Anda di halaman 1dari 5

Ayon'S BLOG

medicastore

health

kabar dunia

medic

Jumat, 05 Maret 2010


ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
Lokasi dan fungsi dari telinga, hidung dan tenggorokan berhubungan erat. Telinga merupakan
organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam.
Ketiga bagian telinga ini terletak di dalam tulang temporal kepala. Tulang temporal adalah
struktur berbentuk piramidal yang membentuk bagian dasar dan pinggir (lateral) kedua sisi
tulang tengkorak. Bagian-bagian utama tulang temporal adalah segmen tulang skuamosa,
petrosa, timpanik, dan mastoid. Pada tulang temporal inilah selain organ pendengaran (koklea)
juga tersimpan organ keseimbangan (vestibuler).
Telinga luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga
tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang kemudian
dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan tubuh.
1. Telinga Luar (external ear)
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan saluran telinga luar (meatus
auditorius eksternus) / (external auditory canal=EAC).
Batas medial EAC adalah gendang telinga (membrana timpani=MT). Sekitar 1/3 luar EAC
tersusun atas tulang rawan dan mengandung folikel rambut, kelenjar serumentosa, dan kelenjar
sebasea (kelenjar minyak). Sedangkan 2/3 dalam EAC tersusun atas tulang, dan tidak
mengandung kelenjar. EAC dilapisi kulit sebagai kelanjutan kulit daun telinga. Di bagian dalam,
kulit EAC membentuk lapisan terluar MT. Panjang EAC sekitar 2.5-3 cm (orang dewasa),
dengan diameter 1 cm, dan bentuknya mirip huruf S kurus. Fungsi utama EAC adalah
mengumpulkan dan mengarahkan input suara dari luar menuju MT. Struktur dan panjang EAC
juga turut menentukan resonansi frekuensi spesifiknya yaitu antara 3-4 kHz. Ini juga faktor
utama yang menjelaskan mengapa noice-induce hearing loss (NIHL = gangguan dengar akibat
pajanan bising) biasanya terjadi pada frekuensi antara 3-6 kHz, dengan puncak gangguan pada 4
kHz seperti tercatat pada audiogram.

Telinga luar merupakan tulang rawan (kartilago) yang dilapisi oleh kulit, daun telinga kaku tetapi
juga lentur. Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke gendang
telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan telinga
tengah dengan telinga luar.
2. Telinga Tengah (middle ear cleft)
Middle ear cleft adalah suatu celah berisi udara dengan volume berkisar 1 - 2 cm3 (cm kubik).
Batas-batas telinga tengah adalah MT di bagian lateral, dan dinding lateral (kapsul labirin)
telinga dalam di bagian medial. Telinga tengah berhubungan dengan rongga/sel udara mastoid
melalui sebuah lubang sempit yang dinamakan antrum, dan juga berhubungan dengan nasofaring
(ruang di belakang hidung) melalui tuba eustachius.
Telinga tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan sebuah ruang kecil berisi
udara yang memiliki 3 tulang kecil yang menghubungkan gendang telinga dengan telinga dalam.
Ketiga tulang tersebut membentuk rantai tulang pendengaran (osicular chain), dengan demikian
osicular chain imenjembatani inter-koneksi telinga luar hingga telinga dalam.
Ketiga tulang tersebut adalah:
a. Maleus :bentuknya seperti palu, Posisi maleus adalah di antara MT dan inkus, artinya sisi luar
maleus melekat pada MT dan sisi dalam membentuk persendian dengan incus.
b. Inkus : menghubungkan maleus dan stapes
c. Stapes : melekat pada jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam.
Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan
dihantarkan ke jendela oval.
Telinga tengah juga memiliki 2 otot yang kecil-kecil:
a. Otot tensor timpani (melekat pada maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel)
b. Otot stapedius (melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan
jendela oval.
Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga
rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan hanya sedikit suara yang dihantarkan. Respon ini
disebut refleks akustik, yang membantu melindungi telinga dalam yang rapuh dari kerusakan
karena suara.
Kedua otot ini mengurangi proses mekanik telinga tengah. Pengertiannya adalah sebagai berikut,
jika telinga kita menerima suara sangat keras (intensitas > 80 dB) maka kemungkinan gerakan
mekanik osicular chain akan sangat progresif yang dapat merusak struktur oval window telinga
dalam. Sehingga saat intensitas suara mencapai nilai di atas, otot stapedius secara refleks akan
berkontraksi untuk membatasi gerakan stapes. Meskipun fungsi utama refleks akustik ini adalah
proteksi, ia juga meningkatkan mekanisme kontrol yang mempertahankan input suara ke telinga
dalam (koklea) lebih konstan, dan memperluas rentang dinamik sistem telinga tengah, sebagai
contoh: otot stapedius tercatat juga berkontraksi saat seseorang mengunyah dan bersuara
(vokalisasi), sehingga dapat mereduksi bising yang timbul akibat gerakan-gerakan yang berasal
dari dalam tubuh sendiri.
Tuba eustachius adalah saluran kecil yang menghubungkan teling tengah dengan hidung bagian
belakang, yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga tengah.
Tuba eustakius membuka ketika kita menelan, sehingga membantu menjaga tekanan udara yang
sama pada kedua sisi gendang telinga, yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal dan
kenyamanan.
Telah dijelaskan bahwa telinga tengah adalah celah berisi udara, di mana tekanan udara di

