LAPORAN KASUS
1.1
1.2
Identitas
Nama
: Tn. M
No MR
: 02.19.40
Umur
: 61 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Bandar Lampung
Status Perkawinan
: Menikah
Masuk RS tanggal
: 09 Februari 2016
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 11
Februari 2016.
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang menjalar sampai ujung kaki sejak 1 bulan lalu.
Keluhan Tambahan :
Pusing berputar, dan susah buang air kecil, kencing bercampur pasir.
1.3
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Gizi
: Cukup
Tanda Vital
Pernafasan
: 22x/menit
Nadi
: 87x/menit
Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
Suhu
: 36,6 C
Kulit
- Warna
- Rambut
: Baik
: Normocefali
Mata
- Pupil
- Kunjungtiva
: Anemis (-/-)
- Sklera
: Ikterik (-/-)
Hidung
Mulut
- Bibir
- Oral Hygiene
: Cukup baik
- Faring
: Tidak hiperemis
- Lidah
Telinga
: Normotia
- Liang telinga
: -/-
: -/-
- Nyeri Tarik
: -/-
Leher
- Trakea
: Kesan di tengah
- KGB
- Tiroid
Thoraks
Inspeksi dinding dada :
- Bentuk dada normal
- Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak tampak masa, tidak
terdapat efloresensi yang bermakna
- Sternum bentuk normal mendatar
- Tulang iga normal, sela iga tidak melebar, retraksi sela iga (-)
Paru
- Inspeksi
- Palpasi
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
:
Batas kanan
Batas Atas
Batas Kiri
Abdomen
- Inspeksi
- Perkusi
- Palpasi
tekan (-), Massa (-), Pembesaran hepar (-), turgor kulit baik, nyeri
ketok pinggang (CVA) (+).
Ekstremitas
o Atas
- Kulit
- Tonus
- Edema
- Deformitas
- Nyeri tekan
o Bawah
- Kulit
- Tonus
- Edema
- Deformitas
- Nyeri tekan
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hitung jenis
Basofil
: 0 (normal 1-3)
Eosinofil
: 0 ( normal 0-1)
Batang
: 1 (normal 2-6)
Segmen
: 50 (normal 50-70)
Limposit
: 39 (normal 20-40)
Monosit
: 10 (2-8)
MCV
: 77 fl (80-96 fl)
MCH
: 24 pg (27-31 pg)
MCHC
Kimia Klinik
Ureum
Creatinin
Analisis Urin
Warna urin
: kuning jernih
Berat jenis
: 1,015 (1,005-1,030)
pH
: 6 (6-8)
Sel leukosit
: 4-6/LPB
Eritrosit
: 3-5/LPB
CT-scan Abdomen
Keterangan
-
Ginjal kanan : Besar dan bentuk normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitas gema normal, batas tekstur parenkim dengan central echocomplex normal, tidak tampak bayangan hiperechoic dengan acustic
shadow, sistem pelvokalises tidak melebar.
Ginjal kiri : Besar dan bentuk normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitas gema normal, batas tekstur parenkim dengan central echocomplex normal, tidak tampak bayangan hiperechoic dengan acustic
shadow, sistem pelvokalises tidak melebar.
Vesika urinaria : Besar dan bentuk normal, dinding tidak menebal, reguler,
tampak lesi hiperechoic dengan posterior acustic shadow, soliter, diameter
11,6 mm, tidak tampak gambaran lumpur (sludge)/massa.
KESAN :
-
Vesicolithiasis
ANALISA KASUS :
Dari anamnesa :
Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 bulan lalu, nyeri dirasakan
seperti tertimpa benda berat yang menjalar sampai ujung kaki saat beraktivitas
dan saat duduk 5 menit. Nyeri hilang timbul dan ketika nyeri pinggang
kambuh nyeri tidak menghilang walaupun sudah diistirahatkan, nyeri semakin
memberat sejak satu minggu lalu SMRS, demam (-), mual (-), muntah (-),
pusing seperti berputar (+), susah buang air kecil (+), kencing bercampur pasir
10
(+), kencing bercampur darah (-), buang air kecil terputus/tidak tuntas (-),
BAB (normal).
