Anda di halaman 1dari 10

Program Studi S3 BIO 159

Kumpulan Abstrak Disertasi


Semester Gasal 2008/2009
Pendidikan Biologi (BIO)

160 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Keterampilan Berpikir Kritis, Metakognisi dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Negeri di
Kota Malang
Cut Nurmaliah
Abstrak
Pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi mata pelajaran biologi di sekolah selama ini sangat
menekankan pada aspek hafalan, sedangkan materinya banyak yang berkaitan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Jenjang sekolah menengah merupakan saat yang tepat untuk awal mengajarkan keterampilan
berpikir kritis dan metakognisi karena merupakan dasar untuk mengembangkan pengetahuan siswa ke
jenjang pendidikan lanjutan. Membangun keterampilan berpikir kritis dan metakognisi dalam pembelajaran
biologi tidak mudah karena kompleksitas dan keragaman objek kajian yang menyebabkan bahan ajar tidak
mudah dipahami oleh banyak siswa.
Penelitian ini dilakukan untuk 1) mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam
mata pelajaran Biologi di SMP Negeri di kota Malang, dan 2) menganalisis perbedaan keterampilan berpikir
kritis, metakognisi, dan hasil belajar biologi siswa berdasarkan kategori sekolah, kemampuan awal, tingkat
kelas, jenis kelas, dan jenis kelamin.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Data penelitian diperoleh dari guru biologi dan
seluruh siswa dari 24 SMP Negeri di kota Malang yang diambil secara stratified random sampling. Instrumen
yang digunakan adalah tes berpikir kritis, tes biologi, metacognitive inventory junior, rating scale
keterampilan metakognisi, angket guru, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran biologi. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan Anava Faktorial dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji beda
Least Significant Difference (LSD), dan data keterlaksanaan pembelajaran Biologi akan dianalisis dengan
statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kualitas guru umumnya sudah baik, aktif dalam kegiatan MGMP, dan
telah mengikuti berbagai macam pelatihan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru. Proses penilaian
hasil belajar siswa, umumnya dalam bentuk tes objektif. Siswa perempuan lebih aktif dibandingkan dengan
siswa laki-laki dalam hal bertanya, menjawab pertanyaan, dan mempresentasikan hasil pengamatan. Siswa
perempuan lebih unggul dalam hal berpikir kritis, metakognisi, dan hasil belajar dibandingkan siswa lakilaki. Berdasarkan kategori sekolah, kemampuan awal, tingkatan kelas, jenis kelamin, dan jenis kelas
menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP Negeri di kota Malang sudah cukup baik, metakognisi
mereka pada tingkat OK, dan hasil belajar biologi sudah cukup baik. Untuk siswa kelas 8, kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar lebih rendah jika dibandingkan dengan kelas 7 dan kelas 9. Siswa kelas non
reguler dalam hal berpikir kritis dan hasil belajar tidak berbeda dengan siswa kelas reguler.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan dalam pembelajaran biologi, sebaiknya guru menerapkan
model/metoda yang sesuai dengan sintak yang ada dalam RPP. Jam belajar siswa tidak dipengaruhi dengan
uji coba UN atau kegiatan lain yang tidak terjadwal, sehingga mengganggu pelaksanaan pembelajaran yang
telah direncanakan oleh guru. Penelitian proses pembelajaran harus lebih sering dilaksanakan di sekolah
kategori rendah, agar siswa beserta guru terbiasa menerima berbagai inovasi pembelajaran dan dapat mendata
kelemahan yang muncul di sekolah tersebut. Dalam penilaian hasil belajar hendaknya menggunakan
penilaian berbasis kelas sehingga guru mempunyai wewenang penuh dalam evaluasi hasil belajar siswa dan
menentukan kelulusan siswa di setiap sekolah.
Kata kunci: berpikir kritis, hasil belajar biologi, metakognisi

Pengaruh Paparan Berulang Ikan Berformalin Terhadap Kerusakan Hati dan Ginjal Mencit
(Mus musculus) Sebagai Media Pembelajaran Keamanan Pangan
Hartati Kartikaningsih
Abstrak
Formalin merupakan zat pereduksi kuat, dapat meracuni tubuh melalui pernafasan, kulit dan
pencernaan. Formalin yang digunakan untuk mengawetkan ikan adalah suatu penyimpangan. Hasil studi
pendahuluan bulan Januari sampai Maret 2006 memperlihatkan ikan segar, ikan pindang, dan ikan asin yang
diproduksi di sentra pendaratan ikan di Sendang Biru, Mayangan, Brondong, dan Prigi yang diambil secara
acak mengandung formalin dengan kadar antara puluhan ppm sampai ratusan ppm. Paparan berulang
159

