Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Suku / Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No. Register Pasien
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksa
Rumah Sakit

: Ny.VR
: Perempuan
: 09-06-1991 / 24 tahun
: Islam
: Bugis
: Mahasiswa
: Jl. IR. Deng Tata
: 698358
: 2 Maret 2015
: dr.P
: Poliklinik Mata BKMM

ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Merah pada mata kanan
Anamnesis Terpimpin :
Keluhan ini dialami sejak 1 hari yang lalu setelah menggunakan Soft lens,
kosmetik Pasien mamakai soft lens sampai pagi,lupa dibuka sebelum tidur.
Air mata berlebih ada, kotoran mata ada, penglihatan kabur ada, nyeri ada,
rasa silau ada, gatal tidak ada. Rasa mengganjal/berpasir di mata ada. Riwayat
menggosok-gosok mata setelah kejadian ada. Riwayat sulit membuka mata
pada pagi hari ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat penggunaan kacamata
sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya tidak ada.
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada. Riwayat penggunaan
obat tetes mata sebelumnya ada. Riwayat diabetes melitus tidak ada.

III.

STATUS GENERALIS
Keadaan umum

: Sakit Sedang/Gizi cukup/Compos Mentis

Tekanan darah

: 120/70 mmHg
1

IV.

Nadi

: 80 x/m

Pernapasan

: 20 x/m

Suhu

: 36,7o C

FOTO KLINIS

Mata kanan setelah tes


floresens

V.

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan
Palpebra
Apparatus lakrimalis
Silia
Konjungtiva

OD
Edema (+) minimal
Hiperlakrimasi (+)
Sekret (+)
Hiperemis (+)

OS
Edema (-)
Hiperlakrimasi (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-),

Bola Mata
Mekanisme

Normal

Normal

muscular

Kornea

Tampak

keruh

Bilik mata depan


Iris
Pupil
Lensa

sentral
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Jernih

di Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Jernih

B. Palpasi
Pemeriksaan
OD
Tekanan Okular
Tn
Nyeri tekan
(-)
Massa Tumor
(-)
Glandula pre-aurikular
Pembesaran (-)
C. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan.
D. Visus
VOD
VOS
E.

OS
Tn
(-)
(-)
Pembesaran (-)

: 6/12
: 6/6

Sensitivitas Kornea
Tampak normal pada sensitivitas kornea.

F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.
G. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
Konjungtiva
Kornea
BMD
Iris
Pupil
Lensa

OD
Hiperemis (+)
Keruh di sentral

OS
Hiperemis (-)
Jernih

Tes floresens (+)


Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Jernih

Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Jernih
3

H. Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
I. Slit Lamp
SLOD : Palpebra edema (+) minimal. Konjungtiva hiperemis (+), injeksi
kongjungtiva (+), injeksi perikorneal (+). Kornea keruh
didaerah sentral,tes floresens (+). BMD kesan normal. Iris
coklat, kripte (+).Pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+). Lensa
jernih.
SLOS : Palpebra edema (-). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea jernih.
BMD kesan normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral,
refleks cahaya (+). Lensa jernih.
J. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan pemeriksaan.
K. RESUME
Seorang wanita 24 tahun datang ke poliklinik mata di poliklinik BKMM
dengan keluhan utama merah pada mata kanan yang Keluhan ini dialami sejak
1 hari yang lalu setelah menggunakan Soft lens. Hiperlakrimasi ada, sekret
ada,

penglihatan

kabur

ada,

nyeri

ada,

fotofobia

ada.

Rasa

mengganjal/berpasir di mata ada.Riwayat menggosok-gosok mata setelah


kejadian ada. Riwayat sulit membuka mata pada pagi hari. Riwayat
penggunaan obat tetes mata sebelumnya ada. Dari hasil pemeriksaan
oftalmologi OD didapatkan ada palpebra edema minimal, hiperlakrimasi ada,
sekret ada, konjungtiva hiperemis ada, kornea tampak keruh di daerah
sentralis, tes floresens (+), BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil
bulat, sentral, RC (+), lensa jernih, OS dalam batas normal sedangkan VOD=
6/12. VOS= 6/6.
L. DIAGNOSIS
Oculus Dextra Keratitis Lensa Kontak

