Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU REMAJA PUTRI

DALAM MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNAL


DI SMPN 59 BACAN

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
Eka Wahyuni
12071009

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA (UNPI)
MANADO
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi
psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anakanak ke masa remaja, individu mulai mengambangkan ciri-ciri abstrak dan konsep
diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan
standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial. (Kusmiran,
2011)
Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru
sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan di sekitarnya.
Di samping itu remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, di mana
pemenuhan kebutuhan seksual tersebut sangat bervariasi. (Kusmiran, 2011)
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi,
serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau
kecacatan (ICPD, 1994). (Kusmiran, 2011)
Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan
perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor
penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Merawat organ reproduksi
bertujuan untuk menjaga

kebersihannya,

mempertahankan

keseimbangan

keasaman vagina, mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal
gatal (Siswono, 2001).
Perawatan kesehatan reproduksi remaja putri saat ini cenderung kurang
mendukung terciptanya remaja berkualitas. Angka aborsi di kalangan remaja saat
ini diperkirakan sekitar 700 - 800 ribu kasus pertahun, perempuan usia 15 19
tahun yang telah menjadi ibu mencapai 10 %. Proporsi remaja di daerah pedesaan
yang sudah mengandung dua kali lebih tinggi dari remaja di perkotaan,
perempuan yang kurang berpendidikan cenderung mulai mengandung pada usia
lebih muda. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesi (SDKI) (2002 2003)
menemukan bahwa sebanyak 13% perempuan yang berpendidikan sekolah dasar
telah menjadi ibu, sedangkan perempuan yang tamat SLTP keatas hanya 4%.
Presentase remaja yang terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) serta HIV /
AIDS cenderung meningkat. (Pinem, 2009)
Dari survei yang dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah 2004 di
Semarang mengungkapkan bahwa dengan pertanyaan-pertanyaan tentang proses
terjadinya bayi, Keluarga Berencana, cara-cara pencegahan HIV/AIDS, anemia,
cara-cara merawat organ reproduksi, dan pengetahuan fungsi organ reproduksi,
diperoleh informasi bahwa 43,22 pengetahuannya rendah, 37,28 % pengetahuan
cukup sedangkan 19,50 % pengetahuan memadai (Husni, 2005).
Upaya-upaya kesehatan reproduksi remaja yang perlu dilakukan adalah pemberian
informasi kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada
seluruh segmen remaja, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemberian
informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya

mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung


jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat. Upaya lainnya
adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya pendidikan
moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi yang
komprehensif berkenaan dengan kesehatan reproduksi (Husni, 2005).
Selain itu juga perlu diarahkan upaya promosi dan pencegahan masalah
kesehatan reproduksi pada masa remaja, Informasi dan penyuluhan, konseling
serta pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi remaja. (Harahap, 2003).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri dalam Menjaga
Kebersihan Organ Genitalia Eksternal Di SMPN 59 Bacan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan yang akan
diteliti yaitu Apakah Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku
Remaja Puteri dalam Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksternal di SMPN 59
Bacan ?

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku
Remaja Puteri Dalam Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksternal di
SMPN 59 Bacan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja puteri dalam menjaga kebersihan
organ genitalia eksternal di SMPN 59 Bacan.
b. Untuk mengetahui perilaku remaja puteri dalam menjaga kebersihan organ
genitalia eksternal di SMPN 59 Bacan.
c. Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku remaja
puteri dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksternal di SMPN 59 Bacan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan mengenai pengetahuan remaja putri tentang
pentingnya menjaga organ reproduksi eksternal.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang kesehatan tentang bagaimana menjaga kebersihan organ genitalia
eksternal.

b. Untuk SMPN 59 Bacan

Sebagai bahan informasi bagi para guru bahwa betapa pentingnya


pengembangan informasi tentang bagaimana menjaga kebersihan organ
genitalia eksternal di SMPN 59 Bacan.
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan informasi bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan dan digunakan untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut
kepada yang berminat untuk mengembangkan penelitian dalam lingkup yang
sama.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Pengetahuan
1.1. Defenisi pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan

seseorang.