Program Studi S3 BIO 161

formaldehid dalam jangka lama secara oral bisa dideteksi dengan kerusakan organ hati dan ginjal. Perubahan
histologi kedua organ ini terjadi bila zat toksik telah mencapai konsentrasi tinggi.
Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui kepedulian konsumen ikan di Malang
terhadap adanya ikan berformalin, 2) menguji apakah semakin panjang rantai perdagangan ikan di Malang
akan meningkatkan kadar formalin pada ikan, 3) menguji apakah kadar formalin pada ikan berformalin bisa
menurun dengan pemasakan, dan 4) menguji kerusakan hati dan ginjal mencit akibat paparan berulang ikan
berformalin/oral/3 bulan pada induk dan pada turunan pertama mencit.
Penelitian ini ada 7 tahap, yakni sikap konsumen ikan di Kota Malang terhadap keberadaan ikan
berformalin, pengukuran kadar formalin ikan di pasar Kota Malang, pengujian penurunan kadar formalin
akibat pemasakan, pengujian LD50 ikan berformalin dengan hewan uji mencit, pengujian paparan sub kronis
ikan berformalin dengan hewan uji mencit pada induk, dan pada anak mencit turunan pertama serta
pemahaman keamanan pangan ikan berformalin pada konsumen ikan melalui kegiatan KKN.
Hasil penelitian memperlihatkan: 1) konsumen ikan di Kota Malang memperoleh pengetahuan
adanya ikan berformalin dan akibatnya pada kesehatan dari media massa, 2) terdeteksinya kadar formalin
pada box ikan dan air perebusan ikan pindang di pasar Kota Malang merupakan tanda bukti pedagang ikan di
pasar Kota Malang menggunakan formalin, 3) terjadi penurunan kadar formalin pada ikan layang segar, asin
dan pindang berformalin setelah dilakukan pengukusan dan penggorengan meskipun tidak bisa
menghilangkan sama sekali kandungan formalin pada daging ikan, 4) LD50 ikan nila berformalin 5% dapat
dikatagorikan sebagai bahan toksik ringan, ikan nila berformalin 10% dan 15% sebagai bahan toksik sedang,
5) paparan berulang ikan berformalin 0,2 ppm dan 0,5 ppm/oral/3 bulan pada mencit menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan serta nekrosis hati dan tubulus ginjal mencit secara fokal pada paparan
bulan ke 3, namun pengukuran secara fisiologis (kebutuhan pakan, jumlah feses dan jumlah urin). berat organ
(hati, ginjal, usus, lambung) serta hasil pemeriksaan serum (SGPT,SGOT, albumin, globulin, kreatinin) masih
normal, 6) pengamatan makroskopis mencit yang mati selama perlakuan memperlihatkan hati menghitam,
adanya mencit yang bertumor, terjadinya kelainan dan kematian anak mencit yang mengindikasikan paparan
berulang ikan berformalin membahayakan kesehatan, 7) kontrol negatif (paparan ikan) terbukti mengandung
logam berat Pb, 8) paparan berulang ikan berformalin 0,2 ppm dan 0,5 ppm/oral/1 bulan pada anak mencit
dari induk yang telah terpapar ikan berformalin/oral/3 bulan terjadi penurunan berat badan serta nekrosis hati
dan tubulus ginjal mencit secara fokal pada lama paparan induk 2 dan 3 bulan, namun pengukuran secara
fisiologis (kebutuhan pakan, jumlah feses dan jumlah urin). berat organ (hati, ginjal, usus, lambung) serta
hasil pemeriksaan serum (SGPT,SGOT, globulin) masih normal, kecuali kadar albumin diatas normal, 9)
kerusakan hati secara makroskopis dari anak mencit yang mati mencapai 80%, 10) kematian dan kelainan
anak mencit jantan dan betina dari kontrol negatif disebabkan paparan Pb, 11) belum dapat dibuktikan
perbedaan jenis kelamin mencit dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal dilihat dari pengamatan
fisiologi, makroskopis, pemeriksaan darah dan histologi, 12) apoptosis dan nekrosis hati induk dan anak
mencit yang terpapar ikan berformalin/oral disebabkan efek toksik formaldehid dan Pb, 13) metode
pengukuran pengetahuan dan sikap responden dengan pre test dan post test pada penyuluhan kurang tepat.
Penyuluhan cocok untuk menyampaikan infomasi.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan: 1) peredaran formalin untuk memperpanjang daya awet
ikan selayaknya mulai dihentikan dengan cara formalin yang dibuat oleh industri dalam negeri ditambahkan
senyawa yang berasa pahit namun tidak merubah fungsi formalin untuk industri, 2) sosialisasi hilangnya rasa
khas ikan pada ikan berformalin untuk konsumen ikan kelas menegah ke atas, 3) sosialisasi cara memilih
ikan yang tidak berformalin pada konumen ikan kelas menegah ke bawah 4) pengetahuan ikan berformalin
dan mengandung Pb perlu dijadikan tema yang diajarkan kepada konsumen ikan oleh mahasiswa yang
melakukan KKN, 5) pengukuran pengetahuan dan sikap konsumen ikan sebaiknya dengan metode tin slicing,
6) diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan logam berat pada ikan yang dipelihara secara mina
padi atau kolam sawah dengan sumber air irigasi, 7) diperlukan penelitian lanjutan untuk pengukuran
kerusakan organ hati dan ginjal mengingat nekrosis hati dan ginjal terkait dengan enzim yang berhubungan
dengan proses fosforilasi oksidatif, 8) diperlukan penelitian lebih lanjut tentang toksisitas sinergisme Pb dan
formalin pada ikan, 9) tidak menggunakan pengukuran serum darah untuk toksisitas hati akibat paparan ikan
berformalin.
Kata kunci: paparan berulang ikan berformalin, kerusakan hati dan ginjal mencit

162 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Pengaruh Pembelajaran Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan Dipadukan Strategi