dalamnya harus tetap dipertahankan sesuai tekanan udara ambien (lingkungan luar) agar transfer
sinyal suara berjalan optimal. Tuba eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan
nasofaring akan menjamin aerasi dan drainase telinga tengah. Jika tuba eustachius mengalami
disfungsi, dapat menimbulkan rasa tersumbat atau popping di telinga dan/atau otitis media
(radang/infeksi telinga tengah). Fungsi tuba eustachius yang tidak matur, yang sering terjadi pada
anak-anak, merupakan salah satu predisposisi utama timbulnya infeksi telinga tengah pada
populasi anak.
Ada hal mendasar yang membedakan sistem telinga luar dan sistem telinga dalam, yaitu:
medium udara di telinga luar dan medium cairan di telinga dalam. Perbedaan medium ini
menentukan perbedaan impedansi di antara kedua sistem ini, yaitu "energi perlawanan" sistem
telinga dalam terhadap input energi suara jauh lebih besar dibanding sistem telinga luar. Artinya
energi suara yang merambat sepanjang medium udara di telinga luar akan sangat menurun ketika
mencapai medium cairan di telinga dalam. Karena itu telinga tengah berfungsi meminimalisasi
masalah ini. Amplifikasi energi suara terjadi akibat efek area MT dan aktivitas pengungkit dari
osicular chain. Efektivitas area vibrasi MT adalah sekitar 17 kali dibanding area footplate stapes
(yaitu area perlekatan stapes pada oval window telinga dalam), sehingga menghasilkan
peningkatan energi suara sebesar 17 kali pula. Selain itu panjang lengan maleus sekitar 1.3 kali
panjang short process incus, sehingga kekuatan yang terbentuk pada stapes akan meningkat
sebesar 1.3 kali. Kombinasi dari kedua efek di atas (17 x 1.3) memberikan peningkatan energi
mekanik 22:1, yang menyebabkan peningkatan energi suara setara 25 dB saat mencapai koklea
telinga dalam.
3. Telinga Dalam (inner ear)
Telinga dalam adalah suatu sistem labirin membranosa yang tertanam di dalam tulang. Sistem ini
mengandung 2 bagian utama auditory end organ (koklea) yang bertanggung jawab dalam
mendeteksi suara, dan vestibuler end organ (utrikukus, sakulus, dan kanalis semisirkularis) yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan keseimbangan tubuh, dengan mencitrakan gerakan
akselerasi (linear ataupun anguler) maupun gerakan gravitasional.
a. Koklea (organ pendengaran)
Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput yang melingkar
sebanyak 2.5 kali putaran, terdiri dari cairan kental dan organ Corti, yang mengandung ribuan
sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki rambut yang mengarah ke dalam cairan tersebut.
Jika kita memotong koklea secara transversal, maka di dalam koklea terdapat 3 buah
kompartemen, yaitu skala vestibuli (atas), skala media (tengah), dan skala timpani (bawah).
Membrana Reissneri memisahkan skala vestibuli dari skala media, sedangkan membrana
basilaris memisahkan skala media dari skala timpani. Di dalam skala vestibuli dan skala timpani
terdapat perilimfe, suatu cairan yang mirip dengan cairan ekstraseluler. Dan di dalam skala
media terdapat endolimfe, cairan yang mirip dengan cairan intraseluler. Di dalam skala media
inilah terletak organo korti.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di
telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang
saraf. Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan
membawanya ke otak.
Walaupun ada perlindungan dari refleks akustik, tetapi suara yang gaduh bisa menyebabkan
kerusakan pada sel rambut. Jika sel rambut rusak, dia tidak akan tumbuh kembali.

