Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1

1.2

Identitas
Nama

: Tn. M

No MR

: 02.19.40

Umur

: 61 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Bandar Lampung

Status Perkawinan

: Menikah

Masuk RS tanggal

: 09 Februari 2016

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 11
Februari 2016.
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang menjalar sampai ujung kaki sejak 1 bulan lalu.

Keluhan Tambahan :
Pusing berputar, dan susah buang air kecil, kencing bercampur pasir.

Riwayat Penyakit sekarang:


Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 bulan lalu, nyeri dirasakan
seperti tertimpa benda berat yang menjalar sampai ujung kaki saat
beraktivitas dan saat duduk 5 menit. Nyeri hilang timbul dan ketika nyeri
pinggang kambuh nyeri tidak menghilang walaupun sudah diistirahatkan,
nyeri semakin memberat sejak satu minggu lalu SMRS, demam (-), mual
(-), muntah (-), pusing seperti berputar (+), susah buang air kecil (+),
kencing bercampur pasir (+), kencing bercampur darah (-), buang air kecil
terputus/tidak tuntas (-), BAB (normal).

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami nyeri pinggang + 2 tahun lalu.
Riwayat trauma pada perut bawah disangkal.
Riwayat trauma pada pinggang disangkal.
Riwayat batu saluran kencing disangkal.
Riwayat darah tinggi disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat penyakit paru disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
Riwayat asam urat disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dengan riwayat penyakit yang sama (-).

Riwayat Alergi Obat


Os mengaku tidak ada alergi obat.
Riwayat Sosial, Ekonomi, Lingkungan
Pasien memiliki kebiasaan jarang minum air putih. Mengaku sering minum
kopi dan teh, pasien juga sering merokok sewaktu muda. Pasien sering
menahan air kencing saat bekerja.
Pasien bekerja sebagai petani, tinggal bersama istri dan anaknya. Biaya
perawatan pasien dibantu oleh JAMKESKOT.
Kesan ekonomi : kurang.

1.3

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Gizi

: Cukup

Tanda Vital
Pernafasan

: 22x/menit

Nadi

: 87x/menit

Tekanan Darah

: 130/90 mmHg

Suhu

: 36,6 C

Kulit
- Warna

: Warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak

ikterik, tidak sianosis


- Lesi

: Tidak terdapat floresesi yang bermakna

- Rambut

: Tumbuh rambut pada seluruh permukaan kulit,

berwarna hitam bercampur uban, tidak mudah dicabut


- Turgor
Kepala

: Baik
: Normocefali

Mata
- Pupil

: Isokor, refleks cahaya +/+

- Kunjungtiva

: Anemis (-/-)

- Sklera

: Ikterik (-/-)

Hidung

: Dalam Batas Normal

Mulut
- Bibir

: Pucat (-), ikterik (-), kering (-)

- Oral Hygiene

: Cukup baik

- Faring

: Tidak hiperemis

- Lidah

: Normoglossi, tidak kotor

Telinga

: Normotia

- Liang telinga

: Sekret -/-, serum +/-, darah -/-

- Nyeri tekan os mastoid

: -/-

- Nyeri tekan tragus

: -/-

- Nyeri Tarik

: -/-

Leher
- Trakea

: Kesan di tengah

- KGB

: Tidak ada pembesaran KGB

- Tiroid

: Tidak ada pembesaran Tiroid

Thoraks
Inspeksi dinding dada :
- Bentuk dada normal
- Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak tampak masa, tidak
terdapat efloresensi yang bermakna
- Sternum bentuk normal mendatar
- Tulang iga normal, sela iga tidak melebar, retraksi sela iga (-)
Paru
- Inspeksi

: Gerak nafas dada kanan dan kiri simetris

- Palpasi

: Pergerakan nafas kedua hemithoraks simetris,

vokal premitus kiri dan kanan teraba sama kuat.


- Perkusi

: Perkusi pada dinding dada kiri dan kanan

didapatkan suara sonor


- Auskultasi

: Suara nafas vesikular terdengar sama pada kedua

sisi hemithoraks, wheezing -/-, ronki -/-.

Jantung
- Inspeksi

: Tidak tampak pulsasi iktus cordis pada dinding dada

- Palpasi

: Pulsasi ictus cordis teraba teratur di ICS 5, 1 cm medial


linea midclavikula sinistra

- Perkusi

:
Batas kanan

: Redup pada ICS 3-5


Linea parasternalis dextra

Batas Atas

: Terdengar redup ICSS 3


Linea parasternal sinistra

Batas Kiri

: Terdengar redup di ICS 5,


1 cm medial linea midklavikula sinistra

- Auskultasi : BJ I & II reguler, murmur (-), Galop (-), bunyi jantung


tambahan (-)

Abdomen
- Inspeksi

: Warna kulit sawo matang, bentuk normal , tidak

ada efloresensi yang bermakna


- Auskultasi

: BU (+) 3x/menit, Normal

- Perkusi

: Timpani diseluruh abdomen, shifting dullness (-)

- Palpasi

: Supel, Rigiditas (-), defens muskular (-), nyeri

tekan (-), Massa (-), Pembesaran hepar (-), turgor kulit baik, nyeri
ketok pinggang (CVA) (+).

