Anda di halaman 1dari 38

Modul Memahami RSPO

Modul
Memahami RSPO

Pilihan Pendekatan Advokasi Hak Petani, Buruh,


Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Terkena
Dampak Industri Sawit di Indonesia

Sawit Watch
2011

Modul Memahami RSPO

Modul Memahami RSPO

1. Latar belakang
Meningkatnya konflik. Sertifikasi terus dikeluarkan tapi konflik
masih ada. RSPO adalah berbasis kinerja bukan berbasis
manajemen sistem dan prosedur operasi seperti lembaga
sistem verifikasi lainnya.
2. Tujuan
Hak dan penghidupan masyarakat setempat, buruh dan petani
sawit terkena dampak terjamin, dilindungi dan meningkat lebih
baik dalam produksi minyak sawit berkelanjutan sesuai dengan
prinsip dan kriteria RSPO
3. Hasil yang diharapkan
RSPO dan anggotanya melaksanakan prinsip dan kriteria
dengan komprehensif, partisipatif, profesional, transparan dan
akuntabel berbasis kinerja, kualitas dan terbaik kelas dunia
dalam sertifikasi, prosedur keluhan dan penganangan sengketa.
4. Pendekatan
Untuk mencapai tujuan ini aktifis menyampaikan kasus-kasus
dan praktek yang terkait dengan proses, penerapan dan
pelaksanaan prinsip dan kriteria RSPO dalam konteks hak
masyarakat adat, buruh dan petani sawit.
5. Aktifitas
(1) lokakarya pelatihan memahami sistem RSPO; (2) latihan
memilih, menetapkan dan memantau proses dan penilaian
kepatuhan dengan prinsip dan kirteria RSPO oleh anggota;
(3) menyampaikan surat komunikasi tentang kasus sengketa
tanah, petani sawit, isu buruh dan diskriminasi anggota RSPO;
dan (4) menyusun model alternatif pemantauan RSPO.
6. Kelompok sasaran
RSPO menangani proses keluhan melalui grievance procedure
(GP). RSPO mengurus sengketa tanah melalui fasilitas

Modul Memahami RSPO

penanganan sengketa (DSF). Lembaga sertifikasi proses dan


pelaksanaan penilaian audit perusahaan sawit beroperasi
di Kalimantan dan Sumatera (PCRs). Perusahaan sawit yang
sedang melakukan perluasan kebun baru (NPP).
7. Relevansi tindakan
Aktivasi mekanisme akuntabilitas RSPO dapat meningkatkan
kredibilitas RSPO apabila manfaat dan peluang perubahan
dan perbaikan melalui mekanisme dan pilihan checks-andbalances yang tepat dan benar.
8. Umpan balik atau feedback
Tanggapan cepat terhadap substansi, proses, kendala kapasitas
internal dan eksternal sebagai enabling factors dan constrains
yang terjadi dalam memahami modul RSPO. Saran dan opsi
perbaikan model advokasi RSPO.

Modul Memahami RSPO

Susunan modul
Statuta RSPO
Pasal 1 tentang nama RSPO terdaftar dibawah pasal 60
Swiss Civil Code;
Pasal 2 tujuan RSPO adalah promosi pertumbuhan dan
penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui
kerjasama dan kerjasama parapihak
Pasal 3 kedudukan di Canton of Zurich, Switzerland
Pasal 4 kualitas keanggotaan
Pasal 5 persyaratan masuk anggota RSPO
Pasal 6 anggota
Pasal 7 pemberhentian anggota
Pasal 8 Keuangan, Tanggung Jawab
Pasal 9 Dewan Eksekutif
Pasal 10 Pertemuan Dewan Eksekutif
Pasal 11 Musyawarah Umum Anggota
Pasal 12 Musyawarah Umum Anggota Luar Biasa
Pasal 13 Staf
Pasal 14 Pembubaran
Kualitas Anggota
Anggota RSPO harus terdiri dari anggota biasa yang melakukan
aktifitas mereka dalam dan sekitar rantai pasok minyak
sawit dan telah membayar tanggung jawab keuangan iuran
keanggotaan. Diharapkan aktif dalam RSPO dan mendorong
tujuan dan prinsip RSPO. Pihak-pihak yang tertarik yang aktif
dalam ranah RSPO dapat diterima sebagai anggota afiliasi.
Badan hukum harus diwakili oleh satu atau lebih orang yang
mereka pilih. Dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari jaksa.

Modul Memahami RSPO

Anggota RSPO (September 2011)


Kategori keanggotaan
Perusahaan perkebunan
Penjual dan pengolah minyak sawit
Perusahaan barang-barang konsumen
Pengecer/retailers
Bank dan investor
LSM konservasi/lingkungan
LSM pembangunan/sosial
Total (September 2011

Jumlah
89
193
161
31
10
15
10
509

Pasal 7 Pemberhentian Anggota RSPO


Pengunduran melalui surat disampaikan kepada Sekjen RSPO
dengan pemberitahuan 6 bulan sebelumnya. Pembubaran
badan hukum organisasi anggota atau meninggalnya anggota
individu. Pemberhentian oleh Dewan Eksekutif karena gagal
membayar iuran anggota atau pelanggaran serius, setelah
disampaikan surat oleh EB RSPO untuk menyampaikan
penjelasan. Anggota EB yang masih dalam pertimbangan
pemberhentian tidak boleh ikut memilih. Gagal membayar
iuran anggota 3 bulan setelah tagihan disampaikan.
Pasal 8: Keuangan, Tanggung Jawab
Keuangan RSPO termasuk bersumber dari Iuaran anggota,
donasi atau warisan yang mungkin diberikan kepada RSPO dan
sumber keuangan lainnya yang syah secara hukum, dan Harta
kekayaan RSPO dapat digunakan untuk membayar hutang yang
diperjanjikan atas nama RSPO dan tidak satupun anggota,
termasuk anggota EB RSPO bertanggung jawab atas setiap
hutang.