Pengetahuan

diperlukan

sebagai

dukungan

dalam

menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Rogers (Notoatmodjo, 2003) sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan:
a. Awarenes, di mana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
b. Interest, di mana orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik
buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, di mana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

e. Adaptation, di mana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan


kesadaran dan sikap.
1.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai enam
tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo,
2003):
1.2.1.Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan mengatakan.
1.2.2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.
1.2.3. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya. Kata kerja untuk
aplikasi antara lain: menentukan, menggambarkan, membiasakan, menerapkan
dan menilai.

1.2.4. Analisis (Analysis)


Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, membedakan dan
memisahkan.
1.2.5. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan

untuk

menghubungkan

bagian-bagian

dalam

bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
1.2.6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).

1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)


yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi.
b. Informasi atau Media Massa
Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan

pengaruh

jangka

pendek

(immediate

impact)

sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.


c. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
d. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
e. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
f. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan

10

informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar
maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
2. Tinjauan Umum Perilaku
2.1. Devinisi Perilaku
Menurut Skinner 1938 dalam (Notoatmodjo, 2003) perilaku adalah respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Perilaku tidak sama dengan sikap. Perilaku seseorang dibentuk melalui
sesuatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya
(Notoatmodjo, 2003).
2.2. Proses Adopsi Perilaku
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku didalam diri orang tersebut terjadi
proses berurutan, penelitian Rogers (Notoatmodjo, 2003) yaitu :
a.

Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti

b.
c.
d.
e.

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.


Interest, yaitu orang mulai tertarik pada stimulus.
Evaluation, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.

11

Namun demikian, dari peneliti selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa


perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif (long lasting). Sebaiknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

3. Tinjauan Umum Remaja


3.1. Devinisi Remaja
Yang dimaksud remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere
(remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Jadi remaja adalah individu yang
berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan, sosial serta
esmosional (Pudiastuti, 2012).
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa
yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa
dewasa (Imron, 2009).
3.2. Batasan Remaja

12

Batasan remaja menurut WHO (Nirwana, 2004) dalam tumbuh kembangnya


menjadi dewasa berdasarkan psikososial dan seksual, semua remaja akan
mengalami masa sebagai berikut :
a.
b.
c.

Masa awal atau dini (Early adolescence) umur 11-13 tahun


Masa remaja pertenganhan (Middle adolescence) umur 14-16 tahun
Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun.

3.3. Perilaku Kesehatan Pada Remaja


Perilaku kesehatan adalah respon seseorang (organism) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sehat dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan.
Perilaku

kesehatan

remaja

di

klasifikasikan

menjadi

kelompok

(Notoatmodjo, 2003) yaitu :


a.

Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) adalah perilaku nyata


remaja puteri atau usaha-usaha remaja puteri untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan alat genitalia untuk mencegah keputihan. Perilaku ini yaitu
perilaku pencegahan keputihan dengan mencuci vagina setiap hari dengan
cara membasuh dari arah depan (vagina) kebelakang (anus) dengan

b.

menggunakan air bersih dan sabun yang lembut setelah BAK/BAB.


Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior) adalah saat remaja
mengalami keputihan yang berlebihan segera memeriksakan diri ke dokter,

c.

agar pencegahan dilakukan lebih dini.


Perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana respon remaja puteri
terhadap lingkungan disekitarnya. Dalam arti remaja puteri harus menjaga

13

kebersihan alat genitalnya dengan tidak bertukar handuk dengan orang lain
setelah selesai BAK/BAB untuk mencegah penularan penyakit menular
seksual.
4. Tinjauan Umum Organ Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri atas genitalia eksterna dan genitalia interna
(Setiadi, 2007)
1. Organ Genitalia eksterna
Organ genitalia eksterna terbagi atas beberapa bagian (Setiadi, 2007)
yaitu :
a. Vulva
Vulva yaitu alat kelamin yang tampak dari luar mulai dari pubis sampai perineum,
yaitu mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, selaput darah (hymen),
vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.
b. Mons Veneris
Mons veneris adalah bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang
menutupi bagian depan simphisis pubis. Setelah pubertas kulit dari mons veneris
tertutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut
melintang sampai pinggir atas simphisis, sedangkan kebawah sampai ke sekitar
anus dan paha.
c. Labia Mayora
Labia mayora (bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil
kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris
ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura
posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum
berakhir diatas labia mayora. Labia mayora sinistra dan dextra bersatu di sebelah
belakang dan merupakan batas depan dari perineum, disebut renulum.
Yang terdiri dari 2 permukaan, yaitu :
1) Bagian luar, menyerupai kulit biasa, dan ditumbuhi rambut.
2) Bagian dalam, menyerupai selaput lender dan mengandung banyak kelenjar
sebasea.
d. Labia minora
Labia minora adalah lipatan kulit diantara labium mayora, tetapi mengandung
kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat. Pertemuan lipatan-lipatan labia
minor di bawah klitoris disebut frenulum.
14

