I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Suku / Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No. Register Pasien
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksa
Rumah Sakit
: Ny.VR
: Perempuan
: 09-06-1991 / 24 tahun
: Islam
: Bugis
: Mahasiswa
: Jl. IR. Deng Tata
: 698358
: 2 Maret 2015
: dr.P
: Poliklinik Mata BKMM
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Merah pada mata kanan
Anamnesis Terpimpin :
Keluhan ini dialami sejak 1 hari yang lalu setelah menggunakan Soft lens,
kosmetik Pasien mamakai soft lens sampai pagi,lupa dibuka sebelum tidur.
Air mata berlebih ada, kotoran mata ada, penglihatan kabur ada, nyeri ada,
rasa silau ada, gatal tidak ada. Rasa mengganjal/berpasir di mata ada. Riwayat
menggosok-gosok mata setelah kejadian ada. Riwayat sulit membuka mata
pada pagi hari ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat penggunaan kacamata
sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya tidak ada.
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada. Riwayat penggunaan
obat tetes mata sebelumnya ada. Riwayat diabetes melitus tidak ada.
III.
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
1
IV.
Nadi
: 80 x/m
Pernapasan
: 20 x/m
Suhu
: 36,7o C
FOTO KLINIS
V.
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan
Palpebra
Apparatus lakrimalis
Silia
Konjungtiva
OD
Edema (+) minimal
Hiperlakrimasi (+)
Sekret (+)
Hiperemis (+)
OS
Edema (-)
Hiperlakrimasi (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-),
Bola Mata
Mekanisme
Normal
Normal
muscular
Kornea
Tampak
keruh
sentral
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Jernih
di Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Jernih
B. Palpasi
Pemeriksaan
OD
Tekanan Okular
Tn
Nyeri tekan
(-)
Massa Tumor
(-)
Glandula pre-aurikular
Pembesaran (-)
C. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan.
D. Visus
VOD
VOS
E.
OS
Tn
(-)
(-)
Pembesaran (-)
: 6/12
: 6/6
Sensitivitas Kornea
Tampak normal pada sensitivitas kornea.
F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.
G. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
Konjungtiva
Kornea
BMD
Iris
Pupil
Lensa
OD
Hiperemis (+)
Keruh di sentral
OS
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Jernih
3
H. Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
I. Slit Lamp
SLOD : Palpebra edema (+) minimal. Konjungtiva hiperemis (+), injeksi
kongjungtiva (+), injeksi perikorneal (+). Kornea keruh
didaerah sentral,tes floresens (+). BMD kesan normal. Iris
coklat, kripte (+).Pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+). Lensa
jernih.
SLOS : Palpebra edema (-). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea jernih.
BMD kesan normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral,
refleks cahaya (+). Lensa jernih.
J. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan pemeriksaan.
K. RESUME
Seorang wanita 24 tahun datang ke poliklinik mata di poliklinik BKMM
dengan keluhan utama merah pada mata kanan yang Keluhan ini dialami sejak
1 hari yang lalu setelah menggunakan Soft lens. Hiperlakrimasi ada, sekret
ada,
penglihatan
kabur
ada,
nyeri
ada,
fotofobia
ada.
Rasa
M. PENATALAKSANAAN
Polygran EDMD 4x1gtt ODS
C. Reepitel EDMD 4x1gtt ODS
Terapi oral :
Vitamin C, 3x100mg
N. RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas
O. PROGNOSIS
Qua ad vitam
Qua ad sanationem
Qua ad visum
Qua ad kosmeticum
: Bonam
: Bonam
: Dubia
: Dubia
DISKUSI KASUS
Seorang wanita 24 tahun datang ke poliklinik mata di poliklinik
BKMM dengan keluhan utama merah pada mata kanan yang Keluhan ini
dialami sejak 1 hari yang lalu setelah menggunakan Soft lens kosmetik.