Modul Memahami RSPO

Pasal 9: Dewan Pengurus


RSPO dikelola oleh Dewan Pengurus (Executive Board) yang
terdiri dari 16 anggota yang dipilih oleh Majelis Umum anggota
untuk periode 2 tahun. Anggota Dewan Pengurus dapat dipilih
kembali dengan alokasi anggota pengurus: Perusahaan produsen:
4 (Malaysia, Indonesia, petani dan wakil negara lain); Pengolah
minyak sawit: 2; Perusahaan pengolah barang konsumen: 2;
Pengecer minyak sawit: 2; Bank dan investor: 2; LSM lingkungan:
2; dan LSM sosial: 2. Dewan pengurus memilih diantara mereka
seorang presiden dan beberapa wakil serta bendahara. Penujukan,
pemberhentian dan penggantian anggota Dewan Pengurus harus
tercatat dalam risalah musyawarah umum anggota.
Pasal 10: Rapat Dewan Pengurus
Rapat dewan pengurus dilaksanakan sedikitnya 6 bulan sekali
yang sebelumnya disampaikan surat pemberitahuan pertemuan
oleh presiden dewan pengurus. Atau atas permintaan 1/3
anggota dewan pengurus untuk mengadakan pertemuan
dewan pengurus. Keputusan diambil melalui konsensus kecuali
ditetapkan sebaliknya dalam statuta. Dewan pengurus dapat
mengambil keputusan diluar rapat fisik, melalui mekanisme
konsultasi dengan anggota dewan pengurus.
Pasal 11: Musyawarah Umum Anggota
Musyawarah umum anggota dihadiri oleh seluruh anggota
RSPO dan dilaksanakan setiap tahun. Anggota harus
diberitahukan 21 hari atau tidak boleh lebih dari 60 hari sebelum
musyawarah umum dilaksanakan. Rapat majelis anggota
dipimpin oleh presiden RSPO. Presiden menyampaikan laporan
tahunan dan laporan keuangan RSPO. Bendahara melaporkan
pengelolaan keuangan dan menyampaikan pengeluaran
tahun sebelumnya serta anggaran tahun pembukuan tahun

Modul Memahami RSPO

depan untuk pengesahan oleh rapat majelis anggota. Majelis


anggota menetapkan iuran tahunan yang dbayar anggota.
Iuran anggota adalah EURO 2000 per tahun. Setelah agenda
selesai dilanjutkan pemilihan dewan pengurus. Setiap anggota
biasa memiliki 1 hak suara. Anggota afiliasi boleh hadir dan
berpartisipasi tapi tidak memiliki hak suara. Pembubaran dapat
dilakukan apabila didukung oleh suara mayoritas anggota yang
hadir.
Pasal 12: Musyawarah Umum Anggota Luar Biasa
Jika diperlukan atau atas permintaan 1/5 anggota biasa yang
terdaftar, presiden harus menyelenggarakan musyawarah
umum anggota seperti pasal 11. Satu anggota biasa memiliki
satu hak suara. Pembubaran dapat dilakukan apabila didukung
oleh suara mayoritas anggota yang hadir.
Pasal 13: Staf RSPO
RSPO diurus sehari-hari oleh staf, yang dipekerjakan oleh RSPO
atau dibawah kontrak RSPO. Staf menangani kegiatan usaha
sehari-hari dan melaksanakan aktifitas yang dijabarkan dalam
pasal 2 statuta. Dewan pengurus menunjuk dan menetapkan
syarat pekerjaan Sekretaris Jendral dan staf. Sekretaris Jendral
bertanggung jawab menjalankan pengelolaan operasional RSPO
antar tenggang waktu rapat dewan pengurus sesuai dengan
kebijakan umum yang ditetapkan oleh dewan pengurus.
Pasal 14: Pembubaran
Jika terjadi pembubaran diumumkan oleh 2/3 (dua per tiga)
anggota biasa yang hadir dalam musyawarah umum atau
musyawarah umum anggota luar biasa. Satu atau lebih utusan
anggota yang ditunjuk oleh musyawarah majelis anggota atau
musyawarah majelis anggota luar biasa menetapkan pembagian,

Modul Memahami RSPO

jika ada, harta RSPO sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh
majelis anggota.

10

Modul Memahami RSPO

Kelompok Kerja RSPO


Kelompok Kerja Kriteria (Criteria Working Group)
RSPO Criteria Working Group dibentuk tahun 2005. Komposisi
Pokja: 10 produsen minyak sawit, 5 dari supply chain, 5
LSM Lingkungan, dan 5 LSM sosial. Tugas CWG adalah
Menyelesaikan prinsip dan kriteria; Memberikan pedoman
bagaimana kriteria akan dipenuhi; Mengembangkan pedoman
bagaimana penafsiran nasional (national interpretation)
mengenai bagaimana prinsip dan kriteria sebaiknya dilakukan;
Mengembangkan rekomendasi secara utuh tentang bagaimana
penggunaan prinsip dan kriteria sebaiknya ditangani, termasuk
usulan mekanisme untuk review berkala dan tertentu terhadap
prinsip dan kriteria.
CWG berhasil merumuskan 8 prinsip, 39 kriteria dan lebih dari
120 indikator produksi minyak sawit berkelanjutan. Prinsip dan
Kriteria RSPO ditinjau-ulang setiap 5 tahun. Tahun 2012 akan
diadakan pembahasan terhadap prinsip dan kriteria RSPO.
Tahun 2012 merupakan tahun peninjauan kembali terhadap
prinsip dan kriteria RSPO setelah 5 tahun penerapannya.
Kelompok Kerja Verifikasi/Sertifikasi
RSPO Verification Working Group atau RSPO Certification
Working Group (CWG/VWG) dibentuk tahun 2006. Agar tercapai
tujuan untuk pembuktian atau verifikasi kepatuhan penerapan
dan pelaksanaan prinsip dan kriteria RSPO oleh pabrik dan
sumber pamasok buah ke pabrik. Tetapi tidak boleh ada klaim
publik terkait kepatuhan terhadap prinsip dan kriteria RSPO
dapat dibuat tanpa sertifikasi pihak ketiga dan pengesahan
oleh RSPO. Sertifikasi pihak ketiga diperlukan untuk evaluasi
kepatuhan dengan prinsip dan kriteria RSPO dan dalam audit

