Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH AGENSI DAN KEKUASAAN POLITIK

DISUSUN OLEH:
LOLO SILVANA
(071112035)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

DESKRIPSI KONSEP PARTAI POLITIK DI INDONESIA


Menurut UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik, Partai Politik adalah organisasi yang
bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas
dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Secara umum Parpol adalah suatu
organisasi yang disusun secara rapi dan stabil yang dibentuk oleh sekelompok orang secara
sukarela dan mempunyai kesamaan kehendak, cita-cita, dan persamaan ideologi tertentu dan
berusaha untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum untuk
mewujudkan alternatif kebijakan atau program-program yang telah mereka susun. Sedangkan
menurut Joseph Lapalombara dan Myron Weiner, partai politik merupakan a creature of
modern and modernizing political system. Partai politik (parpol) memang lahir dan
berkembang ketika gejala modernisasi sedang berkembang di Eropa, setelah revolusi industri.
Karena itu awal perkembangan parpol merupakan salah satu indikator gejala modernisasi
masyarakat, dimana telah terjadi peledakan partisipasi masyarakat dan pemindahan hak-hak
politik kepada masyarakat semakin meluas (Lapalombara dan Weiner, 1966 dalam (Rahman,
2007).
Sesuai dengan isi pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945 bahwa
Indonesia menganut sistem multi partai yaitu sistem yang pada pemilihan kepala negara atau
pemilihan wakil-wakil rakyatnya dengan melalui pemilihan umum yang diikuti oleh banyak
partai. Sistem multi partai dianut karena keanekaragaman yang dimiliki oleh negara
Indonesia sebagai negar kepulaaan yang di dalamnya terdapat perbedaan ras, agama, atau
suku bangsa adalah kuat,golongan-golongan masyarakat lebih cenderung untuk menyalurkan
ikatan-ikatan terbatas (primodial) tadi dalam satu wadah saja. Di dalam sistem demokrasi
yang ada di Indonesia. Partai politik diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut: Partai
sebagai sarana Komunikasi Politik, Partai sebagai sarana Sosialisasi Politik, Partai sebagai
sarana Recruitment Politik dan Partai sebagai sarana Pengatur Konflik. Menurut Monte
Palmer fungsi parpol di Negara Berkembang termasuk Indonesia adalah Menyediakan
dukungan basis massa yang stabil, Sarana integrasi dan mobilisasi, Memelihara kelangsungan
kehidupan politik (Rahman, 2007).
Bedasarkan tingkat ideologi dan kepentingannya secara umum parpol dibedakan menjadi
5 jenis, yaitu: 1.) Partai Proto memiliki ciri ciri biasanya dalam lingkungan parlemen atau
intra parlemen, basis pendukungnya klas menengah ke atas, bentuk organisasi dan
ideologinya relatif rendah (sederhana), belum penuh ciri parpol modern, ciri faksional masih
menonjol, ciri yang jelas adalah pembedaan antara kelompok anggota dan non-anggota. 2.)
Partai Kader memiliki ciri ciri secara historis partai ini berkembang sebagai akibat hak pilih
belum diberikan kepada masyarakat luas, anggotanya kebanyakan klas menengah ke atas,
tidak memerlukan organisasi besar untuk memobilisasi massa, tingkat organisasi dan
ideologinya rendah sebab aktivitasnya jarang didasarkan pada program dan organisasi yang
kuat. 3.) Partai Massa memiliki ciri ciri berkembang karena adanya perluasan hak pilih
rakyat, parpol ini dibentuk di luar parlemen (ekstra parlemen), orientasi parpol kepada basis
pendukung, yaitu buruh, petani, dan massa lainnya, tujuannya: pendidikan politik dan
pemenangan pemilu, ideologi dan organisasinya rapi. 4.) Partai Diktaktoral memiliki ciri ciri
Sub-tipe partai massa, Ideologinya kaku dan radikal, Pimpinan tertinggi melakukan kontrol
ketat, Rekrutmennya sangat ketat, Anggota parpol dituntut mengabdi secara total. 5.) Partai
Catch-all memiliki ciri ciri merupakan gabungan antara partai kader dan massa, Berusaha
menampung kelompok sosial sebanyak-banyaknya untuk menjadi anggotanya, Tujuannya

memenangkan pemilu, Berkait dengan berkembangnya kelompok kepentingan dan penekan,