Hiperlakrimasi ada, sekret ada, penglihatan kabur ada, nyeri ada, fotofobia
ada. Rasa mengganjal/berpasir di mata ada.Riwayat menggosok-gosok mata
setelah kejadian ada. Riwayat sulit membuka mata pada pagi hari. Riwayat
I. PENDAHULUAN
Keratitis merupakan suatu kondisi dimana kornea mata yang merupakan bagian
terdepan bola mata, mengalami peradangan.1 Keratitis dapat disebabkan oleh infeksi
maupun noninfeksi. Keratitis akibat noninfeksi dapat disebabkan oleh trauma ringan,
seperti goresan kuku, atau akibat memakai lensa kontak yang terlalu lama. Keratitis
akibat infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit.2
Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan infeksi pada pemakaian lensa
kontak adalah bakteri tetapi acanthamoeba belakangan ini ditemukan sangat banyak,
infeksi akibat jamur sangat jarang.3
Berbagai penyebab keratitis dapat memberikan pola pungtat yang berbeda pada
pewarnaan fluoroscein, contohnya bentuk difus dapat disebabkan oleh konjungtivitis
virus, trauma dan toksisitas; pungtat di bagian inferior dapat disebabkan oleh
blefarokonjungtivitis, lagofthalmus, trikiasis; pungtat di bagian intrapalpebral dapat
disebabkan oleh sindrom dry eye, eksposur, keratopati neurotropik; pungtat di bagian
superior dapat disebabkan oleh keratokonjungtivis limbus superior, benda asing di
bawah palpebra, trikiasis; pungtat di bagian superior konjungtiva dapat disebabkan
oleh keratokonjungtivitis limbus superior; pungtat di jam tiga dan sembilan
disebabkan oleh lensa kontak; pungtat dibagian konjungtiva inferior dapat disebabkan
oleh mekanikal dan disfungsi glandula meibom.4
Lensa kontak adalah protesa okular yang dikenakan untuk memperbaiki visus.
Mayoritas lensa kontak dipakai untuk koreksi penglihatan karena alasan kosmetik.
Terdapat berbagai tingkat pengetahuan dalam penggunaan dan perawatan lensa
kontak. Komplikasi dari pemakaian lensa kontak terjadi karena beberapa faktor:
penyalahgunaan lensa, pemakaian lensa yang tidak sesuai, atau penyakit mata
sebelumnya. 5,6
Komplikasi lensa kontak yaitu mulai dari self-limiting sampai mengganggu
penglihatan, hal tersebut memerlukan diagnosis dan pengobatan yang cepat untuk
mencegah terjadinya kebutaan. Dengan jutaan orang yang memakai lensa kontak,
walaupun kecil persentasenya komplikasi lensa kontak merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting. Komplikasi lensa kontak sangat beragam pada umumnya
melibatkan kelopak mata, konjungtiva, dan semua lapisan kornea (yaitu, epitel,
stroma, endotelium).5,7
Komplikasi akibat pemakaian lensa kontak dapat segera diketahui dengan baik.
Pemakaian lensa kontak menyebabkan perubahan pada kornea dalam hal struktur,
jumlah, produksi air mata maupun tingkat oksigen dan karbon dioksida. Perubahanperubahan tersebut dapat menimbulkan masalah dan juga dapat memperburuk
penyakit yang sudah ada sebelumnya.8
Sekitar 6% dari pemakai lensa kontak per tahun akan terkena beberapa
komplikasi, meskipun sebagian besar komplikasi ini cukup kecil. Sebuah studi barubaru ini telah menemukan bahwa 9,1% pemakai lensa kontak mengunjungi Unit
Kedaruratan Mata.8
Penelitian epidemiologi telah menghitung secara tahunan insiden lensa kontak
kosmetik yang berhubungan dengan keratitis bakteri ulseratif sebanyak 0,21% pada
pasien yang menggunakan lensa kontak extended wear dan 0,04% untuk pasien yang
menggunakan lensa kontak daily.4
Keratitis acanthamoeba adalah infeksi kornea yang jarang terjadi tetapi
berpotensi merusak. Keratitis acanthamoeba terjadi setelah terkontaminasi luka pada
kornea, 85% dari kasus keratitis terjadi pada semua jenis lensa kontak yang
digunakan.9
Diperkirakan 30 juta orang di Amerika Serikat memakai lensa kontak soft.