Kooperatif dan Kemampuan Akademik Terhadap Keterampilan Metakognitif, Berpikir
Kreatif, Pemahaman Konsep IPA-biologi, dan Retensi Siswa SD di Mataram
Jamaluddin
Abstrak
Pemberdayaan keterampilan berpikir siswa merupakan salah satu standar kompetensi lulusan
Sekolah Dasar yang direkomendasikan melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, sebagai
respon terhadap perkembangan IPTEK yang demikian pesat saat ini. Pemberdayaan keterampilan berpikir
siswa melalui pembelajaran IPA menjadi sangat penting, karena keterampilan berpikir merupakan kecakapan
hidup yang sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan kehidupan yang semakin kompleks di era
informasi ini. Pembelajaran IPA di SD di Kota Mataram masih berorientasi pada pemahaman konsep, belum
dirancang dan dilaksanakan secara sengaja untuk pemberdayaan keterampilan berpikir siswa. Hal itu
disebabkan karena guru belum memahami perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan
berpikir tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengembangkan perangkat pembelajaran pemberdayaan
berpikir melalui pertanyaan yang dipadukan dengan strategi kooperatif tipe TPS dan NHT pada mata
pelajaran IPA kelas V SD; (2) untuk mengetahui perbedaan keterampilan metakognitif, keterampilan berpikir
kreatif, pemahaman konsep IPA-biologi, retensi dan daya retensi antara siswa yang belajar dengan strategi
pembelajaran PBMP, PBMP-TPS, PBMP-NHT, dan strategi pembelajaran Konvensional; (3) untuk
mengetahui perbedaan keterampilan metakognitif, keterampilan berpikir kreatif, pemahaman konsep IPAbiologi, retensi dan daya retensi antara siswa berkemampuan akademik tinggi dan rendah; (4) untuk
mengetahui perbedaan keterampilan metakognitif, berpikir kreatif, pemahaman konsep IPA-biologi siswa,
retensi dan daya retensi siswa sebagai akibat dari interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan
akademik siswa.
Metode penelitian: (1) penelitian pengembangan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran;
dan (2) penelitian quasi eksperimen untuk mengetahui pengaruh penerapan perangkat pembelajaran terhadap
keterampilan metakognitif, berpikir kreatif, pemahaman konsep IPA-biologi, retensi dan daya retensi siswa.
Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD di Kota Mataram. Penentuan sampel dengan teknik Cluster
random sampling. Sampel penelitian terdiri atas 149 siswa kelas V SD. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik tes untuk memperoleh data skor keterampilan metakognitif, skor keterampilan berpikir kreatif, skor
pemahaman konsep IPA-biologi, dan skor retensi. Uji hipotesis digunakan teknik analisis kovarian (Ancova).
Analisis data menggunakan fasilitas SPSS for Windows.
Kesimpulan hasil penelitian adalah: (1) telah dihasilkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
silabus, RPP PBMP, RPP PBMP.TPS, PBMP.NHT dan LKS PBMP. Perangkat pembelajaran tersebut
berpotensi meningkatkan keterampilan metakognitif, keterampilan berpikir kreatif, pemahaman konsep,
retensi dan daya retensi konsep IPA-biologi siswa SD di Kota Mataram;(2) penerapan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini belum dapat dilaksnakan secara konsisten dalam
pembelajaran IPA SD di Kota Mataram, karena terkendala oleh kejenuhan dan kebiasaan belajar siswa (3)
ada perbedaan keterampilan metakognitif antara siswa yang belajar dengan strategi PBMP, PBMP.TPS,
PBMP.NHT, dan strategi Konvensional; (4) ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang
belajar dengan strategi PBMP, PBMP.TPS, PBMP.NHT, dan strategi Konvensional; (5) ada perbedaan
pemahaman konsep IPA-biologi antara siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran PBMP, PBMP.TPS,
PBMP.NHT, dan pembelajaran Konvensional; (6) tidak ada perbedaan retensi antara siswa yang belajar
dengan strategi pembelajaran PBMP, PBMP.TPS, PBMP.NHT, dan Konvensional; (7) ada perbedaan daya
retensi antara siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran PBMP, PBMP.TPS, PBMP.NHT, dan
Konvensional; (8) ada perbedaan keterampilan metakognitif, berpikir kreatif, pemahaman konsep IPAbiologi, dan retensi antara siswa berkemampuan akademik tinggi dengan siswa berkemampuan akademik
rendah; (9) tidak ada perbedaan daya retensi siswa berkemampuan akademik tinggi dan rendah sebagai akibat
penerapan strategi PBMP, PBMP.TPS, PBMP.NHT, dan strategi Konvensional; (10) interaksi strategi PBMP,
PBMP-TPS, PBMP-NHT, dan Konvensional dengan kemampuan akademik berpengaruh signifikan terhadap
keterampilan metakognitif siswa; (11) interaksi strategi pembelajaran PBMP, PBMP.TPS, PBMP.NHT, dan
Konvensional dengan kemampuan akademik siswa tidak berpengaruh signifikan terhadap keterampilan
berpikir kreatif, pemahaman konsep, dan retensi konsep IPA-biologi siswa; (12) interaksi strategi
pembelajaran PBMP, PBMP.TPS, PBMP.NHT, dan Konvensional dengan kemampuan akademik siswa
berpengaruh signifikan terhadap keterampilan metakognitif siswa.

Program Studi S3 BIO 163

Saran bagi guru dan peneliti berikutnya adalah: (1) untuk penerapan di SD guru perlu menuliskan
hasil-hasil diskusi atau jawaban siswa yang benar dan relevan dengan indikator pencapaian hasil belajar di
papan tulis; (2) dalam menerapkan perangkat strategi pembelajaran PBMP, PBMP.TPS, dan PBMP. NHT
perlu dilakukan secara bervariasi untuk menghindari kejenuhan siswa dalam belajar; (3) Guru perlu
memetakan kemampuan akademik siswa untuk penyusunan anggota kelompok kooperatif dan proses
pembimbingan siswa dalam pembelajaran IPA; (4) bagi peneliti yang berminat dalam penelitian pendidikan
IPA, perlu merancang dan melaksanakan penelitian-penelitian yang bertujuan untuk memberdayakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, untuk mempersiapkan mereka sebagai SDM masa depan dalam
menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks di era informasi ini.
Kata kunci: PBMP, metakognitif, berpikir kreatif, retensi

Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya.Linn)Terhadap Pertumbuhan Parasit


