PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan utama manusia yang
termasuk dalam kebutuhan pangan selain kebutuhan lainnya, seperti sandang dan
papan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia seharusnya memenuhi
kriteria bersih, sehat, dan mencukupi nilai gizi yang dibutuhkan suatu individu.
Namun, kenyataannya masih banyak makanan dan minuman yang tidak sehat dan
tidak memenuhi nilai gizi yang seharusnya karena menggunakan satu atau lebih
senyawa sintetik. Senyawa sintetik ini berupa bahan tambahan pada makanan dan
minuman seperti pemanis buatan, pengawet buatan, dan lain-lain.
Bahan pemanis buatan berfungsi untuk memberikan rasa manis dan membantu
mempertajam terhadap rasa manis tersebut, biasanya memiliki nilai kalori yang
lebih rendah dari gula biasa dan hampir tidak mempunyai nilai gizi (Winarno,
1991). Sedangkan bahan pengawet dapat mencegah atau menghambat peruraian
terhadap makanan atau minuman yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan
tambahan makan ini ditambahkan ke dalam makanan atau minuman yang mudah
rusak atau yang disukai sebagai medium tumbuhnya bakteri atau jamur (Winarno
dan Titi, 1994).
Beberapa pemanis sintetis yang telah dikenal dan banyak digunakan adalah
sakarin, siklamat dan aspartam (Cahyadi, 2006). Siklamat salah satu jenis pemanis
buatan yang merupakan garam natrium dari asam siklamat yang menimbulkan
rasa manis tanpa rasa ikutan (tidak ada after taste-nya). Sifat siklamat sangat
mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali dari gula, nama
lain siklamat dalam perdagangan dikenal sebagai Assugrin, Sucaryl, dan Sucrosa.
Harga
siklamat
relatif
murah,
maka
masih
banyak
pedagang
yang
untuk
menelitinya.
Tujuannya
supaya
dapat
diketahui
kadar
penggunaannya dengan baik dan sesuai peraturan pemerintah. Oleh karena itu,
penulis ingin membahas tentang analisis bahan tambahan siklamat dan natrium
benzoat pada minuman lidah buaya ke dalam laporan kerja praktik ini, yang
diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan tambahan ilmu bagi pembaca.
Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang akan
buaya ?
Apakah kandungan natrium benzoat sebagai pengawet pada minuman lidah
buaya sesuai dengan standar SNI ?
3
a
b
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Mengetahui proses analisis siklamat pada minuman lidah buaya.
Menentukan kadar natrium benzoat pada minuman lidah buaya menggunakan
metode titrimetri.
Mengetahui kadar natrium benzoat sebagai pengawet buatan yang sesuai
dengan standar SNI.
1.4 Manfaat
Laporan kerja praktik ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu dan
informasi ilmiah mengenai penggunaan siklamat dan natrium benzoat sebagai
baham tambahan pada minuman lidah buaya yang sesuai dengan ketetapan SNI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera) adalah tumbuhan hijau jenis rumpun dengan daun
yang berdaging tebal, berujung runcing, tersusun sirkular dan berwarna hijau
keabuan. Aloe vera muda ada yang memiliki bintik-bintik merah dan pada musim
panas Aloe vera berbunga tubular yang berwarna kuning. Bentuk batang tanaman
ini pendek dengan daun seperti tombak. Daun berdiri tegak dan dipinggirnya
berbaris duri yang tidak begitu tajam. Letak daun bersap-sap, rapat, melingkar,
serta mempunyai daun yang berwarna hijau berlapis lilin dan di dalamnya
terdapat daging daun yang tebal berwarna bening. Jenis lidah buaya yang dapat
diolah menjadi bahan bahan pangan adalah Aloe barbadensis yang banyak
terdapat di Indonesia (Furnawathi, 2002).