Kejadian keratitis fungal diperkirakan 4-21 per 10.000 pertahun pada pemakai lensa
kontak soft, tergantung pada apakah pengguna memakai lensa semalaman.10
Untuk memahami lebih lanjut tentang keratitis akibat pemakaian lensa kontak
maka pada sari pustaka ini akan dikemukakan secara singkat mengenai anatomi dan
fisiologi kornea, tentang lensa kontak dan komplikasi pemakaian lensa kontak.
3. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar 1
dengan lainnya, pada permukaan terlihat ayaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang, terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Stroma ini adalah merupakan sekitar 90% dari ketebalan kornea.(5)
4. Duas layer,Lapisan baru yang telah ditemukan terletak dibagian belakang
kornea antara stroma kornea dan membran descemet ini. Meskipuntebalnya
hanya 15 mikron, seluruh kornea sekitar 550 mikrontebal atau 0.5 mm,
lapisan ini sangat keras dan cukup kuat untuk dapat menahan satu setengah
sampaidua bartekanan. (7)
5. Membrane Descemet, merupakan membran aseluler dan merupakan batas
belakang stroma kornea yang dihasilkan dari sel endotel dan merupakan
membran basalnya. Membran ini bersifat sangat elastik dan berkembang
terus seumur hidup. (5)
6. Endotel, terdiri atas 1 lapisan sel dengan bentuk hexagonal, besarnya sampai
40-60 mm. endotel tidak mempunyai daya regenerasi. (5)
Suplai
darah
kornea
berasal
dari
pembuluh-pembuluh
darah
10
11
12
13
III.
melihat tanpa kacamata. Dalam kebanyakan kasus, lensa kontak digunakan sebagai
pengganti kacamata. Lensa kontak juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
mata tertentu atau dapat digunakan untuk tujuan kosmetik untuk mengubah
penampakan warna mata anda.5,6
Berbagai jenis lensa kontak yang tersedia saat ini dapat dikelompokkan
menurut:6
Bahan lensa kontak.
Lama Pemakaian.
Desain Lensa
Tujuan Pemakaian
Bahan Lensa Kontak
Diklasifikasikan berdasarkan bahan, ada tiga jenis lensa kontak:6
Hard lensa terbuat dari polymethyl methacrylate (PMMA); juga dikenal sebagai
kaca atau Lucite. Lensa ini hampir tidak ada dan jarang digunakan.
Lensa lunak terbuat dari plastik, mengandung air seperti gel (hydrogel), dan
merupakan jenis yang paling umum. Lensa lunak sedikit lebih besar dari ukuran
dari kornea.
Lensa gas permeable (GP), juga dikenal sebagai rigid gas permeable (RGP) atau
"oxygen permeable" lenses, yang dibuat kaku, plastik tanpa air dan sangat baik
untuk presbiop dan astigmatisme tinggi. Lensa ini biasanya diameternya
berukuran sekitar delapan milimeter yang ukurannya lebih kecil dari kornea.
14
pemakai untuk tidur dengan lensa kontak. Sekarang, dua jenis lensa yang
diklasifikasikan berdasarkan lama pemakaian:
Spherikal lensa kontak adalah desain, khas bulat lensa kontak, yang dapat
kornea selama tidur, menyediakan lensa yang bisa dipakai sepanjang hari.
Lensa kontak torik untuk mengoreksi astigmatisme, serta untuk miopia dan
hyperopia.
Semua lensa ini dapat dibuat khusus untuk mata yang sulit dikoreksi. Banyak
desain lainnya yang tersedia. Biasanya jenis ini jarang dan dibuat untuk digunakan
dalam situasi khusus, seperti mengoreksi keratoconus.8
Lensa Kontak Berdasarkan Tujuan Pemakaian17
1) Lensa kontak korektif
Sebuah lensa kontak korektif dirancang untuk memperbaiki penglihatan. Kondisi
yang diperbaiki dengan lensa kontak termasuk miopia, hypermetropia, silindris
dan presbyopia.
2) Lensa kontak kosmetik
Lensa kontak kosmetik didesain untuk merubah penampilan bola mata. Lensa
jenis ini selain dapat digunakan untuk mengkoreksi kelainan refraksi, namun
dapat juga mengakibatkan penglihatan menjadi kaburan yang dialami penderita
15
menyebabkan iritasi ringan pada mata pada fase awal adaptasi. Seperti halnya
lensa kontak lainnya, lensa kosmetik ini juga membawa resiko komplikasi ringan
ataupun serius. Setiap individu yang ingin menggunakan lensa kontak kosmetik
ini harus mempertimbangkan resikonya.
