PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan
pandangan kabur. Pada keadaan normal, lensa yang jernih berfungsi meneruskan
cahaya ke dalam mata agar mata dapat memfokuskan benda dari jarak yang
berbeda-beda. Seseorang yang menderita katarak akan melihat benda seperti
ditutupi kabut. Penderita katarak akan melihat seakan-akan melalui kaca mobil
dengan banyak butiran air hujan sehingga berada tidak terlihat jelas, melainkan
berkabut (Gindjing, 2006).
Masih banyak orang yang menyangka, bahwa katarak merupakan selapis
selaput kulit yang terletak di depan mata. Hal ini tidak benar, karena yang keruh
adalah lensa mata. Kelainan ini juga bukan merupakan pertumbuhan jaringan
maupun tumor, melainkan berupa kondisi lensa yang menjadi berkabut (Gindjing,
2006).
Kekeruhan pada lensa yang kecil tidak banyak menggangu penglihatan.
Namun bila kekeruhannya tebal, penglihatan akan sangat terganggu sehingga
perlu dilakukan tindakan pada lensa yang keruh tersebut. Biasanya katarak yang
mengakibatkan penglihatan kabur dapat mengganggu, dapat sampai berkabut
sekali, atau bahkan tidak melihat (Gindjing, 2006).
Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa
sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab
utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti
trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007).
Pada banyak kasus penyakit katarak sering tidak diketahui penyebabnya.
Penyakit katarak biasanya terjadi pada usia lanjut, tetapi bisa juga menimpa pada
usia muda dan bisa bersifat menurun. Katarak senilis merupakan proses
kemunduran fungsi lensa mata secara bertahap. Gejalanya berupa pandangan
kabur secara bertahap dikarenakan kekeruhan lensa mata. Apabila katarak ini
masih muda yaitu kurang dari 35% masih bisa diobati dengan pengobatan
2. Rumusan Masalah
2.1 Apa definisi dari katarak?
2.2 Apa klasifikasi dari katarak?
2.3 Apa yang menjadi etiologi dari katarak?
2.4 Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi katarak?
2.5 Bagaimana patofisiologi katarak?
2.6 Apa saja manifestasi klinis katarak?
2.7 Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penyakit katarak?
2.8 Bagaimana penatalaksanaan medis dalam penanganan katarak?
2.9 Apa saja pencegahan pada penyakit katarak?
2.10 Apa saja komplikasi dari penyakit katarak?
2.11 Bagaimana perawatan pasien pre operasi dan post operasi klien katarak?
2.12 Bagaimana pendidikan pasien setelah pembedahan katarak?
2.13 Bagaimana asuhan keperawatan dengan klien katarak?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan umum: untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Sistem
Sensori Persepsi.
Tujuan khusus dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa dapat:
3.1. Mengetahui pengertian katarak.
3.2. Mengetahui klasifikasi katarak.
3.3. Mengetahui etiologi katarak.
3.4. Mengetahui faktor predisposisi dan prespitasi katarak.
3.5. Mengetahui patofisiologi katarak
3.6. Mengetahui manifestasi klinis katarak.
3.7. Mengetahui pemeriksaan diagnosis katarak.
3.8. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan katarak.
3.9. Mengetahui pencegahan katarak.
3.10. Mengetahui komplikasi katarak.
3.11. Mengetahui perawatan pasien pre operasi dan post operasi katarak.
3.12. Mengetahui pendidikan pasien setelah pembedahan katarak.
3.13. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien katarak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI PENGLIHATAN
1.1. Pengertian Mata
Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada
foto reseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf (Stoane,
Eyhel 2003).
Mata adalah organ indera yang komplek yang peka cahaya. Dalam
wadah pelindungnya, masing-masing mata mempunyai suatu lapisan sel-sel
reseptor suatu sistem optik (kornea, lensa, akuos humoor, korpus vitreum)
untuk memusatkan cahaya pada reseptor dan sistem saraf untuk
mengantarkan impuls dari reseptor ke otak (Guyton, 1996).
1.2. Struktur Aksesori mata
1.2.1. Orbita adalah lekukan yang terisi bola mata.
a. Hanya seperlima rongga yang terisi bola mata; sisa rongga berisi
jaringan ikat dan adiposa, serta otot mata ekstrinsik yang berasal dari
orbita dan menginsersi bola mata.
b. Ada 2 lubang pada orbit; foramen optik berfungsi untuk lintasan saraf
optik dan arteri oplamik dan fisura orbital superior berfungsi untuk
lintasan saraf dan arteri yang berkaitan dengan otot mata.