Jus tanaman Aloe barbadensis Miller ini memiliki bau dan rasa yang tidak
menyenangkan sebelum diproses lebih lanjut. Spesies ini mudah hidup di wilayah
Mediterania (dari china ke India), tetapi sekarang luas di bagian selatan Amerika
Utara, Eropa, dan Asia (Waller, et.al, 1978 ). Aloe barbadensis Miller mempunyai
beberapa keunggulan, diantaranya tahan hama, ukurannya lebih panjang, yakni
bias mencapai 121 cm, berat per batangnya bias mencapai 4 kg, da mengandung
75 nutrisi. Aloe barbadensis Miller mempunyai nama sinonim yang binomial,
yakni Aloe vera dan Aloe vulgaris. Taksonomi dari Aloe barbadensis Miller
sebagai berikut (Furnawathi, 2002) :
Dunia
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Lilifflorae
Suku
: Liliaceae
Marga
: Aloe
Spesies
menjadi bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang tidak terdisosiasi
(Winarno, 1991).
Senyawa asam benzoat dengan nama lain asam benzena karboksilat, asam
fenilformat, asam drasilat mempunyai rumus molekul C6H5COOH. Asam benzoat
memiliki berat molekul 122,22 g/mol, berupa padatan kristal putih, mempunyai
titik leleh 122,4 C dan titik didih 249,2 C, tersublimasi pada suhu 100 C, dan
bersifat volatil. Asam benzoat sedikit terlarut dalam H2O dingin, namun terlarut
dalam H2O panas, alkohol, maupun eter. Asam benzoat dapat digunakan sebagai
pengawet makanan dan pasta parfum (Budavari, 1996).
O
OH
asam
benzoat
relatif
menguntungkan
karena
dapat
Siklamat
Siklamat atau cyclohexylsulfamic acid (C6H13 NO3S)
kuat, terionisasi kuat dalam larutan encer, serta mempunyai sedikit kapasitas bufer
(Furia, 1980).
Siklamat adalah pemanis buatan yang masih popular di Indonesia. Pemanis
buatan ini merupakan garam natrium dari asam siklamat. Siklamat menimbulkan
rasa manis tanpa rasa ikutan (tidak ada after taste-nya). Sifat siklamat sangat
mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali gula. Dalam
perdagangan dikenal sebagai Assugrin, Sucaryl, dan Sucrosa. Harga siklamat
relatif murah,maka masih banyak pedagang yang menggunakannya sebagai bahan
tambahan tanpa memperdulikan efek yang ditimbulkan oleh siklamat jika di
konsumsi terus menerus. Pemanis buatan banyak menimbulkan bahaya bagi
kesehatan manusia. Siklamat dapat memunculkan banyak gangguan kesehatan, di
antaranya tremor, migraine, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi,
asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual,
kebotakan, kanker otak dan kandung kemih (Sujarwo, 2010).
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu teknik pemisahan dalam suatu larutan (biasanya
dalam air) dibuat berentuhan dengan suatu pelarut (biasanya organik), yang pada
hakekatnya tak tercampurkan dengan larutan pertama, dan menimbulkan
perpindahkan satu atau lebih zat terlarut ke dalam pelarut yang kedua. Pemisahan
dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok dalam sebuah corong pemisah selama
beberapa menit. Teknik ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan dari tingkat
runutan maupun dalam jumlah banyak (Basset, dkk, 1994).
Prinsip dari ekstraksi adalah memisahkan komponen yang ada dalam bahan
yang diekstraksi dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi dengan pelarut
dilakukan dengan mempertemukan bahan yang akan diekstrak dengan pelarut
selama waktu tertentu, diikuti pemisahan filtrat terhadap residu bahan yang
diekstrak (Houghton dan Raman, 1998). Ekstraksi dapat dilakukan dengan satu
tahap ekstraksi maupun bertingkat. Pada ekstraksi satu tahap hanya digunakan
satu pelarut untuk ekstraksi, sedangkan pada ekstraksi bertingkat digunakan dua
atau lebih pelarut (Septiana dan Asnani, 2012).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Penentuan kadar natrium benzoat (kuantitatif) dan siklamat (kualitatif) pada
minuman lidah buaya sebagai bahan pengawet dan pemanis buatan pada makanan
ini dilakukan penulis selama menjalani kerja praktik yaitu pada tanggal 27 Juli
2015 hingga 4 september 2015 di Laboratorium Aneka Komoditi, Balai Riset dan
Standardisasi Industri (BARISTAND) Pontianak.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pengaduk,
beaker glass, botol semprot, bulb, buret, corong kaca, corong pemisah, eksikator,
erlenmeyer, gelas ukur, kaca arloji, kertas lakmus, kertas saring, labu ukur, neraca
analitik, penangas air, pipet ukur, pipet volume, pinggan penguap, spatula, dan
statif.