Ekstremitas
o Atas
- Kulit

: Kiri dan kanan tidak ada efloresensi bermakna

- Tonus

: Kiri dan kanan tonus otot baik

- Edema

: Tidak ada edem kiri dan kanan

- Deformitas

: Tidak ada deformitas kiri dan kanan

- Nyeri tekan

: Tidak ada nyeri tekan kanan dan kiri.

o Bawah
- Kulit

: Kiri dan kanan tidak ada efloresensi bermakna

- Tonus

: Kiri dan kanan tonus otot baik

- Edema

: Tidak ada edem kiri dan kanan

- Deformitas

: Tidak ada deformitas kiri dan kanan

- Nyeri tekan

: Tidak ada nyeri tekan kanan dan kiri.

1.4 Pemeriksaan Laboratorium


Darah Rutin
Hemoglobin

: 13,4 gr/dl ( normal laki-laki :14-18)

Hematokrit

: 39 vol% (normal laki-laki :40-54)

Leukosit

: 4.100/mm3 ( normal :4500-10.700 ul)

Trombosit

: 190.000/mm3 (159-400 ul)

Eritrosit

: 5,4 ul (normal laki-laki 4,6-6,2 ul)

Hitung jenis
Basofil

: 0 (normal 1-3)

Eosinofil

: 0 ( normal 0-1)

Batang

: 1 (normal 2-6)

Segmen

: 50 (normal 50-70)

Limposit

: 39 (normal 20-40)

Monosit

: 10 (2-8)

MCV

: 77 fl (80-96 fl)

MCH

: 24 pg (27-31 pg)

MCHC

: 33 g/dl (32-36 g/dl)

Kimia Klinik
Ureum

: 20 mg/dl (normal 10-40)

Creatinin

: 1,2 mg/dl (normal laki-laki : 0,9-1,5)

Analisis Urin
Warna urin

: kuning jernih

Berat jenis

: 1,015 (1,005-1,030)

pH

: 6 (6-8)

Sel leukosit

: 4-6/LPB

Eritrosit

: 3-5/LPB

1.5 Pemeriksaan Penunjang


USG Lower Abdomen

CT-scan Abdomen
Keterangan
-

Ginjal kanan : Besar dan bentuk normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitas gema normal, batas tekstur parenkim dengan central echocomplex normal, tidak tampak bayangan hiperechoic dengan acustic
shadow, sistem pelvokalises tidak melebar.

Ginjal kiri : Besar dan bentuk normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitas gema normal, batas tekstur parenkim dengan central echocomplex normal, tidak tampak bayangan hiperechoic dengan acustic
shadow, sistem pelvokalises tidak melebar.

Vesika urinaria : Besar dan bentuk normal, dinding tidak menebal, reguler,
tampak lesi hiperechoic dengan posterior acustic shadow, soliter, diameter
11,6 mm, tidak tampak gambaran lumpur (sludge)/massa.

Prostat : Tampak membesar, ukuran 47,6 34,8 43,4 mm (Vol: 37,4


ml), tekstur inhomogen kasar, kalsifikasi (+).

KESAN :
-

Vesicolithiasis

Pembesaran prostat dengan kalsifikasi

USG ginjal bilateral saat ini masih dalam batas normal

ANALISA KASUS :
Dari anamnesa :
Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 bulan lalu, nyeri dirasakan
seperti tertimpa benda berat yang menjalar sampai ujung kaki saat beraktivitas
dan saat duduk 5 menit. Nyeri hilang timbul dan ketika nyeri pinggang
kambuh nyeri tidak menghilang walaupun sudah diistirahatkan, nyeri semakin
memberat sejak satu minggu lalu SMRS, demam (-), mual (-), muntah (-),
pusing seperti berputar (+), susah buang air kecil (+), kencing bercampur pasir

10

(+), kencing bercampur darah (-), buang air kecil terputus/tidak tuntas (-),
BAB (normal).

Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pada:


Abdomen
-

Inspeksi

: Warna kulit sawo matang, bentuk normal,

tidak

ada efloresensi yang bermakna


-

Auskultasi

: BU (+) 3x/menit, Normal

Perkusi

: Timpani diseluruh abdomen, shifting dullness (-)

Palpasi

: Supel, Rigiditas (-), defens muskular (-), nyeri

tekan (-), Massa (-), Pembesaran hepar (-), turgor kulit baik, nyeri ketok
pinggang (CVA) (+).
Dari pemeriksaan Laboraturium :
Hb

: 13,4 gr/dl

Hematokrit : 39 vol%
Leukosit

: 4.100/mm3

Dari pemeriksaan USG :


Menunjukkan adanya

vesicolithiasis

dan

pembesaran

prostat

dengan

kalsifikasi.

