Puji syukur penulis ucapankan kepada tuhan Yang Maha Esa, atas
kehadiratnya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul
IMUNISASI Diphteria Pertusis dan Tetanus (DPT) untuk memenuhi
persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan
Anak RSUD dr. Pirngadi Medan.
Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Terapul Tarigan,
Sp.A yang telah berkenan memberikan bimbingan serta arahan selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Pirngadi
Medan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari
kelengkapan isi, variasi sumber referensi, penuturan bahasa, maupun cara
penulisan dalam paper ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
baik dari pembimbing yang terhormat khususnya, dan pembaca umumnya untuk
dijadikan tolak ukur bagi penulis dalam menulis suatu karya di kemudian hari.
Harapan penulis paper ini dapat di terima oleh pembimbing sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan
Anak, dan jugabermanfaat bagi pembaca baik untuk menambah ilmu pengetahuan
atau wawasan, ataupun untuk di jadikan sebagai salah satu sumber referensi.
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Daftar Gambar..................................................................................................................iv
Daftar tabel........................................................................................................................v
BAB 1 Pendahuluan...........................................................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................................3
A.
Definisi immunisasi1,2,3,4,5,6,11...................................................................................3
B.
C.
D.
Tujuan 1,5.................................................................................................................6
E.
Macam-macam vaksin1...........................................................................................6
F.
Vaksin bakteri.....................................................................................................6
b.
Vaksin Virus.......................................................................................................7
G.
H.
Imunisasi di Indonesia..........................................................................................12
I.
Definisi1,2,3,4,5,10,11...............................................................................................13
b.
c.
d.
Vaksin DPT......................................................................................................17
e.
f.
g.
h.
Kesimpulan..........................................................................................................20
B.
Saran....................................................................................................................20
Daftar referensi................................................................................................................21
Daftar Gambar
Gambar 1: Jadwal imunisasi anak usia 0-18 tahun rekomendasi IDAI.............................12
Gambar 2: Jadwal imunisasi dewasa rekomendasi PAPDI 2013......................................13
Gambar 3: data laporan kasus tetanus WHO tahun 1990-2010 di seluruh dunia, indonesia
tampak termasuk negara dengan penemuan kasusu terbanyak.........................................17
Gambar 4: Dosis, Jadwal Pemberian, Serta rute pemberian Imunisasi DPT.....................18
Daftar tabel
Tabel 1: Sejarah Perkembangan Immunisasi......................................................................4
Tabel 2: Rekomendasi suhu penyimpanan sesuai jenis vaksin.........................................10
BAB 1 Pendahuluan
Immunisasi mempunyai arti umum sebagai tindakan terhadap tubuh agar
tubuh mempunyai kemampuan imunitas terhadap penyakit tertentu atau terhadap
bahan bahan asing tertentu. Secara khusus orang membedakan imunisasi kedalam
immunisasi aktif dan immunisasi pasif. Immunisasi aktif disebut juga dengan
vaksinasi, dan immunisasi pasif disebut juga dengan imunoterapi.1
Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak akan terjadi penyakit. Immunisasi dalam arti khusus merupakan
suatu tindakan terhadap tubuh agar tubuh dapat di cegah akan timbulnya suatu
