suatu
perjanjian
yang
mewajibkan
masing-masing
pihak
untuk
tuntutan
pembayaran
ganti
rugi
terhadap
siapa
yang
telah
menanggung pihak ketiga itu atau yang telah berjanji, untuk menyuruh pihak
ketiga
tersebut
menguattkan
sesuatu,
jika
pihak
ini
menolak
memenuhi
perikatannya.
Diperbolehkan untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan
seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang
untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada seorang
lain, memuat suatu janji yang seperti itu. Siapa yang telah memperjanjinkan
sesuatu seperti itu, tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut
telah menyatakan hendak mempergunakannya.
Jika seseorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap bahwa itu
adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak
daripadanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari
sifat perjanjian, bahwa tidak sedemikianlah maksudnya.
Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak
terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum.
Contoh perikatan yang lahir karena perjanjian: Mariadi (30 tahun) dan Dimaria
(26 tahun) melakukan perjanjian jual-beli rumah milik Mariadi di Sarolangun.
Keduanya sepakat dengan harga yang telah mereka sepakati dengan harga
tertentu.
Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPer, antara
lain :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif karena kedua
syarat tersebut harus dipenuhi oleh subyek hukum. Sedangkan syarat ketiga dan
keempat disebut sebagai syarat obyektif karena kedua syarat ini harus dipenuhi
oleh obyek perjanjian.
Tidak dipenuhinya syarat subyektif akan mengakibatkan suatu perjanjian
menjadi dapat dibatalkan. Maksudnya ialah perjanjian tersebut menjadi batal
apabila ada yang memohonkan pembatalan. Contoh : A seorang tidak cakap untuk
membuat perikatan telah menjual dan menyerahkan rumahnya kepada B dan
karenanya B menjadi pemilik. Akan tetapi kedudukan B belumlah pasti karena
wali dari A atau A sendiri setelah cukup umur dapat mengajukan kepada hakim
agar jual beli dan penyerahannya dibatalkan.
Sedangkan
tidak
dipenuhinya
syarat
obyektif
akan
mengakibatkan
perjanjian tersebut menjadi batal demi hukum. Artinya, sejak semula dianggap
tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
Contoh; A menghadiahkan rumah kepada B dengan akta dibawah tangan, maka B
tidak menjadi pemilik, karena perbuatan hukum tersebut adalah batal demi
hukum.
Maksudnya ialah para pihak yang terlibat dalam perjanjian harus sepakat
atau setuju mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut. Pasal 1321 KUHPer
menentukan bahwa kata sepakat tidak sah apabila diberikan karena kekhilafan
atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.
ditemukan dalam Pasal 1330 KUHPer, yaitu Orang-orang yang belum dewasa;
mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; perempuan yang telah kawin.
Ketentuan ini menjadi hapus dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan. UU ini menentukan bahwa hak dan kedudukan suami
istri adalah seimbang dan masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan
hukum.
Menurut ketentuan pasal 1338 KUHPer, perjanjian yang dibuat secara sah,
yaitu memenuhi syarat- syarat pasal 1320 KUHPer berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa
persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan- alasan yang cukup menurut
undang- undang, dan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali
selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
mengenai kewajiban alimentasi antara orang tua dan anak dan yang lain dalam
pasal 625 KUH Perdata mengenai hukum tetangga yaitu hak dan kewajiban
pemilik-pemilik pekarangan yang berdampingan. Di luar dari sumber-sumber
perikatan yang telah dijelaskan di atas terdapat pula sumber-sumber lain yaitu :
kesusilaan dan kepatutan (moral dan fatsoen) menimbulkan perikatan wajar
(obligatio
naturalis),
legaat
(hibah
wasiat),
penawaran,
putusan
hakim.
(dominus)
dapat
mengerjakan
kepentingan
sendiri.