Modul Memahami RSPO

11

rantai pasok (supply chain) untuk memeriksa bukti kepatuhan


dengan persyaratan keterlacakan minyak sawit berkelanjutan.
CWG/VWG dibentuk untuk menyiapkan rekomendasi mengenai
pengaturan sertifikasi untuk pertimbangan Dewan Pengurus
RSPO. Tujuannya adalah untuk memastikan penilaian RSPO
dilaksanakan dengan objektif dan konsisten dengan tingkat
cara yang ketat dan kepercayaan pemangku kepentingan.
Anggota Pokja terdiri dari asosiasi perusahaan (MPOA, GAPKI),
lembaga sertifikasi (CUC, SIRIM), lembaga penelitian, processor,
perusahaan konsultan, NGO lingkungan dan sosial, dll.
Kelompok Kerja Petani Kecil
Task Force on Smallholders atau Gugus Tugas Petani Kecil
atau Kelompok Kerja. Dipimpin bersama oleh Forest Peoples
Programme dan Sawit Watch. Mandat TFS adalah: (1) untuk
memastikan kesesuaian Prinsip dan Kriteria RSPO bagi petani
kecil dan membuat usulan-usulan tentang bagaimana cara
terbaik menyelaraskan usulan-usulan tersebut, secara nasional
dan/atau secara umum untuk memastikan keterlibatan
yang menguntungkan petani dalam produksi minyak sawit
berkelanjutan.
Hasil-hasil kerja TFS adalah hingga 2010 (1) Panduan Prinsip
dan Kriteria RSPO untuk petani kemitraan; Panduan Prinsip
dan Kriteria RSPO untuk petani swadaya; (2) Sistem sertifikasi
kelompok untuk petani swadaya; dan (3) Panduan bagi manejer
kelompok petani untuk sertifikasi kelompok.
TFS2 dibentuk untuk bergerak dari sistem kerja menuju
kemampuan teknis turut serta, melaksanakan dan mendapatkan
manfaat RSPO. Anggota TFS adalah utusan Pokja Nasional dari
Malaysia, Indonesia, PNG dan Thailand, Asian Agri, Musim
Mas, NASH, FELDA, MPOA, IFC, HSBC, Solidaridad, GTZ. TFS2
dipimpin bersama oleh Oxfam dan Sawit Watch.

12

Modul Memahami RSPO

Kelompok Kerja Gas Rumah Kaca


RSPO Greenhouse Gas Working Group (RSPO GHG WG). Tujuan
mengidentifikasi sumber-sumber emisi dari rantai pasok
produksi minyak sawit, perubahan cadangan karbon dan upaya
mitigasi dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Anggota Pokja:
Wilmar, Musim Mas, Sime Darby, Sinar Mas, KLK, Asian Agri,
GAPKI, MPOA, IPOC, CIRAD, Unilever, Wetlands, Conservancy
International, WWF International, Oxfam, Sawit Watch.
Aktifitas Pokja: (1) menyusun panduan dan prosedur yang dapat
digunakan oleh produsen dan pengolah untuk memantau dan
mengurangi gas rumah kaca dari kegiatan perkebunan kelapa
sawit dan fasilitas pengolahan; (2) menyusun business models
untuk pilihan berkelanjutan untuk perkebunan kelapa sawit
dalam kawasan gambut termasuk air, pengelolaan, mekanisme
pemulihan, dan rekomendasi kawasan setelah pemakaian
gambut oleh kebun; dan (3) Mengidentifikasi berbagai peluang
menghindari, mengurangi atau mempengaruhi pengurangan
emisi gas rumah kaca dari penggunaan lahan dan perubahan
penggunaan lahan
Kelompok Kerja Prosedur Penanaman Baru
RSPO New Planting Procedure (Pokja) ini dipimpin oleh WWF
International. Anggota MPOA, GAPKI, Musim Mas, Sinar Mas,
Wilmar, Socfindo, IFC, IPOC, ZSL, Oxfam, FPP, dan Sawit Watch
Efektif berlaku 1 Januari 2010 dan evaluasi 2011.
Prosedur penanaman baru (1) penilaian dampak sosial
dan lingkungan yang komprehensif dan partisipatif secara
independen berdasarkan kriteria 5.1, 6.1, 7.1 dan 7.4; (2)
implementasi rencana atas hasil-hasil kajian dampak sosial dan
lingkungan berdasarkan kriteria 2.2, 2.3, 6.4, 7.5, 7.6 dampak
dan penanganannya; 5.2 dan, 7.3 nilai konservasi tinggi dan

Modul Memahami RSPO

13

hutan primer; 4.3 dan 7.4 pengelolaan gambut. (3) Verifikasi


konfirmasi dari lembaga sertifikasi diakui RSPO bahwa kajian
dampak dilakukan secara mendalam, kualitas profesional dan
sesuai dengan prinsip, kriteria dan indikator RSPO. (4) pengumuman
publik 30 hari sebelum pembukaan lahan disampaikan dalam
website RSPO. (5) resolusi keluhan dan sengketa apabila dalam
masa 30 hari ada pihak yang merasa keberatan atau hak mereka
diabaikan melalui Prosedur Keluhan RSPO.
Kelompok Kerja ad hoc RSPO untuk Masalah HCV di Indonesia
RSPO ad hoc Working Group on High Conservation Values Problems
in Indonesia. Keputusan Dewan Pengurus RSPO bulan Februari
2010 menyikapi temuan penelitian untuk RSPO oleh Forest
Peoples Programme, HuMA, WildAsia dan Sawit Watch. Temuan
penelitian tersebut diantaranya adalah kawasan yang teridentifikasi
mengandung Nilai Konservasi Tinggi/NKT (HCV) tidak dilindungi.
Areal izin lokasi dianggap terlantar dicabut dan diberikan kepada
perusahaan lain yang mau membuka. Tujuan adalah eksplorasi
pilihan dan solusi atas masalah-kendala pelaksanaan kriteria RSPO
untuk identifikasi dan perlindungan nilai konservasi tinggi dalam
dan sekitar kebun sawit anggota RSPO. Target dialog pilihan solusi
masalah NKT adalah pemda, kementerian pertanian, pertanahan,
penataan ruang nasional dan lingkungan hidup.
Anggota Pokja adalah PPKS Medan, Wilmar International, Lonsum,
Sinar Mas, GAPKI, Oxfam, HSBC, FPP, HuMA, dan Sawit Watch.

