Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia sebenarnya telah mempunyai sistem kekebalan sebagai mekanisme
pertahanan dalam melawan berbagai agen infeksi yang menyerang. Dalam hal ini, terdapat dua tipe
pertahanan tubuh, yaitu yang non-spesifik dan yang spesifik. Sebagai garis pertahanan tubuh yang
pertama, pertahanan non-spesifiklah yang bergerak maju. Sistem pertahanan ini, sesuai dengan
namanya, bersifat tidak spesifik terhadap agen infeksi tertentu, sistem ini berusaha memberantas
segala agen infeksi yang ada, sedangkan untuk pertahanan yang spesifik, pertahanan ini bersifat
spesifik terhadap suatu agen infeksi tertentu, sehingga akan sangat efektif dalam memberantas
infeksi. Selain itu, dalam sistem pertahanan spesifik ini, terhadap suatu sistem lain yang unik, yaitu
adanya sistem memori, untuk mengingat agen infeksi yang pernah menginfeksi tubuh, dan hal ini
sangat berperan dalam infeksi yang terjadi di kemudian hari, yaitu tubuh dapat lebih cepat
memberantas agen-agen infeksi yang menyerang tubuh. Adanya sistem kekebalan tubuh yang
spesifik ini dalam tubuh kita, terutama akan adanya sistem memori, merupakan dasar dari tindakan
imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh
terhadap serangan antigen.
Keuntungan dari imunisasi ini adalah kita membentuk kekebalan tubuh dengan
memasukkan agen yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan maksud agar tidak menimbulkan
manifestasi penyakit yang berbahaya yang ditimbulkan oleh agen tersebut dalam keadaan normal.
Tetapi keuntungan ini tidak selalu didapat oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi jika seseorang berada
dalam kondisi malnutrisi atau terinfeksi agen khusus HIV atau memang karena tubuhnya
mengalami kelainan genetik dalam membentuk sistem pertahanan tubuh yang spesifik. Imunisasi
dapat diberikan pada anak bayi, balita, anak usia sekolah, dan orang dewasa.
Imunisasi yang ada di Indonesia dapat dilakukan oleh instansi-instansi kesehatan misalnya
Puskesmas, Posyandu, atau rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta. Di Indonesia
diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada balita adalah penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi(PD3I), seperti TBC, dipteri, pertusis(penyakit pernapasan), campak, tetanus,
polio, dan hepatitis B. Saat ini di Indonesia sudah banyak penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi atau vaksinasi. Bukti keberhasilan imunisasi ialah dibasminya penyakit cacar di
Indonesia pada tahun 1974. Program Nasional Imunisasi Anak menargetkan peningkatan cakupan
imunisasi di Indonesia menjadi 95% yang diukur melalui imunisasi DPT(dipteri, pertusis, tetanus)
dan campak pada bayi dan anak. Rencananya, target ini akan dicapai dalam kurun waktu 24 bulan
sepanjang periode 2007-2009.
Dalam blok Imunologi ini, untuk memahami sistem pertahanan tubuh yang spesifik ini, maka
dilakukan kegiatan Field Lab di Puskesmas Ngemplak Boyolali. Kegiatan field lab kali ini
ditujukan agar mahasiswa mengetahui prosedur pelaksanaan imunisasi di mana imunisasi ini juga
merupakan program skala nasional yang menargetkan eradikasi, eliminasi, dan reduksi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dibasmi dengan imunisasi. Agar target nasional untuk mencapai
eradikasi, eliminasi, dan reduksi terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus
dipertahankan tinggi dan merata sampai terdapat tingkat kekebalan masyarakat(population
immunity). Kegagalan memertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata akan berimbas
pada Kejadian Luar Biasa PD3I.
1

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemantauan
status gizi balita di Puskesmas.
Learning outcome pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa:
1. Mampu menjelaskan tentang dasar-dasar imunisasi dan imunisasi dasar di Indonesia.
2. Mampu melakukan manajemen program dan prosedur imunisasi dasar bayi dan balita, anak
sekolah, ibu hamil dan calon pengantin wanita di Puskesmas mulai perencanaan, cold chain
vaksin, pelaksanaan (termasuk penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi / KIPI), pelaporan,
dan evaluasi.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. DASAR-DASAR IMUNISASI
Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen
tertentu/toksin dengan mneggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik.
(Baratawidjaja, 2009).
Ada dua macam imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi pasif
dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu imunisasi pasif alamiah dan buatan. Yang termasuk
dalam imunisasi alamiah ialah imuntas maternal melalui plasenta dan imunitas maternal
melalui kolostrum. Vaksinasi, termasuk dalam imunisasi aktif.

Tubuh manusia telah mempunyai sistem kekebalan sebagai mekanisme pertahanan


dalam mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksi. Pertahanan spesifik dan
nonspesifik yang saling bekerja sama. Pertahanan non spesifik diantaranya adalah kulit
dan membrane mukosa, sel-sel fagosit, komplemen, lisozim, interferon, dan berbagai
factor humoral lain. Pertahanan nonspesifik berperan sebagai garis pertahanan pertama.
Semua pertahanan ini merupakan bawaan (innate) artinya pertahanan tersebut secara
alamiah ada dan tidak adanya dipengaruhi secara intrinsik oleh kontak dengan agen
infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan spesifik meliputi system antibodi oleh sel B
dan sistem imunitas seluler oleh sel T. Sistem pertahanan ini bersifat adaptif dan didapat,
yaitu menghasilkan reaksi spesifik pada setiap agen infeksi yang dikenali karena telah
terjadi pemaparan terhadap mikroba atau determinan antigenic sebelumnya. Sistem
pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi serta mengingat agen infeksi
tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit di kemudian hari. Hal inilah yang
mendasari imunisasi (Wahab, 2002).
Bila ada antigen masuk tubuh, maka tubuh akan berusaha menolaknya dengan membuat
zat anti. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah,
sehingga tidak cukup banyak antibody terbentuk. Pada reaksi kedua, ketiga dan
seterusnya tubuh sudah mengenali antigen tersebut. Tubuh sudah pandai membuat zat
anti, sehingga dalam waktu singkat akan dibentuk zat anti yang lebih banyak. Setelah
beberapa lama jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar
tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen atau imunisasi ulang sebagai rangsangan tubuh
untuk membuat zat anti kembali (Markum, 1997).
2. VAKSIN
Pada dasarnya vaksin dibuat dari:
2