1.2.2. Tiga pasang otot mata (dua pasang otot rektus dan satu pasang otot oblik)
memungkinkan mata untuk bergerak bebas ke arah vertikal, horizontal dan
menyilang).
1.2.3. Alis mata melindungi mata dari keringat; kelopak mata (palpebrae) atas dan
bawah melindungi mata dari kekeringan dan debu.
1.2.4. Fisura palpebral atau ruang antara kelopak mata atas dan bawah, ukurannya
bervariasi di antara individu dan menentukan penampakan mata.
1.2.5. Kantus medial terbentuk dari sambungan (junction) medial kelopak mata
atas dan bawah; kantus lateral terbentuk dari sambungan lateral kelopak
mata atas dan bawah.
1.2.6. Karunkel adalah elevasi kecil pada sambungan medial. Bagian ini berisi
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
1.2.7. Konjungtiva adalah lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi setiap
kelopak (konjungtiva palpebral) dan terlipat kembali di atas permukaan
anterior bola mata (bulbar atau okular, kongjungtiva)
1.2.8. Lempeng tarsal pada setiap kelopak mata adalah hubungan jaringan ikat
yang rapat. Kelenjar melbomian yang merupakan pembesaran kelenjar
sebasea pada lempeng tarsal, mensekresi barier berminyak untuk mencegah
air mata yang berlebihan pada kelopak mata bagian bawah.
1.2.9. Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata.
ini
membasahi
permukaan
mata
dan
mempertahankan
kelembabannya.
b. Berkedip menekan kelenjar lakrimal dan menyebabkan produksi air
mata
c. Airmata keluar melalui pungtum papila lakrimal, yang menyambung
kantong lakrimal. Kantong membuka ke dalam duktus nasolakrimal,
yang pada gilirannya akan masuk rongga nasal.
1.3.
Strukrtur mata
humor
penting
untuk
semacam
gel
transparan
yang
juga
berperan
untuk
BAB III
PEMBAHASAN
1. DEFINISI KATARAK
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (kongenital).
Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, pengggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi, pemajanan
yang lama dari sinar ultraviolet atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior
(Smeltzer, 2002).
Menurut Corwin (2011), katarak adalah penurunan progresif kejernihan
lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu dan ketajaman
penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara
normal terurai dan mengalami koagulasi.
Sedangkan menurut Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progresif.
Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya transparan
seperti kristal, jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari penuaan namun
dapat saja terjadi saat lahir. Katarak juga dapat berkaitan dengan trauma tumpul
atau penetrasi, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik
seperti Diabetes Mellitus, hipoparatiroidisme, pemajanan terhadap radiasi,
pemajanan terhadap cahaya yang terang atau cahaya matahari yang lama (cahaya
ultraviolet), atau kelainan mata lainnya (Brunner & Suddart, 2001).
10
a) Stadium Insipien
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum terganggu dengan
koreksi masih bisa 5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer
berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.
b) Stadium Imatur
11
3. ETIOLOGI KATARAK
Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya
katarak
bermacam-
macam. Umumnya adalah usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara
kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan
perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi kortikosteroid
metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti Diabetes Mellitus,
12
2)
1)
2)
3)
1)
2)
Diabetes
3)
4)
5)
13
sederet
panjang
pekerjaan
maupun
aktivitas
sehari-hari
yang
penyakit
Fabry,
hipokalsemia),
obat-obatan
sistemik
14
sekitar 90% penderita katarak berada pada usia diatas 65 tahun. Sekitar
50% orang yang berusia 75 sampai 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak (Ilyas, 2006).
Sebab para penderita katarak pada awalnya tidak menyadari jika
dirinya terkena penyakit tersebut. Sehingga pada umumnya mereka
menganggap daya penglihatannya berkurang diakibatkan faktor usia.
Makanya mereka enggan untuk berobat atau berkonsultasi kepada dokter.
Hal ini karena penyakit tersebut memang tidak langsung menyerang atau
terasa sakitnya. Sebab penyakit ini terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penderita tidak merasakannya (Ilyas, 2006).
Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada
mata, air matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu,
dan tidak bisa menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya
penderita akan melihat selaput seperti awan di depan penglihatannya.
Awan yang menutupi lensa mata tersebut akhirnya semakin merapat dan
menutup seluruh bagian mata. Bila sudah sampai tahap ini, penderita akan
kehilangan penglihatannya (Ilyas, 2006).