14

Modul Memahami RSPO

Aturan & Standar RSPO


Beberapa Resolusi Penting RSPO
1) Resolusi pembentukan Task Force on Smallholders (2006)
2) Resolusi tentang kewajiban menyatakan komitmen
mendukung (membeli CSPO dalam rencana terikat waktu)
melalui komunikasi tahunan atas perkembangan dimasukan
dalam Kode Etik RSPO (2008)
3) Resolusi pembentukan kelompok kerja untuk menyediakan
rekomendasi tentang bagaimana mengurus perkebunan
yang telah ada di gambut (2009)
4) RSPO memberlakukan moratorium pembukaan lahan
didalam ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh oleh
anggota RSPO (2009)
5) RSPO membentuk kelompok kerja untuk membangun
sistem untuk membantu biaya sertifikasi untuk petani kecil
(Resolusi 2009)
6) RSPO menetapkan 28 hari pemberitahuan untuk
menyampaikan resolusi anggota (2010)
7) Pernyataan posisi RSPO: hutan non primer (hutan sekunder,
kritis dan vegetasi bukan hutan) dapat mencakup Nilai
Konservasi Tinggi (2010)
Tata Tertib/Kode Etik Anggota RSPO
Kode Etik ini mengandung unsur (1) peningkatan peran
dan komitmen; (2) transparansi, pelaporan dan klaim; (3)
pelaksanaan; (4) penetapan harga dan insentif; and (5)
pelanggaran atas tata tertib. Merupakan dasar untuk suatu
integritas, kredibilitas dan kemajuan dari RSPO, setiap
anggota memberikan dukungan, meningkatkan peran dan
mengusahakan produksi, pemanfaatan dan penggunaan
Minyak Sawit Berkelanjutan (Sustainable Palm Oil). Seluruh
Anggota Biasa dan Anggota Afiliasi harus bertindak dengan niat

Modul Memahami RSPO

15

yang baik menuju tujuan dan berkomitmen untuk mematuhi


prinsip-prinsip yang diatur dalam Tata Tertib ini. Tata Tertib ini
berlaku untuk seluruh Anggota Biasa dan Anggota Afiliasi RSPO
terkait dengan kegiatan mereka di sektor minyak kelapa sawit
dan produk turunannya.
Naskah Kode Etik
1. Peningkatan Peran dan Komitmen
1.1 Keanggotaan organisasi akan mengakui keanggotaan
mereka di RSPO, termasuk tujuan, ketentuan dan peraturan
RSPO, Prinsip dan Kriteria (P&C) dan masing-masing
national interpretasi dan proses penerapannya, melalui
persetujuan tertulis dan eksplisit.
1.2 Para anggota akan meningkatkan peran dan
mengkomunikasikan komitmen ini dalam organisasinya
sendiri dan kepada konsumennya, pemasok, sub-kontraktor
dan di sepanjang rantai pasok yang lebih luas, bila diperlukan.
1.3 Keanggotaan RSPO harus disetujui oleh perwakilan senior
dari organisasi anggota.
2. Transparansi, pelaporan dan klaim
2.1 Para anggota tidak akan membuat klaim yang menyesatkan
atau tanpa dasar mengenai produksi, pemanfaatan atau
penggunaan minyak sawit berkelanjutan.
2.2 Para anggota diminta untuk memberikan laporan tahunan
mengenai perkembangan pelaksanaan Tata Tertib ini.
2.3 Para anggota akan berkomitmen untuk membina hubungan
yang terbuka dan transparan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan, dan secara aktif mencari penyelesaian
atas konflik.
3. Pelaksanaan
3.1 Para anggota yang kepadanya P&C diberlakukan akan
berusaha menuju penerapan dan sertifikasi P&C.

16

Modul Memahami RSPO

3.2 Para anggota yang kepadanya P&C tidak diberlakukan secara


langsung akan menerapkan standar paralel yang berhubungan
dengan organisasi mereka sendiri, yang mana standard
tersebut tidak dapat lebih rendah dari yang telah ditetapkan
dalam P&C.
3.3 Para anggota bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
komitmen mereka kepada tujuan RSPO didukung dengan
sumberdaya yang cukup dalam organisasinya.
3.4 Personel terkait dalam organisasi anggota akan diberikan
informasi yang sesuai agar memungkinkan mereka bekerja
menuju tujuan RSPO dalam pekerjaannya.
3.5 Para anggota akan berbagi dengan anggota yang
lain mengenai pengalaman dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung
terwujudnya minyak sawit berkelanjutan.
3.6 Para anggota yang kepadanya P&C tidak diberlakukan secara
langsung akan secara aktif berusaha mempromosikan
minyak sawit berkelanjutan dan akan memberikan
dukungan kepada anggota yang terikat untuk melaksanakan
P&C RSPO.
4. Penetapan harga dan insentif
4.1 Para anggota yang memanfaatkan minyak sawit akan
mengintegrasikan penerapan dan verifikasi independent
dari P&C sebagai panduan penilaian kinerja yang positif
pada saat menilai kinerja pemasok.
4.2 Para anggota akan mematuhi sepenuhnya pedoman antitrust RSPO, dan menghindari setiap tindakan yang akan
dianggap sebagai praktek anti-kompetisi.
5. Pelanggaran atas Tata Tertib
5.1 Para anggota akan berusaha untuk menyelesaikan
perselisihan secara langsung dengan organisasi anggota
yang lain pada waktu dan cara yang tepat, dan tidak akan
membuat tuduhan yang tidak berdasar atas pelanggaran

Modul Memahami RSPO

17

terhadap anggota yang lain.