1.6

Diagnosis Klinis
Nefrolithiasis Bilateral

11

Diagnosa Banding
- Ureterolitiasis
- Vesikolitiasis
- ISK
- Cholelitiasis

Pemeriksaan tambahan yang dianjurkan

1.7

1.

USG Lower Abdomen

2.

CT-scan Abdomen

Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Rajin minum air putih minimal 8 gelas sehari
Tidak menahan buang air kecil
Mengurangi minum teh dan kopi
Farmakologis
-

1.8

Iv RL 20 tetes/menit
Urinter 1 tab/oral
Vit.C 1 tab/oral
B.Comp 1 tab/oral

Prognosis
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: Dubia ad bonam

Bab II

12

Tinjauan Pustaka

2.1

Anatomi Sistem Perkemihan

Gambar Sistem Perkemihan


Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses
penyaringan darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zatzat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak
di pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).1 Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan
ureter), dan saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra).2
A. Saluran Kemih Atas
a. Ginjal

13

Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang


terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum
melekat langsung pada dinding belakang abdomen.1 Setiap ginjal
memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian
ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam
kandung kemih.3 Fungsi yang lainnya adalah ginjal dapat menyaring
limbah metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari darah,
membantu mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D dan kalsium.
b. Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal
dengan kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang 25-30 cm,
dengan penampang 0,5 cm.1 Saluran ini menyempit di tiga tempat
yaitu di titik asal ureter pada pelvis

ginjal, di titik saat melewati

pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kendung kemih.


Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat
(jaringan fibrosa), lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan
sebelah dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam

kandung kemih (vesica

urinearia). Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui


suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang
dapat membuka dan menutup sehingga dapat mengatur kapan air kemih
bisa lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih yang secara
teratur tersebut mengalir dari ureter akan di tampung dan terkumpul di
dalam kandung kemih.
B. Saluran Kemih Bawah
a. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya
dilapisi oleh membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis

14

lainnya sebagai tempat menampung air kemih yang dibuang dari ginjal
melalui ureter yang merupakan hasil buangan penyaringan darah.Dalam
menampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal
yaitu untuk volume orang dewasa lebih kurang adalah 30-450 ml.
Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan
mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih
terletak pada pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka
kandung kemih akan berada pada abdomen di atas pubis.
b. Uretra
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada
laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke
bagian penis panjangnya 20 cm. Uretra pada lakilaki terdiri dari uretra
prostatika, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika
merupakan

saluran terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk

seperti

kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin ke

bawah

makin

dangkal

kemudian

bergabung

membranosa. Uretra membranosa merupakan

dengan

uretra

saluran yang paling

pendek dan paling dangkal. Uretra kavernosa merupakan saluran


terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15 cm. Pada wanita,
uretra terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya 3-4 cm. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah
atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra lakilaki.
2.2

Nefrolitiasis

15

2.2.1 Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal,
pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga
membentuk kalkulus (batu ginjal). Batu ginjal adalah istilah umum batu
ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat,
oksalat, sistin, xantin, dan struvit (Patofisiologi keperawatan,2000).

16

Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang


menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa
nyeri karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.1
2.2.2

Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu
juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti
sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain
yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status
cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi). Penyebab
terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor : 1
a. Faktor Endogen :
-

Hyperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah


Hyperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
pH urin
Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang bertolak belakang
dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh

b. Faktor Eksogen :
- Air minum. Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air
mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal
akibat ketidakseimbangan cairan yang masuk.
- Suhu. Temperatur yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya
pengeluaran keringat yang akan mempermudah pengurangan
produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu.
- Makanan. Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi factor
terbentuknya batu
- Dehidrasi. Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut
membantu proses pembentukan urin
2.2.3

Faktor resiko

17

a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan,
riwayat keluarga.
1. Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50
tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60
tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan
karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.
2. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien
laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh
anatomis

saluran

kemih

pada

lakilaki

yang

lebih

panjang

dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki


kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air
kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki
memiliki hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi
oksalat endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada
perempuan yang mampu mencegah agregasi garam kalsium.
3. Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya
penyakit BSK.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
1. Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di
daerah pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih
yang dikonsumsi oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut

18

banyak mengandung mineral seperti phospor, kalsium, magnesium,


dan sebagainya. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden BSK
di suatu tempat dengan tempat lainnya. Faktor geografi mewakili
salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti kebiasaan
makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi
predoposisi kejadian BSK.
2. Faktor Iklim dan Cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun
kejadiannya

banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi.

Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan


meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Pada
orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko
menderita penyakit BSK.
3. Jumlah Air yang di Minum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum
tersebut. Bila jumlah air yang diminum sedikit maka akan
meningkatkan konsentrasi air kemih, sehingga mempermudah
pembentukan BSK.
4. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK.
Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh
normalnya adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan
meningkatkan risiko terbentuknya BSK. Hal tersebut diakibatkan,
protein yang tinggi terutama protein hewani dapat menurunkan kadar
sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan naik,
konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi.
5. Jenis Pekerjaan

19

Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak


duduk dalam melakukan pekerjaannya.
6. Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air
kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK).
ISK yang disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan
terbentuknya jenis batu struvit.
2.2.4

Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu
seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga
dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat
yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status
cairan pasien. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal
serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai
menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus
menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun
secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri
luar biasa dan tak nyaman.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar
biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang
keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya
batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual
dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan
ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Selain itu ada beberapa teori
yang

,membahas

tentang

proses

pembentukan

batu

yaitu :Proses

pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian


dijadikan dalam beberapa teori :1

20

- Teori supersaturasi Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk


batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak
menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul
menjadi batu.
- Teori matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein,
10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
- Teori kurang inhibitor Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir
dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat
penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat
merupakan

penghambatan

pembentukan

kristal.

Bila

terjadi

kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.


- Teori epistaxi Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secrabersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang
merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam
uraat yang berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu
kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
- Teori kombinasi
2.2.5

Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium:
kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amoniumfosfat (MAP), xanthyn, da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data
mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu sangat
penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu
residif.1
- Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80%
dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas
kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.
Faktor terjadinya batu kalsium adalah hiperkalsiuri, hiperoksaluri,
hiperurikosuria, dan hipositraturia.

21

- Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya
batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea
splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran
kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.
- Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat
banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif,
pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak
mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone,
thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan
penyakit ini.
- Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xantin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang
dijumpai.

2.2.6

Tanda dan Gejala


Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar
biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa
selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang
terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan

22

berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Keluhan


yang sering ditemukan adalah sebagai berikut : 1
1. Hematuria
2. Piuria
3. Polakisuria/fregnancy
4. Urgency
5. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus
pada daerah pinggang.
6. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahanlahan.
7. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah,
selanjutnya ke arah penis atau vulva.
8. Anorexia, muntah dan perut kembung
9. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan
adanya batu leukosit meningkat.
2.2.7

Komplikasi
Komplikasi dari nefrolitiasis adalah : 1
a. Gagal ginjal terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan
pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membran ginjal
oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik
ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
b. Infeksi Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik
untuk

perkembangbiakan

mikroorganisme.

Sehingga

akan

menyebabkan infeksi pada peritoneal.


c. Hidronefrosis oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin
tertahan dan menumpuk diginjal dan lama-kelamaan ginjal akan
membesar karena penumpukan urin.
d. Avaskuler ischemia terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan
berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.
2.2.8

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Urin

23

- PH lebih dari 7,6


- Sedimen sel darah merah lebih dari 90%
- Biakan urin
- Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
Pemeriksaan Darah
- Hb turun
- Leukositosis
- Ureum kreatinin
- Kalsium, fosfor, asam urat
Pemeriksaan Radiologis
Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan
rontgen saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk melihat
lokasi batu dan besar batu.
CT tanpa kontras CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan
yang dianjurkan pada pasien yang diduga menderita nefrolitiasis.
Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan dibandingkan teknik
pencitraan

lainnya,

antara

lain:

tidak

memerlukan

material

radiokontras; dapat memperlihatkan bagian distal ureter; dapat


mendeteksi batu radiolusen (seperti batu asam urat), batu radioopaque, dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi
hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra-abdomen selain batu yang
dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian
yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan
nyeri pinggang, CT helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas
100%, dan nilai prediktif negatif 97% untuk diagnosis batu ureter.
USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi,
tetapi teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa
memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif 20
pada 123 pasien menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan CT
sebagai gold standard , ultrasonografi memiliki sensitivitas 24% dan

24

spesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga


sering terlewatkan dengan ultrasonografi.
2.2.9

Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan medis adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan
infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan
dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan
pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih
kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu
dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan
keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan
bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif
mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran
batu yang telah ada. Setiap pasien nefrolitiasis harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan
agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi
morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi
nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung
pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi
spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran
kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder.
Setelah batu dikeluarkan, batu dapat dianalisis untuk mengetahui
komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan
ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh
untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang

25

diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)

adalah

usaha

mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan


cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada
kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu
yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya alat keranjang Dormia.
e. Tindakan Operasi
Penanganan Nefrolitiasis, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi.
Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk
penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama
dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu
berada, yaitu :

26

a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu


yang berada di dalam ginjal.

27

Anda mungkin juga menyukai