M. PENATALAKSANAAN
Polygran EDMD 4x1gtt ODS
C. Reepitel EDMD 4x1gtt ODS
Terapi oral :

Doksisiklin Hari I, 2x100mg


Hari II dst, 1x100mg

Vitamin C, 3x100mg

N. RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas

O. PROGNOSIS
Qua ad vitam
Qua ad sanationem
Qua ad visum
Qua ad kosmeticum

: Bonam
: Bonam
: Dubia
: Dubia

DISKUSI KASUS
Seorang wanita 24 tahun datang ke poliklinik mata di poliklinik
BKMM dengan keluhan utama merah pada mata kanan yang Keluhan ini
dialami sejak 1 hari yang lalu setelah menggunakan Soft lens kosmetik.
Hiperlakrimasi ada, sekret ada, penglihatan kabur ada, nyeri ada, fotofobia
ada. Rasa mengganjal/berpasir di mata ada.Riwayat menggosok-gosok mata
setelah kejadian ada. Riwayat sulit membuka mata pada pagi hari. Riwayat

penggunaan obat tetes mata sebelumnya ada. Dari hasil pemeriksaan


oftalmologi OD didapatkan ada palpebra edema minimal, hiperlakrimasi ada,
sekret ada, konjungtiva hiperemis ada, kornea tampak keruh di daerah
sentralis, tes floresens (+), BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil
bulat, sentral, RC (+), lensa jernih, OS dalam batas normal sedangkan VOD=
6/12. VOS= 6/6, Diagnosis kerja yang ditegakkan pada pasien tersebut adalah
oculus sinistra keratitis ec. Pemakaian soft lens
Keratitis merupakan istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan
adanya inflamasi pada kornea. Keratitis dapat menyebabkan hilangnya
ketajaman penglihatan secara parsial atau total dan dapat terjadi karena zat-zat
infeksius (seperti bakteri, jamur, amoeba, dan virus) atau dari penyebab noninfeksius (trauma mata, paparan terhadap bahan kimia, dan paparan terhadap
sinar UV).
Kecurigaan akan adanya keratitis pada pasien dapat timbul pada pasien
yang datang dengan trias keluhan keratitis yaitu hiperlakrimasi, rasa silau
(fotofobia) dan blefarospasme. Larutan floresens dapat menggambarkan lesi
epitel superfisial yang mungkin tidak dapat terlihat dengan inspeksi biasa.

KERATITIS LENSA KONTAK

I. PENDAHULUAN
Keratitis merupakan suatu kondisi dimana kornea mata yang merupakan bagian
terdepan bola mata, mengalami peradangan.1 Keratitis dapat disebabkan oleh infeksi
maupun noninfeksi. Keratitis akibat noninfeksi dapat disebabkan oleh trauma ringan,
seperti goresan kuku, atau akibat memakai lensa kontak yang terlalu lama. Keratitis
akibat infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit.2
Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan infeksi pada pemakaian lensa
kontak adalah bakteri tetapi acanthamoeba belakangan ini ditemukan sangat banyak,
infeksi akibat jamur sangat jarang.3
Berbagai penyebab keratitis dapat memberikan pola pungtat yang berbeda pada
pewarnaan fluoroscein, contohnya bentuk difus dapat disebabkan oleh konjungtivitis
virus, trauma dan toksisitas; pungtat di bagian inferior dapat disebabkan oleh
blefarokonjungtivitis, lagofthalmus, trikiasis; pungtat di bagian intrapalpebral dapat
disebabkan oleh sindrom dry eye, eksposur, keratopati neurotropik; pungtat di bagian
superior dapat disebabkan oleh keratokonjungtivis limbus superior, benda asing di
bawah palpebra, trikiasis; pungtat di bagian superior konjungtiva dapat disebabkan
oleh keratokonjungtivitis limbus superior; pungtat di jam tiga dan sembilan
disebabkan oleh lensa kontak; pungtat dibagian konjungtiva inferior dapat disebabkan
oleh mekanikal dan disfungsi glandula meibom.4
Lensa kontak adalah protesa okular yang dikenakan untuk memperbaiki visus.
Mayoritas lensa kontak dipakai untuk koreksi penglihatan karena alasan kosmetik.
Terdapat berbagai tingkat pengetahuan dalam penggunaan dan perawatan lensa
kontak. Komplikasi dari pemakaian lensa kontak terjadi karena beberapa faktor:
penyalahgunaan lensa, pemakaian lensa yang tidak sesuai, atau penyakit mata
sebelumnya. 5,6
Komplikasi lensa kontak yaitu mulai dari self-limiting sampai mengganggu
penglihatan, hal tersebut memerlukan diagnosis dan pengobatan yang cepat untuk