Malaria dan Sosialisasinya sebagai Antimalaria kepada Masyarakat di Kecamatan Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat
Johanis Fritzgal Rehena
Abstrak
Penyakit malaria hingga saat menjadi masalah kesehatan masyarakat, dan merupakan penyakit
parasitik dengan angka kesakitan tertinggi di 90 negara. Berdasarkan Taksiran WHO, 300-500 juta orang di
dunia terinfeksi malaria setiap tahunnya, 110 juta orang menunjukan gejala, dan 2,7 juta diantaranya
mengalami kematian. Indonesia merupakan daerah endemis malaria, karena 60% penduduk Indonesia tinggal
di daerah endemis malaria dan berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
terdapat 15 juta penderita malaria setiap tahun dan menimbulkan mortalitas 1,2% atau 23.483 orang. Angka
penderita malaria di provinsi Maluku sebanyak 41.743 orang, di Kabupaten Seram Bagian Barat 7.760 orang
dan di Kecamatan Kairatu sebanyak 1.296 orang, dengan prevalensi 2,42%
Pepaya atau gandul (Carica papaya Linn) merupakan tanaman yang cukup banyak
dibudidayakan di Indonesia, pepaya bukan asli tanaman dari Indonesia tapi dari Amerika Tengah.
Pepaya merupakan salah satu sumber senyawa kimia baru yang terpenting, sebagai obat maupun sebagai
senyawa model untuk mendapatkan senyawa aktif baru. Daun pepaya mengandung senyawa alkaloid
carpaine, caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoid, dan tanin. Daun pepaya muda
dipergunakan untuk mengobati penyakit malaria, penambah nafsu makan, jerawat, menambah air susu, dan
untuk mengobati sakit gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antimalaria dari ekstrak etanol dan
ekstrak air daun pepaya varietas Solo dan varietas Cibinong terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum dan
Plasmodium berghei secara in vitro maupun in vivo.
Kegiatan penelitian terdiri dari 3 tahap, yakni tahap: 1) penelitian survei, bertujuan untuk mengetahui
varietas pepaya di Kecamatan Kairatu; 2) penelitian eksperimen, untuk mengetahui hasil ekstraksi etanol dan air
daun pepaya varietas Solo dan varietas Cibinong, menguji pengaruh konsentrasi ekstrak etanol dan rebusan air
daun pepaya varietas Solo dan varietas Cibinong terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum secara in vitro,
dan pengaruh dosis ekstrak rebusan daun pepaya varietas Solo dan varietas Cibinong terhadap pertumbuhan
Plasmodium berghei secara in vivo. Hasil temuan penelitian terhadap varietas pepaya yang diidentifikasi di
wilayah Kecamatan Kairatu yaitu: 1) varietas pepaya Solo, 2) varietas Cibinong, 3) varietas Jinggo, dan 4)
pepaya gandul. Ciri morfologi varietas Solo; ukuran buahnya kecil seperti avokad, berleher panjang dan
bulat. Varietas Jinggo; kulit buah berwarna kuning, daging buah warna merah serta rasanya manis; varietas
Cibinong; buahnya panjang, berwarna merah muda. Pepaya gandul merupakan pepaya jantang, bunganya
lebat, bila berbuah bentuknya kecil.
Pengujian ekstrak etanol dan ekstrak air dari sampel daun pepaya varietas Solo dan varietas
Cibinong menunjukan pewarnaan hijau-kecoklatan. Ekstrak dengan air melalui proses pengeringan dengan
metode freeze dryng selama 14 jam menghasilkan ekstrak air daun pepaya varietas Solo 43,6 gram dan
ekstrak air daun pepaya varietas Cibinong 43,8 gram. Uji aktivitas antimalaria dari ekstrak etanol dan
ekstrak rebusan daun pepaya varietas Solo dan varietas Cibinong dengan 5 perlakuan konsentrasi 100g/ml,
10g/ml, 1g/ml, 0,1g/ml, dan 0,01g/ml, yang dipaparkan pada kultur Plasmodium falciparum strain
G2300 selama masa inkubasi 0-48 jam, menunjukan persen parasitemia mengalami penurunan pada
perlakuan konsentrasi terkecil yaitu 0,01g/ml sampai dengan konsentrasi tinggi 100g/m, dibanding dengan
kontrol negatif. Hasil uji aktivitas antimalaria daun pepaya varietas Solo dan varietas Cibinong melalui
proses ekstraksi dengan pelarut etanol dan air, menunjukan nilai IC 50 ekstrak etanol daun pepaya varietas

