis
5. Penyakit Gigi
6. Nyeri Kepala Cluster
B. Akut (Mendadak)
1. PSA
2. ICH
3. Infeksi (meningitis/meningoensefalitis)
4. Penyakit mata (glaukoma, iritasi akut)

C. Sub Akut
1. Massa Intrakranial : Tumor, abses
2. Neuralgia trigeminus
3. Neuralgia Glossofaringeus

Skala Verbal Derajat Keparahan Nyeri Kepala


0 : No headache : normal, tidak ada nyeri kepala
1 : Mild Headache : nyeri kepala ringan, dapat melakukan
aktivitas sehari-hari/aktifitas normal
2: Moderate headache, nyeri kepala sedeang : aktifitas
terganggu tetapi tidak sampai menghalangi kegiatan
aktifitas normal sehari-hari
3: severe headache, nyeri kepala berat, tidak dapat
melakukan/meneruskan aktifitas kerja normal sehariharinya (memerlukan istirahat tidur, perlu rawat inap di
rumah sakit)

Sakit Kepala Primer


Sakit kepala tegang otot(tension-type headache)
Sakit kepala migrain
Sakit kepala kelompok(cluster headache)

SAKIT KEPALA KETEGANGAN

Tension type headache

DEFINISI TTH
(TTH) adalah sakit kepala yang terasa seperti tekanan atau
ketegangan di dalam dan disekitar kepala.
Nyeri kepala karena tegang yang menimbulkan nyeri akibat
kontraksi menetap otot- otot kulit kepala, dahi, dan leher
yang disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium.
Nyeri ditandai dengan rasa kencang seperti pita di sekitar
kepala dan nyeri tekan didaerah oksipitoservikalis

SAKIT KEPALA TEGANG OTOT (tension-type)


Merupakan jenis yang paling banyak dijumpai,
disebabkan karena kontraksi otot di kepala
rasa nyeri tumpul yang konstan, atau perasaan
menekan yang tidak enak pada leher, pelipis, dahi, atau
di sekitar kepala, leher terasa kaku
umumnya terjadi secara bilateral (terjadi pada kedua
belah sisi pada waktu yang sama)
jarang terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi
antara umur 20 sampai 40 tahun
bisa bersifat episodik atau kronis

Disebut episodic tension-type headaches jika seseorang menderita


sedikitnya 10 kali sakit kepala yang lamanya berkisar 30 menit 7 hari,
dan terjadi kurang dari 180 kali setahun. Sakit kepalanya memiliki
sedikitnya 2 dari tanda-tanda di bawah ini :
1. Rasa menekan/berat yang berlokasi di kedua belah sisi kepala
2. Sakit dengan intensitas ringan sampai sedang
3. Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin
4. Tidak mual atau muntah
5. Mungkin sensitif terhadap cahaya atau suara, tapi tidak keduanya
Disebut chronic tension-type headache jika seseorang menderita sakit
kepala dengan frekuensi rata-rata 15 hari dalam sebulan (atau 180 hari
dalam setahun) selama 6 bulan, dan memiliki tanda-tanda seperti
episodic tension-type headache
Selain itu, pasien tidak menderita gangguan penyakit lain seperti
diperlihatkan dengan uji fisik maupun neurologis

Etiologi
Tension (keteganggan) dan stress.
Tiredness (Kelelahan) dan ansietas (kecemasan).
Lama membaca, mengetik atau konsentrasi (eye strain)
Posture yang buruk.
Jejas pada leher dan spine.
Tekanan darah yang tinggi.
Physical dan stress emotiona

Kriteria TTH Diagnostik dari IHS


Harus ada 2 diantara gejala berikut :
Menekan atau rasa kencang, (biasanya
kualitas tidak berdenyut)
Lokalisasi fronto oksipital
Bilateral intensitas ringan sampai sedang

Patofisiologi TTH
Depresi, stres, dan ansietas defisit kadar serotonin dan
noradrenalin vasokontriksi pembuluh darah ambang
nyeri stimulasi impuls nervous sistem peningkatan
kadar nor-epinefrin yang disebar ke spindel muscle
vasokontriksi nor epinefrin disebar ke pembuluh darah
stimulus cervical simpatis ganglia nyeri di sekitar
leher