mencegah terjadinya kebutaan. Dengan jutaan orang yang memakai lensa kontak,
walaupun kecil persentasenya komplikasi lensa kontak merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting. Komplikasi lensa kontak sangat beragam pada umumnya
melibatkan kelopak mata, konjungtiva, dan semua lapisan kornea (yaitu, epitel,
stroma, endotelium).5,7
Komplikasi akibat pemakaian lensa kontak dapat segera diketahui dengan baik.
Pemakaian lensa kontak menyebabkan perubahan pada kornea dalam hal struktur,
jumlah, produksi air mata maupun tingkat oksigen dan karbon dioksida. Perubahanperubahan tersebut dapat menimbulkan masalah dan juga dapat memperburuk
penyakit yang sudah ada sebelumnya.8
Sekitar 6% dari pemakai lensa kontak per tahun akan terkena beberapa
komplikasi, meskipun sebagian besar komplikasi ini cukup kecil. Sebuah studi barubaru ini telah menemukan bahwa 9,1% pemakai lensa kontak mengunjungi Unit
Kedaruratan Mata.8
Penelitian epidemiologi telah menghitung secara tahunan insiden lensa kontak
kosmetik yang berhubungan dengan keratitis bakteri ulseratif sebanyak 0,21% pada
pasien yang menggunakan lensa kontak extended wear dan 0,04% untuk pasien yang
menggunakan lensa kontak daily.4
Keratitis acanthamoeba adalah infeksi kornea yang jarang terjadi tetapi
berpotensi merusak. Keratitis acanthamoeba terjadi setelah terkontaminasi luka pada
kornea, 85% dari kasus keratitis terjadi pada semua jenis lensa kontak yang
digunakan.9
Diperkirakan 30 juta orang di Amerika Serikat memakai lensa kontak soft.
Kejadian keratitis fungal diperkirakan 4-21 per 10.000 pertahun pada pemakai lensa
kontak soft, tergantung pada apakah pengguna memakai lensa semalaman.10

Untuk memahami lebih lanjut tentang keratitis akibat pemakaian lensa kontak
maka pada sari pustaka ini akan dikemukakan secara singkat mengenai anatomi dan
fisiologi kornea, tentang lensa kontak dan komplikasi pemakaian lensa kontak.

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA


Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup
bola mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea,
dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk dilakukan oleh
kornea. Rata-rata ketebalan kornea pada orang dewasa adalah sekitar 0,52 mm
di sentral dan 0,65 mm di perifer. Diameter horizontal kornea rata-rata orang
dewasa adalah 11,75 mm dan diameter vertikalnya rata-rata 10,66 mm.(6)
Dari anterior ke posterior, kornea memiliki 6 lapisan yang saling
berhubungan yaitu lapisan epitel (yang merupakan kelanjutan dari epitel
dikonjungtiva bulba), membran bowman, stroma, dua`s layer, membran
descemet dan endotel.(5)
1. Epitel, terdiri atas 5 lapisan sel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih,
1 lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan
sel basal disampingnya dan sel poligonal didepannya melalui dermosom dan
makula ekluden, ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan
glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal
yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan
erosi rekuren.(5)
2. Membran Bowman, terletak di bawah epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian
stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.(5)
9

3. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar 1
dengan lainnya, pada permukaan terlihat ayaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang, terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Stroma ini adalah merupakan sekitar 90% dari ketebalan kornea.(5)
4. Duas layer,Lapisan baru yang telah ditemukan terletak dibagian belakang
kornea antara stroma kornea dan membran descemet ini. Meskipuntebalnya
hanya 15 mikron, seluruh kornea sekitar 550 mikrontebal atau 0.5 mm,
lapisan ini sangat keras dan cukup kuat untuk dapat menahan satu setengah
sampaidua bartekanan. (7)
5. Membrane Descemet, merupakan membran aseluler dan merupakan batas
belakang stroma kornea yang dihasilkan dari sel endotel dan merupakan
membran basalnya. Membran ini bersifat sangat elastik dan berkembang
terus seumur hidup. (5)
6. Endotel, terdiri atas 1 lapisan sel dengan bentuk hexagonal, besarnya sampai
40-60 mm. endotel tidak mempunyai daya regenerasi. (5)
Suplai

darah

kornea

berasal

dari

pembuluh-pembuluh

darah

konjungtiva, episklera dan sklera yang berakhir di sekitar limbus


korneosklera. Kornea itu sendiri bersifat avaskuler.(7)