164 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Solo sebesar 2,14279 g/ml, varietas Cibinong sebesar 2,78210g/ml, ekstrak rebusan varietas Solo sebesar
2268,08550 g/ml dan, varietas Cibinong sebesar 3275,29685 g/ml.
Hasil analisis uji hipotesis menggunakan anava ganda menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan dari tingkat konsentrasi ekstrak etanol dan ekstrak rebusan daun pepaya varietas Solo dan varietas
Cibinong terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum. Uji lanjut LSD memperlihatkan bahwa adanya
perbedaan pengaruh yang signifikan dari tingkat konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya varietas Solo dan
varietas Cibinong terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum. Perbedaan pengaruh varietas Solo dan
varietas Cibinong terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum, menunjukan adanya perbedaan yang
signifikan antara varietas pepaya Solo dan varietas Cibinong terhadap pertumbuhan Plasmodium
falciparum. Pengaruh perlakuan interaksi yang diperoleh 1) konsentrasi ekstrak etanol, varietas Solo, varietas
Cibinong berpengaruh signifikan; dan 2) konsentrasi ekstrak rebusan, varietas Solo, varietas Cibinong
berpengaruh signifikan. Adanya hubungan yang liner konsentrasi ekstrak etanol dan ekstrak rebusan
varietas Solo dan varietas Cibinong dengan pertumbuhan Plasmodium falciparum. Hasil analisis regresi,
menunjukan adanya hubungan linier antara dosis ekstrak daun pepaya varietas Solo dan varietas Cibinong
dengan pertumbuhan Plasmodium berghei pada mencit. Hasil sosialisasi kepada masyarakat/penderita
malaria tentang penggunaan ekstrak rebusan daun pepaya memberi dampak persepsi yang dapat diterima
secara positif oleh masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan beberapa penelitian lanjutan, antara lain: 1), hasil
temuan penelitian diketahui ekstrak etanol varietas Solo dan Cibinong berpotensi sebagai antimalaria secara
in vitro dan ekstrak rebusan varietas pepaya Solo dan Cibinong memiliki potensi sebagai antimalaria yang
perlu dikembangkan. 2) perlu dilakukan fraksinasi dan isolasi dari berbagai ekstrak etanol dan rebusan daun
pepaya guna mengetahui profil alkaloid karpaina, safonin dan flavonoid. Perlu pemberdayaan budidaya
pepaya di wilayah Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.
Kata kunci: ekstrak daun pepaya, pertumbuhan parasit malaria, sosialisasi sebagai antimalaria

Evaluasi Genetik dengan Breeding Value dan Analisis DNA serta Implementasinya oleh Para
Pelaku Pembibitan Sapi Potong Hasil Persilangan di Perusda UPA Pasuruan dan Sampang
Madura (Sebuah Model Pengembangan Pembelajaran Materi Evaluasi Genetik dengan
Kajian Meta Analisis untuk Sapi Potong Hasil Persilangan)
Mudawamah
Abstrak
Pelaksanaan program pemuliaan sapi potong melalui crossbreeding harus diikuti dengan evaluasi
genetik yang akurat menggunakan breeding value dan analisis DNA sebagai dasar pertimbangan penentuan
kebijakan program pemuliaan sapi potong di masa datang. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan
mengetahui potensi genetik secara kuantitatif melalui efek heterosis, breeding value (BV) dengan cara klasik
dan animal model, serta biomolekuler melalui analisis DNA pada F1 hasil persilangan. Tujuan lain dari
penelitian ini adalah mengetahui perbedaan respon dari para pelaku pembibitan sapi persilangan sebelum dan
sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu: 1) evaluasi genetik secara kuantitatif; 2) evaluasi genetik
berbasis molekuler dengan analisis DNA menggunakan enzim Msp I, Ava II dan Xho I; 3) implementasi
evaluasi genetik oleh para pelaku pembibitan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2007
sampai dengan Oktober 2008. Materi penelitian ini adalah data performans produksi F1 sebanyak 99 ekor, 66
ekor dan 83 ekor, masing-masing untuk BRAPO-SING (persilangan Brahman Singosari dengan PO),
BRAPO-AME (persilangan Brahman Amerika dengan PO) dan LIMMADU (persilangan Limousin dengan
Madura). Data dianalisis untuk mendapatkan breeding value dengan program PEST versi 4.2. Sampel darah
yang berasal dari +7 % populasi sapi, analisis DNAnya dengan menggunakan metode RFLP. Indeks
persamaan (similarity index) dianalisis dengan software MVSP. Khalayak sasaran kegiatan pembelajaran
pada para pelaku pembibitan (petugas recording di UPA Pasuruan dan Dinas Peternakan Sampang Madura
ditambah petugas BBIB Singosari dan Dinas Peternakan kota Malang dan Pasuruan). Evaluasi pembelajaran
masyarakat menggunakan Lembar Kerja Pebelajar, Reflective Learning Journal (RLJ), pre dan postes, pre
dan posangket.
Hasil penelitian menunjukkan berat lahir (BL), berat sapih (BS) dan kode pejantan F1 hasil
persilangan berjenis kelamin jantan tidak berbeda dengan betina. Rataan BL & BS jantan dan betina F1 hasil

Program Studi S3 BIO 165

persilangan adalah 29,43 kg & 111 kg dan 27,44 kg & 109,02 kg. Rataan BL dari kode pejantan A (Brahman
Singosari), kode pejantan B, C, dan D (Brahman Amerika) adalah 28,21 kg; 29,17 kg; 29,75 kg dan 30,32 kg.
Rataan BS dari kode pejantan A (Brahman Singosari), kode pejantan B, dan D (Brahman Amerika) adalah
107,16 kg; 116,45 kg; dan 87,08 kg. Ada pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) model persilangan terhadap
BL dan BS. Rataan BL & BS dari berbagai model persilangan adalah 27,70 kg & 107,16 kg (Brahman
Singosari x PO); 29,92 kg & 110,58 kg (Brahman Amerika x PO), 22,50 kg & 113,47 kg (Limousin x
Madura). Nilai korelasi ukuran vital tubuh (tinggi badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada) dengan
berat umur sapih & berat umur satu tahun adalah 0,37 & 0,79; 0,33 & 0,41; 0,25 & 0,81; 0,29 & 0,81. Nilai
ripitabilitas pertambahan berat badan (PBB) dari F1 BRAPO-SING, BRAPO-AME dan LIMMADU adalah
0,10; 0,30; 0,01. Nilai ripitabilitas pertambahan ukuran vital tubuh dari F1 BRAPO-SING, BRAPO-AME
dan LIMMADU berkisar antara 0,15-0,59; 0,06-0,69; dan -0,44 sampai 0,72. Heritabilitas BL dengan cara
klasik & REML adalah 0,63 & 0,53. Efek heterosis dan keunggulan F1 dari induknya pada BS F1
LIMMADU, BRAPO-AME serta BRAPO-SING sebesar -15,64 % dan 106,31 %; -32,76 % dan 31,06, serta
-34,39 % dan 27,00 %. Potensi genetik pejantan berdasarkan breeding value BL dan BS yang diestimasi
dengan cara klasik menghasilkan rangking ternak yang sama dengan animal model, dengan nilai korelasi
rangking adalah 1. Rataan indeks persamaan fragmen DNA hasil RFLP dengan berbagai enzim restriksi dari
F1 BRAPO-SING, BRAPO-AME dan LIMMADU terhadap induk & pejantan sebesar 85,75 % & 76,60 %;
72,63 % dan 69,47 %; 75,93 %. Kemampuan kognitif sebelum dan sesudah pembelajaran dari hasil tes &
angket adalah 59 & 38,75 dan 76,69 & 97,50. Kemampuan tahap refleksi dan level refleksi pebelajar pada
RLJ-1, RLJ-2 & RLJ-3 adalah 2,25 ; 2,50 & 2,88 dan 1,50; 2,00 & 2,38. Hasil belajar para pelaku pembibitan
sapi persilangan dengan nilai rata-rata 70 dan kategori baik.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. BL F1 BRAPO-AME nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan F1 BRAPO-SING dan F1 LIMMADU. PBB dan PTB (pertambahan tinggi badan) serta
PTP (pertambahan tinggi pundak) F1 BRAPO-AME dan F1 LIMMADU nyata lebih besar dibandingkan
dengan F1 BRAPO-SING. Ada hubungan linier positip antara ukuran vital tubuh dengan berat umur sapih
dan linier negatip dengan berat umur satu tahun dari F1 sapi hasil persilangan. Nilai heritabilitas BL dan
ripitabilitas PTP dan PLD dari F1 BRAPO termasuk kategori tinggi. Nilai efek heterosis dan keunggulan F1
dari induknya pada BS F1 LIMMADU cenderung tertinggi, diikuti dengan dengan BRAPO-AME dan
BRAPO-SING. BV BL & BS pejantan dengan cara klasik dan animal model menghasilkan rangking yang
sama. Fragmen DNA sapi potong F1 BRAPO-SING dan LIMMADU lebih bervariasi dibandingkan dengan
sapi pejantan, tidak ada variasi band DNA dengan induknya. Pembelajaran masyarakat meningkatkan
kemampuan kognitif dan level refleksi para pelaku pembibitan tetapi belum mampu meningkatkan tahap
refleksinya. Hasil belajar dari para pelaku pembibitan kategori baik. Ada respon yang positip ke arah yang
lebih baik dari para pelaku pembibitan sapi persilangan sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Pembelajaran dapat digunakan sebagai media meningkatkan motivasi dan gairah belajar serta
kemampuan refleksi diri para pelaku pembibitan. Penggunaan cara klasik untuk evaluasi genetik pejantan
pada struktur data progeny lebih sederhana dan menghasilkan rangking sama dengan animal model. Untuk
menerapkan pembelajaran bagi para pelaku pembibitan, instruktur harus memahami benar skenario
pembelajaran dan peta kemampuan akademik. Perlu penelitian lanjutan pembelajaran pada para pelaku
pembibitan dengan menerapkan partisipatip dalam cooperative learning tipe lain.
Kata kunci: evaluasi genetik, breeding value, DNA

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi yang Mengimple-mentasikan PBL dan


Strategi Metakognitif serta Efektivitasnya terhadap Kemampuan Metakognitif, Pemecahan
Masalah, dan Penguasaan Konsep Biologi Siswa SMA di Sleman-Yogyakarta
Paidi
Abstrak
Rendahnya kualitas hasil belajar biologi di kalangan siswa SMA, masih menjadi sorotan publik
yang pedas bagi komunitas sekolah khususnya, dan dunia pendidikan pada umumnya. Beberapa indikator
klasik kualitas hasil belajar ini antara lain adalah prestasi literasi di bidang IPA pada skala nasional, regional,
dan international. Indikator lain adalah rendahnya kemampuan berpikir siswa dan sulitnya kebanyakan siswa
untuk memahami persoalan biologi kontekstual, yang memerlukan pemahaman, pikiran reflektif, kritis, serta
analitis.