4.1.2
Gangguan Sistemik
Diabetes juga dapat menyebabkan penderita mengalami katarak
atau pandangan menjadi buram akibat rusaknya lensa mata. Rusaknya
lensa mata ini disebabkan karena gula membentuk suatu lapisan dan
menutup lensa mata sehingga menghalangi cahaya yang masuk ke bola
mata. Katarak dapat disembuhkan melalui operasi mata dengan cara
menggantikan lensa mata yang rusak dengan lensa plastik (Ilyas, 2006).
Katarak umumnya merupakan masalah bagi orang usia lanjut,
tetapi pada penderita Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik
katarak dapat terjadi pada usia yang lebih muda. Diperkirakan proses
terjadinya katarak pada penderita Diabetes Mellitus adalah akibat
penumpukkan zat-zat sisa metabolisme gula oleh sel-sel lensa mata.
Dalam keadaan kadar gula normal, penumpukkan at-zat sisa ini tidak
terjadi. Bila kadar gula darah meningkat, maka perubahan glukosa oleh
aldose reduktase menjadi sorbitol meningkat. Selain itu perubahan sorbitol
15
menjadi fruktosa relatif lambat dan tidak seimbang sehingga kadar sorbitol
dalam lensa mata meningkat (Ilyas, 2006).
Disusun suatu hipotesa bahwa sarbitol menaikkan tekanan osmose
intraseluler dengan akibat meningkatkan water uptake dan selanjutnya
secara langsung maupun tidak langsung terbentuklah katarak. Pengaruh
klinis yang lama akan mengakibatkan terjadinya katarak lebih dini pada
pasien diabetes dibandingkan dengan pasien non diabetes (Ilyas, 2006).
4.2 Faktor Presipitasi
4.2.1 Cedera atau trauma pada lensa mata.
Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh
bubungan bertulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk
membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi
benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Meskipun demikian,
mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera,
kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat.
Cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai
fungsi penglihatan (Ilyas, 2006).
Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga
kemungkinan
merusak
struktur
pada
permukaan
(kelopak
mata,
konjungtiva, sklera, kornea dan lensa) dan struktur mata bagian belakang
(retina dan persarafan). Benturan tumpul juga bisa menyebabkan patah
tulang di sekeliling mata (Ilyas, 2006).
Dalam 24 jam pertama setelah terjadinya cedera, darah yang
merembes ke dalam kulit di sekitar mata biasanya menyebabkan memar
(kontusio), biasanya disebut mata hitam. Jika suatu pembuluh darah di
permukaan mata pecah, maka permukaan mata akan menjadi merah.
Perdarahan ini biasanya bersifat ringan (Ilyas, 2006).
Kerusakan pada mata bagian dalam seringkali lebih serius
dibandingkan kerusakan pada permukaan mata. Perdarahan di dalam bilik
16
4.2.2
5.
PATOFISIOLOGI KATARAK
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
18
19
lensa menjadi kaku dan kurang transparan. Lensa menjadi kurang mampu
mengubah bentuknya untuk memfokuskan benda pada retina sehingga
menyebabkan benda tampak kabur. Kualitas penglihatan sering menurun pada
lansia. Lensa juga dapat menjadi legap (keruh) sejalan dengan penuaan, kondisi
yang dikenal sebagai katarak. Katarak lebih lanjut membatasi penglihatan.
(Corwin, 2007)
Pada metabolisme lensa normal, transparansi lensa dipertahankan oleh
keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari
humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian lensa lebih tinggi di
bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar ion Na
masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K
dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap
dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase (Corwin, 2007).
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).
Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose,
juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase
adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol diubah
menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehydrogenase. (Corwin, 2007)
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan
kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering
terjadi pada kedua mata.
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak
merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan
kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat
larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami
peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh
kompresi sentral serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi
dikorteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lamalama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering
bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan
20
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian
lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea
dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan
semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai
bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa menjadi putih
susu kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dank lien
mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Indriana, 2004).
6. PATHWAY KATARAK
Terlampir
7. MANIFESTASI KLINIS KATARAK
7.1 Penurunan ketajaman penglihatan, ketidakmampuan untuk membelalak,
penglihatan menjadi redup atau kabur dengan penyimpangan gambar,
penglihatan malam hari memburuk.