10

Gambar 1 Potongan sagital segmen anterior bola mata(4)

Gambar 2 Lapisan kornea(1)

11

Fungsi utama kornea adalah sebagai membrana protektif dan sebuah


jendela yang dilalui cahaya untuk mencapai retina. Transparansi kornea
dimungkinkan oleh sifatnya yang avaskuler, memiliki struktur yang uniform
yang sifat deturgescence-nya. Transparansi stroma dibentuk oleh pengaturan
fisis spesial dari komponen-komponen fibril. Walaupun indeks refraksi dari
masing-masing fibril kolagen berbeda dari substansi infibrilar, diameter yang
kecil (300 A) dari fibril dan jarak yang kecil diantara mereka (300 A)
mengakibatkan pemisahan dan regularitas yang menyebabkan sedikit
pembiasan cahaya dibandingkan dengan inhomogenitas optikalnya. Sifat
deturgescence di jaga dengan pompa bikarbonat aktif dari endotel dan fungsi
barbier dari epitel dan endotel. Kornea di jaga agar tetap berada pada keadaan
basah dengan kadar air sebanyak 78%.(7,8)
Peran kornea dalam proses refraksi cahaya bagi penglihatan seseorang
sangatlah penting. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana
43,25 dioptri dari total 58,6 kekuatan dioptri mata normal manusia, atau
sekitar 74% dari seluruh kekuatan dioptri mata normal. Hal ini mengakibatkan
gangguan pada kornea dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan
dalam fungsi visus seseorang.(9)
Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus
trigeminus. Sensasi taktil yang terkecil pun dapat menyebabkan refleks
penutupan mata. Setiap kerusakan pada kornea (erosi, penetrasi benda asing
atau keratokonjungtivitis ultraviolet) mengekspose ujung saraf sensorik dan
menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan
penutupan bola mata involunter. Trias yang terdiri atas penutupan mata
involunter (blepharospasme), airmata yang berlebihan (hiperlakrimasi) dan
rasa silau (fotofobia) selalu mengarahkan kepada kemungkinan adanya cedera
kornea.(10

12

Gambar 3. Innervasi kornea(7)


Seperti halnya lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan
struktur jaringan yang bradittrofik, metabolismenya lambat dimana ini berarti
penyembuhannya juga lambat. Metabolisme kornea (asam amino dan glukosa)
diperoleh dari 3 sumber, yaitu:(10)
Difusi dari kapiler-kapiler disekitarnya
Difusi dari humor aquous
Difusi dari film air mata
Tiga lapisan film air mata prekornea memastikan bahwa kornea tetap
lembut dan membantu nutrisi kornea. Tanpa film air mata, permukaan epitel
akan kasar dan pasien akan melihat gambaran yang kabur. Enzim lisosom
yang terdapat pada film air mata juga melindungi mata dari infeksi. (5)

13

III.

LENSA KONTAK DAN LARUTAN PEMBERSIH


A. Lensa Kontak
Lensa kontak adalah potongan ajaib dari plastik yang memungkinkan anda untuk

melihat tanpa kacamata. Dalam kebanyakan kasus, lensa kontak digunakan sebagai
pengganti kacamata. Lensa kontak juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
mata tertentu atau dapat digunakan untuk tujuan kosmetik untuk mengubah
penampakan warna mata anda.5,6
Berbagai jenis lensa kontak yang tersedia saat ini dapat dikelompokkan
menurut:6
Bahan lensa kontak.
Lama Pemakaian.
Desain Lensa
Tujuan Pemakaian
Bahan Lensa Kontak
Diklasifikasikan berdasarkan bahan, ada tiga jenis lensa kontak:6

Hard lensa terbuat dari polymethyl methacrylate (PMMA); juga dikenal sebagai

kaca atau Lucite. Lensa ini hampir tidak ada dan jarang digunakan.
Lensa lunak terbuat dari plastik, mengandung air seperti gel (hydrogel), dan
merupakan jenis yang paling umum. Lensa lunak sedikit lebih besar dari ukuran

dari kornea.
Lensa gas permeable (GP), juga dikenal sebagai rigid gas permeable (RGP) atau
"oxygen permeable" lenses, yang dibuat kaku, plastik tanpa air dan sangat baik
untuk presbiop dan astigmatisme tinggi. Lensa ini biasanya diameternya
berukuran sekitar delapan milimeter yang ukurannya lebih kecil dari kornea.

