Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Artropod
Borne Virus (Arboviruses) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotype,
yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Infeksi salah satu seroyipe akan menimbulkan antibody
terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang
terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak
dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype
lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan
sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa
keempat serotype ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun.
Serotipe
DEN-3
merupakan
serotype
yang
dominan
dan
BAB II
ANALISIS KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. L
Umur
: 32 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
Tanggal Masuk
: 8 Februari 2016
No. RM
: 387118
Pembayaran
: BPJS Dinas
II. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Demam sejak 5 hari SMRS
RIWAYAT PENGOBATAN
Paracetamol demam turun namun naik kembali
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis (GCS 15)
Tanda vital
o Tekanan Darah
: 100 / 70 mmHg
o Nadi
: 100 x/menit
o Suhu
: 36,4oC
o Pernapasan
: 18 x/menit
BB : 50 kg
TB : 160 cm
IMT : 19,53 kg/m 2
Status gizi
: Kesan gizi cukup
Kepala
Bentuk
: normochepali
Pertumbuhan Rambut: distribusi merata, warna hitam
Deformitas
: tidak terdapat deformitas
Mata
Bentuk
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Telinga
Bentuk
Liang telinga
Serumen
: normal(eutrofilia)
: lapang
:-/-
Hidung
Bagian luar
Septum
Mukosa hidung
Cavum nasi
Bibir
: normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-Geligi
: hygiene baik
Mukosa mulut
: normal, tidak hiperemis
Lidah
: normoglosia, tidak kotor, tidak tremor
Tonsil
: T1/T1 tenang, tidak hiperemis
Faring
: Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di
tengah
Gusi
Bendungan vena
Kelenjar tiroid
Trakea
Leher
Thorax
Pulmo
o Inspeksi : simetris tidak ada hemithorax yang
tertinggal, dalam keadaan statis maupun dinamis
o Palpasi : gerak simetris pada kedua hemithorax
o Perkusi
batas
jantung
kanan
pada
Abdomen
Inspeksi
Genitalia
Tidak diperiksa
Ekstremitas
DIAGNOSA BANDING
RENCANA DIAGNOSTIK
RENCANA TERAPI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah tanggal 8 Februari 2016 pukul 00.18
(waktu masuk)
PEMERIKSAAN
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
HASIL
12.8
4620
5.0
38
148000
75
25
34
NILAI RUJUKAN
12.00-16.00
4.8-10.8
4.3 6.0
37 47
150-400
80 96
27 32
32 - 36
SATUAN
g/dl
ribu/ul
juta/ul
vol %
ribu/ul
fl
pg
g/dl
HASIL
08/2/2016
00:18
12.8
38
5.0
4620
148000
75
25
34
NILAI RUJUKAN
08/2/2016
06:32
12.4
37
4.9
3650
141000
76
25
33
12.00-16.00 g/dl
37 47 %
4.3 6.0 juta/ul
4.8-10.8 ribu/ul
150-400 ribu/ul
80 96 fl
27 32 pg
32 36 g/dl
HASIL
08/2/2016 06.32
08/2/2016
18.03
12.4
12.1
37
36
NILAI RUJUKAN
12.00-16.00 g/dl
37 47 %
6
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
IgM anti dengue
IgG anti dengue
4.9
3650
141000
76
25
33
4.8
2940
162000
76
25
34
+
-
FOLLOW UP
S
9 Februari 2016
10 Februari 2016
Demam (-), nafsu makan mulai membaik, Demam (-), nafsu makanmembaik,
mual (+), muntah (-),Perdarahan (-), nyeri mual (+), muntah (-), Perdarahan (-),
kepala (-), nyeri otot dan sendi (-), keringat nyeri kepala (-), nyeri otot dan sendi
