Anda di halaman 1dari 8

Terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS)

salah satu keputusan KMB di Den Haag Belanda adalah Indonesia


menjadi negara serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat. untuk
membentuk RIS tersebut, pada tanggal 14 Desember 1949 para wakil
pemerintah yang akan menjadi bagian dari RIS, NIP, dan DPR
mengadakan sidan di jakarta. sidang tersebut berhasil menyetujui naskah
konstitusi untuk RIS yang dikenal sebagai UUD RIS. pada tanggal 16
Desember 1949 diadakan sidang pemilihan presiden RIS di gedung
Kepatihan, Yogyakarta oleh wakil dari enam belas negara bagian. sidang
itu dipimpin oleh ketua dan wakil ketua panitia persiapan nasional,
Muh.Roem dan Anak Agung Gede Agung. calon presiden RIS adalah Ir.
Sukarno sebab ketokohannya paling populer, baik diwilayah RI maupun di
lingkungan BFO.
pada tanggal 17 Desember 1949 diadakan upacara pelantikan presiden
RIS di Bangsal Sitinggil, Keraton Yogyakarta. setelah dilantik, presiden
sukarno menunju empat formatur kabinet, yaitu Drs. Moh. Hatta, Sri
Sultan Hamengku Buwana IX, Anak Agung Gede Agung, dan Sultan Hamid
Algadrie. Drs. Moh. Hatta terpilih menjadi perdana menteri yang akan
memimpin Kabinet RIS. berdasarkan UUD RIS, maka DPR-RIS terdiri atas
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Negara yang disebut
Senat. jumlah anggota DPR ada 150 orang, terdiri atas 50 orang dari RI
dan 100 orang dari lingkungan BFO. jumlah anggota senat ada 32 orang.
Setiap negara bagian mengirimkan dua orang wakilnya. Kepala Negara
RIS adalah Presiden. Presiden RIS berstatus sebagai presiden
konstitusional sehingga tidak mempunyai kekuasaan untuk memerintah.
Kekuasaan pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.
Presiden hanya mempunyai wewenang untuk mengesahkan hasil putusan
kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. Dengan demikian, sistem
demokrasi yang diterapkan pada RIS adalah demokrasi Liberl seperti
yang diterapkan di Belanda dan RI sejak Sultan Syahrir berkuasa.
Selasa, 27 Desember 2011 - 09:28:48 WIB
Peristiwa Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia, 27
Desember 1949
Oleh:
Mansur
Hidayat
(Ketua
MPPM
Timur)
Pada
hari
ini,
62
tahun
yang
lampau

