Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kesehatan merupakan anugerah Tuhan yang sangat berharga bagi
manusia karena dengan keadaan yang sehat, manusia dapat melakukan
aktivitas dalam kehidupannya. Memang, kesehatan bukanlah segalanya,
tetapi tanpa kesehatan segalanya tiada artinya. Oleh karena itu hendaknya
manusia selalu memelihara kesehatannya. Dewasa ini, masalah kesehatan
menjadi salah satu perhatian utama bagi masyarakat. Banyaknya kasus
mengenai berbagai penyakit yang timbul membuat masyarakat lebih
memperhatikan masalah kesehatan. Jika semula kebutuhan akan kesehatan
lebih dititikberatkan pada upaya penyembuhan, kini telah berangsurangsur berkembang menuju upaya kesehatan yang menyeluruh, yakni
berupa upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif). Adanya perubahan pandangan masyarakat akan kebutuhan
kesehatan tersebut, menuntut peran serta yang lebih besar bagi para tenaga
kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
Farmasis, sebagai salah satu tenaga kesehatan diharapkan ikut
berperan serta terutama mengenai masalah obat dan perbekalan kesehatan.
Peran serta farmasis ini dapat dilakukan di berbagai bidang / sarana
kesehatan, salah satunya adalah di apotek. Apotek merupakan tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan
perbakalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian
yang dimaksud dalam hal ini adalah penjaminan mutu sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya, yang dimulai dari proses pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian obat termasuk juga pelayanan obat atas
resep dokter dan pelayanan informasi obat.
Peran serta apotek dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek
pelayanan kefarmasian dan aspek manajerial apotek. Aspek pelayanan

kefarmasian berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan apotek


kepada masyarakat. Sedangkan aspek manajerial berkaitan dengan
pengelolaan apotek sehingga apotek dapat terus tumbuh dan berkembang.
Dalam hal aspek manajerial apotek, selain masalah pengelolaan
administrasi dan keuangan yang baik, masalah pemilihan lokasi berdirinya
apotek juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Karena pemilihan lokasi
apotek dapat menentukan perkembangan suatu apotek. Suatu apotek
hendaknya berdiri di tempat yang banyak di ketahui oleh masyarakat atau
dekat dengan sarana pelayanan publik, misalnya didekat pasar, terminal,
rumah sakit dan sebagainya. Selain itu apotek juga harus mudah dijangkau
dan diakses oleh masyarakat sebagai konsumen apotek.
1.2.

Visi dan Misi Apotek


A. Visi Apotek
Apotek diharapkan menjadi sebuah unit pelayanan kesehatan yang
terpercaya bagi masyarakat dengan memberikan pelayanan yang bermutu
dan menyediakan obat dan perbekalan kesehatan yang lengkap dengan
harga yang terjangkau.
B. Misi Apotek
a. Apotek merupakan sarana pendistribusian sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang terjamin mutunya dengan harga yang
terjangkau bagi masyarakat.
b. Menjadikan apotek sebagai tempat pelayanan kefarmasian yang
berdasarkan prinsip pharmaceutical care.
c. Menjadikan apotek sebagai rujukan bagi masyarakat dalam
memperoleh pelayanan dan informasi obat.
d. Menjadikan apotek sebagai unit usaha yang dapat terus tumbuh
dan berkembang sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi
anggotanya.

1.3.

Tujuan dan Manfaat Apotek


A. Tujuan Umum
Apotek merupakan sarana kesehatan yang menjadi tempat
pengabdian profesi bagi farmasis sekaligus sebagai unit usaha dengan
memberikan jaminan mutu terhadap pelayanan kefarmasian yang
berdasarkan pharmaceutical care.
B. Tujuan Khusus
Apotek