7.2 Pupil mata dapat terlihat kekuningan, abu-abu, putih. Terjadi secara bertahap
selama periode tahunan, dan sejalan dengan memburuknya katarak, maka
kacamata yang paling kuat sekali pun tidak akan dapat menolong lagi.
(Brunner & Suddart, 2001)
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Smeltzer, 2002).
21
22
dalam mata yang lain seperti misalnya perubahan keadaan pada retina atau
kerusakan saraf mata yang meneruskan perintah dari mata ke otak sehingga
menyebabkan kebutaan pada mata (dr. Anies, 2006).
Suatu opastitas pada lensa mata:
a) Menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri
b) Menyebabkan rasa silau
c) Dapat mengubah kelainan refraksi
Pada
bayi
katarak
dapat
mengakibatkan
ambliopia
(kegagalan
23
24
semakin kecil.
Pemeriksaan Lampu Celah (Slit-lamp)
Melihat semua susunan mata bagian depan dengan pembesaran. Dengan
alat ini dapat dilihat keadaan kornea, manik mata (pupil), selaput hitam
25
dan lensa. Pemeriksaan mata dengan pupil mata dilebarkan untuk melihat
8.1.3
untuk
mendapatkan
kekuatan
refraksi
pasca
bedah.
8.2.4
8.2.5
atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut
selama beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang
pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata.
Perlindungan pada malam hari dengan pelindung logam diperlukan selama
beberapa minggu. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah
operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa
intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (Vaughan, 2000).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dari
penggantian lensa dengan implant plastic. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat sebagai kasus perawatan
sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit (Bruce James, 2006).
Operasi ini dapat dilakukan dengan
a) Insisi pada luas perifer kornea atau sclera anterior, diikuti oleh ekstraksi
katarak ekstrakapsular (EKKE). Insisi harus dijahit.
b) Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui
insisi yang lebih kecil dikornea atau sclera anterior. Biasanya tidak dibutuhkan
penjahitan.
Kekuatan implant lensa intraocular yang akan digunakan dalam operasi
dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan
kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa
sebelumnya dihitung sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk
penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral
dan terdeteksi katarak mata tersebut yang membutuhkan operasi. Jangan biarkan
pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata (Bruce James, 2006).
Pasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresapan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien akan membutukan kacamata untuk pekerjaan jarak
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
28
Definisi
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
Kontraindikasi
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
Definisi
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior,
perencanaan
implantasi
sekunder
lensa
intra
ocular,
29
Kontraindikasi
Tindakan ini memerlukan integritas zonular untuk pengangkatan
3) Fakoemulsifikasi
Definisi
Fakoemulsifikasi mengacu pada operasi, dimana katarak rusak
dengan energi ultrasound dan diangkat melalui sayatan kecil. Karena
operasi dilakukan melalui sayatan kecil, pemulihan pun cepat. Banyak
pasien mencapai penglihatan yang baik pada hari pertama setelah operasi.
Dalam kebanyakan kasus, jahitan tidak diperlukan, sehingga pemulihan
lebih cepat dan kenyamanan yang lebih baik setelah operasi. Karena
fakoemulsifikasi merupakan operasi cepat dan aman, kebanyakan pasien
melakukan operasi ini sebagai prosedur yang tidak harus inap rumah
sakit. Operasi fakoemulsifikasi biasanya membutuhkan waktu 20-30
menit.
30
Kontraindikasi
Apabila terjadi robekan pada kapsul posterior, material lensa bisa
32
pula
serbukan
fagosit
atau
makrofag
yang berfungsi
33
aspirasi-irigasi.
12.3.2. Prolaps iris
Komplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah
operasi dan penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga
terjadi karena komplikasi prolapse vitreus selama operasi. Keadaan ini
merupakan penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya
komplikasi seperti penyembuhan luka yang lama, epithelial downgrowth,
konjungtivitis kronis, endoftalmitis, edema macular kistoid dan kadang
kadang ophtalmia simpatika.
12.3.3. Endoftalmitis Akut
Secara umum endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan
visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya
timbul 2-5 hari pasca operasi. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak
adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus
coagulase negatif yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab
terbanyak endoftalmitis akut bila dibandingkan dengan gram negatif.Untuk
gram negatif, kuman penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeroginosa.
Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya
cukup untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obatobat imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih
resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus.
12.3.4. Descemet Fold
Keadaan ini paling sering disebabkan oleh operasi pada endotel
kornea.Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk
35
dengan
kapsul
posterior.