penyakit tertentu. Proses immunisasi sebenarnya tidak perlu secara sengaja di
lakukan dg cara memaparkan bahan(antigen) kedalam tubuh. Adanya suatu
penyakit infeksi yang dialami seseorang secara alami merupakan kejadian yang
dapat menimbulkan immunisasi yang terjadi secara alami pula. Sehingga tidak di
perlukan pemapan secara aktif.1,5,2,3
Cara-cara immunisasi sederhana telah di pelopori oleh nenek moyang kita,
dengan cara sengaja memaparkan tubuh manusia dengan antigen tertentu yang
tujuan untuk memperoleh kekebalan terhadap antigen tersebut. Sehingga apabila
di kemudian hari tubuh yang sama terpapar dengan antigen yang sama untuk
kedua kalinya tidak menimbulkan penyakit. Cara ini pertama kali dilakukan oleh
Jenner (1796) dengan cara sengaja menorehkan sampel lepuhan seorang penderita
cacar kepada kulit seorang anak laki-laki yang sehat sepanjang 1 (satu) inchi yang
mana 2 (dua) bulan sebelumnya anak laki-laki ini telah di suntikan bahan dari
cacar sapi. Kemudian di temui bahwa pada pemaparan yang kedua sekarang anak
laki-laki ini hanya mengalami ruam ringan pada kulitnya, Cara ini dulu
dinamakan Variolasi.1
Hinga kini penemuan vaksin untuk berbagai penyakit semakin
berkembang, sehingga daya tahan atau antibody terhadap penyakit tertentu makin
gampang di peroleh melalui cara vaksinasi atau dikenal juga dengan immunisasi
menyuntikan bahan cacar sapi kepada laki-laki berusia 8 tahun, dua bulan
kemudian Jenner menggoreskan bahan yang diambil dari seorang wanita
yang menderita cacar. Namun setelah pajanan kedua tersebut anak laki-laki
tersebut hanya menserita radang ringan pada bekas torehanbahan tadi. Hal
ini disebabkan oleh kekebalan yang di peroleh anak laki-laki tersebut setelah
pemaparan pertama dengan bahan dari cacar sapi.1
Vaksin
dari
Tahun Di
Temukan
Vaksin
1721
1796
1885
1925
1925
1925
1937
1943
1949
1954
1956
1960
1962
1967
1975
Istilah
berasal
penggunaan bahan yang berasal dari virus cacar sapi (Vacca=sapi) yang di
lakukan oleh Jenner. Kemudian istilah ini di gunakan hinnga sekarang.
Kemudian immunisasipun perlahan berkembang, di temukan berbagai vaksin
untuk penyakit lain. Dan penemuan vaksinpun semakinbertambah dari tahun
ketahun seperti yant terlihat pada (tabel 2.B.1) berikut1
mikroorganisme hidup.
Pada saat tubuh pertama kali terpajan antigen atau di beri vaksin, maka
terjadi respons immun primer, terbentuklah antibody yang umumnya adalah
IgM dengan titer rendah dan afinitas yang rendah pula (kurang poten) dalam
waktu yang lambat. Dan apabila tubuh di hadapkan pada pemaparan terhadap
antigen yang sama untuk yang kedua kalinya setelah beberapa minggu, bulan, atau
bahkan tahun setelah terjadi respons immune primer, terjadilah respons immun
sekunder yang di percepat dengan adanya sel-sel memori. Di produksilah sel-sel
yang immunokompeten terhadap antigen tersebut.
D. Tujuan 1,5
Tujuan immunisasi adalah untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu terhadap seseorang, dan menghilangkan
penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan untuk menghilangkan suatu penyakit tertentu di dunia
seperti pada immunisasi cacar. Leadaan yang terakhir ini lebih
mungkin terjadi pada penyakit yang transmisinya pergantung
pada manusia, seperti penyakit diffteria.
E. Macam-macam vaksin1
1. Mikroorganisme mati
Cara paling sederhana untuk merusak kemampuan mikroba untuk
memnimbulkan penyakit terhadap inang, namun tetap bersifat antigenic
(meransang munculnya respon immune) iyalah mencegah perbanyakan
atau reproduksinya melalui pembunuhan dengan cara tertentu.
Mempertahankan sifat antigeniknya merupakan hal terpenting yang harus
di perhatikan dalam melumpuhkan mikroorganisme vaksin Contoh vaksin
yang mengandung mikroorganisme mati ialah Vaksin tifoid (dicampur
dengan parathipy Adan B, kolera dan poliomyelitis (salk). Terkadang
immunitas yang di bangkitkan oleh mikroorganisme mati ini berkualitas
lebih rendah apabila dibandingkan dengan vaksin mikroorganisme hidup.
2. Mikroorganisme yang di lemahkan
Neiseria meningitis
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit meningitis. Terdiri
atas karbohidrat yang berasal dati kapsul meningococcus dari galur
A, C, Y dan W-135.