dingin (-), mengigil (-), nyeri ulu hati (-) (-), keringat dingin (-), mengigil (-),
TD : 110/80 mmHg
R : 20 x / menit
TD : 120/80 mmHg
S : 37,40 C
N : 83 x / menit
S : 37,5 0 C
N : 78 x / menit
R : 18 x / menit
BB : 50 kg
BB : 50 kg
THT : tonsil T2-T2 hiperemis (-), faring THT : tonsil T2-T2 hiperemis (-), faring
hiperemis (-)
hiperemis (-)
Abd : datar, NT Epigastrium (+), BU (+) Abd : datar, NT Epigastrium (-), BU (+) N
Normal, Hepar dan lien : tidak teraba Hepar dan lien : tidak teraba membesar
Lab
membesar
Ekst :
Hb
: 12,3 g/dl
Leuko
: 3200 /mm3
Trombo : 165.000/mm3
Ht
: 36%
Pukul 18.00
Hb
: 12,4 g/dl
Leuko : 2940/mm3
Trombo : 165000/mm3
Ht
: 38%
GDS
: 93 mg/dl
SGOT : 42 U/I
SGPT : 38 U/I
Ureum : 12 mg/dl
A
P
DHF derajat 1
Infus RL 20tpm aff infus
PCT 3 x 500 mg
PCT 3 x 500 mg
Domperidon 3 x 10 mg
Domperidon 3 x 10 mg
R/ untuk pulang
Non-medikamentosa
o Edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien disebabkan oleh
virus yang dibawa oleh nyamuk
o Edukasi bahwa penyakit tersebut biasanya akan reda setelah 7
hari
o Edukasi mengenai tanda bahaya yaitu nyeri perut yang berat,
muntah terus menerus, sesak, gusi berdarah, atau darah pada
muntah dan sarankan segera bawa ke rumah sakit apabila
muncul tanda bahaya
8
DIAGNOSA AKHIR
DHF derajat 1
Prognosis
Quo ad Vitam
: ad Bonam
Quo ad Functionam
: ad Bonam
Quo ad Sanamtionam
: ad Bonam
PEMBAHASAN KASUS
Pada pasien ini diagnosis Demam Hemoragik Fever derajat 1 ditegakkan
berdasarkan atas :
- Anamnesa :
o
Demam mendadak sejak 5 hari
o
Mual
o
Keringat dingin
o
Menggigil
o
Badan terasa lemas
o
Sakit kepala
o
Nyeri belakang mata
o
Nyeri otot dan sendi
Pemeriksaan fisik :
o Tekanan Darah
: 100 / 70 mmHg
o Nadi
: 100 x/menit
o Suhu
: 36,4oC
o Pernapasan
: 18 x/menit
BB : 50 kg
TB : 160 cm
IMT : 19,53 kg/m 2
Status gizi
: Kesan gizi cukup
Rumple Leed test (+)
Abdomen :
Supel, BU (+) N, Nyeri Tekan Epigastrium (+)
o
Ekstremitas : akral hangat
o
o
Hasil Laboratorium
08/02/201
Hb
Ht
L
T
IgM
08/02/2016
09/02/2016
6
Pukul
06.32
18.03
06.00
18.00
00.18
12.8
38
4620
148000
12.4
37
3650
141000
12.1
36
2940
162000
(+)
12.3
36
3200
165000
12.4
38
2940
165000
anti
dengeu
Kesan : Dengan pemberian cairan tidak menunjukkan penurunan nilai
Hematokrit, jadi dapat disimpulkan bahwa pada awal pasien masuk
tidak terjadi hemokonsentrasi.
-
10
Penatalaksanaan
Pada terapi diberikan :
1. IVFD RL
Resusitasi awal cairan diberikan infus kristaloid
20
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Virus Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang sekarang lebih dikenal sebagai
genus Flavivirus. Virus ini memiliki empat jenis serotipe yakni DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Antibodi yang terbentuk dari infeksi salah satu
jenis serotipe tidak memberikan perlindungan yang memadai untuk
serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
paling banyak menimbulkan manifestasi klinis yang berat. 1,2,5,8
Virus dengue ditularkan kepada manusia terutama melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk aedes dapat mengandung virus dengue
pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yakni dua
hari sebelum panas hingga 5 hari setelah demam timbul. Virus yang
terdapat pada kelenjar liur kemudian berkembang biak dalam waktu 8-10
hari dan selanjutnya dapat ditularkan kepada manusia lain melalui gigitan.