Faktor-faktor
yang
diketahui
disisio
atau
kapsulotomi
posterior.
Kapsulotomi
dapat
36
humor/vitreus
posterior.
12.4.6. Endoftalmitis Kronik
37
pasti
timbulnya
ablasi
retina
masih
belum
38
Patogenesisnya
tidak
diketahui,
kemungkinan
karena
39
13.
40
diantaranya:
batuk,
membungkuk,
mengejan,
bersin,
mengangkat benda berat >10 kg, tidur berbaring disisi yang dioperasi.
6) Mata tidak boleh terkena air selama tiga minggu pertama.
7) Membersihkan bagian-bagian keras pada bulu mata dengan salep
antibiotic dan/atau Q-Tip.
8) Berikan obat-obat tetes mata mata sesuai resep dokter. Untuk mencegah
infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama
beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata.
9) Observasi adanya peningkatan TIO yang ditandai dengan : Nyeri hebat,
mual, muntah.
10) Obserrvasi adanya tanda-tanda infeksi, dan anjurkan pasien untuk tidak
menggosok mata untuk mencgah terjadinya infeksi. Anjurkan paien
mencuci tangan sebelum memberikan salep/obat tetes mata.
11) Observasi adanta tanda-tanda perdarahan ruang mata anterior yang
ditandai dengan perubahan pandangan
12) Observassi adanya tanda Retinal detachment, yang ditandai dengan
tampaknya titik hitam, peningkatan jumlah floaters atau sinar dan
hilangnya sebagian/seluruh lapang pandang.
13) Membantu semua aktivitas untuk meminimalkan ketegangan
14) Memeriksa balutan dan melaporkan adanya drainase.
(Barbara, 2003)
14.
41
15.
ASUHAN KEPERAWATAN
15.1
Pengkajian
15.1.1 Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk
15.1.2 Riwayat Kesehatan
1 Riwayat kesehatan
42
Keluhan utama
Pasien mengeluhkan bahwa penglihatannya menurun.Susah melihat
kakek-nenek.
43
bersisa.
Pola neurosensori :
Klien mengatakan matanya kabur, jika melihat sinar yang terang
terasa silau, dan benda yang ia lihat tampak berbayang dan ia
keterbatasan penglihatannya.
Pola nyeri/ketidaknyamanan :
Klien mengatakan ketidaknyamanan yang ia rasakan karena
penglihatannya yang semakin kabur dan silau saat melihat sinar
terang.
d) Pemeriksaan penunjang :
Snellen chart : tidak dapat melihat dengan jelas huruf-huruf yang
44
katarak.
Pemeriksaan
khusus
mata
yang
penting
3)
prosedur
pembedahan
dan
45
Intervensi
Rasional
Kaji dan dokumentasikan ketajaman Menetukan seberapa bagus visus pasien
penglihatan (visus) dasar,
Orientasikan pasien akan lingkungan fisik Memberikan
data
dasar
tentang
sekitarnya, bunyi dan pendengarannya.
pandangan akurat pasien dan bagaimana
hal tersebut mempengaruhi perawatan
Pendekatan pada sisi yang tidak dioperasi Bantuan orientasi
Jelaskan bahwa pandangan tidak akan Meningkatkan kesadaran akan gangguan
normal sampai luka sembuh dan bila sensori yang terjadi
perlu menggunakan kacamata
Cegah sinar yang menyilaukan
Mencegah distres dari sinar yang
menyilaukan
Optimalisasi
lingkungan
untuk Pengaturan posisi tempat tidur berada
menurunkan risiko cedera
dalam posisi rendah dan pasang
pengaman tempat tidur.menyingkirkan
benda-benda yang mudah jatuh pada area
yang dilewati pasien untuk ambulasi dan
meletakkan bel pemanggil, tisu, telepon
atau pengontrol di tempat yang mudah
dijangkau.