Inspeksi
tidak
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
tekan (-), Massa (-), Pembesaran hepar (-), turgor kulit baik, nyeri ketok
pinggang (CVA) (+).
Dari pemeriksaan Laboraturium :
Hb
: 13,4 gr/dl
Hematokrit : 39 vol%
Leukosit
: 4.100/mm3
vesicolithiasis
dan
pembesaran
prostat
dengan
kalsifikasi.
1.6
Diagnosis Klinis
Nefrolithiasis Bilateral
11
Diagnosa Banding
- Ureterolitiasis
- Vesikolitiasis
- ISK
- Cholelitiasis
1.7
1.
2.
CT-scan Abdomen
Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Rajin minum air putih minimal 8 gelas sehari
Tidak menahan buang air kecil
Mengurangi minum teh dan kopi
Farmakologis
-
1.8
Iv RL 20 tetes/menit
Urinter 1 tab/oral
Vit.C 1 tab/oral
B.Comp 1 tab/oral
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
Bab II
12
Tinjauan Pustaka
2.1
13
14
lainnya sebagai tempat menampung air kemih yang dibuang dari ginjal
melalui ureter yang merupakan hasil buangan penyaringan darah.Dalam
menampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal
yaitu untuk volume orang dewasa lebih kurang adalah 30-450 ml.
Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan
mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih
terletak pada pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka
kandung kemih akan berada pada abdomen di atas pubis.
b. Uretra
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada
laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke
bagian penis panjangnya 20 cm. Uretra pada lakilaki terdiri dari uretra
prostatika, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika
merupakan
seperti
bawah
makin
dangkal
kemudian
bergabung
dengan
uretra
Nefrolitiasis
15
2.2.1 Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal,
pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga
membentuk kalkulus (batu ginjal). Batu ginjal adalah istilah umum batu
ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat,
oksalat, sistin, xantin, dan struvit (Patofisiologi keperawatan,2000).
16
Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu
juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti
sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain
yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status
cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi). Penyebab
terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor : 1
a. Faktor Endogen :
-
b. Faktor Eksogen :
- Air minum. Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air
mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal
akibat ketidakseimbangan cairan yang masuk.
- Suhu. Temperatur yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya
pengeluaran keringat yang akan mempermudah pengurangan
produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu.
- Makanan. Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi factor
terbentuknya batu
- Dehidrasi. Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut
membantu proses pembentukan urin
2.2.3
Faktor resiko
17
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan,
riwayat keluarga.
1. Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50
tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60
tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan
karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.
2. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien
laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh
anatomis
saluran
kemih
pada
lakilaki
yang
lebih
panjang
18
19
Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu
seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga
dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat
yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status
cairan pasien. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal
serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai
menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus
menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun
secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri
luar biasa dan tak nyaman.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar
biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang
keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya
batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual
dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan
ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Selain itu ada beberapa teori
yang
,membahas
tentang
proses
pembentukan
batu
yaitu :Proses
20
penghambatan
pembentukan
kristal.
Bila
terjadi
21
- Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya
batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea
splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran
kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.
- Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat
banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif,
pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak
mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone,
thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan
penyakit ini.
- Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xantin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang
dijumpai.
2.2.6
22
Komplikasi
Komplikasi dari nefrolitiasis adalah : 1
a. Gagal ginjal terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan
pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membran ginjal
oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik
ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
b. Infeksi Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik
untuk
perkembangbiakan
mikroorganisme.
Sehingga
akan
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Urin
23
lainnya,
antara
lain:
tidak
memerlukan
material
24
Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan medis adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan
infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan
dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan
pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih
kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu
dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan
keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan
bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif
mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran
batu yang telah ada. Setiap pasien nefrolitiasis harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan
agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi
morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi
nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung
pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi
spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran
kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder.
Setelah batu dikeluarkan, batu dapat dianalisis untuk mengetahui
komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan
ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh
untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang
25
diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
adalah
usaha
26
27