1. Kuman yang telah dilemahkan/ dimatikan


Contoh yang dimatikan : vaksin polio salk, vaksin batuk rejan
Contoh yang dilemahkan : vaksin BCG, vaksin polio sabin, vaksin campak
2. Zat racun (toksin) yang telah dilemahkan (toksoid)
Contoh : toksoid tetanus, toksoid dipteri
3. Bagian kuman tertentu/ komponen kuman yang biasanya berupa protein khusus
Contoh : vaksin hepatitis B.
Macam-macam vaksin :
1. Vaksin BCG
- Vaksin Bacille Calmette-Guerin atau vaksin VBG adalah vaksin galur Mikobakterium
bovis yang dilemahkan dan digunakan pada manusia terhadap pencegahan tuberkulosis
di hampir seluruh penjuru dunia.
- Penyimpanan
: lemari es, suhu 2-8oC
- Dosis
: 0,05 ml
- Kemasan
: ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl faali)
- Masa kadaluarsa : satu tahun setelah tanggal pengeluaran
- Reaksi imunisasi : biasanya tidak demam
- Efek samping
: jarang dijumpai, bias terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
setempat yang terbatas dan biasanya sembuh sendiri walaupun lambat.
- Kontraindikasi : tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau
uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/ menahun.
2. Vaksin DPT
- Merupakan produk policalen yang mengandung toksoid Korinebakteri difteri ,
Bordetela perusis, dan Klostridium tetani yang dimatikan.
- Penyimpanan
: lemari es, suhu 2-8oC
- Dosis
: 0,5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 minggu
- Kemasan
: vial 5 ml
- Masa kadaluarsa : dua tahun setelah tanggal pengeluaran
- Reaksi imunisasi : demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama
1-2 hari.
- Efek samping
: gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan.
- Kontra indikasi : anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam
kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita penyakit
gangguan kekebalan.
3. Vaksin Poliomielitis
-

Vaksin yang diberikan ialah caksin oral (Oral Polio Vaccin, Sabin). Vaksin Sabin dibuat
dari virus yang juga ditumbuhkan dalam biakan yang dilemahkan dan memberikan
proteksi terhadap infeksi intestinal dan penyakit paralisa. Sifat perlindungannya
sistemik dan lokal.

Penyimpanan
Dosis
Kemasan
Masa kadaluarsa
Reaksi imunisasi

: OPV, freezer suhu -20oC


: 2 tetes mulut
: vial, disertai pipet tetes
: OPV, 2 tahun pada suhu -20oC
: biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan.
3

Efek samping
: hamper tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak
seperti polio sebenarnya.
- Kontra indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan.
4. Vaksin Campak
- Vaksin campak adalah caksin hidup yang dilemahkan dari galur virus dengan antigen
tunggal yagn dibiakkan dalam embrio ayam. MMR adalah caksin yang dimatikan dan
diberikan dalam suntikan tunggal untuk pencegahan penyakit campak, mumps
(gondong) dan rubela.
- Penyimpanan
: freezer suhu -20oC
- Dosis
: setelah dilarutkan, diberikan 0,5 ml
- Kemasan
: vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan beserta pelarut 5
ml (aquadest).
- Masa kadaluarsa : 2 tahun setelah tanggal pengeluaran
- Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan
sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan,
atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.
- Efek samping
: sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari
setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
- Kontra indikasi : sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam
derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan.dihindari pula pemberian pada
ibu hamil.
5. Vaksin Hepatitis B
- Vaksin Hepatitis B terdiri atas pertikel antigen permukaan hepatitis B yang diinaktifkan
dan diabsorpsi dengan tawas, dimurnikan dari plasma manusia/ karier hepatitis. Vaksin
ini dewasa ini dudah diganti dengan vaksin rekombinan HbsAg yang diproduksi
dengan rekayasa genetik galur Saccharomyces cerevesiae yang mengandung plasmid/
gen untuk antigen HbsAg. Produksi caksin hepatitis B dari jamur dengan teknik
rekombinan, merupakan cara yang lebih mudah untuk memproduksi vaksin dalam
jumlah besar dan aman dibandingkan dengan yang diproduksi dari serum. Diberikan
pada bayi dengan umur kurang dari 7 hari.
- Dosis
: 0,5 ml sebanyak 3 kali pemberian
- Kemasan
: HB PID
- Reaksi imunitas : nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas atau
pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
- Efek samping
: selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek yang berarti.
- Kontra indikasi : anak yang sakit berat.
6. Vaksin DPT/HB (COMBO)
-

Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanis yang dimurnikan dan
pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus
yang menandung HbsAg murni dan bersifat non infectious

Dosis
: 0,5 ml sebanyak 3 kali
Kemasan
: vial 5 ml
Efek samping
: gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
pembengkakan, dan kemerahan pada daerah suntikan. KAdang terjadi gejala berat
seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi.
Reaksi yang bersifat ringan biasanya hilang dalam 2 hari.
4

Kontra indikasi : gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada syaraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif
terhadap komponen vaksin, penderita infeksi berat yang disertai kejang.
Penanganan vaksin
Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat transportasi ke
tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik. Secara umum vaksin akan rusak
bila terpapar suhu panas. Faktor yang dapat merusak vaksin antara lain sinar matahari,
suhu dan kelembaban.
Efektivitas vaksin di Indonesia selalu dimonitor oleh badan POM dengan mengambil
sampel secara acak, atau dengan VVM, yaitu sejenis stiker yang ditempelkan pada
botolvaksin. Bila vaksin rusak maka VVM akan berubah warna.
Pemberian vaksin bukan tanpa risiko. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi dapat terjadi,
misalnya reaksi anafilaksis, persistent incosolable screaming, hypotonic hypresposive
episode, toxic shock syndrome. Misalnya pada imunisasi campak dengan anak
mengalami kurang gizi berat akan mengakibatkan efek samping yang lebih berat. Karena
APC yang sudah mempresentasikan antigen tidak atau sedikit sekali yang bereaksi
dengan sel B atau sel T, maka antigen yang menumpang pada APC akan dibawa menuju
berbagai jaringan dan dapat menuju sawar darah otak dan mengakibatkan ensefalitis.

3. PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA


Vaksin yang termasuk program imunisasi dasar adalah : hepatitis B, diphteri, pertusis,
tetanus, polio, BCG dan vaksin campak.
Di Indonesia, pelayanan imunisasi dasar/imunisasi rutin dapat diperoleh pada:
a. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah. Seperti Puskesmas, Posyandu,
rumah sakit, dsb.
b. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya pada
saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, Pekan Imunisasi
Nasional, atau melalui kunjungna dari rumah ke rumah.
c. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter praktik
swasta ataupun rumah sakit swasta.

Sasaran imunisasi di Indonesia yaitu :


1. Sasaran berdasarkan usia yang diimunisasi
a. Imunisasi rutin diberikan kepada bayi di bawah umur satu tahun, wanita usia
subur (15-39 tahun) termasuk ibu hamil dan calon pengantin.
b. Imunisasi tambahan diberikan bila diperlukan.
2. Program imunisasi Meniitis Meningokus
Diberikan kepada seluruh calon/ jemaah haji dan umroh, petugas Panitia
Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi, Tim Kesehatan Haji Indonesia
yang bertugas menyertai jemaah dan petugas kesehatan di embarkasi/debarkasi
3. Program imunisasi demam kuning
Diberikan kepada semua orang yang melakukan perjalanan kecuali bayi di bawah 9
bulan dan ibu hamil trimester pertama, berasal dari negara atau ke negara yang
dinyatakan endemis demam kuning.
4. Program imunisasi rabies
5

Sasarannya ditujukan pada 100% kasus gigitan yang beridikasi rabies, terutama pada
lokasi tertular (selama 2 tahun terakhir pernah ada kasus klinis, epidemiologis dan
laboratoris dan desa-desa sekitarnya dalam radius 10 km)
Jadwal Imunisasi di Indonesia
Imunisasi wajib pada bayi
vaksin
pemberian
BCG
1x

interval

umur
0-11 bulan

2-11 bulan
0-11 bulan

DPT
Polio (OPV)

