Anda di halaman 1dari 4

PELAKSANAAN MEDIASI SENGKETA PERTANAHAN DALAM RANGKA

PENANGANAN SENGKETA PERTANAHAN OBYEK TANAH SHM NO. 2301/DESA


BANYUBIRU SELUAS 750 M2 A.N. NOORHANI
A. DASAR
Surat permohonan pemblokiran Sertipikat yang diajukan oleh I Gusti Ngurah tanggal 23
Oktober 2015.
B. OBYEK SENGKETA
Sebidang tanah yang terletak di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana SHM
No. 2301/Desa Banyubiru sesuai Surat Ukur No. 149/Bybr/1999, tanggal 13 Agustus 1999, luas
750 m2 atas nama Noorhani terletak di Dusun Air Anakan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana.
C. PARA PIHAK YANG BERSENGKETA
I Gusti Ngurah, d/a Dusun Air Anakan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten
Jembrana Pihak I (Penggugat)
Melawan
1. Noorhani d/a Banjar Munduk Ranti, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Kabupaten
Jembrana (tergugat 1 )
2. Alfrits Mamahit d/a Dusun Air Anakan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana (tergugat 2 )
D. POKOK MASALAH
Permohonan pemblokiran Sertipikat yag diajukan oleh I Gusti Ngurah tanggal 23 Oktober 2015
atas tanah SHM No. 2301/Desa Banyubiru sesuai Surat Ukur No. 149/Bybr/1999, tanggal 13
Agustus 1999, luas 750 m2 atas nama Noorhani terletak di Dusun Air Anakan, Desa Banyubiru,
Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana Provinsi Bali

E. RIWAYAT TANAH
1. Keterangan Dari I Gusti Ngurah :
- Bahwa pada tanggal 19 April 1975, Haonah berangkat ke Sulawesi Tengah yaitu e Dusun
Nohon, Desa Tomean, KEcamatan Bunta, Kabupaten Luwuk, dengan mengajak semua
-

anggota keluarga.
Selanjutnya pada tahun 1979 tatkala Haonah mendengar almarhum Sawinah meninggal
dunia, Haonah pulang ke Bali ke Dusun Air Anakan, Desa Banyubiru, di tahun inilah
Haonah resmi mendapatkan pembagian tanah warisan seluas 750 m2 dari tanah yang

dimiliki oleh almarhum Sawinah.


Bahwa pada tahun 1983 tanah milik Haonah yang diperoleh atas dasar warisan seluas 750

m2 selanjutnya dibuatkan pipil oleh Subhakti yang merupakan keponakan dari Haonah.
Selanjutnya pada tahun 1984, pipil tersebut dibawa ke Sulawesi oleh Subhakti.
Bahwa anak-anak Haonah menurut keterangannya dari orangtua kami tidak pernah

menjual tanah waris kepada siapapun.


Pada tanggal 7 April 2015, setelah kami laporkan ke Desa Banyubiru, kami mendapatkan
barang bukti berupa :
o Kwitansi tahun 1976
o Surat Peralihan Hak tahun 1976
Di tahun 1976, yang mana orangtua dari I Gusti Ngurah (Haonah) tidak berdomisili lagi
di Banyubiru.

Setelah barang bukti tersebut kami koordinasikan kepada seluruh keluarga, ternyata

banyak kejanggalan yang kami dapatkan diantaranya :


o Data orangtua kami yang tidak jeas yaitu umurnya.
o Materai yang dipakai sudah kadaluarsa.
o Tidak disertai dengan saksi-saksi.
2. Keterangan Dari Alfrits Mamahit
- Pada awalnya Sawinah memiliki sebidang tanah yang terletak di Desa Banyubiru dengan
bukti kepemilikan berupa Pipil yaitu Pipil No. 697, Persil No. 18 b, Klas II, Luas 1500
-

M2.
Sawinah meninggalkan 2 orang ahli waris yaitu :
o Haonah
o Alfrits Mamahit
Pada tanggal 15 Desember 1975 terjadi pembagian waris terhadap tanah tersebut yang
masing-masing memperoleh bagian waris :
o Haonah memperoleh
: 750 m2
o Alfrits Mamahit memperoleh
: 750 m2

Dalam pembagian tanah tersebut telah dituangkan dalam Surat Pernyataan Para Ahli
Waris tanggal 15 Desember 1975 yang semuanya telah membubuhkan tanda tangan/cap

jempol dan diketahui/dibenarkan oleh Kepala Desa Banyubiru (Fuad).


