Disclosed.
Yaitu fasilitas yang diberikan kepada perusahaan anjak piutang dalam penagihan
piutangnya dengan sepengetahuan debitur.
Undisclosed.
Merupakan fasilitas yang diberikan kepada perusahaan anjak piutang tanpa
sepengetahuan si debitur, kecuali jika ada pelanggaran terhadap kesepakatan yang
telah dibuat atau oleh perusahaan anjak piutang mengandung suatu resiko.
With Recourse
Dalam hal apabila si debitur tidak mampu untuk melunasi segala kewajibannya,
maka resiko kredit tersebut menjadi tanggung jawab pihak si kreditur dan pihak
anjak piutang mengembalikan tanggung jawab penagihannya.
Without Recourse
Dalam fasilitas ini apabila semua resiko yang tidak terbayar dalam suatu
penagihan piutang menjadi tanggung jawab pihak anjak piutang sepenuhnya dan
bukan tanggung jawab kreditur.
Full Service Factoring, yaitu perusahaan anjak piutang yang memeberikan semua
semua jasa, kecuali risiko tidak terbayarnya tagihan, yang tetap berada pada klien.
Bulk Factoring, yaitu perusahaan anjak piutang hanya memberikan jasa
debitur dan perlindungan atas piutang. Jasa yang diberikan tanpa pembiayaan.
Agency factoring, yaitu kreditur menyerahkan seluruh penjualan kredit kepada
d. Berdasarkan Wilayah
Kegiatan anjak piutang apabila ditinjau dari jangkauan pekerjaan atau skala kegiatan
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu anjak piutang domestic (Domestic
Factoring) dan anjak piutang internasional (International Factoring).
Domestic Factoring
Anjak Piutang Domestik (Domestic Factoring ) adalah bila anjak piutang
dilaksanakan secara domestik/dalam negeri atau Merupakan perusahaan anjak
piutang yang hanya beroperasi di wilayah Indonesia.
International Factoring
Anjak Piutang Internasional (International Factoring) adalah pelaksanaan suatu
transaksi anjak piutang internasional bila ditinjau dari segi lokasi eksportir dan
importir akan memperlihatkan dua jenis anjak piutang yaitu Export Factor dan
Import Factor, sehingga terdapat empat pihak yang terlibat yaitu Eksportir,
Importir, Export Factor dan Import Factor. Ada beberapa langkah yang harus
ditempuh dalam transaksi anjak piutang Internasional atau merupakan kegiatan
anjak piutang yang kegiatannya dapat dilakukan antar Negara seperti pembiayaan
fasilitas ekspor dan impor.
a. Kreditor atau klien yang menyerahkan tagihannya kepada pihak anjak piutang untuk
ditagih atau dikelola atau diambil alih dengan cara dikelola atau dibeli sesuai
perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat.
b. Perusahaan anjak piutang(factoring), yaitu perusahaan yang akan mengambil alih atau
mengelola piutang atau penjualan kredit debiturnya.
c. Debiturnya, yaitu nasabah yang mempunyai masalah (utang) kepada kreditor (klien).
Untuk lebih jelasnya transaksi yang terjadi di antara ketiga pihak yang terlibat dalam
kegiatan anjak piutang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Perusahaan Anjak Piutang
Kreditor (klien)
4
3
Debitur
jawab pihak kreditur. Sedangkan berdasarkan without recourse, yaitu semua resiko
yang tidak terbayar dalam suatu penagihan piutang menjadi tanggung jawab pihak
perusahaan anjak piutang.
b. Jasa non pembiayaan
Produk jasa-jasa non pembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang
antara lain:
Investigasi kredit (credit investigation)
Sales ledger administration atau sales accounting, merupakan jasa
penatausahaan atas penjualan yang dilakukan klien. Dalam jasa ini kadangkadang juga meliputi penjualan dalam berbagai valuta asing,yaitu dalam
export factoring
Pengawasan kredit dan penagihannya
Perlindungan terhadap resiko kredit, misalnya jika terjadi fluktuasi nilai kurs.
Discount fee/charge
Fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena factor memberikan jasa
pembiayaan (uang muka) atas piutang yang diberikan oleh factor. Discount fee
diperhitungkan sebesar persentase tertentu terhadap besarnya pembiayaan
yang di berikan atas dasar resiko tertagihnya piutang, jangka waktu dan rata-
volume penjualan, maka fee ini juga semakin besar. Semakin sulit penagihan
piutang maka fee ini akan semakin besar
c. Manfaat Bagi Custumer
Cutomer memperoleh maanfaat berupa :
secara kredit.
