Anda di halaman 1dari 2

PRAKTIKUM III

PENETAPAN KADAR PROTEIN SERUM DENGAN METODE BIURET

PENDAHULUAN
Protein berasal dari kata Yunani kuno proteos yang artinya yang utama. Dari asal kata
ini dapat diambil kesimpulan bagaimana pentingnya protein dalam kehidupan. Protein terdapat
pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat keringnya dan berfungsi sebagai pembangun
struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH, dan bahkan sebagai
pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi.1
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi. Protein sederhana hanya
mengandung asam-asam amino. Protein kompleks mengandung bahan tambahan bukan asam
amino, seperti derivat vitamin, lipid atau karbohidrat. Protein berperan pokok dalam fungsi sel.
Analisis terhadap protein dan enzim darah tertentu digunakan secara luas untuk tujuan
diagnostik.2
Protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode biuret ini
adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan
garam kupri dalam suasana basa.3
Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan)
dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih
ikatan peptida.
Penyerapan cahaya oleh protein disebabkan oleh ikatan peptida residu ritosil, triptofonil,
dan fenilalanin. Juga turut dipengaruhi oleh gugus-gugus non-protein yang mempunyai sifat
menyerap cahaya. Penyerapan maksimum albumin serum manusia terlihat pada panjang
gelombang kira-kira 230 nm (peptida) dan dengan puncak lebar pada 280 nm karena serapan
residu-residu asam amino aromatik. Spektrum absorbansi suatu larutan protein berfariasi
tergantung pada pH dan sesuai denagn ionisasi residu sama amino.4
Kerugian dari metode ini adalah hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar
protein, melainkan bisa saja kadar senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus
sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu penetapan yang dipergunakan juga lama,
sehingga sering kali kurang effektif.5

DAFTAR PUSTAKA
1. Girindra, A., 1993. Biokimia I. 66-73. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
2. Harper, M. 1995. Biokimia Harper. Hlm.47-50. Jakarta: EGC
3. Carpette. 2005. An Introduction to Practical Biochemistry. 100-101. Mc Graw Hill
Book Company. Great Britany
4. Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. 137-157. Jakarta: Erlangga
5. Montgomery, R. 1993. Biokimia Berorientasi pada Kasus-Klinis. Hlm. 77, 90. Jakarta:
BinarupaAksara

Anda mungkin juga menyukai