Dengan
Contoh
perwakilan
sukarela
yaitu
A,
seorang
mahasiswa
memiliki
peliharaan Hamster yang ditaruh di kandang depan kamar kosnya. Suatu saat dia
pergi 2 bulan karena harus KKN. Lalu B tetangga kos A melihat Hamster yang
kelaparan. Dengan inisiatif sendiri B memberi makan dan membersihkan kandang
Hamster milik A. Maka berdasarkan Hukum, B harus terus merawat hamters itu
selayaknya pemilik sampai A tiba selesai KKN dan merawatnya sendiri.
Pembayaran tidak terutang diatur pada Pasal 1359 KUHPer. Seorang yang
membayar tanpa adanya hutang berhak menuntut kembali apa yang telah
dibayarkan
dan
yang
menerima
tanpa
hak
tersebut
berkewajiban
untuk
tidak
terutang
terjadi
bilamana
seorang
melakukan
pembayaran kepada pihak lain tanpa adanya hutang. Pembayaran yang dimaksud
adalah setiap pemenuhan prestasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat
saya deskripsikan sebagai berikut :
A, seorang mahasiswa memiliki hutang kepada B. Suatu hari utang tersebut
telah dibayar lunas oleh A. Namun karena A orangnya pelupa maka bebearpa hari
kemudian ia membayar lagi kepada B. B menerima saja pembayaran yang kedua
itu. Anggap saja sebagi sejeki. Nah, pembayaran utang yang kedua itu merupakan
pembayaran tidak terutang.
Contoh kasus lain adalah David membeli sepeda motor dan sudah dibayar
lunas dan akan diantar pihak dealer pada sore hari. Lalu pihak dealer mengirim
motor itu dan menurunkan di kampung sebelah yang kebetulan ada juga yang
bernama David. Petugas dealer meminta tandatangan tanda terima dari David
yang dari kampung sebelah dan kemudian langsung pergi. David kampung sebelah
menerima saja hal itu. Nah, David yang sebenarnya membeli motor protes kepada
pihak dealer karena motornya belum juga sampai. Pihak dealer lalu menyadari
kesalahan itu dan berniat meminta kembali motor yang telah diberikan kepada
David kampung sebelah kepada sukijo pembeli motor. Namun permintaan itu
ditolak oleh David kampung sebelah dengan alasan sudah terjadi pemberian.
b. Perikatan yang lahir dari perbuatan melawan hukum atau perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatigedaad).
Perbuatan ini apabila dilakukan oleh seseorang, atas ketentuan undangundang terjadi perikatan antara pelaku perbuatan melawan hukum itu dengan
orang yang dirugikan akibat perbuatan tersebut seperti ditegaskan dalam Pasal
1365 KUHPer. Dengan kata lain, tiap-tiap perbuatan melawan hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain yang menimbulkan atas pelaku perbuatan
yang
karena
kesalahanya
timbul
kerugian
tersebut
untuk
memberikan
penggantian kerugian.
Dalam Pasal 1365 KUHPer yang menjelaskan bahwa suatu perbuatan dapat
dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum harus dipenuhi beberapa unsur
didalamnya, yaitu:
1. Harus ada perbuatan yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat
positif maupun yang bersifat negative, artinya setiap tingkah laku berbuat atau
tidak berbuat.
2. perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang melanggar hukum. Dalam artian
bahwa tidak hanya melanggar peraturan undang-undang yang ada tetapi juga
melanggar kesusilaan dan kepatutan yang berlaku dalam masyarakat.
3. perbuatan tersebut membawa kerugian terhadap orang lain.
5. adanya unsur kesalahan dalam perbuatan yang merugiakan tersebut (schuld).
Syarat kesalahan merupakan unsur mutlak berlakunya ketentuan pasal
1365 KUHPer, dalam hal unsur kesalahan tidak ditemukan, maka berlakulah
ketentuan pasal 1366 KUHPer. Contoh: seseorang melempar mangga dengan batu
dan kena kaca rumah orang lain. Baik menurut perasaan kesusilaan maupun
kesopanan tindakan orang itu adalah tidak pantas dan oleh karena itu wajib
membetulkan kembali atau memberikan ganti rugi.