e. Klitoris
Klitoris merupakan suatu tunggal yang erektil. Terdiri dari caput/glans clitoridis
yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam
didalam dinding anterior vagina. Yang mengandung banyak urat-urat saraf
sensoris, dan pembuluh-pembuluh darah.
f. Vestibulum
Vestibulum adalah area yang dikelilingi oleh labia minor yang menutupi mulut
uretra, mulut vagina dan duktus kelenjar bartholini. Kelenjar bartholini homolog
dengan kelenjar bulbouretral pada laki-laki. Kelenjar ini memproduksi beberapa
tetes sekresi mucus untuk membantu melumasi orifisium vaginal saat eksitas
vaginal seksual. Bulbura vestibular masa jaringan erektil dalam disubtansi
jaringan labial.
g. Orifisum Uretra
Orifisum uretra yaitu jalur keluarnya urin dari kandung kemih, tapi lateralnya
mengandung duktus untuk kelenjar parauretral (skene) yang dianggap homolog
dengan kelenjar prostat pada laki-laki.
h. Hymen (Selaput Darah)
Hymen merupakan selaput putih yang menutupi sebagian lubang vagina luar.
Pada umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar
endometrium.
i. Perineum
Perineum merupakan kulit antara pertemuan dua lipatan labia mayor dan anus
yang areanya berbentuk seperti intan yang terbentang dari simpisis pubis disisi
anterior sampai ke koksiks disisi posterior dan ketuberositas iskial disisi lateral

2. Organ Genitalia Interna


Organ genitalia interna terbagi atas beberapa bagian (Nugroho, 2012) yaitu :
a. Vagina

15

Vagina merupakan sebuah saluran yang mempunyai otot-otot, letaknya


diantara saluran kencing dan kandung kemih dan daerah dubur. Posisinya
membujur dari vulva arah ke atas, dan membentuk semacam segitiga terhadap
rahim.
b. Serviks (leher rahim)
Serviks merupakan bagian rahim sebelah bawah. Letaknya menjurus ke
bagian ujung atas lubang vagina.
c. Portio
Portio merupakan lubang kecil pada leher rahim yang merupakan pintu masuk
dari saluran yang menuju rahim. Bentuk dan ukurannya berbeda-beda,
tergantung pada keadaan apakah si wanita sudah pernah melahirkan atau
belum. Akan tetapi lazimnya memang kecil.
d. Uterus (rahim, termasuk didalamnya leher Rahim
Merupakan organ-organ yang dikelilingi oleh otot-otot. Bentuknya mirip buah
pir. Dalam keadaan tidak hamil, ukuran rahim sebesar jeruk limau. Apabila
dilihat dari arah depan, saluran rahim itu berbentuk sebagai segitiga. Di rahim
inilah janin berkembang selama berlangsungnya proses kehamilan.
Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
1) Lapisan Parametrium adalah lapisan yang paling luar dan lapisan yang
berhubungan dengan rongga perut.
2) Lapisan Miometrium adalah lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar
dalam proses persalinan dengan kontraksi.
3) Lapisan endometrium adalah lapisan dalam, tempat menempelnya sel telur
yang sudah di buahi. Lapisan endometrium terdiri dari lapisan kelenjar yang
penuh dengan pembuluh darah.
e.