Ideologinya tidak terlalu kaku (Lijphart, 1995)
Sedangkan menurut tipologinya terbagi menjadi 14 yaitu: Partai otoriter,Partai demokrasi,
Partai integratif, Partai representatif (perwakilan), Partai ideologis, Partai pragmatis, Partai
agamis, Partai sekuler, Partai demokratis, Partai revolusioner, Partai massa, Partai elite, Partai
demokratis, Partai oligarki (Budiardjo, 1985). Di Indonesia sendiri dalam setiap PEMILU
kita dapat melihat perbedaan yang jelas antara partai satu dan lainnya. Perbedaan jenis partai
ini sangat mempengaruhi hasil suara dalam PEMILU di Indonesia. Hingga saat ini partai
yang mendominasi adalah partai ideologis dan demokratis. Namun tidak jarang partai agamis
banyak ditemui di Indonesia.

DINAMIKA AGENSI PARTAI POLITIK SECARA HISTORIS


DAN STRUKTUR
Secara Historis, Partai poltik di Insonesia sebenarnya telah hadir sejak zaman kolonialisme,
sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan membawa Indonesia ke suatu
tatanan hukum yang baru. Menurut Miriam Budiardjo, Partai politik lahir dalam zaman
colonial sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Salah satu partai politik pada
zaman kolonialisme yaitu Budi Utomo namun pergerakannya sangat terbatas. Setelah
diproklamirkan kemerdekaan Indonesia, maka muncul partai partai baru yang dipicu oleh
semangat kebangsaan/nasionalisme oleh berbagai kalangan masyarakat. Pada awal
kemerdekaan Indonesia, yang dapat disebut sebagai partai besar pada waktu itu adalah
Masyumi dan Partai Nasional Indoesia (PNI). Dismaping kedua partai besar ini, terdapat pula
partai lain yang memainkan peranan dalam dunia perpolitikan Indonesia saat itu seperti
Partindo, Gerindo, Parindra, Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Buruh, dan Partai
Sosialis; yang kemudian pecah menjadi partai sosialis dan Partai Sosialis Indonesia, juga
terdapat gerakan lain yang telah hadir sebelum Indonesia merdeka yaitu Muhammadiyah dan
Nahdatul Ulama. Kemudian beralihnya tampuk pemerintahan dari Soekarno kepada Soeharto
sebagai Pejabat Presiden yang diangkat oleh MPRS dalam sidang istimewa MPRS 1967
memang tidak langsung mengadakan pemilihan umum yang memberikan kesempatan kepada
partai politik untuk kembali pada ranah perebutan kekuasaan pemerintahan. Dalam
kepemimpinan Soeharto Pemilu tahun 1971 diikuti oleh sebanyak 10 Partai politik. Partai
yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 1971 adalah: Golkar, NU, Parmusi, PNI, PSII,
Parkindo, Katolik, Perti, IPKI, dan Murba. Kemudian berakhirnya Orde Baru merupakan
gerbang pintu demokrasi. Dimana Pemilu yang diselenggarakan pada tahun 1999 ini
diselelnggarakan berdasarkan asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia,Jujur, dan adil, atau
dengan singkatan LUBER dan JURDIL. Kemudian pada tahun 2004 pemilu diikuti oleh 48
Partai politik, padahal jumlah partai politik yang terdaftar di departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia adalah sebanyak 151 partai. Hal ini merupakan puncak tanda kebebasan partai
politik. Dari 48 partai peserta pemilu, terdapat 5 partai besar yang mendominasi perolehan
suara diparlemen dari 21 partai politik yang ada(Budiardjo, 1985) .
Dalam struktur partai politik di Indonesia terbagi menjadi 4 kelompok, yakni:
Pertama, Kelompok kepentingan (intrest group) adalah suatu kelompok yang mempunyai
tujuan untuk memperjuangkan kepentingan dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik
agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang
merugikan. Kelompok ini tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan
perwakilan rakyat, melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai di dalamnya