sebagai sarana pengabdian profesi apoteker dimana

dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi


kepada masyarakat baik melalui resep maupun swamedikasi secara tepat
dan terjamin kualitasnya. Apotek sebagai wadah dalam praktek
pharmaceutical care demi kesejahteraan pasien dengan menggunakan
rasionalitas penggunaan obat (tepat, aman, efektif dan terjangkau) dalam
pelayanan demi peningkatan kualitas hidup pasien. Apotek sebagai sarana
yang dapat ikut serta meningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang penggunaan obat dan perbekalan farmasi lainnya secara rasional
yang aman, tepat dan cost effective. Apotek sebagai tempat berwirausaha
dan mengembangkan usaha.
C. Manfaat Pendirian Apotek
a. Aktualisasi profesi farmasi di masyarakat dengan melakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarakat.
b. Peningkatan kesejahteraan pasien melalui praktek pharmaceutical
care dengan mengutamakan rasionalitas penggunaan obat (tepat,
efektif, aman dan terjangkau) dalam pelayanannya.
c. Peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang
penggunaan obat dan perbekalan farmasi lainnya.
d. Tersedianya obat dan perbekalan farmasi lainnya yang terjamin
mutu dan kualitasnya dengan harga yang terjangkau.
e. Sebagai wadah berwirausaha untuk pencapaian kesejahteraan dan
tumbuh kembang apotek.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi Apotek
Apotek merupakan suatu tempat tertentu, di mana dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Jika merujuk kepada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin
apotek. Pemerintah melalui Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah
menetapkan konsekuensi dari izin yang telah diberikan pemerintah kepada
seorang apoteker yakni wajib untuk menjalankan praktik kefarmasian pada
saat jam buka apotek.

2.1.1. Perlengkapan Apotek


Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain :
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan,
mortir, gelas, ukur dll. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan
perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan lemari pendingin.
b. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
c. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan
beracun.
d. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta
kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
apotek.
e. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan
resep dan lain lain.
2.1.2. Prosedur Perizinan Apotek
Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker pengelola apotek (APA)
yang bekerjasama dengan pemilik sarana harus mempersiapkan tempat,
perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya. Surat Izin
Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada

apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk


membuka apotek di suatu tempat tertentu.
Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

wajib

melaporkan

pelaksanaan

pemberian

izin,

pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun
kepada Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi.
Sesuai

dengan

Keputusan

MenKes

RI

No.

1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Ketentuan dan Tata Cara


Pemberian Izin Apotek, yaitu :
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
selambat-lambatnya 6 hari setelah menerima permohonan dapat
meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan
kegiatan.
b. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM
selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari
Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

melaporkan

hasil

pemeriksaan.
c. Dalam hal pemeriksaan dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan.
Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan
kegiatan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.
d. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan
sebagaimana ayat (3) atau persyaratan ayat (4), Kepala Dinas
Kesehatan setempat mengeluarkan surat izin apotek.
e. Dalam hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan setempat atau Kepala
Balai POM dimaksud (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas

Kesehatan setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan surat


penundaan.
f. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6), apoteker diberikan
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal surat
penundaan.
g. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan
sesuai pasal (5) dan atau pasal (6), atau lokasi apotek tidak sesuai
dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Dinas setempat
dalam jangka waktu selambat lambatnya 12 hari kerja wajib
mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan alasannya.
2.2.

Tugas Pokok dan Fungsi Apotek


Tugas dan fungsi apotek menurut Permenkes No. 25 tahun 1980
adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan
obat atau bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.3.

Personalia Apotek
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan suatu apotek adalah
sebagai berikut :
a. Apoteker pengelola apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi
surat izin apotek (SIA).
b. Asisten apoteker (AA) adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker.

2.4.

Pelayanan Apotek
Pelayanan apotek berdasarkan PERMENKES No. 922/Menkes/
PER/X /1993 meliputi :
a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan
sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek sesuai
dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat.
b. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis di
dalam resep dengan obat paten.
c. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam
resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan
obat yang lebih tepat.
d. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan
penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien dan informasi
penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan
masyarakat.
e. Apabila Apoteker menganggap bahwa resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan
kepada dokter penulis resep dan apabila dokter tetap pada
pendiriannya,

dokter wajib menyerahkan secara

tertulis

atau

membutuhkan tanda tangan.


f. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker
g. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun.
h. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut perundang undangan yang berlaku.
i. Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping atau apoteker
pengganti diizinkan untuk menjual obat keras yang dinyatakan sebagai
Daftar Obat Wajib Apotek (OWA) tanpa resep.

j. Apoteker pengelola apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan


kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping atau apoteker
pengganti di dalam pengelolaan Apotek.
k. Pengalihan tanggung jawab kepada apoteker pengganti, wajib
dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi
lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika dengan berita acara.
l. Apotek melayani resep yang mengandung narkotika dan psikotropika.
Berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal POM No. 236/E/SE/1997
disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang
mengandung narkotika walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian
atau belum dilayani sama sekali. Apotek boleh membuat salinan resep
tetapi salinan tersebut hanya dilayani di apotek yang menyimpan resep
aslinya. Salinan dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani sama sekali. Dalam undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang
psikotropika, disebutkan bahwa psikotropika adalah zat atau obat
bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis yang bersifat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku pemakainya.
m. Selain melayani resep, apotek juga melayani pembelian obat tanpa
resep, yang meliputi obat obatan dari golongan obat bebas, obat
bebas terbatas, maupun obat keras yang bisa diserahkan tanpa resep
dokter oleh apoteker yang termasuk Obat Wajib Apotek (OWA).
Dalam

rangka

meningkatkan

kemampuan

masyarakat

dalam

melakukan pengobatan terhadap penyakit ringan maka apotek dituntut


untuk menyediakan informasi tentang penggunaan obat yang tepat dan
rasional. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal tersebut
diperlukan peran serta apoteker di apotek untuk memberikan
pelayanan informasi obat.