Tuba fallopi (saluran telur)


16

Fungsi utama Tuba ialah untuk membawa ovum yang dilepaskan ovarium
kejurusan cavum uteri. Alat ini terdapat pada tepi ligamentum latum, berjalan
kearah lateral, mulai dari cornu uteri kanan kiri. Panjangnya 12 cm, diameter 38 mm.
Pada tuba ini dibedakan menjadi 4 bagian (Sastrawinata, 1983) yaitu :
1)

Pars Intersitialis (Intramuralis) adalah bagian tuba yang berjalan dalam

2)

dinding uterus, mulai pada ostium internum tubae.


Pars Isthmica adalah bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus,

3)

merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit.


Pars Ampullaris adalah bagian tuba antara pars isthmica dan infundibulum

4)

merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S.


Infundibulum adalah ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut

fimbriae, lubangnya disebut ostium abdominale tubae.


f. Ovarium (indung telur)
Ovarium yaitu organ dikiri dan kanan diujung saluran fimbrae dan terletak di
rongga panggul. Indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum) sebulan
sekali. Indung telur kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel
telur adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat di buahi oleh
sperma. Bila tidak di buahi oleh sperma maka akan ikut keluar pada saat
menstruasi.
3. Kebersihan Alat Genital
Menjaga kesehatan vagina dimulai dari memperhatikan kebersihan diri. Di
Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis. Udara panas dan cenderung
lembab sering membuat banyak berkeringat. Dibagian tubuh yang tertutup dan
lipatan-lipatan kulit, seperti daerah alat kelamin.

17

Kondisi ini menyebabkan mikroorganisme jahat terutama jamur mudah


berkembang biak, yang akhirnya bisa menimbulkan infeksi. Secara umum
menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan.
Hal ini berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, termasuk vagina. Berikut
adalah cara membersihkan alat kelamin (Aulia, 2012) yaitu :
a. Mencuci vagina setiap hari dengan cara membasuh dari arah depan (vagina) ke
belakang (anus) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang
lembut setiap habis buang air kecil, buang air besar dan mandi.
b. Sering mengganti pakaian dalam, paling tidak sehari dua kali di saat mandi.
c. Selalu mencuci tangan sebelum mencuci vagina.
d. Selalu menggunakan celana dalam yang bersih, kering dan terbuat dari bahan
katun.
e. Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk
mengeringkan vagina.
f. Membersihkan atau menggunting sebagian dari rambut kemaluan untuk
menghindari kelembaban yang berlebih di daerah vagina.
4. Tujuan dan Manfaat Perawatan Alat Genital Eksterna
A. Menurut Siswono (2001), perawatan vagina memiliki beberapa manfaat,
antara lain :
1) Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman
2) Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal
3) Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5 4,5)

B. Tujuan Perawatan Alat Reproduksi Eksternal


Perawatan alat reproduksi mempunyai tujuan, antara lain :
18

1) Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.


2) Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar
vagina.
3) Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5 sampai 4,5.
4) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.
5) Mencegah munculnya keputihan dan virus (Siswono, 2001).

5. Efek Perawatan Yang Salah Pada Alat Reproduksi Eksternal


Syarif (2007) mengatakan bahwa efek samping dari kesalahan dalam merawat alat
reproduksi eksternal, yaitu :
a. Jika ada pembersih / sabun berbahan daun sirih digunakan dalam waktu
lama, akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.
b. Produk pembersih wanita yang mengandung bahan povidone iodine
mempunyai efek samping dermatitis kontak sampai reaksi alergi yang
berat.

19

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Variabel Dependen

Variabel Independen

Perilaku remaja
putri dalam
menjaga
kebersihan
organ genitalia
eksterna

Pengetahuan

20

Gambar 1.Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan tentatif atau jawaban sementara dari sebuah
masalah.
1. H0 : Tidak ada hbungan antara pengetahuan dengan perilaku remaja putri dalam
menjaga kebersihan organ genitalia ekstera di SMPN 59 Bacan.
2. H1 : Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku remaja puteri dalam
menjaga kebersihan alat genitalia eksterna di SMPN 59 Bacan.

