Anda di halaman 1dari 9

Berdasarkan Pasal 1233 KUHPer Bab I Buku Ketiga Tentang Perikatan, Perikatan

lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang.

1. Perikatan yang lahir karena Persetujuan (Perjanjian)


Perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPer adalah suatu perbuatan di mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Dalam Perikatan yang timbul karena Perjanjian, kedua pihak debitur dan
kreditur dengan sengaja bersepakat saling mengikatkan diri, dalam Perikatan
mana kedua pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Pihak
debitur wajib memenuhi prestasi dan pihak kreditur berhak atas prestasi.
Perikatan yang timbul dari perjanjian itu ada apabila sudah ada perjanjian antara
para pihak (berlaku asas kontrak).
Suatu perjanjian dapat dibuat dengan cuma-cuma atau atas beban. Suatu
perjanjian dengan cuma-cuma adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang
satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima
suatu manfaat bagi dirinya sendiri. Sedangkan suatu perjanjian atas beban,
adalah

suatu

perjanjian

yang

mewajibkan

masing-masing

pihak

untuk

memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.


Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau
meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri. Meskipun
demikian, ada diperbolehkan untuk menanggung atau menjamin seorang pihak
ketiga, dengan menjanjikan bahwa orang ini akan berbuat sesuatu, dengan tidak
mengurangi

tuntutan

pembayaran

ganti

rugi

terhadap

siapa

yang

telah

menanggung pihak ketiga itu atau yang telah berjanji, untuk menyuruh pihak
ketiga

tersebut

menguattkan

sesuatu,

jika

pihak

ini

menolak

memenuhi

perikatannya.
Diperbolehkan untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan
seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang
untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada seorang
lain, memuat suatu janji yang seperti itu. Siapa yang telah memperjanjinkan
sesuatu seperti itu, tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut
telah menyatakan hendak mempergunakannya.
Jika seseorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap bahwa itu
adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak
daripadanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari
sifat perjanjian, bahwa tidak sedemikianlah maksudnya.

Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak
terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum.
Contoh perikatan yang lahir karena perjanjian: Mariadi (30 tahun) dan Dimaria
(26 tahun) melakukan perjanjian jual-beli rumah milik Mariadi di Sarolangun.
Keduanya sepakat dengan harga yang telah mereka sepakati dengan harga
tertentu.

Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPer, antara
lain :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.

Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif karena kedua
syarat tersebut harus dipenuhi oleh subyek hukum. Sedangkan syarat ketiga dan
keempat disebut sebagai syarat obyektif karena kedua syarat ini harus dipenuhi
oleh obyek perjanjian.
Tidak dipenuhinya syarat subyektif akan mengakibatkan suatu perjanjian
menjadi dapat dibatalkan. Maksudnya ialah perjanjian tersebut menjadi batal
apabila ada yang memohonkan pembatalan. Contoh : A seorang tidak cakap untuk
membuat perikatan telah menjual dan menyerahkan rumahnya kepada B dan
karenanya B menjadi pemilik. Akan tetapi kedudukan B belumlah pasti karena
wali dari A atau A sendiri setelah cukup umur dapat mengajukan kepada hakim
agar jual beli dan penyerahannya dibatalkan.
Sedangkan

tidak

dipenuhinya

syarat

obyektif

akan

mengakibatkan

perjanjian tersebut menjadi batal demi hukum. Artinya, sejak semula dianggap
tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
Contoh; A menghadiahkan rumah kepada B dengan akta dibawah tangan, maka B
tidak menjadi pemilik, karena perbuatan hukum tersebut adalah batal demi
hukum.

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Maksudnya ialah para pihak yang terlibat dalam perjanjian harus sepakat
atau setuju mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut. Pasal 1321 KUHPer
menentukan bahwa kata sepakat tidak sah apabila diberikan karena kekhilafan
atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan


Pasal 1330 KUHPer menentukan bahwa setiap orang adalah cakap untuk
membuat perikatan, kecuali undang-undang mnenetukan bahwa ia tidak cakap.
Mengenai orang-orang yang

tidak cakap untuk membuat perjanjian dapat

ditemukan dalam Pasal 1330 KUHPer, yaitu Orang-orang yang belum dewasa;
mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; perempuan yang telah kawin.
Ketentuan ini menjadi hapus dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan. UU ini menentukan bahwa hak dan kedudukan suami
istri adalah seimbang dan masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan
hukum.