166 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Selain kemampuan penguasaan konsep, kemampuan metakognitif dan pemecahan masalah, yang
banyak memberdayakan berpikir reflektif, kritis, dan analitis, dirasa perlu dimiliki siswa, terutama siswa
SMA,. Problem-Based Learning (PBL) dan strategi metakognitif concept mapping dipandang potensial
efektif untuk meningkatkan kemampuan metakognitif, pemecahan masalah, serta penguasaan konsep.
Namun, hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa untuk wilayah Kabupaten Sleman-DIY,
pemberdayaan berpikir melalui PBL dan concept mapping tersebut belum dikembangkan, akibat belum
adanya contoh dan perangkat yang relevan. Oleh karenanya, penyiapan, pengadaan, dan atau pengembangan
perangkat pembelajaran PBL dan strategi belajar metakognitif bagi siswa SMA ini melalui langkah
penelitian, perlu dilakukan. Langkah pene-litian ini dianggap perlu agar diperoleh perangkat pembelajaran
inovatif yang benar-benar teruji kehandalan dan efektivitasnya bagi peningkatan kemampuan metakognitif,
pemecahan masalah, dan penguasaan konsep biologi.
Penelitian disertasi ini dilakukan untuk memberikan jawaban empirik tantangan tersebut. Jawaban
ini akan dirumuskan berdasarkan 2 penelitian yang berangkai, ialah penelitian pengembangan dan penelitian
eksperimental. Penelitian pengembangan dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang handal
dan potensial. Sementara, penelitian eksperimental dilakukan untuk menguji efektivitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan ini terhadap hasil belajar (kemampuan metakognitif, pemecahan masalah,
dan penguasaan konsep biologi) bagi para siswa SMA di Sleman-DIY. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan baik untuk PBL maupun PBL dengan komplemen strategi metakognitif (PBL+SM), terdiri
dari silabus, RPP, LKS, dan instrumen penilaian. Penelitian eksperimental dilakukan untuk Kelas-X di 2
SMAN di wilayah Kabupaten Sleman. Untuk tiap SMAN, digunakan 3 kelas, masing-masing untuk Kelas
PBL (A1), Kelas PBL+SM (A2) dan Kontrol (A3). Selain faktor pengimplementasian perangkat pembelajaran,
dalam penelitian eksperimental juga dilihat pengaruh faktor potensi akademik siswa (PA), yang untuk
masing-masing kelas dibedakan menjadi PA level atas (B 1), sedang (B2), dan bawah (B3). Penelitian
eksperimental kuasi ini, dirancang dengan rancangan faktorial 3X3. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif dan inferensial. Analisis inferensial anakova faktorial 3X3 dilakukan untuk mengetahui pengaruh 2
faktor, interaksi 2 faktor, serta kemampuan awal terhadap hasil belajar. Analisis inferensial anova faktorial
3X3 dilakukan untuk mengetahui pengaruh 2 faktor dan interaksinya terhadap variabel antara. Analisis
korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel antara dengan hasil belajar dan interkorelasi
antarkomponen hasil belajar (kemampuan metakognitif, pemecahan masalah, dan penguasaan konsep
biologi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat untuk PBL dan PBL+SM, yang telah dikembangkan, potensial atau reliabel untuk diimplementasikan guna peningkatan hasil belajar (kemampuan
metakognitif, pemecahan masalah, dan penguasaan konsep biologi) pada siswa SMA di Sleman-DIY.
Pengimplementasian perangkat pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar (kemampuan metakognitif,
pemecahan masalah, dan penguasaan konsep biologi). Pengimplementasian perangkat pembelajaran juga
berpengaruh terhadap motivasi belajar dan kemampuan bekerjasama, sebagai variabel antara. Perangkat
pembelajaran PBL+SM terbukti lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar, motivasi, dan kemampuan
bekerjasama dibandingkan dengan perangkat pembelajaran PBL. Potensi akademik hanya berpengaruh
terhadap kemampuan bekerjasama, namun tidak berpengaruh terhadap motivasi ataupun hasil belajar. Ada
korelasi positif antara variabel antara dengan hasil belajar. Ada interkorelasi yang positif antar komponen
hasil belajar (kemampuan metakognitif, pemecahan masalah, dan penguasaan konsep biologi). Hasil analisis
deskriptif menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran untuk PBL dengan komplemen strategi metakognitif
(concept mapping) cenderung lebih efektif dibandingkan dengan perangkat pembelajaran untuk PBL dalam
meningkatkan kemampuan kognitif untuk jenjang C3, C4, dan C5. PBL yang dikembangkan pada kelompok
A2 dan A1 lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan metakognitif siswa untuk aspek declarative
knowledge, conditional knowledge, information management strategies, dan debugging strategies.
Ada beberapa saran, baik yang terkait dengan pengembangan maupun pengimplementasian
perangkat pembelajaran tersebut. Saran yang terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran adalah
perlunya ditemukan indikator pengimplementasian perangkat pembelajaran dan disusun intrumen pengukurannya, sehingga menghasilkan data berskala ukur interval atau rasio. Saran yang terkait pengimplementasian
perangkat pembelajaran adalah: 1) perlunya pengimplementasian perangkat pembelajaran PBL dan atau
PBL+SM ini pada sekolah atau lokasi yang mempunyai atau tersedia fasilitas untuk melakukan eksperimen,
observasi, atau bentuk kegiatan investigasi menggunakan objek langsung/asli, 2) perlunya
pengimplementasian perangkat pembelajaran PBL dan atau PBL+SM ini pada sekolah atau lokasi yang
mempunyai atau lebih tersedia fasilitas untuk meng-akses internet, 3) perlunya dilakukan pembatasan atau
seleksi materi pembelajaran guna memberikan waktu yang lebih longgar bagi kegiatan concept mapping
(terkait dengan perangkat pembelajaran PBL+SM).
Kata kunci: PBL, metakognitif, pemecahan masalah biologi