3) Lensa kontak terapeutik
Lensa kontak soft sering digunakan dalam pengobatan dan terapi gangguan mata
yang bukan refraksi. Sebuah bandage contact lens melindungi kornea yang
terluka atau penyakit kornea dari gesekan kelopak mata saat terus-menerus
berkedip
sehingga
membantu
penyembuhan
kornea.
Saat
ini
sedang
16
IV.
PATOGENESA
Pengguna lensa kontak dapat memiliki komplikasi baik secara langsung
atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk dengan pemakaian lensa
kontak. Lensa kontak secara langsung bersentuhan dengan mata dan memicu
komplikasi melalui: trauma,
penurunan oksigenasi kornea, stimulasi respon alergi dan inflamasi, dan infeksi.5
Hipoksia Dan Hiperkapnia
Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea
bergantung pada pertukaran gas pada air mata. Mata tiap individu memiliki kondisi
oksigenasi yang bervariasi untuk menghindari komplikasi hipoksia. Baik dengan
menutup mata maupun memakai lensa kontak keduanya dapat mengurangi proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada permukaan kornea. Transmisibilitas
oksigen (dK / L), yaitu permeabilitas bahan lensa (dK) dibagi dengan ketebalan lensa
(L), merupakan variabel yang paling penting dalam menentukan pengantaran relatif
oksigen terhadap permukaan kornea pada penggunaan lensa kontak. Pertukaran air
mata di bawah lensa kontak juga mempengaruhi tekanan oksigen kornea. Pada lensa
kontak kaku dengan diameter yang lebih kecil dengan transmissibilitas oksigen yang
sama atau lebih rendah dapat mengakibatkan edema kornea lebih sedikit jika
dibandingkan dengan lensa kontak lunak yang diameternya lebih besar karena
pertukaran air mata yang lebih baik. Hipoksia dan hiperkapnia sedikit pengaruhnya
pada lapisan stroma bagian dalam dan endotelium, dimana mereka memperoleh
oksigen dan menghasilkan karbon dioksida ke dalam humor aquous.5
Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang
menurun, menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan peningkatan
fragilitas. Akibat pada sel-sel epitel ini dapat menyebabkan keratopati pungtat epitel,
abrasi epitel, dan meningkatkan resiko keratitis mikroba. Akumulasi asam laktat pada
stroma akibat metabolisme anaerob menyebabkan meningkatnya ketebalan stroma
17
dan mengganggu pola teratur dari lamellae kolagen, menyebabkan striae, lipatan pada
posterior stroma, dan meningkatnya hamburan balik cahaya. Hipoksia dan
hiperkapnia stroma yang lama mengakibatkan asidosis stroma, yang dalam waktu
singkat akan menimbulkan edema endotel dan blebs dan dalam waktu yang lama
akan mengakibatkan polymegethism sel endotel. Efek lebih lanjut dari hipoksia
adalah hypoesthesia kornea dan neovaskularisasi baik pada epitel dan stroma.
Vaskularisasi stroma dapat berevolusi menjadi keratitis interstisial, kekeruhan yang
dalam, atau kadang-kadang perdarahan intrastromal. Pada beberapa kasus pemakaian
lensa kontak yang lama, kornea menjadi terbiasa dengan tegangan oksigen baru, dan
edema stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis.5
Alergi Dan Toksisitas
Para pemakai lensa kontak menghadapi berbagai potensial alergen. Lensa kontak
mendorong adhesi dari debris, sehingga tetap bersentuhan dengan jaringan okular.
