2
2
2
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Pengetahuan Umum Rail Bus
Rail bus merupakan alat transportasi sejenis kereta api yang beroperasi pada
jalur pendek. Untuk penggunaan dari Rail bus ini ditujukan untuk jalur-jalur
padat, misalnya jalur bandara menuju terminal. Selain itu juga rail bus bisa
digunakan sebagai alat transportasi pelajar atau mahasiswa dalam beraktivitas.
Spesifikasi teknis Railbus meliputi desain dan manufaktur kereta diesel
elektrik. Rangkaian kereta dirancang untuk dapat beroperasi dengan aman pada
rel dengan lebar jalan rel 1067 mm dengan kecepatan maksimum operasi 60
km/jam. Satu rangkaian kereta terdiri dari 2 kereta motor dan 2 kereta penumpang
dengan sumber daya utama berasal dari 2 (dua) buah diesel generator set. Kabin
masinis terdapat pada setiap ujung kereta pengendali yang diletakkan di kedua
ujung kereta. Material yang digunakan pada kereta tersebut adalah material
berkualitas baik dari sifat-sifat fisik dan komposisi kimia, mengacu pada standarstandar yang berlaku. Instalasi dan konstruksi utama dirancang untuk tahan karat.
Toleransi dimensional mengacu pada standar-standar yang berlaku.
Semua pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi ini dilakukan dengan
kualitas pengerjaan yang baik. Setiap kegiatan rancang bangun yang dilakukan
mengacu pada standar-standar manufaktur. Semua kegiatan yang berhubungan
dengan proyek ini dikerjakan sesuai dengan sistim manajemen mutu ISO9001.
Berikut ini adalah peraturan dan standard yang dapat dijadikan acuan :
ISO
JIS
UIC
IEC
DIN
BS
British Standards
AAR
SII
11
Kereta penumpang
: 1067 mm
: 150 m
Cabang/Depo
: 80 m
: 14 ton
3. Kondisi Lingkungan
a. Kelembaban relatif
Musim kemarau
4. Lain-lain
a. Rancang bangun kereta dilakukan sedemikian rupa untuk mendapatkan
performansi yang baik berkaitan dengan sistem operasi, termasuk lintasan,
persinyalan dan sistem telekomunikasi.
b. Kereta dirancang dengan sistem trainset.
Dimensi utama dan performansi dari rail bus adalah :
Dimensi Utama
a. Panjang total badan kereta
TMEc
T
b. Lebar badan kereta
11.500 mm
:
10.500 mm
2.800 mm
11
2.880 mm
3.440 mm
5.000 mm
775+10/-0 mm
g. Diameter roda
- Maksimum
774 mm
- Minimum
694 mm
1.150 mm
Akomodasi
Kapasitas tempat duduk untuk setiap kereta adalah sebagai berikut :
Beban normal
Duduk
Berdiri
Total
28
28
TMEc
T
40
40
maksimum
17
ton
- TMEc
maksimum
14
ton
Performansi
- Kecepatan operasi maksimum 60 km/jam
- Percepatan pada tanjakan 0 0/00, beban kondisi normal adalah 0,35 m/det2.
Percepatan konstan pada kecepatan 0 s.d 18 km/jam.
- Perlambatan pada tanjakan 0 0/00, beban kondisi normal : 0,8 m/det2.
Komponen-komponen utama dari rail bus adalah :
a. Rangka dasar
Rangka dasar dibuat dari baja Corten (mild steel) . Rangka dasar terdiri dari
beberapa sub rakitan, yaitu:
Centre sill merupakan profil dengan penampang, U tanpa sambungan dari
ujung depan hingga ujung belakang (antar bolster).
Bolster terbuat dari pelat baja fabrikasi.
Cross member terbuat dari profil penampang- berbentuk U.
11
11
Permodelan
Meshing Model
Input Parameter
( Pembebanan )
Solution
Tidak
Model dan Deformasi
Underframe
Ya
Review Hasil
Finish
Gambar 5. Diagram alir metodologi program software ANSYS 10.0
11
Tegangan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tegangan
normal dan tegangan geser. Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja secara
tegak lurus pada permukaan benda. Tegangan ini dinotasikan dengan . Tegangan
geser adalah tegangan yang bekerja sejajar dengan permukaan benda. Tegangan
ini disimbolkan dengan .
