a.
1.
2.
3.
4.
5.
THEODOLITE
Pengetian Theodolite
Theodolite atau theodolit adalah instrument/alat yang dirancang untuk menentukan tinggi tanah pengukuran
sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan
sudut vertical. Dimana sudut-sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara
dua buah titik lapangan. Teodolit merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut
mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Dalam pekerjaan-pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan
situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut
vertikalnya dibuat 90. Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke
segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut
siku-siku pada perencanaan/pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
bangunan bertingkat.
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada
dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan)
yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca.
Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal,
sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat
ketelitian sangat tinggi.
Teleskop pada theodolite dilengkapi dengan garis vertikal, stadia tengah, stadia atas dan bawah, sehingga
efektif untuk digunakan dalam tacheometri, sehingga jarak dan tinggi relatif dapat dihitung. Dengan
pengukuran sudut yang demikian bagus, maka ketepatan pengukuran yang diperoleh dapat mencapai 1 cm
dalam 10 km. Pada saat ini alat seperti alat theodolit sudah diperbaiki dengan menambahkan suatu komponen
elektronik. Komponen ini akan menembakkan beam ke objek yang direfleksikan kembali ke mesin melalui
cermin. Dengan menggunakan komponen alat survey seperti alat theodolit tersebut pengukuran jarak dan tinggi
relatif hanya berlangsung beberapa detik saja. Bila komponen tersebut ditempatkan pada bagian atas alat
theodolite, maka disebut electronic distance measurers (edm), namun bila merupakan satu unit tersendiri maka
disebut automatic level atau theodolite total station.
Persyaratan Pengoperasian Theodolite
Syarat syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran
yang benar adalah sbb :
1. Sumbu ke I harus tegak lurus dengan sumbu II/vertical (dengan menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya).
2. Sumbu II harus tegak lurus Sumbu I.
3. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II (Sumbu II harus mendatar).
4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu (kesalahan indeks vertical sama dengan nol).
5. Apabila ada nivo teropong, garis bidik harus sejajar dengan nivo teropong.
6. Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak
7. Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II (Garis bidik tegak lurus sumbu
kedua/mendatar).
Jenis Theodolite
Macam teodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal tiga macam yaitu :
1.Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan
tabung sumbu pada kiap, sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci
plat nonius. Theodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type To (Wild) dan type DKM-2A
(Kern). Lihat skema konstruksinya !
2.Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat
berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran
mendatar dan sekrup nonius. Akibat dari konstruksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0 dapat
ditentukan ke arah bidikkan/target yang dikehendaki. Teodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit
type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha), TL 6-DE (Topcon), Th-51 (Zeiss). Lihat skema konstruksinya !
Macam teodolit menurut sistem pembacaannya :
1.Teodolit sistem bacaan dengan Index Garis
2.Teodolit sistem bacaan dengan Nonius
3.Teodolit sistem bacaan dengan Micrometer
4.Teodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi
5.Teodolit sistem bacaan dengan Digital
Macam teodolit menurut skala ketelitian :
1.Teodolit Presisi (Type T3/Wild)
2.Teodolit Satu Sekon (Type T2/Wild)
3.Teodolit Sepuluh Sekon (Type TM-10C/Sokkisha)
4.Teodolit Satu Menit (Type To/Wild)
5.Teodolit Sepuluh Menit (Type DK-1 / Kern)
Nama-Nama Bagian Theodolit
Secara umum, konstruksi teodolit terbagi atas tiga bagian :
1. Bagian Atas, terdiri dari :
a)Teropong / telescope
b)Lingkaran skala tegak
c)Nivo tabung
d)Nivo kotak
e)Sekrup okuler dan obyektif
f)Sumbu mendatar ( sb. II )
g)Sekrup gerak vertical
h)Sekrup gerak horizontal
i)Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
j)Sekrup pengunci teropong
k)Sekrup pengunci sudut vertical
l)Sekrup pengatur menit dan detik
m)Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertical
Bagian atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu
kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik.
Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
WATERPASS
Pengertian Waterpass
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan berikutnya. Waterpass ini
dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang
dengan benar, perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah,
berarti waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik.
Dalam lensa, terdapat tanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan
terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai
pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan. Waterpass memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa
objektif, lensa okuler, dan penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banya tanah
yang dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga
memerlukan payung untuk menutupi cahaya matahari.
Cara kerja
Yang diamati dilapangan adalah pembacaan :
bentang tengah (BT),
bentang bawah (BB)
bentang atas (BA)
Angka angka pada BT, BB, BA dapat kita baca pada rambu yang ditegakan pada strat pot (patok kayu yang
diberi paku payung) melalui water pass yang telah distel.
1. pasang la trifood statif(kaki 3) setinggi dada juru ukur
2. pasang water pass pada kaki 3
3. aturlah alat ukur sehingga nivo kotak tepat ditengah, dengan menggunakan 3 buah skrup penyetel
4. Intip lensa okuler, fokuskan pada tiang (objek) yang akan diukur
5. Catat ketinggian tiang
6. Ulangi langkah yang sama pada tempat yang akan dicari selisih ketinggiannya
Setelah melakukan pengukuran di lapangan, maka kita dapat membuat tabel hasil pengukuran dan
mendapatkan gambar hasil kontur tanahnya. Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah :
1. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
2. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
3. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
4. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
5. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
6. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.