atau instansi pemerintah atau menteri yang berwenang. Kedua, Kelompok elit adalah
kelompok yang terorganisisr yajgn anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
cita-cita yang sama. Tujuannya yaitu untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusional. Ketiga, kelompok birokrasi Suatu
kelompok yang memiliki peranan dalam prroses terciptanya suatu kebijakan umum yang
diambil dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah yang keputusan itu sangat bermanfaat.
Keempat, Massa merupakan sekumpulan orang yang berpatisipasi dalam proses pemilihan
pemimpin-pemimpin politik dan turutn serta secara langsung atau tidak langsung dalam
pembentukan kebijakan umum yang merupakan tujuan dari terbentuknya partai politik
(Budiardjo, 1985).
Dalam pemerintahannya Indonesia menerapkan system pemerintahan demokrasi pancasila,
sebagai satu kesatuan di dalam system politik pancasila. Demokrasi dapat dikatakan sebagai
pemerintahan dari bawah, pemerintahan yang dikendalikan oleh rakyat, pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat atau pemerintahan oleh banyak orang. Walaupun
tentunya tidak semua rakyat atau setuiap orang ikut memerintah. Adalah merupakan sesuatu
yang mustahil, atau justru merupakan bentuk anarki (tanpa pemerintahan) jika setriap orang
ikut menjalankan kekuasaan. Sedangkan struktur politik adalah tata susunan kelembagaan
(lembaga dan organisasi) dalam kehidupan politik suatu bangsa dan suatu Negara. Struktur
politik terdiri dari supra-struktur dan infra struktur. Supra-struktur mencakup:1. Pemerintah.
2. Lembaga tinggi Negara.3.Lembaga-lembaga Negara (di pusat dan di daerah) serta aparatur
pelaksana pemerintah. Sedangkan Infra-struktur mencakup saluran organisasi untuk
penyaluran aspirasi rakyat, yaitu: 1.Orsospol/parpol (partai-partai politik) 2.Kelompok
kepentingan (interest group)3. Kelompok penekan/pendesak (pressure group) 4.Pendapat
umum (public opinion) bersama-sama media massa) (Cipto, 2000).
Di Indonesia sendiri memiliki struktur politik sebagai berikut: pada tingkat SUPRASTRUKTUR POLITIK (tingkat pusat) meliputi: 1.Pemerintah (eksekutif) (tingkat pusat)
yaitu presiden, perdana menteri, cabinet (dewan menteri). 2.Lembaga tertinggi Negara (MPR)
dan 3.lembaga-lembaga tinggi Negara (DPR,DPA,MA,BPK) (tingkat daerah) Pemerintah
daerah (pemda propinsi dan pemda kabupaten/kota) Musyawarah pimpinan daerah
(Muspida), pemda propinsi, kabupaten/kota, kodam/korem koramil, pengadilan tinggi/negeri,
kejari. Badan legislative (DPRD propinsi & DPRD kabupaten/kota). Sedangkan INFRA
STRUKTUR POLITIK (tingkat pusat) Partai-partai politik (PPP,PDI, PAN, PKB, dll)
Kelompok- kelompok kepentingan, misalnya KADIN, KNPI dll) Pendapat umum (opini
public) dan media massa. (tingkat daerah) DPW & DPC partai-partai politik Kelompok
kepentingan & kelompok penekan di daerah atau pada tingkat daerah. Pendapat umum &
media massa daerah
Dari penjabaran historis diatas beberapa pengamat mengatakan bahwa reformasi tidak
mengubah sama sekali struktur dan fungsi-fungsi politik. Indonesia memiliki Struktur politik
formal yang mana merupakan mesin politik yang dengan abash mengidentifikasi segala
masalah, menentukan dan melaksanakan segala keputusan yang mempunyai kekuatan
mengikat pada seluruh masyarakat. Dalam system politik, struktur ini dibedakan atas
kekuasaan legislative, eksekutif, yudikatif. Namun perlu digarisbawahi terdapat perubahan
yang paling nyata adalah semakin menguatnya peran partai politik dalam melakukan
rekrutmen terhadap pemimpin pemimpin politik. Ini jelas berbeda dengan masa orde baru.
Pada masa ini, partai politik hanya mempunyai peranan yang sangat kecil saja dalam
mempengaruhi recruitment pemimpin politik.