tepatnya
pada tanggal 27 desember 1949 terjadi peristiwa yang sangat
monumental dalam perjalanan kenegaraan di negeri ini. Pada tanggal itu
terjadi upacara pengakuan kedaulatan (soevereiniteitsoverdracht) di dua
tempat yang berbeda yaitu di di istana Op de Dam, Amsterdam, Belanda
yang dilakukan oleh Ratu Belanda Juliana kepada Perdana Menteri Republik
Indonesia Serikat (RIS) yaitu Mohammad Hatta dan di Jakarta yaitu di
Istana Rijswijk (Istana Merdeka) dimana wakil Mahkota Agung Belanda
Tony Lovink kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Secara sekilas upacara penyerahan kedaulatan ini terkesan biasa-biasa
saja dan jarang dirayakan dalam upcara kenegaraan di Republik Indonesia.
Akan tetaapi sebenarnya banyak catatan,renungan maupun hikmah yang
bisa kita ambil dalam menilai peristiwa yang sangat monumental dalm
sejarah perjuangan dan lahirnya negara Republik Indonesia.
Proklamasi 17 agustus 1945 yang ditanda tangani oleh Bung Karno dan
Bung Hatta ternyata tidak serta merta membuat Belanda mengakui
kemerdekaan dan kedaualatan negara Republik Indonesia yang merupakan
bekas jajahannya sebagai negara baru dan berdaulat. Belanda menilai
Proklamasi 17 agustus 1945 itu sebagai perbuatan makar dan mesti
dibasmi sehingga mereka melakukan tindakan pendudukan Republik
Indonesia dengan membonceng tentara sekutu. Ketika taktik seperti ini tidak
berhasil maka pihak Belanda pada tahun 1947 dan 1948 melakukan Agresi
Militer terhadap Republik Indonesia. Belanda menganggap penyerangan ini
bukanlah suatu Agresi, akan tetapi merupakan aksi polisionil pemerintah
yang sah terhadap para pemberontak dan ekstrimis karena mereka tidak
pernah mengakui proklamasi 17 agustus 1945.
Agresi militer Belanda inilah yang membuat rakyat Indonesia bahumembahu mengangkat senjata baik itu Tentara Nasional Indonesia (TNI),
Laskar rakyat, pemuda sampai tokoh agama dalam melawan Belanda dan
mempertahankan kemerdekaan. Karena perjuangan bersenjata yang sangat
dahsyat tersebut dan tekanan dunia internasional, maka pihak Belanda
mulai menerima cara diplomasi dengan mengadakan perjanjian mulai dari
perjanjian Linggar Jati, Perjanjian Renville sampai Rom Royen. Perjanjianperjanjian yang dilakukan pihak Republik Indonesia dengan Belanda ini
ternyata banyak merugikan pihak Indonesia dan hendak dimanfaatkan oleh
Belanda untuk memperkuat kembali penjajahannya di nusantara. Namun
ternyata sejarah berbicara lain, semuanya bisa berbalik ketika diadakan
Konferensi Meja Bundar yang diadakan dinegeri Belanda sendiri.
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah suatu konferensi puncak anatar
pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda untuk membicarakan
nasib Republik Indonesia yang baru lahir. Delegasi Republik Indonesia
dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Hatta , sedangkan Belanda
dipimp[in oleh Perdana Menteri Willem Dress . Namun apa yang terjadi,
ternyata hasil KMB yang dimulai pada tanggal 23 Agustus- 2 Nopember ini
sangat menguntungkan Republik Indonesia dimana pihak Belanda mengakui
kedaulatan Republik Indonesia kecuali Irian Barat.Puncak dari kemenangan
diplomasi ini dirayakan suka cita oleh seluruh rakat Indonesia dan
kembalinya TNI maupun laskar-laskar perjuangan dari gunung-gunung ke
kota-kota seperti yang dilakukan Jendral Sudirman ketika kembali ke

Yogya.
Oleh karena itu tanggal 27 desember merupakan hari kemenangan
diplomasi Republik Indonesia dan Pembebasan penderitaan rakyat
Indonesia dari ancaman perang dan penjajahan Belanda yang membuat
rakyat indonesia bersuka cita melupakan kesedihan dan penderitaan selama
masa perang dan revolusi selama bertahun-tahun.

PERJUANGAN MEWUJUDKAN KEMBALI NEGARA


KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Belanda yang ingin kembali menguasai wilayah Indonesia terus
melakukan tindakan-tindakan untuk merebut kembali wilayah-wilayah
Indonesia. Wilayah Indonesia berhasil dipecah-pecah oleh Belanda. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia berjuang untuk merebut kembali wilayahwilayahnya baiik melalui perjuangan bersenjata maupun melalui jalan
perundingan.
A.Negara-negara Boneka Bentukan Belanda
Negara boneka adalah negara yang secara resmi merdeka dan diakui
kedaulatannya namun secara de-facto berada di bawah kontrol negara
lainnya. Negara boneka secara harfiah berarti negara di mana
pemerintahannya dapat disamakan seperti boneka yang dimainkan oleh
pemerintah negara lainnya sebagai dalang.
Untuk menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia, salah satu cara
yang dilakukan oleh Belanda adalah dengan membentuk negara-negara
boneka. Tujuannya adalah untuk mengepung kedudukan pemerintahan
Republik Indonesia atau mempersempit wilayah kekuasaan Republik
Indonesia. Setiap negara bagian atau negara boneka yang diciptakan
Belanda tersebut dipimpin oleh seorang yang ditunjuk oleh Belanda.
Melalui negara-negara boneka yang dibentuknya, Belanda membentuk
Pemerintahan Federal dengan Van Mook sebagai kepala
pemerintahannya. Dalam Konferensi Federal di Bandung pada tanggal 27
Mei 1948 lahirlah Badan Permusyawaratan Federal (BFO). Di dalam BFO
terhimpun negara-negara boneka ciptaan Belanda.
Berikut adalah negara-negara boneka ciptaan Belanda:
1.Negara Indonesia Timur
Negara Indonesia Timur berdiri pada bulan Desember 1946. Wilayah
kekuasaannya meliputi sebelah timur Selat makassar dan Selat Bali.
Negara Indonesia Timur dikepalai oleh Cokorda Gde Raka Sukawati.
2.Negara Sumatera Timur
Negara Sumatera Timur didirikan pada tanggal 25 Desember 1945 dan
diresmikan pada 16 Februari 1947. Wilayahnya meliputi Medan dan
sekitarnya. Negara Sumatera Timur dikepalai oleh Dr. Mansur
3.Negara Sumatera Selatan
Negara Sumatera Selatan didirikan pada 30 agustus 1948. Wilayahnya
meliputi Palembang dan sekitarnya. Negara Sumatera Selatan dikepalai
oleh Abdul malik.
4.Negara Jawa Timur
Negara Jawa Timur berdiri pada tanggal 26 Nopember 1948. Wilayahnya