Dx : Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan dan
kemungkinan hilang pandangan
Tujuan : kecemasan berkurang
Kriteria evaluasi :
1) Tanda-tanda cemas berkurang
2) Mengungkap perasaan secara verbal dan rileks
Intervensi
Berikan pasien suatu kemungkianan
untuk
mengeksplorasikan
perhatian
tentang
kemungkinan
hilangnya
penglihatan
Eksplorasi pemahaman tentang katarak,
kejadian pra dan pasca operasi, koreksi
beberapa kesalahpahaman dan jawab
pertanyaan dengan sabar
Rasional
Memberitahukan
bisa
membantu
mengurangi
kecemasan
dan
mengidentifikasi ketakutan spesifik
Informasikan mengurangi ketidakpastian
dan membantu pasien meningkatkan
Kontrol
dan
merasa
kecemasan
berkurang
46
Rasional
Meningkatkan pemahaman dan kerja
sama pasien
Pasien dan anggota keluarga harus
dipersiapkan untuk prosedur ini dengan
memberikan informasi mengenai yang
mungkin akan dialami sebelum dan
setelah pembedahan laser. Kebanyakan
orang takut terhadap laser, dan ansietas
ini dapat mengakibatkan agitasi, gerakan,
atau
sinkop
selama
prosedur
dilaksanakan. Pasien harus diberi
informasi bahwa akan diberi tetes
anestesi sebelum tindakan, bahwa mereka
akan didudukkan dengan nyaman dengan
kepala diposisikan pada penyangga
kepala,
dan
ahli
bedah
akan
menstabilisasi mata. Mereka harus diberi
tahu akan terasa kesemutan, kilatan
cahaya, dan suara berdenting logam
setiap kali pemberian. Pasien diberi
informasi untuk segera memberi tahu ahli
bedah bila mereka merasa akan pingsan.
Jelaskan kepada pasien aktivitas yang Kegiatan yang bisa meningkatkan TIO
boleh dilakukan pasca operasi
dapat dihindari. Pascaoperasi pasien
kemungkina akan mengalami penglihatan
yang kabur setiap 1 jam dan sedikit rasa
tak nyaman. Maka, harus direncanakan
bagaimana transportasi ke rumah. Pasien
mungkin merasakan nyeri tumpul pada
mata. Nyeri kepala pascaoperasi dapat
47
dikurangi
dengan
acetaminophen.
Biasanya tak ada pantangan diet maupun
aktivitas
Demonstrasikan teknik membersihkan Teknik yang baik mengurangi resiko
mata, yaitu dari kuntus dalam ke luar penyebaran bakteri di mata
menggunakan kapas bersih
Anjurkan pasien untuk segera lapor Memerlukan penanganan yang segera
dokter bila ada keluhan-keluhan
1.
2.
3.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis intraoperatif ekstraksi katarak yang lazim adalah sebagai berikut.
a) Risiko cedera berhubungan dengan trauma prosedur pembedahan.
b) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entre luka pembedahan
Rencana Intervensi
Tujuan utama asuhan keperawatan pada jenis pembedahan ekstraksi
katarak adalah menurunkan cidera, pencegahan kontaminasi intraoperatif dan
optimalisasi hasil pembedahan. Kriteria yang diharapkan meliputi: pada saat
masuk ruang pemulihan kondisi TTV dalam batas normal, tidak terdapat adanya
cedera sekunder dari trauma prosedur bedah dan luka pascabedah tetutup kasa.
Rencana yang disusun dan akan dilaksanakan pada baik pada risiko cedera
maupun risiko infeksi adalah sebagai berikut.
Intervensi
Kaji ulang identitas pasien
Rasional
Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identitas dan kardeks pasien. Lihat kembali
lembar persetujuan tindakan, riwayat
kesehatan, hasil pemeriksaan fisik dan
berbagai hasil pemeriksaan diagnostic.
Pastikan bahwa alat protese dan barang
berharga telah dilepas dan diperiksa kembali
rencana perawatan praoperatif yang berkaitan
dengan rencana perawatan intraoperatif.
Sarana scrub, meliputi cairan antiseptic cuci
48
49
Gambar 5. Kiri: perawat periopratif berkomunikasi dengan pasien agar pasien bisa
kooperatif dalam pengaturan posisi sewaktu berada di atas meja bedah. Tengah:
perawat perioperaktif membersihkan area mata sambil memberikan dukungan psikologi
dan menjelaskan secara ringkas prosedur ekstraksi katarak yang akan dilakukan. Karena
prosedur bedah ini dilakukan dengan pasien dalam kondisi sadar, maka pemenuhan
informasi dapat meningkatkan respons kooperatif yang baik pasien. Kanan: pengaturan
posisi lengan dengan menjaga akses intravena dan manset tekanan darah. Posisi kepala
berada pada depan meja bedah dan posisi leher yang sejajar dengan kurvatura tulang
belakang dan posisi endotrakeal dalam posisi optimal.