PERBANDINGAN SISTEM PARTAI POLITIK INDONESIA


DENGAN NEGARA AMERIKA SERIKAT
Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku, agama dan ras Indonesia menganut
sistem multipartai. Dengan menganut sistem multi partai diharapkan setiap partai dapat
menampung aspirasi dari bermacam-macam suku, agama dan ras. Sehingga dapat tercipta
integrasi dalam berpoltik. Pengertian sistem banyak partai (multipartai) menunjuk adanya
lebih dari dua partai. Dalam pelaksanaanya, perlu dibentuk pemerintahan koalisi dari
beberapa partai karena tidak ada partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu
pemerintahan yang mandiri (Cipto, 2000). Adakalanya usaha membentuk pemerintah koalisi
mengalami kegagalan karena partai-partai yang berupaya membentuk pemerintah koalisi
tidak mencapai persetujuan. Sistem banyak partai ini sering ditemukan dalam Negara-negara
yang memakai system pemilihan berdasarkan perwakilan berimbang (proportional
representation). Sistem ini memberi kesempatan kepada partai kecil untuk memenangakan
beberapa kursi. Partai kecil dapat menarik keuntungan jika dapat membentuk pemerintahan
koalisi. Secara proporsional mereka dapat ikut menentukan terbentuknya pemerintah yang
akan membuat kebijakan umum. Kelemahan sistem banyak partai yang paling utama adalah
bahwa banyaknya partai yang merupakan wakil kelompok dan golongan menyulitkan
terbentuknya konsensus nasional (Cipto, 2000). Sistem ini mencerminkan dampak positif dari
pertumbuhan partai yang sedemikian luar biasa akan memberikan suasana keterbukaan yang
sungguh-sungguh, yang berarti bahwa masyarakat benar-benar menikmati keterbukaan ini
dan memanfaatkannya lewat pembentukan partai-partai politik. Sementara dampak
negatifnya menjadi hal yang kurang menarik bagi khalayak umum. Terutama bagi mereka
yang memiliki mimpi untuk membangun partai politik. Tidak sedikit para aktifis partai secara
mendadak berubah dari warga negara biasa menjadi politisi dalam waktu yang sangat singkat.
Dimana hal tersebut bisa menimbulkan dampak negatif dari sistem multi partai yang baru
tumbuh. Karena tingkat keawaman mereka dalam berpolitik masih terlalu tebal sehingga
mereka tidak bisa mengelola partai politik tersebut. Membuat dan mengelola partai boleh saja
dilakukan asalkan memperhatikan latarbelakang pendidikan, pengalaman, memahami makna
koalisi, memiliki naluri kerjasama, dan mampu memahami posisinya sebagai lembaga wakil
rakyat. sehingga kedepannya akan terbentuk sistem partai yang rasional dan meninggalkan
irasionalitas sistem multipartai yang ditandai dengan jumlah partai yang luar biasa dengan
kualitas partai yang patut dipertanyakan.
Sedangkan Amerika Serikat menganut sistem partai bikameral (sistem dua partai).
Dalam sistem ini terdapat dua partai yakni partai demokrat dan partai republik. Sejak tahun
1852, kedua partai ini menguasai dan memenangi pemilihan Presiden Amerika Serikat dan
sejak tahun 1856 kedua partai ini juga mengendalikan kongres Amerika Serikat. Kedua partai
ini tentunya memiliki pendukungan masing-masing. Seperti partai republik yang cederung di
dukung oleh kalangan kulit putih dan demokrat cenderung di dukung oleh kalangan kulit
hitam. Partai Demokrat memposisikan dirinya sebagai sayap kiri yang berasaskan prinsip
liberalisme, sedangkan dari kubu Republik memposisikan dirinya sebagai sayap kanan
yang bersifat konservatis (Lijphart, 1995). Tentunya partai itu sendiri tentunya memiliki
peranan dan fungsi tertentu dalam sistem politik Amerika Serikat. Partai tentunya berfungsi
untuk merekrut kandidat baik untuk lokal, negara bagian dan national offices. Partai juga
berfungsi untuk melatih dan membantu para kandidat dalam berbagai macam kampanye,
partai mendapatkan dan menggunakan dana kampanye. Selain itu partai juga membantu
menarik pemilih untuk memilih kandidat melalui organisasi sukarelawan rakyat, bank telpon,