Lensa Kontak Berdasarkan Lama Pemakaian


Sampai tahun 1979, setiap pemakai lensa kontak melepas dan membersihkan
lensa kontak pada malam hari. Adanya jenis "extended wear" memungkinkan

14

pemakai untuk tidur dengan lensa kontak. Sekarang, dua jenis lensa yang
diklasifikasikan berdasarkan lama pemakaian:

Daily wear - harus dilepaskan pada malam hari.


Extended wear - dapat dipakai semalaman, biasanya selama tujuh hari berturutturut tanpa dilepaskan.10

Lensa Kontak Berdasarkan Desain


Banyak desain lensa yang tersedia untuk memperbaiki berbagai jenis masalah
penglihatan:

Spherikal lensa kontak adalah desain, khas bulat lensa kontak, yang dapat

memperbaiki myopia (rabun jauh) atau hyperopia (rabun jauh).


Bifokal lensa kontak mengandung zona yang berbeda untuk penglihatan dekat

dan jauh untuk mengoreksi presbiopia.


Orthokeratology lensa secara khusus dirancang untuk membentuk kembali

kornea selama tidur, menyediakan lensa yang bisa dipakai sepanjang hari.
Lensa kontak torik untuk mengoreksi astigmatisme, serta untuk miopia dan
hyperopia.
Semua lensa ini dapat dibuat khusus untuk mata yang sulit dikoreksi. Banyak

desain lainnya yang tersedia. Biasanya jenis ini jarang dan dibuat untuk digunakan
dalam situasi khusus, seperti mengoreksi keratoconus.8
Lensa Kontak Berdasarkan Tujuan Pemakaian17
1) Lensa kontak korektif
Sebuah lensa kontak korektif dirancang untuk memperbaiki penglihatan. Kondisi
yang diperbaiki dengan lensa kontak termasuk miopia, hypermetropia, silindris
dan presbyopia.
2) Lensa kontak kosmetik
Lensa kontak kosmetik didesain untuk merubah penampilan bola mata. Lensa
jenis ini selain dapat digunakan untuk mengkoreksi kelainan refraksi, namun
dapat juga mengakibatkan penglihatan menjadi kaburan yang dialami penderita

15

akibat efek pewarnaan

atau desainnya. Bahkan lensa jenis ini dapat

menyebabkan iritasi ringan pada mata pada fase awal adaptasi. Seperti halnya
lensa kontak lainnya, lensa kosmetik ini juga membawa resiko komplikasi ringan
ataupun serius. Setiap individu yang ingin menggunakan lensa kontak kosmetik
ini harus mempertimbangkan resikonya.
3) Lensa kontak terapeutik
Lensa kontak soft sering digunakan dalam pengobatan dan terapi gangguan mata
yang bukan refraksi. Sebuah bandage contact lens melindungi kornea yang
terluka atau penyakit kornea dari gesekan kelopak mata saat terus-menerus
berkedip

sehingga

membantu

penyembuhan

kornea.

Saat

ini

sedang

dikembangkan lensa kontak yang dapat mengalirkan obat ke mata.


B. Larutan Pembersih Lensa Kontak
Ada beberapa jenis larutan pembersih yang tersedia. Jenis-jenis larutan adalah
sebagai berikut:19
Larutan pembersih : Sebuah larutan pembersih yang menghilangkan kotoran,
lendir dan debris yang menumpuk selama memakai lensa. Lensa harus digosok
dengan lembut selama beberapa detik untuk melarutkan debris dan kemudian dibilas
dengan larutan garam.
Larutan pembilas : Setelah dibersihkan, lensa harus dibilas dengan larutan garam
lensa kontak.
Larutan disinfeksi : Larutan desinfeksi menghambat dan/ atau membunuh bakteri
dan mikro organisme berbahaya lainnya pada lensa yang dapat menyebabkan infeksi
mata. Setelah pembersihan dan pembilasan lensa, lensa harus disimpan semalaman
dalam tempat penyimpanan yang diisi dengan larutan desinfeksi segar.
Larutan multifungsi : Larutan kombinasi yang dirancang untuk membersihkan,
membilas dan desinfeksi lensa kontak.
Larutan pelembab : Larutan yang diteteskan untuk melumasi lensa ketika lensa
kontak sedang dipakai. Larutan tersebut dapat digunakan sepanjang hari untuk
menjaga kelembaban mata dan untuk meningkatkan kenyamanan pemakaian lensa
kontak.