3x
4x

4 minggu
4 minggu

Campak
Hepatitis B

1x
3x

9-11 bulan
1 dan 6 bulan 0-11 bulan
dari
suntikan
pertama

keterangan
Minimal,
tidak
ada
batasan
maksimal
Lengkapi
sebelum umur 1
tahun
-

Imunisasi pada anak SD


Kelas
Vaksin yang diberikan
1
Difteri, tetanus, campak, masing-masing 0,5 cc
2
Tetanus toksoid 0,5 cc
3
Tetanus toksoid 0,5 cc
Imunisasi tetanus pada wanita usia subur
Vaksin
Dosis
Pemberian
tetanus
T-1
0,5 cc
T-2
0,5 cc
Empat minggu setelah T-1
T-3
0,5 cc
Enam minggu setelah T-2
T-4
0,5 cc
Satu tahun setelah T-3
T-5
0,5 cc
Satu tahun setelah T-4

Masa perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun

4. PEMANTAUAN KEJADIAN PASCA IMUNISASI


KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca imunisasi) adalah semua kejadian sakit,kematian yang
terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada kejadian tertentu pengamatan KIPI
dapat mencapai masa 42 hari atau sampai 6 bulan.
Klasifikasi KIPI
a. Reaksi vaksin
induksi vaksin, sifat dasar vaksin
b. Kesalahan Program
salah dosis, salah lokasi & cara penyuntikan dll
c. Kebetulan
kejadian terjadi stlh imunisasi tp tdk disebabkan oleh
vaksin
d. Injection Reaction
rasa takut dr tindakan penyuntikan
6

e. Penyebab tidak diketahui


Pelaporan KIPI
Hal yang dilaporkan meliputi : identitas anak, jenis vaksin, dokter yg bertanggung
jawab,waktu pemberian imunisasi, saat timbul KIPI, riwayat KIPI pada imunisasi
terdahulu,gejala klinis dan diagnosis (bila ada), pengobatan yang diberikan dan
perjalanan penyakit, adakah gejala sisa setelah dirawat dan sembuh, cara penyelesaian
KIPI.
a. KIPI yang harus dilaporkan 24 jam pasca imunisasi
Reaksi anafilaksis, Anafilaksis, Menangis menjerit >3 jam,Toxic shock syndrome,
hypotonic hyporesponsive episode
b. KIPI yg hrs dilaporkan 5 hari pasca imunisasi
Reaksi lokal hebat, Sepsis, Abses pd tempat suntikan
c. KIPI yg hrs dilaporkan 30 hari pasca imunisasi
Ensefalopati, Kejang, Meningitis aseptik,AFP, Neuritis Brachialis, Meninggal, dirawat
di RS, reaksi lokal yang hebat, abses di daerah suntikan
Penanganan KIPI
a. Penyebab karena vaksin
Jenis
Gejala
Tindakan
Reaksi lokal ringan

Reaksi lokal berat

Nyeri,eritema,indurasi < 1cm

Kompres hangat
beri
paracetamol
Jika nyeri mengganggu dapat
diberi obat parasetamol
Nyeri, eritema, indurasi > 8 cm Kompres hangat
beri
+ manifestasi sistemik
paracetamol

Reaksi sistemik

Demam, nyeri kepala, nyeri Beri minum hangat


otot, menggigil
paracetamol

Kolaps

Tetap sadar tp tdk bereaksi Rangsang dg bau


tdk ada
thdp rangsanagan
respon > 30' rujuk ke RS

Syok anafilaksis

Onset
mendadak,
Urtikaria,oedema,sesak nafas,
nafas berbunyi, takikardi,
tidak sadar/ pingsan

b. Penyebab karena tatalaksana program


Jenis
Gejala
Abses dingin
Bengkak,keras,nyeri
suntikan

beri

Suntik Adrenalin
Suntik Deksametason
Infus NaCL 0,9 %
Rujuk RS

Tindakan
daerah Kompres hangat
paracetamol

Pembengkakan

Bengkak di sekitar suntikan

Kompres hangat

Sepsis

Bengkak di sekitar suntikan

Kompres hangat

beri

beri
7

Demam
Timbul 1
imunisasi
Tetanus

paracetamol rujuk ke RS
minggu

setelah

Kejang, dapat disertai demam


Anak tetap sadar

Rujuk RS

Kelemahan/ kelumpuhan otot Anggota gerak yang disuntik Rujuk RS untuk fisioterapi
tidak dapat digerakkan

c. Penyebab karena faktor penjamu/penerima


Jenis
Gejala
Tindakan
Alergi
Eritema,gatal, oedema, sesak Deksametason
1
amp
nafas
Jika berlanjut infus Nacl 0.9
Tekanan darah menurun
%
Faktor Psikologis

d. Koisiden faktor kebetulan


Jenis
Faktor Kebetulan

Ketakutan
Berteriak
Pingsan

Tenangkan
Beri minum hangat
Beri wewangian/ alkohol
sadarberi teh manis

Gejala
Tindakan
Gejala penyakit ( = Gx KIPI) Tangani ~ Gx
Cari
tjd kebetulan bersamaan dg informasi adakah disekitar
waktu imunisasi
kasus serupa pd anak yg tdk
diimunisasi
Rujuk ke RS

BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
A. Hari Pertama
Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak Boyolali, pada pukul 8.00-11.30 WIB.
Kegiatan dimulai dengan pemberian materi dan instruksi dari dr. A. Muzayin selaku Kepala
Puskesmas Ngemplak Boyolali dan Ibu Sri Isdiyanti, S. Psi kemudian kegiatan dilanjutkan
dengan mahasiswa melihat secara langsung pelaksaan imunisasi di Puskesmas Ngemplak
Boyolali. Setelah itu sebelum mahasiswa mengakhiri kegiatan di puskesmas, mahasiswa
mendapatkan penjelasan akhir serta arahan pembuatan data oleh instruktur.
TAHAP PERENCANAAN IMUNISASI DI PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI
Perencaan meliputi :
1. Menghitung Jumlah Sasaran
8

Sasaran dihitung berdasarkan angka jumlah penduduk, angka kelahiran dari hasil sensus
penduduk dari BPS
Menghitung jumlah sasaran bayi
ada 2 cara yaitu :
a. Berdasarkan angka persentase kelahiran bayi dari jumlah penduduk masingmasing wilayah
- Kecamatan: CBR Propinsi X Jumlah Penduduk
- Desa: Pendataan sasaran per desa
b. Berdasarkan besarnya jumlah sasaran bayi tahun lalu yang diproyeksikan untuk
tahun ini
- Kecamatan: Jumlah bayi kec th lalu x Jml bayi kota th ini
Jml bayi kota th lalu
- Desa : Jumlah bayi desa th lalu
x Jml bayi kecamatan tahun ini
Jml bayi kecamatan th lalu
Menghitung Jumlah sasaran ibu hamil
Jumlahnya 10 % lebih besar dari jumlah bayi
Sasaran ibu hamil : 1,1 x Jumlah Bayi
Menghitung Jumlah sasaran anak sekolah tingkat dasar
Berdasarkan data dari Diknas setempat
Sasaran DT = Kelas I
Sasaran TT = Kelas I, II dan III
( Data diambil tahun lalu ditambah 5 % )
Menghitung Jumlah sasaran WUS
Jumlah Sasarn WUS : 21,9 x Jumlah penduduk
Tabel Penyebaran Penduduk dan Jumlah Sasaran Bayi, Balita, PUS dan Bumil
Kecamatan Ngemplak tahun 2008
N
DESA
SASARAN
JUMLAH SASARAN TAHUN 2009
O /KELURAHAN BAYI TAHUN
2008
PENDUDU BAYI BUMIL WUS PUS BULIN
K
1
Sawahan
172
9022
148 163
1975 180 150
9
2
Donohudan
123
6541
118 130
1432 133 119
8
3
Pandeyan
111
7151
118 130
1566 145 119
6
4
Kismayoso
148
6375
131 144
1396 952 132
5
Giriroto
117
5340
107 118
1169
108 108
8
6
Manggung
120
5991
114 125
13132 132 115
5
7
Gagak Sipai
125
7312
93
102
1601 111 94
8
8
Dibal
95
5890
122 134
1289 142 123
1
9