Diagnosis TTH
Riwayat penyakit
Lamanya 30 menit sampai 7 hari, tidak ada nausea ataupun
muntah, tidak ada foto fobia atau fonofobia, minimum ada 10
episode nyeri kepala sebelumnya, nyeri bilateral dan oksipito
nukhal atau bifrontal, nyeri digambarkan dengan rasa penuh,
kencang, tekanan atau seperti diikat, dapat terjadi secara akut
atau dapat terjadi saat ada gangguan emosi atau kecemasan,
insomnia, tidak ada gejala prodormal, tidak diperberat dengan
aktivitas fisik

Pemeriksaan fisik
Terdapat kekakuan pada otot kranioservikalis
delapan pasang otot dan insersi tendon (yaitu: otot-otot masseter,
temporal, frontal, sternocleidomastoid, trapezius, suboccipital,
processus coronoid dan mastoid) dipalpasi. Palpasi dilakukan
dengan gerakan rotasi kecil jari kedua dan ketiga selama 4-5 detik.
Tenderness dinilai dengan empat poin (0,1,2, dan 3) di tiap lokasi
(local tenderness score); nilai dari kedua sisi kiri dan kanan
dijumlah menjadi skor tenderness total (maksimum skor 48 poin).
Penderita TTH diklasifi kasikan sebagai terkait (associated) (skor
tenderness total lebih besar dari 8 poin) atau tidak terkait (not
associated) (skor tenderness total kurang dari 8 poin) dengan
pericranial tenderness.

Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan


(neuroimaging) otak atau cervical spine, analisis CSF, atau
pemeriksaan serum dengan laju endap darah (erythrocyte
sedimentation rate), atau uji fungsi tiroid. Neuroimaging
terutama direkomendasikan untuk: nyeri kepala dengan
pola atipikal, riwayat kejang, dijumpai tanda/gejala
neurologis, penyakit simtomatis seperti: AIDS (acquired
immunodeficiency syndrome), tumor, atau neurofi
bromatosis. Pemeriksaan funduskopi untuk papilloedema
atau abnormalitas lainnya penting untuk evaluasi nyeri
kepala sekunder.

Tata laksana terapi


Terapi Non-farmakologi
melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu
sedikitnya 20 sampai 30 menit perubahan posisi tidur
pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang
lain
Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja,
menggunakan komputer, atau saat menonton televisi
Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari

Farmakologis
Analgetika : Acetaminofen, NSAID, asam mefenamat
untuk episodik THA
Antidepresan : golongan amitriptilin
Anti cemas golongan benzodiazepin untuk kronik THA
Muscle relaxan

MIGRAIN
Definisi
Migren adalah nyeri kepala heterogen dengan nyeri hebat dan
durasi lama dibandingkan dengan nyeri kepala lain.
Migrain adalah suatu kondisi kronis yang dikarakteristik oleh
sakit kepala episodic dengan intensitas sedang-berat yang
berakhir 4 sampai 72 jam (International Headache
Society).

Migrain = suatu kondisi kronis yang dikarakterisir oleh


sakit kepala episodik dengan intensitas sedang berat
yang berakhir dalam waktu 4 72 jam (International
Headache Society)
Migrain diklasifikasikan menjadi :
Migrain dengan aura (disebut "classic" migraine) 20%
Migraine tanpa aura (disebut "common" migraine) 80%
Status migraneous yang tidak sembuh sendiri

Epidemiologi Migrain
Di US, terjadi pada 18% wanita, 6% pria, 4 % anak-anak
Puncak prevalensi baik pada pria dan wanita : antara umur
25 55 th
Hormonal factors mungkin berperan menjelaskan
mengapa wanita lebih banyak menderita migrain
Anak laki-laki menderita migrain pada onset yang lebih
awal dibandingkan anak perempuan
Penderita migrain sebagian besar memiliki riwayat
keluarga migrain, dan sebagian besar juga sering
mengalami sakit kepala tegang otot

Gejala
Bervariasi antar individual maupun antara kejadian migrain pada individual
Ada lima gejala yang dapat diidentifikasi :
Prodrome: suatu rangkaian peringatan sebelum terjadi serangan meliputi
perubahan mood, perubahan perasaan /sensasi (bau atau rasa), atau lelah dan
ketegangan otot
Aura: gangguan visual yang mendahului serangan sakit kepala
Sakit kepala: umumnya satu sisi, berdenyut-denyut, disertai mual dan muntah, sensitif
terhadap cahaya dan suara. Terjadi antara 4 72 jam.
Berhentinya sakit kepala: meskipun tidak diobati, nyeri biasanya akan menghilang
dengan tidur
Postdrome: tanda-tanda lain migrain seperti tidak bisa makan, tidak konsentrasi,
kelelahan