3.2.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan adalah akuades, alkohol 96 %, asam klorida
1:3 dan HCl 10%, barium klorida (BaCl2 10%), indikator Fenolftalin (PP),
kloroform (CH3Cl) atau dietil eter (CH3COCH3), larutan nitrit (NaNO2 10 %),
kalsium hidroksida (Ca(OH)2), natrium hidroksida (NaOH 0,05 N), dan natrium
klorida (NaCl 10 %).
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Analisis siklamat (SNI 01-2893-1994)
Analisis siklamat sebagai pemanis buatan pada minuman lidah buaya ini
menggunakan metode pengendapan. Cara kerja yang dilakukan pertama-tama
sampel minuman lidah buaya dipipet 10-30 mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Setelah itu, ditambahkan 10 mL HCl 10% dan 10 mL BaCl 2 10%. Biarkan selama
30 menit dan saring dengan kertas saring. Larutan NaNO 2 10% ditambahkan 10
mL dan dipanaskan pada penangas air hingga kering. Hasil pengamatan dicatat
jika terdapat endapan putih yang menandakan (+) atau terkandung siklamat
(kualitatif).
3.3.2 Preparasi sampel untuk uji natrium benzoat (SNI 01-2894-1992)
Sampel minuman lidah buaya sebanyak 10 gram ditimbang dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Sebanyak 100 mL akuades ditambahkan ke dalam
9
10
mL dietil eter dan uapkan sampai kering pada temperature kamar dalam aliran
udara kering. Kerinkan residu semalam (sampai tidak tercium bau asam asetat bila
sampelnya kecap) dalam eksikator. Larutkan residu asam benzoat dalam 30-50
mL alkohol, netralkan terhadap indikator PP, tambahkan H 2O (air) kira-kira dari
volume ini dan 1 atau 2 tetes indikator PP. Titar dengan NaOH 0,05 N sampai
berwarna merah bata.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Siklamat
Lidah buaya (Aloe vera) yang memiliki kandungan bermacam-macam
mineral, asam amino, serat, enzim-enzim, vitamin, serta berbagai zat bioaktif
yang bermanfaat bagi kesehatan dapat diolah menjadi minuman lidah buaya yang
menyehatkan. Namun, dalam proses produksinya sering menggunakan bahan
tambahan pangan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kemenarikan, dan
11
menghemat biaya produksi. Bahan tambahan pangan yang biasa digunakan yaitu,
pemanis sintetik seperti siklamat yang menimbulkan rasa manis tanpa rasa ikutan
(tidak ada after taste-nya), sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat
kemanisan 30 kali dari gula (Sujarwo, 2010). Hasil analisis siklamat pada
minuman lidah buaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Hasil analisis siklamat pada minuman lidah buaya
Sampel
P. 2380
10
P. 2381
10
P. 2382
10
Hasil Analisis
Negatif
Negatif
Positif
+
P. 2383
10
Positif
+
P. 2384
10
Positif
+
P. 2385
10
P. 2386
10
P. 2387
10
Negatif
Negatif
Positif
+
P. 2388
10
P. 2389
10
P. 2390
10
Negatif
Negatif
Positif
+
P. 2391
10
P. 2392
10
Negatif
Positif
12
+
Blanko
Negatif
Proses analisis siklamat sebagai pemanis buatan pada minuman lidah buaya
menggunakan metode pengendapan. Cara kerja yang dilakukan yaitu mula-mula
sampel minuman lidah buaya dipipet 10-30 mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Sampel yang digunakan adalah air atau larutannya saja yang berasa manis. Setelah
itu, ditambahkan 10 mL HCl 10% yang berfungsi untuk memberikan suasana
asam pada larutan yang mengandung siklamat dan 10 mL BaCl2 10% yang
berfungsi untuk menjenuhkan larutan sehingga nanti akan mudah diendapkan.
Biarkan selama 30 menit untuk memberi waktu kontak larutan dengan pereaksi
yang ditambahkan tadi dan saring dengan kertas saring yang bertujuan untuk
menghilangkan zat-zat pengotor yang terdapat di dalam larutan. Setelah itu,
larutan NaNO2 10% ditambahkan 10 mL pada larutan di lemari asam yang
berfungsi untuk mereaksikan siklamat dan NaNO2, sehingga akan terbentuk
endapan dari BaCl2 dengan Na2SO4 setelah dipanaskan pada penangas air hingga
kering. Penambahan larutan NaNO2 di lemari asam bertujuan untuk menghindari
peneliti dari menghirup gas nitrit (NO2) atau gas lain yang timbul akibat
penambahan pereaksi tersebut.
Hasil pengamatan dicatat jika terdapat endapan putih yang menandakan
positif (+) atau terkandung siklamat (secara kualitatif) pada erlenmeyer. Hasil
endapan putih dari analisis siklamat diperoleh untuk beberapa sampel P.2380;
P.2381; P.2385; P.2386; P.2388; P.2389; P.2391 adalah negatif ( ) atau tidak
ada mengandung siklamat. Sedangkan untuk sampel minuman lidah buaya positif
( + ) mengandung siklamat yaitu P.2382; P.2383; P.2384; P.2387; P.2390; dan
P.2392 yang ditunjukkan adanya endapan putih setelah proses pengeringan.
4.2 Penentuan Kadar Natrium Benzoat
Natrium benzoat sebagai pengawet sintetik yang digunakan untuk mencegah
pertumbuhan khamir dan bakteri, sehingga dapat mempertahankan mutu bahan
pangan yang memberikan daya tahan kualitas lebih lama. Natrium benzoat
13
merupakan garam sodium dari asam benzoat dan ada dalam bentuk garam ketika
dilarutkan dalam air. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai
pangan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal,
selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain (Cahyadi, 2006). Natrium benzoat juga
digunakan sebagai bahan pengawet pada minuman lidah buaya yang ditambahkan
dalam proses pembuatannya. Hasil penentuan kadar natrium benzoat pada
minuman lidah buaya dapat dilihat pada table 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Hasil penentuan kadar natrium benzoat pada minuman lidah buaya
Sampel
P. 2380
P. 2381
P. 2382
P. 2383
P. 2384
P. 2385
P. 2386
P. 2387
P. 2388
P. 2389
P. 2390
P. 2391
P. 2392
Blanko
Massa Sampel
Volume Titrasi
(g)
(mg/kg)
10,0338
10,0164
10,0068
10,0080
10,0082
10,0864
10,0036
10,0097
10,0446
10,0210
10,0568
10,0385
10,0570
-
4,85
1,15
1,5
1,25
1,65
1,5
1,9
1,4
0,85
1,85
1,75
1,45
2,1
1,5
2660
0
0
0
119
0
319
0
0
278
198
0
475
0
dalam sampel untuk melarutkan sampel. Setelah itu, tanpa proses pemanasan
larutan disaring menggunakan kertas saring Whatman 40 dan ditampung hasil
filtratnya. Penyaringan ini berfungsi untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang
14
COOH
HCl
Natrium benzoat
NaCl
Asam benzoat
15
lapisan
dietil
eter
batang
pengaduk
dengan
16
benzoat telah habis bereaksi dengan NaOH, sehingga larutan telah menjadi basa
yang ditandai dengan indikator PP yang merubah warna larutan. Reaksi yang
terjadi selama proses titrasi adalah :
COOH
COONa
NaOH
Asam benzoat
H2 O
Natrium benzoat
mg/kg untuk kadar natrium benzoat, lain halnya dengan hasil titrasi NaOH 0,05 N
diatas volume 1,5 mL (diatas blanko) menghasilkan nilai kadar natrium benzoat
pada minuman lidah buaya. Sampel P.2380 yang mengandung kadar natrium
benzoat 2660 mg/kg berarti melebihi nilai ambang batas pemakaian natrium
benzoat, karena menurut SNI 01-0222-1995 pemakaian maksimum adalah 1 g/kg
atau 1000 mg/kg, sehingga apabila dikonsumsi akan menyebabkan seperti
penyakit kulit dermatitis (penyakit kulit yang ditandai dengan gatal-gatal dan
bentol-bentol), asma, artikaria (biduran yang ditandai dengan timbulnya cairan
pada permukaan disertai rasa gatal-gatal), angio adema (penimbunan cairan pada
17
lapisan kulit yang lebih dalam yang dapat terjadi dalam saluran pernapasan atau
pencernaan) (Trenggono, dkk, 1990).
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil laporan kerja praktik ini adalah :
1
positif pada sampel P.2382; P.2383; P.2384; P.2387; P.2390; dan P.2392.
Natrium benzoat pada minuman lidah buaya ditentukan dengan metode
ekstraksi menggunakan pelarut dietil eter untuk memisahkan fase nonpolar
dalam ekstrak eter yang terkandung natrium benzoat. Sedangkan penentuan
kadar natrium benzoat dengan metode titrimetri menggunakan pereaksi NaOH
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah perlunya dilakukan variasi penggunaan
volume pelarut dieter eter untuk mengetahui perbandingan kelarutan natrium
benzoat dalam ekstrak eter pada penentuan kadar natrium benzoat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM, Direktorat Surveilan dan Keamanan Pangan. 2004. Surat Keputusan
Kepala Badan POM RI No:HK.00.05.5.1.4547 tentang Peraturan Teknis
Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Badan POM.
Badan POM. 2004. Peraturan Teknis Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Direktorat Standarisasi Produk
Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keaman Pangan dan Bahan
Berbahaya, p : 34-36.
BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2004. Standar Nasional Indonesia Nomor:
01-6993-2004 tentang Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan.
Deprindag. Jakarta.
Basset, J.R.C., Denney, G.H., Jeffery, J., dan Mendham. 1994. Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Budavari, S. 1996. The Merck Index, An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and
Biological. Twelfth Edition.. Merck & Co Inc. New Jersey.
Cahyadi, W. 2006. Kajian dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara. Jakarta.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
ke-IV. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1988. Peraturan Menteri kesehatan
Republik Indonesia Nomor 722/MenKes/Per/IX/88 tentang Bahan
Tambahan Pangan. DepKes RI. Jakarta.
Furia TE. 1980. Handbook of Food Additives.Ohio: The Chemical.Rubber Co. ,
editor.
Furnawathi, I. 2002. Khasiat Dan Manfaat Lidah Buaya. Agromedia Pustaka.
Depok.
19
Hougton, P.J and Raman. 1988. Laboratory Handbook for The Fractination of
Natural Extract. Chapman and Hall, London. UK 199 Pp.
John Kenkel, (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Washington, Lewis
Publishers.
Juneby, H.B.2009.Aloe barbadensis a Legendary Medicial Plant. Buku
Pharmacognosy 15 hp. Uppsala University.Sweden
Ofitserova M, Nerkar S, Pickering M. 2005. Artificial sulfonamide sweeteners in
food products. Food & Bev Adv. Sup:55. http://www.pickeringlabs.com (3
Sept 2006).
Septiana, A.T dan Asnani, A. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut
Coklat (Sargassum duplicatum) Menggunakan Berbagai Pelarut Dan
Metode
Ekstraksi.
Jurnal
AGROINTEK,
Vol.6,
No.1,
Maret
20
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN PENENTUAN KADAR NATRIUM BENZOAT
A. Standarisasi NaOH 0,05 N
Bobot oksalat = 63,3 mg
Volume titrasi = 18,15 mL
N NaOH =
63,3 mg
=0,0553 N
18,15 mL x 63,035
1. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
2. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
3. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
4. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
5. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
6. Na benzoat (mg/kg) =
2660
119
mg/kg
21
7. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
8. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
9. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
10. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
11. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
12. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
13. Na benzoat (mg/kg) =
mg/kg
14. Na benzoat (mg/kg) =
319
278
198
475
mg/kg
LAMPIRAN II
22
23
24
25