9
10

Sindon
Ngesrep

79
90

4742
6491

83
95

91
105

1038
1421

11

Ngargorejo

65

3264

59

65

714

12

Sobokerto
JUMLAH

106

5838

105
1293

115
1422

1278
16191

1350

73957

956
108
4
131
0
586

84
96
60
106
E

2. Menentukan Target cakupan


Adalah Menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang
direncanakan. Target cakupan maksimal 100 %
Target Puskesmas Ngemplak tahun 2008 &2009 :
- BCG : 95% DPT 1 : 90%, DPT 2 : 90%, DPT 3 : 90%
- Polio 1 : 95%, polio 2 : 90%, polio 3 : 90%, polio 4 85%
- HbO : 95%, Campak 90%, DO dpt/hb 1-3 : 5%, DO dpt/hb 1-campak 5 %.
3. Menghitung Indek Pemakaian(IP) Vaksin
Indek Pemakaian Vaksin adalah rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial vaksin.
IP vaksin : Jumlah Suntikan (cakupan ) tahun lalu
Jumlah Vaksin yang terpakai tahun lalu
Dosis vaksin per kemasan :
Jenis Vaksin

Dosis/kemasan

IP Standart Nasional

1. BCG

20/ampul

3,5

2. DPT, DT, TT, Polio, Campak

10/vial

3. DPT-HB

5/vial

4. Hepatitis B
1/ kemasan
1
catatan : IP vaksin biasanya jumlah efektif perkemasan untuk masing-masing vaksin
IP di Puskesmas Ngemplak tahun 2009 :
BCG= IP 18
DPT / HB= IP 4
Polio= IP 7
Campak= IP 8
HB Uniject= 1
TT= 7
DT= 7
4. Menghitung Kebutuhan Vaksin
Vaksin yang diperlukan(ampul/vial) : Jml sasaran X Target(%)
IP Vaksin th lalu
Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke tingkat kota Propinsi Pusat
Untuk 1 tahun + 10 %
Kebutuhan vaksin Puskesmas Ngemplak :
N
KEBUTUHAN VAKSIN
JUMLAH KEBUTUHAN
O
TAHUN 2008
10

PER BULAN
1
2
3
4
5
6
7

1
2
3

A.PROGRAM IMUNISASI RUTIN


BCG
DPT-HB
POLIO
CAMPAK
HB Uniject
TT-BUMIL
TT-WUS
B. PROGRAM BIAS CAMPAK
& DT+TT
CAMPAK
DT
TT

171
1067
813
171
1422
213
2320

14
88
68
14
118
17
193

175
175
369

5. Menghitung Kebutuhan Alat Suntik & Safety Box


5. 1. Alat suntik 0.05 ml untuk imunisasi BCG
Kebutuhan : Sasaran x Target cakupan BCG
5.2.
Alat suntik 0,5 ml utk imunisasi DPT,DT,TT Campak,Hepatis
Kebutuhan : Sasaran x Target cakupan
5.3. Alat Suntik 5 ml (oplos)
digunakan untuk mengoplos vaksin campak dan BCG
kebutuhan alat suntik =jumlah vaksin yg dibutuhkan
5.4. Safety Box (SB)
Kotak tempat pembuangan limbah medis tajam
safetybox terisi dibuang dan dibakar di incinerator, namun karena keterbatasan
puskesmas maka hal ini tidak dilakukan.
SB ada 2 ukuran :
a. SB 5 liter ( menampung 100 alat suntik atau 300 ( uniject )
b. SB 0.25 liter ( menampung 10 uniject)
Kebutuhan Safety Box :
SB 5 liter : Jumlah alat suntik BCG+DPT+TT+DT+HB+Campak+Untuk oplos
100
Kebutuhan Alat Suntik (ADS) dan Safety Box Puskesmas Ngemplak :
NO
KEBUTUHAN ALAT SUNTIK(ADS) &
JUMLAH
SAFETY BOX
KEBUTUHAN TAHUN
2008
A.
PROGRAM IMUNISASI RUTIN
1
ADS 0,05 ml
1422
2
ADS 0,5 ml
21363
3
Spuit oplos
171
4
Safety box
48
B.
PROGRAM BIAS CAMPAK & DT+TT
1
ADS 0,5 ml
175
2
Spuit oplos
175
3
Safety box
24
6. Menghitung Kebutuhan Peralatan Rantai Vaksin
11

Peralatan rantai vaksin diperlukan agar Vaksin tetap terjaga potensinya


Tabel Kebutuhan dan daya tahan rantai Vaksin :
No
Jenis
Kebutuhan
1.
Lemari Es
1 buah
2.
Vaccine carrier
3-5 buah
3.
Thermos + 4 buah cold
Sejumlah tim lapangan
pack
4.
Cold box
1 buah
5.
Freeze tag/treeze watch
Sejumlah tim lapangan

Daya Tahan
10 tahun
4 tahun
4 tahun
5 tahun
5 tahun

Ketersediaan Peralatan dan Penyimpanan Vaksin di Puskesmas Ngemplak :


- Lemari es 1 (di rawat inap)
- Kulkas RCW 3 buah ( 1 baik, 2 rusak )
- Kulkas besar 1 (Merk Equisite)
- Vaccien Carrier 4 buah
- Termos 13 buah
- Cold pack
- Freeztag 1, freezwatch 1
7. Merencanakan permintaan dan pembagian vaksin
a. Perhitungan permintaan vaksin
Kapasitas tempat penyimpanan
Permintaan vaksin ~ kebutuhan
Dilakukan saat stok vaksin minimum ( vaksin utk kebutuhan minimum 1minggu )
b. Periode Permintaan Vaksin untuk Puskesmas
Banyaknya vaksin yg diminta ke Kabupaten/Kota adalah utk pemakaian 1 bln + 1 minggu
cadangan dikurangi sisa vaksin yang masih ada

Data dari Puskesmas Ngemplak :


