Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Laras Frestyawangi Wasitin
2014204610111072
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN
Mahasiswa
Laras Frestyawangi Wasitin
201420461011072
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Pembimbing
Lahan
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigenasi
merupakan gas tidak berwarna
dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan
metabolisme
dalam
sel.
proses
Sebagai
penambahan
Oksigen
merupakan
kebutuhan
dasar
paling
vital
dalam
secara adekuat.
3.
(Muttaqin, 2005)
B. Fisiologi Oksigen
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
1. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk
melalui
saluran
pernapasan
sampai
keparu-paru.
Proses
kemampuan
untuk
mengeluarkan
CO
atau
kontraksinya paru-paru.
2. Difusi Difusi gas merupakan pertukaran antara O dari alveoli
ke kapiler paru-paru dan CO dari kapiler ke alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas
epitel
alveoli
mempengaruhi
dan
proses
interstisial.
difusi
Keduanya
apabila
terjadi
dapat
proses
penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O. Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O dari alveoli masuk kedalam darah secara
berdifusi karena tekanan O dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari pada tekanan O dalam darah vena vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus
mengikat HB.
dan
C. Etiologi
Etiologi atau faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
meliputi :
1.
Saraf Sensorik
2.
Hormonal dan obat
3.
Alergi pada saluran nafas
4.
Faktor perkembangan
5.
Faktor lingkungan
6.
Faktor perilaku dan pola makan
dari
gas
yang
diinspirasi
ke
jaringan.
Gangguan
lebih
dari
yang
diproduksi
menyebabkan
Terjadi
dalam
keadaan
dalam
fisiologis
maupun
pathologis.
5. Kussmauls
hyperventilasi
Peningkatan
kecepatan
dan
oksigenasi.
Penurunan
ventilasi
permenit,
flaring
(nafas
cuping
hidung),
dispnea,
ortopnea,
posisi
poin,
nafas
dengan
bibir,
ekspirasi
memanjang,
hiperkapnea,
kelelahan,
somnolen,
iritabilitas,
F. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen
yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses
ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan
menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan
pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).
G. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran: kesadaran menurun
2) TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
3) Head to toe
a) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena
emboli atau endokarditis)
b) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
c) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
d) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris
antara dada kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
e) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi
respond
jantung
terhadap
memberikan informasi
stres
tentang
fisik.
Pemeriksaan
ini
keadekuatan
ventilasi
dan
I. Penatalaksanaan Umum
1.
Terapi oksigen.
Terapi pemberian oksigen dapat dibagi atas 2 teknik :
a. Sistem aliran rendah
Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter
nasal, kanula nasal, sungkup muka sederhana, sungkup
muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan
kantong non rebreathing.
1) Kateter
Kecepatan
aliran
(L/menit):
1-6.
yang
kanul
disarankan
Keuntungan
Muka
Mask)
yang
Sederhana
:
Kecepatan
disarankan
(L/menit): 5-8.
Keuntungan : konsentrasi O2
yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
Muka
dengan
kantong
rebreathing
(Rebreathing
Mask)
Kecepatan
aliran
:
yang
rebreathing
(NonRebreathing
Kecepatan
Mask)
aliran
:
yang
Suatu
teknik
pemberian
O2
dipengaruhi
pernafasan,
oleh
sehingga
tipe
dengan
J. Pathways
Sistem
kardiovaskular
SSP
Sistem Pernapasan
Pengaturan CO2
+ H+ + O 2
Beban tekanan
energi
Hambatan pengosongan
Transport
Beban sistole
berlebihan
Difusi O2 dan
CO2
Preload
Pertukaran
gas
CO2 + O2
Beban
jantung
meningkat
Gangguan suplai
O2
K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan
bersihan
jalan
napas
yang
berhubungan
L. Asuhan Keperawatan
N
o
1.
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
berhubungan
NOC
(Tujuan dan Kriteria Hasil)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan klien dapat
menunjukkan status
NIC
(Intervensi)
Manajemen Jalan
Napas
1. Posisikan klien
untuk
2.
dengan mucus
dalam jumlah
berlebihan
Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan ventilasiperfusi
memaksimalkan
ventilasi
2. Lakukan
fisioterapi dada
3. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
4. Auskultasi suara
nafas
5. Berikan
bronkodilator jika
perlu
6. Atur intake nutrisi
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
7. Monitor status
respirasi dan
status O2
Monitor pernapasan
1. Monitor rata-rata
kedalaman, irama,
dan usaha
respirasi
2. Catat pergerakan
dada, amati,
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan,
retraksi otot
supraclavicular
dan intercostal.
3. Monitor suara
nafas
4. Monitor pola nafas
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diafragma
7. Auskultasi suara
nafas
8. Tentukan
kebutuhan suction
9. Tentukan
kebutuhan suction
10. Auskultasi suara
paru setelah
tindakan
3.
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
Terapi Oksigen
1. Pertahankan jalan
nafas yang paten
2. Atur peralatan
oksigenasi
3. Monitor aliran
oksigen
4. Pertahankan
posisi pasien
5. Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
6. Monitor adanya
kecemas pasien
terhadap
oksigenasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal
Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1
Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing
Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2012.
Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri:
Mosby
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2012.
Nursing Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. Missouri:
Mosby
Muttaqin. 2005.
Asuhan
Keperawatan
Klien
Dengan
Gangguan