meliputi Surabaya, malang, dan daerah-daerah sebelah timur hingga ke


Banyuwangi. Negara Jawa Timur dikepalai oleh R.T. Kusumonegoro.
5.Negara Pasundan
Negara Pasundan berdiri pada tanggal 26 Februari 1948. Wilayahnya
meliputi daerah Priangan, Jawa Barat dan sekitarnya. Negara Pasundan
dikepalai oleh R.A.A. Wiranatakusumah.
6.Negara Madura
Negara madura berdiri pada tanggal 16 Januari 1948. Wilayahnya
meliputi Pulau Madura dan sekitarnya. Negara Madura dikepalai oleh
Cakraningrat.
Selain negara-negara boneka yang diciptakan oleh Belanda, terdapat
juga daerah-daerah yang meiliki otonomi seperti kalimantan barat,
dayak Besar, Banjar, kalimantan Tenggara, jawa Tengah, Bangka,
Belitung, dan Riau. Daerah-daerah tersebut dikepalai oleh Sultan Hamid
II.
B.Perjanjian Roem-Royen
Latar belakang
Meskipun kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, Belanda tetap
saja tidak mau mengakui kelahiran negara indonesia. Dan Belanda pun
membuat negara boneka yang bertujuan mempersempit wilayah
kekuasaan Republik Indonesia. Negara boneka tersebut dipimpin oleh
Van Mook. Dan Belanda mengadakan konferensi pembentukan Badan
Permusyawaratan Federal(BFO) 27 Mei 1948.
Dan pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda mengadakan Agresi
Militer Belanda dengan menyerang kota Yogyakarta dan menawan
Presiden dan Wakil Presiden beserta pejabat lainnya. Namun sebelum itu
Presiden mengirimkan radiogram kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara
yang mengadakan perjalanan di Sumatera untuk membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Dengan begitu Indonesia menunjukkan kegigihan mempertahankan
wilayahnya dari segala agresi Belanda. Akhirnya konflik bersenjata harus
segera diakhiri dengan jalan diplomasi. Dan atas inisiatif Komisi PBB
untuk Indonesia, maka pada tanggal 14 April 1949 diadakan perundingan
di Jakarta di bawah pimpinan Merle Cochran, Anggota Komisi Amerika.
Hasil Perundingan
Perjanjian Roem Royen adalah sebuah perjanjian antara Indonesia
dengan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949, kemudian
dibacakan kesanggupan kedua belah pihak untuk melaksanakan resolusi
dewan keamanan PBB tertanggal 28 januari 1949 dan persetujuannya
tanggal 23 Maret 1949. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi,
Mohammad Roem dan J. H. van Roijen.
Pernyataan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Mr. Roem :
1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas
gerilya
2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja
Bundar
3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi
militer dan membebaskan semua tawanan perang

Pernyataan delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. H.J. Van Royen :