5.2 Pelanggaran atas Tata Tertib ini, atau atas peraturan dan
ketentuan RSPO akan mengarah pada pemberhentian dari
keanggotaan organisasi (RSPO).
5.3 Sebelum mencari penyelesaian kepada pihak luar atas
kasus tuduhan pelanggaran Tata Tertib yang belum
terselesaikan, anggota akan melaporkan pelanggaran
kepada Executive Board, yang mana kemudian Executive
Board akan menindaklanjuti tuduhan pelanggaran tersebut
sesuai dengan prosedur penanganan perselisihan RSPO.
5.4 Anggota Executive Board yang ditemukan, setelah melalui
pemeriksaan, telah melanggar Tata Tertib ini, akan diganti.
Prinsip dan Kriteria RSPO
1) Komitmen terhadap transparansi
2) Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku;
3) Pengelolaan perencanaan yang bertujuan untuk mencapai
kelayakan finansial dan ekonomis jangka panjang;
4) Penggunaan tata kelola terbaik oleh perusahaan dan pabrik;
5) Tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya
alam dan keanekaragaman hayati;
6) Pertimbangan tanggung jawab terhadap pekerja dan
perorangan serta masyarakat terkena dampak oleh
perusahaan dan pabrik;
7) Tanggung jawab pembangunan penaman baru;
8) Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus dalam semua
bidang aktifitas.

18

Modul Memahami RSPO

Perbandingan Prinsip RSPO dan Syarat Minimal Sawit Watch


Prinsip RSPO

Bottomline Sawit Watch

1)Komitmen terhadap
transparansi
2)Memenuhi hukum dan
peraturan yang berlaku;
3)Pengelolaan perencanaan
yang bertujuan untuk
mencapai kelayakan finansial
dan ekonomis jangka
panjang;
4)Penggunaan tata kelola
terbaik oleh perusahaan dan
pabrik;
5)Tanggung jawab lingkungan
dan konservasi sumber daya
alam dan keanekaragaman
hayati;
6)Pertimbangan tanggung
jawab terhadap pekerja dan
perorangan serta masyarakat
terkena dampak oleh
perusahaan dan pabrik;
7)Tanggung jawab
pembangunan penaman baru;
8)Komitmen terhadap
perbaikan terus-menerus
dalam semua bidang aktifitas.

1)Tidak ada konversi hutan


primer dan ekosistem HCV
2)Mematuhi prinsip keputusan
bebas, didahulukan dan
diinformasikan sebagai hak
masyarakat
3)Menghargai hak adat/ulayat
4)Tidak ada pemberian izin
(HGU) pada lahan yang
secara syah dalam sengketa
5)Perusahaan harus menghargai
hukum internasional yang
diratifikasi
6)Tidak ada pembakaran untuk
penanaman dan peremajaan
kelapa sawit
7)Tidak ada kekerasan dalam
pembangunan yang berkaitan
perkebunan kelapa sawit
8)Penghargaan terhadap HakHak Buruh
9)Menghargai hak perempuan
(keadilan gender)

Modul Memahami RSPO

19

Membaca Prinsip dan Kriteria RSPO


Prinsip
Contoh Prinsip 2 Kepatuhan hukum dan peraturan
Kriteria

Kriteria

Kriteria

Indikator

Indikator

Indikator

Verifier/bukti objektif

Verifier/bukti objektif

Verifier/bukti objektif

Norma

Norma

Norma

Kriteria 2.3 (ketentuan)


Penggunaan tanah untuk kelapa sawit tidak mengurangi hak
berdasarkan hukum, atau hak ulayat, atas pengguna lain, tanpa
keputusan bebas, didahulukan dan diinformasikan dari mereka.
Indikator (alat bukti):
Peta hak ulayat/adat dalam skala yang tepat (kriteria 2.3, 7.5
dan 7.6)
Salinan kesepakatan perundingan persetujuan masyarakat
(kriteria 2.3, 7.5 dan 7.6)
Norma/nilai dalam masyarakat (dinamika):
Peta modern?
Bahasa apa?
Sudah benar secara adat?
Apakah perempuan dilibatkan?

Pembebasan lahan yang


adil (PLA)

Kebijakan dan tatacara


sosial

Tatacara operasi

8 Perbaikan terus menerus

6&7

4&5 & 6

3 Rencana pengelolaan

6 Penyelesaian konflik

2&6 & 7

2 & 7 Persetujuan masyarakat


(FPIC)
Dampak
sosial dan
5&6 & 7
lingkungan
5 & 7 Penilaian NKT/HCV

Persyaratan utama
1 Keterbukaan Informasi
2 Legalitas

Prinsip

JLA/PLA Pembukaan Penanaman

Perizinan

Pengumuman 30 hari

Perizinan

Matriks sederhana: membuat RSPO F&C berfungsi untuk penanaman baru

Produksi

20
Modul Memahami RSPO

Contoh:
Memetakan praktek dan kepatuhan FPIC

Modul Memahami RSPO

21

Sistem Sertifikasi RSPO


Menjadi pedoman untuk melakukan penilaian pelaksanaan
dan kepatuhan terhadap prinsip dan kriteria RSPO oleh pihak
ketiga independen. Untuk memastikan tidak boleh ada klaim
publik terkait kepatuhan terhadap prinsip dan kriteria RSPO
dapat dibuat tanpa sertifikasi pihak ketiga dan pengesahan
oleh RSPO.
Isi dokumen sistem sertifikasi terdiri dari (1) pendahuluan;
(2) standar sertifikasi; (3) persyaratan akreditasi: mekanisme
pengesahan dan pemantauan lembaga sertifikasi pihak ketiga;
(4) persyaratan proses sertifikasi; (5) pendanaan sertifikasi
RSPO; dan (6) definisi.
Termasuk lampiran (1) pengesahan penafsiran nasional; (2)
prosedur akreditasi lembaga sertifikasi; (3) indikator wajib
(indiktor mayor dan minor); (4) format laporan publik sertifikasi;
dan (5) prosedur keluhan dan keberatan.
Sertifikasi pihak ketiga diperlukan untuk evaluasi kepatuhan
dengan prinsip dan kriteria RSPO dan dalam audit rantai pasok
(supply chain) untuk memeriksa bukti kepatuhan dengan
persyaratan keterlacakan minyak sawit berkelanjutan.