Polisakarida pneumococcus
Vaksin ini dipersiapkan dari kapsul polisakarida 23 tipe antigenic
Streptococcus Pneumoniae. Vaksin ini akan melindungi terhadap
90% galur pneumococcus yang menyerang manusia.
Bacillus Calmette-Gurin
Vaksin ini mengandung bakteri hidup yang telah di lemahkan dari
galur Mycobacterium bovis, digunakan untuk melindungi manusia
dari penyakit TB.
b. Vaksin Virus
Rubella
Vaksin rubella mengandung virus hidup yang telah di lemahkan yang
di biakan dalam jaringan hewan atau sel-sel diploid manusia.
Virus Influenza
Mengandung virus Influenza tipe A dan B utuh yang dibiakan dalam
embrio ayam, dan di nonaktifkan dengan formalin.
Poliomyelitis
Tersedia dalam 2 bentuk;
mulut).
Hepatitis B
Vaksin hepatitis B terdiri sari partikel antigen permukaan virus
hepatitis B (HBsAg) yang diperoleh dari plasma manusia
penyandang carier.
Varicella
Digunakan untuk mencegah cacar air. Merupakan biakan sari cacar
sapi.
8
Rotavirus
Oleh perusahaan GlaxoSmithKline berhasil dibuat vaksin yang
mengandung rotavirus utuh yang dilemahkan. Digunakan untuk
melindungi manusia dari infeksi rotavirus.
Rabies
Teersedia dalam dua bentuk;
Jenis vaksin
Vaksin Polio Oral
(OPV)
Suhu +2o
o
s/d +8 C
Optomal bertahan
baik, bertahan
9
Bacillus
Bertahan 1 tahun
hingga 2 tahun
Bertahan 1 tahun
Bertahan 2 tahun
Optimal
Bertahan 2 tahun
Vaksin rusak/
Calmette-Gurin
(BCG)
Campak
Vaksin mati
Hep-B, DPT-HB
cepat mati
Rusak dalam
Bertahan 14-30
DPT, DT, TT
jam
Rusak dalam
hari
Bertahan 14 hari
hingga 2 jam
*Soedjatmiko, dr., Sp.A., MSi, Rantai vaksin
Tabel 2: Rekomendasi suhu penyimpanan sesuai jenis vaksin
a. Proses Penyimpanan Di Kamar Dingin/Beku
Kamar dingin (Cold room, suhu +2 s/d +8o C) dan kamar beku
(freese room, suhu -25 s/d -15o C) umumnya berada di pabrik, atau
distributor pusat, Depkes/Dinkes provinsi, berupa ruang besar
dengan kapasitas 5-100 m3. Kamar dingin dipergunakan untuk
menyimpan vaksin yang itdak boleh beku, sedangkan kamar beku
dipergunakan untuk menyimpan vaksin yang harus beku seperti
vaksin polio.
Kamar tersebut harus beroperasi terus menerus dengan
menggunakan dua tenaga pendingin yang bekerja bergantian.
2. Lemari es dan freezer
Kriteria lemari es dan freezer;
-
kanan-kiri 15 cm
Tidak bolwh terkena sinar matahari langsung
Sirkulasi udara baik
Suhu di dalam lemari es berkisar +2 s/d +8o C untuk
11
H. Imunisasi di Indonesia
Pada dasarnya semua vaksin dianjurkan untuk di berikan pada anak dan
dewasa selama tidak ada kontraindikasi dan pemberianya memungkinkan.
Anjuran imunisasi ini bergantung pada keinginan untuk mencegah atau
mengurangi angka kejadian suatu penyakit tertentu. Satgas Imunisasi IDAI dan
PAPDI telah meluncurkan program dan jadwal imunisasi di Indonesia, Berikut
adalah tabel jenis vaksin dan jadwal pemberian sesuai rekomendasi IDAI dan
PAPDI untuk anak dan dewasa;7,10
12
14
15
Gambar 3: data laporan kasus tetanus WHO tahun 1990-2010 di seluruh dunia,
indonesia tampak termasuk negara dengan penemuan kasusu terbanyak.