16

IV.

PATOGENESA
Pengguna lensa kontak dapat memiliki komplikasi baik secara langsung

atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk dengan pemakaian lensa
kontak. Lensa kontak secara langsung bersentuhan dengan mata dan memicu
komplikasi melalui: trauma,

mengganggu kelembaban kornea dan konjungtiva,

penurunan oksigenasi kornea, stimulasi respon alergi dan inflamasi, dan infeksi.5
Hipoksia Dan Hiperkapnia
Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea
bergantung pada pertukaran gas pada air mata. Mata tiap individu memiliki kondisi
oksigenasi yang bervariasi untuk menghindari komplikasi hipoksia. Baik dengan
menutup mata maupun memakai lensa kontak keduanya dapat mengurangi proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada permukaan kornea. Transmisibilitas
oksigen (dK / L), yaitu permeabilitas bahan lensa (dK) dibagi dengan ketebalan lensa
(L), merupakan variabel yang paling penting dalam menentukan pengantaran relatif
oksigen terhadap permukaan kornea pada penggunaan lensa kontak. Pertukaran air
mata di bawah lensa kontak juga mempengaruhi tekanan oksigen kornea. Pada lensa
kontak kaku dengan diameter yang lebih kecil dengan transmissibilitas oksigen yang
sama atau lebih rendah dapat mengakibatkan edema kornea lebih sedikit jika
dibandingkan dengan lensa kontak lunak yang diameternya lebih besar karena
pertukaran air mata yang lebih baik. Hipoksia dan hiperkapnia sedikit pengaruhnya
pada lapisan stroma bagian dalam dan endotelium, dimana mereka memperoleh
oksigen dan menghasilkan karbon dioksida ke dalam humor aquous.5
Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang
menurun, menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan peningkatan
fragilitas. Akibat pada sel-sel epitel ini dapat menyebabkan keratopati pungtat epitel,
abrasi epitel, dan meningkatkan resiko keratitis mikroba. Akumulasi asam laktat pada
stroma akibat metabolisme anaerob menyebabkan meningkatnya ketebalan stroma

17

dan mengganggu pola teratur dari lamellae kolagen, menyebabkan striae, lipatan pada
posterior stroma, dan meningkatnya hamburan balik cahaya. Hipoksia dan
hiperkapnia stroma yang lama mengakibatkan asidosis stroma, yang dalam waktu
singkat akan menimbulkan edema endotel dan blebs dan dalam waktu yang lama
akan mengakibatkan polymegethism sel endotel. Efek lebih lanjut dari hipoksia
adalah hypoesthesia kornea dan neovaskularisasi baik pada epitel dan stroma.
Vaskularisasi stroma dapat berevolusi menjadi keratitis interstisial, kekeruhan yang
dalam, atau kadang-kadang perdarahan intrastromal. Pada beberapa kasus pemakaian
lensa kontak yang lama, kornea menjadi terbiasa dengan tegangan oksigen baru, dan
edema stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis.5
Alergi Dan Toksisitas
Para pemakai lensa kontak menghadapi berbagai potensial alergen. Lensa kontak
mendorong adhesi dari debris, sehingga tetap bersentuhan dengan jaringan okular.
Larutan lensa kontak dan terutama pengawet di dalamnya menginduksi respon alergi
pada individu-individu yang sensitif. Hipersensitifitas thimerosal khususnya dapat
menyebabkan

konjungtivitis,

infiltrat

epitel

kornea,

dan

superior

limbus

keratokonjunktivitis. Reaksi terhadap deposit protein pada lensa kontak ini dapat
mengakibatkan konjungtivitis giant papiler. Toksisitas yang dicetus oleh lensa kontak
yang tidak bergerak berhubungan dengan akumulasi yang cepat dari metabolik pada
lapisan kornea anterior, yang dapat mengakibatkan hiperemis pada limbus, infiltrat
kornea perifer, dan keratik presipitat. Komplikasi yang lebih berat akibat toksisitas
larutan mengakibatkan keratopati pungtat epitel.5
Kekuatan Mekanik
Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak termasuk
abrasi akibat pemakaian atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau akibat fitting dan
pemakaian lensa kontak. Lensa kontak kaku yang tajam dapat menyebabkan distorsi
kornea atau abrasi. Pada kasus yang berat, permukaan kornea menjadi bengkok.
Keratokonus dapat timbul akibat kekuatan mekanik kronis dari pemakaian lensa
kontak. Permukaan yang terlipat dapat diakibatkan oleh lensa kontak lunak yang