Nyeri kepala migraine biasanya banyak terjadi disaat


pagi hari

Patofisiologi

Faktor pemicu migrain (hormonal, psikologis, lingkungan, makanan,


gaya hidup, dll) defisit kadar serotonin vasokonstriksi
iskemia diikuti periode neurogenik inflamasi di meningens dan
vasodilatasi mekanisme nyeri perifer nosiseptif aferen
teraktifasikompleks trigeminoservikal thalamus
kortekspelepasan calcitonin generelated peptide (CGRP)
vasodilator endogen kaskade arakhidonat nyeri kepala

Menurut teori/hipotesis vaskuler : aura disebabkan oleh vasokonstriksi


intraserebral diikuti dengan vasodilatasi ekstrakranial
Aura mungkin merupakan manifestasi penyebaran depresi, suatu
peristiwa neuronal yang dikarakterisir oleh gelombang penghambatan
yang menyebabkan turunnya aliran darah otak sampai 25-35 %
Nyeri disebabkan karena aktivitas sistem trigeminal yang
menyebabkan pelepasan neuropetida vasoaktif vasodilatasi, plasma
protein extravasation, dan nyeri
Aktivitas di dalam sistem trigeminal diregulasi oleh saraf
noradrenergik dan serotonergik
Reseptor 5-HT, terutama 5-HT1 dan 5-HT2 terlibat dalam
patofisiologi migrain

CLUSTER HEADACHE
Definisi
Suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari serangan yang jelas
dan berulang dari suatu sakit periorbital unilateral yang
mendadak dan parah.
Cluster headache juga dikenal sebagai sakit kepala histamine,
yaitu suatu bentuk sakit kepala neurovascular. Serangan
biasanya parah, unilateral, dan terletak di daerah periorbital.
Rasa sakit ini terkait dengan lakrimasi ipsilateral, hidung
tersumbat, injeksi konjungtiva, miosis, ptosis dan edema
kelopak mata. Sakit kepala berlangsung singkat dan
berlangsung beberapa saat sampai 2 jam.
Cluster mengacu pada pengelompokan sakit kepala, biasanya
selama beberapa ,minggu

terjadi dalam satu rangkaian,


umumnya sekitar 30-45 menit, dapat
timbul dalam beberapa kali sehari,
dan lenyap secara spontan
agak mirip dengan migrain, samasama bersifat vaskuler = disebabkan
karena aktivitas pembuluh darah
yang tidak normal
terjadi dilatasi pembuluh darah yang
berlebihan disekitar salah satu mata
Gejalanya : wajah kemerahan secara
unilateral (sebelah sisi), keluar air
mata, hidung berair

tidak ada gejala mual atau


sensitivitas terhadap cahaya,
suara, dll. spt terjadi pada
migrain
tidak bersifat herediter
pemicu utamanya adalah
alkohol dan merokok

Etiologi Cluster Headache

Penekanan nervus trigeminus akibat dilatasi pembuluh


darah sekitar, pembengkakan dinding arteri carotis interna,
pelepasan histamin, abnormalitas hipotalamus, penurunan
oksigen.
Diduga faktor pencetus cluster headache : glyceryl
trinitrat, alkohol, terpapar hidrokarbon, stres, dan panas

Patofisiologi
Vasodilatasi salah satu cabang arteri karotis
eksterna diperantarai histamin intrinsic
gangguan fisiologis otak ditandai oleh
disfungsi hipotalamus kelainan fungsi
otonom defisiensi autoregulasi dan gangguan
kemoreseptor terhadap oksigen yang turun
Batang otak yang terlibat setinggi pons dan
medulla oblongata serta nervus V, VII, IX, dan
X.

Pembagian Nyeri kepala Cluster


NK Klaster Episodik
Serangan nyeri kepala klaster yang terjadi pada periode yang
berlangsung 7 hari sampai 1 tahun, dipisahkan oleh
periode bebas nyeri yang berlangsung 1 bulan atau lebih
dalam setahun
NK Klaster kronik
Serangan nyeri kepala klaster terjadi lebih dari 1 tahun tanpa
remisi atau jika ada remisi berlangsung kurang dari 1
bulan.

