Anda di halaman 1dari 2

[404]

31 Desember 2004

LIMA MENIT SAJA


Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

bendamu?

Awas Demam Riya!


Riya merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya,
bahkan lebih berbahaya dari demam berdarah atau aids
sekalipun. Sulit membedakan ibadah jaman sekarang
yang tidak bercampur riak
Suatu ketika, di yaumil akhir, berlangsung pengadilan
terhadap tiga orang laki-laki. Yang pertama kali diadili
adalah orang yang gugur sebagai syahid. Ia kemudian
dipanggil oleh Allah. Kepadanya kemudian
diperlihatkan amal perbuatannya. Ia pun mengakui
perbuatannya ketika berperang membela agama hingga
akhirnya gugur sebagai syahid.
Kemudian Allah bertanya: Apa yang telah kamu
lakukan untuk mendapatkannya (mati syahid).
Aku berperang demi (mendapat) ridha-Mu hingga
aku gugur di medan jihad, jawab lelaki itu.
Kamu berdusta, sergah Allah.
Kamu berperang agar dikatakan pemberani dan
sungguh kamu telah mendapatkannya, sambung Allah
lagi.
Kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut
diseret dan dilemparkan ke dalam neraka.
Selanjutnya Allah memanggil orang yang kedua, yakni
seorang lelaki yang tekun menuntut ilmu dan
mengajarkannya. Ia juga rajin membaca al-Quran.
Seperti yang pertama, ia pun diperlihatkan amal
perbuatannya. Setelah ia mengenalinya, Allah
bertanya: Apa yang telah kamu perbuat dengannya
(menuntut ilmu)?
Saya menuntut ilmu, mengajarkannya kepada yang
lain dan membaca al-Quran demi Engkau, ya Allah,
jawab lelaki itu.
Kamu

berdusta!

kata

Allah

berfirman.

Kamu menuntut ilmu agar dibilang orang pandai dan


kamu membaca al-Quran agar dikatakan sebagai qori
yang bagus (bacaannya), dan sungguh kamu telah
memperolehnya, ungkap Allah.
Kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut
diseret dan dilemparkan ke neraka.
Berikutnya Allah mengadili orang yang ketiga yakni
seorang lelaki yang dilapangkan dan dikaruniai Allah
kekayaan yang melimpah. Kepadanya diperlihatkan
amal perbuatannya. Iapun mengenalinya. Lalu Allah
bertanya: Apa yang kamu perbuat terhadap harta

Lelaki itu menjawab: Saya tak pernah melewatkan


kesempatan menafkahkan harta benda di jalan-Mu dan
itu saya perbuat demi Engkau, wahai Tuhanku. Allah
berfirman: Kamu berdusta! Kamu tidak melakukan
itu semua kecuali dengan pamrih agar kamu dibilang
sebagai dermawan. Dan kamu telah mendapatkan
semua yang kamu inginkan."
Selanjutnya Allah memerintahkan agar orang tersebut
diseret dan dilemparkan ke neraka.
Niat yang Menentukan
Amal baik belum tentu bernilai baik sebelum diketahui
niatnya. Bisa saja manusia memberi gelar pahlawan
kepada seseorang yang memiliki keberanian dan
tanggung jawab yang besar dalam membela agama dan
negaranya, akan tetapi Allah yang Maha Mengetahui
yang nampak dan yang tersembunyi. Maka Allah
jualah yang akan memberikan penilain-Nya tersendiri.
Allah tidak menilai seseorang dari yang zhahirnya
saja, tapi juga dari yang tersembunyi yaitu niat atau
motivasinya.
Bisa jadi seseorang dihormati karena kedalaman ilmu
dan keluasan wawasannya. Tapi di sisi Allah, seorang
ulama baru dianggap bernilai bila ia ikhlas dalam
mencari ilmu dan tulus ketika mengajarkan dan
menyebarluaskannya. Ketika ada motivasi lain, sekecil
apapun, pasti terdeteksi oleh ke-Mahatahuan-Nya.
Allah berfirman:
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan
yang ada di bumi. Dan jika kamu menampakkan apa
yang
ada
dalam
hatimu
atau
kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat
perhitungan dengan kamu tentang perbuatan itu. Maka
Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah:
284)
Demikian pula halnya dengan orang kaya yang
dermawan, belum tentu kedermawanannya berkenan di
hadapan Allah. Boleh jadi kemurahannya dalam
memberi digerakkan oleh niat-niat tertentu yang dapat
merusak pahala sadaqahnya. Orang-orang yang
menerima sumbangannya tidak mengetahui niat orang
tersebut, tapi Allah saw selalui memonitor gerak hati
seseorang. Dia menilai tidak sekadar dari lahirnya, tapi
lebih penting lagi adalah niatnya. Itulah sebabnya, niat
dalam ajaran Islam menempati posisi sentral dan
sangat menentukan. Rasulullah saw bersabda:

Ummat Muslim yang dimuliakan Allah:


Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut
berdakwah adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya (hej)

[404]

31 Desember 2004

LIMA MENIT SAJA


Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung


kepada niat, dan sesungguhnya tiap tiap orang
memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya.
Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu ialah kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa hijrah karena ingin memperoleh
keduniaan atau untuk mengawini seorang wanita,
maka hijrahnya adalah kea rah yang ditujunya tersebut.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah di atas dilatarbelakangi oleh
pengaduan seseorang yang menyampaikan bahwa di
antara orang-orang yang hijrah ke Madinah menyusul
hijrahnya Rasulullah saw ada seseorang yang berhijrah
karena ingin mengawini seorang wanita yang bernama
Ummu Qais. Pada mulanya lelaki itu ingin tetap
tinggal di Makkah, akan tetapi karena Ummu Qais
yang hendak dinikahinya mengajukan syarat bahwa ia
mau dinikahi jika lelaki itu hijrah ke Madinah, maka
akhirnya sang lelaki itu terpaksa turut hijrah demi
kekasihnya.
Dalam kehidupan sehari-hari ada contoh yang
sederhana. Di siang hari yang panas, seorang lelaki
masuk ke mesjid. Secara lahiriyah perbuatan itu sangat
terpuji. Akan tetapi siapa tahu niat yang tersembunyi
dalam hatinya. Bisa jadi ia masuk ke mesjid dengan
niat untuk istirahat. Jika niatnya seperti itu, maka ia
akan memperoleh yang diniatkannya. Ia terhindar dari
sengatan matahari dan terlepas dari rasa penat. Lain
halnya jika ia meniatkan untuk itikaf. Boleh jadi ia
mendapatkan kedua-duanya, yaitu pahala sekaligus
istirahat yang cukup.
Dalam kenyataannya, banyak sekali perbuatan
manusia yang motivasinya campur aduk antara ikhlas
dan riya. Misalnya, orang yang menunaikan ibadah
haji seringkali niatnya tidak semata-mata untuk
ibadah, tapi jauh sebelum keberangkatannya mereka
sudah membuat rencana untuk membeli perhiasan,
makanan, pakaian dan oleh-oleh lainnya untuk
disebarkan kepada kerabatnya di tanah air.
Demikian pula halnya dengan orang yang menuntut
ilmu, banyak yang niatnya tidak untuk memperoleh
ridha Allah, tapi agar kelak dihormati dan disanjung
masyarakat sebagai orang yang berilmu. Atau agar
kelak mendapat pekerjaan yang baik, pangkat dan
jabatan mentereng serta berkuasa di tengah
masyarakatnya.

Seseorang yang shalat malam (tahajjud) mungkin saja


niatnya murni, semata-mata ingin bertaqarrub dengan
Allah swt. Akan tetapi ada pula seseorang yang
menjalankan shalat malam karena niat 'daripada tidak
bisa tidur' atau karena dia sedang berjaga, daripada
bengong.
Secara syari, ibadahnya orang yang disebutkan di atas
tetap sah dan tidak batal, akan tetapi kurang afdol.
Ibadahnya sah, tapi kurang sempurna karena beribadah
kepada Allah menuntut adanya kemurnian niat (ikhlas)
semata-mata karena Allah. Al-Quran menandaskan:
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab
(Al-Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah
agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami
tidak menyembah mereka kecuali supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. Az-Zumar: 23)
Riya merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya,
bahkan lebih berbahaya dari demam berdarah atau aids
sekalipun. Itulah sebabnya Rasulullah saw sangat
khawatir dengan penyakit ini. Beliau takut ummatnya
terjerumus pada penyakit yang beliau sebut sebagai
syirik yang tersamar itu. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya yang saya takuti menimpa atas kamu
ialah syirik kecil (syirkul ashghar). Para sahabat
bertanya, 'apakah yang dimaksud dengan syirik kecil
itu, ya Rasulallah?' Nabi menjawab: 'Riya, (yakni)
ketika manusia datang untuk meminta balasan atas
amal perbuatan yang mereka lakukan. Maka Tuhan
berkata kepada mereka : 'Pergilah kamu menemui
orang-orang yang karena mereka kamu beramal (riya')
di dunia niscaya kamu akan sadar apakah kamu
memperoleh balasan kebaikan dari mereka?.
(Hidayatullah.com )

Ummat Muslim yang dimuliakan Allah:


Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut
berdakwah adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya (hej)

Anda mungkin juga menyukai