12
Sekali virus masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk, nyamuk
tersebut dapat menularkan virus (infektif) sepanjang hidupnya. 2,8
B. Patogenesis
Patogenesis DBD masih kontroversial. Dua teori yang banyak dianut
adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection
theory) dan hipotesis immune enhancement. Menurut hipotesis infeksi
sekunder, akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda,
respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu dan menyebabkan
kenaikan
titer
tinggi
IgG
antidengue.
Replikasi
virus
dengue
13
Fase Febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang
suhu tubuh sangat tinggi hingga 40 oC dan tidak membaik dengan obat
penurun panas. Fase ini biasanya akan bertahan selama 2-7 hari dan
diikuti dengan muka kemerahan, eritema, nyeri seluruh tubuh, mialgia,
artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan
nyeri tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva). Sulit untuk
membedakan dengue dengan penyakit lainnya secara klinis pada fase
awal demam. Hasil uji torniquet positif pada fase ini meningkatkan
kemungkinan adanya infeksi dengue. Demam juga tidak dapat dijadikan
parameter untuk membedakan antara kasus dengue yang gawat dan tidak
gawat. Oleh karena itu, memperhatikan tanda-tanda peringatan (warning
signs) dan parameter lain sangat penting untuk mengenali progresi ke
arah fase kritis.2,5,10 Warning signs meliputi:5
14
15
menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.Saat terjadi
syok berkepanjangan, organ yang mengalami hipoperfusi akan mengalami
gangguan
fungsi
koagulasi
Gejala klinis
Nyeri kepala
Muntah
Mual
Nyeri otot
Ruam kulit
Diare
Batuk
Pilek
Limfadenopati
+
0
0
+
++++
0
++
+
++
0
Kejang
+
Kesadaran menurun
++
Obstipasi
+
Uji tourniquet positif
++
Petekie
+++
Perdarahan saluran cerna
+
Hepatomegali
+++
Nyeri perut
+++
Trombositopenia
++++
Syok
+++
Ket : + : 25%
++ : 50%
+++ : 75% ++++ : 100%
Tabel 1 Gejala klinis Demam Dengue dan demam Demam Berdarah Dengue
(Hb), kadar
hematokrit (Ht), jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat
adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru (sejak
hari ke-3).1
Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi
sel neutrofil. Pada akhir demam, jumlah leukosit, dan sel neutrofil
bersama-sama menurun sehingga jumlah sel limfosit secara relatif
meningkat.1,2,10
Penurunan jumlah trombosit menjadi <100.000/l. Pada umumnya
trombosit
18
isolasi
virus.
Namun,
metode
ini
membutuhkan
tenaga
laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 12 minggu), serta
biaya yang relatif mahal. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan
adalah pemeriksaan serologi, yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti
dengue.1,11
Pada infeksi primer, antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari kelima
seelah onset penyakit, yakni setelah jumlah virus dalam darah berkurang.
Kadar IgM meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya dalam 2
minggu dan menurun hingga tak terdeteksi lagi setelah 2-3 bulan. Antibodi
IgG muncul beberapa hari setelah IgM dan pada infeksi primer, produksi
IgG lebih rendah dibandingkan IgM, namun dapat bertahan beberapa
tahun dalam sirkulasi, bahkan seumur hidup.11 Sedangkan pada infeksi
sekunder, kadar IgG meningkat lebih banyak dibandingkan IgM dan
muncul sebelum atau bersamaan dengan IgM. IgG merupakan antibodi
predominan pada infeksi sekunder.11
Salah satu metode pemeriksaan terbaru adalah pemeriksaan
antigen spesifik virus dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 (NS1).
Dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi
sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer dengue
atau sampai hari ke 5 pada infeksi sekunder dengue. Pemeriksaan ini juga
dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan
100%). Oleh karena itu, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen
NS1 sebagai uji dini terbaik untuk pelayanan primer.
G. Diagnosis
19
Diagnosis
DBD
dapat
ditegakkan
secara
klinis
dan
laboratoris.
asites,
perdarahan lain.
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau
hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak
gelisah.