Permintaan vaksin dilakukan 1 bulan sekali, vaksin cukup untuk 1 bulan ditambah
cadangan untuk 1 minggu.
Permintaan / bon vaksin dengan menggunakan blangko permohonan vaksin
8. Merencanakan pelaksanaan kegiatan imunisasi di wilayah di Puskesmas
a) Membuat peta operasional Pelayanan Imunisasi
b) Menghitung jumlah pelayanan yang diperlukan tiap bulan
c) Membuat rencana kerja Puskesmas
Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Imunisasi di Puskesmas Ngemplak :
(sesuai jadwal yang telah disepakati)
1. Pelayanan Imunisasi di Puskesmas
- Imunisasi bayi tiap hari Jumat
- Imunisasi TT Capeng, WUS dan Bumil setiap hari
(Blangko Capeng dan TT WUS tersedia cukup)
2. Pelayanan Tingkat Desa
Sawahan
: setiap tgl 18
Gagaksipat
: setiap tgl 21
Donohudan : setiap tgl 16
Dibal
: setiap tgl 22
Pandeyan
: setiap tgl 13
Sindon
: setiap tgl 22
12

Kismoyoso : setiap tgl 20


Ngesrep
: setiap tgl 23
Giriroto
: setiap tgl 20
Ngargorejo : setiap tgl 19
Manggung
: setiap tgl 22
Sobokerto
: setiap tgl 15
- Untuk wilayah wilayah yang cakupannya kurang bisa melayani imunisasi bersamaan
dengan Posyandu
- Selain itu bisa dilakukan sweeping setiap saat
TAHAP PERSIAPAN DI PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI
Persiapan imunisasi (oleh bidan) : mempersiapkan vaksin, pelarut, spuit, cold box (untuk
membawa), es dalam plastik, air panas, kapas, dan alat bahan lain yang diperlukan .
A. Menyiapkan Pelayanan Imunisasi :
1. Logistik ( disesuaikan dengan perkiraan jumlah sasaran )

Termos /

Vaksin Carrier

y box
Cool

pack

pelarut dan penetes

suntik

box

Baha
n penyuluhan

Pemoton

g jarum

Alat
tulis

Formulir

Vaksin,

Kartu
-kartu imunisasi

pelarut dan penetes

Kapa
s basah dalam wadah

Safety

Form
ulir

Alat

Pemo
tong jarum

Vaksin,

Safet

ar melidi

Alat
suntik

Lemb

Temp
at sampah

Sabu
n cuci tangan / alkohol

2. Mengeluarkan Vaksin dari Lemari Es

Sebelum membuka lemari es tentukan berapa banyak vaksin yang akan diambil
catatlah suhu dalam lemari es

Pilihlah vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan

3. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan

Lihat VVM dan tanggal kedaluwarsa


13

4.

Mengelola Peralatan Vaksin dan Rantai Vaksin di Puskesmas


PERALATAN RANTAI VAKSIN
Adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur
utk menjaga vaksin pada suhu yang ditetapkan, meliputi :
1. Lemari Es
setiap Puskesmas mempunyai 1 lemari es sesuai standar program ( buka atas).
2. Vaccine carrier
adalah alat untuk membawa vaksin dari Kota ke puskesmas, dpt mempertahankan
suhu +2C s/d +8C relatif lama . Vaccine carrier dilengkapi dengan 4 bh cool pack
@ 0.1 liter
3. Kotak Dingin ( Cool pack )
adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi dengan air yang kemudian
didinginkan pada lemari es selama 24 jam
4. Thermos
digunakan untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan
imunisasi. Setiap
thermos dilengkapi cool pack minimal 4 bh
@ 0.1 L . Dapat mempertahankan suhu kurang dari 10 jam, sehingga cocok
digunakan untuk daerah yang transportasinya lancar.
5. Cold Box
Cold box ditingkat Puskesmas digunakan apabila keadaan darurat seperti listrik
padam untuk waktu cukup lama.
6. Freeze Tag/freeze watch
Untuk memantau suhu dari kota ke puskesmas pada waktu membawa vaksin serta
dari puskesmas ke tempat pelayanan dalam upaya peningkatan kualitas rantai
vaksin.
PENANGANAN VAKSIN
Penyimpanan vaksin
a. Semua Vaksin disimpan pada suhu +2C s/d +8C
b. Bagian bawah lemari es diletakkan cool pack sebagai
penahan dingin dan
kestabilan suhu
c. Peletakan dus vaksin bejarak minimal 1-2 cm
d. Vaksin yg sensitif terhadap panas ( BCG,Campak,Polio)diletakan dekat
evaporator
e. Vaksin yg sensitif terhadap dingin ( DT,TT,DPT,HB) diletakan jauh dari
evaporator.
Penggunaan di tempat pelayanan imunisasi
a. Vaksin disimpan dalam thermos yang berisi cool pack
b. Diletakkan di meja yang tidak terkena matahari langsung
c. Dalam penggunaannya vaksin diletakkan diatas spon yg berada dalam thermos
d. Dalam thermos tidak boleh ada air yang merendam vaksin
Penggunaan vaksin dari vial yang sudah dibuka
Sisa vaksin yg telah dibuka pada pelayanan dinamis tidak boleh digunakan lagi.
Pada pelayanan statis ( di Puskesmas) sisa vaksin dapat digunakan dengan
ketentuan:
a. Vaksin tidak melewati tanggal kadaluwarsa
b. Tetap disimpan pada suhu +2C s/d +8C
14


a.
b.

c.

c. Kemasan vaksin tidak pernah terendam air


d. VVM (Vaccine Vial Monitor : stiker yang ditempel pada botol vaksin ) masih
bagus
e. Pada label ditulis tanggal vaksin pertama kali dibuka
f. Vaksin Polio dapat digunakan hingga 2 minggu setelah dibuka
g. Vaksin DPT,DT,TT,HB dapat digunakan hingga 4 minggu
h. Vaksin Campak hanya boleh digunakan tidak lebih 6 jam setelah dilarutkan
i. Vaksin BCG hanya boleh digunakan tidak lebih 3 jam setelah dilarutkan
Sebelum menggunakan vaksin periksa dengan teliti kondisi VVM
Kondisi vaksin dapat digunakan
warna segi empat bagian dalam lebih terang dari warna gelap sekelilingnya
Kondisi vaksin harus segera digunakan
warna segi empat bagian dalam sudah mulai gelap namun msh terang dari warna
gelap sekelilingnya
Kondisi vaksin tidak boleh digunakan
warna segi empat bagian dalam sama gelap / lbh gelap dari warna gelap di
sekelilingnya

B. Menyiapkan Tempat Kerja Imunisasi


1. Pelayanan di dalam fasilitas kesehatan, syaratnya :
-

mudah diakses

tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan dan debu

cukup tenang

2. Pelayanan Imunisasi di lapangan (out treach)


-

jika dalam gedung harus cukup terang, dan cukup ventilasi

jika di tempat terbuka tempat harus teduh

TAHAP PELAKSANAAN PEMBERIAN VAKSINASI DI PUSKESMAS NGEMPLAK


BOYOLALI
Pemberian vaksin/imunisasi (oleh bidan)
- Mahasiswa memperhatikan cara penyuntikan yang dilakukan. Imunisasi yang
diberikan ialah Hepatitis B/ DPT (combo), polio, dan campak.
- Mahasiswa melakukan tanya jawab dengan instruktur.
- Mahasiswa melakukan pencatatan data data dan keterangan yang penting dari
hasil pengamatan maupun penjelasan dari instruktur.
A. Penyuluhan sebelum dan sesudah imunisasi
Penyuluhan berisikan tentang kegunaan imunisasi, efek samping dan cara penanggulangan
serta kapan dan dimana pelayanan berikutnya.
B.