2.5.

Pengelolaan Apotek
Berdasarkan pelaturan pemerintah no.25 tahun 1980 apotek dapat
diusahakan oleh :
a. Lembaga atau intansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di
pusat atau di daerah.
b. Perusahaan milik Negara yang di tujukan oleh Negara.
c. Apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin
kerja dari Mentri Kesehatan.

2.5.1. Bidang Pelayanan Kefarmasian


Berdasarkan

peraturan

Menteri

Kesehatan

No.

922/menkes/per/X/1993 pengelolaan Apotek meliputi:


a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan perubahan bentuk, pencampuran
penyimpanan dan penyaluran obat atau bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan
farmasi lainnya.
c. Pelayanan informasi perbekalan farmasi meliputi:
1) Pelayanan tentang obat kepada dan perbekalan farmasi lainnya
kepada masyarakat.
2) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, efek
samping, mutu obat, dan yang lainnya
2.5.2. Bidang Administrasi dan Keuangan
Dalam kepmenkes No. 278/Menkes/SK/1981 bab 5 pasal 13
perbekalan administrasi yang harus di sediakan di apotek adalah :
a. Blangko pesanan obat.
b. Blangko kartu stok obat.
c. Blangko salinan resep.
d. Blangko faktur dan blangko nota penjualan.
e. Buku pembellian dan penerimaan serta buku penjualan dan pengiriman
obat.
f. Buku yang berhubungan dengan pembukuan keuangan.
g. Buku pencatatan obat narkotika dan psikotropika.
h. Buku pemesanan obat narkotika dan psikotropika.
9

i. Format laporan obat narkotika dan psikotropika.


j. Alat tulis dan kertas sesuai denagan kebutuhan.
k. Buku pencatatan penyerahan obat tanpa resep dokter.

BAB III

10

PEMBAHASAN
3.1.

Studi Kelayakan
Sebelum suatu apotek didirikan, perlu dilakukan studi kelayakan
terlebih dahulu untuk menganalisa apakah lokasi tersebut cukup layak atau
mampu bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis. Dalam hal
pemilihan lokasi apotek hendaknya mempertimbangkan keadaan sekitar,
misalnya adanya sarana kesehatan baik rumah sakit ataupun praktek
dokter. Selain itu hendaknya dipilih daerah yang dekat dengan pusat
keramaian seperti pasar atau terminal dan juga pemukiman penduduk.
Diharapkan dengan lokasi yang strategis, apotek dapat berkembang
dengan baik.

3.2.

Gambaran Wilayah Kerja Apotek


Apotek yang akan didirikan bernama Apotek Sejahtera dengan
lokasi di daerah terminal Sei Kunjang Samarinda karena merupakan
daerah strategis yang ramai dikunjungi dan letaknya berdekatan dengan
jalan raya. Di samping itu belum ada apotek yang didirikan di daerah
tersebut sehingga potensi usaha masih sangat besar. Apotek Sejahtera
menerima resep dari dokter mana saja dan bekerja sama dengan dokter
gigi.

3.3.

Produk
Apotek Sejahtera merupakan bidang usaha yang menghasilkan
produk dan jasa yang saling terkait. Apotek Sejahtera berusaha
menyediakan produk yang terjamin kualitasnya selain juga memberikan
pelayanan berupa konseling dan informasi mengenai obat dan perbekalan
farmasi lainnya kepada masyarakat. Dalam usaha menyediakan produk,
perlu dipertimbangkan kebutuhan masyarakat sekitar yang didasarkan
pada

pola

penyakit

yang

terjadi,

musim

yang

mempengaruhi

perkembangan suatu penyakit, iklan yang sedang marak atau juga


kebutuhan masyarakat pada waktu-waktu tertentu.
3.4.

Harga

11

Apotek Sejahtera berusaha memberikan harga yang wajar dan


terjangkau oleh masyarakat. Harga ini sangat berperan dalam menarik
minat masyarakat untuk membeli obat di apotek. Selain itu yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan harga di Apotek Sejahtera antara lain :
tingkat ekonomi masyarakat, harga pembelian obat, beban usaha apotek,
harga obat di apotek lain.
3.5.