Jika telinga terus menerus menerima suara keras maka bisa terjadi kerusakan sel rambut yang
progresif dan berkurangnya pendengaran.
Organo korti pada skala media mengandung sel-sel reseptor pendengaran (auditory receptor
cells), atau disebut pula sel-sel rambut. Dinamakan sel-sel rambut karena membran di bagian
permukaan sel mengalami evaginasi yang disebut stereosilia, yang mirip seperti rambut.
Stereosilia mengandung ion channels yang dapat terbuka aktif secara mekanik jika menerima
stimulus suara. Selain sel-sel rambut terdapat pula se-sel struktural dan sel-sel pendukung
(supporting cells). Terdapat 2 tipe sel rambut, yaitu sel rambut dalam (inner hair cells=IHC) dan
sel rambut luar (outer hair cells=OHC). IHC membentuk sebaris sel yang berjalan spiral di
sepanjang koklea dekat aksis sentral. OHC membentuk 3-4 baris sel rambut yang berjalan pada
koklea namun tidak berdekatan dengan aksis sentral.
Bagian dasar sel-sel rambut menempel pada membrana basilaris, sedangkan pada bagian
permukaan di mana terdapat stereosilia terletak membrana tektorial. Membrana basilaris dan
tektorial berhubungan di bagian sentral. Suara akan mengerakkan kedua struktur ini pada arah
berlawanan, sehingga stereosilia yang berada di permukaan sel rambut akan menekuk.
Pergerakan stereosilia akan membuka dan menutup ion channels, menghasilkan potensial
reseptor di IHC. Potensial reseptor ini menyebabkan keluarnya neurotransmitter ke serabutserabut saraf aferen yang menjadi sinyal penting ke otak tentang adanya suara dengan frekuensi
tertentu. Sel-sel rambut koklea bersifat frekuensi spesifik, di mana stimulasinya oleh input suara
tergantung pada tonotopic map membrana basilaris. Pengertiannya sebagai berikut: suara dengan
frekuensi tinggi dideteksi di bagian basis koklea, sedangkan suara dengan frekuensi rendah
dideteksi di bagian apeks. Properti mekanik membrana basilaris sendiri yang kemudian
menentukan perbedaan tonotopik ini.
Secara konseptual perbedaan antara IHC dan OHC adalah: IHC dianggap sebagai auditory
receptor cells yang klasik, yang bertanggung jawab mengirim sinyal dalam bentuk frekuensi
suara yang spesifik ke otak. Sedangkan OHC dianggap memberikan efek amplifikasi dari
stimulus suara kepada IHC yang terdekat, selain juga mempertajam respon frekuensi IHC
terdekat.
Ada beberapa alasan untuk konsep di atas:
1) OHC terlihat memendek dan memanjang jika dirangsang oleh suara. Gerakan pumping (mirip
kontraksi) seperti ini dapat mempengaruhi IHC dengan merubah gerakan membrana basilaris dan
meningkatkan sensitivitas dan selektivitas frekuensi untuk output koklear (sinyal menuju otak).
Di samping itu suatu protein prestin telah berhasil diisolasi pada OHC yang memberikan
kemampuan untuk berkontraksi.
2) IHC secara predominan dipersarafi oleh serabut aferen yang membawa informasi dari sel-sel
rambut ke otak. Kebalikannya pada OHC, predominan dipersarafi serabut eferen, yang justru
membawa informasi dari otak ke sel-sel rambut. Stimulasi serabut eferen OHC juga berperan
dalam mengurangi respon dari koklea.
Stimulasi saraf oleh input suara yang dimulai dari sel-sel rambut kemudian berjalan sepanjang
serabut aferen, selanjutnya berturut-turut mencapai nukleus koklearis, kompleks olivarius
superior, lemniskus lateralis, kolikulus inferior, dan medial geniculate body untuk selanjutnya
tiba di korteks auditori di otak. Pada level kompleks olivarius superior ke atas, mulai terjadi
crossover antara input suara dari sisi kiri dan kanan.
Kesimpulan organ telinga sebagai fungsi untuk mendengar:

1) EAC berfungsi mengumpulkan dan meneruskan input suara luar ke MT. Karena resonan
frekuensi EAC adalah 3-4 kHz, maka dianggap sebagai faktor penyebab utama peak NIHL
terjadi pada frekuensi 4 kHz.
2) Sistem telinga tengah meng-amplifikasi suara melalui efek area dari TM dan oval window,
serta aksi gerakan pengungkit osicular chain, di mana peningkatan yang terjadi dari kombinasi
keduanya adalah 22:1 atau setara dengan 25 dB. Berbagai keadaan patologis yang merusak
fungsi tersebut akan menimbulkan gangguan dengar tipe konduktif (Conductive Hearing Loss =
CHL).
3) Tuba Eustachius meng-aerasi dan drainase telinga tengah yang menjaga tekanan telinga
tengah tetap terkontrol sehingga transfer energi suara menjadi optimal. Jika terjadi imaturitas
maupun disfungsi, selain bisa menyebabkan CHL, juga menjadi faktor penting penyebab
infeksi/radang telinga tengah atau otitis media.
4) Sistem telinga dalam mengandung end organ auditory, yaitu koklea. Pada koklea inilah energi
suara akan diubah menjadi potensial listrik yang ditangkap oleh reseptornya di sel2 rambut (hair
cells) organo korti.
5) Hair cells terdiri dari 2 jenis, yaitu: IHC dan OHC. IHC berfungsi mengirim sinyal frekuensi
suara spesifik ke otak. Sedangkan OHC berperan dalam meningkatkan sensitivitas dan
selektivitas frekuensi untuk output koklear (sinyal menuju otak) yang dihasilkan oleh IHC.
6) Korteks Auditory di otak adalah akhir perjalanan input frekuensi suara yang berasal dari IHC
organi korti, setelah melalui serabut aferen, nukleus koklearis, kompleks olivarius superior,
lemniskus lateralis, kolikulus inferior, dan medial geniculate body. Di korteks inilah input
tersebut di olah sehingga menjadikan produk suara yang terdengar, dikenal, dipahami,
dimengerti, diingat, dan lain sebagainya.
b. Kanalis semisirkuler merupakan 3 saluran yang berisi cairan, yang berfungsi membantu
menjaga keseimbangan.
Setiap gerakan kepala menyebabkan ciaran di dalam saluran bergerak. Gerakan cairan di salah
satu saluran bisa lebih besar dari gerakan cairan di saluran lainnya; hal ini tergantung kepada
arah pergerakan kepala. Saluran ini juga mengandung sel rambut yang memberikan respon
terhadap gerakan cairan. Sel rambut ini memprakarsai gelombang saraf yang menyampaikan
pesan ke otak, ke arah mana kepala bergerak, sehingga keseimbangan bisa dipertahankan. Jika
terjadi infeksi pada kanalis semisirkuler, (seperti yang terjadi pada infeksi telinga tengah atau
flu) maka bisa timbul vertigo (perasaan berputar).
Referensi:
1. Imam Megantara. Memahami telinga kita. Jumat, 12 september 2008. Available from:
http/www.informasikesehatantht.com. Diakses tanggal 15 Desember 2009.
2. Anonimous. Telinga, hidung dan tenggorok. Available from: http/www.medicastore.com.
Diakses tanggal 15 Desember 2009.
Diposkan oleh Kasron, S.Kep,. Ns. di 20.01
Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Anda mungkin juga menyukai