22

Modul Memahami RSPO


Sistem Sertifikasi

Lampiran

Bagian 1: Pengantar

Bagian 2: Standar Sertifikasi

Lampiran 1: Prosedur Umum


Pengesahan National Interpretations

Bagian 3: Persyaratan
Akreditasi

Lampiran 2: Prosedur untuk


Pengesahan Lembaga Sertifikasi
Lampiran 3: Ketidaksesuaian Mayor
Indikator Wajib

Bagian 4: Persyaratan Proses


Akreditasi

Bagian 5: Pendanaan
Sertifikasi RSPO

Lampiran 4: Format untuk Laporan


Ringkasan Publik
Lampiran 5: Prosedur untuk Keluhan
dan ketidakpuasan

Modul Memahami RSPO

23

Kompetensi Lembaga Sertifikasi


Sebagai persyaratan minimum, harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam ISO 19011:
2002 Panduan untuk sistem audit kualitas dan/atau
pengelolaan lingkungan, dengan beberapa modifikasi untuk
memperhitungkan persyaratan-persyaratan khusus minyak
sawit dan evaluasi rantai penyimpanan (chain of custody).
Tatacara penilaian untuk penilaian sertifikasi terhadap
Kriteria RSPO harus mewajibkan tim menunjukan keahlian
sektor sawit yang memadai untuk menangani seluruh
persyaratan Kriteria RSPO terkait penilaian khusus persoalan
hukum, teknis, lingkungan dan sosial, dan harus memasukan
anggota tim yang fasih bahasa utama sesaui dengan lokasi
dimana penilaian tertentu sedang berlangsung, termasuk
bahasa pihak-pihak terkena dampak seperti masyarakat
setempat.
Kompetensi Lead Auditor
Pemimpin penilai (lead auditor) harus memiliki, sebagai syarat
minimum:
- pendidikan minimum lulusan sekolah tinggi (lulusan sekolah
menengah) di bidang pertanian, ilmu lingkungan atau ilmu
sosial;
- paling sedikit lima tahun pengalaman profesional dalam ranah
kerja berkaitan dengan audit (misalnya, manajemen minyak
sawit; pertanian, ekologi; ilmu sosial);
- pelatihan dalam penerapan praktis Kriteria RSPO, dan Sistem
Seritifikasi RSPO; berhasil menyelesaikan ISO 9000/19011
kursus pemimpin auditor;
- masa bimbingan pelatihan dalam audit praktis terhadap
Kriteria RSPO atau standar berkelanjutan serupa, dengan

24

Modul Memahami RSPO

pengalaman minimum 15 hari pengalaman audit dalam tiga


audit terakhir pada tiga organisasi berbeda
Kompetensi Team Audit
4.1.3 Tatacara penilaian untuk verifikasi penilaian terhadap
Kriteria RSPO harus mewajibkan agar tim memasukan
pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk
menangani seluruh persyaratan Kriteria RSPO, yang
mencakup masalah-masalah hukum, teknis, lingkungan
dan sosial terkait penilaian khusus:
Pengalaman kerja lapangan dalam sektor minyak
sawit, atau kemampuan yang setara.
Praktek Pertanian Baik (Good Agricultural
Practices/GAP), dan Pengelolaan Hama Terpadu
(IPM), penggunaan pestisida dan pupuk.
Audit kesehatan dan keselamatan dalam kebun dan
fasilitas pabrik pengolahan, misalnya OHSAS 18001
atau Sistem Jaminan Keselamatan, Kesehatan dan
Kecelakaan Kerja.
Pengalaman audit masalah-masalah kesejahteraan
pekerja dan pengalaman audit sosial, misalnya
audit SA8000 atau aturan akuntabilitas etis.
Audit lingkungan dan ekologi, misalnya pengalaman
dengan pertanian organik, ISO 14001 atau Sistem
Pengelolaan Lingkungan (EMS).
Fasih dalam bahasa utama di lokasi penilaian
khusus sedang berlangsung, termasuk bahasabahasa pihak-pihak potensi terkena dampak
misalnya masyarakat setempat.
Partial Certification Requirements
(e) Tidak ada penggantian hutan primer atau setiap kawasan
yang ditemukan mengandung satu atau lebih Nilai Konservasi
Tinggi (NKT/HCV) atau diperlukan untuk mempertahankan

Modul Memahami RSPO

25

atau meningkatkan NKT sesuai dengan Kriteria 7.3 RSPO.


Setiap penanaman baru sejak 2010 harus mematuhi
Prosedur Penanaman Baru RSPO
(f) Konflik-konflik lahan, jika ada, diselesaikan melalui sebuah
proses yang disepakati bersama, misalah Prosedur Keluhan
RSPO atau Fasilitas Penanganan Sengketa, sesuai dengan
Kriteria RSPO 6.4, 7.5 dan 7.6.
(g)Sengketa-sengketa buruh, jika ada, diselesaikan melalui
sebuah proses yang disepakati bersama, sesuai dengan
kriteria RSPO 6.3.
(h)Ketidak-patuhan hukum, jika ada diselesaikan sesuai dengan
persyaratan ketentuan hukum, dengan mengacu pada
kriteria RSPO 2.1 dan 2.2.