Pemeriksaan sasaran dan pengisian buku register

Setiap sasaran diperiksa dan diberi vaksin yang layak mereka terima, kemudian menentukan
usia dan status imunisasi terdahulu sebelum diputuskan dosis vaksin mana yang akan
15

diberikan. Tidak banyak muncul kontra indikasi terhadap imunisasi. Semua bayi sebaiknya
diimunisasi kecuali dalam tiga situasi yang jarang terjadi berikut ini :
1. Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat merupakan kontra indikasi
mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya.
-

reaksi berlebihan seperti : suhu tinggi > 380 C dengan kejang, penurunan
kesadaran, shock atau reaksi anafilaktik lainnya setelah imunisasi DPT 1
merupakan kontra indikasi untuk pemberian DPT2 atau 3

2. Riwayat kejang, demam dan panas lebih > 380 C merupakan kontra indikasi
pemberian DPT1 dan campak.

C.
1.

2.

3.

4.

3. Jika orang tua sangat berkebaratan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang
sakit, jangan berikan imunisasi. Mintalah ibu untuk kembali lagi jika bayinya sudah
sehat.
Demonstrasi Pelaksanaan Imunisasi
Mempersiapkan sasaran
Mengatur posisi untuk sasaran anak
Meminta ibu untuk duduk dan meletakkan anak di pangkuan. Memastikan salah satu
lengan ibu berada di belakang punggung anak dan salah satu lengan anak melilit
punggung ibu.
Ibu dapat menyelipkan kaki anak di antara kedua pahanya agar tidak menimbulkan
gerakan yang membahayakan atau ibu bisa memegang kaki anak.
Petugas kesehatan tidak bisa memegang kaki anak karena perlu dua tangan untuk
memberikan suntikan.
Selalu mmberitahukan pada ibu jika akan memberikan suntikan.
Pemberian vaksinasi BCG
2.1.
Menyiapkan semprit
2.2.
Mengisi semprit
2.3.
Mengeluarkan gelembung udara
2.4.
Cara pemberian vaksinasi
Pemberian vaksin DPT, TT, dan Hepatitis B
Pemberian vaksin adalah secara intramuskuler
Usaplah sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi air
Letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada sisi yang akan disuntik, kemudian
regangkan kulit
Tusukkan jarum tegak lurus ke bawah (posisi 90o)sampai masuk ke dalam otot
Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh
darah
Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukan vaksin, suntikan vaksin
pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. Kemudian cabut jarumnya.
Pemberian vaksin campak
Pemberian vaksin adalah secara subkutan dalam
Tempat yang akan disuntik adalah sepertiga lengan bagian atas/ pertengahan
muskulus deltoideus
mengusap sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi air
16

Menjepit lengan yang akan disuntik dengan jari tangan kanan, seperti mencubit
menggunakan ibu jari dan telunjuk
Memasukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit dengan sudut kira-kira 30-45o posisi
lengan, kedalaman jarum tidak lebih dari 0,5 inchi. Mengontrol jarum, menahan
pangkal piston dengan jari tangan sambil menekan jarum ke dalam
Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh
darah
Dorong pangkal piston dengan ibu jari utuk memasukan vaksin, menyuntikan vaksin
sebanyak 0,5 cc
Mencabut jarum dan mengusap bekas suntikan dengan kapas yang dibasahi air
5. Pemberian vaksin polio (OPV/ Oral Polio Vaccine)
Pemberian dilakukan dengan cara oral, diteteskan ke dalam mulut
Dosis yang diberikan sebanyak dua tetes
D. Pencatatan
Semua kunjungan sasaran dimasukkan dalam buku register hal ini membantu para
petugas dalam mengawasi pelayanan imunisasi yang mereka berikan. ( langsung melihat
lapangan ).
E. Pelaporan
Sistem pelaporan dimulai dari desa ke puskesmas kemudian dari puskesmas ke dinas
kesehatan kabupaten Boyolali. ( blanko-blanko / format pencatatan dan pelaporan lihat di
lapangan. Syarat-syarat laporan yang baik adalah : lengkap, tepat waktu dan akurat.
F. Melakukan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
Pemantaun KIPI dimulai dari saat selesai imunisasi s.d. terhitung 1 bulan.
Pemantaun di desa dilakukan oleh bidan desa dan selanjutnya dilaporkan kepada
koordinator imunisasi / kepala puskesmas untuk dilakukan pelacakan.
Blanko KIPI tersedia 4 lembar
Lembar kesatu
: warna putih untuk Sekretariat KOMNAS-KIPI Tingkat Pusat
Lembar kedua
: warna merah untuk KOMDA-KIPI Tingkat Provinsi
Lembar Ketiga
: warna biru untuk Dinas Kesehatan Tingkat Kabupaten / Kota
Lembar Keempat
: warna hijau untuk pertinggal di Puskesmas
UPAYA KEGIATAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI CAKUPAN IMUNISASI
DI PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI
1. Lintas program
menyampaikan hasil cakupan imunisasi pada pertemuan rutin puskesmas
membahas desa dengan cakupan rendah / do tinggi dengan bidan desa dan bidan
koordinator.
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan desa dalam pengelolaan vaksin
dan cara pemberian imunisasi oleh bidan koordinator/pengelola program imunisasi.
bekerjasama dengan bps (bidan praktek swasta) di wilayah kerja puskesmas.
melakukan validasi data hasil cakupan tingkat desa.
melakukan supervisi suportif pada desa dengan angka cakupan rendah / do tinggi
melakukan PWS tingkat puskesmas
melakukan sweeping imunisasi pada desa dengan cakupan rendah / do tinggi
2. Lintas sektoral
17

- menyampaikan hasil cakupan / PWS kepada camat atau yang mewakili.


- menyampaikan hasil cakupan /PWS kepada TP PKK Tingkat kecamatan dan desa.
- menyampaikan hasil cakupan / PWS kepada perangkat desa dan kader posyandu.
- sosialisai program imunisasi kepada ormas
DATA BAYI YANG DIIMUNISASI PADA TANGGAL 17 APRIL 2009 DI PUSKESMAS
NGEMPLAK
1. Bayi I
Pemberian imunisasi BCG (di lengan kanan intra kutan) dan Polio (per oral)
Tanda keberhasilan BCG: timbul indurasi setelah 1,5 bulan. Bila tidak timbul, maka
harus dilakukan manto test untuk mengecek apakah bayi sudah kebal atau belum, bila
belum kebal maka imunisasi harus diulang
Pemberian BCG sebanyak 0,05 ml dan pemberian Polio sebanyak 2 tetes
2. Bayi II
Pemberian imunisasi DPT (sub kutan dalam)dan Polio (per oral)
Reaksi pemberian DPT: timbul panas setelah 2 hari imunisasi. Tata laksana panas
dengan pemberian pamol 10mg/BB dan kompres air hangat, kemerahan dan bengkak
pada area suntikan
Pemberian DPT sebanyak 0,5 ml
3. Bayi III
Pemberian imunisasi BCG dan Polio
4. Bayi IV
Pemberian imunisasi DPT dan Polio
5. Bayi V
Pemberian imunisasi campak (pada usia 9-12 bulan).
Reaksi: panas pada hari 8-12, kemerah-merahan dan bengkak pada tempat imunisasi.
6. Bayi VI
Pemberian imunisasi campak
Pemberian campak sebanyak 0,5 ml.
B. Hari Kedua
Kegiatan yang dilakukan adalah presentasi dan tanya jawab dari kedua kelompok mahasiswa
disertai feed back dari dr. A. Muzayin selaku Kepala Puskesmas Ngemplak Boyolali dan Ibu
Sri Isdiyanti, S. Psi. Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan pemberian tatacara penyusunan
laporan.