Program Studi S3 BIO 167

PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM STRATEGI KOOPERATIF THINK-PAIRSHARE DAN JIGSAW SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI
SISWA DI SMA NEGERI KALIMANTAN TENGAH
Yula Miranda
Abstrak
Penelitian ini terdiri dari 2 tahap, tahap I penelitian survei dan tahap II penelitian eksperimen.
Penelitian survei untuk mengetahui gambaran persepsi guru tentang pembelajaran biologi, respons guru
tentang penghambat keberhasilan belajar biologi dan unjuk kerja siswa, konsep diri dan minat siswa tentang
pelajaran biologi serta pemahaman siswa tentang materi biologi pada Kurikulum 2004. Penelitian eksperimen
untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran (Jigsaw+M, TPS+M, Jigsaw, TPS, dan Konvensional)
terhadap kemampuan metakognitif, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan kognitif, pengaruh
kemampuan akademik siswa atas dan bawah terhadap kemampuan metakognitif, kemampuan berpikir
kreatif, dan kemampuan kognitif, dan pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran (Jigsaw+M, TPS+M,
Jigsaw, TPS, dan konvensio-nal) dengan kemampuan akademik siswa atas dan bawah terhadap kemampuan
metakognitif, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan kognitif.
Metode penelitian tahap I ini untuk memperoleh data pemahaman siswa tentang biologi dengan
instrumen berupa soal tes, dan untuk memperoleh data lainnya dengan angket dan dilengkapi pedoman
wawancara. Populasi berjumlah 71 SMAN yang tersebar pada 14 Kabupaten dan 1 Kota Palangkaraya. Besar
sampel yang diambil berjumlah 27 SMAN (38% dari 71 SMAN). Metode penelitian tahap II, dengan
menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimen menggunakan Nonequivalent Control Group Design
versi faktorial 5 X 2 dengan tiap-tiap faktor terdiri atas 2 taraf, yakni untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas (strategi pembelajaran) dan variabel bebas sekunder (kemampuan akademik) terhadap variabel terikat
(kemampuan metakognitif, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan kognitif). Populasi penelitian
adalah semua siswa kelas X SMA Negeri yang belajar biologi di Propinsi Kalimantan Tengah. Setiap kelas
rata-rata memiliki 30 siswa. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Subjek
penelitian adalah siswa kelas X SMAN 1 Pahandut, SMAN 2 Pahandut, SMAN 1 Jekan Raya, SMAN 2
Jekan Raya, dan SMAN 1 Bukit Batu Kota Palangkaraya Propinsi Kalimantan Tengah.
Data penelitian tahap II dikumpulkan dengan inventori strategi metakognitif, tes kemampuan
berpikir kreatif, dan tes kemampuan kognitif. Inventori strategi metakognitif terdiri dari 60 butir pernyataan
yang meliputi perencanaan diri, pemantauan diri, dan evaluasi diri siswa dalam belajar biologi yang
dilengkapi dengan jurnal belajar, LKS, lembar kesadaran metakognitif, dan aktivitas metakognitif. Tes
kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 5 butir soal yang meliputi kelancaran, keluwesan atau kelenturan,
keaslian, dan kerincian dalam materi biologi. Tes kemampuan kognitif terdiri dari 30 soal tes objektif dan 10
soal tes uraian yang meliputi kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menguraikan, menyusun,
dan mengevaluasi pada materi biologi. Perangkat pembelajaran yang disediakan dan dikembangkan dalam
penelitian ini berupa silabus, RPP, LKS, materi pelajaran biologi, dan jurnal belajar.
Hasil penelitian tahap I menunjukkan pemahaman siswa tentang biologi tertinggi berada di
Kabupaten Lamandau. Persepsi dan respons guru bahwa perangkat pembelajaran sangat penting dipersiapkan
untuk pelaksanaan pembelajaran, penting memperhatikan teknik pelaksanaan pembelajaran di kelas, ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor serta tugas rumah penting diberikan kepada siswa, sedangkan sumber utama
penghambat keberhasilan siswa belajar biologi adalah materi tertentu yang sulit bagi siswa dalam kurikulum,
lemahnya monitoring kinerja guru dan umpan balik atas kinerja guru, dan komitmen guru tentang
pembaharuan pembelajaran di kelas, motivasi belajar siswa, antusias bertanya, dan mengemukakan pendapat
masih rendah. Konsep diri dan unjuk kerja siswa berkemampuan akademik tinggi adalah baik sedangkan
yang rendah kurang baik. Minat siswa tentang pelajaran biologi cukup baik. Kesimpulan, guru telah
mempersiapkan semua komponen pembelajaran, namun belum efektif dalam pembelajaran sehingga pemahaman siswa tentang biologi tampak belum baik. Selain itu, kemampuan akademik siswa berperan penting
pada hasil belajar siswa.
Hasil penelitian Tahap II menunjukkan bahwa strategi pembelajaran TPS+M lebih berpotensi
meningkatkan kemampuan metakognitif bila dibandingkan strategi pembelajaran lainnya. Strategi pembelajaran Jigsaw lebih berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kreatif bila dibandingkan strategi pembelajaran lainnya. Selanjutnya, diikuti Jigsaw+M, dan TPS+M bila dibandingkan strategi pembelajaran TPS dan
strategi pembelajaran Konvensional. Strategi pembelajaran TPS+M lebih berpotensi meningkatkan
kemampuan kognitif bila dibandingkan strategi pembelajaran lainnya. Strategi pembelajaran TPS+M pada
kemampuan akademik bawah lebih berpotensi meningkatkan kemampuan metakognitif bila dibandingkan
strategi pembelajaran lainnya. Strategi pembelajaran Jigsaw pada kemampuan akademik atas lebih

168 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kreatif bila dibandingkan strategi pembelajaran lainnya.
Strategi pembelajaran TPS+M pada kemampuan akademik atas lebih berpotensi meningkatkan kemampuan
kognitif bila dibandingkan strategi pembelajaran lainnya. Perbedaan kemampuan akademik atas dengan
kemampuan akademik bawah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
metakognitif, tetapi perbedaan kemampuan akademik atas dengan kemampuan akademik bawah berpengaruh
signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan kognitif. Tidak terdapat pengaruh interaksi
antara strategi pembelajaran (Jigsaw+M, TPS+M, Jigsaw, TPS, dan Konvensional) dan tingkat kemampuan
akademik atas dengan kemampuan akademik bawah terhadap kemampuan metakognitif, kemampuan
berpikir kreatif, dan kemampuan kognitif. Kesimpulan strategi TPS+M efektif digunakan membelajarkan
siswa di Kalimantan Tengah dalam meningkatkan kemampuan metakognitif dan kemampuan kognitif,
bahkan kemampuan berpikir kreatif dibanding strategi lainnya.
Kata kunci: pembelajaran metakognitif, strategi kooperatif Think-Pair-Share, strategi Jigsaw, hasil belajar
biologi

Anda mungkin juga menyukai