Larutan lensa kontak dan terutama pengawet di dalamnya menginduksi respon alergi
pada individu-individu yang sensitif. Hipersensitifitas thimerosal khususnya dapat
menyebabkan
konjungtivitis,
infiltrat
epitel
kornea,
dan
superior
limbus
keratokonjunktivitis. Reaksi terhadap deposit protein pada lensa kontak ini dapat
mengakibatkan konjungtivitis giant papiler. Toksisitas yang dicetus oleh lensa kontak
yang tidak bergerak berhubungan dengan akumulasi yang cepat dari metabolik pada
lapisan kornea anterior, yang dapat mengakibatkan hiperemis pada limbus, infiltrat
kornea perifer, dan keratik presipitat. Komplikasi yang lebih berat akibat toksisitas
larutan mengakibatkan keratopati pungtat epitel.5
Kekuatan Mekanik
Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak termasuk
abrasi akibat pemakaian atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau akibat fitting dan
pemakaian lensa kontak. Lensa kontak kaku yang tajam dapat menyebabkan distorsi
kornea atau abrasi. Pada kasus yang berat, permukaan kornea menjadi bengkok.
Keratokonus dapat timbul akibat kekuatan mekanik kronis dari pemakaian lensa
kontak. Permukaan yang terlipat dapat diakibatkan oleh lensa kontak lunak yang
18
terlalu ketat. Kerusakan epitel dapat terjadi secara sekunder akibat debris yang
terperangkap di bawah lensa. Komplikasi ini sangat penting mengingat dominannya
pemakaian lensa kontak kosmetik pada perempuan.5
Efek Osmotik
Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air
mata, sehingga kejadian keratopati pungtat epitel meningkat. Permukaan yang kering
akibat rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel beresiko terjadi
cedera mekanis seperti abrasi dan erosi.5
V.
DIAGNOSIS
V.
Diagnosis dan pengobatan keratitis lensa kontak memerlukan
anamnesa dan pemeriksaan mata.
A. Anamnesis
1. Apa keluhan utama (nyeri hebat, rasa tidak nyaman yang sedang, gatal)?
2. Jenis lensa kontak apa yang pasien gunakan (soft, hard, gas-permeable,
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
B. Gejala Subyektif
1. Nyeri
2. Fotofobia
3. Rasa mengganjal
4. Penurunan penglihatan yang tiba-tiba.
5. Mata merah
6. Gatal
19
20
Pengobatan masalah lensa kontak mulai dari melepas lensa kontak untuk waktu
yang singkat sampai pengobatan antibiotik intensif infeksi. Tergantung pada
penyebab infeksi, obat tetes mata antibiotik khusus mungkin diperlukan.6
a) Bakteri
b) Fungi
Larutan Natamycin 5% direkomendasikan untuk pengobatan keratitis jamur
filamentous yang disebabkan oleh spesies Fusarium. Amphotericin B juga diberikan
untuk pengobatan keratitis filamentous yang disebabkan spesies Aspergillus.
Ketokonazole oral (200 -600 mg/hari) diberikan sebagai terapi tambahan pada
keratitis jamur filamentous yang berat. Itrakonazole oral (200 mg/hari) mempunyai
aktifitas spektrum luas melawan semua spesies Aspergillus dan candida tetapi
aktifitasnya bervariasi terhadap Fusarium.4
Lebih lanjut, debridement secara mekanik dapat membantu pada kasus keratitis
fungi superfisial. Infiltrat fungi pada lapisan dalam stroma kornea tidak berespon
terhadap terapi antifungi topikal, karena meresapnya obat-obat ini menurun terhadap
intaknya lapisan epitel. Injeksi natamycin atau amphotericin B melalui debridemen
epitel kornea memberikan hasil yang signifikan.4
c) Acanthamoeba
21
PROGNOSIS
Sebagian besar masalah yang
KESIMPULAN
Sangat penting bagi pemakai lensa kontak untuk mengetahui resiko dari
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Trauma. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi
14. Jakarta : Widya Medika; 2002. Hal : 1-14,147-9
2. Keratitis. Available from: www.wikipedia.org. Accessed on October 13th 2010.
3. Gilmore SM, Heimer SR, Yamada A., Infectious Keratitis, In: Ocular Disease
Mechanisms And Management., Saunders Elsevier., USA, 2010: 49 55.
4. Bailey S.C., Contact lens complications, In: Ophthometrist Today, Moorfields
Eye Hospital, England, 1999: 26 35.
5. American Akademy of ophthalmology. Extrrnal Disease and Cornea. Section
8. Paris : Basic and Clinical Science Course,2011. Hal : 167-170.
6. Contact
Lenses:
Problems,
Care
and
Types.
Available
from:
23
24