1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Republik Indonesia
harus bebas dan leluasa melakukan kewajiban dalam satu daerah yang
meliputi Karesidenan Yogyakarta.
2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tak bersyarat pemimpinpemimpin republic Indonesia dan tahanan politik yang ditawan sejak
tanggal 19 Desember 1948.
3. Pemerintah Belanda setuju bahwa Republik Indonesia akan menjadi
bagian dari Republik Indonesia Serikat. Konferensi Meja Bundar (KMB)
akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah Republik
Indonesia kembali ke Yogyakarta.
Pada tanggal 22 Juni 1949 diselenggarakan perundingan segitiga antara
Republik Indonesia, BFO dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang
dipimpin oleh Chritchley, diadakan dan menghasilkan keputusan:
1. Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa
syarat sesuai perjanjian Renville pada 1948
2. Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan
dasar sukarela dan persamaan hak
3. Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan
kewajiban kepada Indonesia
Dampak
Dengan tercapainya kesepakatan dalam perundingan, Pemerintah Darurat
Republik Indonesia memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
untuk mengambil alih pemerintahan Yogyakarta oleh pihak Belanda.
Pada tanggal 1 juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi
kembali ke Yogyakarta disusul dengan kedatangan para pemimpin
Republik Indonesia dari medan gerilya.
Pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang kabinet Republik
Indonesia yang pertama, dan Mr. Syafruddin Prawiranegara
mengembalikan mandatnya kepada Wakil Presiden Moh. Hatta dan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX diangkat menjadi Menteri Pertahanan
merangkap ketua koordinator keamanan. Konferensi Meja Bundar (KMB)
akan diadakan secepatnya di kota Den Haag Belanda.
C.Konferensi Inter-Indonesia
Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung
antara negara Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau
negara bagian bentukkan Belanda yang tergabung dalam BFO. Pada
awalnya pembentukkan BFO ini diharapkan oleh Belanda akan
mempermudah Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Namun
sikap negara-negara yang tergabung dalam BFO berubah setelah
Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua terhadap Indonesia.
Karena simpati dari negara-negara BFO ini maka pemimpin-pemimpin
Republik Indonesia dapat dibebaskan dan BFO jugalah yang turut
berjasa dalam terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah
yang melatarbelakangi dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia pada
bulan Juli 1949.
BFO yang didirikan di Bandung pada 29 Mei 1948 merupakan lembaga
permusyawaratan dari negara-negara federal yang memisahkan dari RI.
Perdana Menteri negara Pasundan, Mr. Adil Poeradiredja, dan Perdana

Menteri Negara Indonesia Timur, Gde Agung, memainkan peran penting


dalam pembentukan BFO.
BFO yang dibentuk di Bandung tentu saja tak bisa dilepaskan dari
strategi van Mook mendirikan negara boneka di wilayah Indonesia yang
dimulai sejak 1946. Beberapa negara federal yang tergabung dalam BFO
masih menyisakan jejak-jejak van Mook.
Tetapi tidak berarti BFO sepenuhnya dikendalikan oleh van Mook atau
Belanda. Bahkan dalam beberapa hal, BFO dan van Mook berseberangan
sudut pandang. BFO yang lahir di Bandung bergerak dalam kerangka
negara Indonesia yang merdeka, berdaulat dan berbentuk negara federal.
BFO ingin agar badan federasi inilah yang kelak juga menaungi RI di
bawah payung Republik Indonesia Serikat.
Ini berbeda titik pijak dengan van Mook yang jusrtu berharap BFO bisa
menjadi pintu masuk untuk meniadakan pemerintah Indonesia, persisnya
Republik Indonesia. Kegagalan mengendalikan sepenuhnya BFO inilah
yang menjadi salah satu penyebab mundurnya van Mook sebagai orang
yang ditunjuk oleh pemerintah Belanda guna mengusahakan kembalinya
tatanan kolonial. Alasan itu menjadi penyebab Wakil Tinggi Pemerintah
Belanda di Jakarta, Beel, juga mengundurkan diri dari jabatannya.
BFO ikut pula memainkan peran penting dalam membebaskan para
petinggi RI yang ditangkap Belanda pada Agresi Militer II. Para
pemimpin BFO mengambil sikap yang tak diduga oleh Belanda tersebut
menyusul Agresi Militer II yang diangap melecehkan kedaulatan sebuah
bangsa di tanah airnya. Agresi Militer II tak cuma melahirkan simpati
dunia internasional, melainkan juga simpati negara-negara federal yang
sebelumnya memisahkan dari RI.
Selain membahas aspek-aspek mendasar hingga teknis perencanaan
membangun dan membentuk RIS, Konferensi Intern-Indonesia juga
digunakan sebagai konsolidasi internal menjelang digelarnya Konferensi
Meja Bundar yang dimulai pada 23 Agustus 1949.
Bagi pemerintah RI sendiri, kesediaan menggelar Konferensi InterIndonesia bukan semata karena ketiadaan pilihan lain yang lebih baik,
melainkan juga karena pemerintah RI menganggap BFO tidak lagi sama
persis dengan BFO yang direncanakan van Mook. Soekarno menyebut
konferensi ini sebagai trace baru bagi arah perjuangan Indonesia.
Konferensi yang berlangsung hingga 22 Juli itu banyak didominasi
perbincangan mengenai konsep dan teknis pembentukan RIS, terutama
mengenai susunan kenegaraaan berikut hak dan kewajiban antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hasil kesepakatan dari
Konferensi Inter-Indonesia adalah:
1)Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia
Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat).
2)RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri
yang bertanggung jawab kepada Presiden.
3)RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik
Indonesia maupun dari kerajaan Belanda.
4)Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden
RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.
5)Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa

Indonesia sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah


RIS dengan inti dari TNI dan KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda
lainnya.
Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya konsensus yang
dibangun melalui Konferensi Intern-Indonesia yang menjadi modal
berharga bagi pemerintah RI, terutama delegasi Indonesia yan dtunjuk
untuk berunding dengan Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag. Keberadaan BFO dan sikap tegas Gde Agung untuk menolak
intervensi Belanda membuat pemerintah Indonesia memiliki legitimasi
yang makin kuat untuk berunding dengan Belanda di KMB.
D.Konferensi Meja Bundar (KMB)
Suasana sidang Konferensi Meja BundarKonferensi Meja Bundar adalah
sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda
yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2
November 1949.
Latar belakang
Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan
berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia
internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa
pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat
perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van Roijen,
dan Konferensi Meja Bundar.
Hasil konferensi
Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah:
1)Serahterima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada
Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian barat. Indonesia ingin
agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia,
sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat negara
terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan
mengenai hal ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua bagian
barat bukan bagian dari serahterima, dan bahwa masalah ini akan
diselesaikan dalam waktu satu tahun.
2)Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarki
Belanda sebagai kepala negara
3)Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia
Serikat
4)Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang
sepenuhnja kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat
lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu mengakui Republik
Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.
5)Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar
ketentuan-ketentuan pada Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah
dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.
6)Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30
Desember 1949
7)Rantjangan Piagam Penjerahan Kedaulatan.
Dampak KMB
Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik.
Soekarno menjadi Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana Menteri

membentuk Kabinet Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat telah


dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara
yang memiliki persamaan persekutuan dengan Kerajaan Belanda.
E.Peran PBB
Selama Indonesia dan Belanda bertikai, PBB turut membantu dalam
setiap usaha penyelesaian pertikaian antara tahun 1945-1950. Pada
tanggal 24 januari 1949 Dewan Keamanan PBBmengeluarkan resolusi
yang disetujui oleh semua negara anggota, yaitu:
1.Membebaskan Presiden dan Wakil Presiden serta pemimpin-pemimpin
Republik Indonesia yang ditangkap pada tanggal 19 Desember 1948.
2.Memerintahkan KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai
situasi di Indonesia sejak 19 Desember 1948.
Hasil-hasil keputusan PBB lainnya adalah :
1.Piagam Pengakuan Kedaulatan 27 Desember 1949.
2.Pembentukkan RIS.
3.Pembentukkan Uni Indonesia-Belanda.
4.Pembubaran tentara KNIL dan KL yang diintegrasikan kedalam APRIS.
5.Piagam tentang kewarganegaraan.
6.Persetujuan tentang ekonomi keuangan.
7.Masalah Irian Barat akan dibicarakan kembali setahun kemudian.
Pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan dibentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada tanggal 28 September 1950
Indonesia kembali diterima menjadi anggota PBB yang ke-60. Dengan ini
berarti Indonesia telah mendapat pengakuan dari dunia internasional
sebagai negara merdeka.
F.Kembali ke NKRI
Sebagian besar negara bagian yang tergabung dalam RIS mendukung
untuk terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hanya
dua orang saja yang mendukung sistem federal yaitu Sultan Hamid II
dan Anak Agung Gede Agung.
Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI
untuk mempersiapkan prosedur pembentukkan negara kesatuan. Pihak
RIS diwakili oleh Mohammad hatta dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul
Halim. Pertemuan tersebut sepakat untuk mendirikan NKRI. UUD NKRI
dirancang oleh panitia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Soepomo. UUD NKRI
mengandung unsur UUD 1945 dan UUD RIS. Pada tanggal 14 Agustus
1950, rancangan UUD NKRI disetujui oleh parlemen RIS serta KNIP.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani
Rancangan Undang-Undang dasar NKRI menjadi UUD 1950. Pada
tanggal 17 Agustus 1950 RIS resmi dibubarkan dan dibentuk NKRI
dengan UUDS 1950 sebagai konstitusinya.

Anda mungkin juga menyukai