7. Saat terbaik pengukuran pagi jam 06.00 - 11.00 siang jam 15.00 - 18.00
Jenis Waterpass
Alat ukur waterpas dapat di golongkan ke dalam beberapa jenis, yakni :
1. Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi satu, penyetelan kedudukan
teropong di lakukan dengan tiga sekrup pengatur.
2. Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat di putar pada sumbu memanjangnya.
3. Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada jenis ini sumbu teropong dapat di
setel dengan menggunakan sekrup pengungkit (tilting screw).
4. Type otomatis (automatic level), Pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan horizontal secara otomatis
karena di dalamnya di lengkapi dengan prisma-prisma yang di gantungkan pada plat baja.
5. Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang di lengkapi dengan nivo, sedangkan cara
menggunakannya cukup di pegang dengan tangan.
Syarat Pengoperasian Waterpass
Waterpas atau sipat datar bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di permukaan atas
permukaan bumi secara teliti. Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang
referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Dalam geodesi, bidang ini dianggap sebagai bidang
geoid, yaitu bidang equipotensial yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang
equipotensial disebut juga bidang nivo. Bidang ini selalu tegak lurus dengan arah gaya berat di mana saja di
permukaan bumi.
Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi beberapa syarat tertentu, baik syarat
utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi maupun syarat tambahan yang dimaksudkan untuk memperlancar
pelaksanaan pengukuran di lapangan. Adapun syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada umumnya adalah :
Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar. Untuk mengetahui apakah garis
bidik sudah betul-betul mendatar atau belum, digunakan nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah
nivo pasti mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis
arah nivo pasti mendatar.Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m.
Garis garis arah nivo tegak lurus sumbu I
Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini penting sekali. Namun pada alat
dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam
pengukuran, dapat diseimbangkan dengan skrup ungkir ini.
Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat vertikal, kemana pun teropong diputar,
gelembung nivo akan tetap seimbang. Ini berarti garis bidik selalu mendatar karena garis bidik telah dibuat
sejajar dengan garis arah nivo.
Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah dibuat tegak lurus sumbu I oleh
pabrik yang memproduksi alat ukur.
Kesalahan-Kesalahan dalam Pengukuran Waterpass
Walaupun sebelum pengukuran peralatan telah dikoreksi dan syarat-syarat lain telah terpenuhi, namun
karena hal-hal yang tak terduga sebelumnya, kesalahan-kesalahan yang lain tetap dapat terjadi, yaitu:
1. Bersumber dari alat ukur, antara lain :
a. Garis bidik tidak sejajar arah nivo
Pada pengukuran dengan alat ukur waterpas, garis bidik harus dibuat sejajar dengan garis arah nivo agar
hasil yang didapatkan teliti. Adapun jika garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo, kesalahan dapat
dihilangkan dengan membuat jarak alat ukur ke rambu muka sama dengan jarak alat ukur ke rambu belakang.
a. Kesalahan Titik Nol Rambu
Kesalahan ini bisa terjadi dari pabrik, namun bisa pula terjadi karena alas rambu yang aus dimakan usia atau
sebab yang lain. Pengaruh dari kesalahan ini apabila jumlah slag dibuat genap.
b. Kesalahan Karena Rambu yang tidak Betul-Betul Vertikal
Untuk menghindari kesalahan ini maka rambu harus betul-betul vertikal dengan cara menggunakan nivo
rambu atau unting-unting yang digantungkan padanya.
c. Kesalahan Karena Penyinaran yang Tidak Merata
Sinar matahari yang jatuh tidak merata pada alat ukur waterpas akan menyebabkan panas dan pemuaian
pada alat waterpas yang tidak merata pula, khususnya nivo teropong, sehingga pada saat gelembung seimbang,
garis arah nivo tidak mendatar dan garis bidik juga tidak mendatar. Untuk menghindari keadaan semacam ini
sebaiknya alat ukur dipayungi agar tidak langsung terkena sinar matahari.
2. Bersumber dari si pengukur, antara lain :
a. Kurang paham tentang pembacaan rambu
Untuk menghindari kesalahan ini, pembacaan dikontrol dengan koreksi 2BT=BA+BB
b. Kesalahan karena mata cacat atau lelah
Untuk menghindari kesalahan ini sebaiknya mata yang cacat menggunakan kacamata dan pengamatan
dilakukan dengan mata secara bergantian. Mata yang sedang tidak digunakan untuk membidik juga tidak perlu
dipejamkan atau dipicingkan.
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan benang tengah titik tersebut,
dengan menggunakan rumus :
BT = BA + BB / 2
Keterangan :
BT = bacaan benang tengah
BA = bacaan banang atas
BB = bacaan benang bawah
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut :
J = (BA BB) x 100
Keterangan :
J = jarak datar optis
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
100 = konstanta pesawat