Cluster Headache

Primer
- Nyeri Unilateral orbital
- Supraorbital, temporal
- Berlangsung 15-180 menit
- Episodik bisa berulang
Sekunder
Injeksi konjungtiva, lakrimasi
Kongesti nasal. Rinore
Kening dan wajah berkeringat
Miosis, ptosis
Edem di daerah kelopak mata

Terapi Cluster Headache


Oksigen : inhalasi okigen, kadar 100%,
sebanyak 10-12 liter/menit selama 15 menit
Triptan : sumatriptan 6 mg subkutan, 20 mg
intranasal, zolmitriptan 5 mg intranasal
Dihidroergotamin 1 mg intramuscular
Lidokain tetes hidung topical lidocain dapat
digunakan dan dosisnya 1 ml lidokain 4% yang
dapat diulang setelah 15 menit

Pengobatan Pencegahan
Verapamil dimulai dengan dosis 80 mg 3x sehari, dosis
harian dilakukan secara bertahap dari 80 mg setiap 10-14
hari. Dosis ditingkatkan sampai serangan cluster
menghilang, dosis maksimum 960 mg per hari
Kortikosteroid/prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama 4
hari yang diturunkan secara bertahap selama 3 minggu mg
Lithium karbonat dengan dosis 600-900 perhari dalam
dosis terbagi
Topiramat dengan dosis sebesar 100-200 mg/hari

Diagnosis

Primary
Headache only

Primary and
Secondary

Temporal relation of
the other disorder to
headache worsening

Loose

Close

Degree of worsening

Slight

Marked

Evidence disorder
causes secondary
headaches

Weak

Strong

Other disorder
eliminated

Headache
unchanged

Headache
improves

5. Headache attributed to
head and/or neck trauma
5.1 Acute post-traumatic headache
5.2 Chronic post-traumatic headache
5.3 Acute headache attributed to whiplash injury
5.4 Chronic headache attributed to whiplash injury
5.5 Headache attributed to traumatic intracranial
haematoma
5.6 Headache attributed to other head and/or neck
trauma
5.7 Post-craniotomy headache
ICHD-II. Cephalalgia 2004; 24 (Suppl 1)

International Headache Society 2003/4

6. Headache attributed to cranial


or cervical vascular disorder
6.1 Headache attributed to ischaemic stroke or
transient ischaemic attack
6.2 Headache attributed to non-traumatic intracranial
haemorrhage
6.3 Headache attributed to unruptured vascular
malformation
6.4 Headache attributed to arteritis
6.5 Carotid or vertebral artery pain
6.6 Headache attributed to cerebral venous thrombosis
6.7 Headache attributed to other intracranial vascular
disorder
ICHD-II. Cephalalgia 2004; 24 (Suppl 1)

International Headache Society 2003/4

BAB III
Masalah yang dikaji
Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini?
Analisis masalah
Pasien ini didiagnosis cephalgia kronis karena :
Anamnesis : pasien mengalami nyeri kepala lebih dari 3 bulan
dan nyeri kepala tersebut hilang timbul. Nyeri kepala bedenyut
satu sisi sebelah kanan, nyeri kepala berdenyut terasa hingga 2
jam. Pasien mengaku nyeri kepala berdenyut akan terasa bila
pasien dalam keadaan marah. Saat masuk RS pasien sedang
mengalami menstruasi hari kedua dan sering marah oleh karena
keinginannya tidak terpenuhi.

Pemeriksaan fisik :
Dari pemeriksaan fisik pasien tidak mengalami gangguan
visual, sensasi abnormal pada kulit, lakrimasi (-/-), nyeri
tekan sinus maksilaris (-/-), nyeri tekan sinus frontalis (-),
nyeri tekan sinus ethmoidalis (-/-), sulit bicara (-/-),
kelemahan otot (-/-), kekakuan otot oksipitoservikalis (-/-).
Sehingga diagnosis banding tension headache, sinusistis,
migraine dengan aura, cluster headache, dapat
disingkirkan.

DAFTAR PUSTAKA
Susanto, F. 2014. Peranan CT Scan dalam Diagnosis Nyeri Kepala
Kronis. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran
Olesen J. The International Classification of Headache Disorders,
2nd Edition: Application to Practice. Functional Neurology. 2005;
20(2): 61-8.
Evans RW. Diagnostic Testing for Chronic Daily Headache. Current
Pain and Headache Reports. 2007;11: 47-52.
Loder E, Rizzoli P. Tension-type headache. BMJ 2008;336:88-92.
Bendtsen L, Evers S, Linde M, et al. EFNS (European Federation of
Neurological Societies) guideline on the treatment of tension-type
headache: report of an EFNS task force. Eur J Neurol
2010;17(11):1318-25.

Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai