Anda di halaman 1dari 28

1

ODONTEKTOMI
Definisi
Istilah odontektomi digunakan dalam tindakan operasi untuk
mengeluarkan gigi impaksi (terpendam). Gigi impaksi adalah gigi yang
jalan erupsi normalnya terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi
didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak dapat
keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam
deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi. Umumnya, suatu
gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang
adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang
total lengkung gigi.
Fragiskos (2007) menyatakan bahwa odontektomi atau surgical
extraction adalah metode pengambilan gigi dari soketnya setelah
pembuatan flap dan mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi
gigi tersebut.

Gambaran Umum Perawatan Gigi Impaksi


Pengertian gigi impaksi telah dikemukakan dalam beberapa
literatur dan keseluruhannya mempunyai pernyataan yang hampir
sama. Pada prinsipnya gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi
seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang atau jaringan
lunak atau kedua-duanya. Pengertian gigi impaksi telah banyak
difenisikan oleh para ahli. Menurut Grace, gigi impaksi adalah gigi yang
mempunyai waktu erupsi yang terlambat dan tidak menunjukkan
tanda-tanda untuk erupsi secara klinis dan radiografis. Menurut
Londhe, gigi impaksi adalah keadaan dimana terhambatnya erupsi gigi
yang disebabkan karena terhambatnya jalan erupsi gigi atau posisi
ektopik dari gigi tersebut. Menurut Sid Kirchheimer, gigi impaksi adalah
gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup
oleh tulang, jaringan lunak atau kedua-duanya.
Kegagalan erupsi gigi permanen untuk mencapai oklusi normal
dalam lengkung gigi biasanya disebabkan oleh karena disharmoni
antara ukuran mesio-distal gigi geligi dengan lebar lengkung rahang

secara keseluruhan. Bila hal ini yang terjadi gigi akan menyimpang dari
posisi erupsi normal dan akhirnya menjadi impaksi. Jalan erupsi yang
salah dari gigi permanen, kemungkinan besar dapat disebabkan oleh
kegagalan

resorpsi

gigi

desidui

sehingga

gigi

desidui

menjadi

persistensi. Hal ini dapat menimbulkan kegagalan gigi permanen untuk


bererupsi, sehingga menjadi gigi terpendam.
Urutan gigi - gigi di bawah ini merupakan frekuensi banyaknya
yang mengalami impaksi:

molar tiga bawah

molar tiga atas

caninus atas

premolar bawah

caninus bawah

premolar atas

incisivus satu atas

incisivus dua atas

Gigi Premolar (P)


1. Etiologi
Impaksi Premolar sering terjadi karena pencabutan prematur
dari gigi molar desidui. Dibanding gigi Premolar satu, impaksi lebih
sering terjadi pada gigi premolar dua oleh karena premolar dua
lebih lama erupsinya. Impaksi pada premolar mandibula lebih
sering mengarah ke lingual dari pada ke bukal, sedangkan pada
maksila lebih sering ke palatinal daripada ke bukal. Letaknya lebih
sering vertikal, daya erupsinya lebih besar. Jika korona belum
nampak di rongga mulut dan gigi terletak di arkus dentalis maka
pengambilan gigi diambil dari bukal.
Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi
molar tiga, caninus, premolar, incisivus.Namun harus diingat sejauh
tidak menyebabkan terjadinya gangguan pada kesehatan mulut dan
fungsi pengunyahan disekitar rahang pasien maka gigi impaksi tidak
perlu dicabut. Pencabutan pada gigi impaksi harus memperhatikan
indikasi dan kontraindikasi yang ada. Indikasi dan kontra indikasi
pencabut,meliputi :

2. Indikasi
Miloro Michael (2004) menyatakan bahwa indikasi yang paling
sering untuk dilakukan odontektomi adalah gigi yang impaksi. Gigigeligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga
rahang atas dan bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar
rahang bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi
karena merupakan gigi yang paling terakhir erupsi. Ruangan erupsi
yang dibutuhkannya kurang adekuat.
Indikasi odontektomi menurut Pedersen (1996) antara lain:
a. Kegagalan pencabutan dengan tang :
Mahkota fraktur.
Adaptasi tang yang tidak tepat / gagal (mahkota / akar rusak
atau malposisi).
Tidak berhasil mengekspansi alveolus.
b. Kemungkinan terjadinya fraktur akar :
Akar yang panjang dan kecil.
Celah ligamen periodontal yang sempit.
Gigi yang dirawat endodontik (getas).
Akar yang mengalami delaserasi.
Tulang pendukung yang padat.
c. Kedekatan dengan struktur disekitarnya :
Sinus maksilaris.
Gigi yang lain (arah pengeluaran terhalang gigi lain).
Canalis mandibularis.
d. Untuk mempertahankan tulang alveolus yang mendukungnya.
Gigi kaninus atas.
Gigi ankilosis.
Fragiskos (2007) menambahkan indikasi odontektomi yang
lainnya, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Gigi RA atau RB dengan morfologi akar gigi yang tidak biasa.


Hipersementosis akar, akar tipis dan akar yang membulat.
Akar yang mengalami delaserasi.
Gigi ankilosis atau gigi-geligi yang mengalami abnormalitas

(contoh: dens in dente).


e. Impaksi dan semi-impaksi.
f. Gigi yang fusi dengan gigi disebelahnya, gigi yang fusi pada
daerah apikal dengan gigi tetangganya.
g. Akar dengan lesi periapkal.
h. Gigi molar desidui yang akarnya memeluk mahkota gigi premolar
permanen.

Dalam odontektomi, yang perlu diperhatikan adalah :


a) Pencabutan preventif (propilaktik)
Pencabutan

preventif

ini

sangatlah

penting

yaitu

untuk

mencegah terjadinya patologi yang berasal dari folikel atau


infeksi yang timbul akibat erupsi yang lambat dan sering tidak
sempurna,

serta

pada

kondisi

tertentu

dapat

mencegah

terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika gigi itu dibiarkan lebih


lama dalam lengkung rahang,misalnya karena celah ligamentum
mengecil atau tidak ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi
yang impaksi.
b) Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh
gigi impaksi
Pencabutan

karena

pencegahan

terjadinya

patologi

dan

mencegah perluasan kerusakan dalam lengkung rahang karena


adanya gigi yang impaksi juga menjadi indikasi pencabutan
pada

gigi

yang

impaksi.Adapun

tindakan

pencegahan

itu

meliputi:
-

Pencegahan
Pencegahan
Pencegahan
Pencegahan
Pencegahan
Pencegahan

penyakit periodontal
caries dental
perikonitis
resorpsi akar
munculnya kista odontogenik dan tumor
terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi

Indikasi lain pencabutan gigi impaksi adalah


a) Usia muda
b) Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu
mempertahankan stabilisasi hasil perawatan ortodonsi
c) Kepentingan prostetik dan restoratif

3. Kontraindikasi

Pencabutan

gigi

impaksi

juga

tergantung

pada

kontraindikasi yang muncul, ada pasien- pasien tertentu yang tidak


dapat dilakukan pencabutan dengan berbagai pertimbangan,
adapun kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Pasien dengan usia sangat ekstrim,terlalu muda atau lansia


Compromised medical status
Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain
Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat

f.

termineralisasi dan padat


Apabila kemampuan pasien

untuk

menghadapi

tindakan

pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu.


4. Teknik pengambilan secara intoto
Dalam memilih cara inseparasi atau cara intoto kita lihat
tebal atau tidaknya tulang sebelah bukal yang menutupi gigi. Jika
tulang sebelah bukal tebal, kita ambil secara inseparasi dan harus
hati-hati sebab antara Premolar satu dan Premolar dua ada
foramen mentalis. Apabila letak gigi lebih mengarah ke lingual
maka kita mengambilnya dari sebelah lingual (bentuk flep segitiga,
hati-hati jangan sampai mengenai arteri lingualis ). Dari sebelah
lingual tulang tidak perlu terlalu banyak diambil, sebab biasanya
gigi terletak di bawah mukosa.

Pemeriksaan
Ada banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi.
Terkadang diketahui adanya gigi impaksi pada seseorang diawali
karena adanya keluhan, namun tidak semua gigi impaksi menimbulkan
keluhan dan kadang-kadang penderita juga tidak mengetahui adanya
kelainan pada gigi geliginya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi
impaksi dapat diketahui dengan pemeriksaan klinis.
1. Riwayat dan pemeriksaan klinis
Gigi impaksi dapat menimbulkan gangguan ringan sampai serius jika
gigi tersebut tidak erupsi. Tidak semua gigi impaksi menimbulkan
masalah klinis yang signifikan, namun setiap gigi impaksi memiliki
potensi tersebut. Gigi yang tidak erupsi akan menimbulkan rasa
nyeri jika terjadi infeksi. Saat pemeriksaan, ketiadaan gigi, karies

atau mobilitas gigi tetangga harus diperhatikan. Terjadinya infeksi


dapat dilihat dari pembengkakan, pengeluaran pus, trismus, dan
pelunakan limfonodus servikal regional.
2. Keluhan
Keluhan yang ditemukan dapat berupa :
a. Perikoronitis
Perikoronitis dengan gejala-gejala :
- Rasa sakit di region tersebut
- Pembengkakan
- Mulut bau (foeter exore)
- Pembesaran limfe-node sub-mandibular
b. Karies pada gigi tersebut
Dengan gejala : pulpitis, abses alveolar yang akut. Hal yang
sama

juga

tetangganya.

dapat
Hal

terjadi
ini

bila
dapat

suatu

gigi

mendesak

menyebabkan

gigi

terjadinya

periodontitis.
c. Pada penderita yang tidak bergigi
Rasa sakit ini dapat timbul karena penekanan protesa sehingga
terjadi perikonitis.
d. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah
Terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir bawah mungkin
disebabkan karena tekanan pada n.mandibularis. Tekanan pada
n.mandibularis dan dapat juga menyebabkan rasa sakit pada
gigi premolar dan kaninus.
3. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah :
a. Pembengkakan
b. Pembesaran limfenode(KGB)
c. Parastesi
4. Pemeriksaan Intra Oral
Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :
1) Pemeriksaan visual
a. Keadaan gigi, erupsi atau tidak
b. Adanya karies, perikoronitis
c. Adanya parastesi
d. Warna mukosa bukal, labial dan gingival
e. Adanya abses gingival
f. Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga

g. Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)


2) Palpasi
Palpasi dilakukan pada bagian bukal dan lingual mukosa secara
intraoral. Apabila ada penonjolan maka dapat dibandingkan
dengan kontralateral kaninus permanen tersebut
5. Pemeriksaan Radiografik
Pemeriksaan radiografik harus didasarkan pada penelusuran riwayat
dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan radiografik sangat penting
sebelum pembedahan dilakukan namun tidak perlu dilakukan saat
pemeriksaan awal, jika terdapat infeksi atau gangguan lokal lainnya.
Pemeriksaan radiologis gigi impaksi harus dapat menguraikan halhal berikut ini :

Tipe dan orientasi impaksi serta akses untuk mencapai gigi


Ukuran mahkota dan kondisinya
Jumlah dan morfologi akar
Tinggi tulang alveolar, termasuk kedalaman dan densitasnya
Lebar folikuler
Status periodontal dan kondisi gigi tetangga
Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang atas dengan kavitas

nasal atau
sinus maksilaris
Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang bawah dengan

saluran interdental,
foramen mentale, batas bawah mandibula.

Jenis radiografi yang dapat digunakan, antara lain:


1) Film periapikal dan oklusal
Radiografi periapikal berguna untuk menentukan resorbsi akar
dari gigi tetangga, status periodontal dan kedekatan akar. Untuk
menentukan posisi impaksi dalam arah buko-lingual biasanya
dilakukan

pengambilan

radiografi

oklusal

yang

memberikan

orientasi horizontal yang baik serta posisi mahkota dan apeks


relatif terhadap gigi tetangga.
2) Film ekstraoral
a. Sefalometri frontal dan lateral dapat membantu menentukan
posisi gigi impaksi, terutama hubungannya dengan struktur
fasial lain (misalnya sinus maksila atau dasar hidung).

b. Film panoramik merupakan radiografi yang paling umum dan


sering digunakan dalam pemeriksaan dan perawatan gigi
geligi, dapat dijadikan acuan untuk memprediksi gigi impaksi
yaitu lokasi mahkota dan sudutnya terhadap midline.
Hal hal lain yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan
suatu perawatan yaitu : umur pasien, keadaan umum pasien dan
kontra indikasi pengobatan pasien pada saat dilakukan pembedahan.

Standar Operasi Prosedur (SOP) Odontektomi


Fragiskos (2007) mengemukakan bahwa tahapan odontektomi
baik pada akar tunggal maupun akar multiple adalah sama. Tahapan
tersebut meliputi:
Asepsis dengan menggunakan antiseptik (misal: betadine)

Anestesi
Pembuatan flap
Pengurangan tulang disekitar gigi impaksi
Pemecahan gigi, ekstraksi gigi atau akar gigi dengan elevator

atau tang.
Suturing dan perawatan post operasi.
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan

odontektomi adalah sebagai berikut:

klasifikasi impaksi
flap mukoperiosteal (full thickness flap)
direct vision
vaskularisasi
dukungan tulang
pengembalian flap pada posisi semula

Alat dan bahan odontektomi


Alat dan bahan yang digunakan antara lain:
1. Set diagnostic (Sonde, pinset, ekskavator, kaca mulut)
2. Spuit injeksi dan larutan anestesi
3. Scalpel (blade no.15) dan scalpel holder
4. Bur bulat dan bur fissure (bur tulang)
5. Needle dan needle holder
6. Bone file
7. Pinset chirurgis
8. Suction
9. Tang, disesuaikan dengan gigi yang akan di operasi

10.
11.
12.
13.
14.

Bein
Benang jahit
Gunting
Hand piece low speed
Kapas, alkohol, iod, dll.

Anestesi
Untuk anestesi disesuaikan dengan kebutuhan, gigi mana yang
akan dilakukan odontektomi. Untuk odontektomi gigi premolar bawah,
prosedur anestesinya adalah sebagai berikut :
1) Pasien dianestesi dengan teknik Blok

Mandibula

untuk

menganestesi n.alveolaris inferior & n.lingualis . Setelah anestesi


blok mandibula bereaksi, kemudian diteruskan dengan infiltrasi
pada n.buccalis yang mensarafi gigi tersebut. Kemudian diteruskan
dengan anestesi infiltrasi disekitar area operasi dengan lidokain
comp adrenalin untuk mengurangi terjadinya perdarahan selama
operasi.
Teknik anestesi:
a) Injeksi Blok mandibula :
Lakukan asepsis daerah kerja dengan mengoles daerah kerja
dengan antiseptik (misal: betadine).
Palpasi fossa retromolar dengan jari telunjuk
barrel syringe (dengan bevel menghadap ke
terletak

di

antara

kedua

premolar

pada

tulang)
sisi

yg

berlawanan, kemudian arahkan jarum sejajar dg dataran


oklusal gigi-gigi mandibula ke arah ramus & jari
tusukkan jarum pada apeks trigonum pterygomandibulare,
teruskan

jarum

di

antara

ramus

&

ligamentum-

ligamentum serta otot-otot yang menutupi facies interna


ramus sampai ujungnya berkontak pd dinding posterior
sulcus mandibularis.
Lakukan aspirasi dan bila negative (tidak ada darah yang
masuk ke dalam syringe), maka larutan anestesi dideponir
sedikit
n.

demi

sedikit

dengan

tekanan

perlahan-lahan

hingga 1 cc di sekitar n. alveolaris inferior.


lingualis biasanya teranestesi dg mendeponirkan

anestetikum pada
0,5 cc.

pertengahan perjalanan masuknya jarum

10

Injeksi infiltrasi bukal : bevel jarum diarahkan ke tulang,


kemudian jarum diarahkan secara horizontal ke vestibulum
oris gigi 36 kearah posterior, untuk dapat menganestesi
n.buccalis. Lakukan aspirasi dan bila negatif (tidak ada darah),
maka larutan anestesi dideponir sedikit demi sedikit dengan
tekanan perlahan-lahan hingga 0,5 cc.
Flap
Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur tulang
atau gigi (Pedersen, 1996). Syarat-syarat flap sebagai berikut:
a. Harus mempunyai desain yang jelas.
b. Dapat memberikan pandangan operasi yang luas.
c. Dasar flap harus cukup luas sehingga nutrisi terjamin.
d. Insisi dibuat sampai tulang.
e. Tidak boleh tegang pada waktu penutupan flap.
Prinsip dasar incisi dan pembuatan flap:
a. Suplai darah
basis lebih lebar dibanding tepi bebasnya (incisi tambahan harus
serong)
mempertahankan suplai darah (incisi sejajar dengan pembuluh
darah untuk memberikan vaskularisasi)
hindari retraksi flap yang terlalu lama
hindari ketegangan, jahitan yang berlebih atau keduanya
b. Persarafan incisi diusahakan menghindari saraf yang terletak di
c.

dalam (terutama n. mentalis)


Pendukung tempatkan tepi sedemikian rupa sehingga terletak di

atas tulang (paling tidak 3-4 mm dari tepi tulang yang rusak)
d. Ukuran
ukurannya sebaiknya lebih besar
jangan terlalu kecil
jangan diperluas berlebihan
b. Ketebalan
untuk flap mukoperiosteal, periosteum diambil secara
menyeluruh jangan sampai terkoyak
pada waktu mengangkat flap jangan sampai sobek
Menurut Fragiskos (2007), tipe-tipe flap adalah sebagai berikut:
a) Trapezoid
- Dibentuk dengan membuat insisi horizontal sepanjang gingival
dan dua insisi melintang pada mukosa bukal

11

- Dasar flap yang lebih lebar sangat dibutuhkan untuk suplai


darah yang baik dan adekuat
- Flap tipe ini dibutuhkan untuk prosedur operatif yang luas

b) Triangular
- Dibentuk dengan membuat insisi bentuk l dan insisi horizontal
sepanjang gingival
- Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh
lapangan pandang yang lebih luas, terutama pada aspek apikal
daerah pembedahan.
- Diindikasikan untuk pengambilan ujung akar, kista kecil dan
apikoektomi

c)

Envelope
- Flap tipe ini adalah hasil perluasan insisi horizontal sepanjang
garis servikal gigi
- Insisi envelope dibuka ke arah lateral sehingga tulang yang
menutupi gigi impaksi terbuka.
- Biasa digunakan untuk pembedahan gigi insisivus, premolar dan
molar

12

d) Semilunar
- Insisi flap berbentuk kurva
- Memberikan fasilitas jalan masuk ke apikal
- Melindungi terkoyaknya tepi gingival

e) Pedikel
- Flap pedikel dibuat baik dibukal, lingual atau palatal
- Digunakan untuk migrasi atau transposisi untuk memperbaiki
suatu cacat (contoh : fistula oroantral atau nasoalveolar).

f)

Flap insisi
dan
- Dibuat pada midline palatum.
- Flap insisi
:

13

- Flap insisi

Suturing
Suturing

adalah

memasukkan

benang

ke

dalam

flap

mukoperiosteal dengan tujuan mereposisi jaringan lunak ke tempat


semula sebelum dilakukan operasi (wray dkk., 2003).
Syarat suturing :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

pegang jarum 1/3 dari ujung


jarum tegak lurus menembus jaringan
melalui jaringan sesuai lengkung jarum
jarak dari tepi luka : teratur ( 2-3 mm )
jarak antar jahitan : teratur ( 3-5 mm )
arah jarum dari bebas ke sisi melekat
dari sisi tipis ke sisi tebal
pengikatan tidak boleh terlalu erat
tidak boleh tumpang tindih
simpul tidak boleh di atas garis insisi
Tipe suturing utama yang digunakan dalam bedah mulut antara

lain: interrupted, continuous dan mattress sutures (Fragiskos, 2007).


1) Interrupted suture

Merupakan tipe yang paling sederhana dan paling sering


digunakan.

Jarum masuk sejauh 2-3 mm dari tepi flap dan keluar dengan
jarak yang sama dari tepi yang berlawanan.

Skema tahapan penyimpulan :

14

2) Continuous suture
Biasanya ditujukan untuk luka permukaan yang panjang (contoh:
untuk reconturing alveolar ridge rahang atas dan rahang
bawah).
Continuous suture terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Continuous simple suture

2. Continuous locking suture

15

3) Mattress sutures
Terdiri dari dua tipe :
Horizontal mattres suture, yang terbagi menjadi dua lagi
antara lain :
- Horizontal mattres interrupted suture

- Horizontal continuous mattres suture

Vertical mattres suture


-

Digunakan untuk insisi yang dalam.

Perawatan post operasi odontektomi


Menurut wray dkk. (2003), instruksi post operasi dapat
dikemukakan langsung kepada pasien atau dapat pula diprint. Instruksi
post operasi tersebut meliputi :

16

a) Perawatan rongga mulut


Hindari berkumur pada enam jam pasca pencabutan
Gunakan air garam hangat (1 sendok teh dalam 1 gelas) untuk
berkumur secara lembut.
Jangan menyentuh-menyentuh luka dengan lidah atau jari.
Sikat gigi lainnya tetapi hindari daerah luka dan soket gigi.
Sebisa mungkin membatasi gerakan lidah dan pipi.
b) Nyeri
Rasa sakit dan tidak nyaman beberapa saat setelah pencabutan
adalah hal yang normal.
Dokter meresepkan analgesik dengan dosis yang tepat dan tidak
berlebihan.
Minum analgesik sebelum efek anestesi hilang.
Bila 24-48 jam nyeri belum sembuh, segera mencari pertolongan.
c) Perdarahan
Perdarahan yang ringan biasa terjadi pada 24 jam pertama.
d) Pembengkakan
Pembengkakan pasca pencabutan adalah hal yang umum.
Pembengkakan mencapai puncaknya kurang lebih 24 jam
sesudah pembedahan.
Cara yang terbaik untuk mengatasi pembengkakan adalah
dengan kompres hangat pada daerah wajah di dekat gigi yang
dicabut.

Komplikasi post odontektomi


Setelah odontektomi terdapat beberapa respon fisiologis yang
normal, yaitu perdarahan ringan, pembengkakan, kekakuan, dan
rasa nyeri. Respon negatif tersebut menimbulkan ketidaknyamanan
jangka pendek bagi pasien yang berlangsung selama 4-7 hari
setelah pembedahan. Tujuan utama dalam setiap jenis pembedahan
adalah mencegah infeksi postoperatif akibat prosedur pembedahan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sebagian prosedur pembedahan
membutuhkan antibiotik profilaktik. Gangguan penyembuhan yang
lebih menonjol setelah pencabutan impaksi adalah dry socket atau
alveolar osteitis. Gangguan penyembuhan ini cenderung disebabkan
oleh kombinasi bakteri anaerob dan saliva. Penggunaan antibiotik
profilaktik dalam pencabutan gigi impaksi dapat mengurangi insiden
dry socket. Teknik lain yang efektif mengurangi insiden dry socket

17

adalah irigasi berlimpah, berkumur dengan klorheksidin sebelum


pembedahan,

dan

aplikasi

antibiotik

pada

soket

ekstraksi.

Komplikasi pencabutan gigi impaksi adalah perlukaan saraf, akibat


penggunaan tang atau elevator, dan administrasi anestetik lokal.
Kerusakan

saraf

sensoris

biasanya

terjadi

jika

pembedahan

dilakukan di sekitar daerah foramen mentale dan gigi molar tiga.


Perkiraan insiden kerusakan saraf sangat bervariasi. Hilangnya
sensori pencecap lingual dan saraf alveolaris inferior mencapai 13%,
dan terjadi pemulihan dalam waktu 6 bulan setelah pembedahan.
Fraktur akar merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan
dalam pencabutan gigi impaksi, dan terkadang sulit diatasi. Dalam
situasi semacam ini, fragmen akar dapat masuk ke dalam ruang
submandibula, kanalis alveolar inferior, atau sinus maksilaris. Akar
yang tak-terinfeksi dalam tulang alveolar dapat ditinggalkan pada
tempatnya, tanpa komplikasi post-operatif. Jaringan pulpa akan
mengalami fibrosis dan akar menyatu dalam tulang alveolar. Usaha
yang terlalu agresif dan destruktif untuk mengangkat bagian akar
cenderung

menimbulkan

masalah.

pemeriksaan radiografik follow up.

Dalam

hal

ini,

dibutuhkan

18

LAPORAN POST OPERASI


Nama pasien
Nomor RM
Usia pasien
Alamat

:
:
:
:

Satriyo Wahyudi
114300
16 tahun 6 bulan
margomulyo RT 1 RW 13 Kregolan Seyegan

Sleman
Pekerjaan
No HP
Tanggal
Nama operator
Dokter jaga

:
:
:
:
:

Pelajar
085777244161
18 Februari 2013
Cita Darmastuti, drg
drg. Cahya Yustisia, Sp.BM

19

a. Pemeriksaan subyektif
a. Chief complain
gigi

belakang

bawah

: Pasien datang ingin mencabutkan


kiri

yang

masih

terbenam

untuk

selanjutnya dilakukan perawatan kawat gigi.


b. Present illness
: gigi belakang bawah kiri yang masih
c.

terbenam tidak pernah terasa sakit. Sekarang gigi tidak sakit.


Past Dental History
: Pasien pernah mencabutkan gigi dan
tidak ada komplikasi perdarahan ataupun alergi. Pasien pernah

melakukan perawatan gigi yang lainnya ke Dokter Gigi.


d. Past Medical History
: Riwayat adanya kelainan sistemik
dan alergi obat-obatan dan makanan di sangkal.
e. Family History
:
Gigi : Tak ada kelainan
Umum
: Bapak
: kesehatan baik
Ibu
f.

: kesehatan baik

Social History

: Pasien hidup di lingkungan yang

sehat & menyangkal punya kebiasaan buruk yang menyebabkan


kelainan kesehatan sistemik & gigi. Pasien hidup di lingkungan
keluarga, sehingga punya kebiasaan makan sehari tiga kali.
b. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan fisik umum (Status Generalis)
Vital sign :
Tensi

: 110/70 mmHg

Nadi

: 84x per menit

Respirasi

: 16x

Suhu

: 36C

TRL

: (-)

per menit

Kondisi Umum: Baik (CM), pasien datang sendiri ke RSGM


Kepala

: Simetris, massa abnormal (-)

Mata

: Konjunctiva: anemis (-)

Sklera

: putih, ikterik (-)

Leher

: Trakea: lurus

Kelenjar tiroid

: membesar (-), massa abnormal (-)

b. Pemeriksaan fisik khusus (Status Lokalis)


Ekstra Oral : Dalam batas normal
- Muka

: Simetris, warna normal, turgor (+)

20

- Pipi

: Simetris, pembengkakan (-), massa abnormal (-)

- Bibir

: Pembengkakan (-), massa abnormal (-)

- Pinggir Rahang : Tulang tajam (-),massa abnormal (-)


- Kelenjar ludah

: Pembengkakan (-), massa abnormal (-)

- Kelenjar limfe

: Pembengkakan (-), massa abnormal (-)

Intra Oral

: Dalam batas normal

- Mukosa pipi

: Pembengkakan (-), massa abnormal

(-)
- Palatum

: Pembengkakan (-), massa abnormal

(-)
- Lidah

: Gerak bebas, ukuran normal, papilla

(+), pembengkakan (-), massa abnormal (-)


- Dasar mulut

: Pembengkakan (-), massa abnormal

(-)
- Gingiva rahang atas

: Pembengkakan (-),massa abnormal

(-)
- Gingiva Rahang Bawah

Pembengkakan

(-),

massa

abnormal (-)
- Karang gigi

: Terdapat karang gigi supragingival

pada regio RA RB kanan bagian lingual dan oklusal


Elemen yang diperiksa
bagian

interpapil

: 35, terlihat ujung cusp bukal 35 pada

dental

34

dan

36,

kedalaman dentin.
Pemeriksaan :
CE
Sonde

: (+)
: (-)

Pemeriksaan penunjang (rontgen Foto OPG)


Terlihat gigi 35 impaksi

berlubang

dengan

21

Assesment / Diagnosa

: 35 impaksi dengan iritasi pulpa

Planning

Odontektomi 35
Medikasi
Kontrol pasca odontektomi (1 minggu kemudian)
c. Persetujuan Tindakan Medis
Sebelum

di

lakukan

tindakan

medis,

pasien

diberikan

penjelasan tentang kelainan giginya dan tindakan perlakuan yang


akan

dilakukan

yaitu

pengambilan

gigi

35

dengan

tehnik

odontektomi. Apabila pasien setuju akan tindakan medis yang akan


dilakukan

maka

pasien

menandatangani

lembar

tindakan medis.
d. Tindakan
a. Pemeriksaan Vital Sign :
Tensi
: 120/70 mmHg
Respirasi
: 20x/ menit
Nadi
: 92x/ menit
Temperatur
: 36,3C
b. Durante : Jalannya Operasi Odontektomi gigi 35
- Persiapan Ruangan Operasi

persetujuan

22

Ruangan operasi dipersiapkan dan dipastikan semua alat


dapat berfungsi dengan baik dan steril.
- Persiapan alat & bahan, pasien & operator
Alat dan bahan yang digunakan antara lain:
Set diagnostik (Sonde, pinset, ekskavator, kaca mulut)
Larutan antiseptic, missal: povidone iodine
Scalpel (blade no.15) dan scalpel holder
Bur bulat dan bur fissure (bur tulang)
Needle dan needle holder
Bone file
Pinset chirurgis
Suction
Tang, disesuaikan dengan gigi yang akan di operasi
Bein
Benang jahit
Gunting
Hand piece low speed
Kapas, alkohol, iod, larutan saline.

- Persiapan pasien
Pada saat kunjungan pertama. Pasien diinstruksikan
untuk

tidur

&

makan

secukupnya

sebelum

tindakan

odontektomi. Pada saat akan dilakukan odontektomi, pasien


didudukkan dengan tenang di atas dental unit, kemudian
dilihat kondisi umumnya.
- Persiapan operator
Operator harus melakukan

prosedur

desinfektan

yaitu

mencuci dan membrush tangan dengan sabun antiseptik,


setelah itu memakai sarung tangan dan baju operasi dan cup
kepala juga masker untuk menghindari infeksi silang .

23

Operator

harus

sudah

menguasai

tentang

prosedur

odontektomi yang akan dilakukan & mencegah kemungkinan


komplikasi yang mungkin terjadi. Jika terjadi komplikasi,
operator juga harus mempunyai rencaca yang jelas dalam
mengatasi komplikasi yang terjadi. Operator juga harus
mempersiapkan diri dengan sudah makan & tidur secukupnya
sebelum melakukan odontektomi.
- Asepsis daerah operasi
Lakukan asepsis dengan mengulas betadine pada daerah
sekitar bibir dan daerah yang akan di operasi dengan gerakan
melingkar dari dalam keluar.
- Anestesi lokal
Pasien dianestesi dengan teknik

Blok

Mandibula

untuk

menganestesi n.alveolaris inferior & n.lingualis . Setelah


anestesi

blok

mandibula

bereaksi,

kemudian

diteruskan

dengan infiltrasi pada n. buccalis yang mensarafi mukosa di


sekitar gigi tersebut. Kemudian diteruskan dengan anestesi
infiltrasi disekitar area operasi (gigi 35) dengan lidokain comp
adrenalin untuk mengurangi terjadinya perdarahan selama
operasi.

24

- Pembuatan flap
Tipe flap : Buat full thickness flap (mucoperiosteal flap)
dengan desain flap triangular. Insisi dimulai dari bagian
sepertiga distal gigi 34 arah vertikal kemudian flap diperluas
sampai bagian mesial mahkota gigi 37 (tapi tidak pada
interdental papilla), untuk memperluas lapangan pandang
operasi. Kemudian ditarik kearah kaudal sampai vestibulum.
Jaringan yang sudah di insisi, dibuka / diseparasi dengan
menggunakan

rasparatorium,

sampai

tulang

didaerah

tersebut terlihat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah


lapangan pandang operasi dan mempermudah akses alat
operasi.
- Pengurangan tulang
Dilakukan pengurangan

tulang

bagian

mahkota gigi 35 untuk memisahkan

yang

menutupi

gigi dari jaringan

periodontal dan untuk memudahkan pengeluaran gigi dengan


menggunakan round metal bur dengan low speed handpiece
diteruskan dengan fissure metal bur pada sekeliling tulang
akar gigi yang akan dicabut.

25

- Pengeluaran gigi
Setelah

dilakukan

pengurangan

tulang

disekitar

gigi,

selanjutnya gigi di ungkit dengan bein, agar gigi dapat


terlepas dari soketnya. Karena tidak dilakukan separasi, maka
gigi dapat dikeluarkan secara utuh.

- Pembersihan soket gigi


Setelah gigi dapat dikeluarkan secara sempurna (tidak ada
yang tertinggal), selanjutnya dilakukan kuretase pada soket
gigi dengan menggunakan kuret, untuk membersihkan soket
dari sisa-sisa kotoran, infeksi & kapsul gigi yang mungkin
tersisa, juga untuk memperbaiki perdarahan dalam soket,
untuk mencegah terjadinya dry socket.
- Merapikan tulang
Tulang yang tajam, karena banyak dikurangi selama proses
odontektomi, dirapikan dengan menggunakan bonefile, untuk

26

menghilangkan

tepi-tepi

tulang

yang

tajam,

untuk

mempercepat penyembuhan & untuk mencegah terjadinya


komplikasi lanjutan, missal traumatic bone cyst dan lain-lain.
- Irigasi
Selanjutnya lakukan irigasi pada soket gigi 35 dengan
menggunakan larutan salin (garam fisiologis / NaCl 0,9%)
yang dicampur dengan larutan antiseptik, missal: betadine
untuk menghilangkan sisa debris yang mungkin tertinggal dan
untuk

mencegah

terjadinya

infeksi

dan

mempercepat

penyembuhan.
- Suturing
Kemudian lakukan pengembalian jaringan yang telah di insisi,
dengan cara melakukan hetcing (suturing) dengan teknik
interrupted suture 2 simpul di bagian insisi vertikal sepertiga
distal gigi 34 dan satu simpul pada interdental papila gigi 35
dan 36.

- Lamanya operasi
Operasi berlangsung selama 25 menit, di mulai dari insisi flap
sampai suturing.
- Obat-obatan yang diberikan:
Amoksisilin capl 500 mg No XV (3 x 1) sebagai antibiotik,
untuk mencegah terjadinya infeksi pasca odontektomi &
untuk mempercepat penyembuhan.

27

Danalgin capl 500 mg No X (3 x 1) sebagai analgesik,


untuk mengurangi rasa sakit & trismus yang terjadi
setelah dilakukan odontektomi.
Kaflam tab 50 mg No X (3 x 1) sebagai antiinflamasi yang
berfungsi untuk mengurangi terjadinya pembengkakan
pasca odontektomi.
- Perawatan pasca odontektomi:
Diatas jahitan , diberi tampon yang dibasahi antiseptik
(betadine),

kemudian

pasien

di

instruksikan

untuk

menggigit tampon +/- 30 menit sampai 1 jam.


24 jam pertama, dilakukan kompres dingin terlebih
dahulu,

jika

tidak

terjadi

perdarahan,

selanjutnya

dilakukan kompres hangat, untuk membantu mengatasi


pembengkakan dan rasa sakit post operasi.
Hindari pengunyahan atau tekanan berlebihan

pada

daerah operasi, dengan makan makanan yang lunak


terlebih dahulu.
Tidak menghisap-hisap darah di daerah operasi, tidak
banyak meludah, tidak makan dan minum yang panas
selama 24 jam pertama.
Tidak menyentuh luka, agar tidak terjadi infeksi
Menjaga
kebersihan
luka,
untuk
mempercepat
penyembuhan.
Obat diminum secara teratur.
Jika ada komplikasi, misal: perdarahan tidak berhenti, rasa
sakit yang terus menerus sampai lebih dari 1 minggu,
atau luka tidak bisa sembuh, segera hubungi operator.
e. Kontrol (hari senin, 25 Februari 2013)
Subyektif : Pasien datang ke RSGM untuk control setelah operasi gigi
geraham bawah kiri 1 minggu yang lalu. Kondisi sekarang
tidak ada rasa sakit, perdarahan (-), pembengkakan (-),
bisa membuka mulut secara normal, dan tidak ada rasa
kesemutan. Pasien mengeluhkan ada bau mulut, karena
pasien tidak berani membersihkan gigi di dekat daerah
operasi.

28

Obyektif : Kondisi umum: baik


Lokal :
EO: Pembengkakan (-), trismus (-), limfonodi tak teraba.
IO: Perdarahan (-), pembengkakan (-), kemerahan (-),
debris (+), jahitan masih utuh.
Assesment : Luka post operasi dalam tahap penyembuhan.
Planning : - Hecting up
- Irigasi dengan saline steril dan antiseptic
- Medikasi/roburantia (untuk membantu mempercepat
penyembuhan).
Dansera tab No.IX (3x1)

Anda mungkin juga menyukai