Suatu hal tertentu


Mengenai hal ini dapat ditemukan dalam Pasal 1332 dan 1333 KUHPer.
Pasal 1332 KUHPer menentukan bahwa: Hanya barang-barang yang dapat
diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian.
Sedangkan Pasal 1333 KUH Perdata menentukan: Suatu perjanjian harus
mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya.
Jumlah barang itu tidak perlu pasti, asal saja jumlah itu kemudian dapat
ditentukan atau dihitung.

Suatu sebab yang diperkenankan


Maksudnya ialah isi dari perjanjian tidak dilarang oleh undang-undang atau
tidak bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum (Pasal 1337
KUHPer). Selain itu Pasal 1335 KUHPer juga menentukan bahwa suatu perjanjian
yang dibuat tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab yang palsu atau
terlarang adalah tidak mempunyai kekuatan hukum.

Akibat dari Perjanjian

Menurut ketentuan pasal 1338 KUHPer, perjanjian yang dibuat secara sah,
yaitu memenuhi syarat- syarat pasal 1320 KUHPer berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa
persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan- alasan yang cukup menurut
undang- undang, dan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali
selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

2. Perikatan yang lahir karena Undang-Undang

Menurut Pasal 1352 KUHPer, Perikatan-perikatan yang dilahirkan demi


undang-undang, timbul dari undang-undang saja, atau dari undang-undang
sebagai akibat perbuatan orang.
Dalam Perikatan yang timbul karena Undang-Undang, hak dan kewajiban
debitur dan kreditur ditetapkan oleh Undang-Undang. Pihak debitur dan kreditur
wajib memenuhi ketentuan Undang-Undang. Undang-Undang mewajibkan debitur
berprestasi dan kreditur berhak atas prestasi. Kewajiban ini disebut kewajiban
Undang-Undang. Jika kewajiban tidak dipenuhi, berarti pelanggaran UndangUndang. Perikatan yang timbul karena UU walaupun tidak ada kesepakatan
antara para pihak, perikatan ini tetap berlaku (tidak berlaku asas kontrak).
Menurut Pasal 1352 KUHPerdata, perikatan yang timbul karena undangundang diperinci menjadi 2 (dua) :

a) Perikatan dari Undang-Undang semata


Perikatan yang timbul dari undang-undang saja merupakanperikatan yang
letaknya di luar Buku III, perikatan yang timbul dari undang-undang saja
merupakan perikatan-perikatan yang disebabkan oleh hubungan kekeluargaan,
yaitu yang diatur dalam Buku I KUHPer yaitu yang ada dalam pasal 104 KUHPer

mengenai kewajiban alimentasi antara orang tua dan anak dan yang lain dalam
pasal 625 KUH Perdata mengenai hukum tetangga yaitu hak dan kewajiban
pemilik-pemilik pekarangan yang berdampingan. Di luar dari sumber-sumber
perikatan yang telah dijelaskan di atas terdapat pula sumber-sumber lain yaitu :
kesusilaan dan kepatutan (moral dan fatsoen) menimbulkan perikatan wajar
(obligatio

naturalis),

legaat

(hibah

wasiat),

penawaran,

putusan

hakim.

Berdasarkan keadilan (billijkheid) maka hal-hal termasuk dalam sumber sumber


perikatan.

b) Perikatan yang timbul karena perbuatan orang.