dll. Partai juga memudahkan atau menyederhanakan pemilu. Fungsi lainnya yakni sebagai
suatu grup mereka berusaha untuk berpartisipasi dan mempengaruhi jalannya pemerintahan,
dengan kandidat anggota terpilih yang mempunyai posisi di pemerintahan. Partai politik ini
juga berfungsi untuk membentuk dan mempengaruhi opini public, tujuannya agar public
mendukung serta memberikan vote pada partai tersebut. Di bidang legislative partai juga
mempunyai fungsi yakni sebagai partai mayoritas atau minoritas, anggota memberikan vote
berdasarkan kepentingan partai. Partai juga turut mempengaruhi keputusan hukum, hal ini
berkaitan dengan posisi, apabila hakim tersebut adalah seorang democrat, maka ia akan
berpikiran dengan cara democrat, sebaliknya apabila hakim tersebut seorang republic, maka
ia akan berpikiran dengan cara republik.
Selain fungsi, partai juga mempunyai peran yakni diantaranya mencapai kekuatan
politik di pemerintahan, biasanya melalui kampanye pemilihan berusaha untuk mencari basis
pendukung dengan penyampaian ide-ide mereka. Partai tentunya memiliki suatu ideology dan
visi yang berbeda-beda namun tidak tertutup kemungkinan partai tersebut berkoalisi dengan
partai lainnya. Partai juga berperan sebagai wadah bagi orang-orang yang memiliki interest
terhadap dunia politik dan ingin berpartisipasi dalam mewujudkan kesamaan kepentingan
mereka. Selain dua partai besar yang menguasai Amerika yakni democrat dan republic, ada
pula suatu partai yang disebut sebagai third party (Lijphart, 1995). Partai ketiga ini
berfungsi sebagai wadah bagi orang-orang yang memiliki visi lain diluar republic dan
democrat. Partai ketiga ini cenderung mengambil simpati orang-orang dengan mengangkat
suatu isu yang spesifik misalnya tentang lingkungan yang diusung oleh Green Party. Partai
ketiga ini juga memiliki kedudukan di kongres, dua partai besar yakni republic dan democrat
biasanya membentuk aliansi dengan para pendukung partai ketiga agar dua partai besar ini
mendapatkan suara dari partai ketiga.

Referensi:
A Rahman H.I. 2007.Sistem Politik Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Budiardjo, Miriam. 1985. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Cipto, Bambang. 2000. Partai, Kekuasaan, Dan Militerisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lijphart, Arend. 1995. Sistem pemerintahan parlmenter dan presidensial. Terjemahan.
Jakarta: Rajawali Pers
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai