Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS TRANSFORMASI PT JAMSOSTEK

MENJADI BPJS KETENAGAKERJAAN


OLEH
ANANTA DIAN PRATIWI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Analisis
Laporan Keuangan dan Penilaian Aset Semester Genap
2014/2015

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

TRANSFORMASI PT JAMSOSTEK MENJADI BPJS KETENAGAKERJAAN


Amanah UU No 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional (SJSN)
mendorong terintegrasinya sistem jaminan sosial yang mengikat seluruh warga negara
Indonesia. Sebagai bagian dari sistem jaminan sosial yang dimiliki oleh negara, PT
Jamsostek (Persero)juga mendapat amanah melakukan transformasi menjadi satu
kesatuan SJSN. Proses transformasi yang terhitung cukup singkat tentu saja memberikan
berbagai dampak dalam berbagai proses operasional maupun kinerja, terutama dalam hal
kinerja keuangan.
PENUGASAN:
Sebagai seorang analis, maka berikanlah analisis saudara terkait berbagai
dampak yang timbul dalam proses transformasi kelembagaan ini, diantaranya:
1. Bagaimana implikasi kelembagaan dan operasional setelah terjadi transformasi?
2. Bagiamana analisis anda terkait aktivitas investasi yang terjadi pasca
transformasi?
3. Bagaimana analisis anda terkait kinerja keuangan terutama dari aspek kinerja
investasi?
4. Bagaimana analisis anda terkait dampak transformasi kelebagaan ini terhadap
laporan keuangan yang disusun oleh BPJS Ketenagakerjaan?

BAB I

PENDAHULUAN
Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan
Sosial (BPJS) Pasal 1 menjelaskan bahwa jaminan sosial adalah salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya dengan layak. Hal ini didasarkan pada cita-cita UUD 1945 untuk
menciptakan sistem jaminan sosial yang tertuang dalam Pasal 34 ayat 2, Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.1
Indonesia memiliki empat lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial, yaitu
PT ASKES (Asuransi Kesehatan Indonesia), PT ASABRI (Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia), PT TASPEN (Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri), dan PT JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Keempat lembaga ini
tentunya memiliki program tersendiri. Padahal tujuan dari keempat lembaga adalah
sama, yaitu memberikan perlindungan melalui jaminan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pemerintah memandang perlu untuk menyatukan keempat lembaga dalam
menciptakan sistem jaminan sosial yang terintegrasi di Indonesia atau dikenal dengan
istilah Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Karena itu keempat lembaga ini
bertrasnformasi menjadi Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) untuk dapat
mempercepat terciptanya SJSN bagi seluruh rakyat Indonesia.2
BPJS sendiri akan terdiri atas dua bentuk, yaitu BPJS Kesehatan (BPJS-K) yang
menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan (BPJS-KT)
yang menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.3 PT ASKES akan bertransformasi menjadi BPJS-K dan
PT JAMSOSTEK menjadi BPJS-KT dimana proses transformasi berjalan selama dua
1 Jaminan Sosial dan Negara Kesejahteraan, 2013
2 Paham Transformasi Jaminan Sosial, 2014, Halaman 7
3 UU No 24 Tahun 2011 Pasal 5 dan 6

tahun dan keduanya mulai aktif per 1 Januari 2014. Transformasi kelembagaan ini
memiliki ciri-ciri, yaitu4:
1) pembubaran tanpa proses likuidasi, sehingga tidak berlaku ketentuan
Pasal 142 ayat (2) UU 40/2007 Tentang Perseroan Terbatas yang
mengatur pembubaran Perseroan Terbatas wajib diikuti dengan likuidasi.
2) pembubaran dilaksanakan atas perintah UU BPJS, sehingga tidak berlaku
ketentuan Pasal 64 ayat (1) UU 19/2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara yang menetapkan pembubaran BUMN dengan Peraturan
Pemerintah.
Proses transformasi PT JAMSOSTEK melalui dua tahap yaitu tahap pertama
adalah masa peralihan PT JAMSOSTEK menjadi BPJS-KT dan tahap kedua adalah
penyiapan operasionalisasi BPJS-KT. Tahap pertama berlangsung selama 2 (dua) tahun,
mulai 25 November 2011 - 31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian
BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan melanjutkan
penyelenggaraan tiga program Jamsostek, yaitu program kecelakaan kerja, program
jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Selanjutnya tahap kedua berlangsung paling
lamat 30 Juni 2015 dimana akan mempersiapkan BPJS-KT untuk menyelenggarakan
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan
kematian sesuai dengan ketentuan UU SJSN. Setelah itu, BPJS-KT akan beroperasi
paling lambat 1 Juli 2015.5

4 Paham Transformasi Jaminan Sosial, 2014, Halaman 8


5 Ibid, Halaman 31

BAB II
PEMBAHASAN
1. Implikasi Kelembagaan dan Organisasi Setelah Transformasi
Transformasi PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan membawa
perubahan baik dari segi kelembagaan dan aktivitas operasionalnya. Berikut ini adalah
beberapa implikasi proses transformasi yang saya olah dari berbagai sumber.
Aspek kelembagaan:
a. Transformasi membuat bentuk badan hukum yang awalnya persero atau badan
usaha menjadi badan hukum publik dengan kewenangan publik dan privat. BPJS
menjadi lembaga negara berkedudukan langsung di bawah Presiden, memiliki
kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur publik melalui kewenangan
membuat peraturan-peraturan yang mengikat publik, dan menjatuhkan sanksi
kepada peserta
b. Organ badan penyelenggara diubah menjadi organ yang terdiri dari Dewan
Pengawas dan Direksi dengan proses perekrutan secara terbuka.
c. Perubahan tata kelola mencakup 4 (empat) hal utama, yaitu prinsip pengelolaan,
pemisahan program jaminan sosial, pemisahan aset jaminan sosial, serta
penyertaan dana pemerintah dan perlindungan kesehatan keuangan oleh Negara.
Tata kelola BPJS diatur dalam UU BPJS. Berbeda denhan tata kelola Persero
yang diatur dalam anggaran dasar di dalam akta pendirian
d. Budaya organisasi mencerminkan upaya merealisasikan tujuan publik untuk
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Analisis:
a. Transformasi ini memberikan perubahan besar atas filosofi BPJS. Awalnya
program diperuntukkan untuk pegawai swasta, tetapi sekarang fokusnya bukan
hanya pegawai swasta tetapi semua warga negara yang mana berhak atas jaminan
sosial.

b. Perubahan badan hukum menjadi badan hukum publik membuat BPJS menjadi
organisasi nirlaba yang tidak bersifat mencari keuntungan. Berbeda dengan
bentuk lama yang dapat mencari laba atas operasinya. Pemerintah ingin
memberikan jaminan sosial yang memang merupakan hak dari rakyat Indonesia
sehingga tidak boleh dikomersialkan.
c. BPJS karena berbentuk badan hukum publik dituntut untuk memiliki
keterbukaan dan akuntabilitas sepeti yang tertuang dalam UU BPJS Pasal 5.
BPJS dituntut untuk memberikan informasi yang lebih terbuka dan operasinya
transparan sehingga publik bisa menilai kinerja organisasi.
d. Kewenangan publik BPJS untuk memberikan sanksi memiliki dampak yang
positif untuk mendisplinkan peserta. Selama ini menjadi masalah yang cukup
sulit untuk diselesaikan oleh lembaga sebelumnya adalah peserta yang tidak
disiplin, misalnya pembayaran iuran. Tapi sejak diberi kewenangan langsung
oleh pemerintah, BPJS akan lebih fleksibel untuk dapat memberikan sanksi jika
telat atau peserta melalaikan kewajibannya.
Aspek Operasional:
a. BPJS mengelola aset jaminan sosial yang terdiri dari aset Dana Jaminan Sosial
(DJS) dan aset BPJS. UU BPJS mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan
aset DJS. Aset DJS bukan merupakan aset BPJS. Penegasan ini untuk
memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan dana amanat milik seluruh
peserta yang tidak merupakan aset BPJS. Aset jaminan sosial tidak boleh
digunakan selain untuk penggunaan yang ditentukan dalam UU BPJS. UU BPJS
mewajibkan BPJS untuk menyimpan dan mengadministrasikan Dana Jaminan
Sosial pada bank kustodian yang merupakan Badan Usaha Milik Negara. Pada
PP No 99 Tahun 2013 Pasal 14 disebutkan bahwa Dana Operasional yang dapat
diambil dari Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan sebagaimana ditetapkan
paling tinggi 10% dari Iuran jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian;
dan 2% dari akumulasi Iuran dan dana hasil pengembangan jaminan hari tua.
b. BPJS wajib membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktek aktuaria
yang lazim dan berlaku umum. Cadangan teknis adalah liabilitas Dana Jaminan

Sosial dan merupakan seluruh kewajiban pembayaran manfaat kepada peserta.


Cadangan teknis terdiri atas cadangan iuran yang belum menjadi pendapatan,
cadangan atas klaim yang masih dalam proses penyelesaian, dan cadangan atas
klaim yang telah terjadi namun belum dilaporkan
c. BPJS wajib menggunakan hasil pengelolaan aset jaminan sosial untuk
pengembangan program bagi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Surplus
digunakan untuk menambah aset bersih BPJS dan/atau memperkuat aset Dana
Jaminan Sosial. Penggunaan surplus harus mendapat persetujuan Dewan
Pengawas BPJS.
d. BPJS tidak dapat direstrukturisasi atau diprivatisasi. Bila terjadi gangguan
kesehatan keuangan BPJS, Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan
khusus guna menjamin terpeliharanya kesehatan keuangan BPJS.
e. Pengawasan BPJS dilakukan oleh DJSN, dan lembaga pengawas independen,
yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
f. Transformasi ini berdampak pada kegiatan usaha. Jika selama ini, PT
JAMSOSTEK menyelenggarakan jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan
kematian (JK), jaminan hari tua (JHT), dan jaminan pemeliharaan kesehatan,
maka setelah bertransformasi maka BPJS akan menyelenggarakan JKK, JK, JHT
dan program baru yakni jaminan pensiun (JP). JPK akan diserahkan ke BPJS
Kesehatan.
g. Program untuk pekerja formal dan informal. Jika selama ini mayoritas hanya
menjangkau pekerja pada sektor formal (sektor informal masih bersifat sukarela),
maka setelah transformasi akan menjangkau seluruh pekerja yang ada (formal
dan informal sama dominannya). Seperti petani, nelayan, dan lainnya.
Analisis:
a. Karena adanya pemberian Jaminan Program Kesehatan Kesehatan ke BPJS
Kesehatan (dulunya PT ASKES), maka perlu adanya sinergi dari kedua lembaga
untuk dapat menyukseskan integrasi yang ingin dilakukan pemerintah. Setiap
lembaga harus memehami apa yang menjadi tanggung jawabnya dan fokus ke
bidang apa supaya tidak terjadi salah paham ke depannya.
b. Perluasan cakupan program BPJS tentunya memberikan rasa aman bagi sleuruh
rakyat. Saat ini program juga bisa dirasakan oleh sektor informal yang dulunya

kurang diperhatikan. Kini setiap pekerja di Indonesia bisa memiliki hak yang
sama atas Jaminan Sosial seperti yang telah diamanatkan dalam UUD 1945.
Keberadaan BPJS juga diperlua. Dulunya hanya berada di ibukota provinsi,
tetapi sekarang sedang dibangun jaringan untuk menjangkau daerah-daerah.
c. Pelaksanaan program pensiun yang baru akan memerlukan rangkaian kompetensi
baru baik teknis maupun operasional karena Jamsostek saat ini sama sekali
tidak menawarkan atau mengelola program pensiun manfaat pasti. BPJS perlu
mengumpulkan dan menyimpan data yang dibutuhkan untuk menghitung
manfaat, menerima dan menyetujui permohonan manfaat, menghitung nilai
manfaat yang berhak diterima, serta membayar manfaat bulanan kepada
pensiunan usia lanjut, pensiunan penyandang cacat, dan ahli waris penerima
manfaat. BPJS juga memerlukan kapasitas untuk menyesuaikan manfaat bagi
pembuatan indeks tahunan dan untuk menghentikan pembayaran manfaat ketika
penerimanya tidak lagi berhak. Pemerintah pun perlu menentukan apakah
pekerja sektor informal akan dapat berpartisipasi dalam program pensiun yang
baru karena undang-undang SJSN tampaknya mengecualikan partisipasi pekerja
informal.
d. Pemisahan aset DJS dari BPJS juga bisa memberikan batasan menjadi
kewenangan BPJS dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan agar setiap aset tidak
disalahgunakan dan memang dioptimalkan untuk kepentingan peserta.
2. Analisis Aktivitas Investasi Pasca Transformasi
Berdasarkan PP No 99 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa sset BPJS Ketenagakerjaan yang digunakan untuk
investasi dilakukan melalui investasi pada instrumen investasi pasar uang, pasar modal,
dan investasi langsung. Instrumen investasi dalam negeri berupa:
a. deposito berjangka termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu
kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan serta sertifikat deposito yang tidak
dapat diperdagangkan (non negotiable certificate deposit) pada Bank;
b. surat berharga yang diterbitkan Negara Republik Indonesia;
c. surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia;

d. surat utang korporasi yang tercatat dan diperjualbelikan secara luas dalam Bursa
Efek;
e. saham yang tercatat dalam Bursa Efek;
f. reksadana;
g. efek beragun aset yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek
h.
i.
j.
k.

beragun aset;
dana investasi real estate;
repurchase agreement;
penyertaan langsung; dan/atau
tanah, bangunan, atau tanah dengan bangunan.
Sesuai dengan penilaian risiko, bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian

maka semakin tinggi pula risikonya. Untuk saat ini BPJS-KT memiliki porsi paling
besar pada deposito yaitu di tingkat 30%. Investasi pada deposito nyatanya memberikan
kontribusi pendapatan sebesar 8%. BPJS-KT sendiri juga saat ini lebih berfokus pada
investasi yang terkait dengan infrastruktur karena ingin membuka lapangan pekerjaan
dan memberikan kesejahteraan. BPJS-KT berencana untuk meningkatkan porsi aktivitas
investasi properti. Sebelumnya berada pada tingkat 5% dan direncanakan naik 10-30%.
Hal ini didukung dengan revisi PP No 99 Tahun 2013 untuk meningkatkan alokasi dana
portofolio ke investasi properti.
Peningkatan porsi investasi properti akan mendukung program BPJS-KT dalam
membangun tempat tinggal layak bagi masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Total
dana yang akan dialokasikan sebesar Rp 25 triliun dimana penghimpunan dana
dilakukan dengan membeli obligasi perusahaan-perusahaan properti yang ingin
menerbitkan surat utang. Walaupun mengalami peningkatan dalam segi properti, tetapi
BPJS-KT teteap memprioritaskan pada investasi deposito. Target pendapatan deposito
setahun adalah 2.832%.
Di samping aktivitas investasi dalam properti dan deposito yang terus digenjot,
aktivitas investasi lain berupa pengalihan aset juga menjadi sorotan penting. Hal ini
karena program jaminan kesehatan yang awalnya ada di JAMSOSTEK akan dialihkan
ke BPJS Kesehatan. Itu artinya seluruh program, aset, karyawan, kelembagaan serta
kepesertaan Askes, bersama program, aset dan liabilitas Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) Jamsostek, otomatis menjadi milik BPJS Kesehatan. Karenanya ini

juga perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi struktur aset di BPJS-KT. Terkait
juga pemisahan aset antara yang menjadi milik BPJS dan Dana Sosial milik peserta.
Pemisahan ini tentunya memberikan dampak yang baik karena itu artinya hak dari
peserta atau hak dari rakyat Indonesia dijaga benar oleh pemertintah. Seringkali aset
disalahgunakan oleh organisasi sehingga dengan pemisahan ini bisa mengurangi risiko
itu.
3. Analisis Kinerja Keuangan (Kinerja Investasi)
Berikut ini adalah informasi yang didapat dari internet mengenai kinerja
perusahaan secara umum. Pada tahun 2012 tingkat kesehatan perusahaan mendapat nilai
bobot sebesar 94% dari tahun 2011 sebesar 92%, dengan kriteria sehat (AA). Sementara
tingkat solvabilitas perusahaan pada tahun 2012 sebesar 254,04% mengalami kenaikan
dari tahun 2011 sebesar 215,99%. Total aset yang dikelola Perusahaan pada tahun 2012
juga mengalami peningkatan sebesar 18,1%, yaitu dari Rp116,4 triliun pada tahun 2011
menjadi Rp137,5 triliun pada akhir tahun 2012. Pada akhir tahun 2012, Perusahaan
berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2.135 triliun yang setara dengan 106,2%
dari target RKAP yang ditetapkan sebesar Rp1.987 triliun atau meningkat 3,6% dari laba
bersih tahun 2011 sebesar Rp2.060 triliun. Selain faktor penambahan jumlah peserta,
peningkatan laba juga dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah pendapatan iuran non JHT
sebesar 21,30% yaitu menjadi Rp4.637 triliun dan pendapatan investasi meningkat
sebesar 14,25% menjadi Rp13.203 triliun.6 Dari informasi tersebut dapat dilihat bahwa
proses transformasi membawa dampak yang baik bagi organisasi. Manajemen juga bisa
menghadapi perubahan yang signifikan dengan tepat sehingga perubahan bukan menjadi
penghambat pertumbuhan melainkan dapat meningkatkan kinerja sekaligus memberikan
kepuasan pelayanan bagi peserta.
Selanjutnya mengenai analisis per jenis inverstasi yang dilakukan oleh BPJS-KT,
berupa deposito, saham, reksadana, obligasi, penyertaan, dan properti. Berikut ini adalah

6 Alex, Metamorfosa Jamsostek Menjadi BPJS Kelas Dunia, www.topsaham.com

laporan enam-bulanan, yaitu Laporan Kinerja Keuangan BPJS Ketenagakerjaan per 30


Juni 2014. 7

Analisis:
Berikut ini adalah analisis terhadap investasi Dana Jaminan Sosial (DJS). Dari
laporan di atas dapat dilihat bahwa komponen investasi terbesar adalah obligasi.
Walaupun di awal disebutkan bahwa BPJS berfokus paling besar pada deposito, tetapi
porsi besar pada obligasi disebabkan oleh strategi investasi terbaru BPJS. Strategi ini
berfokus pada investasi properti yang mana untuk merealisasikan itu BPJS membeli
obligasi dari perusahaan properti. Itulah mengapa komponen obligasi memiliki
presentasi terbesar atas keseluruhan investasi BPJS, sebesar 43%. Kemudian, jika kita
7 BPJS Ketenagakerjaan Kinerja Keuangan Per 30 Juni 2014, Informasi INA CBGs, BPJS, JKN
dan Kesehatan Indonesia

membandingkan dana yang ada di RKAT dan realisasi yang terjadi per tengah tahun, kita
dapat mengetahui bahwa BPJS bisa mengelola dananya dengan optimal sehingga dana
yang digunakan bisa terserap semuanya. Walaupun ada beberapa komponen seperti
deposito dan obilgasi yang melebih anggaran. Ini terjadi karena strategi investasi baru
BPJS.
Begitu juga dengan hasil investasi yang secara umum sudah mendekati optimal.
Bahkan ada yang sudah melebih target seperti saham sebesar 149% dan reksadana
114%. Berarti setiap dana yang sudah digelontorkan bisa digunakan dengan optimal
sehingga hasilnya juga bagus.

Analisis:
Berikut adalah analisis investasi di BPJS. Berdasarkan laporan, BPJS melakukan
investasi paling besar dalam bidang saham sebesar 43% atas keseluruhan investasi. Dari
laporan dapat dinilai juga bahwa dana yang sudah dianggarkan mencapai target
walaupun untuk deposito dan obligasi melebih anggaran. Sama seperti di DJD, ini
terjadi karena strategi investasi BPJS untuk fokus pada investasi infrastruktur dan
deposito karena memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi pendapatan BPJS. Hasil
dari penggunaan dana juga sudah cukup optimal walaupun untuk reksadana masih jauh
dari target dimana sampai 30 Juni 2014 yang dicapai baru 10%.
4. Analisis Dampak Transformasi terhadap Laporan Keuangan BPJS-KT
Karena adannya transformasi membuat PT JAMSOSTEK harus menyiapkan
pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban ke BPJS-KT. Karena itu
dilakukan penunjukan kantor akuntan publik untuk melakukan audit atas:
a. laporan keuangan penutup PT Jamsostek (Persero)
b. laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan
c. laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan ketenagakerjaan.
Selanjutnya,

setelah

menjadi

BPJS-KT

maka

wajib

melakukan

pertanggungjawaban kepada. Prosedur pelaporan BPJS-KT mencakup laporan enambulanan untuk diserahkan kepada Presiden dan DJSN, serta laporan tahunan (yang

ringkasan eksekutifnya harus dipublikasikan BPJS secara luas). BPJS juga harus
memberi tahu peserta mengenai hak-hak mereka dan, setidaknya satu kali setahun,
melaporkan manfaat yang telah mereka peroleh dalam program pensiun dan jaminan
hari tua. Pelaporan manfaat dilakukan untuk menilai apakag program yang dijalankan
oleh BPJS sekarang menjadi lebih baik atau buruk pengelolaannya jika dibandingkan
dengan PT JAMSOSTEK lalu. BPJS-KT juga harus menerapkan standar akuntansi
internasional
Kebutuhan akan laporan dengan informasi seperti manfaat program dan
penerapan standar akuntansi internasional menuntut BPJS-KT untuk memiliki sumber
daya yang kompeten dalam mencapai tujuan ini. Artinya diperlukan akuntan untuk
menyusun laporan dan auditor yang memahami lingkungan baru BPJS-KT.
Untuk laporan kinerja sendiri BPJS-KT harus membuat lima laporan kinerja
keuangan, yaitu laporan kinerja BPJS, laporan kinerja program jaminan hari tua (JHT),
laporan kinerja program kecelakaan kerja (JKK), laporan kinerja program kematian
(JKM), dan laporan kinerja program jaminan pensiun (JP). Direktur Keuangan BPJS-KT
menyatakan bahwa setiap program memang harus dilaporkan secara terpisah mulai dari
penerimaan iuran, penggunaannya, investasi, dan laporan kinerjanya. Hal ini dilakukan
karena tidak ada subsidi silang antar program. Pemisahan laporan kinerja ini tentunya
bisa memberikan transparansi akan setiap program yang dimiliki oleh BPJS.
Kemudian mengenai pemerikasaan laporan keuangan yang dilakukan oleh BPK.
Pemeriksaan yang dilakukan BPK untuk menjamin pengelolaan uang supaya transparan
dan akuntabel. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) akan mengawasi pengalihan asetaset JAMSOSTEK ke ASKES. Bahkan, BPK tetap akan melakukan pengawasan,
sekalipun dua BUMN itu sudah berubah nama menjadi BPJS. Menurut Anggota BPK
Barullah Akbar, pengawasan dilakukan untuk menjamin transparansi pengelolaan dana
negara, maupun dana publik. Karena dana yang dikelola ke depan dipergunakan untuk
kesehatan buruh maupun rakyat.

BAB III
PENUTUP
Transformasi PT JAMSOSTEK ke BPJS Ketenagakerjaan memang bukan hal
yang mudah. Status badan hukum yang awalnya merupakan badan usaha sehingga bisa
dikomersialkan, sekarang menjadi badan hukum publik yang bersifat nirlaba. Artinya,
BPJS tidak bisa menarik keuntungan dari peserta. Program-program BPJS saat ini juga
lebih luas cakupannya, baik dari segi peserta dan wilayah. Dulunya, program hanya
diperuntukkan pekerja formal. Tetapi, sekarang BPJS bisa dirasakan oleh pekerja formal
maupun informal. Ini merupakan langkah pemerintah dalam rangka menciptakan sistem
jaminan sosial yang bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia sejalan dengan amanat
UUD 1945 dimana setiap rakyat Indonesia berhak atas Jaminan Sosial. Keberadaan
BPJS juga direncankan akan diperluas sampai daerah, bukan hanya terbatas di ibukota
saja. Dengan pembaharuan layanan diharapkan masyarakat Indonesia dapat hidup lebih
sejahtera.
Walaupun proses transformasi bukanlah hal yang mudah, tetapi setiap individu
BPJS memiliki komitmen yang tinggi untuk mensukseskan program pemerintah ini.
Strategi investasi BPJS saat ini adalah berfokus pada infrastruktur, yaitu pembangunan
hunian bagi yang kurang mampu. BPJS juga bisa menggunakan setiap dana investasi
dengan optimal sehingga hasil dari investasi juga menjadi bagus. Hal ini dapat dilihat
dari pencapaian target per 30 Juni 2014 sebesar 68%.
Transformasi juga menuntu BPJS menjadi organisasi yang trasnsparan dan
operasionalnya terbuka. Artinya laporan keuangan BPJS akan mengalami pembaruan
juga dari yang biasanya dilakukan. Laporan keuangan akan dibuat per program BPJS
yang berjumlah lima sehingga nanti akan dihasilkan lima laporan kinerja keuangan.
Laporan juga memuat manfaat program dan itu harus dilaporkan ke peserta. Hal ini
dilakukan agar peserta dapat mengevaluasi apakah program yang telah dijalankan saat
ini lebih baik dari yang telah dijalankan oleh PT JAMSOSTEK. BPK juga merkomitmen
untuk mengawal proses transparansi laporan keuangan BPJS karena dana yang ada di
BPJS adalah untuk kesejahteraan rakyat.

REFERENSI
Putri, Asih Eka. 2014. Paham Transformasi Jaminan Sosial. Jakarta: Friedrich-EbertStiftung http://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/11025.pdf
Catatan Kebijakan SJSN Edisi 3 Juli 2012 http://wwwwds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2012/09/07/0003330
37_20120907005347/Rendered/PDF/728860BRI0INDO0box370049B00PUBLIC00.pdf
Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Undang-Undang No 99 Tahun 2013 Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Menyongsong Transformasi PT Jamsostek Jadi BPJS Ketenagakerjaan. 30 Oktober
2012 http://lampung.tribunnews.com/2012/10/30/menyongsong-transformasi-ptjamsostek-jadi-bpjs-ketenagakerjaan (Diakses : 29 April 2015)
BPJS Ketenagakerjaan Kinerja Keuangan Per 30 Juni 2014. Informasi INA CBGs,
BPJS, JKN dan Kesehatan Indonesia http://inacbg.blogspot.com/2014/08/bpjsketenagakerjaan-kinerja-keuangan.html (Diakses : 29 April 2015)
Laporan Kinerja BPJS Saat Ini. 17 April 2014. Indonesia Finance Today
http://www.ift.co.id/posts/ada-4-laporan-kinerja-yang-dibuat-bpjs-ketenagakerjaantahun-ini (Diakses : 30 April 2015)
Rumah Buruh Dibantu BPJS Ketenagakerjaan. 9 April 2015.
http://www.transformasi.org/id/pusat-kajian/berita/penciptaan-lapangan-kerja/748rumah-buruh-dibantu-bpjs-ketenagakerjaan (Diakses : 30 April 2012)
BPK Akan Awasi BPJS. 25 Oktober 2013. http://www.bpk.go.id/news/bpk-akan-awasibpjs (Diakses : 30 April 2015)
Alex. Metamorfosa Jamsostek Menjadi BPJS Kelas Dunia. 7 November 2013
http://www.topsaham.com/new1/index.php?
option=com_content&view=article&id=9314:alex&catid=38:propil-emiten&Itemid=63
(Diakses : 30 April 2015)
Jaminan Sosial dan Negara Kesejahteraan. 2013
http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/5 (Diakses : 29 April 2015)

Anda mungkin juga menyukai