Selanjutnya pada tahun 1976, Haonah menjual tanah warisan yang diperoleh atas dasar
pembagian waris tersebut yaitu seluas 750 m2 kepada Alfrits Mamahit menjelang
Haoah akan berangkat transmigrasi spontan bersama keluarganya ke Sulawesi Tengah

yaitu di daerah Desa Tomeon, Kecamatan Bunta, Kabupaten Luwuk.


Tanah warisan Haonah dijual seluas 750 m2 dengan harga Rp. 85.000,- sesuai dengan
kwitansi yang dibuat tanggal 24 Pebruari 1976, ditanatangani/cap jempol oleh Haonah
dengan materai Rp. 25,- diketahui oleh Fuad selaku Perbekel Desa Bayubiru, dan mulai
saat ini tanah tersebut dikuasai oleh Masdahlina selaku istri dari Alfrits Mamahit, dari
Jual Beli antara HAonah dengan Alfrits Mamahit yang diatas namakan Masdahlina.
Selanjutnya Alfrits Mamahit mengajukan ppermohonan unruk mendapat ijin
pemindahan Hak. Menurut Peraturan Menteri Agraria No. 14/1961 Alas Hak yang
digunakan saat pemindahan Hak tersebut adalah Pipil No. 697, Persil No. 18 b, Klas II,
Luas 1500 M2 atas nama Haonah yang dibuat tanggal 24 Februari 1976 yang

ditandatangani/Cap Jempol oleh Kedua Belah Pihak, diketahui Perbekel Desa Banyubiru.
Pada tahun 1999, tanah tersebut dijual kepada Masdahlina dan tidak ada bukti berupa
Kuitansi Jual Beli. Ynag telah memiliki alat bukti kepemilikan yaitu Pipil No. 697, Persil

No. 18 b, Klas II, Luas 1500 M2.


Bahwa tanah tersebut telah terbit Sertipikat Hak Milik No. 2301/Desa Banyubiru, Surat

Ukur No. 149/Bybr/1999 tanggal 13 Agustus 1999 atas nama Masdahlina.


Sertipikat Hak Milik No. 2301/Desa Banyubiru terbit tanggal 08 Desember 1999 yang
dibuat berdasarkan Akta Jual Beli No. 212/1999 tanggal 25-05-1999 dibuat dihadapan

Drs. I Made Wisarjita PPAT Daerah Kerja Kecamatan Negara.


Bahwa Sertipikat Hak Milik No. 2301/Desa Banyubiru, Surat Ukur No. 149/Bybr/1999,
tanggal 13 Agustus 1999, dialihkan haknya karena turun waris atas dasar Surat
Pernyataan Pembagian Tanah Warisan tanggal 28-11-2014 diberikan atas nama Noorhani
yang merupakan anak kandung dari Masdalina (Almarhum).

F. ANALISA
Pembagian warisan tersebut telah cacat karena pembagian waris dilakukan sebelum pewaris
(Sawinah) meninggal dunia dengan adanya bukti Surat Keterangan Kematian. Oleh sebab itu,

kami menganalisis adanya kesalahan terhadap administrasi pada proses pembagian waris
terhadap tanah tersebut sehingga dari keterangan yang kami dapatkan hal ini dapat
mengakibatkan Sertipikat Hak Milik No. 2301/Desa Banyubiru atas nama Noorhani, dapat
terindikasi cacat administrasi dan mengakibatkan batal demi hukum.
G. REKOMENDASI
Kami berkesimpulan demi mendapatkan keterangan yang lebih jelas dan selanjutnya
menindaklanjuti persoalan tersebut dengan cara musyawarah untuk mufakat. Untuk itu kami
merekomendasikan terhadap permasalahan ini agar segera dilaksanakan mediasi. Jika proses
mediasi tidak memperoleh kesepakatan, maka disarankan kepada para pihak agar menempuh
jalur hukum.

Anda mungkin juga menyukai