C.Defenisi Operasional
No

Variabel
dependen

Pengetahuan

Definisi Operasional Alat Ukur


Tingkat kemampuan
atau pemahaman

tentang kebersihan

remaja puteri dalam

organ reproduksi

menjaga kebersihan

eksterna

organ genitalia
eksternal

21

Kuesioner

Skala
Ordinal

Independen

Semua kegiatan atau

Perilaku remaja

aktifitas remaja

putri terhadap

puteri, untuk

kebersihan organ

mempertahankan atau

genitalia eksterna

menjaga kebersihan

Kuesioner

Ordinal

organ genitalia
eksternal

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Jenis penelitian ini menekankan waktu pengukuran atau observasi

22

data variable independen dan variable dependen hanya satu kali saja pada waktu
yang bersamaan. (Nursalam, 2008).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswi perempuan yang bersekolah di
SMPN 59 Bacan dengan jumlah populasi yaitu kelas VII sebanyak 29,
kelas VIII sebanyak 20, kelas IX sebanyak 22. Jumlah populasi seluruhnya
sebanyak 71 orang remaja putri.
2. Sampel Penelitian
Sampel dan penelitian ini di ambil dari keseluruhan populasi yakni remaja
putri yang berjumlah 71 orang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


1) Lokasi Penelitian
Penelitian di laksanakan di SMPN 59 Bacan.
2) Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan pada bulan April 2016
D. Instrument Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.

23

Kuesioner merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data


yang terdiri dari pertanyaan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk
mendapatkan tanggapan atau jawaban (Notoatmodjo, 2012)
Kuesioner dalam penelitian ini mengenai :
1. Kuesioner pengetahuan terdiri dari dua kategori
Benar
: di beri nilai 2
Salah
: di beri nilai 1
2. Kuesioner perilaku terdiri dari dua kategori
Ya
: di beri nilai 2
Tidak : di beri nilai 1
E. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara (Setiadi, 2007) yaitu :
1. editing
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pemeriksaan kelengkapan data,
kesenambungan data dan keseragaman data.

2. Coding
Setelah selesai melakukan editing data selanjutnya yang di lakukan adalah
pengkodean data dalam bentuk angka.Coding ini perlu di lakukan karena data
yang di terkumpul banyak macamnya.setiap responden memberikan jawaban
tersendiri tergantung dari pengetahuan, sikap serta perilaku responden
terhadap materi yang di ajukan (Azwar & Prihartono).
3. Tabulating
Mengelompoka data kedalam tabel menurut sifat yang sesuai dengan tujuan
penelitian.

24

F. Teknik Analisis Data


1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini dilakukan terhadap tiap-tiap variable peneliti untuk
melihat tampilan distribusi, frekuensi dan presentase dari tiap-tiap variable
independen dan variable dependen.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji
chi squre. Melalui uji statistic chi squre akan diperoleh nilai p, dimana dalam
peneletian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelelitian
dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 yang berarti Ho ditolak dan
H1 diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p >0,05 yang
berarti Ho diterima dan H1 ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

Ade, Benih Nirwana. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita (remaja, menstruasi,


menikah, hamil, nikah, nifas, menyusui). Yogjakarta: Nuha Medika
Ali, Imron. 2011. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogjakarta: ARRuzz
Medika
Aulia, 2012. Serangan Penyakit-Penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi.
Yogjakarta: Buku Biru
Agus Riyanto, SKM, M.Kes. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.
Yogjakarta: Nuh Medika

25

Ayuningtyas, 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Menjaga


Kebersihan Alat Genitalia Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA
Negeri 4 Semarang. Karya Tulis Ilmiah, Program Pendidikan Serjana
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Di Ponegoro Semarang.
Dea, S. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan. (online): http://download.fa.itb.ac.id/.
diakses, 13 mei 2013
dr. Taufan Nugroho. 2012. OBSGYN: OBSTETRI DAN GINEKOLOGI Untik
Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan. Yogjakarta: Nuh Medika
Foezi, Citra Cuaca Elmart. 2012. Mahir Menjaga Organ Intim Wanita. Solo: Tinta
Medina
Hamid, Bahari. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Yogjakarta: Buku Biru
Kusmira, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba
Media.
Nilda, Syntia Dewi S. Sit. 2012. Biologi Reproduksi. Yogjakarta: Pustaka Rihama
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Setiadi. 2007. Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Yogjakarta: Graha Ilmu
Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogjakarta: Graha Ilmu
Sibagariang, E.E et al. dkk. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans
Info Media.

26

27

Anda mungkin juga menyukai