7
Formula Umum
R/ - zat berkhasiat
-pelarut utama (etanol dan air dengan perbandingan tertentu sesuai dengan daya
melarut zat berkhasiat)
-
Produksi larutan yang jernih Kekeruhan dari bahan pewangi (flavour) yang terdiri
dari minyak essensial dan pengendapan dari ekstrak tumbuhan tidak boleh ada
dalam eliksir. Kira-kira 10-20% alkohol yang digunakan untuk melarutkan minyak
termasuk gliserol yang juga sebagai pelarut pewangi berminyak. b.
Suatu ZA dengan kelarutan yang rendah dalam air Kadang-kadang jika suatu ZA
yang poten memiliki kelarutan yang rendah harus diberikan maka dibuat sebagai
larutan dengan pelarut campur yang akan melarutkan dengan sempurna, contoh :
-
Fenobarbital sukar larut dalam air tapi dapat menghasilkan larutan yang jernih jika
dibuat dengan melarutkan alkohol dan kemudian dilarutkan dalam gliserol dan air.
-
Suatu bagian parasetamol larut dalam 70 bagian air, 7 bagian alkohol, 9 bagian
propilen glikol, dan 40 bagian gliserol. Dalam eliksir parasetamol digunakan alkohol,
propilen glikol, dan gliserol sbg pelarut campur. Alkohol bila digunakan pada
konsentrasi cukup rendah akan memberikan aktivitas fisiologis dan apabila
digunakan dalam konsentrasi yang tinggi memberikan rasa terbakar. Alkohol juga
menekan rasa asin yang kurang dari bromida, garam iodida dan lainnya. Bila
memungkinkan, eliksir yang ditujukan penggunaannya untuk anak-anak
diformulasikan mengandung sedikit alkohol atau tidak sama sekali, sebab alkohol
tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak sebagai pelarut. Propilen glikol
digunakan sebagai pelarut minyak essensial dari bahan kimia organik yang tidak
larut air. Propilen glikol memberikan rasa manis seperti gliserol. c.
Produksi sediaan yang berasa enak Kandungan utama dari eliksir adalah sirup atau
sirup yang mengandung flavour. Jenis-jenis bahan pembawa adalah sbb: sebagai
pelarut utama digunakan etanol 90%, dapat ditambah gliserol, sorbitol, dan
prop.glikol. (
Fornas ed. II
hal 313) Etanol Kd 25,7 Konsentrasi > 10% : mencegah pertumbuhan mikroba
Pelarut oral liquid : bervariasi (< 10%) Gliserin Kd 42,5 Pemanis : sampai 20%
Solut
Perkiraan KD
Air Garam organik & anorganik, gula tannin 80 Glikol Sugar, tannins 50 Metanol dan
etanol Castor oil, wax 30 Aldehid, keton, alkohol BM tinggi, ester, eter, dan oksida
Resin, minyak atsiri, barbituirat, alkaloid, fenol 20 Heksan, benzen, CCl, etil eter,
PAE, minyak mineral, fixed vegetable oil Fixed oil, lemak padat, vaselin, parafin, &
hidrokarbon lain 5-0
(Sumber: Martin, Physical Pharmacy, hal.214)
Data Konstanta Dielektrik Bahan Pelarut Nama Bahan
Nama Bahan
N-metilformamid 190 Kloroform 4,8 Air 80,4 Asam hidroklorida 4,6 Gliserin 43 Etil
eter 4,34 Metil alkohol 33,7 Minyak zaitun 3,1 Etil alkohol 25,7 Minyak biji kapas 3 npropil alkohol 21,8 Asam oleat 2,45 Aseton 21,4 Toluen 2,39 Benzaldehid 17,8
Benzen 2,28 Amil alkohol 15,8 Dioksan 2,26 Benzil alkohol 13,1 Minyak lemon 2,25
Fenol 9,7 Karbon tetraklorida 2,24 Metil salisilat 9 Etil asetat 6,4
(Sumber : Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 35)
Bahan Pembantu
1.
Pengawet Pertumbuhan jamur dan fermentasinya dalam eliksir dapat dihambat jika
pembawa
mengandung lebih dari 20% alkohol, gliserol dan propilen glikol (Coopers & Gunns
hlm
76). Sirup yang mengandung kurang lebih dari 85% gula dapat menahan
pertumbuhan mikroba oleh pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan
mikroba. Sirup dengan kadar kurang dari 85% dengan penambahan poliol (seperti
sorbitol, gliserin, propilen glikol atau PEG) juga memiliki efek yang sama. Tekanan
uap fenol lebih besar dari tekanan uap normal cairan dan daerah penutup area (cap
area) permukaan sehingga dapat mengurangi potensial pertumbuhan mikroba
sebagai hasil pengenceran permukaan. (
The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, hal.467-468
Bahan aktif dan bahan pembantu (jumlah yang diminta + evaluasi) ditimbang. 3.
Pembuatan larutan sakarosa (FI. III. 567). Larutkan 65 bagian sakarosa dalam
larutan metal paraben 0,25 % b/v hingga terbentuk 100 bagian sirupus simpleks
yang berfungsi sebagai pengental dan pemanis. 4.
Bahan aktif dihaluskan dalam mortar kemudian dilarutkan dalam satu pelarut yang
paling melarutkan zat-zat tersebut. Apabila kelarutan bahan berkhasiat di dalam
masing-masing pelarut yang akan dikombinasikan tidak tinggi, maka zat aktif
dilarutkan sedikit demi sedikit ke dalam pelarut campur tersebut. 5.
Bahan pembantu dihaluskan dalam mortar kemudian dilarutkan dalam pelarut yang
paling melarutkan zat-zat tersebut. 6.
Masukkan pemanis. 9.
Evaluasi organoleptik : bau, rasa, warna, kejernihan, selain itu juga diperiksa
kelengkapan etiket, brosur dan penandaan pada kemasan.
Volume terpindahkan FI IV hal 1089 (1201) : 30 wadah (tetapi dapat dipakai untuk
uji-uji lainnya)
Viskositas (petunjuk prak farmasi fisika hal 9-12 atau Physical Pharmacy, Martin,
hal. 463). Viskosimeter Hoppler membutuhkan kurang lebih 120 ml (2 botol).
Alat
: Viskometer Hoppler
Prosedur
:
-
Isi tabung dengan cairan yang akan diukur viskositasnya (jangan sampai penuh)
-
Tambahkan cairan sampai penuh dan tabung ditutup (jangan sampai ada
gelembung udara)
-
Pengukuran dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan oleh bola untuk
menempuh jarak tertentu melalui cairan tabung
-
)
Keterangan :
= viskositas cairan
= konstanta bola
1
= bobot jenis bola
2
= bobot jenis cairan t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak
tertentu 2. Evaluasi kimia
Identifikasi
Penetapan potensi antibiotik untuk eliksir dengan zat aktif antibiotika (FI. IV hal
891-899).
Prosedur evaluasi sama dengan larutan!!
Penyimpanan
Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa
minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik
disimpan pada wadah tertutup rapat dan tahan cahaya. (
Ansel
hal 343)
9.
Comment [s1]:
Lihat suplemen FI IV <131>, halaman 1519
Ephedrine Elixir 2.
Phenobarbital Elixir 3.