Perikatan yang lahir dari undang-undang akibat perbuatan orang adalah
suatu perikatan yang timbul karena adanya perbuatan yang dilakukan seseorang
dan kemudian undang-undang menetapkan adanya hak dan kewajiban yang
timbul dari perbuatan tersebut. Perbedaan itu dibedakan menjadi dua macam,
yaitu perbuatan sesuai hukum (rechtmatigedaad), dan perbuatan melawan hukum
(onrechtmatigedaad).

a. perikatan yang lahir dari perbuatan orang menurut hukum


Perwakilan sukarela (zaakwarneming)
Perwakilan sukarela adalah suatu perbuatan dimana seseorang secara
sukarela menyediakan dirinya dengan maksud mengurus kepentingan orang lain,
dengan perhitungan dan resiko orang tersebut. Pihak yang melakukan pengurusan
(gestor) dengan dilakukannya pengurusan, berkewajiban untuk menyelesaikan
pengurusan tersebut hingga selesai atau hingga pihak yang diurus kepentingannya
tersebut

(dominus)

dapat

mengerjakan

kepentingan

sendiri.

Dengan

dilaksanakannya zaakwaarneming tersebut, maka zaakwaarneming diwajibkan


untuk menyelesaikan pengurusan yang telah dilakukan, atau hingga orang yang
diurus mampu mengurusnya sendiri, seolah-olah ia telah mengerjakannya dengan
memperoleh kuasa untuk itu.

Syarat adanya perwakilan sukarela adalah :


1. Yang diurus adalah kepentingan orang lain
2. Bersifat Sukarela (inisiatif sendiri, bukan karena kewajiban perjanjian)

3. seorang wakil harus mengetahui dan menghendaki dalam mengurus


kepentingan orang lain (1354)
4. Harus ada keadaan yang mendukung. Misalnya seseorang yang diurus
kepentingannya tidak berada di tempat/ sebab-sebab lain yang menyebabkan ia
tidak dapat mengurus kepentingannya sendiri.

Contoh

perwakilan

sukarela

yaitu

A,

seorang

mahasiswa

memiliki

peliharaan Hamster yang ditaruh di kandang depan kamar kosnya. Suatu saat dia
pergi 2 bulan karena harus KKN. Lalu B tetangga kos A melihat Hamster yang
kelaparan. Dengan inisiatif sendiri B memberi makan dan membersihkan kandang
Hamster milik A. Maka berdasarkan Hukum, B harus terus merawat hamters itu
selayaknya pemilik sampai A tiba selesai KKN dan merawatnya sendiri.

Adapun hak dan kewajiban seorang gestor adalah :


Kewajiban Gestor :
1. Dalam melakukan pengurusan, wakil sukarela harus bertindak sebagai bapak
rumah tangga yang baik dan melakukan pengurusan secara layak. (Pasal 1356
dan 1357 KUHPer)
2. Wajib meneruskan pekerjaan yang telah diurusnya karena dianggap secara
diam-diam mengikatkan dirinya hingga yang diwakili dapat mengurus sendiri
kepentingannya (Pasal 1354 KUHPer).
3. Kewajiban pengurusan ini tetap berlangsung meski yang diwakili meninggal
dunia hingga ahli waris mengambil alih kewajibannya. (Pasal 1355 KUHPer)
4. Memberikan lapran dan perhitungan mengenai apa yang diterima.
5. Bertanggungjawab atas kerugian pihak yang diwakili akibat pelasanaan tugas
yang kurang baik.

Hak gestor yaitu :


1. Berhak mendapatkan penggantian biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
bagian pengurusan kepentingan secara sukarela tersebut (Gestor tidak berhak
menerima upah).

2. Gestor mempunyai hak retensi yaitu menahan barang-barang kepunyaan orang


yang diwakili sampai pengeluaran-pengeluarannya dibayar (Dasar hukum : Arrest
Hoge raad 10 des. 1948)

Pembayaran Tak Terutang (Onverschuldigde betaling)

Pembayaran tidak terutang diatur pada Pasal 1359 KUHPer. Seorang yang
membayar tanpa adanya hutang berhak menuntut kembali apa yang telah
dibayarkan

dan

yang

menerima

tanpa

hak

tersebut

berkewajiban

untuk

mengembalikan. penuntutan pengembalian pembayaran tidak terutang tidak


harus didasarkan pada adanya kekeliruan orang yang sadar membayar tanpa
adanya utang, tetap berhak menuntut kembali.
Pasal 1362 KUHPer mengatur bahwa barang siapa dengan itikad buruk
menerima suatu pembayaran tanpa hak, harus mengembalikan hasil dan
bunganya. orang tersebut juga harus mengganti kerugian jika nila barangbarangnya menjadi berkurang. Jika barangnya musnah di luar kesalahannya, ia
harus mengganti barangnya beserta biaya, kerugian dan bunga, kecuali jika ia
dapat membuktikan bahwa barangnya tetap akan musnah sekalipun berada pada
orang yang berhak.
Pembayaran