18

terlalu ketat. Kerusakan epitel dapat terjadi secara sekunder akibat debris yang
terperangkap di bawah lensa. Komplikasi ini sangat penting mengingat dominannya
pemakaian lensa kontak kosmetik pada perempuan.5
Efek Osmotik
Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air
mata, sehingga kejadian keratopati pungtat epitel meningkat. Permukaan yang kering
akibat rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel beresiko terjadi
cedera mekanis seperti abrasi dan erosi.5

V.

DIAGNOSIS
V.
Diagnosis dan pengobatan keratitis lensa kontak memerlukan
anamnesa dan pemeriksaan mata.
A. Anamnesis
1. Apa keluhan utama (nyeri hebat, rasa tidak nyaman yang sedang, gatal)?
2. Jenis lensa kontak apa yang pasien gunakan (soft, hard, gas-permeable,
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

daily-wear, extended-wear, atau frequent replacement/disposible)?


Sudah berapa lama lensanya dipakai?
Berapa lama lensa terus digunakan (jam/ hari/ minggu)?
Apakah pasien tidur memakai lensa?
Bagaimana cara lensa dibersihkan dan didesinfeksi?
Apakah baru-baru ini ada perubahan jenis lensa kontak atau larutan?
Apakah nyerinya berhubungan pada saat pemakaian?
Apakah nyerinya hilang dengan pelepasan lensa?6

B. Gejala Subyektif
1. Nyeri
2. Fotofobia
3. Rasa mengganjal
4. Penurunan penglihatan yang tiba-tiba.
5. Mata merah
6. Gatal
19

7. Air mata dan sekret yang berlebihan


8. Rasa terbakar6,21
D. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis awal berdasarkan tanda dan gejala klinis dan dari anamnesis.
Pemeriksaan oftalmologi yang biasa dilakukan seperti mikroskop slit-lamp dan
pemeriksaan histologi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan yang dapat
memastikan dan mengidentifikasi agen penyebab infeksi. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan teknik pemeriksaan KOH, bakteriologis, tes sensitifitas dan
pemeriksaan polymerase chain reaction. Biopsi dilakukan apabila infeksi sudah
mencapai lapisan stroma.2
a) Bakteri
Patogen yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan bakteriologi keratitis
lensa kontak yaitu Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan
Staphylococcus epidermidis.
Pseudomonas aeruginosa, pada pemeriksaan bakteriologisnya mengandung

batang-batang gram-negatif halus panjang.


Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermid, pada pemeriksaan
bakteriologisnya mengandung kokus gram-positif satu-satu, berpasangan atau

dalam bentuk rantai.


b) Jamur
Mikroflora konjungtiva dan adneksa yang sering menjadi patogen pada keratitis
lensa kontak adalah candida dan jamur fusarium. Pada pemeriksaan biakan fussarium
mengandung unsur-unsur hypha sedangkan pada biakan candida umumnya
mengandung pseudohypae atau bentuk ragi.
c) Acanthamoeba
Pada pemeriksaan histopatologik menampakkan adanya bentuk-bentuk amuba
(kista atau trofozoit). Harus dilakukan pemeriksaan biakan pada larutan pembersih
lensa kontak dan kotak lensa kontak.2
VI. TERAPI

20

Pengobatan masalah lensa kontak mulai dari melepas lensa kontak untuk waktu
yang singkat sampai pengobatan antibiotik intensif infeksi. Tergantung pada
penyebab infeksi, obat tetes mata antibiotik khusus mungkin diperlukan.6
a) Bakteri

b) Fungi
Larutan Natamycin 5% direkomendasikan untuk pengobatan keratitis jamur
filamentous yang disebabkan oleh spesies Fusarium. Amphotericin B juga diberikan
untuk pengobatan keratitis filamentous yang disebabkan spesies Aspergillus.
Ketokonazole oral (200 -600 mg/hari) diberikan sebagai terapi tambahan pada
keratitis jamur filamentous yang berat. Itrakonazole oral (200 mg/hari) mempunyai
aktifitas spektrum luas melawan semua spesies Aspergillus dan candida tetapi
aktifitasnya bervariasi terhadap Fusarium.4
Lebih lanjut, debridement secara mekanik dapat membantu pada kasus keratitis
fungi superfisial. Infiltrat fungi pada lapisan dalam stroma kornea tidak berespon
terhadap terapi antifungi topikal, karena meresapnya obat-obat ini menurun terhadap
intaknya lapisan epitel. Injeksi natamycin atau amphotericin B melalui debridemen
epitel kornea memberikan hasil yang signifikan.4
c) Acanthamoeba