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kegiatan Field Lab yang dilaksanakan di Puskesmas Ngemplak Boyolali pada tanggal
17 April 2009, mahasiswa telah melihat jenis-jenis vaksin dan tempat penyimpanannya, melihat
18

pemberian beberapa jenis vaksin pada beberapa bayi dan balita berdasarkan prosedur yang benar,
bagaimanakah prosedur mempersiapkan alat dan bahan untuk imunisasi, dan telah berdiskusi
dengan staf-staf Puskesmas Ngemplak mengenai imunisasi. Secara umum, pelaksanaan imunisasi
di Puskesmas Ngemplak sudah cukup baik dan memenuhi standart, selain itu peralatan (sarana dan
prasarana) untuk pelaksanaan imunisasi sudah cukup lengkap dan memadai. Namun ada beberapa
ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan di lapangan yang memang berbeda. Perbedaan ini
terletak dalam prosedur penyiapan alat dan bahan maupun prosedur imunisasinya. Pada saat
demonstrasi, mahasiswa melakukan pengamatan setiap langkah dalam pemberian imunisasi mulai
dari persiapan hingga pelaksanaannya.
Dilihat dari segi prosedur imunisasi, terdapat kekurangan pada pelaksanaannya di
Puskesmas Ngemplak, yaitu terletak pada sikap terhadap spuit yang digunakan, terutama jarumnya,
untuk imunisasi. Kekurangan ini terletak pada sikap dimana terhadap spuit yang telah digunakan,
spuit ini hanya dibuang di tempat sampah biasa, padahal spuit ini sangat berpotensi dalam
menularkan penyakit yang dibawa oleh si bayi. Seharusnya spuit yang telah digunakan ini
diletakkan di dalam safety box. Kekurangan lainnya ialah kurangnya prosedur personal hygine saat
pelarutan. Petugas yang bertugas di Puskesmas ini tidak selalu mencuci tangan saat melakukan
pelarutan.
Mengenai prosedur cold chain sudah dilaksanakan dengan baik dan terorganisasi dengan
rapi. Sarana penyimpanan vaksin di Puskesmas Ngemplak telah memenuhi standar yaitu
menggunakan lemari pendingin. Lemari pendingin di Puskesmas Ngemplak telah memiliki
pengontrol temperatur, sedangkan pengecekan dan pencatatan temperatur dilakukan dua kali setiap
harinya. Hal ini dimaksudkan agar temperatur di dalam lemari pendingin tetap terjaga sehingga
tidak melebihi batas yang ditentukan yaitu 2 oC 8oC. Kenaikan temperatur lemari pendingin dapat
terjadi karena terlalu sering membuka dan menutup lemari pendingin atau karena pintu tidak
ditutup rapat. Walaupun secara umum vaksin disimpan dalam suhu 2C - 8C, namun tetap ada
rekomendasi suhu dan lama penyimpanan vaksin pada beberapa tingkatan rantai pendingin yang
berbeda. Di Puskesmas Ngemplak juga terdapat Cold Box untuk tempat menyimpan vaksin saat
listrik padam.
Spuit yang digunakan adalah uniject. Cara pemakaiannya tidak sama dengan spuit biasa.
Setelah vaksin diambil (untuk campak, dilarutkan pada aquadest) lalu pastikan tidak ada udara,
baru melakuka injeksi sesuai prosedure. Pemberian HB dan DPT menggunakan vaksin combo.
Setelah pemberian vaksin campak, BCG (tidak ada), dan DPT balita diberikan paracetamol untuk
menanggulangi reaksi imunisasi (panas) pasca injeksi yang diminum sehari tiga kali sampai sekitar
2 hari (sampai panasnya hilang).
Jumlah balita yang diimunisasikan cukup banyak (6 orang). Akan tetapi, dari kelima anak
tersebut, tidak ada yang menerima imunisasi hepatitis B, oleh karena itu, mahasiswa tidak dapat
melihat secara langsung penyuntikan hepatitis B (intra muskuler). Namun prosedur penyuntikan
secara intramuskuler dapat dillihat pada saat pemberian imunisasi DPT. Penyuntikan intra muskuler
secara teori dapat dilakukan di regio gluteus, regio superior lateral femur dan dapat pula dilakukan
di regio deltoid, namun pelaksanaan di lapangan sesuai dengan program pemerintah adalah
suntikan DPT I di lengan kiri, DPT II di lengan kanan, dan DPT III di lengan kiri, namun hal ini
sifatnya tidak mutlak, program seperti ini hanya untuk mempermudah untuk memberikan marker
bahwa si anak telah diimunisasi. Prosedur pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Ngemplak meliputi
pemberian vaksin HB dan DPT sebanyak 0,5 ml secara intramuskuler pada lengan, campak
sebanyak 0,5 ml dengan pengenceran menggunakan aquadest secara IM pada paha atau lengan kiri,
BCG sebanyak 1 ampul dengan bahan pelarut NaCl Faali biasanya disuntikan pada lengan kanan,
19