tidak

terutang

terjadi

bilamana

seorang

melakukan

pembayaran kepada pihak lain tanpa adanya hutang. Pembayaran yang dimaksud
adalah setiap pemenuhan prestasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat
saya deskripsikan sebagai berikut :
A, seorang mahasiswa memiliki hutang kepada B. Suatu hari utang tersebut
telah dibayar lunas oleh A. Namun karena A orangnya pelupa maka bebearpa hari
kemudian ia membayar lagi kepada B. B menerima saja pembayaran yang kedua
itu. Anggap saja sebagi sejeki. Nah, pembayaran utang yang kedua itu merupakan
pembayaran tidak terutang.
Contoh kasus lain adalah David membeli sepeda motor dan sudah dibayar
lunas dan akan diantar pihak dealer pada sore hari. Lalu pihak dealer mengirim
motor itu dan menurunkan di kampung sebelah yang kebetulan ada juga yang
bernama David. Petugas dealer meminta tandatangan tanda terima dari David
yang dari kampung sebelah dan kemudian langsung pergi. David kampung sebelah
menerima saja hal itu. Nah, David yang sebenarnya membeli motor protes kepada
pihak dealer karena motornya belum juga sampai. Pihak dealer lalu menyadari
kesalahan itu dan berniat meminta kembali motor yang telah diberikan kepada

David kampung sebelah kepada sukijo pembeli motor. Namun permintaan itu
ditolak oleh David kampung sebelah dengan alasan sudah terjadi pemberian.

b. Perikatan yang lahir dari perbuatan melawan hukum atau perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatigedaad).
Perbuatan ini apabila dilakukan oleh seseorang, atas ketentuan undangundang terjadi perikatan antara pelaku perbuatan melawan hukum itu dengan
orang yang dirugikan akibat perbuatan tersebut seperti ditegaskan dalam Pasal
1365 KUHPer. Dengan kata lain, tiap-tiap perbuatan melawan hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain yang menimbulkan atas pelaku perbuatan
yang

karena

kesalahanya

timbul

kerugian

tersebut

untuk

memberikan

penggantian kerugian.
Dalam Pasal 1365 KUHPer yang menjelaskan bahwa suatu perbuatan dapat
dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum harus dipenuhi beberapa unsur
didalamnya, yaitu:
1. Harus ada perbuatan yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat
positif maupun yang bersifat negative, artinya setiap tingkah laku berbuat atau
tidak berbuat.
2. perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang melanggar hukum. Dalam artian
bahwa tidak hanya melanggar peraturan undang-undang yang ada tetapi juga
melanggar kesusilaan dan kepatutan yang berlaku dalam masyarakat.
3. perbuatan tersebut membawa kerugian terhadap orang lain.
5. adanya unsur kesalahan dalam perbuatan yang merugiakan tersebut (schuld).
Syarat kesalahan merupakan unsur mutlak berlakunya ketentuan pasal
1365 KUHPer, dalam hal unsur kesalahan tidak ditemukan, maka berlakulah
ketentuan pasal 1366 KUHPer. Contoh: seseorang melempar mangga dengan batu
dan kena kaca rumah orang lain. Baik menurut perasaan kesusilaan maupun
kesopanan tindakan orang itu adalah tidak pantas dan oleh karena itu wajib
membetulkan kembali atau memberikan ganti rugi.

Perikatan-perikatan dapat terhapus oleh karena beberapa sebab yaitu:


- Karena pembayaran;

- Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau


penitipan;
- Karena pembaharuan utang;
- Karena perjumpaan utang atau kompensasi;
- Karena percampuran utang;
- Karena pembebasan utangya;
- Karena musnahnya barang yang terutang;
- Karena pembatalan;
- Karena berlakunya suatu syarat batal
- Karena lewatnya waktu (daluwarsa)

Anda mungkin juga menyukai