Promosi
Promosi merupakan cara untuk memperkenalkan apotek kepada
masyarakat. Karena Apotek Sejahter merupakan apotek yang baru berdiri,
maka keberadaan Apotek Sejahtera belum diketahui banyak orang
sehingga promosi sangat diperlukan agar masyarakat mengetahui
keberadaan apotek. Cara-cara yang ditempuh Apotek Sejahtera dalam
melakukan promosi antara lain : membuat papan nama apotek yang dapat
menarik perhatian pejalan kaki, menyebarkan leaflet kepada masyarakat
sekitar

3.6.

Personal
Sumber daya manusia merupakan salah satu modal penting dalam
pengelolaan apotek. Pemilihan SDM yang ramah, tanggap dan ahli
dibidangnya serta bertanggung jawab dapat mendukung keberhasilan
apotek. Penentuan jumlah tenaga yang dibutuhkan, dilakukan dengan
mempertimbangkan anggaran serta kemampuan dalam memberikan
pelayanan. Apotek Sejahtera mempunyai 4 SDM yang terdiri dari seorang
apoteker pengelola apotek (APA) yang merupakan penanggung jawab
seluruh kegiatan di apotek, seorang asisten apoteker (AA) yang membantu
apoteker dalam memberikan pelayanan dan 2 orang karyawan yang
membantu apoteker dalam bidang administrasi.

3.7.

Proses
Proses merupakan kinerja Apotek untuk mencapai tujuannya.
Proses ini meliputi perencanaan pengadaan yang tepat dan efisien, sistem
administrasi yang baik, penyimpanan dan pendistribusian yang tepat serta

12

pelayanan yang bermutu, dimana semua proses tersebut didasarkan pada


Standart Operational Prosedur (SOP).
3.8.

Penampilan
Penampilan fisik suatu apotek mempunyai peran yang cukup besar
untuk menimbulkan kesan bagi masyarakat dan untuk menarik minat
masyarakat untuk masuk dan membeli kebutuhan perbekalan kefarmasian.
Oleh karena itu Apotek Sejahtera berusaha untuk menampilkan sesuatu
yang menarik bagi masyarakat, antara lain dengan adanya ruang tunggu
yang nyaman, tempat pelayanan yang nyaman, desain penataan obat yang
menarik pasien, kebersihan yang terjaga, penerangan yang cukup, adanya
fasilitas penunjang seperti televisi dan koran/majalah.

3.9.

Bangunan
Apotek Sejahtera didirikan di atas lahan dengan luas bangunan 5 m
x 14 m. Bangunan tersebut terdiri dari beberapa bagian antara lain :
a. Ruang tunggu
b. Ruang pelayanan yakni tempat penerimaan resep, pembayaran,
penyerahan obat dan konseling
c. Ruang peracikan dan penyimpanan obat
d. Tempat pencucian alat (wastafel)
e. Toilet
f. Musholla
Bangunan apotek dicat dengan warna putih dengan dinding
keramik dan juga lantai keramik yang berwarna putih.

3.10.

Kelengkapan Bangunan
Sarana penunjang kegiatan di apotek dilengkapi dengan :
a. Sumber air bersih
b. Penerangan yang cukup
c. Alat pemadam kebakaran
d. Ventilasi bangunan yang baik
e. Sanitasi lingkungan yang baik

13

3.11.

Identitas Apotek
Apotek Sejahtera mempunyai 2 macam identitas apotek, yaitu :
Identitas di luar berupa neon box dan identitas di dalam berupa papan
nama yang dipasang di ruang tunggu.

3.12.

Perlengkapan dan Peralatan Apotek


Perlengkapan yang disediakan sebagai penunjang kegiatan apotek
antara lain :
a. Perlengkapan dan alat untuk perbekalan farmasi, terdiri dari ;
1)
2)
3)
4)

Lemari kaca untuk obat-obat OTC dan komoditas lainnya


Lemari kayu untuk menyimpan obat
Lemari khusus tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika
Lemari pendingin

b. Perlengkapan kegiatan administrasi dan pelayanan


1)
2)
3)
4)
5)
6)

Tempat penerimaan resep dan pembayaran


Tempat penyerahan obat dan KIE
Meja kursi untuk kegiatan administrasi
Tempat penyimpanan arsip-arsip dan buku-buku penunjang
Tempat penyimpanan persediaan peralatan apotek
Telepon

c. Perlengkapan dan alat peracikan


1)
2)
3)
4)