penyuntikannya secara intrakutan, tidak boleh secara IM karena dapat menimbulkan sepsis, polio
sebanyak 2 tetes pada mulut, namun apabila masih ada keraguan pada dosis pipeting, maka vaksin
polio dapat ditambahkan sebanyak 1 tetes lagi. Sebenarnya dalam menentukan letak kanan atau kiri
untuk penyuntikan vaksin BCG dan campak bukanlah suatu masalah, biasanya untuk vaksin
campak di kiri, sadangkan untuk BCG di kanan, namun hal ini tidak mutlak sifatnya. Untuk
penyuntikan secara intra muscular, dilakukan pencubitan pada area injeksi dan posisi spuit 90
derajat. Untuk injeksi subkutan cara hampir sama, namun posisi jarum 45 derajat. Sedangkan untuk
polio, diteteskan pada mulut seperti biasa.
Sterilisasi area suntikan tidak menggunakan alkohol, tetapi menggunakan air panas pada
kapas karena jika menggunakan alkohol dikhawatirkan akan merusak vaksin. Untuk persiapan alat
bahan seharusnya dipersiapkan juga adrenalin untuk mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan
(syok anafilaksis).
Untuk penghitungan perencanaan imunisasi, digunakan data tahun lalu (2008), namun ada
pula beberapa data tahun 2009. Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting agar kegiatan
pelayanan imunisasi di Puskesmas berjalan dengan baik. Dalam prakteknya, penghitungan
perencanaan di Puskesmas Ngemplak tidak dilakukan oleh mahasiswa secara langsung di lapangan.
Mahasiswa hanya melakukan pendataan dan pencatatan berdasarkan data yang didapat dari
puskesmas.
Kendala-kendala yang terjadi di lapangan antara lain : kendala yang berasal dari pasien
seperti tidak tertibnya pasien di puskesmas, sebagai contoh bayi atau anak yang akan diimunisasi
sering tidak datang imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan bahkan sering juga ditemukan
orang tua atau orang yang membawa anak tersebut untuk diimunisasi lupa saat ditanyai oleh
petugas apakah sang anak pernah mendapatkan vaksin jenis tertentu. Untuk mengatasi hal ini,
puskesmas membuat kartu-kartu imunisasi beserta buku panduan, selain itu jadwal pelayanan
pemberian imunisasi ditempel di sebuah ruang tempat imunisasi diberikan agar imunisasi berjalan
efektif. Kendala dalam pelaksanaan imunisasi sendiri biasanya berupa anak yang akan disuntik
selalu menangis karena gelisah atau takut, demam. Seringkali ibu tidak mengetahui anak sakit atau
jika ditanya memberikan jawaban yang cukup membingungkan sehingga petugas imunisasi harus
memeriksa fisik anak sebelum dilaksanakan imunisasi. Selain itu status kesehatan dan gizi anak
yang akan diimunisasi cukup sering menghambat proses imunisasi. Dari segi orang tua, kendala
yang paling sering adalah kurangnya pemahaman sebagian penduduk tentang pentingnya imunisasi
sehingga acapkali mereka tidak membawa sang anak ke puskesmas sesuai dengan jadwal imunisasi
yang seharusnya didapat sang anak. Untuk mengatasi permasalahan ini, pihak puskesmas
melakukan sweeping dan kaderisasi ke rumah-rumah penduduk untuk memberikan imunisasi,
selain itu hal ini dilakukan demi tercapainya target cakupan imunisasi yang dinyatakan dalam
persen. Adanya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) juga merupakan suatu kendala. Namun
KIPI di Puskesmas Ngemplak sangat jarang terjadi. Berdasarkan data yang di dapat dari
puskesmas, pada bulan Februari terjadi satu kasus KIPI. KIPI yang terjadi pada Bulan Februari
adalah terjadinya muntah, diare, pingsan(sinkop), kejang, kesadaran menurun, dan terjadi pula
demam tinggi (>39 derajad celcius) selama lebih dari satu hari setelah pemberian vaksin DPT I
secara subkutan di lengan kiri dan Polio II secara oral. Pengobatan KIPI untuk kasus ini adalah
dengan diberikannya obat antipiretik dan pemberian O2, kemudian pasien dirujuk ke RS Boyolali
untuk mendapatkan penanganan lanjut. Pada bulan Maret tercatat di formulir pelacakan kasus AFP
terjadinya kelumpuhan akut dan sifatnya layuh pada anggota gerak yang sering terjadi pada
seorang anak berusia 4 tahun pada hari yang sama dengan rasa sakit yang muncul pada pasien.
Sebulan sebelum kejadian pasien tidak mempunyai riwayat kontak. Diduga bahwa sang anak
20

tersebut menderita GBS (Gullain Barre Syndrome). Kejadian ini segera dilacak dan dimasukkan ke
dalam formulir pelacakan kasus AFP, sedangkan untuk mengatasi keluhan yang terjadi, pasien
kemudian dirujuk ke RS. Reaksi yang paling sering terjadi setelah diimunisasi adalah demam dan
bengkak pada daerah suntikan. Untuk mengatasi hal ini biasanya sebelum imunisasi, petugas
memberikan pengarahan pada orang tua sebagai langkah untuk menganggulagi reaksi yang terjadi
tersebut. Sebagai contoh : setelah pemberian DPT dan campak. Demam setelah pemberian DPT
akan terjadi sampai kurang lebih 2 hari setelah pemberian imunisasi, sedangkan demam setelah
pemberian campak akan terjadi setelah 8-12 hari pasca imunisasi. Demam ini dapat diatasi dengan
pemberian pamol (10mg/BB) dan diberikan pula kompres air hangat.
Kendala yang lain adalah kurangnya kuantitas tenaga kesehatan di Puskesmas Ngemplak.
Tenaga yang ada hanya 45 orang, padahal Puskesmas tersebut membawahi 12 desa. Hal ini dapat
menimbulkan ketidakefektifan pelayanan di puskesmas.

BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN
1. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen dengan cara menginduksi imunitas pada tubuh manusia melalui pemberian
vaksin sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit
(Matondang, 2005)
2. Dasar imunisasi adalah adanya mekanisme pertahanan tubuh yang spesifik, yang meliputi
sistem produksi antibodi oleh sel B dan sistem imunitas seluler oleh sel T
3. Vaksin dapat dikemas dalam bentuk tunggal dan kombinasi dengan disesuaikan agen
penyusunnya serta waktu dan cara pemberiannya harus sesuai dengan prosedur
4. Pemberian imunisasi pada bayi bertujuan untuk mencegah penyakit, seperti TBC, campak,
polio, difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B karena dengan imunisasi tubuh dapat
membentuk antibodi spesifik terhadap statu penyakit
5. Perencanaan imunisasi merupakan bagian yang sangat penting agar kegiatan pelayanan
imunisasi di puskesmas berjalan dengan baik
6. Imunisasi yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak secara umum sudah memenuhi standart,
meliputi imunisasi BCG, campak, polio, dan DPT
SARAN
1. Anak-anak yang antibodinya belum terbentuk dengan sempurna, seyogyanya diimunisasi
secara teratur agar antibodinya terbentuk sehingga terhindar dari penyakit tertentu.
2. Pelaksanaan imunisasi harus dipertahankan agar berjalan rutin sesuai jadwal dan dilakukan
oleh petugas yang memenuhi kualitas.
3. Guna melakukan pencegahan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) maka cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata sampai ke desa-desa
terpencil, sehingga diperlukan peran aktif dan kinerja yang maksimal dari Puskesmas.
4. Penyuluhan, edukasi, dan sosialisasi secara kontinyu tentang pentingnya imunisasi bagi
warga sekaligus KIPI perlu digiatkan agar warga sadar akan pentingnya imunisasi, bersedia
untuk mengikuti program imunisasi dan tidak kaget saat menemui KIPI.
21

5. Pemantauan KIPI harus benar benar diperhatikan untuk menekan angka morbiditas dan
morbilitas akibat KIPI.
6. Sweeping dan kaderisasi lebih digalakkan untuk meningkatkan angka target cakupan
imunisasi.
7. Prosedur persiapan imunisasi harus dijalankan dengan benar untuk menghindari kejadian
yang tidak diinginkan saat maupun pasca imunisasi (misal : penyediaan adrenalin,
paracetamol, dan persiapan alat dan bahan imunisasi).
8. Memperbaiki status gizi masyarakat setempat di lingkungan Puskemas demi mendukung
keberhasilan pelaksanaan imunisasi.
9. Penyuluhan kepada petugas imunisasi agar lebih berhati-hati dalam menjalankan prosedur
imunisasi sehingga dapat meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan dan penambaan
jumlah petugas pelaksana di puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke tujuh. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran/Arthur C. Guyton, John E
Hall. Editor bahasa Indonesia : Irawati Setiawan Ed. 9 Jakarta : EGC
Kresno, Siti Boedina. 2007. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Markum, A.H.. 1997. Imunisasi Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Matondang, Corry S. 2006. Aspek Imunologi Imunisasi. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta:
Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ranuh, I.G.N dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi kedua. Jakarta : Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Rengganis, Iris. 2008. Imunologi Dasar. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2009. Manual Field. Lab
Program Imunisasi. Surakarta : Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Wahab, A.S., Julia., M., 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya
Medika

22

Anda mungkin juga menyukai