Bersihkan area mata Pembersihan area mata bertujuan untuk mencegah adanya
dan
lakukan benda asing yang mengganggu intervensi bedah. Pemberian
pemberian tetes mata obat profilaksis diharapkan menurunkan resiko infeksi
profilaksis antibiotic
intraoperasi.
Lakukan manajeman Manajemen asepsis dilakukan untuk menghindari kontrak
asepsis intraoperasi
dengan zona steril meliputi pemakaian baju bedah,
pemakaian sarung tangan, persiapan kulit, pemasangan
duk, penyerahan alat yang diperlukan perawat instrumen
yang dengan perawat sirkulasi
Manajemen asepsis intraoperasi merupakan tanggungjawab
perawat instrumen dengan mempertahankan integritas
lapangan steril selama pembedahan dan bertanggungjawab
untuk mengomunikasikan kepada tim bedah setiap
pelanggaran teknik aseptif atau kontaminasi yang terjadi
selama pembedahan.
Gambar 6. Perawat instrumen yang sudah scrub melakukan desinfeksi pada area
bedah menggunakan iodine povidum dengan cara swabbing dari arah dalam de arah
luar secara memutar.
50
Gambar 7. Setelah desinfeksi, perawat memasang duk untuk membuat area bedah.
Gambar 8. Kiri: perawat instrumen melakukan fiksasi keempat sudut duk dengan
penjepit. Kanan: area bedah dibersihkan dari bekas iodine povidum
Lakukan pemasangan
Reflaktor mata di perlukan untuk memudahkan akses bedah
reflaktor mata
51
Gambar 10. Perawat asisten melakukan desinfeksi dengan iodine povidum dan
dengan normal saline.
Lakukan peran
Pada bedah mata pertawat di tantang dengan pelaksanaan
asistensi beadah
asistensi menyeluruh pada setiap intervensi bedah. Pada
selama intraoperatif
pelaksanaannya, perawat intraoperatif bedah mata harus
menyesuaikan intervensi sesuai kebutuhan ahli bedah agar
pelaksanaan dapat berjalan optimal.
Gambar 11. Pada saat ahli bedah melakukan intervensi, perawat asisten melakukan
irigasi cairan normal saline dengan menggunakan spuit untuk mempermudah askes
bedah.
Bantu ahli bedah pada
Tujuan bedah adalah melakukan ekstraksi bedah. Perwat
saat melakukan
asisten bedah membantu ahli bedah agar tujuan
ekstraksi katarak
pembedahan dapat tercapai secara optimal.
Gambar 12. Proses ekstraksi katarak. Peran perawat perioperaktif sangat penting
membantu ahli bedaah sebagai agar tujuan pembedahan dapat terlaksana secara
optimal.
Bantu ahli bedah
Prosedur penutupan jaringan dilakukan setelah tujuan
dalam penutupan
pembedahan sudah selesai dilaksanakan.
jaringan
52
Gambar 14. Perawat menutup luka dengan kasa anti bakteri dan ditutup dengan
kasa serta diplester adhesive secara keseluruhan.
Rapikan dan
Instrumen dibersihkan di tempat pembersihan dengan air yang
bersihkan instrumen
mengalir. Perawat membersihkan seluruh bagian instrumen
dari sisa pembedahan. Instrumen yang telah dikeringkan
kemudian dipaket untuk di sterlisisasi kembali.
Lakukan dokumentasi Catatan keperwatan intraoperatif diisi lengkap sebelum pasien
intraoperatif
di pindahkan ke ruang pulih sadar agar asuhan keperwatan
yang di berikan berkesinambungan.
Pasien rawat
jalan
Kepala pasien tidak boleh digerakan saat dipindah dari meja operasi ke
tempat tidur. Penting untuk memberitahu pasien sebelum menyetuh pasien yang
buta atau menggunakan perban mata. Observasi keadaan umum pasien. Pasien
53
biasanya dirawat di ruang pemulihan selama 2-3 jam pasca operasi. Mual dan
muntah dapat menyebabkan kerusakan pada jaitan mata. Oleh karena itu, luka
pasien merasa mual, harus segera diberi obat antiemetik dan tidak memberikan
makanan dan minuman. Nyeri mendadak pada mata atau perubahan visus
merupakan indikasi perdarahan dan harus mendapatkan perhatian medis segera.
bebat mata. Bebat mata biasanya diletakan pada mata yang telah
dioperasi. Jika diperlukan pembatasan gerak mata, maka kedua gerakan mata,
maka kedua mata dibebat. Saat melakukan bebat pada mata, mulai dengan cuci
tangan, lalu bersihkan kulit dahi dan pipi pasien, dan siapkan plaster nonalergik
untuk mengamankan bebat. Beritahu pasien untuk menutup kedua mata dan
letakan kasa di atas kelopak mata yang akan dibebat. Pasang plester di atas kasa
secara diagonal dari pipi ke dahi. Jika diperlukan balutan tekan (misalnya pada
pembedahan retina), gunakan dua kasa (lihat cara pemasangan balutan mata).