16
17
tunggal.
Reaksi yang parah Terhadap vaksin, seperti reaksi neurolik, dan reaksi
Kehamilan
Dilarang menggunakan sediaan vaksin DPT untuk anak usia <10 tahun
19
B. Saran
Keberhasilan imunisasi dan immunotherapy tak terlepas dari pemilihan vaksin
yang tepat, cara penyimpanan yang tepat, waktu pemberian yang tepat, dan terhadap
orang yang tepat pula. Hal terssebut perlu di perhatikan untuk mencapai vaksinasi dan
terapi yang berhasil. Untuk itu di perlukan ketelitian dan keuletan dalam menangani,
menyimpan, dan membawa vaksin dan memberikanya ke tubuh pasien, agar vaksin dan
antibodi yang diberikan tetap potensial untuk proses pembentukan kekebalan tubuh
pasien.
20
Daftar referensi
1. Subowo, Prof. dr. MSc. PhD. Imunisasi dan imunoterapi. Dalam, editor
Subowo, Prof. dr. MSc. PhD. Imunologi klinik, edisi ke-2.2010. Jakarta:
Penerbit Sagung Seto; hlm 337-72
2. Horwitz, marcus A., Anderson, Peter., Kaufmann Stefan H. Novel vaccines
against tuberculosis. In, ed lavine, Myron M., Dougan, Gordon., good,
Michel F., Liu, Margaret A., Nabel, Gary J., Nataro, Jmaes P., et all. New
generation Vaccines.2010. New York: Informa Helathcare; Pgs 516-31
3. Kassianos, George C. Diphteriae, Tetanus, Pertussis. In, Editor Kassianos,
George C. Immunization Chilhood And Travel Health, Fourth
Edition.2001. London: Blackwell Science; Pgs 57-75
4. Bona, Konstantin. Neonatal Immunity. In, Editor Rose, Noel R, MD, PhD.
Neonatal Immunity. 2005. New Jersey: Humana Press; Pgs 145-59
5. Matondang, Cory S., Notoadmojo, Harsoyo. Aspek Imunologi Immunisasi.
Didalam, Editor Akip, Arwin A. P., Munasir, Zakiudin., Kurniati, Nia.
Buku Ajar Alergi Imunologi Anak, Edisi Ke-2.2010. Jakarta; Badan
Penerbit IDAI: Hlm 155-59
6. Soejatmiko, Dr. Sp.A(K), MSi,. Rantai Vaksin. Didalam, Editor Gunardi,
Hartono., Tehuru, Edi S., Kurniati, Nia., Advani, Najib., Styanto,
Darmawan D., Wulandari, H F., Dkk. Kumpulan Tips Pediatri. 2011.
Jakarta: Badan Penerbint IDAI: hlm 391-97
7. Gunardi, Hartono, dr. Sp.A(K),. Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI
2011. Didalam Editor Gunardi, Hartono., Tehuru, Edi S., Kurniati, Nia.,
Advani, Najib., Styanto, Darmawan D., Wulandari, H F., Dkk. Kumpulan
Tips Pediatri. 2011. Jakarta: Badan Penerbint IDAI; hlm 398-408
8. Catwright, David W. Imunisasi. Didalam, editor Davies, Mark W.,
Catwright, David W., Inglis, Gary D. T. Catatan saku neonatologi, edisi2.2011. Jakarta: EGC; hal 202-03
9. Erwanto, Budi W., Djauzi, Samsuridjal. Imunisasi Dewasa. Didalam,
editor Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata,
Marcellus K., Setiati, Siti. Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi ke-5, jilid
ke-1.2010. Jakarta: Interna Publishing: hlm. 429-34
10. Guyton, Arthur C., Hall, John E. Pertahan Tubuh Terhadap Infeksi: II
Imunitas Dan Alergi. Didalam, editor Rachman, Luqman Yanuar.,
21
22