21

Kunci keberhasilan terapi dari keratitis Acanthamoeba adalah diagnosis yang


cepat, karena sekali infeksi menembus sampai stroma, pengobatan jadi kurang efektif.
Apabila diagnosis dibuat ketika penyakit hanya sampai lapisan epitel, debridemen
yang luas pada daerah yang terinfeksi sudah cukup. 4,5
Terdapat dua jenis organisme acanthamoeba, trofozoit dan kista dorman. Bentuk
kista memiliki resistensi yang tinggi untuk obat-obatan amebicidal dan dapat bersifat
dorman di kornea selama berbulan-bulan. Oleh karena itu, antimikroba topikal mulai
diberikan setiap jam dan dikurangi sesuai dengan tingkat keparahan toksisitas dan
gejalanya. Pemberian propamidine (Brolene) dan neomisin (Neosporin), dilengkapi
dengan mikonazole, klotrimazol, dan ketokonazol oral, telah digantikan oleh
biguanide polyhexamethylene (PHMB). Dalam konsentrasi 0,02%, PHMB efektif
dalam membunuh kista dan trofozoit pada berbagai ukuran dan mengakibatkan
toksisitas relatif sedikit pada kornea. Terapi dilanjutkan setiap 1-2 jam sampai terlihat
perbaikan klinis, biasanya dalam 1-2 minggu. Frekuensi pemberian diturunkan secara
bertahap hingga 4 kali sehari. Pengobatan biasanya diberikan selama beberapa bulan
sampai semua proses peradangan membaik.7
VII.

PROGNOSIS
Sebagian besar masalah yang

disebabkan oleh lensa kontak akan membaik

setelah lensa dilepaskan. Neovaskularisasi dan keratitis mikrobial dapat menyebabkan


gangguan penglihatan permanen jika tidak ditangani dengan cepat dan memadai.8
VIII.

KESIMPULAN
Sangat penting bagi pemakai lensa kontak untuk mengetahui resiko dari

pemakaian lensa kontak sehingga komplikasinya dapat dicegah. Seorang praktisi


lensa kontak harus memberi informasi mengenai resiko pemakaian lensa kontak dan
bagaimana menghindarinya. Diagnosis dan terapi yang tepat dan cepat sangat penting
untuk menghindari komplikasi kebutaan.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Trauma. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi
14. Jakarta : Widya Medika; 2002. Hal : 1-14,147-9
2. Keratitis. Available from: www.wikipedia.org. Accessed on October 13th 2010.
3. Gilmore SM, Heimer SR, Yamada A., Infectious Keratitis, In: Ocular Disease
Mechanisms And Management., Saunders Elsevier., USA, 2010: 49 55.
4. Bailey S.C., Contact lens complications, In: Ophthometrist Today, Moorfields
Eye Hospital, England, 1999: 26 35.
5. American Akademy of ophthalmology. Extrrnal Disease and Cornea. Section
8. Paris : Basic and Clinical Science Course,2011. Hal : 167-170.
6. Contact

Lenses:

Problems,

Care

and

Types.

Available

from:

www.emedicinehealth.com. Accessed on October 13th 2010.

23

7. Ventocilla M., Contact Lens Complications. In: eMedicine Ophthalmology.


Available from: www.emedicine.com. Accessed on October 13th 2010.
8. Contact Lens Problems. Available from: www.emis.com. Accessed on
October 13th 2010.
9. Radford C. F., Risk Factors for Acanthamoeba Keratitis in Contact Lens
Users: case-control study. In: BMJ. 1995; 310 : 1567.
10. Wahyuni I, Sale TT. Fitting Lensa Kontak Rigid : jurnal oftlmologi Indonesia
vol.5, no. 3 2007 hal.194-203

24

Anda mungkin juga menyukai