Meja dan kursi peracikan


Timbangan dan anak timbangan
Mortir dan stamper
Saringan, sudip dan kuas

d. Wadah pengemas dan pembungkus


1) Etiket
2) Kertas perkamen
3) Plastik pengemas dan pembungkus
e. Alat administrasi
1)
2)
3)
4)
5)

Blanko surat pesanan obat, narkotika dan psikotropika


Blanko salinan resep
Blanko kuitansi
Blanko kartu stok obat
Dokumen laporan penggunaan narkotika, psikotropika dan obat
generik

14

6) Buku-buku administrasi (buku pembelian, buku penerimaan obat,


buku pembukuan keuangan, buku pencatatan narkotika dan
psikotropika)
f. Fasilitas penunjang
1) Kursi untuk ruang tunggu
2) Televisi dan radio
3) Kipas angin
g. Buku-buku penunjang
1) Farmakope Indonesia Edisi IV
2) Buku peraturan perundang-undangan tentang apotek
3) ISO dan MIMS
3.13.

Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan


Apotek Sejahetra menyediakan berbagai macam sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan, antara lain :
a. Obat bebas dan bebas terbatas
b. Obat keras, psikotropika dan narkotika
c. Obat tradisional (jamu, herbal terstandar, fitofarmaka)
d. Alat kesehatan
e. Lain-lain seperti susu, suplemen, dsb

BAB IV
ANALISA KEUANGAN
4.1.

Alokasi Dana Pembangunan Apotek


a. Biaya pembelian bangunan : Rp. 124.000.000,-

15

b. Biaya renovasi bangunan : Rp. 38.000.000,c. Biaya peralatan apotek


1)
2)
3)
4)

etalase kaca : Rp. 5.500.000,kursi tunggu : Rp. 800.000,neon box : Rp. 500.000,lampu : Rp. 500.000,-

d. Biaya perlengkapan apotek


1) kuitansi, nota, copy resep, kartu stok, SP : Rp. 550.000,2) etiket dan plastik pembungkus : Rp. 300.000,3) buku-buku dan alat tulis : Rp. 150.000,e. Biaya perijinan : Rp. 800.000,f. Biaya persediaan obat : Rp. 68.000.000,- sampai Rp.126.000.000,4.2.

Rencana Pembiayaan (1 tahun)


a. Biaya gaji tetap
1) Gaji apoteker : 12 x Rp. 4.000.000,- = Rp. 48.000.000,2) Gaji AA : 12 x Rp. 1.800.000,- = Rp. 21.600.000,3) Gaji karyawan (2 orang) : 12 x Rp. 1.200.000,- = Rp. 14.400.000,b. Beban biaya tetap
1)
2)
3)
4)

Biaya listrik, air, telepon : 12 x Rp. 600.000,- = Rp. 7.200.000,Biaya PBB = Rp. 250.000,Biaya pajak reklame = Rp. 100.000,Biaya suplai apotek : 12 x Rp. 80.000,- = Rp. 960.000,-

c. Biaya penyusutan
1)
2)
3)
4)
4.3.

Biaya penyusutan pembelian bangunan (5 %) = Rp. 6.200.000,Biaya penyusutan renovasi (5 %) = Rp. 1.900.000,Biaya penyusutan peralatan apotek (20 %) = Rp. 1.460.000,Biaya penyusutan perijinan (30 %) = Rp. 240.000,-

Perkiraan Pendapatan (1 tahun)


a. Target Pendapatan per hari
1)
2)
3)
4)

Resep masuk perhari 5 lembar @ Rp. 50.000, = Rp. 250.000,Penjualan non resep = Rp. 4.500.000,Target total penjualan per hari = Rp. 4.750.000,Target total penjualan selama sebulan = 30 x Rp. 4.750.000,- = Rp.

142.500.000,5) Target total penjualan selama setahun = 12 x Rp. 142.500.000,- =


Rp. 1.710.000.000,4.4.

Analisa Laba
16

Modal :
a.
b.
c.
d.
e.

Modal tetap = Rp. 30.000.000


Perlengkapan Apotek = Rp. 7.300.000
Biaya perizinan = Rp. 800.000;
Modal Operasional = Rp. 85.000.000;
Cadangan modal = Rp. 20.000.000;
Total Modal = Rp. 143.100.000;

Perkiraan Laba / Rugi


Pendapatan I tahun = Rp. 1.710.000.000;
Pengeluaran I tahun = Rp. 102.300.000; Laba sebelum pajak = Rp. 100.000.000;
Pajak pendapatan (10%) = Rp. 15.000.000; Laba netto = Rp. 85.000.000;

17

Anda mungkin juga menyukai