26

Modul Memahami RSPO

Mekanisme Akuntabilitas RSPO


1. Proses keluhan/Prosedur keberatan
RSPO Grievance Procedure berlaku terhadap anggota biasa
(ordinary member) RSPO yang tidak belum melakukan sertifikasi
kepatuhan prinsip dan kriteria RSPO. Grievance Panel ditangani
langsung oleh Dewan Pengurus (EB RSPO) dari setiap kategori
keanggotaan (grower, processor, social and environmental
NGO). GP memenuhi kebutuhan RSPO untuk menangani
laporan keberatan terhadap anggota RSPO mencerminkan
sifat, misi dan tujuan RSPO. Secara khusus proses keberatan
memenuhi hal berikut:
1) Menyediakan bagian khusus (focal point) untuk laporan
resmi kepada anggota RSPO.
2) Menyediakan proses yang terang, terbuka dan netral untuk
mencapai dan menyelesaikan keberatan terhadap anggota
RSPO.
3) Memberikan kesempatan tindakan atau prakarsa untuk
mungkin meningkatkan hubungan baik antara pihak.
2. Mekanisme keberatan sertifikasi
Prosedur mekanisme keberatan sertifikasi menguraikan
mekanisme untuk menyelesaikan keluhan dan keberatan
terhadap kinerja lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi
oleh Badan Pengurus RSPO.
Keluhan dan keberatan dapat diajukan oleh pihak
berkepentingan, bila pihak berkepentingan memiliki
kepentingan yang syah, atau terkena dampak langsung oleh,
berbagai operasi organisasi yang telah dinilai atas pemenuhan
Kriteria RSPO atau oleh keputusan sertifikasi.

Modul Memahami RSPO

27

Hal ini termasuk keberatan berkaitan dengan proses dan hasil


dari sebuah penilaian sertifikasi atau tentang dengan aspek
lainnya berkaitan dengan implementasi sistem sertifikasi RSPO.
Proses menyampaikan dan menangani pengaduan tidak terkait
dengan proses atau hasil sebuah penilaian sertifikasi atau
aspek lain berhubungan implementasi sistem sertifikasi RSPO
ditangani melalui proses lainnya.
3. Fasilitas penanganan sengketa
Menyediakan sarana untuk mencapai resolusi yang adil
dan jangka panjang terhadap sengketa-sengketa dalam
waktu yang lebih efisien dan kurang birokratis dan/atau
secara legalistik, sementara tetap menjunjung tinggi semua
ketentuan/persyaratan RSPO termasuk kepatuhan dengan
peraturan yang berlaku. Mengurangi beban administrasi dan
teknis dalam pada Proses Keluhan yang ada saat ini dan para
pelaksananya. Sengketa tanah yang berhubungan dengan
minyak sawit menunjukkan bahwa sebagian besar adalah
akibat dari kurangnya FPIC, pengakuan suara masyarakat, dan
menghormati hak-hak adat. RSPO P & C kriteria 2.2, 2.3, 6.4,
7.5, dan 7.6 secara spesifik membutuhkan beberapa jenis
interaksi soal bagaimana produsen untuk melanjutkan ketika
berhadapan dengan isu seputar penggunaan lahan dan hakhak adat masyarakat lokal, dan terutama untuk mengikuti
proses FPIC persyaratan P & C.

28

Modul Memahami RSPO

Prinsip dan Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak


Sawit Berkelanjutan
Prinsip 1 Komitmen terhadap transparansi
Kriteria 1.1 Pihak Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit
memberikan informasi yang memadai kepada stakeholder
lainnya dalam bahasa dan bentuk yang sesuai, untuk
memungkinkan adanya partisipasi efektif dalam pengambilan
keputusan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 2.1 Dokumen perusahaan tersedia secara umum,
kecuali jika dokumen tersebut dilindungi oleh kerahasiaan
komersial atau bilamana pengungkapan informasi tersebut
akan berdampak negatif terhadap lingkungan atau sosial.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Prinsip 2: Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Kriteria 2.1 Adanya kepatuhan terhadap semua hukum
dan peraturan yang berlaku baik lokal, nasional maupun
Internasional yang telah diratifikasi.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:

Modul Memahami RSPO

29

Kriteria 2.2 Hak untuk menguasai dan menggunakan tanah


dapat dibuktikan dan tidak dituntut secara sah oleh komunitas
lokal dengan hak-hak yang dapat dibuktikan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 2.3 Penggunaan Lahan untuk Kelapa Sawit tidak
mengurangi hak berdasarkan hukum dan hak tradisional
pengguna lain tanpa persetujuan bebas, didahulukan dan
diinformasikan dari mereka.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Prinsip 3: Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan
keuangan jangka panjang
Kriteria 3.1
Terdapat
rencana
manajemen
yang
diimplementasikan yang ditujukan untuk mencapai keamanan
ekonomi dan keuangan dalam jangka panjang.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Prinsip 4: Penggunaan praktek terbaik dan tepat oleh
perkebunan dan pabrik
Kriteria 4.1 Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat
dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten.
Isu:
Aturan:

30

Modul Memahami RSPO

Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 4.2 Praktek-praktek mempertahankan kesuburan
tanah, atau bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah,
sampai pada tingkat yang memberikan hasil optimal dan
berkelanjutan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 4.3 Praktek-Praktek meminimalisasi dan mengendalikan
erosi dan degradasi tanah
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 4.4 Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan
ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 4.5 Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang
berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan
menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang
memadai.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:

Modul Memahami RSPO

31

Kriteria 4.6 Bahan kimia pertanian digunakan dengan cara yang


tidak membahayakan kesehatan dan lingkungan. Bahan yang
bersifat propilaktik tidak digunakan dan apabila bahan kimia
pertanian yang digunakan tergolong sebagai Tipe 1A atau 1B
WHO atau bahan-bahan yang termasuk dalam daftar Konvensi
Stockholm atau Konvensi Rotterdam, maka perkebunan secara
aktif mencari alternatif dan proses ini dokumentasikan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 4.7 Rencana kesehatan dan keselamatan kerja
didokumentasikan, disebarluaskan dan diimplementasikan
secara efektif.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 4.8 Seluruh staf, karyawan, petani dan kontraktor harus
terlatih secara memadai.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Prinsip 5: Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati
Kriteria 5.1 Aspek manajemen perkebunan dan pabrik yang
menimbulkan dampak lingkungan diidentifkasi, dan rencanarencana untuk mengurangi dampak negatif dan mendorong
dampak positif dibuat, diimplementasikan dan dimonitor
untuk memperlihatkan kemajuan yang kontinu.