Pelayanan penjualan
yang
lebih
baik.
Jasa
administrasi
penjualan
10
Lessee dilarang menyewa-guna-usahakan kembali barang modal yang disewa-gunausaha kepada pihak lain, kecuali Lessee yang memang bergerak di bidang usaha persewaan.
Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha,
maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usahakan digunakan sebagai dasar dalam
menetapkan piutang sewa-guna-usaha.
Pada saat berakhirnya masa sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha dengan
hak opsi, lessee dapat melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada permulaan masa
sewa-guna-usaha. Dalam hal lessee menggunakan hak opsi membeli maka dasar
penyusutannya adalah nilai sisa barang modal. Opsi untuk membeli dilakukan dengan
melunasi pembayaran nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usaha.
Perlakuan Perpajakan
1. Finance Lease
Perlakuan Pajak bagi Lessor
a) Penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran finance
lease yaitu berupa imbalan jasa leasing dikurangi dengan angsuran pokok. Dalam hal
sewa-guna-usaha sindikasi, imbalan jasa bagi masing-masing anggota dihitung secara
proporsional sesuai dengan perjanjian antar anggota sindikasi yang bersangkutan.
b) Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang di leasing.
c) Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP
melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
d) Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya 2,5% (dua setengah persen)
dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang finance lease.
e) Kerugian yang diderita karena piutang leasing yang nyata-nyta tidak dapat ditagih lagi
dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada
awal tahun pajak yang bersangkutan.
f) Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud, maka sisanya dihitung
sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka
kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan
bruto.
g) Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan adalah jumlah PPh terutang
berdasarkan Laporan Keuangan Triwulanan terakhir yang disetahunkan, dibagi dua
11
belas. Dalam hal lessor juga melaksanakan kegiatan operating lease, maka laporan
keuangan triwulanan dimaksud adalah laporan keuangan triwulanan gabungan.
Perlakuan Pajak bagi Lessee
a) Selama masa leasing, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal
yang dileasing, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.
b) Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee
melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value)
barang modal yang bersangkutan.
c) Pembayaran leasing oleh lessee merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi leasing tersebut memenuhi ketentuan
yang berlaku.
d) Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP (Dewan
Jenderal Pajak) melakukan koreksi atas pembebanan biaya leasing.
e) Dalam hal terjadi transaksi sale and lease back, harus diperlakukan sebagai 2 (dua)
transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa-guna-usaha.
Transaksi penjualan barang modal kepada lessor diperlakukan sebagai penarikan
aktiva dari pemakaian oleh sebab biasa.
f) Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran leasing.
g) Atas penyerahan jasa ini dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
B. Operating Lease
Perlakuan Pajak bagi Lessor
a) seluruh pembayaran operating lease yang diterima lessor merupakan obyek Pajak
Penghasilan.
b) Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang di leasing tersebut.
c) Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu.
Perlakuan Pajak bagi Lessee
d) Pembayaran operating lease yang dibayar oleh lessee adalah biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
e) Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasing.
f) Lessee wajib memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran operating lease yang
dibayarkan kepada lessor.
g) Atas penyerahan jasa ini terhutang Pajak Pertambahan Nilai. Opsi adalah hak Lessee
untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau memperpanjang jangka
waktu perjanjian sewa-guna-usaha.
3. Pajak Penghasilan (PPh)
12
Tabel
Pembayaran Lease
PV(10%;5;-60000000;;1)
1. Capital Lease
Journal Akuntansi Lessee
Pencatatan lease pada awal periode
14
Truk Leasing
250.191.927
190.191.927
Kas
60.000.000
Amortisasi GL
Beban Amortisasi atas Truk Leasing
50.038.385
50.038.385
40.980.807
Beban Bunga
19.019.193
Kas
60.000.000
Capital Lease
Journal Akuntansi Lessor
Pencatatan lease pada awal periode
Kas
60.000.000
240.000.000
250.191.927
49.808.073
60.000.000
Piutang Pembayaran Leasing
60.000.000
Pendapatan bunga
19.019.192
2. Operating Lease
Journal Akuntansi Lessee
Beban Sewa
60.000.000
PPN PM
6.000.000
Hutang PPh pasal 23
1.200.000
Kas
64.800.000
Operating Lease
Journal Akuntansi Lessor
Kas
64.800.000
1.200.000
60.000.000
6.000.000
16