Untuk proteksi lebih lanjut atau untuk tidur, shield plastik atau logam
diletakkan di atas bebat. Setelah penyembuhan, shield digunakan pada mata tanpa
bebat dibawahnya. Hal ini diperlukan selama 2-6 minggu bergantung pada
instruksi medis.
Medikasi. Instruksi yang berhubungan dengan medikasi pascaoperasi dan
jadwal diberikan sebelum pasien pulang. Pasien atau anggota keluarga lain yang
berkepentingan diberitahukan cara memberikan obat mata.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Katarak adalah suatu keabnormalan yang terjadi di lensa mata, yang mana
menyebabkan penglihatan menjadi berkurang. Keabnormalan ini disebabkan oleh
terurainya protein-protein.
54
Katarak ini memiliki klasifikasi antara lain : Katarak terkait usia (katarak
senilis), katarak anak-anak, katarak traumatik, katarak komplikata, katarak akibat
penyakit sistemik, katarak toksik dan katarak ikutan.
Katarak dapat diatasi dengan cara prosedur operasi/bedah, penggunaan
kacamata, obat aldose reductase inhibitor, dan obat-obat lainnya.
B. SARAN
Agar katarak tidak dapat menyerang kita, maka pencegahan utama
penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab yang berhubungan
dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya
katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan kacamata
hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari. cara ini dapat mengurangi
sinar UV yang masuk ke dalam mata. Selain itu berhenti merokok juga bisa
mengurangi resiko terjadinya katarak (Gindjing, 2006)
Selain itu, cara pencegahan katarak yang terbaik adalah mengurangi atau
mengendalikan faktor-faktor risiko terjadinya katarak. Faktor-faktor risiko katarak
itu ada yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi faktor umur,
gender dan genetik, pengaruh faktor ini tidak mungkin dimanipulasi. Sedangkan
faktor ekstrinsik meliputi penyakit, penggunaan obat tertentu, paparan sinar
matahari, merokok, minuman beralkohol, ketidakseimbangan nutrisi dan adanya
ruda paksa pada bola mata. Faktor-faktor ini masih dapat dikendalikan seperti
mengonsumsi cukup protein dan vitamin, menghentikan kebiasaan merokok atau
minum minuman beralkohol, memakai pelindung mata atau kacamata dan lainlain (Djatikusumo, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin H et al. 2013. NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta:
Mediaction Publishing.
Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.
Jakarta: EGC.
Ilyas, H Sidarta. 2006. Katarak Lensa Mata Keruh Edisi Kedua. Jakarta: FKUI.
55
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung
Waluyo. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Alih Bahasa.
Jakarta: EGC.
Hegner, Barbara R. 2003. Asisten Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Elizabeth J. Corwin. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Ilyas DSM, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2013
American Academy of Opthalmology, Basic and aclinical Science Course. Lens
and Cataract. Section 11. San Fransisco : American Academy of
Opthalmology : 17-22, 81-97, 103-10 Diakses tanggal 6 Oktober 2014
kBoyd FB. Highlight of opthalmology. World atlas series of ophthalmic surgery.
Vol 1. Eldorado : Highlight Opthalmology Intl : 123-4. 172-75. Diakses
tanggal 6 Oktober 2014
Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17 th ed. USA : Mc GrawHill; 2007. Diakses tanggal 6 Oktober 2014
(buku kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1 editor arif mansjoer)
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31307/5/Chapter%201.pdf.
Diakses
05
oktober 2014
56
Ming,PorYong,
january
2011,
Jerry
Tan
Eye
Surgery,
edisi
6,http://www.jerrytaneyesurgery.com/docs/operasi_katarak_kencan_edisi_6_t
ahun_1_2011_id.pdf, 05 oktober 2014
Sulistyawati,
Anny,
January
2001,
vol
1,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33580/5/Chapter%20I.pdf, 05
oktober 2014
Muttaqin Arif.2011.Keperawatan Bedah Komperatif.Jakarta:Medika Salemba
57