32

Modul Memahami RSPO

Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 5.2 Status spesies-spesies langka, terancam, atau
hampir punah dan habitat dengan nilai konservasi tinggi, jika
ada di dalam perkebunan atau yang dapat terkena dampak
oleh manajemen kebun dan pabrik harus diidentifikasi dan
konservasinya diperhatikan dalam rencana dan operasi
manajamen.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 5.3 Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai kembali, dan
dibuang dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan
secara lingkungan dan sosial
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 5.4 Efisiensi penggunaan energi dan penggunaan
energi terbarukan dimaksimalkan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 5.5 Penggunaan api untuk pemusnahan limbah dan
untuk penyiapan lahan, guna penanaman kembali dihindari
kecuali dalam kondisi spesifik, sebagaimana tercantum dalam
kebijakan tanpa-bakar ASEAN atau panduan lokal serupa.

Modul Memahami RSPO

33

Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 5.6 Rencana-rencana untuk mengurangi pencemaran
dan emisi, termasuk gas rumah kaca, disusun, diimplementasikan
dan dimonitor.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Prinsip 6: Tanggung Jawab kepada pekerja, individu-individu
dan komunitas dari kebun dan pabrik
Kriteria 6.1 Aspek manajemen perkebunan dan pabrik yang
mempunyai dampak sosial diidentifikasi dengan cara partisipatif
dan rencana penanganan dampak negatif dan pengembangan
dampak positif disusun, dilaksanakan dan dimonitor untuk
menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.2 Terdapat metode terbuka dan transparan untuk
komunikasi dan konsultasi antara pihak perkebunan dan/atau
pabrik, masyarakat lokal, dan kelompok lain yang terkena
dampak atau berkepentingan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:

34

Modul Memahami RSPO

Kriteria 6.3 Terdapat sistem yang disepakati dan


didokumentasikan bersama untuk mengurus keluhan dan
ketidakpuasan, yang diimplementasikan dan diterima oleh
semua pihak.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.4 Setiap perundingan menyangkut kompensasi
atas kehilangan hak legal atau hak adat dilakukan melalui
sistem terdokumentasi yang memungkinkan komunitas adat
dan stakeholder lain memberikan pandangan pandangannya
melalui institusi perwakilan mereka sendiri
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.5 Upah dan persyaratan-persyaratan kerja bagi
karyawan dan karyawan dari kontraktor harus selalu memenuhi
paling tidak standar minimum industri atau hukum, dan
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar pekerja dan untuk
memberikan pendapatan tambahan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.6 Perusahaan menghormati hak seluruh karyawan
untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja sesuai
dengan pilihan mereka dan untuk tawar menawar secara
kolektif. Ketika hak kebebasan berkumpul dan mengeluarkan
pendapat secara kolektif dibatasi oleh hukum, maka perusahaan
memfasilitasi pendamping yang tidak berpihak, gratis dan

Modul Memahami RSPO

35

melakukan tawar menawar bagi seluruh karyawan.


Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.7 Tidak mempekerjakan anak-anak. Anak-anak tidak
boleh terpapar oleh kondisi kerja membahayakan. Pekerjaan
yang dilakukan oleh anak-anak hanya diperbolehkan pada
perkebunan keluarga, di bawah pengawasan orang dewasa dan
tidak mengganggu program pendidikan mereka.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.8 Perusahaan tidak boleh terlibat atau mendukung
diskriminasi berdasarkan ras, kasta, kebangsaan, agama, cacat,
jender, orientasi seksual, keanggotaan serikat, afiliasi politik
atau umur.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.9 Kebijakan untuk mencegah pelecehan seksual dan
berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan untuk
melindungi hak reproduksinya, disusun dan diaplikasikan.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.10 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit
berurusan secara adil dan transparan dengan petani dan bisnis

36

Modul Memahami RSPO

lokal lainnya.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 6.11 Perkebunan dan pabrik berkontribusi terhadap
pembangunan lokal yang berkelanjutan bilamana dianggap
memadai.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Prinsip 7: Pengembangan
bertanggung Jawab

perkebunan

baru

secara

Kriteria 7.1 Dilakukan analisis Dampak Sosial dan Lingkungan


hidup secara komprehensif dan partisipasif sebelum
membangun Kebun
atau operasi baru memperluas
perkebunan yang sudah ada dan hasilnya dimasukkan ke dalam
perencanaan, pengelolaan dan operasi
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 7.2 Menggunakan survai tanah dan informasi topografi
untuk merencanakan lokasi pengembangan perkebunan baru
dan hasilnya digabungkan ke dalam perencanaan dan operasi
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:

Modul Memahami RSPO

37

Kriteria 7.3 Penanaman baru sejak November 2005 (sejak


disyahkan RSPO) tidak dilakukan di hutan primer atau setiap
daerah yang memiliki satu atau lebih Nilai Konservasi Tinggi
(High Conservation value)
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 7.4 Pengembangan penanaman pada lahan yang
curam, dan atau ditanah marjinal serta rapuh (mudah longsor)
harus dihindari.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 7.5 Tidak ada penanaman baru dilakukan di tanah
masyarakat lokal tanpa persetujuan terlebih dahulu dari mereka,
yang dilakukan melalui suatu sistem yang terdokumentasi
sehingga memungkinkan masyarakat adat dan masyarakat
lokal serta para pihak lainnya bisa mengeluarkan pandangan
mereka melalui institusi perwakilan mereka sendiri.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Kriteria 7.6 Masyarakat Setempat diberikan Kompensasi atas
setiap pengambilalihan lahan dan pelepasan hak yang disepakati
dengan persetujuan sukarela yang diberitahukan sebelumnya dan
kesepakatan yang telah dirundingkan
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:

38

Modul Memahami RSPO

Kriteria 7.7 Dilarang membuka perkebunan baru dengan


membakar, kecuali dalam keadaan khusus sebagaimana dalam
ASEAN Guidelines atau regional Best Pratices lainnya
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:
Prinsip 8: Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus pada
wilayah-wilayah utama aktifitas
Kriteria 8.1 Perkebunan dan pabrik kelapa sawit secara
teratur memonitor dan mengkaji ulang aktifitas mereka dan
mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi
yang memungkinkan adanya perbaikan nyata yang kontinu
pada operasi-operasi utama.
Isu:
Aturan:
Praktek negatif:
Rumusan kesimpulan:

Anda mungkin juga menyukai