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
Sedangkan menurut WHO 2009, berdasarkan riwayat penyakit,
dengan
melihat
fase
penyakit
(febris,
kritis,
atau
20
DD/DBD
Derajat
DD
Gejala
Laboratorium
Demam disertai 2
Leukopenia,
trombositopenia, tidak
orbital, mialgia,
plasma
artralgia
DBD
DBD
DBD
II
III
Gejala di atas
Trombositopenia
positif
kebocoran plasma
Gejala di atas
Trombositopenia
ditambah perdarahan
spontan
kebocoran plasma
Gejala di atas +
Trombositopenia
kegagalan sirkulasi
kebocoran plasma
IV
Trombositopenia
kebocoran plasma
21
Kelompok-A5
Pasien yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat
dimotivasi untuk minum secara adekuat, masih dapat berkemih setidaknya
sekali tiap enam jam, dan tidak mempunyai warning signs, khususnya
saat demam mereda.
Pasien rawat jalan harus diobservasi setiap hari untuk mencegah
progresi hingga melewati periode kritis. Pasien dengan Ht stabil dapat
dipulangkan setelah dirawat dan diberikan edukasi untuk segera kembali
ke rumah sakit apabila warning signs muncul. Apabila warning signs
muncul maka tindakan selanjutnya adalah:
Kelompok-B5
Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada
fase kritis. Kriteria rawat pasien DBD adalah:5
1. Adanya warning signs
2. Terdapat tanda dan gejala hipotensi: dehidrasi, tidak dapat minum,
hipotensi postural, berkeringat sedikit, pingsan, ekstremitas dingin.
3. Perdarahan
4. Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun
tidak syok), neurologis, kardiak (nyeri dada, gangguan napas,
sianosis).
5. Adanya peningkatan Ht, efusi pleura, atau asites
6. Kondisi penyerta: hamil, DM, hipertensi, ulus peptikum, anemia
hemolitik, overweight/ obese, bayi, dan usia tua
22
kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam atau kurang sesuai respon klinis.
Nilai kembali status klinis, ulangi Ht. Bila Ht sama atau meningkat
sedikit, lanjutkan dengan jumlah sama (2-3 ml/kg/jam) selama 2-4
jam. Bila tanda vital memburuk dan Ht meningkat drastis,
tingkatkan pemberian cairan 510 ml/kg/jam selama 1-2 jam. Nilai
kembali status klinis, ulang Ht, dan periksa kecepatan cairan infus
berkala.
Berikan volume intravena minimum untuk menjaga perfusi dan urin
output 0,5 ml/kg/jam selama 24-48 jam. Kurangi jumlah cairan infus
berkala saat kebocoran plasma berkurang, yakni saat akhir fase
kritis. Hal ini bisa diketahui dari urin output dan/atau asupan minum
sesuai
berat
ideal.
Berikan
volume
minimum
untuk
24
25
Klinis:
o Bebas demam selama minimal 48 jam
26
DAFTAR PUSTAKA
27
World
Health
Organization,
2009.
Diunduh
dari
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871_eng.pdf
6. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and
control. 2nd edition. Geneva : World Health Organization. 1997.
Diunduh
dari
http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublic
ation/en/print.html
7. Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic
Fever
in
Small
Hospitals.
1999.
diunduh
dari
http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_Guideline-dengue.pdf
8. Infections Caused by Arthropod- and Rodent-Borne Viruses.
In: Braunwald, et al. Harrisons Principles of Internal Medicine. 17 th
ed. USA: McGraw Hill Companies, 2008.
9. Anonim. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Sastroasmoro
S, et.al. (editor). Panduan Pelayanan Medis. Jakarta: RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo, 2007.p.156-7.
10. Fact Sheet on Dengue and Dengue haemorrhagic fever. World
Health
Organization
Sudan,
2005.
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
11. World Health Organization. Dengue Fever.
Diunduh
Diunduh
dari
dari
www.emro.who.int/sudan/pdf/cd_trainingmaterials_dengue.pdf
12. Estuningtyas A, Arif A. Obat Lokal. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy
R, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen
28
29