3.3.1 Kondisi tegangan pada suatu titik
Kondisi tegangan pada suatu titik dimaksudkan sebagai suatu definisi atau
informasi lengkap mengenai besar dan arah tegangan pada suatu titik meliputi
semua bidang yang melalui titik tersebut. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan
suatu elemen kubus yang mempunyai tegangan normal dan tegangan geser pada
ketiga bidang yang melalui suatu titik.
11
ij = xy yy zy ......................................................................................(1)
zx zy zz
Indeks pertama menyatakan bidang tempat tegangan tersebut bekerja, dan indeks
kedua menyatakan arah tegangan tersebut. Tegangan dengan indeks pertama dan
kedua sama merupakan tegangan normal, sedangkan yang indeksnya berlainan
merupakan tegangan geser. Tegangan normal berharga positif, bila merupakan
tegangan tarik dan bertanda negatif bila merupakan tegangan kompresi. Untuk
tegangan geser berharga positif bila mempunyai kecenderungan memutar elemen
kubus searah jarum jam dan bertanda negatif bila cenderung memutar elemen
kubus berlawanan arah jarum jam.
3.3.2 Tegangan Prinsipal
Tegangan prinsipal adalah tegangan yang bekerja pada daerah prinsipal
dimana tegangan geser berharga nol dan hanya tegangan normal saja yang
bekerja. Arah tegangan utama disebut arah prinsipal.
Untuk titik yang mendapat tegangan dua dimensi, artinya z = xz = yz = 0
maka sumbu prinsipal ketiga dianggap berhimpit dengan sumbu z dan dengan
demikian harga tegangan ke arah sumbu prinsipal ketiga akan sama dengan
tegangan ke arah sumbu z yang berharga nol (3 = z = 0 ). Hal ini dapat
digambarkan seperti pada gambar (2.a) dan dapat disederhanakan lagi menjadi
seperti pada gambar (2.b). Jika sumbu xy diputar terhadap sumbu z sebesar sudut
dan melalui titik O dibuat bidang oblique ( bidang miring sembarang) yang
mempunyai normal n (sama dengan arah x) seperti pada gambar (2.c).
11
x '=
x + y
x' y' =
y x
2
x y
2
Untuk mencari arah tegangan prinsipal maka sesuai definisi di atas bahwa
tegangan gesernya harus sama dengan nol maka dari persamaan (5) didapatkan :
1 sin 2
sin cos
= 2
=
2
2
cos 2
cos sin
2 xy
x y
tan 2 ...............................(7)
................................................................................(8)
Persamaan (8) bila dianalogkan dengan suatu segitiga dengan dalil phytagoras
maka :
11
sin 2 =
xy
x y
x y
cos 2 =
x y
+ xy 2
.........................................................(9)
2
+ xy
.........................................................(10)
Harga harga ini disubstitusikan ke persamaan (4) dan (5) sehingga didapatkan
tegangan prinsipal sebagai berikut :
1, 2
x y x y
=
2
2
2
+ xy
..............................................(11)
11
( x ).1 xy .m zx .n = 0
arah x
xy .1 + ( y ).m zy .n = 0 arah y
xz .1 yz .m + ( y ).n = 0 arah z
L,m, dan n berturut turut adalah cosinus sudut antara n dengan sumbu x, y, z.
Penyelesaian persamaan persamaan tersebut diperoleh dengan membuat
determinan dari koefisien koefisien l, m, n sama dengan nol.
( x )
D = xy
xz
xy
( y )
yz
xy
zy = 0 .................................................(12)
( z )
.............................................................(13)
I1 = x + y + z
I2 = xy + yz + zx - xy2 + yz2 + zx2
I3 = xyz + 2xy yz zx - x yz2 - y zx2 - z yx2
Akar akar dari persamaan ini merupakan tegangan tegangan utama (1,2,3)
dimana 1 > 2 > 3.
3.4 Teori Kegagalan
3.4.1
maksimum yang terjadi melewati harga tegangan geser yang diijinkan material.
max < Sys/N
atau
11
2
( 1 2 ) 2 + ( 2 3 ) 2 + ( 3 1 ) 2
2
...................................(15)
atau
Sy =
2
( x y ) 2 + ( y z ) 2 + ( z x ) 2 + 6 xy 2 + yz 2 + zx 2
2
)]
......(16)
Suku di sebelah kanan dari persamaan (15) dan (16) disebut juga sebagai tegangan
equivalen e.
11